Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

download Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

of 50

Transcript of Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    1/50

    A S U H A N K E P E R A W A T A N

    P A D A P A S I E N D E N G A N G A N G G U A N

    S I S T E M I M U N I T A S HIV -AIDS

    D E N G A N K O M P L I K A S I T U B E R K U L O S I S P A R U

    Oleh:

    AGUS DWI NURUL HUDA

    ASEP NUGRAHA KUSDIANADEWI AGUSTINA WIRDHA NINGSIH

    IRMA SAFITRI

    KARDIANUS RANGKUTI

    NARISA

    PRODI DIV KEPERAWATAN

    POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

    TAHUN AJARAN 2014/2015

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    2/50

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

    Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Imunitas HIV-

    AIDS dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru.

    Makalah ini membahas tentang konsep dasar HIV-AIDS, dan konsep

    asuhan keperawatan pada pasien HIV-AIDS dengan komplikasi Tuberkulosis

    Paru.

    Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

    berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima

    kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada:

    1.

    Ibu Neny Yusmaniarni, S.ST selaku pembimbing praktek klinik di Ruang

    Penyakit Dalam RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang.

    2.

    Bapak Ns. Suhendra, S. Kep selaku pembimbing akademik.

    Kami berharap makalah ini dapat memotivasi para mahasiswa/i lain dalam

    mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak terdapat

    kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan-masukan yang

    bersifat membangun, yaitu berupa kritikan dan saran yang konstruktif demi

    memperbaiki dan penyempurnaan pembuatan laporan dan makalah kami

    selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

    Singkawang, 25 Oktober 2014

    Penulis

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    3/50

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

    1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

    BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................ 4

    2.1

    Konsep Dasar Penyakit ........................................................................... 4

    2.1.1 Definisi ........................................................................................ 4

    2.1.2 Etiologi ........................................................................................ 5

    2.1.3 Manifestasi Klinis ....................................................................... 6

    2.1.4 Patofisiologi ................................................................................ 8

    2.1.5 Pathway ....................................................................................... 10

    2.1.6 Komplikasi .................................................................................. 11

    2.1.7

    Penatalaksanaan Medis ............................................................... 11

    2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 12

    2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 13

    BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 16

    A.PENGKAJIAN .......................................................................................... 16

    B.ANALISA DATA ..................................................................................... 24

    C.DAFTAR MASALAH .............................................................................. 28

    D.INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................ 32

    E.CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI ............................... 36

    BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 46

    A.Simpulan .................................................................................................... 46

    B.Saran .......................................................................................................... 46

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    4/50

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang

    Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan

    terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDS

    ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS

    dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta

    jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai

    salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja,

    akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,

    epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)

    hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan

    anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan

    HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4

    dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan

    jumlah terbesar sejak tahun 1981.

    Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai

    dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes

    RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah

    menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758

    yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.

    Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli

    epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu

    berkisar antara 80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negaraperingkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-

    nya tertinggi di Asia.

    TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistik

    tersering menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi

    HIV/AIDS memudahkan terjadinya infeksi mycobacterium tuberculosis.

    Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih besar menderita TB di

    bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS untuk menderita TB

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    5/50

    2

    adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB

    hanya 10% seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian

    TB dengan infeksi menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi ( total

    13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak

    25-83 %. Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB merupakan

    penyebab kematian tersering pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana

    WHO memperkirakan TB sebagai penyebab kematian 13% dari penderita

    AIDS.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.

    Apa definisi dari HIV/AIDS ?

    2.

    Apa etiologi dari HIV/AIDS ?

    3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?

    4.

    Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS ?

    5. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada HIV/AIDS ?

    6. Apa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada HIV/AIDS ?

    7.

    Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada HIV/AIDS ?

    8. Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ?

    9.

    Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?

    10.

    Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien

    dengan HIV/AIDS komplikasi TB paru?

    1.3 Tujuan

    1.

    Tujuan umum

    Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana

    cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit

    HIV/AIDS komplikasi TB paru.

    2. Tujuan khusus

    a. Agar mahasiswa/i memahami definisi HIV/AIDS.

    b.

    Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi HIV/AIDS.

    c. Agar mahasiswa/i memahami patofisiologi HIV/AIDS.

    d. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.

    e.

    Agar mahasiswa/i megetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS.

    f.

    Agar mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    6/50

    3

    g. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan medik pada pasien

    dengan HIV/AIDS.

    h.

    Agar mahasiswa/i mengetahui komplikasi yang akan muncul dari

    HIV/AIDS?

    i. Agar mahasiswa/i mengetahui pencegahan HIV/AIDS?

    j.

    Agar mahasiswa/i memahami konsep asuhan keperawatan yang

    dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru?

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    7/50

    4

    BAB II

    LAPORAN PENDAHULUAN

    2.1

    Konsep Dasar Penyakit

    2.1.1Definisi

    HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang

    menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.

    HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas

    menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki

    CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel

    limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan

    berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan

    dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan

    sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan

    pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang

    terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan

    pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).

    HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidupdalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh

    ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS

    ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit

    maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik

    (Zein, 2006).

    HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem

    kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency

    Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus

    HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8)

    AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,

    yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan

    tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai

    kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    8/50

    5

    penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,

    sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

    AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler

    pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat

    menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat

    supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz,

    2005).

    AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan

    atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi

    tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya

    tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09)

    2.1.2Etiologi

    Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human

    Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun

    1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika

    ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap

    sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk

    memudahkan keduanya disebut HIV.

    Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

    1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.

    Tidak ada gejala.

    2.

    Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu

    likes illness.

    3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak

    ada.

    4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat

    malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi

    mulut.

    5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama

    kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada

    berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    9/50

    6

    AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria

    maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

    1.

    Lelaki homoseksual atau biseks.

    2.

    Orang yang ketagian obat intravena.

    3. Partner seks dari penderita AIDS.

    4.

    Penerima darah atau produk darah (transfusi).

    5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

    2.1.3Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya

    dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem pernapasan.

    Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas

    (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai

    infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium-

    intracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun

    begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita AIDS adalah

    Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis

    pertama yang dideskriPasienikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini

    merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa

    terapi profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi

    HIV P. carinii awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah

    penelitian dan pemeriksaan analisis terhadap struktur RNA ribosomnya

    menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus). Kendati

    demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan

    jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit

    pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan

    berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi

    parenkim paru.

    Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut

    bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain.

    Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa

    beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya

    hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    10/50

    7

    demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek, dispnea dan kadang-

    kadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi.

    Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan

    udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini

    menunjukkan hipoksemia minimal.

    Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan

    paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa

    pasien memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang

    fulminan yang meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan

    status mental. Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3

    hari setelah timbulnya gejala pendahuluan.

    Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali

    mikroorganisme dalam jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan

    diagnosis ini dilaksanakan dengan prosedur seperti induksi sputum, lavase

    bronkial-alveolar dan bioPasieni transbronkial (melalui bronkoskopi serat

    optik).

    Kompleks Mycobacterium avium. Penyakit kompleks

    Mycobacterium avium (MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul

    sebagai penyebab utama infeksi bakteri pada pasien-pasien AIDS.

    Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC adalah M. avium, M.

    intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil

    tahan-asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering

    dijumpai dalam traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang.

    Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika

    diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk.Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi.

    M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di

    antara para pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi

    infeksi tuberkulosis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi

    oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini

    dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS.

    Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan pembentukan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    11/50

    8

    granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga timbul kecurigaan

    ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi dengan

    baik terhadap terapi antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian

    dalam perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes

    kulit tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu

    lagi bereaksi terhadap antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut,

    penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner

    seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan

    skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten obat kini bermunculan dan

    kerapkali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani

    pengobatan antituberkulosis.

    2.1.4Patofisiologi

    Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah

    sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan

    terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human

    Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan

    protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen

    grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka

    Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan

    meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga

    dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi

    virus dan sel yang terinfeksi.

    Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan

    melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi

    untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam

    nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang

    permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali

    virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh

    tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang

    menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali

    antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,

    menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    12/50

    9

    mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper

    terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan

    memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang

    serius.

    Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin

    lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan

    menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human

    Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala

    (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4

    dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai

    sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

    Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes

    zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat

    timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya

    terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila

    jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi

    opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    13/50

    10

    2.1.5Pathway

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    14/50

    11

    2.1.6Komplikasi

    Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :

    Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human

    Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit-

    penyakit

    1.

    Tuberkulosis Paru

    2. Pneumonia Premosistis

    3. Berbagai macam penyakit kanker

    4.

    Pemeriksaan Penunjang

    2.1.7Penatalaksanaan Medis

    1.

    Pengobatan Suporatif

    Tujuan :

    - Meningkatkan keadaan umum pasien

    - Pemberian gizi yang sesuai

    - Obat sistometik dan vitamin

    - Dukungan Pasienikologis

    2.

    Pengobatan infeksi oportunistik

    a.

    Untuk infeksi :

    - Kardidiasis eosofagus

    - Tuberculosis

    - Toksoplasmosis

    - Herpes

    - Pcp

    - Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma

    Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapipenyakit kanker

    b. Terapi :

    - Flikonasol

    - Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin

    - Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat

    - Ansiklovir

    -

    Kotrimoksazol

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    15/50

    12

    3. Pengobatan anti retro virus

    Tujuan :

    - Mengurangi kematian dan kesakitan

    -Menurunkan jumlah virus

    - Meningkatkan kekebalan tubuh

    - Mengurangi resiko penularan

    2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

    1.

    Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :

    - ELISA

    - Western blot

    -P24 antigen test

    - Kultur HIV

    2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :

    - Hematokrit

    - LED

    - Rasio CD4 / CD Limposit

    - Serum mikroglobulin B2

    -Hemoglobin

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    16/50

    13

    2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Identitas

    Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

    b.

    Riwayat

    Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-

    obatan

    c.

    Penampilan umum

    Pucat, kelaparan

    d.

    Gejala subyektif

    Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari

    berulang kali, lemah, lelah, anoreksia

    e.

    Pasienikososial

    Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

    f. Status mental

    Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi

    g. HEENT

    Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering

    h.

    Pemeriksaan persistem

    - Sistem persyarafan

    - Sistem pernafasan

    - Sistem musculoskeletal

    - Sistem kardiovaskuler

    - Sistem integument

    i.

    Pola fungsi kesehatan

    - Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan

    - Pola nutrisi

    - Pola eliminasi

    - Pola istirahat tidur

    - Pola aktivitas dan latihan

    2.

    Diagnosa Keperawatan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    17/50

    14

    a. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko

    b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi

    c.

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,

    menurunnya absorbs zat gizi

    d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal)

    3. Intervensi dan Rasional Tindakan

    a. Intervensi diagnosa 1

    a. Reiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko

    Tujuan :

    Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya,

    dengan KH :

    - Tidak ada tanda-tanda infeksi baru

    - TTV dalam batas normal

    b. Intervensi (NIC)

    - Monitor tanda-tanda infeksi baru

    R/: untuk pengobatan dini

    - Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif

    R/: mencegah pasien terpapar kuman pathogen dari RS

    - Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order

    R/: meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

    - Atur pemberian anti infeksi sesuai oerder

    - R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik

    c.

    Intervensi diagnosa 2

    b.

    Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen,malnutrisi

    Tujuan :

    Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan, dengan KH :

    - Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas

    d.

    Intervensi (NIC)

    - Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

    R/: respon bervariasi dari hari ke hari

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    18/50

    15

    - Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

    R/: mengurangi kebutuhan energy

    - Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat

    1.

    R/: ekstra istirahat perlu untuk meningkatkan kebutuhan metabolic

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    19/50

    16

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1. Pengumpulan Data

    a.

    Identitas pasien

    Nama : Tn J

    Umur : 44 Tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Kristen

    Suku : Dayak

    Pendidikan : SD

    Alamat : Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004.

    Pasigi. Mempawah Hulu

    Pekerjaan : Petani

    Tanggal masuk : 04 Oktober 2014

    Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2014

    Diagnosa medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB

    Paru.

    b. Identitas penanggung jawab

    Nama : Tn A

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Hubungan dengan pasien : Adik

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    20/50

    17

    2. Riwayat Penyakit

    a. Alasan masuk rumah sakit sakit

    Pasien mengatakan demam 2 bulan SMRS, demam naik turun.

    Pasien juga mengatakan batuknya berdahak 1 tahun yang lalu

    SMRS, sering sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 2 bulan

    saja. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang.

    b. Keluhan utama

    Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan

    ada batuk berdahak.

    c. Keluhan saat dikaji

    Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual

    muntah. Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari

    karena gelisah, sesak dan batuk berdahak.

    d. Riwayat penyakit dahulu

    Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika

    berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya.

    e. Riwayat kesehatan keluarga

    Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

    menular dan penyakit kronis lainnya.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    21/50

    18

    3. Genogram

    Keterangan :

    : Laki-laki:Perempuan

    : Pasien

    : Tinggal dalam satu rumah

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    22/50

    19

    Data Biologis

    a. Pola nutrisi

    SMRS : Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu

    porsi makan habis.

    MRS : Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi

    makan RS tidak habis sisa 1/2.

    b. Pola minum

    SMRS : Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)

    MRS : Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)

    c. Pola eliminasi

    SMRS : Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari

    MRS : Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali

    sehari.

    d. Pola istirahat/tidur

    SMRS : Pasien tidur 7-8 jam sehari.

    MRS : Pasien tidur hanya 3-4 jam saat malam hari, saat rasa

    sesak dan batuk datang, pasien terjaga.

    e.

    Pola hygiene

    - Mandi

    SMRS : Pasien mandi dua kali sehari.

    MRS : Pasien mandi satu kali sehari.

    - Cuci rambut

    SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi.

    MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.

    -

    Gogok gigiSMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari.

    MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari

    masuk rumah sakit.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    23/50

    20

    4. Pola aktifitas

    Aktifitas 0 1 2 3 4

    Mandi

    Berpakaian

    Eliminasi

    Mobilisasi ditempat tidur

    Pindah

    Makan dan minum

    Keterangan : 0 = mandiri

    1 = dibantu sebagian

    2 = perlu bantuan orang lain

    3 = perlu bantuan orang lain dan alat

    4 = tergantung orang lain tidak mandiri

    5.

    Pemeriksaan Fisik

    a. Keadaan umum : Lemah

    Kesadaran :E4M6V5(GCS= 15)

    Compos Mentis

    TTV : TD = 100/80 mmHg

    N = 86 x/menit

    RR = 40 x/menit

    S = 37,3 C

    Berat badan

    SMRS : 55 Kg 6 bulan lalu

    MRS : 35 Kg

    Tinggi badan : 159 cm

    IMT :

    ()=

    35

    (,5)= 12,69

    Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    24/50

    21

    b. Kepala

    Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit

    kepala kering, tidak ada ketombe.

    Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

    c. Mata

    Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata

    simetris, konjungtiva merah muda, ada reaksi

    terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan alat bantu

    penglihatan, fungsi penglihatan normal.

    Palpasi : Tidak nyeri tekan.

    d. Hidung

    Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan

    pembengkakan.

    e. Telinga

    Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga,

    tidak ada lesi dan serumen.

    Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

    f. Mulut

    Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut

    lembab.

    Palpasi : Otot rahang kuat.

    g. Leher

    Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening.Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

    h. Thoraks (paru-paru)

    Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per

    menit, terdapat retraksi dinding dada.

    Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

    Auskultasi : Bunyi napas ronkhi.

    Perkusi : Batas paru-paru normal.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    25/50

    22

    5 5 5 5 5 5 5 5

    5 5 5 5 5 5 5 5

    i. Thoraks (jantung)

    Inspeksi : Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah

    kanan.

    Palpasi : Ictus cordis teraba.

    Auskultasi : S1 dan S2 reguler.

    Perkusi : Batas jantung normal.

    j. Abdomen

    Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen

    Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

    Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit.

    Perkusi : Timpani.

    k. Genetalia

    (pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah pribadi).

    l. Ekstremitas

    Kanan Kiri

    Keterangan:Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).

    0 : Tidak mampu bergerak sama sekali

    1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.

    2 : Hanya mampu menggerser sedikit.

    3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat

    bantuan di lepaskan tangan ikut jatuh.

    4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan

    gravitasi sesaatlalu jatuh.

    5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    26/50

    23

    8. Pemeriksaan Laboratorium

    Golongan darah :B

    HbsAg : Non-reaktif

    HIV : R/Reaktif

    BTA : +

    9. Pengobatan

    06 Oktober 2014 07 Oktober 2014 08 Oktober 2014

    - IUFD RL 20 Tpm

    - Inj. Dexametason

    3x1 amp

    - Inj. Ranitidin 2x1

    amp

    - Inj Ceftriaxone

    2x1 gram

    - IUFD Clinimix

    - IUFD ivelif

    - Sohobion drip 1x1 3cc

    - OAT Terapi (INH 300

    mg 1x1, Rifampisin400 mg 2x1.

    - Pirazinamol 1x1,

    Ketokonazole 1x200

    mg 1x1

    - Candistatin

    2x1(peroral)

    - PCT 3x1 (bila demam),

    O24

    - IUFD Clinimix

    - Sohobion drip 1x1

    3cc

    - OAT Terapi (INH

    300 mg 1x1,Rifampisin 400 mg

    1x1, etambutol 1x1

    - PCT 3x1 (bila

    demam), O24

    LABORATORIUM

    04-10-2014 Hasil Nilai Normal

    RBC 3,57 3,50-5,50 12

    MCV 7,47 75,0-100,0fl

    RDW% 63,1 1,0-1,6 %

    HCT 26,7 35,0-55,0 %

    PLT 386 100-400 1 0

    MPV 6,3 8,0-11,0fl

    PCT 0,24 0,01-99,9 %

    HGB 10,2HL 11,5-16,5

    WBC 13,5 3,5-10 1 0

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    27/50

    24

    B.ANALISA DATA

    NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

    1. DS:

    - Pasien mengatakan sering sesak.

    -Pasien mengatakan sering batuk.

    DO:

    - Ketika batuk, tampak adanya

    sputum yang dikelarkan.

    - Respirasi 40 kali per menit

    - Pasien terpasang oksigen 4 l/m

    HIV masuk ke dalam tubuh

    Penurunan kekebalan tubuh

    Masuknya Micobacterium

    tuberkulosa

    Menyebar ke organ paru

    Menempel di paru

    Terjadi kerusakan membran alveolar

    Terjadi pembentukan sputum

    berlebih

    Tidak efektif bersihan jalan nafas

    Bersihan jalan napas

    tidak efektif

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    28/50

    25

    2. DS:

    - Pasien mengatakan nafasnya

    terasa sesak

    DO:

    - RR : 40 x/menit

    - Terdapat retraksi dinding

    dada

    - Terpasang O24 l

    Gangguan jalan nafas

    Suplai O2 turun

    Difusi O2 terganggu

    Hipoksia

    Sesak nafas

    Pola nafas tidak efektif

    Pola nafas tidak

    efektif

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    29/50

    26

    3. DS:

    -Pasien mengatakan tidak nafsu

    makan

    -

    Pasien mengatakan sering mual

    dan muntah

    DO:

    -

    Pasien tampak lemah.

    - BB pasien turun 20 kg, BB = 35

    kg

    - Pasien makan satu kali porsi RS

    tidak habis

    - TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86

    kali per menit.

    - IMT = 12,69 (18,5-24,5) Kg/m2

    Mual muntah

    Nafsu makan turun

    Asupan nutrisi tubuh berkurang

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh

    Ketidakseimbangan

    nutrisi

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    30/50

    27

    4. DS:

    -Pasien mengatakan tidak bisa

    tidur karena gelisah, sesak dan

    batuk

    DO:

    -Pasien tidur 3-4 jam saat

    malam hari

    Proses penyakit

    Perubahan status kesehatan

    Kegelisahan

    Perubahan pola tidur

    Perubahan pola tidur

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    31/50

    28

    C. DAFTAR MASALAH

    NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF

    DITEMUKAN TERATASI

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif

    berhubungan dengan produksi sputum

    DS:

    - Pasien mengatakan sering sesak.

    -Pasien mengatakan sering batuk.

    DO:

    - Ketika batuk, tampak adanya sputum

    yang dikelarkan.

    - Respirasi 40 kali per menit

    - Pasien terpasang oksigen 4 l/m

    06 Oktober 2014

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    32/50

    29

    2. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan

    jalan nafas :

    DS:

    -

    Pasien mengatakan sesak nafas

    DO:

    - RR : 40x/mnt

    - Terdapat retraksi dinding dada

    - Terpasang O24 l

    06 Oktober 2014

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    33/50

    30

    3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan menurunnya nafsu makan dan

    mual muntah.

    DS:

    -Pasien mengatakan tidak nafsu makan

    -

    Pasien mengatakan sering mual dan

    muntah

    DO:

    -Pasien tampak lemah.

    -

    BB pasien turun 20 kg, BB = 35 kg

    - Pasien makan satu kali porsi RS tidak

    habis

    - TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 kali

    per menit.

    -

    IMT = 17,79 (18,5-24,5) Kg/m2

    06 Oktober 2014

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    34/50

    31

    4. Gangguan pola tidur berhubungan

    dengan kegelisahan akibat perubahan

    status kesehatan.

    DS:

    -Pasien mengatakan tidak bisa tidur

    karena gelisah, sesak dan batuk

    -

    Pasien mengatakan tidurnya sering

    terjaga saat sesak datang

    DO:

    Pasien tidur 3-4 jam saat malam hari

    06 Oktober 2014

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    35/50

    32

    D.

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL

    1. Bersihan jalan nafas b/d adanya

    sputum di jalan nafas, ditandai

    dengan:

    DS:

    - Pasien mengatakan sering sesak

    -

    Pasien mengatakan sering batuk

    DO:

    - Ketika batuk,tampak adanya

    sputum yang dikeluarkan dari

    mulut Pasien

    - Pasien terpasang oksigen 4 L/m

    Setalah dilakukan tindakan

    keperawatan 3x24 jam diharapkan

    bersihan jalan nafas tidakefektifan

    hilang dengan kriteria hasil :

    - Mampu mengeluarkan sputum

    -Frekuensi pernafasan dalam

    rentang normal (18-20x/m)

    - Ttv dalam batas normal

    1.

    Kaji k/u Pasien

    2.

    Posiskan pasien untuk

    memaksimalkan ventilasi.

    3.

    Ajarkan untuk batuk efektif

    4. Monitor resfirasi dan status 02,

    oxygen therapy.

    5. Berikan posisi semi fowler pada

    Pasien.

    1. Memantau kondisi Pasien

    2. Memudahkan Pasien ketika

    bernafas

    3. Mengeluarkan sputum

    4. Pemberian oksigen sebanyak 4

    l/m

    5.

    Memberikan kenyamananpada Pasien

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    36/50

    33

    2. Pola nafas tidak efektif b.d

    gangguan jalan nafas :

    DS:

    - Pasien mengatakan sesak nafas

    DO:

    - RR : 40x/mnt

    -

    Terdapat retraksi dinding dada

    -

    Terpasang O24 l

    Setalah dilakukan tindakan

    keperawatan 3x24 jam diharapkan :

    -

    nafas dalam batas normal 18-

    20x/mnt

    -

    Retraksi dinding dada ( - )

    1. Kaji pola nafas

    2. Auskultasi bunyi nafas dan catat

    adanya bunyi nafas seperti krekels,

    wheezing.

    3.

    Berikan posisi semi fowler

    4.

    Ciptakan lingkungan yang adekuat

    5. Kolaborasi dengan tim medis dalam

    pemberian terapi

    1. Untuk mengetahui pola nafas

    dan membantu dalam

    menentukan intervensi

    selanjutnya

    2.

    ronki dan wheezing menyertai

    obstruksi jalan nafas /

    kegagalan pernafasan.

    3.

    Memaksimalkan ekspansi

    paru

    4. Memberikan lingkungan aman

    dan nyaman

    5.

    Membantu dalam pemberian

    terapi yang tepat.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    37/50

    34

    3. Ketidakseimbangan nutrisi

    kurang dari kebutuhan tubuh

    b/d menurunnya nafsu makan

    dan mual muntah, ditandai

    dengan:

    DS:

    - Pasien mengatakan tidak nafsu

    makan

    - Pasien mengatakan sering

    mual muntah

    DO:

    - Pasien tampak lemah

    - BB 35 kg

    - Pasien makan 1 kali sehari

    porsi rs tidak habis

    - TTV : TD =100/80 N=86x/m

    IMT=12,69 Kg/m2

    Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam

    diharapkan Ketidak seimbangan

    nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil :

    - TTV dalam batas normal

    -

    BB meningkat

    -

    Pasien mengatakan nafsu makan

    meningkat

    -

    Mual muntah berkuarang

    1. Kaji keadaan umum Pasien

    2. Monitor Input dan Output nutrisi

    3.

    Anjurkan makan sedikit tapi sering

    4. Kolaborasi dengan ahli gizi

    1. Memantao kondisi Pasien

    2. Menyesuaikan kebutuhan

    kalori yang dibutuhkan

    3. Memenuhi kebutuhan nutrisi

    Pasien

    4.

    Menjaga keseimbangan Pasien

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    38/50

    35

    4. Gangguan pola tidur b/d

    kegelisahan akibat perubahan

    setatus kesehatan ditandai

    dengan:

    - DS:

    Pasien mengatakan tidak bisa

    tidur karena gelisah

    - DO:

    Pasien tidur kurang lebih 1-2

    jam saat malam hari.

    Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam

    diharapkan Perubahan pola tidur tidak

    terjadi dengan criteria hasil:

    - Pasien mengatakan sudah bisa tidur

    - Jumblah jam tidur normal 6-8 jam.

    1. Kaji keadaan umum Pasien

    2. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien

    3.

    Idenfikasi penyebab perubahan pola

    tidur Pasien

    4.

    Berikan posisi semi fowler

    5.

    Kolaborasi dengan keluarga Pasien

    supaya menciptakan suasana yang

    tenag dan nyaman

    1. Memantau kondisi Pasien

    2. Mengetahui intensitas tidur

    Pasien

    3. Mengetahui penyebab untuk

    memberikan intervensi yang

    tepat

    4. Merangsang Pasien supaya

    tertidur

    5. Membantu Pasien untuk tidur

    nyenyak.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    39/50

    36

    E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI

    NO. DX TANGGAL CATATAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN DAN

    EVALUASI

    PARAF

    DX 1. 06-10-2014

    07.00

    07:10

    07:20

    07:30

    07:40

    1. Kaji k/u Pasien

    R/Pasien tampak tenang

    2.

    Monitor respirasi dan status O2.

    R/Pasien terpasang O24 l

    3.

    Ajarkan untuk batuk efektif

    R/Pasien mengikuti instruksi

    4. berikan posisi semi fowler pada Pasien.

    R/Pasien mengikuti

    5. memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien

    R/Pasien mendengarkan

    S : Pasien mengatakan masih sesak dan

    sering batuk.

    O :- Respirasi 40 x/m

    - Pasien terpasang oksigen sebanyak 4

    l/m

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 2,3,4 dan 5 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    40/50

    37

    DX 2. 06-10-2014

    09.00

    10.00

    10.30

    10.45

    11.00

    1. Kaji pola nafas

    R/ Pasien mengatakan sesak, RR : 40x/menit

    2.

    Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi

    nafas seperti krekels, wheezing

    R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki

    3.

    Berikan posisi semi fowler

    R/ Pasien merasa nyaman4.

    Ciptakan lingkungan yang adekuat

    R/ Pasien merasa nyaman

    5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberianterapi

    R/ pemberian oksigen 4 liter

    S : - Pasien mengatakan sesak

    O : - terdapat retraksi dinding dada

    -

    Pasien menggunakan oksigen 4

    liter

    -

    RR : 40x/menit

    -

    Pasien tampak gelisah

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 1, 2,3 dan 4 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    41/50

    38

    DX 3. 06-10-2014

    09:20

    09:30

    09:35

    1. Monitor input dan output nutrisi

    R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan, BAB

    jarang

    2. Anjurkan makan sedikit tapi sering

    R/ Pasien mengikuti instruksi

    3. Kolaborasi dengan ahli gizi

    R/Pasien diberi makan bubur.

    S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.

    O :

    - Pasien tampak lemah

    - Pasien makan 1 x sehari porsi RS

    tidak habis

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    42/50

    39

    DX 4. 06-10-2014

    10.20

    10:40

    10:45

    10:50

    1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien

    R/Pasien mengatakan susah tidur

    2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien

    R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak

    dan gelisah.

    3. Berikan posisi semi fowler

    R/Pasien merasa nyaman.

    4. Kolaborasi dengan keluarga Pasien supayamenciptakan suasana yang tenag dan nyaman .

    R/Keluarga Pasien mengerti

    S : Pasien mengatakan susah untuk tidur.

    O :

    - Mata Pasien tampak berkantung

    - Pasien tampak lemah

    A : Masalah teratasi sebagian.

    P : Intervensi 2,3 dan 4 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    43/50

    40

    DX 1. 07-10-2014

    09.00

    09:05

    09:10

    09.15

    1. Monitor resfirasi dan status O2.

    R/Pasien terpasang oksigen 4 l

    2.

    Mengajarkan untuk batuk efektif

    R/Pasien mengikuti

    3.

    Berikan posisi semi fowler pada Pasien.

    R/Pasien mengikuti

    4.

    Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien

    R/Pasien mendengarkan

    S : Pasien mengatakan masih sesak,tapi

    batuk berkurang .

    O :

    - Respirasi 40 x/m

    - Pasien terpasang oksigen sebanyak

    4 l

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 2, dan 5 dilanjutkan.

    DX 2. 07-10-2014

    13.00

    13.30

    1. Kaji pola nafas

    R/ Pasien mengatakan masih sesak, RR :

    40x/menit

    2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi

    nafas seperti krekels, wheezing

    R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronkhi

    3. Berikan posisi semi fowler

    R/ Pasien merasa nyaman

    S : - Pasien mengatakan masih merasakan

    sesak

    O : - terdapat retraksi dinding dada

    - Pasien menggunakan oksigen 4

    liter

    - RR : 40x/menit

    -

    Pasien tampak gelisah

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    44/50

    41

    4.

    Ciptakan lingkungan yang adekuat

    R/ Pasien merasa nyaman

    5.

    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

    terapi

    R/ pemberian oksigen 4 liter.

    A : Masalah teratasi sebagian.

    P : Intervensi 1, 2,3, 4 dan 5 dilanjutkan.

    DX 3. 07-10-2014

    09.30

    09.35

    09:40

    1. Kaji keadaan umum Pasien

    R/ Pasien lemah, belum ada nafsu makan2. Monitor Input dan Output nutrisi

    R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan BAB

    jarang.

    3. Anjurkan makan sedikit tapi sering

    R/ Pasien mengatakan akan mengikuti instruksi

    S : Pasien mengatakan masih tidak nafsu

    makan.O :

    - Pasien tampak lemah

    - Pasien makan 1 x sehari porsi RS

    tidak habis

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    45/50

    42

    DX 4. 07-10-2014

    09.50

    10.00

    10.05

    1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien

    R/Pasien mengatakan susah tidur

    2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien

    R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak

    3. Berikan posisi semi fowler

    R/Pasien tampak nyaman

    S : Pasien mengatakan masih susah untuk

    tidur.

    O :

    - Mata Pasien tampak berkantung

    - Pasien tampak lemah

    A : Masalah teratasi sebagian.

    P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.

    DX 1. 08-10-2014

    09.00

    09.10

    1. Monitor resfirasi dan status O2.

    R/Pasien terpasang oksigen 2 liter

    2. Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien

    R/Pasien mendengarkan

    S :

    - Pasien mengatakan hanya sesak

    yang masih ada.

    -Pasien mengatakan mengerti

    dengan penyakit yang dideritanya

    O :

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    46/50

    43

    - respirasi 36 x/m

    - Pasien terpasang oksigen sebanyak

    2 L/m

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 2 dilanjutkan.

    DX 2. 08-10-2014 1.

    Kaji pola nafas

    R/ Pasien mengatakan sesaknya sedikit

    berkurang, RR : 36x/menit

    2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi

    nafas seperti krekels, wheezing

    R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki

    3.

    Berikan posisi semi fowler

    R/ Pasien merasa nyaman

    4.

    Ciptakan lingkungan yang adekuat

    R/ Pasien merasa nyaman

    5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

    terapi

    R/ pemberian oksigen 2 liter

    S : - Pasien mengatakan sesaknya sedikit

    berkurang

    O : - terdapat retraksi dinding dada

    -

    Pasien menggunakan oksigen 4

    liter

    -

    RR : 36x/menit

    - Pasien milau tenang

    A : Masalah teratasi sebagian.

    P : Intervensi 1, 2,3 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    47/50

    44

    DX 3. 08-10-2014

    09:15

    09:30

    1. Monitor Input dan Output nutrisi

    R/ Pasien makan bubur tiga kali sehari porsi

    makan . BAB belum ada.

    2. Anjurkan makan sedikit tapi sering

    R/ Pasien melakukan

    S : Pasien mengatakan ada nafsu

    makan,tapi kadang-kadang

    O :

    - Pasien tampak lemah

    - Pasien makan 1 x sehari porsi RS

    tidak habis

    A : Masalah belum teratasi.

    P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    48/50

    45

    DX 4. 08-10-2014

    09.40

    09.45

    10.00

    1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien

    R/Pasien mengatakan masih belum bisa tidur

    malam.

    2. Berikan posisi semi fowler

    R/Pasien merasa nyaman

    3. Merapikan tempat tidur

    R/Pasien mengatakan tempat tidurnya sudah

    merasa nyaman.

    S : Pasien mengatakan bisa tidur tetapi

    tidak nyenyak.

    O :

    - Pasien tampak gelisah

    - Pasien tidur 5-6 jam sehari

    A : Masalah teratasi sebagian.

    P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    49/50

    46

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Tn J datang ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 04

    Oktober 2014 pukul 18:45 WIB dengan keluhan pasien mengatakan demam

    2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuk

    berdahak 1 tahun SMRS kadang ada sesak.

    Saat di lakukan pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak

    disertai sesak, tidak nafsu makan dan tidurnya tidak nyenyak sehingga kami

    mengangkat diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pola

    napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    dan gangguan pola tidur. Tindakan yang dilakukan diantaranya

    memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas,

    memanajemen status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah

    dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa

    keperawatan tersebut belum ada yang teratasi sepenuhnya.

    B. Saran

    Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi

    acuan dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum

    menentukan rencana tindakannya.

  • 7/26/2019 Asuhan Keperawatan Sistem Imunitas HIV-A

    50/50

    DAFTAR PUSTAKA

    Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran Bandung

    Doenges, Marylyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4.

    Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

    Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta

    Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner

    dan suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC.