Asuhan Keperawatan HIV

31
LAPORAN PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) Konsep Dasar Medis A. Definisi HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4. Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain. HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru. B. Etiologi

description

tugas mandiri

Transcript of Asuhan Keperawatan HIV

Page 1: Asuhan Keperawatan HIV

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV

(Human Immunodeficiency Virus)

Konsep Dasar Medis

A. Definisi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.

Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain.

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.

B. Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.

.

C. Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi

Page 2: Asuhan Keperawatan HIV

sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

D. Tanda dan gejala

-          Gejala Klinisgejala klinis dari HIV/ dibagi atas beberapa fase.a.       Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.b.      Fase lanjut

Page 3: Asuhan Keperawatan HIV

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c.       Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. -   gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): a.       Gejala mayor :         Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan         Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan         Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan         Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis         Demensia/ HIV ensefalopati b.      Gejala minor :         Batuk menetap lebih dari 1 bulan          Dermatitis generalisata         Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang         Kandidias orofaringeal          Herpes simpleks kronis progresif         Limfadenopati generalisata         Retinitis virus Sitomegalo

E. Penatalaksanaan1.          Aspek Medis meliputi :a.      Pengobatan Suportif.

Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.

b.      Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.

Page 4: Asuhan Keperawatan HIV

Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi HIV 1)      ToksoplasmosisSangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang kurang matang. Obat :  TMP-SMX  1 dosis/hari.2)      CMVVirus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaam. Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat menyebabkan luka pada usus. Obat  :  Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari.3)      JamurJamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur Kandida. Obat  :  Nistatin  500.000 u per hari Flukonazol 100 mg per hari.

c.       Pengobatan Antiretroviral (ARV)1)      Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat2)   Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART” (Highly Active Anti Retroviral therapy)3)  Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.4)      Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat terjadi resisten bila sering lupa minum obat.

2.          Aspek Psikologis, meliputi :a.       Perawatan personal dan dihargaib.      Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnyac.       Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannyad.      Tindak lanjut medise.       Mengurangi penghalang untuk pengobatanf.       Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

3.          Aspek Sosial.Seorang penderita HIV setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:a.       Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikanb.      Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehatc.       Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan social :a.       Dukungan Emosional

Page 5: Asuhan Keperawatan HIV

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien dengan HIV yang bersangkutanb.      Dukungan PenghargaanTerjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain c.       Dukungan InstrumentalMencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannyad.      Dukungan InformatifMencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

F. Pencegahan

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.

1.      Hubungan seksual Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang

salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. 2.      Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi

Wabah HIV di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003. Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.3.      Penularan dari ibu ke anak

Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya

Page 6: Asuhan Keperawatan HIV

terjadi di Afrika. Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.

G. Pemeriksaan penunjang

1.      Tes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 2)      Tes antibody serum Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa3)      Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)4).      Tes Lainnya

a.       Sinar X dada Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain

5)   Tes HIV Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan

untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV.

H. Komplikasi 1.      Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.2.      Neurologik a.       Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

Page 7: Asuhan Keperawatan HIV

b.      Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.c.       Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.d.      Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)3.      Gastrointestinal a.       Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.b.      Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.c.       Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan Diare.4.      Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5.      Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.6.      Sensorik a.       Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaanb.      Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

Page 8: Asuhan Keperawatan HIV

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Dasar data pengkajian pasien

a.       Aktivitas/istirahat

  Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,

progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

  Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap

aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.

b.      Sirkulasi

  Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.

  Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,

pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.

c.       Integritas ego

  Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan,

gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),

mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa

bersalah, dan depresi.

  Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,

menangis, kontak mata yang kurang.

d.      Eliminasi

  Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram

abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

  Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang

sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam

jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

e.       Makanan/cairan

Page 9: Asuhan Keperawatan HIV

Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah.

Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.

  Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus

hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan

perubahan warna, edema.

f.       Hygiene

  Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS

  Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam

banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.

g.      Neurosensori

  Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan

ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/

konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman

penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan

paling awal).

  Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai

demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi

psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,

harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan

otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya

motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.

h.      Nyeri/kenyamanan

  Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri

dada pleuritis.

  Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan

rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang

sakit.

i.        Pernapasan

  Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari

sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak

pada dada.

Page 10: Asuhan Keperawatan HIV

  Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas

adventius. Sputum :kuning

j.        Keamanan

  Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya.

Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit

defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,

peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.

  Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem,

psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi

memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka

perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area

tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,

perubahan pada gaya berjalan.

k.      Seksualitas

  Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual

deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual

yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk

melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.

Menggunakan pil pencegah kehamilan.

  Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis.

Kutil, herpes)

l.        Interaksi social

  Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan

karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya

pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian,

teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan

kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

  Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak

terorganisasi.

m.    Penyuluhan/pembelajaran

Page 11: Asuhan Keperawatan HIV

  Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko

tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-

obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.

  Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-

obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja

makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

B.     Diagnos Keperawatan

a.    Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat

b.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan penularan HIV.

c.   Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan

penyakit.

C. Rencana keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Gangguan

Keseimbangan

Cairan dan

Elektrolit b.d

diare berat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan,

infeksi bisa pada klien

bisa diatasi dengan

kriteria hasil :

        Tidak ada demam

dan bebas dari

pengeluaran / sekresi

purulen dan tanda-

tanda lain dari kondisi

infeksi.

-          Bisa mencapai

masa penyembuhan

luka / lesi.

Pantau tanda-tanda

vital

Indikator dari

volume cairan

sirkulasi.

     Catat peningkatan suhu

dan durasi demam.

Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.

nj Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus

Indikator tidak langsung dari status cairan.

Timbang berat badan

sesuai indikasi.

Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi.

Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan

Mempertahankan keseimbangan

Page 12: Asuhan Keperawatan HIV

sedikitnya 2500 ml/ hari.

Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu

cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.

Mungkin dapat mengurangi diare

Kolaborasi : Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.

Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.

Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik

Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu

Page 13: Asuhan Keperawatan HIV

mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.

2 Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan cara

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

Klien diharapkan bisa

mengetahui

pencegahan

penularan HIV,

dan kebutuhan

pengobatan.

bagaimana

pencegahan penularan

HIV, dan juga pasien

bisa memulai

perubahan gaya hidup

yang perlu, dan ikut

serta dalam aturan

perawatan.

        Instruksikan pasien,

keluarga, teman,

tentang rute penularan

HIV.

        Berikan informasi

penatalaksanaan gejala

yang melengkapi

aturan medis, misal

pada diare intermiten

gunakan lomotil

sebelum pergi

kekegiatan sosial.

        Dorong aktivitas atau

latihan pada tingkat

yang dapat ditoleransi

pasien.

        Pngetahuan

tentang penularan

penyakit

membantu

mencegah

penyabaran

penyakit, dan

mencegah rasa

takut.

        Memberikan

pasien peningkatan

kontrol, atau

mengurangi risiko

rasa malu dan

meningkatkan

kenyamanan.

        Merangsang

pelepasan endorfin

pada otak,

meningkatkan rasa

sejahtera

        Memberi

kesempatan untuk

Page 14: Asuhan Keperawatan HIV

        Tekankan perlunya

melanjutkan

perawatan kesehatan

dan evaluasi.

        Tekankan pentingnya

istirahat yang adekuat

mengubah aturan

untuk memenuhi

kebutuhan

perubahan

individual.

        Mencegah atau

mengurangi

kepenatan,

meningkatkan

kemampuan

3 Isolasi social

berhubungan

dengan

mudahnya

transmisi atau

proses penularan

penyakit.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

Klien bisa

menunjukkan

peningkatan perasaan

harga diri dan

berpartisifasi dalam

aktivitas atau program

pada tingkat

kemampuan/hasrat.

        Kaji pola interaksi

social yang lazim.

        Dorong adanya

hubungan yang aktif

dengan orang terdekat

        Waspadai gejala-

gejala

verbal/nonverbal,

misalnya menarik diri,

putus asa, perasaan

        menetapkan dasar

untuk intervensi

individual.

        Membantu

memamntapkan

partisifasi pada

hubungan sosial.

Dapat mengurangi

kemungkinan

upaya bunuh diri.

        Indikasi bahwa

putus asa dan ide

untuk bunuh diri

sering muncul ;

ketika tanda-tanda

ini diketahui oleh

pemberi

perawatan, pasien

Page 15: Asuhan Keperawatan HIV

kesepian. Tanyakan

kepada klien apakah

pernah berfikir untuk

bunuh diri.

umumnya ingin

bicara mengenai

perasaan ingin

bunuh diri,

terisolasi dan putus

asa.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu:

a. Tindakan Mandirib. Tindakan Observasic. Tindakan Health educationd. Tindakan kolaborasi

E. Evaluasi

Tahapan evaluasi merupakan prose menentukan sejauh mana tujuan dicapai,sehingga dalam mengevaluasi aktifitas tindakann keperawatan,perawat perlu mengetahui kreteria ini harus dapat diukur dan diamati. Agar kemajuan perkembangan keperawatan klien dapat diketahui.

Page 16: Asuhan Keperawatan HIV

PENYIMPANGAN KDM

HIV

(Human Immunodeficiency Virus)

Page 17: Asuhan Keperawatan HIV

DAFTAR PUSTAKA

Heri.”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,(Online),

(http://mydocumentku.blogspot. com/2012/03/asuhan-keperawatan-

hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,

(Online) ,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-

pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media

Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta :

EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis

Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.

blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Page 18: Asuhan Keperawatan HIV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “J”1.       Pengkajian

                    I.      Identitas        Nama : Ny.Y         Jenis kelamin : Perempuan         Umur : 34 tahun         Status perkawinan : Belum menikah         Pendidikan : SD         Suku/Bangsa : Indonesia        Alamat : pengayoman        Pekerjaan : WTS (wanita tuna susila)

           II.   Keluhan Utama : Diare

              III.  Riwayat Kesehatan

  Riwayat Penyakit Sekarang :    P : Ny.Y diare sudah 1 bulan yg lalu, sebelumnya sudah dibawa ke puskesmas terdekat dan sudah diberikan oralit serta obat diare tp smpai saat ini tdk sembuh, sehingga dibawa ke RS

      Q : diare sering muncul dg feses yg encer disertai mukus. Timbulnya tiba2. Sehari hampir 6-7 kali keluar masuk WC

   R : diare pada sistem pencernaannya     S : diare sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan terakhir ini

    T : diare muncul hampir setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi.   Riwayat Penyakit Dahulu : Ny.Y sering mengalami mual nyeri lambung  Riwayat Penyakit Keluarga : ibunya telah meninggal karena AIDS

           IV.   Pemeriksaan Fisik        Keadaan Umum :

                             •        Tampak lelah                              •        Konjungtiva anemis                              •        BB menurun                              •        Kulit kering                             •        Mukosa mulut pucat

        TTV :                             •        S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)                              •        N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit)                              •        TD : 90/60 mmHg (100 -140, 60 – 90 mmHg)                              •        RR : 16 x/menit (16 – 20 x/menit)

                  V.  Body System

Page 19: Asuhan Keperawatan HIV

   B1 (Breathing/Pernafasan) •   Ny.Y tampak mudah lelah •  Napasnya terkadang memendek •  Terkadang batuk         B2 (Blood/darah) •  Konjungtiva Ny.J tampak anemis •  Tekanan darah hipotensi (90/60 mmHg) •  Nadi takikardi (110 x/menit  B3 (Brain/otak) •  Terdapat herpeszooster •  Dan neuropati perifer •   Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis - B4 (Bladder/kandung kemih) Ny.J merasakan rasa terbakar saat miksi -  B5 (Bowel/usus) •       Ny.J diare sudah 1bulan tdk sembuh •       BB menurun •       Turgor kulit buruk -          B6 (Bone/tulang) •       Ny.Y merasakan nyeri panggul •       Terlihat lelah.

                 VI.            Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium a.       Tes Enzim – Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Tujuan : mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif b.      Westeren Blot AssayTujuan : mengenali antibody HIV dan memastikan seropositif HIV

  ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS: Ny.Y mengeluh diare sudah 1 bulan tdk sembuh Do:

     TTV :S : 380CN : 110x/menit TD : 90/60 mmHg RR : 16 x/menit

     konjungtiva anemis      Tampak lelah      BB menurun      Turgor buruk     Mukosa mulut pucat

Invasi mikroorganisme ke saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal dalam kolon

Peningkatan peristaltic kolon

Mal absorbsi

Diare

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Page 20: Asuhan Keperawatan HIV

     Kulit kering     Pemeriksaan lab :

Na 98 mmol/LK 2,8 mmol/LCl 110 mmol/L

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

2.       Diagnosa keperawatanGangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat 3.       Rencana Intervensi dan Implementasi keperawatan

Diagnosa : Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat mempertahankan hidrasi Kriteria Hasil :Dalam waktu 1x24 jam :- Membran mukosa lembab,- turgor kulit membaik,- tanda-tanda vital stabil - klien terlihat segar- BB perlahan naik

Tgl/Jam

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI

13-12-1108.00

Pantau tanda-tanda vital

Indikator dari volume cairan sirkulasi.

memantau tanda-tanda vital.

Catat peningkatan suhu dan durasi demam.

Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.

Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.

Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus

Indikator tidak langsung dari status cairan.

mengkaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.

Timbang berat badan sesuai indikasi.

Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi

menimbang berat badan sesuai indikasi.

Pantau pemasukan oral dan memasukan

Mempertahankan keseimbangan cairan,

memantau pemasukan oral dan memasukan cairan

Page 21: Asuhan Keperawatan HIV

cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.

mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.

sedikitnya 2500 ml/ hari.

Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.

Mungkin dapat mengurangi diare

menghilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.

Kolaborasi : Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.

Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.

memberikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.

Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.

Memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik

Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.

Memberikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik

4.       Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien -          S : Ny.Y mengatakan masih diare,tetapi sehari 3 x keluar masuk WC-          O :   TTV sebagian dalam normal•       TD : 90/60 mmHg•       N : 105 x/mnt •       RR : 16 x/mnt

Page 22: Asuhan Keperawatan HIV

•       S : 37 celcius -          Konjungtiva anemis -          Ny.J masih terlihat lelah -          Membran mukosa lembab-          turgor kulit masih buruk-          kulit klien masih terlihat kering-          BB naik 1kg        A : masalah teratasi sebagian         P : lanjutkan intervensi