LK Askep Asma Bronkial

47
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN ASMA BRONKIAL DI RUANG ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA DI SUSUN OLEH : SUBHAN SUGENG SUDJIYEM SISWANTO THERESIA RETNO P DAVID ALEXANDER MANDALA PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 0

Transcript of LK Askep Asma Bronkial

Page 1: LK Askep Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRA SEKOLAHDENGAN ASMA BRONKIAL

DI RUANG ANAK RSUD DR. SOETOMOSURABAYA

DI SUSUNOLEH :

SUBHANSUGENG

SUDJIYEMSISWANTO

THERESIA RETNO PDAVID ALEXANDER MANDALA

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2002

0

Page 2: LK Askep Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DENGAN

ASMA BRONKIAL.

Definisi:

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit

obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,

inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Pembagian asma pada anak.

1. Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan

oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali

dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan

serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung

kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari.

Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.

Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan.

Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini

merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.

2. Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.

Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada

umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang

tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan

stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam

1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi

serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-

kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten.

Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi

yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung

frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak

ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma

kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini

merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

1

Page 3: LK Askep Asma Bronkial

3. Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75

% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama

pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 –

6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan

hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan

mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu

terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak

sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan

anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.

Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru

kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 %

golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul

bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang

normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon

Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi

gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik

kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga

sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada

mengalami gangguan psiko sosial.

Pencetus:

1. Alergen.

tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak dengan asma.

Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang

penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah

allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan

jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.

Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen

berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi

dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang

terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen

pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.

2

Page 4: LK Askep Asma Bronkial

2. Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan

ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang

karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus

dan parasit seperti Askaris.

3. Iritan.

Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2

dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan

batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

4. Cuaca.

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara

berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

5. Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu

serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan

pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap

kegiatan jasmani.

6. Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan

terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui

mekanisme iritasi atau refleks.

7. Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat

kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang

berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan

usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari

depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya

pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang

dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen

dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun

non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat

infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.

3

Page 5: LK Askep Asma Bronkial

Patofisiologi

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif

dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme

dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya

alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan

antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.

Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang

ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana

brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih

lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan

nafas beberapa minggu atau bulan.

Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan

udara dingin.

Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan

sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,

kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres

pernafasan

Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi

karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli

dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian

tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02

(hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya

resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory

dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi

dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut

menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah

(hypocapnea).

4

Page 6: LK Askep Asma Bronkial

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan

diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator

radang (histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)

Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)

Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas

Asma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif

pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan

meningkatnya produksi sekret.

Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.

Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan

Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya

pernafasan dan menurunnya intake cairan

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan

pengobatan.

5

Page 7: LK Askep Asma Bronkial

Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Chronik persistent bronchitis

Bronchiolitis

Pneumonia

Emphysema.

Etiologi

Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,

serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).

Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,

Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan;

kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan

tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

Manifestasi klinis

Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.

Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,

cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.

Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas

sempit.

Tachypnea, orthopnea.

Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.

Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.

Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.

Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi

yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.

Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.

Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.

X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

6

Page 8: LK Askep Asma Bronkial

Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

Foto rontgen

Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil

biasanya meningkat dalam darah dan sputum

Pemeriksaan alergi

Pulse oximetri

Analisa gas darah.

Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang

setiap 20 menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :

a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,

hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang

tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi

bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.

Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek

samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,

rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam

ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran

infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.

c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.

Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

7

Page 9: LK Askep Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

IDENTITAS

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8

tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma

episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan

dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa

infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,

adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling

sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur

sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran

pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin

tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

KELUHAN UTAMA

Batuk-batuk dan sesak napas.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping

faktor yang lain.

RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya

tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan:

minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan

suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan

terjadinya serangan asma.

8

Page 10: LK Askep Asma Bronkial

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan

umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3

tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia

pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk

perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun

yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3

tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada

usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah

tinggi.

Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak

punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli

maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu

percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik

( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin

berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra

komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase

preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada

tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu

belum benar dan magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan

kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari

teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh

keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu

atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-

tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran

tubuhnya dengan kelompoknya.

9

Page 11: LK Askep Asma Bronkial

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.

Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di

kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan

sedikit atau tidak protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada

akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa

menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama

temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,

lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran

juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang

mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan

kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda

dengan roda tiga.

RIWAYAT IMUNISASI

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,

POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

RIWAYAT NUTRISI

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6

tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan

rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % - <80 %

Gizi baik 80 % - 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

DAMPAK HOSPITALISASI

Sumber stressor :

1. Perpisahan

a. Protes : pergi, menendang, menangis

b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

10

Page 12: LK Askep Asma Bronkial

c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,

ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM

Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan

otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi

hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering

musikal.

Sistem Cardiovaskuler

Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

Sistem Persyarafan / neurologi

Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng

→ apatis → sopor → coma.

Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,

mukosa mulut kering.

Sistem integumen

Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL, RENCANA

INTERVENSI

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola

nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.

Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan

jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal.

Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas,

batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki

dan wheesing tidak ada

11

Page 13: LK Askep Asma Bronkial

Intervensi :

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan

( oksigen 2 ml dengan kanule ).

2. Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai

4 jam.

3. Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry.

4. Kaji kenyamanan posisi tidur anak.

5. Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat

kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.

6. Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral

7. Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas

dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).

8. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan

kecemasan.

9. Berikan terapi bermai sesuai usia.

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.

Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan

kondisi.

Intervensi :

1. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia,

tachypnea.

2. Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat

anak lelah, berikan istirahat yang cukup.

3. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.

4. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.

5. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.

6. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi.

7. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan

psikososial.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

Tujuan : Kecemasan menurun

Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua

merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

12

Page 14: LK Askep Asma Bronkial

Intervensi :

1. Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut,

dan ajarkan untuk berimajinasi.

2. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.

3. Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal

4. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.

5. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.

6. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan

menurunnya intake cairan.

Goal : Status hidrasi adekuat

Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan

sesuai dengan usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.

Intervensi :

1. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin,

ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).

2. Monitor elektrolit

3. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah

4. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran

(overload)

5. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat

meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).

6. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000

ml), tergantung usia dan berat badan.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.

Goal : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan

aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan

psikososial pada anak.

Intervensi :

1. Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.

2. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress

3. Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan

4. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak

5. Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.

13

Page 15: LK Askep Asma Bronkial

6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.

Goal : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan

pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.

Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai

dengan program medik atau perawatan.

Intervensi :

1. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan

intervensi.

2. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.

3. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.

4. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian

dan pemeriksaan darah.

5. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.

6. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.

7. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.

Perencanaan Pemulangan

Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.

Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu

binatang dan lainnya.

Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.

Ajarkan penggunaan nebulizer.

Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek

samping, waktu pemberian.

Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

14

Page 16: LK Askep Asma Bronkial

DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan

Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV

Sagung Seto Jakarta.

15

Page 17: LK Askep Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRE SCHOOL

DENGAN ASMA BRONCHIAL

DI RUANG ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

PENGKAJIAN

IDENTITAS KLIEN

Nama : An. Puput

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 5 tahun

Anak ke : Pertama

Nama Ayah : Tn Sujiono

Nama Ibu : Ny.Lili Pujiati

Pendidikan Ayah : SMA

Pendidikan Ibu : SMP

Pekerjaan Ayah : Swasta

Pekerjaan Ibu : Swasta

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Greges barat G/ Dalam no.15 Surabaya.

Taggal MRS : 18 juli 2002 jam 02.30

Diagnosa Medis : Asma Bronkial

Sumber Informasi : Orangtua klien.

Pengkajian tanggal : 18 Juli 2002 jam 08.00

RIWAYAT KEPERAWATAN

1) Riwayat Keperawatan SekarangKeluhan Utama : Batuk dengan dahak sulit keluar dan sesak nafas.

Lama keluhan :Sejak empat jam yang lalu.

Akibat timbulnya keluhan : Anak sulit tidur, tidak mau makan dan minum

serta tampak lemah.

Faktor yang memperberat : Tidak ada

Upaya untuk mengatasi : Dibawah ke rumah sakit DR.Soetomo Surabaya

melalui IRD jam 02.30.

2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Prenatal : Selama hamil ibu tidak pernah sakit, minum obat-obatan maupun

minum jamu-jamuan.

16

Page 18: LK Askep Asma Bronkial

Natal : Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan 10 hari, dengan berat

badan lahir 3,5 kg, ditolong bidan. Lahir spontan langsung

menangis, warna kulit merah, tidaka ada cianosis, kuning, dan tidak

ada kejang.

Post-Natal : Perkembangan dan pertumbuhan sampai anak berumur 5 th

Berjalan normal.

Alergi : Anak tidak alergi obat, anak jika terpapar dengan dingin, kena

debu atau bulu-bulu dari selimut atau kapas langsung bersin-bersin

dan sesak napas.

Tumbuh kembang:

Mengangkat kepala umur 2 bulan, duduk umur 7 bulan, jalan umur 13 bulan,

ngoceh umur 7 bulan.Untuk perkembangan saat ini : personal

sosial anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar ruangan

rawat ; Gerakan motorik halus saat ini yaitu anak dapat memegang

gambar dan menggambar; Perkembangan bahasa saat ini dimana

anak dapat mengikuti perintah dan berbicara spontan; Motorik

kasar, anak sudah duduk, berdiri, berjalan dan berlari.

Imunisasi : Anak telah mendapat imunisasi lengkap yaitu BCG; DPT I, II,

III; POLIO I,II,III; Campak; TT.

Status gizi : Berat badan anak saat ini ( 19 kg ) termasuk dalam status gizi

baik yaitu 105 % ( 80 – 110 % ).Kebutuhan kalori pada anak saat

ini 90 kkal X 19 kg yaitu 1710 kkal. Tinggi badan anak 107

cm.Anak minum ASI sampai umur 2 tahun.

Psikososial :Termasuk tahap preschool.

Psikoseksual :Termasuk fase oedipal atau faliks.

Interaksi :Anak tidak tampak takut dengan kehadiran perawat

disampingnya. Tetapi jika ingin melakukan tindakan ( menyuntik )

anak menangis ketakutan.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Komposisi keluarga : keluarga memiliki 1 orang putri yaitu klien sendiri.

Lingkungan rumah dan komunitas : Menurut ibu kondisi lingkungan rumah

cukup bersih, dan berlantai keramik.Dalam rumah ada bahan-bahan

iritan seperti minyak wangi, obat semprot nyamuk dan juga ada

binatang peliharaan seperti kucing.Suhu lingkungan rumah dalam

batas normal (tidak terlalu panas atau dingin ).Tinggal dalam satu

17

Page 19: LK Askep Asma Bronkial

rumah dengan jumlah penghuni 3 orang yaitu ayah, ibu dan klien

sendiri.

Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga : sudah ada pada pengkajian

identitas klien .

Kultur dan kepercayaan : menganut budaya jawa dan agama islam.

Fungsi dan hubungan keluarga : cukup harmonis.

Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : Anak sering minum es dan

didalam keluarga ayah merokok.

Persepsi keluarga tentang penyakit klien : anggapan keluarga bahwa anaknya

menderita penyakit berat dan harus segara ditangani.

Lainnya : Menurut keluarga (Ibu) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini

menderita sakit asma. Tetapi suami mempunyai riwayat sesak napas.

Orang tua anak tampak gelisah dan cemas dengan kondisi anaknya.Ibu

sering bertanya tentang penyakit anaknya dan apakah dapat

disembuhkan.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN BODY SYSTEM).

Sistem Respirasi : Inspeksi : bentuk pergerakan dada simetris, retraksi subcostal

positip,penggunaan otot bantu pernapasan positip, anak tampak sesak,

respirasi rate 40 x/ menit dan reguler. Perkusi dada : sonor. Auskultasi :

ronchi kering +/+, wheezing +/+ eksperium memanjang.

Sistem Cardiovaskuler : TD : 100/60, nadi 112x/mnt, tidak terdapat tanda-

tanda cyanosis, diaporesis.

Sistem Neurosensori : Compos mentis.

Sistem Genitourinary : BAK lancar, spontan, warna kuning dan bau khas.

Sistem Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3

sendok makan, minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual

tidak ada, muntah tidak terjadi. Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah hepar

dan abdomen.Bising usus 8x/mnt.

Sistem muskuloskeletal :Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas,

keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.

18

Page 20: LK Askep Asma Bronkial

Sistem Integumen :S : 366 , turgor baik, tidak ada luka,keringatan.

Sistem Endokrin :Tidak ada kelainan.

DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM : TANGGAL 18 JULI 2002

Hb : 12,7 g/dl ( P : 11,4-15,1 )

Leko : 12,5 x 109/l ( P : 4,3 – 11,3 )

Trombo : 377 ( 150 – 350 )

HCO3 : 18,5 mmol ( 21-25 )

BE : - 7,1mmol/l ( P -3,3 + 1,2 )

PH : 7, 347 ( 7,35-7,45 )

PCO2 : 34,5 ( 35-45 mmHg )

PO2 : 84,0 ( 80-104 mmHg )

O 2 saturasi : 95 %

Ct CO2 : 19,0.

Foto : Paru tidak tampak kelainan.

PROGRAM TERAPI

Infus D ½ saline 1500 cc/24 jam.

Oksigen 2 l/menit.

Ampicillin 3x300 mg/iv.

Cloxacillin 3x150 mg/iv.

Nebulizer Ventolin 4x1 ½ cc + pz 1 ½ cc.

Aminophilin 4,5 cc/ iv bolus dan 4,5 cc drip.

Chest fisioterapi.

Diet B 5 TIK 1450 Kkal + 40 gr Protein.

19

Page 21: LK Askep Asma Bronkial

ANALISA DAN SINTESA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. S : Klien mengatakan sesak napas.

O : Tampak gelisah, retraksi subcosta +, penggunaan otot bantu pernapasan +, RR 40 x/menit,tachipnea,112x/mnt, TD : 100/60,ronchi kering +/+, Wheezing +/+ eksperium memanjang, dan diaporesis, batuk + non produktif, ABGS dalam batas normal.

Interaksi IgE dan antigen pada sel mast

Mediator radang

Bronchospasme, edema mucosa, meningkatnya produksi sekret pada

saluran napas

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola

nafas

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas.

2. S : Klien mengatakan sesak napas.

O : Tampak lemah, diaporesis, dispnea, dan tachipnea.

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola

nafas

Hipoksia

Meningkatnya usaha nafas

Fatigue

Fatigue

3. S : Klien mengatakan tidak mau makan dan minum

O : Keadaan umum lemah, makan pagi hanya mau 3 sendok

Sesak nafas

Intake nutrisi dan minum tidak adekuat

Gangguan pemenuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. S : Orang tua bertanya tentang kondisi dan perkembangan penyakit yang diderita anaknya, Mengatakan bahwa penyakit yang diderita anaknya adalah serius.

O : Orang tua tampak cemas dan gelisah. Anak rewel.

Distress pernafasan

Hospitalisasi

Kecemasan meningkat

Kecemasan meningkat

20

Page 22: LK Askep Asma Bronkial

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif

pola nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan

meningkatnya produksi sekret pada saluran napas.

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Intake nutrisi dan minum yang tidak adekuat.

4. Kecemasan meningkat berhubungan dengan distress pernafasan dan

hospitalisasi.

III. PERENCANAAN

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola

nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan meningkatnya

produksi sekret pada saluran napas.

Tujuan : Pertukaran gas, bersihan jalan nafas , dan pola nafas klien

menjadi baik.

Kriteria : Tidak sukar dalam bernafas, tidak ada penggunaan otot-otot

bantu nafas, tidak ada ronchi dan wheezing, respirasi rate 20-30

x/menit, batuk yang produktif, nilai gas darah tetap dalam batas

normal, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt) dan anak

memperlihatkan kepatenan pada jalan nafas.

Intervensi :

Kaji pernapasan setiap 2-4 jam; kedalamannya, irama, penggunaan otot-otot

bantu nafas, cuping hidung, dan adanya batuk.

Auskultasi bunyi nafas setiap 2-4 jam.

Monitor ABGS.

Pemberian oksigen dengan humidifikasi.

Tinggikan bagian kepala saat tidur 30-40 derajad dengan kepala sedikit

ekstensi.

Berikan istirahat dan aktivitas secara periodik.

Lakukan fisioterapi dada, nebulizer dan suction.

Monitor nadi; apakah ada takikardi; bila takikardi ada disebabkan oleh karena

hypoxia.

Lakukan program medik: bronkodilator, B1 Agonis dan steroid.

21

Page 23: LK Askep Asma Bronkial

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.

Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan

kondisi.

Intervensi :

Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia,

tachypnea.

Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat

membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.

Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.

Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.

Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.

Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah

terapi.

Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan

memperluas perkembangan psikososial.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan intake yang

kurang

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat

badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan

mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.

Intervensi :

Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan

Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna

Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.

Beri makanan kesukaan klien

Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

4. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

Tujuan : Kecemasan menurun

Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua

merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

22

Page 24: LK Askep Asma Bronkial

Intervensi :

Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan

perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.

Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.

Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal

Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.

Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.

Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

23

Page 25: LK Askep Asma Bronkial

IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Anak Puput No. Rekam Medis 10062026 Hari Rawat ke 2

NO. DXTGL

JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)

1. 18 Juli 2002 07.30

08.00

08.30

08.50

09.00

09.30

09.50

1. Mengkaji pernafasan : RR 40 x/mn, irama teratur, tidak dalam, retraksi subcosta, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk non produktif, perkusi : sonor, auskultasi : ronchi kering, wheezing +/+ eksperium memanjang.

2. Mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan BGA.

3. Meninggikan kepala saat tidur 30-40 derajad.

4. Melakukan nebulizer : ventolin 1,5 cc + Pz 1,5 cc dalam waktu 10 menit.

5. Melakukan klaping pada dada anterior-posterior.

6. Melakukan suction lendir warna putih kental

7. Mengukur nadi 112 x/mn, TD 100/60 mmhg

Jam 13.00

S : Anak mengatakan masih sesak

O : sesak positif, RR 28 x/mn, nadi 100 x/mn, retraksi subcostal positif, batuk positif non produktif, ronchi dan wheezing positif, dan rewel.

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana diteruskan.

24

Page 26: LK Askep Asma Bronkial

2. 10.00

11.00

11.20

11.30

1. Mengkaji keluhan kurang nafsu makan dan minum yang kurang pada anak, anjurkan ibu memberikan makan minum sedikit-sedikit tapi sering pada anak

2. Memberikan injeksi deksametason 1 ampul/4 mg iv

3. Drip 4,5 cc aminophilin dalam D5 ¼ salin

4. Bolus 4,5 cc aminophilin iv

S : Anak mengatakan masih sesak nafas

O : Tampak lemah, lelah, dispneu, retraksi interkosta.

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana dilanjutkan

3. 12.00

12.00

1. Duduk di samping anak dan memberikan suport agar anak lebih tenang

2. Menghindari terlalu sering memberikan intervensi yang tidak penting pada anak untuk mencegah kelelahan pada anak

S : Anak mengatakan tidak mau makan dan minum

O : Menolak makan dan minum yang diberikan

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana dilanjutkan

4. 12.30 Menganjurkan orang tua untuk tetap berada disamping anak untuk mengurangi kecemasan anak

S : Anak mengatakan takut, orang tua bertanya tentang perkembangan penyakit anak dan menganggap sakit anaknya cukup serius.

O : Anak rewel dan tampak gelisah, orang tua tampak tegang dan cemas dari ekspresi verbal dan non verbal.

A : Masalah belum teratasi

P : Dilanjutkan

25

Page 27: LK Askep Asma Bronkial

1. 19 Juli 2002 07.30

08.00

08.3008.50

09.00

09.30

09.50

1. Mengkaji pernapasan : RR 24x/menit, irama teratur dan tidak dalam,tidak ada retraksi subcostal, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, batuk produktif dengan riak warna putih, perkusi : sonor, auskultasi : ronchi kering +/-, wheezing +/+ eksperium memanjang

2. Menginjeksi ampicillin 300 mg/iv dan cloxacillin 150 mg/iv. Theopillin injeksi diganti oral yaitu :Theopillin/Aalbutamol/Ambroksol 3x po

3. Meningikan kepala saat tidur 30-40 derajad4. Melakukan nebulizer : ventolin 1 1/2 cc +

Pz 1 ½ cc dengan waktu 10 menit5. Melakukan klaping pada dada anterior dan

posterior6. Melakukan suction positip lendir warna

putih kental7. Monitor nadi : 100 x/menit, tensi : 100/60

mmHg, oksigen kanule yang sudah terpasang 2 l/menit dan hasil ABGS tidak ada tanda asidosis respiratorik

Jam 13.00

S : Anak mengatakan tidak sesak napas

O : sesak tidak ada, RR 24 x/menit, Nadi 100x/menit, tidak ada retraksi subcostal, batuk produktif dengan riak putih, tidak ada penggunaan otot pernapasan, ronchi kering +/- dan wheezing +/+.

A :Masalah teratasi sebagian

P :Diteruskan

26

Page 28: LK Askep Asma Bronkial

2. 10.00 Mengkaji keluhan kurang napsu makan dan minum yang kurang pada anak dimana makan dan minum anak mulai meningkat ditandai dengan makanan dan minuman yang disediakan dimakan dan diminum, serta anjurkan ibu memberikan makan-minum yang disediakan RS dengan diit 1450 Kkal + 40 gr protein sedikit-sedikit tapi sering , sehingga anak dapat intake yang cukup

S : Anak mengatakan tidak sesak napas

O :Tampak masih lemah dan lelah

A :Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan

3. 12.00

12.00

Duduk disamping anak dan memberikan support agar anak lebih tenang dan tidak rewel

Menghindari seringnya meakukan intervensi yang tidak penting pada anak untuk mencegah kelelahan pada anak

S : Anak mengatakan mau makan dan minum

O :Makanan dan minuman yang disediakan rumah sakit mulai dimakan oleh anak, tapi tidak dihabiskan porsi yang disediakan

A :Masalah teratasi sebagian

P :Dilanjutkan

4. 12.30 Menganjurkan orang tua untuk tetap berada disamping anak untuk mengurangi kecemasan pada anak

S : Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan dapat menerima kehadiran perawat disampingnya.

O :Anak tidak rewel dan mulai dapat menerima dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar,orang tua anak tampak lebih rilek dari ekspresi verbal dan nonverbalnya serta orang tua tetap mendampingi anaknya

A :Masalah teratasi sebagian

27

Page 29: LK Askep Asma Bronkial

P : Dilanjutkan

Perencanaan pemulangan : tanggal 20 Juli 2002, implementasi keperawatan yang diberikan :

1. Menjelaskan proses penyakit.

2. Menghindari faktor pemicu : kebersihan lantai rumah, debu-debu, bulu binatang, dll.

3. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan.

4. Menjelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

5. Menjelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

6. Mematuhi program pengobatan / terapi.

28