ASUHAN KEPERAWATAN G ANGGUAN KEBUTUHAN RASA …elib.stikesmuhgombong.ac.id/122/1/ESTI DWI FITRIASIH...

92
i ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT PADA Ny. E DI RUANG INAYAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : Esti Dwi Fitriasih A01301748 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2016

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN G ANGGUAN KEBUTUHAN RASA …elib.stikesmuhgombong.ac.id/122/1/ESTI DWI FITRIASIH...

i

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN

DAN NYAMAN : NYERI AKUT PADA Ny. E DI RUANG INAYAH

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

Esti Dwi Fitriasih

A01301748

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

2016

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI,Agustus 2016

Esti Dwi Fitriasih1, Fajar Agung Nugroho2 S.Kep.,Ns.MNS

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA AMAN DAN NYAMAN PADA Ny.E DI RUANG BAROKAH RSU

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar belakang : Kanker payudara merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan, menurutWHO (2012) kejadian kanker payudara sebanyak 1.677.000 kasus, kanker payudara itu sendirimengakibatkan seseorang menjadi tidak nyaman, sebanyak 61 % mengeluh nyeri..Pengkajian: Ny.E,umur 38 tahun dengan diagnoosa Post Op Mastektomi saat dilakukanpengkajian pasien mengeluh nyeri disekitar luka operasi menjalar ke payudara kanan, nyeri terus-menerus,nyeri seperti di iris-iris, skala 6, terdapat luka paska operasi di balut verban. Klienmengatakan mual karena rasa asam dimulut, klien mengatakan tidak merasakan gatal.Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ( lukapembedahan),mual berhubungan tumor terlokasisasi ( adenokarsinoma), resiko infeksiberhubungan dengan prosedur invasive, Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnyainformasi tentang diit penyakit.Intervensi: pantau nyeri secara komprehensif (PQRST), ajarkan metode nonfarmakologi sepertinafas dalam dan distraksi relaksasi, lakukan pengukuran tanda-tanda vital, kolaborasi pemberianpemberian analgesik, anjurkan klien untuk istirahat adekuat,beri pendidikan kesehatan tentang diitPost Op Mastektomi.Evaluasi: dari 4 diagnosa keperawatan 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu nyeri akutberhubungan dengan agens cedera fisik (luka pembedahan)Rekomendasi : Intervensi yang sudah di ajarkan di harapkan dapat di terapkan di rumah.

Kata Kunci: Nyeri akut,luka pembedahan.

v

Diploma Nursing Study Program

Muhammadiyah Gombong Health School of Science

KTI,August 2016

Esti Dwi Fitriasih1, Fajar Agung Nugroho2 S.Kep.,Ns.MNS

ABSTRACNURSING CARE TO PROVIDE THE COMFORTABLE FOR MRS.E

IN INAYAH ROOM PKU MUHAMMADIYAH GOMBONGHOSPITAL

Background: Cancer Mamae is big problem for world wide, based on who (2012)cancer prevalency as much 1.677.000 case, cancer mamae can make ancomfortable for someone, as much 61% of ca mamae complained pain.Assesment: Mrs.E, 38 years old with post surgery of Mastectomy technique, shecomplained feeling pain in arround her right breast, pain rised everytime with painscale 6, looked bandage in her right breast. Klien feel like vomiting and feelinguncomfort in her mouth, she talked she didn’t which recommend.Nursing Diagnosis : Akut pain related to with physic damage (surgery wound),vomiting associated with tumor (adenocarsinoma) infection risk, related withinvasive procedural, Low of knowledge about diet desease.Nursing Care : Pain monitoring comprehensively (PQRST), toughtnonfarmacology methode like deep breathing & distraction relaxation, measurevital signs, collaborated to give analgesic, suggested patient to take a restadequately, gave health promoting about diit post surgery mastectomy.Evaluation : One of nursing diagnosis in this case, acut pain still didn’t clear.Recomendation : Distraction and relaxation deep breathing can decrease pain

Keyword : Acut pain,wound surgery.

vi

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Pada

Ny.E di Ruang Inayah Pku Muhammadiyah Gombong”.

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan

hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan DIII

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan

terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas dengan lancar.

2. Bapak M. Madkhan Anis S.Kep.Ns, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Bapak Sawiji S.Kep.Ns,M.Sc, ketua prodi DIII Keperawatan sekolah tinggi

ilmu kesehatan muhammadiyah gombong.

4. Bapak Fajar Agung Nugroho S.Kep.,Ns.MNS selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing dan menyusun laporan karya tulis

ilmiah dengan sabar

5. Ibu Arnika Dwi Asti M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan menngarahkan kami.

6. Ibu Ike Mardiati Agustin M.Kep.Sp.Kep.J selaku dosen penguji sidang

7. Seluruh perawat ruang Inayah RSU PKU Muhammadiyah Gombong

vii

8. Pasien dan keluarga pasien yang bersedia di kaji untuk asuhan keperawatan

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

9. Bapak Suhudi dan ibu Sutarti selaku kedua orang tua, serta kakakku Ari

Susanti, terima kasih atas do’a, kasih sayang dukungan baik dalam bentuk

moral maupun material.

10. Berkah Afif Udin sebagai penyemangat dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah

ini.

11. Teman-teman seperjuangan dan sahabatku Alifatun Khasanah, Alfi Mufidah,

Arin Dwi Ismawati, Anna Nur Cahyaningsih, Desi Anisa Nurmala, Desi

Irawati, Dewi Setyowigiastri, Selva Rocksyana, Jefy Prastya, yang telah

bersama-sama menjalani ini semua suka dan duka selama kurang lebih tiga

tahun.

12. Teman-teman seluruh angkatan DIII Keperawatan 2013

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Apabila dalam penulisan ilmiah ini masih ditemukan kekeliruan, penulis

mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Gombong,6 Agustus 2016

Esti Dwi Fitriasih

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8

A. Definisi Kenyamanan .............................................................................. 8

B. Definisi Nyeri .......................................................................................... 10

C. Fisiologi Nyeri ......................................................................................... 10

D. Respon Nyeri ........................................................................................... 11

E. Karakteristik Nyeri .................................................................................. 13

F. Penatalaksanaan Nyeri ............................................................................. 15

G. Konsep Dasar Inovasi Relaksasi Autogenik ............................................ 18

BAB III RESUME KEPERAWATAN............................................................ 19

A. Pengkajian................................................................................................. 19

B. Analisa Data.............................................................................................. 23

C. Intervensi................................................................................................... 24

D. Implementasi, Evaluasi ............................................................................. 26

ix

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 32

A. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 32

B. Nyeri Akut ................................................................................................ 32

C. Mual .......................................................................................................... 36

D. Resiko Infeksi ........................................................................................... 39

E. Defisiensi Pengetahuan ............................................................................. 40

F. Analisis Tindakan Inovasi Keperawatan................................................... 42

BAB V PENUTUP........................................................................................... 45

A. Kesimpulan ............................................................................................... 45

B. Saran ......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

LAMPIRAN

x

GAMBAR

Gambar 1(Skala Nyeri) .................................................................................... 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker payudara merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan,

kanker payudara termasuk penyakit tidak menular, saat ini menjadi

masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut

WHO (2012) kejadian kanker payudara sebanyak 1.677.000 kasus. Kanker

payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita

dengan jumlah 883.000 kasus. Di Negara berkembang dan terdapat

794.000 kasus. Kanker payudara merupakan penyebab kematian pada

wanita di negara berkembang sebanyak 324.000 kasus. Insidennya

semakin tinggi diseluruh dunia (Houghton,2012). Berdasarkan data dari

International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012,

insiden kanker payudara sebesar 40 per100.000 perempuan. Insiden

tertinggi penderita kanker payudara pada golongan usia 40 sampai 49

tahun sebesar(23,9 %) (Rotty, 2012).

Tidak hanya di dunia, kanker merupakan masalah yang harus di

tangani dengan cepat, di Indonesia sendiri prevalensi penyakit kanker

cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013),21,4 per

1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang mengidap kanker. DiIndonesia

kanker payudara merupakan kanker tertinggi pravelensinya pada

perempuan disusul kanker leher rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus rawat inap kanker payudara sebesar

12.014 kasus (28,7%) dan disusul kanker serviks dan leukemia. Menurut

WHO diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker mencapai 26 juta

orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker (DepkesRI,2013).

2

Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat

kanker pada wanita setelah kanker mulut rahim dan merupakan kanker

yang paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes,2010). Tingginya

angka kematian akibat kanker payudara di karenakan para penderita

datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah

sulit disembuhkan, padahal pemeriksaan secara dini terhadap

kemungkinan adanya gejala kanker payudara dapat dilakukann sendiri dan

tanpa biaya (Rasjidi,2009).

Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa

Tengah, sebanyak 3.884 atau 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker

yang di temukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204

kasus lebih sedikit di bandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125

kasus, terdiri dari Ca servix 9.113 kasus (37,65%). Ca mammae 12.281

kasus (50,74%), Ca hepar 2.026 (8,37%), dan Ca paru 784 kasus (3,24%).

Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009

sebesar 0,037 % dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637% (Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2010).

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak

diderita oleh kaum wanita walaupun dapat juga ditemukan pada kaum pria.

Sebanyak 16 % kematian akibat kanker pada wanita dewasa disebabkan

oleh kanker payudara (World Health Organization,2008). Menurut Desen

(2011) dalam Kardiyudiani (2012) kanker merupakan istilah yang

digunakan pada tumor ganas,yaitu tumor yang tumbuh dengan pesat,

menginfiltrasi jaringan sekitar, bermetastasis dan dapat menyebabkan

kematian apabila tidak mendapatkan penanganan dan terapi yang tepat.

Kanker dapat menyerang semua kelompok umur, strata sosial ekonomi

dan strata pendidikan dari strata pendidikan rendah hingga tinggi

(Kemenkes, 2012). Kanker payudara merupakan formasi keganasan

sebagai hasil dari pertumbuhan yang tidak terkontrol pada sel-sel abnormal

jaringan payudara (Osborn,et al,2010).

3

Perkembangan teknologi di dunia medis telah menemukan

beberapa metode pengobatan kanker, salah satunya yaitu dengan

mastektomi. Mastektomi merupakan kehilangan akan satu atau kedua

payudara, Peristiwa traumatik dalam kehidupan wanita dan berdampak

pada aspek psikososial serta kehidupan seksualnya (Dian, et al.,2006).

Hampir seluruh (97,6%) penderita mengalami kesulitan dalam melakukan

aktivitas berat, kesulitan berolahraga (85,4%), dan 73,2% merasa cepat

lelah dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit. Sebanyak 61%

penderita mengeluh nyeri pada bagian yang dioperasi, 41.5% merasa

kesakitan dan 34,1% merasakan mual. Berbagai keluhan tersebut berkaitan

dengan kondisi pemulihan dan terapi yang dijalani penderita paska

tindakan mastektomi dan kemoterapi.

Setelah tindakan mastektomi dilakukan pasien kurang dapat

menerima penyakit yang dialami, merasa kurang nyaman dengan keadaan

luka setelah operasi, masalah dengan klien post op mastektomi salah

satunya yaitu gangguan rasa nyaman, gangguan body image. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih, et al. (2012) menyebutkan

bahwa operasi dan kemoterapi mengakibatkan rasa nyeri setelah operasi

dan bahkan menyebabkan kerusakan tubuh yang menyebabkan hilangnya

fungsi tubuh secara permanen. Sedangkan efek samping dari kemoterapi

adalah mual, muntah,dan hot flushes. Akan tetapi, hanya 17,1% yang

membutuhkan pertolongan saat makan, mandi atau berpakaian. Hal

tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi demikian, sebagian besar

penderita masih bisa melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain.

Pasien kanker payudara setelah menjalani operasi mastektomi

cenderung akan mengalami perubahan psikologis karena menghadapi

perubahan baru yang sangat cepat. Mereka akan kehilangan satu atau dua

payudaranya dan harus menjalani beberapa tindakan medis atau terapi

pasca melakukan tindakan operasi (Mahleda & Hartini, 2012). Salah satu

reaksi psikologis yang dapat ditunjukan adalah depresi yang dialami

pasien terkait penyakit yang diderita. Depresi pada pasien kanker payudara

4

bisa terjadi akibat pengobatan kanker yang sangat membebani pasien

dibandingkan penyakitnya sendiri, seperti kemoterapi, radioterapi maupun

pengobatan penunjang lainnya. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran

Jiwa di Indonesia menjumpai sekitar 94% penduduk Indonesia. Tindakan

peembedahan merupakan ancaman yang dapat membangkitkan reaksi

stress fisiologis dan merupakan pengalaman yang sulit di lupa bagi pasien,

Pembedahan dapat menyebabkan trauma dan nyeri bagi penderita.

Keluhan dan gejala yang sering di kemukakan adalah nyeri, demam, mual,

muntah serta gejala paska operasi seperti terganggu dengan tidak percaya

diri. Nyeri setelah operasi merupakan reaksi yang tidak menyenangkan

yang didapat karna kerusakan jaringan. Cara yang dapat dilakukan untuk

meredakan nyeri yaitu dengan pendekatan farmakologis dan non

farmakologis,pendekatan dengan faarmakologis itu menggunakan obat-

obat analgetik sedangkan pada carra non farmakologis yaitu tidak dengan

obat namun dengan teknik distraksi relaksasi, massage.

Tehnik distraksi relaksasi merupakan tehnik gabungan antara

tehnik relaksasi dengan tehnik distraksi yaitu dengan cara merilekskan

bagian-bagian tubuh dari ketegangan dan mengalihkan fokus nyeri kepada

stimulus yang menyenangkan. Sedangkan mengenai gambaran diri,

pembedahan yang dijalani menyebabkan gambaran diri yang buruk pada

dirinya, merasa kurang dapat menerima keadaan setelah operasi. Keadaan

tubuh setelah mastektomi yang belum diterima oleh individu membuat

idividu merasa perlu untuk mengubah situasi. Gambaran diri sendiri

merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak

sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,

fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu

(Kusumawati & Hartono, 2010). Penilaian wanita dalam memandang

perubahan yang terjadi pada bentuk tubuhnya akan mempengaruhi

gambaran diri. Tidak hanya gambaran diri pasien yang telah di lakukan

operasi akan timbul perasaan tidak nyaman seperti nyeri.Rasa nyaman itu

5

sendiri merupakan konsep sentral tentang kiat keperawatan konsep

kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri.(Potter&

Perry 2006).

Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker

payudara yaitu melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitas.

Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang

penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada

luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan

antieptik, upaya kuratif meliputi pemberian pegobatan dan penganjuran

klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitative meliputi perawatan

luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah

diberikan. Peran perawat dalam aspek biologis yaitu memberikan

informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses pengobatan

yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.

Berdasarkan latar belakang dan pengkajian yang dilakukan oleh

penulis terhadap Ny.E dengan masalah nyeri Post Op Mastektomi, penulis

tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada klien, dengan judul

Asuhan Keperawatan Ganggguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman :

Nyeri Akut Pada Ny.E di Ruang Inayah RSU PKU Muhammadiyah

Gombong

B. TUJUAN

Tujuan disusun dalam dua hal ;

a. Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan

gangguan rasa nyaman pada klien Post Op Mastektomi

b. Tujuan Khusus

1) Memaparkan hasil pengkajian pada kasus Pos Op Mastektomi

2) Memaparkan hasil analisa data keperawatan dan menyusun

diagnosa prioritas pada klien dengan gangguang kebutuhan rasa

aman nyeri pada klien Post Op Mastektomi

6

3) Memaparkan perencanaan keperawatan pada klien gangguan rasa

nyaman pada klien Post Op Mastektomi

4) Memaparkan melakukan tindakan implementasi keperawatan pada

klien gangguan rasa nyaman pada klien Post Op Mastektomi

5) Memaparkan melakukan evaluasikeperawatan pada klien gangguan

kebutuhan rasa aman pada klien dengan Post Op Mastektomi

6) Memaparkan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan rasa aman ada klien Post Op Mastektomi

C. MANFAAT PENELITIAN

Dari laporan hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang terkait, antara lain :

1. Manfaat keilmuan

Dapat memberikan referensi, serta menambah pengetahuan tentang

asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman pada

pasien Post Op Mastektomi

2. Manfaat Aplikatif

a. Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

tindakan keperawatan apa yang tepat untuk kita lakukan pada klien

yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan aman dan

nyaman.

b. Hasil laporan ini diharapkan akan memberikan masukan kepada

rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang

tepat terhadap pasien yang mengalami gangguan pemenuhan rasa

aman dan nyaman.

c. Hasil laporan ini diharapkan akan menjadi masukan bagi akademis

dalam rangka merumuskan tindakan keperawatan yang berkaitan

dengan kondisi klien yang mengalami gangguan pemenuhan rasa

aman dan nyaman.

7

d. Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat

supaya masyarakat mampu melakukan perawatan dirumah terhadap

pasien yang mengalami gangguan pemenuhan rasa aman dan

nyaman.

47

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah N., Tangka J., Rotty J., (2012). Hubungan Tentang Kanker PayudaraDengan Cara Periksa Payudara Sendiri pada Mahasiswi Semester IVProgram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran Universitas SamRatulangi. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Agency for Research on Cancer (2012). Latest world cancer statistics: ExtimatedCancer Incidence. Diakses tanggal 16 Agustus 2016

Alsa, Asmadi. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:PenerbitPustaka Pelajar.

Aryanti, N.P. (2007). Terapi modalitas keperawatan. Jakarta : Balai PenerbitFKUI

Balitbang Kemenkes RI (2013). Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta :Balitbang Kemenkes RI

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

Dian, D. Schwenn, K, Mylonas, I, Janni, W., Friesse, K., & Jaenicke, F. (2007).Quality of life among breast cancer patient undergoing autologous breastreconstruction versus breast conserving therapy. Diakses pada tanggal 30-7-2016

Desen, Wan. (2011). Patologi Tumor. Dalam : Japaries, W,ed. Buku AjarOnkologi Klinis ed 2. Jakarta Penerbit FK UI,45-45

Herdman, H. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan definisi danklasifiasi 2012-2014. Jakarta;EGC

Houghton, Andraw R and David Gray. (2012). Gejala dan Tanda DalamKedokteran Klinis. Jakarta : PT Indeks

Kemenkes., 2010. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara Dan KankerLeher Rahim

Kemenkes. (2012).Penderita Kanker Diperkirakan Menjadi Penyebab UtamaBeban Ekonomi Terus Meningkat. Retrieved fromhttp://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1937

Kolcaba, K, Tilton, C , & Drouin, C. (2006). Comfort Theory a UnifyingFramework to enchance ine practice environment. The Journal of NursingAdministration, Vol.36, No.11,pp.538544

48

48

Kusumawati & Hartono Y, (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Mahleda, M., & Hartini, N. (2012). Post-traumatic growth pada pasien kankerpayudara pasca mastektomi usia dewasa madya. JurnalPsikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Diperoleh tanggal 26-7-2016

Mubarak, Wahlt & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teoridan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC

Osborn, Kathleen.S, Wraa, Watson.2010. Medical Surgical Nursing : Preparationfor Practice Volume 2.USA : Pearson

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan buku 2 edisi 7.Jakarta: Salemba Medika.

Potter and Perry (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Prosesdan Praktik, Volume 2, Jakarta : EGC

Rasjidi, Imam. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :Sagung Seto.

World Health Organization. (2008). World Health Statistics 2008.

World Health Organization. (2012). Breast Cancer: the advantage of earlydetection. Centre for health development.http/www.who.int/kobe_cancer/media centre/news/breast_cancer/en.

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

ESTI DWI FITRIASIH

A01301748

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH GOMBONG

2016

A. Pengertian

Kanker Payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam

tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus

lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk masa yang padat, terbentuk tumor

yang sering disebut neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar kejaringan sekitar

dan akhirnya mempengaruhi fungsi normal.

Kanker Payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya

onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara

(Karsono, 2006).

Kanker Payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,

maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

B. Etiologi

- Tidak ada satupun penyebab spesipik dari kanker payudara, sebagian faktor

genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker.

Bukti yang bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetic berkaitan dengan

kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.

- Perubahan genetic ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan

pengaruh protein baik yang menekan ataupun meningkatkan perkembangan

kanker payudara.

- Hormone yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormone

steroid yang dihasilkan ovarium ( hormone estrogion dan hormone progesterone )

- Meskipun belum ada penyebab spesipik dari kanker payudara, para peneliti

mengidentifikasi sekelompok paaktor resiko sebagi berikut :

1. Riwayat Pribadi Tentang Panker Payudara

Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat

hamper 1 % tiap tahun

2. Anak Perempuan atau Saudara Perempuan ( hubungan langsung keluarga )

dari wanita dengan kanker payudara

Resikonya meningkat dua kali lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum usia

60 tahun. Resiko meningkat 4 – 6 kali. Jika kanker payudara terjadi pada dua

orang saudara langsung

3. Menarche Dini, resiko menigkat pada wanita yang mengalami menarche

sebelum 12 tahun.

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang

hanya anak pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat

dibanding dengan mereka yang punya anak sebelum 20 tahun.

5. Menopous pada usia lanjut ( > 50 tahun )

6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara

disebut sekitar perubahan epitel poliporasi mempunyai resiko dua kali lipat

untuk mengalami knker payudara.

7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelu usia 30 tahun

8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita paska menepous

9. Kontrasepsi oral

10. Terapi pengganti hormone

Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker

payudara pada terapi pengganti hormone. Wanita yang menggunakan estrogen

suplemen dalam jangka panjang mengalami peningkatan resiko. Sementara

penambahan progesterone terhadap pengganti estrogen meningkatkan insiden

kanker endometrium.Hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.

11. Masukan alkohol

Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang

mengkonsumsi alcohol, bahkan hanya denhgan sekali minum dalam sehari.

Resiko dua kali lipat diantara wanita yang minum alcohol tiga kali sehari.

Temuan riset menunjukan wanita muda minum alcohol lebih rentan kanker

payudara ( Brunner and Suddart, Daniel Galie )

C. Tahapan Kanker Payudara

Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah

system klasifikasi TNN yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limpe yang terkena

dan bukti adanya metatasis yang jauh. System TNN diadaptasi oleh The Amarica Join

Comite on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan ini berdasarkan pada

pisiologi memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap – tahapnya adalah sebagai

berikut :

Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus.

Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm < 5 cm, dengan nodus limpe

terpiksasi negative / positif. Tidak terdeteksi metastoksis.

Tahap III : tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang menginfasi

kulit / dinding, nodus limpe terfiksasipositif dalam area klapikular,

tanpa bukti metastasis.

Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limpe

normal /kanker losa dan metastase janin

D. Tipe Kanker Payudara

1. Karsinoma duktal, menginfiltrasi

Tipe paling umum 75 % bermetastase di nodus asila, prognosa buruk.

2. Karsinoma lobuler menginfiltrasi 5 – 10 %

Terjadi penebalan pada salah satu / dua payudara bias menyebar

ketulang, paru, hepar, otak.

3. Karsinoma medular 60 %

Tumor dalam kapsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya

lambat

4. Kanker musinus 3%, menghasilkan lender, tumbuh lambat, prognosis lebih baik.

5. Kanker duktus tubuler 2 %

6. Karsinoimplamatom 1 – 2 % : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri tekan dan

sangat nyeri payudara membesar dan keras, edema, retraksi puting susu, cepat

berkembang

E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

1. Pase awal : asimtomatik

2. Tanda umum : benjolan / penebalan pada payudara

3. Tanda dan gejala lanjut : kulit cekung

a. Retraksi / depiasi putting susu

b. Nyeri tekan / raba

c. Kulit tebal dan pori –pori menonjol seperti kulit jaeruk

d. Ulserasi pada payudara

4. Tanda metastase : nyeri pada bahu, pinggang punggung bawah

a. Batuk menetap

b. Anoreksia

c. Berat badan turun

d. Gangguan pencernan

e. Kabur

f. Sakit kepala

F. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:

1. Fase Inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel

yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini

disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan

kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel

memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan

genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan

sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik

menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu

keganasan.

2. Fase Promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan

berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan

terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk

terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Monografi

Menemukan kanker insitu yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan

pemeriksaan fisik

2. SCAN ( CT, MRI, Galfum ), Ultrason

Untuk tujuan diagnostic, identifikasi metastastik, respon pengobatan

3. Biopsy ( aspirasi, eksisi )

Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan

4. Penanda Tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum ( alfa feto protein,

HCG asam fosfat )

a. Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat

srbagi prognosis / monitor terapeutik

b. Reseptor estrogen / progesteron assay yang dilakukan pada jaringan

payudara untuk memberikan informasi tentang manifulasi hormonal .

5. Teskrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah

6. Foto Thoraks

7. USG

H. Pathways Kanker Payudara

Faktor genetic Hormonal Lingkungan Faktor resiko

Hyperplasia

Perkembangan sel atipik

Carcinoma sel insitu

Massa

Operatif Non Operatif

Jaringan terputus Sinostatika Radiasi

Area sensorik / Gang.sistem gastroMotorik intestinal

Kerusakan Post kekeringanJaringan radioterapi muka

Mual / muntah

Gangg. Integritas < CairanKulit

< perawatan diri BB nafsu makankarena imobilitas

Gang. nutrisi

Menekan KekeringanBorr morrow klj. Rambut

Sist.hemopoltik AlopesiaTerganggu

Gang.CitraTubuh

Nyeri

Anemi Trombositupenia Lekopenia

Resti infeksi

I. Penatalaksanaan

Ada 3 kombinasi

Pembedahan

Kemotrapi

Radiasi

1. Pembedahan

Biopsi biasanya jenis pembedahan pertama bagi seorang wanita dengann

kanker payudara. Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan

untuk mengetahui jenis kanker payudara, ada 2 prosedur:

Prosedur satu tahap:

Anestasi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan

memperlihatkan malignasi, ahli bedah melakukan mastektomi.

Prosedur dua tahap:

* Biopsi dengan anestesi lokal

* Klien dipulangkan

2. Terapi radiasi

Untuk pengobatan tahap 1 & 2

Keuntungan : kontrol tumor lokal / pemeliharan payudara

Efek :

Reaksi kulit

Fraktur tulang kosta

Pneumonitis

Limfodema

3. Kemotrapi

a) Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :

* Per oral (PO)

* Sub cutan(SC)

* Intra muskuler (IM)

* Intra arteri (IA)

* Intra vena (IV)

* Intra thecal (lewat fs.lumbal)

* Intra peritongal (pleural)

b) Pemilihan vena dan tempat penusukan

* Kemotrapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak

* Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3hari)

* Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar

(jaringan vena yang menonjol dan keras)

* Vena yang baik dan sering di gunakan : basilic, chepalic, metacarpal.

J. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik

a. Ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri

menjalar ke

kanan

DO :

1) Klien nampak meringis

2) Klien nampak sesak

3) Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri

b. Tujuan :

Nyeri teratasi

c. Kriteria Hasil :

1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

2) Nyeri tekan tidak ada

3) Ekspresi wajah tenang

4) Luka sembuh dengan baik

d. Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan

penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri

yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan

untuk intervensi selanjutnya.

2) Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk

rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

4) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya

peningkatan nyeri.

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat

nyeri tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

a. Ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.

2) Klien mengeluh badan terasa lemah.

3) Klien tidak mau banyak bergerak.Ø

DO :

1) Klien tampak takut bergerak.

b. Tujuan : Klien dapat beraktivitas

c. Kriteria Hasil :

1) Klien dapat beraktivitas sehari-hari.

2) Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

d. Intervensi :

1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada

keterbatasan gerak.

2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan

dalam gerakan dan postur.

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

a. Ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinyaØ

DO :

1) Klien jarang bicara dengan pasien lain

2) Klien nampak murung.

b. Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

c. Kriteria Hasil :

1) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

2) Klien dapat menerima efek pembedahan.

d. Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien

terhadap penyakitnya.

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai

proses pemecahan masalah

2) Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai

proses adaptasi.

3) Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang

memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

a. Ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.Ø

DO :

1) Adanya balutan pada luka operasi.

2) Terpasang drainase

3) Warna drainase merah mudaØ

b. Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

c. Kriteria Hasil :

1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.

2) Luka dapat sembuh dengan sempurna.

d. Intervensi :

1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi

sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur

tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab

infeksi.

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi

proses infeksi.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit

a. Ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

b. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

c. Kriteria Hasil :

1) Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

2) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan

pengobatannya.

d. Intervensi :

1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan

harapan yang akan datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam

program terapi.

2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan

dan pemasukan cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan

volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses

penyembuhan.

3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang

berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan

penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh

dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan

menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom

payudara.

5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara

yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang

mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

a. Ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.Ø

DO :

1) Adanya balutan pada luka operasi.

2) Terpasang drainase

3) Warna drainase merah mudaØ

b. Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

c. Kriteria Hasil :

1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.

2) Luka dapat sembuh dengan sempurna.

d. Intervensi :

1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi

sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur

tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses

infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperwatan Onkologi, Jakarta.

Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8,volume 2, Jakarta, EGC.

Doengoes, (2000), Rencana Asuahan Keperawatan, jakarta, EGC.

Price, anderson (1995), Patofisiologi Proses Penyakit, edisi 4, buku kedua,Jakarta,EGC.

Simposium keperawatan, (2003), Kemotrapi, semarang.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : MediaAesculapius

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

KANKER PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

ESTI DWI FITRIASIH

A01301748

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2016

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Kanker Payudara

Sub Topik : Penyakit dan perawatan kanker payudara

Hari, Tanggal : Jum’at,17 Juni 2016

Waktu : 09.00 – 09.20 WIB (20 Menit)

Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombong

Sasaran : Ny.E dan keluarga

Penyuluh : Esti Dwi Fitriasih

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukakn tindakan pendidikan kesehatan tentang kanker

payudara, diharapkan pasien dan keluarga dapat menjelaskan tentang kanker

payudara.

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan perkuliahan selama 1x20 menit, diharapkan :

a. Pasien dapat menyebutkan pengertian Asma dengan benar minimal

80%.

b. Pasien dapat mengetahui penyebab kanker payudara

c. Pasien mengetahui ciri-ciri kanker payudara

d. Pasien dapat menyebutkan makanan yang baik di konsumsi untuk

pasien kanker payudara

e. Pasien mengetahui penanganan luka post op kanker paqyudara

B. Materi : Terlampir

C. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

D. Media : Lembar balik dan Leaflet

E. Strategi Pelaksanaan

NO KEGIATAN PENYULUH KLIEN

1.

2.

3.

Pembukaan

( 5 menit )

Kegiatan Inti

( 10 menit )

Penutup

( 5 menit )

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan

1) Menjelaskan materi

tentang kanker payudara

2) Memberikan kesempatan

untuk bertanya

3) Menjawab pertanyaan

yang diajukan

1) Mengulang kembali

materi yang

disampaikan dengan

mengajukan pertanyaan

- Menjawab salam

- Menerima dengan

baik

- Menyimak dengan

baik

- Menyimak dengan

baik

- Mengajukan beberapa

pertanyaan

- Menyimak dengan

baik

- Mampu menjawab

pertanyaan yang

diajukan

2) Mengucapkan salam - Menjawab salam

F. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai rencana

b. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah

direncanakan

G. Evaluasi Hasil

a. Pasien dapat menyebutkan pengertian kanker payudara dengan benar

minimal 80 %

b. Pasien dapat mengetahui penyebab kanker payudara

c. Pasien mengetahui ciri-ciri kanker payudara

d. Pasien dapat menyebutkan makanan yang baik di konsumsi untuk pasien

kanker payudara

e. Pasien dapat menyebutkan penanganan luka post op kanker payudara

H. Referansi

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.

Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Suyono, Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

MATERI

KANKER PAYUDARA

A. Definisi

Kanker Payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam

tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus

lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk masa yang padat, terbentuk tumor

yang sering disebut neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar kejaringan sekitar

dan akhirnya mempengaruhi fungsi normal.

Kanker Payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen

yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,

2006).

Kanker Payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,

maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

B. Etiologi

Tidak ada satupun penyebab spesipik dari kanker payudara, sebagian faktor

genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti

yang bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetic berkaitan dengan kanker

payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.

Perubahan genetic ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan

pengaruh protein baik yang menekan ataupun meningkatkan perkembangan kanker

payudara.

Hormone yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormone

steroid yang dihasilkan ovarium ( hormone estrogion dan hormone progesterone )

Meskipun belum ada penyebab spesipik dari kanker payudara, para peneliti

mengidentifikasi sekelompok paaktor resiko sebagi berikut :

1. Riwayat Pribadi Tentang Panker Payudara

Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hamper 1

% tiap tahun

2. Anak Perempuan atau Saudara Perempuan ( hubungan langsung keluarga )

dari wanita dengan kanker payudara

3. Resikonya meningkat dua kali lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum usia

60 tahun. Resiko meningkat 4 – 6 kali. Jika kanker payudara terjadi pada dua

orang saudara langsung

4. Menarche Dini, resiko menigkat pada wanita yang mengalami menarche

sebelum 12 tahun.

5. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang

hanya anak pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat

dibanding dengan mereka yang punya anak sebelum 20 tahun.

6. Menopous pada usia lanjut ( > 50 tahun )

7. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara

disebut sekitar perubahan epitel poliporasi mempunyai resiko dua kali lipat

untuk mengalami knker payudara.

8. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelu usia 30 tahun

9. Obesitas, resiko terendah diantara wanita paska menepous

10. Kontrasepsi oral

11. Terapi pengganti hormone

Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker

payudara pada terapi pengganti hormone. Wanita yang menggunakan estrogen

suplemen dalam jangka panjang mengalami peningkatan resiko. Sementara

penambahan progesterone terhadap pengganti estrogen meningkatkan insiden

kanker endometrium.Hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.

12. Masukan alcohol

Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang

mengkonsumsi alcohol, bahkan hanya denhgan sekali minum dalam sehari.

Resiko dua kali lipat diantara wanita yang minum alcohol tiga kali sehari.

Temuan riset menunjukan wanita muda minum alcohol lebih rentan kanker

payudara ( Brunner and Suddart, Daniel Galie )

C.Ciri-ciri kanker payudara

1. Benjolan terasa keras2. Benjolan ini tidak diskrit; tidak mudah dibedakan3. Benjolan tetap di payudara; tidak bergerak4. Hanya ada satu benjolan5. Tidak ada benjolan yang sama di payudara sebelahnya6. Kulit payudara berlesung pipit7. Benjolan disertai dengan keluarnya cairan

D. Makanan yang dianjurkan untuk post op kanker payudara

1.Sering makan jamur

2.Makan bawang putih

3.Makan Wortel

4. Makan-makanan ynag mengandung banyak protein seperti ikan

5.Makanan yang bersifat dingin

6.Jangan mutih

E. Penanganan Saat Dirumah

1. Bersihkan area sekitar luka post op2. Kurangi aktivitas berlebih3. Istirahat yang cukup4. Makan-makanan yang bergizi tinggi

Buah-buahan

Kandungan antioksidan di dalam buah dapat membantu menangkal radikal bebas

yang fungsinya untuk mencegah terbentuknya sel kanker. Selain itu ia akan

membantu pemulihan tubuh agar tubuh lebih segar dan kulitnya tidak terlihat pucat.

Kentang

Umbi bertepung ini juga akan menyediakan energi yang cukup bagi penderita kanker

untuk memulihkan tubuhnya. Apalagi yang sedang menjalani perawatan kemoterapi,

tentunya tubuh membutuhkan energi yang cukup.

Disarankan untuk merebus atau mengukus kentang saat akan mengonsumsinya.

Boleh menambahkan sedikit garam agar rasanya lebih lezat.

Gandum utuh

Konsumsi menu-menu diet yang jauh lebih sehat untuk tubuh. Seperti salah satunya

gandum utuh. Mengonsumsinya juga tak boleh berlebihan, dalam porsi secukupnya

saja sebagai sumber energi untuk tubuh.

Pasta

Sekalipun orang banyak berpikir bahwa ia adalah junk food, namun pasta sebenarnya

mengandung banyak bumbu yang sehat bagi tubuh. Syaratnya adalah jangan

memasak pasta menggunakan bumbu instant. Tetapi lebih disarankan meracik sendiri

bumbunya.

Daging tanpa lemak

Sedang menjalani perawatan kemoterapi, maka yang disarankan adalah mengonsumsi

daging merah yang rendah lemak dan rendah kolesterol. Anda bisa memilih di bagian

yang memang tidak banyak kandungan lemaknya.

Kacang panjang

Kacang panjang baik untuk para penderita kanker payudara. Merupakan menu sehat

untuk melawan kanker. Diolah dengan cara ditumis atau direbus agar lebih sehat dan

bermanfaat.

Minum susu

Jangan takut gemuk saat minum susu. Justru dalam masa perawatan kemoterapi atau

penyembuhan dari kanker, Anda membutuhkan banyak energi. Energi ini bisa

diperoleh dengan minum susu dan mengonsumsi produk susu lain.

Telur

Pilih bagian putih telurnya untuk dikonsumsi saat sarapan pagi. Putih telur bermanfaat

melawan sel kanker di tubuh.

Ikan

Sumber protein lain bisa Anda dapatkan melalui ikan.Tetapi pilih ikan yang terbaik

kualitas dan nutrisinya ya, seperti misalnya salmon dan tuna.

Dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan menjalankan hidup sehat, berjuang

melawan kanker akan jauh lebih mudah. Percaya saja pada keajaiban dan tetap

bersemangat melawan kanker. Tubuh Anda jauh lebih kuat daripada sel-sel kanker itu

sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar keperawatan medikal bedah, Edisi8, volume 2, Jakarta, EGC.

Doengoes, (2000), Rencana Asuahan Keperawatan, jakarta, EGC.

LEMBAR BALIK

POST OP CA MAMMAE

ESTI DWI FITRIASIH

A01301748

?????

PENGERTIANKanker Payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan

sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal

menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,

2006).

MAKANAN YANG DIANJURKAN1.SERING MAKAN JAMUR2. MAKAN BAWANG PUTIH3. MAKAN WORTEL4. MAKAN MAKANAN YG BANYAK MENGANDUNG PROTEIN5. MAKANAN YG BERSIFAT DINGIN6. JANGAN MUTIH

PENANGANAN DIRUMAH1. BERSIHKAN AREA SEKITAR LUKA POST OP2. KURANGI AKTIVITAS BERLEBIH3. ISTIRAHAT YG CUKUP4. MAKAN MAKANAN YG BERGIZI TINGGI

MEKANISME COPING1. TIDAK MINDER2. JALANI DG IKLAS

3.SEMANGAT MENJALANI HIDUP

4.BERSYUKUR

5.PERBANYAK BERDOA & SHOLAT

TERIMAKASIH

CA MAMMAE

(KANKER PAYUDARA)

Disusunoleh:

ESTI DWI FITRIASIH

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAHGOMBONG

2016

A.PengertianKanker Payudara adalah suatu penyakit

pertumbuhan sel, akibat adanya

onkogen yang menyebabkan sel normal

menjadi sel kanker pada jaringan

payudara (Karsono, 2006).

B.CIRI-CIRI KANKER PAYUDARA Benjolan terasa keras Benjolan ini tidak diskrit; tidak mudah

dibedakan Benjolan tetap di payudara; tidak bergerak Hanya ada satu benjolan Tidak ada benjolan yang sama di payudara

sebelahnya Kulit payudara berlesung pipit

C.MAKANAN SEHAT UNTUKKANKER PAYUDARA

1.Sering makan jamur

2. Makan bawang putih

3. Makan wortel

4. Makan-makanan yang mengandung

banyak protein

5. Makanan yang bersifat dingin

6. Jangan mutih

D.PENANGANAN DI RUMAH

1. BERSIHKAN AREA SEKITAR LUKAPOST OP

2. KURANGI AKTIVITAS BERLEBIH3. ISTIRAHAT YG CUKUP4. MAKAN MAKANAN YG BERGIZI

TINGGI

E.MEKANISME KOPING

1. TIDAK MINDER2. JALANI DENGAN

IKHLAS3. SEMANGAT MENJALANI

HIDUP4. BERSYUKUR5. PERBANYAK BERDOA &

SHOLAT

TERIMAKASIH

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

240

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN NYERI NON-FARMAKOLOGI PADA PASIEN PASCA OPERASI

Siti Mudiah1), Supriadi 2), Enok Sureskiarti 3)

1).3)Stikes Muhammadiyah Samarinda, 2)Poltekkes Kemenkes Kaltim

Abstrak : Nyeri merupakan keluhan yang paling sering diungkapkan pasien pasca operasi. Perawat hendaknya mampu mengelola nyeri dengan manajemen dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlation dengan metode pendekatan cross sec-tional. Jumlah sampel sebanyak 36 perawat yang diambil secara total sampling. Hasil uji statistik chi-square dengan = 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang sig-nifikan antara pengetahuan dan motivasi perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pasien pasca operasi (p = 0,024 dan 0,000), sedangan hu-bungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pasien pasca operasi, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,192). Kata kunci : nyeri, pasien, pasca operasi, non-farmakologi

Abstract: Pain is the most common complaint expressed the patient of post operation. The nurse should be able to manage the pain with the proper management This study aims to determine the factors that influence the nurse in implementation of non-pharmacological pain management toward the patient of post operation at Cempaka ward of RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. The study design was descriptive correlation with cross sectional methods of approach. The samples were 36 nurses, with a total sampling. The research instrument are quessioner and observation form. Results of the statistical test of chi-square with = 0,05 showed a

significant relationship between the knowledge and the motivation of nurses with

the implementation of the non-pharmacological pain management patient post-

operation (p = 0.000 and 0,024), while the relationship of the workload of nurses

with the implementation of the non-pharmacological pain management of post-

operative patients, there was no significant relationship (p = 0,192). Keywords: pain, patient, post operation, non-pharmacological

PENDAHULUAN Nyeri merupakan keluhan yang pa-

ling sering diungkapkan pasien pasca operasi. Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Asso-

ciation for the Study of Pain) men-definisikan nyeri sebagai “suatu sen-sori subjektif dan pengalaman emosi-onal yang tidak menyenangkan ber-

kaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di-mana terjadi kerusakan” (IASP, 1979).

Tanpa melihat sifat, pola atau pe-nyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknya-manan yang disebabkannya. Selain

PENELITIAN

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

241

merasa ketidaknyamanan dan meng-gganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmo-nari, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan imunologik. Perawat seharusnya mengetahui berbagai efek yang dapat ditimbulkan dari nyeri, stra-tegi dalam peredaan nyeri pasien, dan sumber-sumber yang sesuai dalam pe-natalaksanaan nyeri agar perawat mampu mengelola nyeri dengan ma-najemen nyeri yang adekuat.

Menurut Tanra (2007), telah dila-porkan bahwa jumlah penderita me-ngalami pembedahan di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Dari jumlah ini, mayoritas mereka ma-sih mengalami penderitaan nyeri pas-ca bedah karena pengelolaannya yang belum adekuat. Pengelolaan nyeri pasca bedah, bukan saja merupakan upaya mengurangi penderitaan pa-sien, tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya. Telah terbukti bahwa tanpa pengelolaan nyeri pasca bedah yang adekuat penderita akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang pada gilirannya secara bermakna meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 November 2012 melalui pengumpulan data di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, didapatkan hasil pada bu-lan Agustus-Oktober 2012, jumlah pasien yang menjalani operasi dan mendapatkan perawatan pasca ope-rasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ber-jumlah total 961 orang (bulan Agustus 313 orang, bulan September 322 orang, bulan Oktober 326 orang). Dengan demikian dapat diperkirakan

rata-rata dalam sehari pasien yang menjalani operasi pada bulan tersebut sebanyak 10-11 orang. Penyakit-penyakit yang dilakukan operasi ter-sebut antara lain Fraktur, Appendisitis, Hemoroid, Combustio, Striktur Uretra, Hernia, Dislokasi, Colostomy, Struma, Batu Ureter, Ca.Recti, Ca.Buli, Ca. Mamae, BPH, Cholelitiasis, Peritonitis, Lipoma, Ganglion, Ca.Prostat, Abses, dan lain-lain.

Manajemen nyeri non-farmakologi yang selama ini dilakukan perawat di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dalam mengatasi masalah nyeri pasien pasca operasi yaitu dengan menggunakan teknik masase, kompres dingin dan hangat, pernapasan dalam, dan distraksi. Pe-rawat menggunakan manajemen nyeri non-farmakologi tersebut ketika pasien melaporkan rasa nyeri yang dirasakan pasca operasi saat obat analgetik sudah di berikan sesuai instruksi dokter namun pasien masih merasa-kan nyeri, dan dilakukan saat perawat mengganti balutan.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation dengan meto-de pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang ada di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang berjumlah 36 perawat Sampel yang dipakai da-lam penelitian ini adalah keseluruhan populasi atau total sampling.

Variabel yang diteliti dalam pene-litian ini adalah variabel dependen (pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi), variabel independen (penge-tahuan perawat, beban kerja perawat, motivasi perawat) di ruang Cempaka

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

242

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Alat pengumpulan data yang digu-nakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan observasi. Kuesioner A tentang pengetahuan manajemen nye-ri non-farmakologi pada pasien pasca operasi dan dibuat sendiri oleh peneliti yang diambil dari teori atau referensi terkait, dengan jumlah seluruh item pernyataan ada 25. Kuesioner B tentang beban kerja yang dimodifikasi dari kuesioner beban kerja perawat ICU, dengan jumlah seluruh item pertanyaan ada 10. Kuesioner C ten-tang motivasi perawat yang dibuat oleh peneliti dengan memodifikasi kuesioner penelitian sebelumnya, de-ngan jumlah seluruh item pertanyaan ada 10.

Sedangkan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar peni-laian observasi yang berpedoman pa-da kriteria langkah (SOP) pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pa-da pasien pasca ope-rasi yang dibuat sendiri oleh peneliti, karena untuk pro-tap (SOP) pelak-sanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi secara khusus belum tersedia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Terdiri dari 7 item pelak-sanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi antara lain masase, terapi es atau panas, mengurangi persepsi nyeri, bimbingan imajinasi, relaksasi pro-gresif, teknik pernapasan dalam, dis-traksi. Peneliti menilai kualitas dari salah satu pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi sesuai dengan kondisi pasien yang dilakukan oleh perawat.

Sebelum instrumen digunakan, dilakukan uji coba terlebih dahulu yaitu dengan pengujian validitas dan re-liabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 15 orang perawat pelaksana di ruang Angsoka dan 15 orang perawat pelaksana di ruang Dahlia RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tanggal 15 Januari

2013. Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menguji validitas item pernyataan, dilakukan melalui suatu uji coba desain penelitian ke-pada 30 orang yang memiliki karak-teristik sama dengan sampel peneli-tian. Hasilnya kemudian dilakukan perhitungan untuk kuesioner A dengan rumus Koefisien Korelasi Biserial.6

Hasil uji analisis dari tiap item per-nyataan kuesioner A dengan meng-gunakan program komputer didapat-kan nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,361 sehingga dikatakan valid, tetapi ada dua pernyataan yang ni-lainya kurang dari 0,361 sehingga pernyataan tersebut tidak valid yaitu pernyataan nomor 7 dan nomor 24. Dari dua pernyataan tersebut peneliti telah melakukan perbaikan secara substansi dan bahasa.

Kemudian dilakukan perhitungan korelasi antara masing-masing perta-nyaan untuk kuesioner B dan kuesi-oner C dengan skor total meng-gunakan Korelasi Pearson Produck Moment. Hasil uji analisis dari tiap item pertanyaan kuesioner B dan kuesioner C dengan menggunakan program komputer didapatkan nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,374 sehingga dikatakan semua pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan.

Pengujian reliabilitas untuk kuesioner A menggunakan rumus KR 20 (KuIder & Richardson).7 Hasil uji instrumen kuesioner A dengan meng-gunakan program komputer didapat-kan nilai r hitung = 0,869 sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan. Kuesioner B dan kuesioner C menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.7 Hasil uji instrumen dengan menggunakan program komputer un-tuk kuesioner B didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,878 dan kuesioner C nilai Cronbach’s Alpha 0,894 se-hingga instrumen tersebut tersebut reliabel dan dapat digunakan.

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

243

HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam

waktu dua minggu yaitu dari tanggal 01 sampai dengan 14 Februari 2013. Pada waktu pengambilan data dida-patkan semua perawat bersedia men-jadi responden yaitu sebanyak 36 perawat.

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Univa-riat Kate- gori

Fre- kuen

si

Perse- tase (%)

Umur 20-30 25 69,4 31-40 10 27,8

>41 Tahun 1 2,8 Jenis Kelamin

Laki-laki 15 41,7 Perempuan 21 58,3

Masa Kerja

<1 tahun 3 8,3 1-5 tahun 20 55,6 >5 tahun 13 36,1

Pend. Kep.

D-III 29 80,6 D-IV 4 11,1 S-1 3 8,3

Berdasarkan tabel 1 diperoleh

gambaran bahwa dari 36 responden yang terlibat dalam penelitian ini se-bagian besar berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 25 responden (69,4 %), lebih dari sebagian responden berjenis kelamin perempuan (58,7 %), masa kerja lebih dari sebagian (55,6 %) selama 1-5 tahun, dan sebagian besar (80,6 %) berpendidikan D-III keperawatan.

Berdasarkan tabel 2 diperoleh gambaran bahwa dari 36 responden yang terlibat dalam penelitian ini lebih dari sebagian (66,7 %) jenis pelak-sanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi yang dilakukan perawat adalah teknik pernapasan, sebaian kecil dis-traksi sebanyak (25,0 %), dan mengu-rangi persepsi nyeri (8,3 %). Se-dangkan jenis pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada

pasien pasca operasi berupa masase, terapi es dan panas, bimbingan imajinasi, dan relaksasi progresif tidak dilakukan oleh perawat (0 %). Meskipun demikian, lebih dari se-bagian (66,7 %) pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi sudah baik, dan 33,3 % masih kurang baik.

Tabel 2. Variabel Penelitian

Univariat Kategori Fre

kuensi

Persentase (%)

Jenis-Jenis Manajemen Nyeri Non-

Farmakologi

Teknik Pernapasan Dalam

24 66,7

Distraksi 9 25,0 Mengurangi Persepsi Nyeri

3 8,3

Masase 0 0 Terapi Es dan Panas

0 0

Bimbingan Imajinasi

0 0

Relaksasi Progresif

0 0

Pelaksanaan Manajemen

Nyeri

Baik 24 66,7

Kurang Baik 12 33,3

Pengetahuan Tinggi 20 55,6

Rendah 16 44,4

Beban Kerja Ringan 16 44,4

Berat 20 55,6

Motivasi Tinggi 22 61,1

Rendah 14 38,9

Pengetahuan perawat tentang ma-

najemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi adalah tinggi yaitu lebih dari sebagian (55,6 %) dan kurang dari sebagian (44,4 %) pe-ngetahuan perawat rendah, beban kerja perawat lebih dari sebagian (55,6 %) adalah berat dan kurang dari sebagian (44,4 %) beban kerja pe-rawat ringan. Sebagian besar (61,1 %) motivasi perawat tinggi yaitu lebih, dan sebagian kecil (38,8 %) motivasi perawat rendah.

2. Analisis Bivariat

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

244

Hubungan antara variabel depen-den dan variabel independen didapat-kan berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat kemaknaan 95 % atau p-value = 0,05. Dinyatakan ber-hubungan jika nilai p value ≤ 0,05 dianggap memiliki hubungan antara variabel independen dan variabel de-penden, sedangkan jika nilai p- value = 0,05 dianggap tidak memiliki hu-bungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hubungan antara variabel tersebut adalah seba-gai berikut :

Hasil analisis dari tabel 3 me-nunjukkan p value sebesar 0,024. Di-mana nilai tersebut lebih kecil dari nilai derajat kemaknaan (α) sebesar 0,05

sehingga Ho ditolak. Hal ini menun-jukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelak-sanaan manajemen nyeri non-farma-kologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Manajemen Nyeri

Non-Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi

Pengetahuan Perawat

Pelaksanaan Nyeri Non Farmakologi Total OR P-value

Kurang Baik Baik N % N % N %

7,286 0,024 Rendah 9 56,3 7 43,8 16 100 Tinggi 3 15,0 17 85,0 20 100 Jumlah 12 24 36

Tabel 4 Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan Manajemen Nyeri

Non-Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi

Beban Kerja Perawat

Pelaksanaan Nyeri Non Farmakologi Total OR P-value

Kurang Baik Baik N % N % N %

3,545 0,0192 Berat 9 45,0 11 55,0 20 100 Ringan 3 18,8 13 81,3 16 100 Jumlah 12 24 36

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

245

Tabel 5 Hubungan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan Manajemen Nyeri Non-

Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi

Motivasi Perawat

Pelaksanaan Nyeri Non Farmakologi Total OR P-value

Kurang Baik Baik N % N % N %

25,000 0,000 Rendah 10 71,4 4 28,6 14 100 Tinggi 2 9,1 20 90,9 22 100 Jumlah 12 24 36

Hasil analisis dari tabel 4 menun-jukkan p value sebesar 0,192. Dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai derajat kemaknaan (α) sebesar 0,05

sehingga Ho diterima. Hal ini me-nunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat dengan pelak-sanaan manajemen nyeri non-farma-kologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Hasil analisis dari tabel .5 menunjukkan p value sebesar 0,000. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai derajat kemaknaan (α) sebesar

0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan Perawat

Dengan Pelaksanaan Manaje-men Nyeri Non-Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi Hasil uji statistik menggunakan uji

Chi-Square (X2) dapat diambil kesim-pulan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, karena nilai signifikan (ρ) = 0,024 di-mana nilai ini lebih kecil dari nilai yang dipakai yaitu α = 0,05 sehingga Ho ditolak atau ada hubungan yang ber-makna antara variabel independen dengan variabel dependen.

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan atau kognitif me-rupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pe-ngetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 ting-katan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application, analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Menurut As’ad (2000) tingkat pengetahuan seorang perawat berpe-ngaruh terhadap kinerja karena sema-kin tinggi pengetahuan yang diperoleh perawat, akan dapat membantu pe-rawat dalam menyelesaikan peker-jaannnya sehingga dapat mening-katkan kinerjanya.

Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan adalah pen-didikan. Irmayanti (2007) menyatakan

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

246

bahwa pendidikan adalah sebuah pro-ses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upa-ya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan, semakin banyak pe-ngetahuan yang didapat.

Pengetahuan seseorang bukan ha-nya dipengaruhi oleh tingkat pen-didikan karena pengetahuan tidak ha-nya didapat dari bangku kuliah, namun pengetahuan lebih banyak diperoleh dari pengalaman bekerja. Sujarwo (2012) menyatakan bahwa pe-ngalaman memiliki peran penting da-lam mendidik seseorang untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Seseorang memiliki pengalaman yang kurang maka pengetahuan yang dimiki juga akan kurang. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang memiliki pengalaman yang banyak akan menambah pe-ngetahuan.

Selain pendidikan dan pengalaman bekerja, umur juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Se-makin bertambah umur, semakin ber-tambah pula pengalaman dan penge-tahuan yang diperolehnya (Holmes, 1989 dalam Maulana, 2003).12 Ditam-bah lagi dengan faktor lingkungan yang merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruh-nya yang dapat mempengaruhi per-kembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan yang mendu-kung akan membuat seseorang me-miliki pengetahuan yang baik.

Penelitian ini menunjukkan wa-laupun sebagian besar pendidikan ter-akhir perawat adalah D-III kepe-rawatan namun lebih dari 50 % pengetahuan perawat tinggi, hal ini dikarenakan sebagai lulusan perawat tentunya semua perawat sudah per-nah mendapat pengetahuan tentang

manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi. Adapun lebih dari 50 % perawat memiliki pengalaman bekerja yang cukup selama 1-5 tahun, yang mana perawat rata-rata dalam sehari merawat pasien pasca operasi sebanyak 10-11 orang. Pasien dapat menjadi sumber infor-masi langsung bagi perawat sebagai pengetahuan dalam pelaksanaaan manajemen nyeri non-farmakologi pa-da pasien pasca operasi.

Selain itu, dari hasil penelitian se-bagian besar perawat berada pada rentang umur antara 20-30 tahun, yang mana mereka berada diumur dewasa muda sehingga lebih baik dalam menerima dan menyerap infor-masi yang didapat, karena hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja perawat. Semakin bertambahnya umur sese-orang maka semakin matang sese-orang dalam menerapkan penge-tahuan yang ia miliki, sesuai dengan kompetensi yang ia miliki. Pernyataan ini didukung oleh Hurclock (2000) bahwa dewasa muda dikenal dengan masa kreatif dan masa menengah memasuki kematangan, dimana indi-vidu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti men-gingat hal-hal yang pernah dipelajari, berfikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat.

Adapun faktor lingkungan yang mendukung sebagai ruang perawatan bedah akan membuat perawat dapat saling menukar pengalaman, kete-rampilan, maupun ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi. Hal ini sejalan de-ngan Sujarwo (2012) yang menya-takan lingkungan sebagai tempat beriteraksinya seseorang dalam hal komunikasi dan bergaul dalam masya-rakat, jika komunikasi dan interaksi

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

247

dalam masyarakat mengalami gang-guan sangat dimungkinkan penge-tahuan mengalami kekurangan dan orang akan mengalami kemunduran dalam hidupnya.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi berada pada ta-hap aplikasi yaitu perawat mampu untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) sehingga lebih dari 50 % pelaksanaaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi sudah baik. Pengetahuan dapat diperoleh di bangku kuliah, penga-laman bekerja, tempat praktek, seminar atau pelatihan-pelatihan yang ada. Oleh karenanya setiap perawat bertemu pasien baru, menemukan hal baru, dan diskusi dengan profesi lain membuat perawat dapat menemukan teori baru yang mungkin dapat di-terapkan ke masing-masing individu karena setiap individu bersifat unik.

Penelitian ini didukung oleh pene-litian Astuti (2010), dimana terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelak-sanaan manajemen nyeri non-far-makologi pada pasien pasca operasi bedah mayor di RSUD Saras Husada Purworejo. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus diikuti oleh sikap positif dan dipraktikkan dalam tindak-an. Pengetahuan, sikap dan tindakan (perilaku) selayaknya berjalan siner-gis, karena pengetahuan akan menim-bulkan respon batin dalam bentuk sikap dan dibuktikan dengan adanya tindakan atau praktik.

Hal ini juga didukung oleh Arwani dan Supriyatno (2005) yang me-ngemukakan bahwa tingkat kema-tangan seseorang ada 4 tingkatan

yaitu mampu dan mau, mampu tapi tidak mau, tidak mampu tapi mau, tidak mau dan tidak mampu.15 Hasil penelitian ini sesuai dengan tingkatan yang pertama yaitu mampu dan mau. Maksudnya dari segi pengetahuan seorang perawat mempunyai kemam-puan untuk melaksanakan tugasnya dan perawat sudah melaksanakan tugasnya, yaitu pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi.

Hasil Odds Ratio menunjukkan nilai 7,286 artinya perawat yang be-rpengetahuan rendah berpeluang 7,3 kali untuk kurang baik dalam pelak-sanaan manajemen nyeri non-farma-kologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Oleh karena itu, perawat sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi khususnya pada pasien pasca operasi dengan jalan mengikuti pelatihan, seminar atau diskusi ten-tang manajemen nyeri non-farma-kologi.

2. Hubungan Beban Kerja

Perawat Dengan Pelaksanaan Manajemen Nyeri Non-Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square (X2) dapat diambil kesim-pulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, karena nilai signifikan (ρ) = 0,192 dimana nilai ini lebih besar dari nilai yang dipakai yaitu α = 0,05 sehingga Ho diterima atau tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel inde-penden dengan variabel dependen.

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

248

Beban kerja perawat menurut Marquis dan Houston (2005) adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seorang perawat selama bertugas di unit pelayanan kepera-watan. Beban kerja yang berat atau berlebihan dapat menimbulkan kele-lahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban ker-ja yang ringan atau terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton.16

Faktor yang mempengaruhi beban kerja terdiri dari faktor eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja dan faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal.

Faktor eksternal antara lain : tugas-tugas yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja. Sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan; organisasi pekerjaan se-perti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang; lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis. Faktor internal antara lain faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan); faktor psikis (motivasi, persepsi, keper-cayaan, keinginan, kepuasan).

Meskipun demikian, beban kerja yang berat tidak selalu membuat kinerja perawat menurun. Hasil pene-litian ini menunjukkan lebih dari 50 % beban kerja perawat berat namun lebih dari 50 % pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasca operasi dapat dilaksanakan

dengan baik, hal ini dikarenakan oleh ruang Cempaka sebagai ruang rawat inap yang khusus pada perawatan bedah sehingga perawat sudah ber-pengalaman dalam menangani pasien pasca operasi yang mengeluh nyeri dengan berbagai karakteristik nyeri. Selain itu, walaupun beban kerja perawat berat tetapi perawat memiliki pengetahuan tinggi dan motivasi tinggi maka akan mendukung perawat dalam meningkatkan kinerjanya.

Pernyataan ini di dukung oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang terbaik “experience is the best

teacher, pepatah tersebut bisa diarti-kan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalam-an itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran penge-tahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengeta-huan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan perso-alan yang dihadapi pada masa lalu.

Menurut asumsi peneliti perawat harus dapat melakukan manajemen waktu dengan melakukan prosedur keperawatan yang terencana agar waktu pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi dapat menjadi efektif. Cara yang paling sederhana adalah dengan cara mengurangi beban kerja perawat dengan memperhatikan rasio minimal perawat-pasien sehingga dapat me-ningkatkan ketersediaan waktu untuk pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi. Karena bagaimanapun mana-jemen nyeri harus dilakukan secara tepat yang memerlukan waktu untuk melaksanakannya.

Manajemen beban kerja menurut Registered Nurses Association of British Columbia (RNABC) (2005)

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

249

adalah kecukupan perawat untuk memberikan perawatan yang aman, kompeten dan etis. RNABC lebih lanjut memberikan indikator manajemen beban kerja dalam ling-kungan praktik yang berkualitas, yang merupakan fungsi manajemen kepe-rawatan dalam melakukan kendali terhadap beban kerja. Hal inilah yang sebaiknya dilakukan manajemen ke-perawatan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan cara menyesuaikan jumlah perawat dengan jumlah pasien yang harus dirawat, sehingga beban kerja dapat diminimal-kan dan tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi.

Hasil Odds Ratio menunjukkan nilai 3,545 artinya perawat yang beban kerja berat berpeluang 3,5 kali untuk kurang baik dalam pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Oleh karena itu, dalam memperkirakan beban kerja perawat pada suatu ruangan tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui berapa banyak pasien yang dimasukkan ke ruangan per hari/ bulan/ tahun, kondisi pasien di ruangan tersebut, rata-rata pasien yang menginap, tindakan perawatan langsung dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing pasien, frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan, dan rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan kepe-rawatan baik langsung maupun tidak langsung.

3. Hubungan Motivasi Perawat

Dengan Pelaksanaan Manaje-men Nyeri Non-farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square (X2) dapat diambil kesim-pulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, karena nilai signifikan (ρ) = 0,000 di-mana nilai ini lebih kecil dari nilai yang dipakai yaitu α = 0,05 sehingga Ho ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

Menurut Purwanto (2002) motivasi secara harfiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang seca-ra sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psi-kologi, berarti usaha yang dapat me-nyebabkan seseorang atau kelompok orang bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepu-asan dengan perbuatannya.

Frederick Herzberg dalam Robbin dan Judge (2007) memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari kebe-radaan motivator intrinsik dan ketidak-puasan kerja berasal dari ketidakber-adaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi : kompensasi / gaji / imbalan, kondisi kerja, kebijakan dan admi-nistrasi perusahaan, hubungan antar pribadi, dan kualitas supervisi. Keber-adaan kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi me-reka. Tetapi ketidakberadaannya me-nyebabkan ketidakpuasan bagi kar-yawan. Adapun faktor instrinsik me-liputi : pencapaian prestasi, penga-kuan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, dan pengembangan potensi individu. Tidak adanya kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

250

sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik.

Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam dan komponen luar. Komponen dalam tersebut adalah kebutuhan-kebutuhan yang hendak di-puaskan, yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis. Se-dangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai, meliputi apa yang diinginkan seseorang dan tujuan yang menjadi arah perilakunya (Hamalik, 2002).

Dalam penelitian ini, faktor yang berpengaruh terhadap motivasi adalah pengetahuan. Pengetahuan ini akan menjadi dasar perilaku, dalam hal ini pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca ope-rasi yang merupakan salah satu dari tindakan mandiri keperawatan. Pe-ngetahuan seseorang akan sangat mempengaruhi perilakunya, dan peri-laku tersebut akan berpengaruh pada bentuk dan jenis motivasi (Siagian, 2004). Selain pengetahuan, masa kerja juga mempengaruhi motivasi seseorang.

Penelitian ini menunjukkan lebih dari 50 % motivasi perawat tinggi, hal ini dikarenakan lebih dari 50 % pe-ngetahuan perawat tentang mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pa-sien pasca operasi juga tinggi. Sese-orang yang mengetahui konsep dasar ilmu yang baik akan cenderung memi-liki perilaku yang baik pula sehingga membuat perawat semakin termotivasi untuk melakukan dengan baik pelak-sanaan manajemen nyeri non-far-makologi pada pasien pasca operasi

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Selain itu, lebih dari 50 % perawat memiliki masa kerja yang yang cukup selama 1-5 tahun. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perawat ber-umur antara 20-30 tahun. Meskipun demikian, ini tidak berarti mengurangi kemampuan mereka dalam pelaksa-naan manajemen nyeri non-farma-kologi pada pasien pasca operasi ka-rena ada motivasi yang tinggi dari da-lam diri individu itu sendiri.

Menurut asumsi peneliti, motivasi ini menjadi penting karena akan men-dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang sehingga lebih dari 50 % pelaksanaaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi sudah baik. Keinginan yang ada dalam diri seseorang akan me-nimbulkan motivasi internal yang berasal dari dalam diri seseorang. Kekuatan ini akan mempengaruhi pi-kirannya yang selanjutnya akan meng-arahkan perilaku orang tersebut. Da-lam hal ini, jika perawat memandang pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi sebagai kewajiban seka-ligus tanggung jawab yang harus dijalankan sebagai pemberi asuhan keperawatan maka perawat tersebut akan melakukan pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi dengan baik.

Penelitian ini didukung oleh Edward Murray dalam Mangkunegara (2005) yang berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi tinggi adalah melakukan se-suatu dengan sebaik-baiknya, mela-kukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan, menyelesaikan tugas-

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

251

tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, berkeinginan menjadi orang terkenal, menguasai bidang tertentu, melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan, me-ngerjakan sesuatu yang sangat berar-ti, dan melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.

Hasil Odds Ratio menunjukkan nilai 25,000 artinya perawat yang me-miliki motivasi rendah berpeluang 25 kali untuk kurang baik dalam pelak-sanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca opera-si di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Oleh karena itu, dengan adanya motivator intrinsik dan motivator ekstrinsik akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Salah satunya dengan pemberian reward bagi perawat yang sudah baik dalam pelaksanaan manajemen nyeri.

Selain itu, dengan adanya suatu protap atau standar operasional pro-sedur (SOP) yang jelas dan benar tentang manajemen nyeri non-far-makologi serta pengadaan fasilitas yang mendukung seperti memasang televisi dan/ tape, menambah alat TENS, membuat ruangan khusus untuk simulasi atau latihan bagi perawat dalam pelaksanaan manaje-men nyeri non-farmakologi akan dapat meningkatkan motivasi perawat se-hingga semakin baik kinerjanya, dalam hal ini adalah pelaksanaan mana-jemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi sebagai salah satu tindakan mandiri keperawatan.

KEPUSTAKAAN Potter dan Perry. (2005). Fundamental

Of Nursing: Concept, Process And

Practice. Dalam: Ester, M.,

Yulianti, D. dan Parulin, I, Editors.

Buku Ajar Fundamental Kepera-

watan: Konsep, Proses, dan Prak-

tik. Cetakan 1. Jakarta : EGC. Brunner, L.S. dan Suddarth, D.S.

(2002). Text Book Of Medical-

Surgical Nursing. Dalam: Ester, M

dan Pangabean, E. Editors. Kepe-

rawatan Medikal-Bedah Cetakan

1. Jakarta : EGC. Akbar, F. (2009). Mengetahui Penga-

ruh Kompres Dingin Terhadap Pe-

nurunan Sensasi Nyeri Pada Pa-

sien Post Operasi Di Ruang Pera-

watan Bedah RSUD Labuang Baji

Makassar Tahun 2009. http:// fredyakbark.blogspot.com/2009/06/proposal-penelitian-pengaruh-kompres.html, diperoleh tanggal 17 Oktober 2012.

Nursalam. (2011). Konsep dan Pene-

rapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi,

Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi

Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Pene-

litian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

As’ad. (2000). Psikologi Industry Edisi

4. Yogyakarta : Lyberty. Irmayanti, dkk. (2007). Pengetahuan.

Jakarta : Lembaga Penerbitan FEUI.

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

252

Sujarwo, R. (2012). Faktor Yang Mem-

pengaruhi Pengetahuan Ren-dah. http://gununglaban. wordpress.com t/2012/03/30/, diperoleh tanggal 12 Februari 2013.

Maulana, I. (2003). Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Moti-

vasi Perawat Untuk Melanjutkan

Pendidikan Pada Jenjang Pendidi-

kan Tinggi Keperawatan. Skripsi tidak dipublikasikan, Surabaya, Universitas Airlangga, Indonesia.

Hurclock, E.B. (2000). Pendidikan Dan

Psikologi Perkembangan : Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Astuti, S.B. (2010). Hubungan Pe-

ngetahuan Perawat Dengan Pelak-

sanaan Manajemen Nyeri Non-

Farmakologi Pada Pasien Pasca

Operasi Bedah Mayor di RSUD

Saras Husada Purworejo. http:// digilib.Stikesmuhgombong.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtstikesmuhgo-gdl-setiatibud-281,

diperoleh tanggal 17 Oktober 2012.

Arwani dan Supriyatno, S. (2005). Ma-

najemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.

Marquish, B.L. dan Houston, C.J. (2005). Leadership And Manage-

ment Functions In Nursing Theory

& Applications. Philadelphia : Lippincott.

Purwanto, N. (2002). Psikologi Pen-

didikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Robbin dan Jugde. (2007). Perilaku

Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat.

Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar

Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi

Dan Aplikasinya, Cetakan Ketiga. Jakarta : Rineka Cipta.

Mangkunegara, A. P. (2005). Evaluasi

Kinerja. Bandung : Refika Aditama.