lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

51
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya. 1 Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari 1

description

2013

Transcript of lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Page 1: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel

yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan

kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini

digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel

tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran

dari ketiganya.1

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru

sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan

lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker

dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972

memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5

% pada 1990. Menurut National Institute for Health and Clinical Excellence

(NICE) dalam The diagnosis and treatment of lung cancer (update) tahun 2011,

insiden kanker paru di Inggris dan Wales terjadi 47,4 per 100.000 penduduk

merupakan kejadian kedua terbanyak setelah kaker prostat pada laki-laki dan

kanker payudara pada wanita. Prognosisnya sangat buruk dengan angka kematian

40,1 per 100.000 penduduk. Kebanyak individu yang terserang kanker paru

adalah laki-laki hal ini tentunya dapat dilihat dari kebanyakan perokok adalah

1

Page 2: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

laki-laki. Prevalensi terbanyak menurut histologinya berbeda sepanjang waktu, hal

ini dapat dilihat hubungan kejadian kanker paru tipe small cell dengan kemasan

rokok, semenjak digunakan filter dan kertas rokok angka kejadian kanker paru

tipe small cell menurun dari 20% menjadi 10% menurut (Steven & Johnson

2000). Akan tetapi sekarang ini terjadi peningkatan kanker paru tipe adenokarsi-

noma pada kedua jenis kelamin dan kelompok etnik tersebut.1,2

40% dari kejadian kanker paru adalah adenokarsinoma. Kanker ini sedini

mungkin mulai mempengaruhi sel-sel normal yang menghasilkan secret sebagai

bahan pembentuk mukus. Tipe kanker ini biasanya terjadi pada perokok atau ri-

wayat perokok dahulu, tapi juga banyak terjadi pada orang yang bukan perokok.

Kanker ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, dan umur yang

lebih muda dari penderita kanker paru pada umumnya. Adenokarsinoma biasanya

ditemukan pada bagian terluar paru. Kanker ini cenderung tumbuh lambat dari-

pada jenis kanker paru lainnya, dan biasanya ditemukan sebelum menyebar luas

keluar paru. Pasien dengan adenokarsinoma cenderung memiliki prognosis yang

lebih baik disbanding dengan jenis kanker paru lainnya.3

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam

jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakse-

imbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Pada kanker paru,

infiltrasi pleura oleh sel tumor dapat terjadi sekunder akibat perluasan langsung

(inviltrasi), terutama tumor jenis adenokarsinoma yang letaknya perifer.1

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga

pleura. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneu-

2

Page 3: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

motoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneu-

motoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Pneumothorax

spontan seringkali dihubungkan dengan kejadian kanker paru, rata-rata sekitar

0,03% angka kejadian pada kanker paru primer dan lebih sering pada kejadian sar-

coma pada anak-anak dengan metastase paru. Terjadinya efusi pleura dan pneu-

mothorax secara bersamaan dapat mengakibatkan terjadinya fluidopneumotho-

rax.4,5

Berikut ini akan dilaporkan kasus Kanker Paru stadium IV (tipe Ade-

nokarsinoma) dengan Fluidopneumothorak (s) yang di rawat di RS Ulin Banjar-

masin.

1.1. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan gejala klinis dan

penatalaksanaan pasien Kanker Paru stadium IV (tipe Adenokarsinoa) dengan

Fluidopneumothorak (s).

BAB II

LAPORAN KASUS

3

Page 4: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

II.1 Identitas pasien

Nama : Tn. F

Umur : 55 tahun

Alamat : Amuntai

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai

Masuk rumah sakit : 27 Maret 2012

II.2 Riwayat penyakit

Keluhan utama : Sesak

Riwayat penyakit sekarang

Pasien sesak sejak 4 bulan yang lalu, sesak bertambah saat beaktivitas dan

serangan tidak tergantung waktu. Sejak 1 bulan ini sesak dirasakan

memberat dan disertai nyeri dada, nyeri dirasakan menusuk dan menjalar

ke punggung belakang. Pasien juga ada mengeluhkan batuk, batuk kering

tidak berdahak, serangan batuk tidak tergantung waktu dan kadang sampai

mengganggu tidur. Semenjak sakit nafsu makan menurun, sehingga

merasa pasien merasa badannya semakin kurus. Pasien sempat dirawat di

RS Amuntai dengan keluhan yang sama selama satu minggu sebelum

dirujuk ke RS Ulin, di RS tersebut pasien ada dilakukan pengambilan

cairan di punggung sebanyak 4 kali selama 4 hari berturut-turut.

4

Page 5: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Riwayat penyakit dahulu: Darah tinggi (-), kencing manis (-), asma (-),

pengobatan TB (-)

Riwayat penyakit keluarga: TB (-), kencing manis (-), asma (-)

II.3 Pemeriksaan fisik

Tanda vital

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis GCS : 4-5-6

Tekanan darah : 100/80 mm Hg

Laju nadi : 84 kali/menit

Laju nafas : 26 kali/menit

Suhu tubuh (aksiler) : 36,3oC

Berat Badan sekarang : 46 kg

Berat Badan dahulu : 53 kg

Kepala dan leher

Kepala : Konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-/-)

Toraks

Paru I : Pernafasan asimetris

: Paru kiri tertinggal

P : Fremitus vokal asimetris

: Paru kiri FV turun, paru kanan FV normal

N

N

5

Page 6: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

N

P : Suara perkusi sonor pada seluruh lapangan pulmo

dektra, dari apek sampai 1/3 tengah pulmo

sinistra hipersonor dan redup pada basalnya.

Sonor hipersonor

Sonor hipersonor

Sonor redup

A : Suara nafas pulmo kanan vesikuler, pulmo kiri

menurun, rhonkii (-/-), wheezing (-/-)

N

N

N

Jantung I : Iktus cordis terlihat (+) di ICS V linea

midclavicula sinistra.

P : Pulsasi teraba di ICS V linea midclavicula

sinistra, getaran/ thrill (-)

P : Suara perkusi pekak, batas jantung :

Kanan : ICS II - IV linea parasternalis dextra

Kiri : ICS II linea parasternalis sinistra - ICS V

linea midclavicula sinistra

Atas : ICS II linea parasternalis dekstra – ICS II

linea parasternalis sinistra

A : S1 dan S2 tunggal, reguler, dan tidak terdengar

suara bising

6

Page 7: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Abdomen

Inspeksi : Cembung, distensi (-), venektasi (+)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

Palpasi : Turgor cepat kembali, nyeri tekan epigastrik (-)

lien, massa tidak teraba,

Hepar teraba 16 cm bawah arcus costa, 6 cm

bawah processus xyphoideus

Perkusi : Redup berpindah

Ekstremitas

Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)

Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)

II.4 Pemeriksaan penunjang

II.4.1 Foto Thorak

Hasil pemeriksaan foto thorak AP tanggal 10 April 2012

· Cor: normal· Pulmo: tampak masa paru kiri atas· Efusi pleura kiri· WSD ICS 4 kiri belakang

7

Page 8: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Gambar 1. Fluidopneumothorak

II.4.2 Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 2.1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah.

Pemeriksaan 26-03-2012 10-4-2012

Hemoglobin 16,6 g/dL 13,7 g/dLLekosit 9.100/uL 10.000/uLEritrosit 5,42 juta/uL 5,00 juta/uLTrombosit 285.000/uL 416.000/uLHematokrit 49,1 vol% 45,4 vol%RDW-CV 14% 13%MCV 90,7 Fl 90,7FlMCH 30,6 Pg 27,4PgMCHC 33,8% 30,2%Gran% 70,3% 66,8%Limfosit% 22,4% 20,9%MID% 7,3% -Basofil% - 0,3%Eosinofil% - 3,4%Monosit% - 8,6%Gran# - 6,71ribu/ulLimfosit# - 2,1ribu/ulBasofil # - 0,03ribu/ulEosinofil# - 0,34ribu/ulMonosit # - 0,86ribu/ulUreum 10 mg/dl 10mg/dlCreatinin 0,7 mg/dl 0,9mg/dlSGOT 25 U/l 30U/lSGPT 12 U/l 18U/l

8

Page 9: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

GDS 119 mg/dL -GDP - 109mg/dlBilirubin total - 1,21mg/dlBilirubin direk - 0,65mg/dlBilirubin indirek - 0,56mg/dl

Tabel 2.2. Hasil pemeriksaan cairan pleura tanggal 28 Maret 2012.

Pemeriksaan Hasil Keterangan

Glukosa cairan 2 Cairan: warna kuning kemerahan, bersifat eksudat LDH :1855 U/LProtein total: 3,8 g/dl

Kejernihan keruhLeukosit 2600MN cairan 51Pewarnaan gram negativPewarnaan ZN negativPMN cairan 49Rivalta tes positifWarna cairan Kuning kemerahan

II.4.3 Hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura

Tanggal 30 Maret 2012

· Makroskopis: cairan 5 cc warna kuning kemerahan· Mikroskopis: tampak proliferasi sel bentuk bulat sampai dengan

oval tumbuh hiperplastis, inti gelap, asal epitelial.· Kesimpulan: keganasan positif, asal epitelial ( adenocarsinoma)

II.4.4 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen

Tanggal 10 April 2012 :

· Liver: tampak normal· Lien dan pankreas: tampak normal· Ginjal kanan dan kiri: normal· VU: normal· Tak tampak nodul paraaorta· Efusi pleura kiri· Kesimpulan: tak tampak metastase organ diatas efusi pleura kiri.

9

Page 10: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

II.5 Permanent Problem List

No Masalah Inisial Plan Diagnosis

Inisial Plan Terapi

Inisial Plan Monitoring

1. Sesak Sesuai no.2 O2 2-4 lpm Sesuai no.2

Tanda vital/klinis

2. Fluido pneumotorak (s) - inj. Ceftriaxon 2x1 gr

inj. Ranitidin 2x1 amp

insersi torak drain+ kontinus suction

Tanda vital/klinis

Torak foto

3. Adenokarsinoma paru - Kemoterapi dengan regimen paxus 240 mg dan carboplatin 420 mg

Tanda vital/klinis

II.6 Diagnosis

Diagnosis kerja : Ca paru stadium IV ( tipe Adenokarsinoma) dengan fluido pneumothorax (s)

II.7 Penatalaksanaan

IVFD RL + Neurobion 1 amp/hari 20 tpmO2 2-4 lpm Injeksi Ceftriakson 2x1gr IVOral Codein 3x10 mgInsersi thorax drain + kontinus suctionKemoterapi Paxus 240 mg dan Carboplatin 420 mg

10

Page 11: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

II.8 Follow Up Pasien

Tabel 2.3. Catatan perjalanan penyakit selama perawatan (1-6 Maret 2012).

PemeriksaanMaret 2012 April 2012

27 28 29 30 31 01 02SubjectiveSesak + + + ++ + + +Batuk + + + < < < <Nyeri dada + + + + < + +Makan/minum < < < < < < <BAB/BAK -/+ +/+ +/+ -/+ +/+ +/+ -/+ObjectiveTDS 100 120 120 110 120 120 110TDD 70 60 80 70 70 70 80N 94 85 74 96 78 80 88RR 23 22 24 28 25 25 24T 36,3 35,6 36,0 36,2 36,2 35,4 36,2SaO2 94% 98% 96% 91% 97% 96% 98%AssessmentCa paru std.IV (tipe Adenokarsinoma )

- - - + + + +

Fluido pneumothorax(s) + + + + + + +PlanningIVFD RL + Neurobion 1 amp/hari 20 tpm

+ + + + + + +

O2 2-4 lpm + + + + - - -Injeksi Ceftriakson 2x1gr IV

+ + + + + + +

Infus Levofloxacin 1x500mg

- - - - - - -

Injeksi Gentamicyn 1x160 mg

- - - - - - -

Oral Codein 3x10 mg - + + + + + +Insersi thorax drain + kontinus suction

+ + + + + + +

PemeriksaanApril 2012

03 04 05 06 07 08 09SubjectiveSesak < + < < < < <Batuk < < < < << << <<Nyeri dada + + + + + + +Makan/minum < < < < < < <BAB/BAK +/+ -/+ -/+ +/+ +/+ +/+ -/+

11

Page 12: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

ObjectiveTDS 100 120 120 100 100 100 100TDD 60 80 80 70 80 80 70N 84 96 90 88 94 96 95RR 24 29 26 26 26 26 25T 36,3 35,6 36,0 36,2 36,2 35,4 36,6SaO2 95% 91% 93% 95% 95% 94% 98%AssessmentAdenokarsinoma + + + + + + +Fluido pneumothorax + + + + + + +PlanningIVFD RL + Neurobion 1 amp/hari 20 tpm

+ + + + + + +

O2 2-4 lpm - + - - - - +Injeksi Ceftriakson 2x1gr IV

+ - - - - - -

Infus Levofloxacin 1x500mg

- + + + + + +

Injeksi Gentamicyn 1x160 mg

+ + + + + + +

Oral Codein 3x10 mg + + + + + + +Insersi thorax drain + kontinus suction

+ + + + + + +

PemeriksaanApril 2012

10 11 12 13 14B

oleh

Pu

lan

gSubjectiveSesak < + < ++ +Batuk < + + < <Nyeri dada + + + + +Makan/minum < < < < <BAB/BAK +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ObjectiveTDS 100 90 90 110 120TDD 60 60 60 70 70N 98 90 88 96 78RR 24 24 25 28 26T 36,3 35,6 36,0 36,2 36,2SaO2 98% 95% 95% 91% 93%AssessmentAdenokarsinoma + + + + +Fluido pneumothorax + + + + +PlanningIVFD RL + Neurobion 1 + + + + +

12

Page 13: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

amp/hari 20 tpmO2 2-4 lpm + + + + +Injeksi Ceftriakson 2x1gr IV

- - - - -

Infus Levofloxacin 1x500mg

+ + oral oral oral

Injeksi Gentamicyn 1x160 mg

+ + + + +

Oral Codein 3x10 mg + + + + +Thorax drain + kontinu suction

aff - - - -

Kemoterapi - - + - -

13

Page 14: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

BAB III

PEMBAHASAN

 

Kanker paru pada umumnya ditemui pada penderita yang berumur 55-60

tahun. Hanya ± 1% penderita di bawah 40 tahun. Pada stadium dini, kanker paru

umumnya tidak menimbulkan keluhan. Kanker paru baru memberikan keluhan

apabila telah ada pendesakan atau ada invasi pada struktur sekitarnya (bronkus).

Oleh karena itu, penemuan penderita kanker paru pada stadium dini sampai saat

ini masih merupakan suatu masalah. Penderita datang ke dokter apabila sudah ada

gejala-gejala, hal ini berarti penyakitnya sudah dalam stadium lanjut sehingga

kemungkinan tidak dapat lagi dilakukan terapi pembedahan. Diagnosis kanker

paru sering ditegakkan secara kebetulan, yaitu sewaktu penderita mengadakan

pemeriksaan badan untuk keperluan lain (check up). Kesalahan yang paling sering

dilakukan ialah mengobati penderita kanker paru sebagai penderita tuberkulosis

paru. Setelah diberikan pengobatan untuk beberapa waktu ternyata tidak ada

kemajuan, baru dilakukan pemeriksaan yang intensif ke arah kanker paru dan

biasanya sudah terlambat.6

Adenokarsinoma merupakan salah satu jenis kanker non-small lung cancer

(NSCLC). Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan

kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis

interstisial kronik. 40% dari kejadian kanker paru adalah adenokarsinoma.2,3

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam

jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh

14

Page 15: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Efusi

pleura karena kanker paru dapat terjadi pada semua jenis histologist, tetapi

penyebab tersering adalah adenokarsinoma. Akumulasi efusi dirongga pleura

terjadi akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi inflamasi

yang ditimbulkan oleh infiltrasi sel kanker pada pleura parietal atau pleura

visceralis, invasi langsung tumor yang berdekatan dengan pleura dan obstruksi

kelenjar limfe.1,2

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga

pleura. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.

Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan

pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Terjadinya

efusi pleura dan pneumothorax secara bersamaan dapat mengakibatkan terjadinya

fluidopneumothorax.4

Dilaporkan seorang pria berumur 55 tahun yang datang dengan keluhan

utama sesak. sesak sejak 4 bulan yang lalu, sesak bertambah saat beaktivitas dan

serangan tidak tergantung waktu. Sejak 1 bulan ini sesak dirasakan memberat dan

disertai nyeri dada, nyeri dirasakan menusuk dan menjalar ke punggung belakang.

Pasien juga ada mengeluhkan batuk, batuk kering tidak berdahak, serangan batuk

tidak tergantung waktu dan kadang sampai mengganggu tidur. Semenjak sakit

nafsu makan menurun, sehingga merasa pasien merasa badannya semakin kurus.

Usia pasien ini adalah 55 tahun yang merupakan usia risiko terkena kanker

paru. Pasien sebelumnya belum pernah berobat ke dokter paru dan tidak tahu

bahwa ia menderita kanker paru. Saat mengeluh sesak napas, baru ia kemudian

15

Page 16: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

memeriksakan diri. Hal ini sesuai teori bahwa pada stadium dini, kanker paru

umumnya tidak menimbulkan keluhan dan pada pasien ini terdapat keluhan sesak

napas dan nyeri dada yang menandakan bahwa telah ada pendesakan atau ada

invasi pada struktur sekitarnya (bronkus).

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit

paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis

akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang

sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :1

a. Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

b. Batuk darah

c. Sesak napas

d. Suara serak

e. Sakit dada

f. Sulit / sakit menelan

g. Benjolan di pangkal leher

h. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa

nyeri yang hebat.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti 1:

a. Berat badan berkurang

b. Nafsu makan hilang

c. Demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",

trombosis vena perifer dan neuropatia.

16

Page 17: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Pasien ini ada riwayat merokok dan jenis kelamin laki-laki yang dapat

dikaitkan dengan risiko tinggi kanker paru.

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang

yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,

serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan

radiologi paru yaitu Foto toraks PA/ lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone

scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan

letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.1

Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa

tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan

adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada

foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi

perikar dan metastasis intrapulmoner.1

Pada pasien ini, dari hasil foto thorak (30 Maret 2012) didapatkan

perselubungan opak homogen pada bagian apeks pulmo sinistra, sudut

kostoprenikus kiri tumpul sedangkan kanan tajam.

Pemeriksaan khusus pada tumor paru adalah bronkoskopi, biopsi aspirasi

jarum, Transbronchial Needle Aspiration (TBNA), Transbronchial Lung Biopsy

(TBLB), Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB), Torakoskopi medic,

dan sitologi sputum.1

Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan

kanker bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan

sebelum timbul manfestasi klinik penyakit kanker. Untuk tumor yang berada di

17

Page 18: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

perifer, materi pemeriksaan dapat dikumpulkan dengan menggunakan alat

bronkoskop fiberoptik yang fleksibel (lentur) misalnya dengan melakukan

aspirasi, bilasan dan sikatan bronkus. Aspirat di sekitar daerah yang dicurigai

adanya tumor, umumnya mengandung sel-sel yang amat representatif dan banyak

mengandung sel ganas daripada yang terdapat pada cairan bilas atau hasil sikatan

bronkus pada kasus yang sama. Pada kasus ini pemeriksaan sitologik

menggunakan cairan pleura dan tindakan blopsi pleura yang menggunakan jarum

(needle biopsy). Dari hasil pemeriksaan sitologik tanggal 30 April 2012

didapatkan hasil tampak proliferasi sel bentuk bulat sampai dengan oval tumbuh

hiperplastis, inti gelap, asal epithelial dengan kesimpulan keganasan positif, asal

epitelial ( adenocarsinoma).1

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan petanda tumor.

Petanda tumor yang telah diketahui, seperti CEA (Carcinoma Embryonic

Antigen), Cyfra21-1, NSE (Neuron-specific Enolase) dan lainya tidak dapat

digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.

Pemeriksaan biologi molekuler juga telah semakin berkembang, cara paling

sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait

dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari

pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit. 1,4

Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat

ditentukan1:

1. Jenis histologis.

2. Derajat (staging).

18

Page 19: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

3. Tampilan (tingkat tampil, "performance status").

Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.

Adenokarsinoma paru merupakan subtipe utama dari jenis kanker paru

nonsmall-cell, yang angka kejadiannya meningkat secara global pada laki-laki dan

wanita perokok maupun yang bukan perokok dan hampir sekitar 50%

dihubungkan dengan penyebab kematian pada kanker paru.7

Kanker ini biasanya terjadi pada 6-7 dekade kehidupan. Gejala klinis

tergantung dari lokasi anatomi tempat tumor itu berada dan ukuran tumor tersebut.

Tumor pada bagian sentral akan menghasilkan gejala dini seperti batuk, sesak,

wheezing, hemoptisis, dan pneumonia. Tumor yang berlokasi di bagian perifer

paru perlu mencapai ukuran yang besar sebelum menimbulkan gejala. Beberapa

tipe gejala mungkin berhubungan dengan tipe keganasan tertentu. Sebagai contoh

adanya bronchorrhea (ekpektorian sejumlah besar mucus) sering kali muncul

pada karsinoma bronkioalveolar (BAC) dari jenis musin. Contoh lainnya seperti

gejalan nyeri pleuritik, gejala pancoast, atau sindrom vena cava superior terjadi

ketika ada perluasan tumor yang membebankan rongga thorak. Sindrom

paraneoplastik seperti ketidak sesuaian produksi sekresi hormone diuretic,

chusing sindrom, atau akromegali mungkin dapat terlihat.8,9

Secara radiologi, adenokarsinoma dapat muncul sebagai tumor solid, yang

mana dapat memburuk atau tergambar jelas pada parenkim paru. Penyebaran

adenokarsinoma ke pleura sedemikian rupa menyerupai yang terlihat pada

mesotelioma yang juga dapat di amati. Penggunaan teknik radiologi yang lebih

19

Page 20: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

mutakhir seperti MRI atau CT-scan yang sangat meningkatkan deteksi terhadap

kanker paru.10,11

Adenokarsinoma didefinisikan sebagai neoplasma maligna epithelial yang

di karakteristikan dengan pembentukan kelenjar. Tergantung derajat pada bagian

kelenjar yang mana pada tumor ini menyerupai bagian normalnya, tumor ini dapat

dibagi menjadi, tumor yang dapat berdiferensiasi baik, moderat, dan buruk. Pada

tahapan diferensiasi tumor yang baik dan moderat structure kelenjar secara mudah

dapat diperlihatkan pada pemeriksaan rutin mikroskopik.9

Penderajatan internasional kanker paru berdasarkan sistem TNM adalah

sebagai berikut.1

20

Page 21: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Apabila tumor sudah mencapai korpus vertebra atau struktur mediastinum

yang vital, tumor dikategorikan sebagai stadium T4. Nyeri dada selalu

menunjukkan bahwa telah terjadi invasi pada dinding dada (T3).1

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,

diagnosis pasien mengarah ke massa intrapulmonal di bagian mediastinal pulmo

sinistra dengan fluidopneumothorax yang kemudian dari hasil sitologi cairan

21

Page 22: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

pleura diketahui jenis sel kanker Adenocarsinoma. Keadaan umum penderita baik

dengan nilai skala Karnofsky 70-80 atau skala 1 menurut WHO. Pasien

diputuskan untuk mendapat kemoterapi dengan diagnosis kanker paru jenis

karsinoma bukan sel kecil (jenis Adenokarsinoma), dengan fluidopneumothorak.

Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-

modaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya

diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga

kondisi non-medis seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi

penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.1

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk Non Small Cell

Carcinoma (NSCC) stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari

“combine modality therapy”, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk Non Small

Cell Carcinoma stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang

memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava

superiror berat.1

Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.

Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk

Non Small Cell Carcinoma stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja

tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan

darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti

sindrom vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan

metastasis tumor di tulang atau otak.1

22

Page 23: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama

harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus

lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi

dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi

regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker

dapat dilakukan.1

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen

kemoterapi adalah1:

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)

2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%

3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO

4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian

terjadi tumor progresif.

Regimen untuk Non Small Cell Carcinoma (NSCC) adalah sebagai

berikut1 :

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)

2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)

3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin

4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin

5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi adalah sebagai

berikut1:

23

Page 24: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat

diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.

2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski

Hb < 10 g% tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai

dengan penyebab anemia.

3. Granulosit > 1500/mm3

4. Trombosit > 100.000/mm3

5. Fungsi hati baik

6. Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)

Induksi kemoterapi untuk nonsmall cell lung cancer (NSCLC) telah

diteliti secara luas pada decade yang lalu. Banyak penelitian yang memperlihatkan

keuntungan ketahanan hidup untuk pasien dengan NSCLS stadium IIIA/B yang

diterapi dengan induksi kemoterapi atau kemoradioterapi dan pembedahan, yang

dibandingkan dengan protocol standar termasuk pembedahan, radioterapi ataupun

keduanya.12

Tujuan pengobatan pada NSCLC stage lanjut adalah paliatif sehingga

pilihan jenis pengobatan sebaiknya tidak menimbulkan keluhan lain yang dapat

menurunkan kualitas hidup pasien. Menurut hasil penelitian di RS Persahabatan

Jakarta tahun 2010 kemoterapi. paclitaxel 175 mg/m2 (PaxusR) + carboplatin

AUC-5 pada penderita NSCLC khususnya adenokarsinoma memberikan respons

yang baik secara klinis (clinical respons) 90%. Implikasi klinisnya dari respons

klinik adalah kemampuan kemoterapi itu untuk tidak menimbulkan progresivitas

dalam jangka waktu tertentu meskipun ukuran tumor menetap atau tidak berubah.

24

Page 25: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Pilihan rejimen kemoterapi pada NSCLC stage lanjut yang terbaik adalah rejimen

yang mempunyai waktu untuk terjadinya progresif penyakit (time to progression)

yang panjang dan lebih utama lagi dengan Toksisitas yang ringan. Hasil penelitian

menunjukan efikasi khususnya respons objektif rejimen yang digunakan itu tidak

berbeda dengan hasil penelitian kemoterapi berbasis platinum yang dilakukan

peneliti lain.13

Untuk evaluasi hasil pengobatan, umumnya kemoterapi diberikan sampai

6 siklus/sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi

respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks

PA setelah pemberian (sikius) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan

menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian.1

Evaluasi dilakukan terhadap keadaan berikut.1

- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal

- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan

- Respons obyektif

- Efek samping obat

Hal lain yang perlu diperhatikan datam pemberian kemoterapi adalah

timbulnya efek samping atau toksisitas. Berat ringannya efek toksisiti kemoterapi

dapat dinilai berdasarkan ketentuan yang dibuat WHO.1

Pada pasien ini dilakukan kemoterapi pada tanggal 12 April 2012 (hari

perawatan ke-15) dengan regimen carboplastin 420 mg dan paxus 240 mg.

Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun

pertarna, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan

25

Page 26: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu

foto toraks PA / lateral dan CT-scan thoraks, sedangkan pemeriksaan lain

dilakukan atas indikasi.1

Pada penderita efusi pleura memberikan gejala sesak napas, napas pendek,

batuk, nyeri dada dan isi dada terasa penuh. Gejala ini sangat bergantung pada

jumlah cairan dalam rongga pleura. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan

diafragma berkurang dan deviasi trakea dan/atau jantung kearah kontralateral,

fremitus melemah, perkusi redup dan suara napas melemah pada sisi toraks yang

sakit.

Pada kanker paru, infiltrasi pleura oleh sel tumor dapat terjadi sekunder

akibat perluasan langsung (inviltrasi), terutama tumor jenis adenokarsinoma yang

letaknya perifer. Dapat juga terjadi akibat metastasis ke pembuluh darah dan getah

bening. Bila efusi pleura terjadi akibat metastasis, cairan pleuranya banyak

mengandung sel tumor ganas sehingga pemeriksaan sitologi cairan pleura dapat

diharapkan memberi hasil positif.1

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura pada tanggal

30 Maret 2012 didapatkan hasil tampak proliferasi sel bentuk bulat sampai dengan

oval tumbuh hiperplastis, inti gelap, asal epitelial. Kesimpulan: keganasan positif,

asal epitelial ( adenocarsinoma).

Diagnosis Efusi Plura Ganas (EPG) dapat ditegakan bila didapat sel ganas

dari hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura. Meski terkadang

sulit didapatkan dan dugaan/suspek EPG berdasarkan sifat dan produktifiti cairan

yang dihasilkan. Menegakkan diagnosis EPG serta menetapkan tumor primer

26

Page 27: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

yang menjadi penyebabnya merupakan langkah pertama penanggulangan EPG.

Seperti penyakit lain, anamnesis yang sistematis dan teliti dapat menuju ke

pencarian tumor primer. Pemeriksaan jasmani perlu untuk menentukan lokasi dan

tingkat berat ringannya keluhan dan perlu tidaknya tindakan segera untuk

mengurangi keluhan dan terkadang untuk menyalamatkan nyawa penderita.

Pemeriksaan fisik menyeluruh perlu dilakukan untuk mencari tumor primer.

Pemeriksaan laboratorium cairan pleura dapat memastikan cairan adalah eksudat.

Pemeriksaan sitologi cairan pleura adalah hal yang tidak boleh dilupakan jika kita

menduga EPG. Pemeriksan radiologik dengan foto toraks PA/Lateral untuk

menilai masif tidaknya cairan yang terbentuk, juga kemungkinan melihat

terdapatnya tumor primer. Untuk mendapatkan data yang informatif, pemeriksaan

CT-Scan toraks sebaiknya dilakukan setelah cairan dapat dikurangi semaksimal

mungkin. Pemeriksaan penunjang lain seperti biopsi pleura akan sangat

membantu. Tindakan bronkoskopi, biopsi transtorakal, USG toraks, dan

torakotomi eksplorasi adalah prosedur tindakan yang terkadang perlu dilakukan

untuk penegakan diagnosis.1

Efusi pleura ganas mempunyai 2 aspek penting dalam penatalaksaannya

yaltu pengobatan lokal dan pengobatan kausal. Pengobatan kausal disesuaikan

dengan stage dan jenis tumor. Tidak jarang tumor primer sulit diternukan, maka

aspek pengobatan lokal menjadi pilihan dengan tujuan untuk mengurangi sesak

napas yang sangat mengganggu, terutama bila produksi cairan berlebihan dan

cepat. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain, punksi pleura, pemasangan

27

Page 28: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

WSD dan pleurodesis untuk mengurangi produksi cairan. Zat-zat yang dapat

dipakal, antara lain talk, tetrasikiin, mitomisin-C, adriamisin dan bleomisin.1

Bila tumor primer berasal dari paru dan dari cairan pleura diternukan sel

ganas maka EPG termasuk T4, tetapi bila diternukan sel ganas pada biopsi pleura

termasuk stage IV. Bila setelah dilakukan berbagai pemeriksaan tumor primer

paru tidak diternukan, dan tumor-tumor di luar paru juga tidak dapat dibuktikan,

maka EPG dianggap berasal dari paru. Apabila tumor primer diternukan di luar

paru, maka EPG ini termasuk gejala sisternik tumor tersebut dan pengobatan

disesuaikan dengan penatalaksanaan untuk pengobatan kanker primernya.1

Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu pneumotorak spontan dan traumatik. Pneumotoraks spontan Yaitu setiap

pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks traumatik, Yaitu

pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi

maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.4

Pneumotorak Spontan (PS) menifestasi yang jarang terjadi kanker paru.

Mekanisme terjadinya PS masih belum diketahui. Umumnya PS terjadi akibat

ruptur bleb sub pleura atau bula emfisematosa. PS juga dapat terjadi karena

hubungan antara bronkus dan kavitas pleura, memproduksi fistula bronkopleura

yang menghasilkan pneumothorak. Pneumotorak spontan pada keganasan paru

primer ataupun metastase paru sangat jarang dan perkiraan rata-rata kejadian

antara 0,03-0,05% pada primer kanker paru. Menurut Pohl (1993) diperkirakan

bahwa hanya 2% dari semua kejadian PS berhubungan dengan keganasan paru,

baik itu primer ataupun sekunder. Pada keseluruhan pasien, pneumotorak terjadi

28

Page 29: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

pada sisi yang sama dengan letak kanker. Pneumotorak akibat primer kanker paru

biasanya jarang dan prognosisnya buruk karena seringkali kanker sudah berada

dalam stadium lanjut atau terlambatnya diagnosis kanker.5,14

Mekanisme terjadinya pneumotorak pada kanker paru sebenarnya tidak

diketahui dengan pasti, tapi ada beberapa teori yang menjelaskan. Pertama,

dihasilkan oleh tumor nekrosis-ruptur jaringan neoplastik nekrotik pada kavitas

pleura. Kedua, disebabkan oleh nekrotik nodul tumor atau nekrotik subpleura

metastase. Ketiga, mekanisme katup, tumor pada perifer paru dapat menyebabkan

obtruksi dari bronkiolus dan memicu overdistensi lokal dan menyebabkan rupture

pada paru. Ke empat, bahwa kebanyakan pasien dengan kanker paru memiliki

bronchitis kronik atau emfisema bula dan bula ini mungkin ruptur seiring dengan

kerusakan yang terjadi pada bagian paru akibat kanker bronchial.5

Pneumotoraks traumatik dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis,

yaitu :4

a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi

karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.

b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi

akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini pun masih

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah suatu

pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan

atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis

dada, biopsi pleura.

29

Page 30: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

2. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) Adalah

suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara

mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini

dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan

tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai

permukaan paru.

Pada kasus ini kemungkinan terjadinya pneumotorak kemungkinan akibat

iatrogenic aksidental karena pada pasien ini ada riwayat 4 kali diambil cairan paru

selama 4 hari berturut-turut.

Setiap efusi pleura yang cukup banyak dapat menyebabkan memburuknya

gejala pernapasan harus segera dilakukan drainase apapun penyebabnya dan

maupun bersamaan dengan pengobatan penyakit spesifik. Menghilangkan gejala

adalah tujuan utama terapi drainase pada pasien ini.

Kontraindikasi absolut melakukan torakosintaesis adalah adanya infeksi

aktif kutaneus pada lokasi tusukan. Beberapa kontraindikasi relatif seperti

perdarahan berat, koagulasi sistemik, dan jumlah cairan yang sedikit. Komplikasi

yang mungkin dari prosedur ini termasuk perdarahan (diakibatkan aksidental

tusukan menganai pembuluh darah atau parenkim paru), pneumotorak, infeksi

(infeksi jaringan lunak atau empyema), laserasi organ intraabdominal, hipotensi

dan edema pulmonal.15

Umumnya, cairan yang dikeluarkan tidak boleh lebih dari 1000-1.500 ml

pada satu waktu. Sebagaimana diketahui drainase pada cairan pleura sebanyak

400-500 cc sudah dapat menurunkan gejala sesak.16

30

Page 31: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

Pada sistematik review dan meta analisis pertama menunjukan rata-rata

kejadian pneumotorak akibat torakosisntesis sampai saat ini. Secara keseluruhan,

6% dari torakosintesis akan menyebabkan komplikasi pneumotorak dan 34,1%

dari pneumotorak (1,7% dari semua torakosintesis) memerlukan insersi pipa dada.

Pneumotorak akibat torakosintesis merupakan penyebab penting dari kesakitan

dan meningkatkan lama tinggal di rumah sakit pada pasien. Ultrasonografi sebagai

pemandu saat melakukan torakosintesis berhubungan secara siknifikan dengan

penurunan risiko terjadinya pneumotorak dibandingkan dengan tanpa pemanduan

dan diprediksikan kuat menurunkan rata-rata kejadian pneumotorak. Rerata

kejadian pneumotorak juga dapat diturunkan dengan banyaknya klinisi yang

berpengalaman sebagai operator utama pada prosedur. Faktor-faktor penting yang

dapat meningkatkan risiko pneumotorak termasuk indikasi terapi torakosintesis,

aspirasi udara dan gejala periprosedural lainnya. Meskipun tidak secara statistik

signifikan, kemungkinan predictor lain dari kejadian pneumotorak termasuk

tusukan jarum sebanyak 2 kali atau lebih dan bersama-sama dengan mekanisme

ventilasi.17

Sebagian pasien dengan penyakit keganasan parenkim paru yang

menjalani terapi torakosintesis akan terjadi hidropneumotorak secara

asimptomatik diakibatkan karena buruknya kompliansi paru. Pada pasien-pasien

seperti itu tidak diperlukan drainase kateter yang berkepanjangan. Efusi pleura

akan bereakumulasi pada ruangan sisa tersebut seiring berjalannya waktu.18

31

Page 32: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

32

Page 33: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

BAB V

RINGKASAN

 

Telah dilaporkan sebuah kasus kanker paru jenis adenokarsinoma pada

seorang pria berumur 55 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi

klinis yaitu nyeri dada, sesak nafas, dan batuk. Pada pemeriksaan fisik didapat

pada dada palpasi didapatkan fremitus vokal tidak simetris, perkusi didapatkan

sonor pada seluruh lapangan pulmo dextra, redup basal pulmo sinistra, auskultasi

didapatkan suara nafas vesikuler, suara nafas menurun pada pulmo sinistra. Tidak

didapatkan rhonki maupun wheezing. Pada foto toraks didapat didapatkan

perselubungan opak homogen pada bagian apeks pulmo sinistra, sudut

kostoprenikus kiri tumpul sedangkan kanan tajam.

Diagnosis pasti didapat dari pemeriksaan sitologi cairan pleura (30 maret

2012), dan disimpulkan metastase keganasan adenokarsinoma paru.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah kemoterapi pada tanggal 12 April 2012

(hari perawatan ke-15) dengan regimen carboplastin 420 mg dan paxus 240 mg.

33

Page 34: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker Paru dalam Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. 2003

2. Full Guidline. Epidemiology Lung Cancer in The Diagnosis and Treat-ment of Lung Cancer (update). 2011

3. Wender R, Fontham E, Barrera E, et al. American Cancer Society lung cancer screening guidelines. CA Cancer J Clin. 2013;63:106–117.

4. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.

5. Vladislavas V and Saulius C. Spontaneous pneumothorax as a first sign of pulmonary carcinoma. World Journal of Surgical Oncology 2009, 7:57

6. Amirullah. Kanker Paru di RSAL Dr. Mintoharjo. Cermin Dunia Kedok-teran. 1985; 36: 27-32

7. Humam K, Mohamed K, Ignacio I.W. Pulmonary Adenocarcinoma: A Re-newed Entity In 2011. Respirology (2012) 17, 50–65

8. Cesar A.M. Pulmonary Adenocarcinoma. The Expanding Spectrum of Histologic Variants. Arch Pathol Lab Med. 2006;130:958–962

9. Keith M. K. Pulmonary adenocarcinomas: classification and reporting in Review. Histopathology 2009, 54, 12–27

10. Trevor A. F, Harman S. S, Jean M. S, Farid M. S and Marcio M. G. Spon-taneous Pneumothorax and Lung Carcinoma. Should One Consider Syn-chronous Malignant Pleural Mesothelioma? In Case Report. J Thorac On-col. 2009;4: 770–772

11. Saleh H.Z, Fontaine E, Elsayed H. Malignant pleural mesothelioma pre-senting with a spontaneous hydropneumothorax in Case Report. Rev Port Pneumol. 2011; 28;1-3

12. Supartono, Agus S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Hidup Satu Tahun Penderita Kanker Paru Stadium Lanjut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Med Hosp. 2012;1(1):25-31.

34

Page 35: lapsus ca paru stasium IV tipe adenokarsinoma

13. Elisna S, Ahmad H, Anwar J. Respons Dan Toleransi Pasien Adenokarsi-noma Paru Stage III Dan IV Untuk Pemberian Kemoterapi Dengan Reji-men Paclitaxel (PaxusR)Plus Carboplatin. Respir Indo. 2010; 30 (2):105-111

14. B M O'Connor, P Ziegler and M B Spaulding. cancer. Spontaneous pneu-mothorax in small cell lung. Chest 1992;102;628-629

15. Kamila S, Phillips P, Thomas M, Diku M. Ultrasound for the Detection of Pleural Effusions and Guidance of the Thoracentesis Procedure In Review Article. ISRN Emergency Medicine. 2012;12:1-10.

16. Jose C.Y and Raed A.D. Pleural effusions: Evaluation and management in Review. Cleveland Clinic Journal Of Medicine. 2005; 72(10):854-872

17. Craig E. Gordon, MD, MS; David Feller-Kopman, MD; Ethan M. Balk, MD, MPH; Gerald W. Smetana, MD. A Systematic Review and Meta-analysis. Pneumothorax Following Thoracentesis In Review Article. Arch Intern Med. 2010;170(4):332-339

18. Boland et al. Asymptomatic Hydropneumothorax After Therapeutic Tho-racocentesis for Malignant Pleural Effusions. AJR.1998;170:943-946

35