ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA …
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA …
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
PADA AN.IA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS DI RUANG AN-NISA 2 RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
Disusun Oleh :
ROBI’AH ALBAB 2015750039
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan pembuatan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An.IA Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Diare di Ruang An-Nisa 2 RSIJ Pondok Kopi”. Tujuan penulisan
karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program DIII
Keperawatan FIK UMJ.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan menemukan banyak hambatan serta kesulitan karena terbatasnya
ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun karena adanya bimbingan, arahan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi Program DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
dan pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Ns. Nur’aenah, M.Kep selaku wali akademik Program DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Para dosen dan staff Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat untuk angkatan 33 khususnya dan selalu sabar menghadapi kami
yang sedikit malas dan tidak tepat waktu.
ii
5. Kepala ruangan dan staf di ruang An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi
Jakarta Timur yang membantu penulis dapat menentukan data-data yang
diperlukan.
6. Semua keluarga tercinta, terutama untuk kedua orang tua yang tidak pernah
berhenti memberikan dukungan kepada penulis, serta doa yang selalu
dipanjatkan demi kemudahan dan kelancaran penulis dalam menyelesaikan
makalah ilmiah ini.
7. Teman-teman angkatan 33 yang selalu kompak dan semangat serta turut
berpartisipasi dan selalu memberikan masukan baik secara langsung maupun
tidak langsung selama tiga tahun lamanya.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, tenaga keperawatan, dan khususnya
penulis, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam menambah ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 21 Mei 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................. 1
B. Tujuan Penulisan........................................................... 5
1. Tujuan Umum........................................................... 5
2. Tujuan Khusus.......................................................... 5
C. Ruang Lingkup............................................................. 6
D. Metode Penulisan.......................................................... 6
E. Sistematika Penulisan................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep kebutuhan dasar manusia................................. B. Konsep dasar diare........................................................
8
11
1. Pengertian................................................................. 11
2. Etiologi..................................................................... 12
3. Patofisiologi.............................................................. 4. Klasifikasi.................................................................
13
15
5. Manifestasi klinis......................................................
6. Komplikasi...............................................................
16
18
7. Penatalaksanaan........................................................ 18
8. Pemeriksaan penunjang............................................ 20
C. Konsep tumbuh kembang.............................................. D. Konsep hospitalisasi.....................................................
E. Konsep asuhan keperawatan..........................................
20
26
30
1. Pengkajian keperawatan........................................... 30
2. Diagnosa keperawatan.............................................. 34
iv
3. Perencanaan keperawatan......................................... 34
4. Penatalaksanaan keperawatan.................................. 38
5. Evaluasi keperawatan............................................... 39
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan............................................... 41
B. Diagnosa keperawatan.................................................. 48
C. Perencanaan keperawatan............................................. 48
D. Penatalaksanaan keperawatan....................................... 52
E. Evaluasi keperawatan................................................... 68
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan................................................ 78
B. Diagnosa keperawatan.................................................. 81
C. Perencanaan keperawatan............................................. 84
D. Penatalaksanaan keperawatan....................................... 85
E. Evaluasi keperawatan.................................................... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................... 90
B. Saran............................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2. FORMAT PENGKAJIAN 3. SAP DIARE 4. LEAFLET
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare
pada anak dapat bersifat akut atau kronik. Diare infeksius akut
(gastroenteritis) tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Di
amerika Serikat, lebih dari 3,5 juta bayi mengalami diare setiap tahun,
menyebabkan lebih dari 500.000 kunjungan ke klinik dokter dan 55.000
hospitalisasi (Tablang, 2009).
Dibandingkan penyakit lain yang menyerang saluran cerna, diare merupakan
masalah kesehatan yang paling sering ditemukan pada anak. Diare merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang,
dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada
balita. Secara keseluruhan, anak-anak mengalami diare rata-rata 3,3 episode
diare pertahun, tetapi pada beberapa tempat, dapat lebih dari 9 episode
pertahun. Di daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita dapat
menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Dari 367 anak yang dirawat inap,
36,78% di antaranya menderita diare (Sodikin, 2011).
Menurut WHO pada tahun 2017, penyakit diare merupakan penyebab utama
kematian pada anak balita. Hal ini bisa dicegah dan bisa diobati. Setiap tahun
diare membunuh sekitar 525.000 anak balita. Sebagian besar penyakit diare
dapat dicegah melalui air minum yang aman dan sanitasi kebersihan yang
memadai. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada
anak setiap tahun. Diare adalah penyebab utama malnutrisi pada anak balita.
Riskesdas 2013 mengumpulkan informasi insiden diare agar bisa
dimanfaatkan program, dan period prevalen diare agar bisa dibandingkan
dengan Riskesdas 2007. Period prevalen diare pada Riskesdas 2013 (3,5%)
lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang
1
2
tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama
antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang
waktu yang lebih singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia adalah 3.5 persen. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7
persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten
(8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23
bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan
kelompok nilai indeks kepemilikan terbawah (6,2%).
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok
yang paling tinggi menderita diare. Berdasarkan nilai indeks kepemilikan,
semakin rendah nilai indeks kepemilikan, maka semakin tinggi proporsi diare
pada penduduk. Petani, nelayan dan buruh mempunyai proporsi tertinggi
untuk kelompok pekerjaan (7,1%), sedangkan jenis kelamin dan tempat
tinggal menunjukkan proporsi yang tidak jauh berbeda.
Menurut catatan medical record Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
pada tahun 2017 didapatkan data bahwa anak yang menderita diare sebanyak
685 kasus, dengan uraian sebagai berikut : usia <28hr sebanyak 5 anak, usia
28hr-1tahun sebanyak 54 anak, usia 1-4tahun sebanyak 478 anak, usia 5-
14tahun sebanyak 146 anak, dan usia 15-24tahun sebanyak 2 anak. Jumlah
kasus menurut jenis kelamin yakni laki-laki sebanyak 402 anak dan
perempuan 283 anak.
Sedangkan pada tahun 2018 selama tiga bulan terakhir, terhitung dari bulan
Januari sampai Maret, didapatkan data bahwa anak yang menderita diare
sebanyak 127 kasus, dengan uraian sebagai berikut : anak usia 28hr-1tahun
sebanyak 1 anak, usia 1-4tahun sebanyak 90 anak, dan usia 5-14tahun
sebanyak 36 anak. Jumlah kasus menurut jenis kelamin yakni laki-laki
sebanyak 72 anak, dan perempuan sebanyak 55 anak.
Berdasarkan data yang didapatkan diatas, penulis menyimpulkan adanya
penurunan jumlah kasus diare di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
dari tahun 2017-2018 dengan rincian yakni pada tahun 2017 anak yang
3
menderita diare sebanyak 685 kasus dalam jangka waktu 12 bulan, maka rata-
rata perbulan ialah 57 kasus. Sedangkan pada tahun 2018, jumlah anak yang
menderita diare yakni sebanyak 127 kasus dalam jangka waktu 3 bulan,
sehingga rata-rata perbulannya yakni 42,3 kasus. Terjadi penurunan sebanyak
14,7 kasus atau sebanyak 25,7%. Penurunan ini terjadi dimungkinkan karena
waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2017 dan 2018. Pada
medical record Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta tahun 2017 sampel
diambil dalam rentang waktu yang lebih lama yakni 12 bulan. Sedangkan
tahun 2018, sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat yakni
hanya 3 bulan terakhir.
Data-data tersebut sesuai dengan data yang didapat dari Riskesdas (2013),
dimana angka kejadian tertinggi terdapat pada rentang usia 1-3 tahun.
Terdapat kesenjangan antara teori dan realita, pada teori angka kejadian
tertinggi terdapat pada rentang usia 0-1 tahun karena anak pada fase oral
dimana mulut merupakan sumber kenikmatan. Sedangkan pada realita, angka
kejadian tertinggi terdapat pada rentang usia 1-3 tahun. Hal ini disebabkan
karena anak dalam masa perkembangan sensorik yang menggunakan semua
indranya untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Todler mengkaji
benda-benda baru dengan merasakan benda-benda tersebut, melihatnya,
mengocoknya untuk mendengar bunyi apa yang dapat dihasilkannya,
menciumnya, dan menempatkan benda tersebut kedalam mulutnya. Sehingga
kurangnya pengawasan orang tua dalam menjaga kebersihan dapat
mengakibatkan masuknya faktor kuman yang menyebabkan diare. Namun
faktor lain yakni anak usia todler mulai mengenal makanan luar yang dapat
menjadi faktor masuknya kuman kedalam tubuh.
Menurut Sodikin (2011) penyebab utama kematian terkait diare adalah
dehidrasi, akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari
semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, akibat perpindahan air
melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh
aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan
4
glukosa. Di Indonesia, prevalensi yang tinggi penyakit diare disebabkan oleh
kombinasi sumber air yang tercemar dan kurang protein kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Pada umumnya anak dengan diare mengalami gangguan pemenuhan dasar
diantaranya adalah gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, gangguan
kebutuhan nutrisi dan kebutuhan rasa aman nyaman hingga dapat
mengakibatkan komplikasi seperti dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
hiponatremia, syok hipovolemik bahkan sampai pada kematian jika penyakit
tersebut tidak ditangani. Komplikasi tersebut dapat dicegah atau
diminimalkan dengan cara memberikan penanganan yang cepat dan tepat
serta komprehensif.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis ingin mengaplikasikan konsep
teori pada kasus diare yang terjadi pada anak-anak agar dapat mencegah dan
meminimalkan komplikasi-komplikasi yang terjadi dengan memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif untuk membantu pasien mencapai
kondisi kesehatan yang lebih baik. Peran perawat melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sangat dibutuhkan untuk mengurangi
jumlah penderita diare. Upaya promotif dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terkait
kepada pasien dan keluarga serta perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan
upaya preventif merupakan pencegahan terjadinya diare yakni seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menutup tempat makanan dan
botol susu serta imunisasi yang lengkap. Dalam upaya kuratif dapat dilakukan
melalui implementasi asuhan keperawatan yang mandiri maupun kolaborasi.
Aspek rehabilitatif dapat dilakukan dengan mempercepat proses
penyembuhan melalui cara yakni meneruskan terapi dan kontrol dirumah,
meningkatkan daya tahan tubuh, dan makan makanan bergizi.
Maka dari itu penulis mengambil karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Asuhan
Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Gastroenteritis”
5
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan : gastroenteritis, melalui pendekatan proses keperawatan tanpa
mengabaikan aspek tumbuh kembang anak.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan :
gastroenteritis.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan :
gastroenteritis.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan :
gastroenteritis.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan
dasar anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus pasien anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi pada kasus anak dengan gangguan sistem
pencernaan : gastroenteritis.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan : gastroenteritis dalam bentuk narasi.
6
C. Ruang lingkup
Permasalahan yang dialami pada anak sakit sangat banyak, begitu pun pada
anak yang mengalami gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis. Oleh
karena itu, mengingat banyaknya kasus anak dengan gangguan sistem
pencernaan, maka dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup bahasannya
pada “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
An.IA Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Gastroenteritis Di Ruang
An-Nisa 2 RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur” selama 3 hari perawatan
mulai tanggal 9-11 April 2018.
D. Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskritif
dan studi kepustakaan, yaitu dengan cara melakukan pendekatan pada klien
untuk mengumpulkan data, mempelajari catatan medis, dan catatan
keperawatan. Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara pada klien dan
keluarga, observasi dan partisipasi aktif dimana penulis terlibat langsung
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis. Selain itu,
metode yang digunakan adalah studi literatur seperti menggunakan bahan-
bahan ilmiah berupa buku-buku dan hasil penelitian yang sesuai dengan
kasus.
E. Sistematika penulisan
Dalam penulisan kasus ini dari BAB I sampai BAB V disusun secara
sistematis dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri
dari tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
7
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Terdiri dari konsep dasar kebutuhan dasar manusia,
konsep dasar diare meliputi : pengertian, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, komplikasi,
penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, konsep tumbuh
kembang anak usia 1-3 tahun, konsep hospitalisasi, dan
konsep asuhan keperawatan meliputi : pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan yang
membahas tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan
evaluasi pada An.IA dengan gangguan sistem pencernaan :
gastroenteritis di Ruang An-Nisa 2 RSIJ Pondok Kopi
mulai tanggal 9-11 April 2018.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan yang terkait
antara teori pada landasan teori dengan pelaksanaan yang
penulis dapatkan di lapangan selama melakukan asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
An.IA dengan gangguan sistem pencernaan :
gastroenteritis.
BAB V : PENUTUP
Pada kesimpulan berisi tentang asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan : gastroenteritis dan permasalahan yang
timbul pada anak tersebut. Sedangkan saran berisi tentang
harapan masukan dari penulis yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada An.IA dengan gangguan sistem pencernaan :
8
gastroenteritis yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan perawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pada BAB ini, penulis akan menguraikan tentang konsep dasar yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis.
A. Konsep kebutuhan dasar manusia
Menurut Hidayat (2014), konsep dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan kesimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempeetahankan
kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:
1. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih
besar dari biasanya.
2. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebtuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi
kebutuhan dasarnya.
9
4. Tahap perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki
kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami
proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.
Teori hierki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow
dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai
berikut :
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
kesimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur
serta kebutuhan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan
fisikdan perlindungan psikologis.
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap
tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit,
kecelakaan, bahaya diri lingkungan dan sebagainya.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa
terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan
sebagainya.
3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,
memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang
juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki
Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau
lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
8
10
Harga diri
Rasa cinta memiliki dan dimiliki
Dalam hal ini, kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan : gastroenteritis, ialah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis
Pada anak dengan gangguan sistem pencernaan : diare, kebutuhan
fisiologis yang terganggu yakni kebutuhan cairan dan elektrolit dan
kebutuhan nutrisi.
a. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Meningkatnya mortilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium, potasium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit,
dan dapat terjadi asidosis metabolik (Suriadi, 2010).
b. Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan diare biasanya akan terjadi perubahan status
nutrisi, hal ini disebabkan adanya peningkatan peristaltik usus
akibat tekanan osmotik yang meningkat dalam rongga usus.
Peningkatan peristaltik usus dapat mempengaruhi absorbsi
Kebutuhan fisiologis
Sumber : Hidayat (2014)
Rasa aman dan perlindungan
Aktualisasi
diri
11
nutrisi di usus. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi
gangguan pemenuhan nutrisi pada anak dengan diare yaitu
kondisi vili usus yang lisis sehingga menurunkan fungsinya
dalam menyerap nutrisi, hal ini sering disebut malabsorbsi
sekunder.
2. Kebutuhan rasa aman nyaman
Peningkatan frekuensi BAB dapat menyebabkan iritasi atau
gangguan integritas kulit pada daerah perianal, hal ini menyebabkan
gangguan rasa nyaman : nyeri dan resiko infeksi akibat adanya iritasi
yang dimanifestasikan dengan kondisi anak yang menjadi rewel dan
sering menangis. Selain itu lingkungan yang asing, prosedur
tindakan dan orang asing dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman
pada anak.
B. Konsep dasar diare
1. Pengertian
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
(Sudoyo, 2009).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010).
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir (Riskesdas 2013).
12
Diare adalah peningkatan mendadak frekuensi defekasi yang cair dan
berair. Diare paling sering disebabkan oleh patogen didalam saluran
cerna. Stress, peningkatan suhu berkepanjangan, dan makanan basi
merupakan penyebab lain. Antibiotik tertentu dapat mengubah bakteri
yang normalnya berada didalam usus, mengakibatkan peningkatan
kuantitas feses (Rosdahl, 2017).
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang
air besar dengan penurunan konsistensi hingga berbentuk cair.
2. Etiologi
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung
dari penderita diare atau melalui makan / minuman yang terkontaminasi
bakteri patogen yang berasal dari tinja manusia / hewan atau bahan
muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui aktivitas
seksual kontak oral-genital atau oral-anal (Sudoyo, 2009).
Diare paling sering disebabkan oleh patogen didalam saluran cerna.
Stress, peningkatan suhu berkepanjangan, dan makanan basi merupakan
penyebab lain. Antibiotik tertentu dapat mengubah bakteri yang
normalnya berada didalam usus, mengakibatkan peningkatan kuantitas
feses (Rosdahl, 2017).
a. Faktor infeksi
Infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan :
1) Bakteri ; enteropathogenic escherichia coli, salmonella,
shigella, yersinia enterocolitica
2) Virus ; enterovirus echoviruses, adenovirus, human retrovirua
seperti agent, rotavirus
3) Jamur ; candida enteritis
4) Parasit ; giardia clamblia, crytosporidium
5) Protozoa
13
Infeksi dibagian tubuh lain (diluar alat pencernaan) :
1) Otitis media akut
2) Infeksi saluran nafas atas
3) Infeksi saluran kemih
4) Bronchopneumonia
b. Bukan faktor infeksi
1) Alergi makanan ; susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorpsi ; penyakit celiac, cystic
fibrosis pada pankreas
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan ; antibiotik
5) Penyakit usus ; colic ulcerative, entercolitis
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
3. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2010), meningkatnya mortilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi
dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium,
potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam
tinja, sehigga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
a. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
14
b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit serta bahan-bahan makanan. Ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi.
c. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi intestinal.
Diare akut pada anak paling sering disebabkan oleh virus, tetapi juga
dapat berkaitan dengan enteropatogen bakteri atau parasit. Virus
mencederai permukaan absorptif sel vilosa matur, menyebabkan
penurunan absorpsi cairan dan defisiensi enzim disakaridase. Bakteri
menyebabkan cedera usus dengan secara langsung menginvasi mukosa,
merusak permukaan vilosa, atau melepaskan toksin (Riskesdas 2013).
Pathway gastroenteritis pada anak
Infeksi
Berkembang di usus
Hipersekresi air & elektrolit
Isi usus
Diare
Distensi abdomen Frekuensi BAB
meningkat
Hilang cairan &
elektrolit berlebihan
Mual muntah Kerusakan integritas
kulit perianal Nafsu makan menurun
Asidosis metabolik Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Sesak
15
4. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare :
1) Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
2) Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare : kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional
f. Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare :
1) Dehidrasi berat
Terdapat 2 atau lebih tanda : letargis/tidak sadar, mata cekung,
tidak bisa minum atau malas minum, dan cubitan kulit perut
kembali sangat lambat (> 2 detik)
2) Dehidrasi ringan atau sedang
Terdapat 2 atau lebih tanda : rewel atau gelisah, mata cekung,
minum dengan lahap atau haus, dan cubitan kulit kembali
dengan lambat (2 detik)
3) Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai
dehidrasi ringan atau berat
Menurut Sodikin (2011), secara klinis diare dapat dibedakan menjadi
tiga macam sindrome, yaitu diare akut, disentri dan siare persisten.
Dehidrasi
Resiko syok
(hipovolemi)
Gangguan pertukaran gas
Kekurangan volume
cairan
Sumber : Nurafif (2015)
16
Masing-masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan
pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
a. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat. Diare akut lebih sering terjadi
pada bayi daripada anak yang lebih besar. Penyebab terpenting
diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah
rotavirus, escherichiacoli enterotoksigenik , shigella,
campylobacterjejuni, dan cryptosporidium. Penyakit diare akut
dapat ditularkan dengan cara fekal-oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Peluang untuk mengalami diare akut
antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Diare cair akut
menyebabkan dehidrasi dan bila asupan makanan berkurang juga
mengakibatkan kurang gizi. Kematian dapat diakibatkan oleh
dehidrasi.
b. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasif. Penyebab utama
disentri akut adalah shigella, sedangkan penyebab lainnya adalah
campylobacter jejuni dan penyebab yang jarang adalah E.coli
enteroinvasife atau salmonella. Pada orang dewasa muda, disentri
yang serius sering kali disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Akan tetapi, bakteri tersebut jarang menjadi penyebab disentri pada
anak-anak.
c. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan
berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang
banyak sehingga pasien beresiko mengalami dehidrasi. Diare
persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E.coli
17
enteroaggregative, shigella dan cryptosporidium mungkin berperan
lebih besar dari penyebab lain. Diare persisten tidak boleh
dikacaukan dengan diare kronik, yakni diare intermiten atau hilang
timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi, seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
diwariskan.
5. Manifestasi klinis
Menurut Yuliana (2009) dalam buku aplikasi asuhan keperawatan
Nurarif (2015), manifestasi klinisnya ialah sebagai berikut.
Diare akut :
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
d. Demam
Diare kronik :
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
Sedangkan menurut Suriadi (2010) ialah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi ; turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
kering
c. Keram abdominal atau distensi abdomen
d. Demam
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
18
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan tanda-tanda vital ; nadi dan pernapasan cepat
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Tahapan dehidrasi dari Ashwill and Droske (1997) dalam buku Suriadi
(2010) :
a. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3-5%, dengan volume
cairan yang hilang kurang dari 50ml/kg
b. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6-9%, dengan volume
cairan yang hilang 50-90ml/kg
c. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10%, dengan
volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100ml/kg
6. Komplikasi
Menurut Suriadi (2010), akibat diare dan kehilangan cairan serta
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai
berikut :
a. Dehidrasi (ringan,sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau
hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipokalsemia
e. Hiponatremia
f. Asidosis
g. Cardiac dysrhytmias akibat hipokalemia dan hipokalsemia
7. Penatalaksanaan
Menurut Behrman (2010), terapi harus diarahkan untuk mengobati
kejadian awal, mengkoreksi dehidrasi dan defisit cairan serta elektrolit
yang sedang berlangsung, dan untuk menangani komplikasi sekunder
akibat jejas mukosa. Pengobatan defisit cairan memerlukan perkiraan
19
derajat dehidrasi dan penentuan setiap ketidakseimbangan elektrolit,
seperti hipernatremia, hiponatremia, atau asidosis metabolik. Asidosis
disebabkan oleh kehilangan bikarbonat pada tinja, asidosis laktat
dihasilkan dari fermentasi karbohidrat yang dimalabsorbsi atau syok,
dan retensi fosfat akibat dari insurfisiensi prerenal-renal sementara.
Terapi kehilangan cairan dan elektrolit berat melibatkan pemberian
makan intravena, sedangkan derajat dehidrasi yang kurang berat
(<10%) pada bayi tanpa muntah yang berlebihan atau syok dapat
ditangani dengan larutan rehidrasi oral yang mengandung glukosa dan
elektrolit. Absorbsi glukosa yeyunum dan ileum membawa natrium ke
dalam enterosit, dengan demikian juga menarik air ke dalam.
Menurut Suandi (2011), persyaratan diet yang diperlukan pada anak
dengan diare akut :
a. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau
keadaan telah memungkinkan, sedapat mungkin dilakukan dalam
24 jam pertama.
b. Makanan cukup energi dan protein.
c. Pemberian ASI diutamakan pada bayi. Pada anak yang mendapat
susu formula dapat diberikan selang-seling dengan oralit sehingga
terjadi pengenceran laktosa di dalam perut. Bila diare bertambah
parah, pikirkan kemungkinan terjadinya intoleransi terhadap
laktosa sehingga susu formula bebas laktosa dapat dianjurkan
selama kira-kira 2-3 minggu, selanjutnya dapat dicoba ke susu
formula yang biasa dipakai sebelumnya.
d. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut
berat badan dan umur.
e. Pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
f. Makanan yang diberikan tidak merangsang (bumbu tajam, tidak
menimbulkan gas dan rendah serat).
g. Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke
bentuk yang sesuai umur dan keadaan penyakit.
20
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
i. Khusus untuk penderita diare karena malabsorbsi, makanan yang
diberikan disesuaikan dengan penyebabnya :
1) Malabsorbsi lemak (berikan trigliserida rantai menengah)
2) Intoleransi laktosa (berikan makanan rendah atau bebas
laktosa)
3) Panmalabsorbsi (berikan makanan rendah laktosa atau
disakarida lain, glukosa polimer, trigliserida rantai menengah
dan protein hidrolisat yang bersifat isomolar dan hipoalergis)
Nutrisi parenteral dapat dimulai apabila dalam 5 atau 7 hari masukan
nutrisi tidak optimal.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurafif (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada anak dengan diare ialah :
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) Ph dan kadar gula dalam tinja
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat
C. Konsep tumbuh kembang
Menurut Soetjiningsih (2012), istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan, yaitu peertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan
pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut :
21
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu :
1. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui insruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan
menghambatnya. Lingkungan ini mencakup “bio-fisiko-psiko-sosial”.
Secara garis besar dibagi menjadi faktor lingkungan pranatal dan
faktor lingkungan postnatal.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling
berhubungan dan berkelanjutan pada masa bayi dan masa kanak-kanak
pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran fisik. Perkembangan
22
adalah proses berurut, yang selama proses tersebut bayi dan anak-anak
memperoleh berbagai keterampilan dan fungsi.(Kyle, 2014)
Pertumbuhan fisik dan pencapaian keterampilan motorik baru sedikit
melambat selama masa todler. Penghalusan keterampilan motorik,
kelanjutan pertumbuhan kognitif dan pencapaian keterampilan bahasa
yang tepat merupakan pokok penting selama masa todler.
1. Pertumbuhan fisik
Tinggi dan berat badan todler terus meningkat secara kontinu.
Pertambahan berat badan todler rata-rata adalah 1,4-2,3 kg per tahun.
Panjang atau tinggi badan meningkat rata-rata 7,5 cm per tahun.
Lingkar kepala bertambah sekitar 2,54 cm sejak anak berusia antara 1
dan 2 tahun, kemudian bertambah rata-rata 1,27 cm per tahun sampai
anak berusia 5 tahun.
2. Maturasi sistem organ
a. Sistem neurologi
Pertumbuhan otak terus berlanjut selama masa todler, dan ukuran
otak mencapai sekitar 80% dari ukuran dewasanya pada usia 3
tahun. Mielinisasi otak dan medula spinalis terus berkembang dan
sempurna pada usia sekitar 24 bulan. Mielinisasi menghasilkan
peningkatan koordinasi dan ekuilibrium serta kemampuan untuk
mempraktikkan kontrol sfingter, yang penting untuk penguasaan
defekasi dan berkemih.
b. Sistem pernapasan
Alveoli terus meningkat jumlahnya, tidak mencapai jumlah dewasa
sampai sekitar usia 7 tahun. Trakea dan jalan napas bawah terus
tumbuh tetapi tetap kecil dibandingkan dengan ukuran dewasa.
c. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi jantung menurun dan tekanan darah meningkat dimasa
todler. Pembuluh darah mendekati permukaan kulit sehingga
mudah terkompresi ketika dipalpasi.
23
d. Sistem gastrointestinal
Ukuran lambung terus bertambah, memungkinkan todler
mengkonsumsi tiga kali makanan reguler perhari. Produksi pepsin
matang pada usia 2 tahun. Panjang usus halus terus tumbuh,
meskipun tidak mencapai panjang maksimalnya, yaitu 2 sampai 3
meter sampai anak mencapai masa dewasa. Pengeluaran feses
berkurang frekuensinya menjadi satu kali atau lebih perhari. Warna
feses dapat berubah bergantung pada diet todler. Karena usus todler
masih belum matang, todler sering kali mengeluarkan seluruh
potongan makanan yang sulit dicerna, seperti biji jagung. Kontrol
usus umumnya dicapai di akhir periode todler.
e. Sistem genitourinarius
Fungsi kandung kemih dan ginjal mencapai tingkat dewasa pada
saat usia 16 sampai 24 bulan. Kapasitas kandung kemih meningkat,
memungkinkan todler menahan urine dalam periode waktu yang
lebih lama. Haluaran urine harus sekitar 1mL/kg/jam. Uretra tetap
pendek pada todler laki-laki dan perempuan, membuatnya lebih
rentan terhadap infeksi saluran kemih dibandingkan orang dewasa.
f. Sistem muskulokeletal
Selama masa todler, panjang tulang bertambah dan otot matang
serta menjadi lebih kuat. Otot abdomen lemah diawal masa todler,
menghasilkan tampilan perut buncit. Todler tampak memiliki gaya
berjalan mengayun ke belakang (sedikit bungkuk) bersamaan
dengan perut yang buncit. Sekitar usia 3 tahun, otot menguat dan
tampilan abdomen menjadi lebih rata.
3. Perkembangan psikososial
Erikson mendefinisikan periode todler sebagai waktu otonomi versus
rasa malu dan ragu. Ini adalah waktu memperlihatkan kemandirian.
Todler sering kali mengalami ambivalensi tentang perpindahan dari
kemandirian ke otonomi, dan ini menghasilkan labilitas emosional.
Todler dapat dengan cepat berubah dari rasa bahagia dan senang
24
menjadi menangis dan berteriak. Penggunaan kemandirian juga
menghasilkan respon favorit todler.
4. Perkembangan kognitif
Todler muda terlibat dalam reaksi sirkular tersier dan berkembang
menjadi kombinasi mental. Bukan hanya mengulangi perilaku, todler
mampu bereksperimen dengan perilaku untuk melihat apa yang akan
terjadi. Pada usia 2 tahun, todler mampu menggunakan simbol untuk
memungkinkan imitasi/peniruan. Dengan peningkatan kemampuan
kognitif, todler kini terlibat dalam imitasi lambat. Misalnya, mereka
dapat meniru tugas rumah tangga yang mereka lihat dilakukan oleh
orang tua beberapa hari yang lalu.
5. Perkembangan keterampilan motorik
a. Motorik kasar
Umur 12-15 bulan dapat berjalan secara mandiri, 18 bulan dapat
menaiki tangga dengan bantuan dan menarik mainan sambil
berjalan. Pada 24 bulan dapat berlari, menendang bola, berdiri di
ujung jari kaki, membawa beberapa mainan saat berjalan dan
menaiki atau menuruni furnitur tanpa bantuan. Pada 36 bulan
dapat menanjak atau mendaki dengan baik, mengayuh sepeda
roda tiga, berlari dengan mudah, berjalan menaiki dan menuruni
tangga dengan kaki bergantian, membungkukkan tubuhnya
dengan mudah tanpa terjatuh.
b. Motorik halus
Umur 12-15 bulan dapat memasukkan makanan kecil kedalam
mulutnya dan menggunakan jari telunjuk untuk menunjuk. Pada
18 bulan dapat menggenggam, menumpuk 4 balok, menempatkan
benda pada lubang atau celah, membalik halaman buku, melepas
sepatu dan kaos kaki. Pada 24 bulan dapat membangun menara
25
dari 6 atau 7 balok, dominan tangan kanan atau kiri, menulis
secara berantakan dan mewarnai, memutar kenop (pegangan
pintu), memasukkan penjepit bulat kedalam lubang. Dan 36
bulan dapat melepaskan pakaian sendiri, menyalin atau meniru
gambar lingkaran, membangun menara dari 9 atau 10 balok,
memegang pensil dalam posisi menulis, memasang atau
membuka tutup sekrup baut, dan membalik halaman buku satu
persatu.
6. Perkembangan sensorik
Todler menggunakan semua indranya untuk mengeksplorasi dunia di
sekitar mereka. Todler mengkaji benda-benda baru dengan merasakan
benda-benda tersebut, melihatnya, mengocoknya untuk mendengar
bunyi apa yang dapat dihasilkannya, menciumnya, dan menempatkan
benda tersebut kedalam mulutnya.
7. Perkembangan komunikasi dan bahasa
Perkembangan bahasa terjadi secara cepat selama masa todler.
Perkembangan bahasa reseptif (kemampuan untuk memahami apa
yang dikatakan atau diminta) biasanya jauh lebih maju dibandingkan
perkembangan bahasa ekspresif (kemampuan untuk
mengomunikasikan keinginan dan perasaan seseorang). Terkait
perkembangan bahasa ekspresif, todler muda mulai menggunakan
kalimat singkat dan akan berkembang menjadi kosakata berjumlah 50
kata pada usia 2 tahun.
8. Perkembangan emosional dan sosial
Perkembangan emosional di masa todler berfokus pada perpisahan
dan individuasi. Melihat diri sendiri sebagai individu yang terpisah
dari orang tua atau pemberi asuhan primer disertai oleh pembentukan
sensasi diri sendiri dan belajar mengeluarkan kontrol atas lingkungan
seseorang. Karena kebutuhan untuk merasakan kontrol atas
26
lingkungan ini muncul, todler menunjukan egosentrisme (berfokus
pada diri sendiri). Kebutuhan untuk kontrol ini menghasilkan labilitas
emosional ; sangat senang dan bahagia pada satu momen, kemudian
bereaksi berlebihan terhadap batasan lingkungan dengan sikap temper
tantrum di momen berikutnya.
9. Perkembangan moral dan spiritual
Selama masa todler, anak-anak mungkin merasakan kenyamanan dari
rutinitas berdoa, tetapi mereka tidak memahami keyakinan keagamaan
karena kemampuan kognitif mereka yang terbatas. Membaca cerita
kitab suci yang sederhana dapat memberikan dasar untuk pengajaran
keagamaan di masa depan.
D. Konsep hospitalisasi
Menurut Wong (2008), penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi
krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak, terutama selama
tahun-tahun awal, sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi
karena stres akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas
lingkungan, dan anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas
untuk menyelesaikan stressor. Stressor utama dari hospitalisasi antara lain
adalah :
1. Cemas akibat perpisahan
Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah,
terutama untuk anak-anak yang berusia 6 sampai 30 bulan, adalah
kecemasan akibat perpisahan, disebut juga depresi anaklitik. Perilaku
utama sebagai respon terhadap stresor ini ialah sebagai berikut :
a. Fase protes
Anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan dengan
orang tua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orang tua
mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka
tidak dapat ditenangkan. Perilaku lain yang diobservasi selama
masa todler ialah menyerang orang asing secara verbal (pergi),
27
menyerang orang asing secara fisik (memukul, menendang),
mencoba kabur untuk mencari orang tua, mencoba menahan
orang tua secara fisik agar tetap tinggal. Perilaku-perilaku
tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa
hari, protes seperti menangis dapat terus berlangsung hanya
berhenti bila lelah, dan pendekatan orang asing dapat
mencetuskan peningkatan stres.
b. Fase putus asa
Tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut menjadi
kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap
makanan, dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang
diobservasi ialah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi
atau sedih, tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak komunikatif,
dan mundur ke perilaku awal (mengisap ibu jari, mengompol dll).
Lamanya perilaku tersebut berlangsung bervariasi. Kondisi fisik
anak dapat memburuk karena menolak untuk makan, minum atau
bergerak.
c. Fase pelepasan
Disebut juga fase penyangkalan. Pada tahp ini, secara superfisial
tampak bahwa anak akhirnya menyesuaikan diri terhadap
kehilangan. Anak tersebut menjadi lebih tertarik terhadap
lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak
membentuk hubungan baru. Akan tetapi, perilaku ini merupakan
hasil dari kepasrahan dan bukan tanda-tanda kesenangan. Perilaku
yang diobservasi ialah menunjukan peningkatan minat terhadap
lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi
asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru namun
dangkal, dan tampak bahagia. Pelepasan biasanya terjadi setelah
perpisahan yang terlalu lama dengan orang tua ; jarang terlihat
pada anak-anak yang dihospitalisasi. Perilaku tersebut mewakili
penyesuaian superfisial terhadap kehilangan.
28
2. Kehilangan kendali
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah stres akibat hospitalisasi
adalah jumlah kendali yang orang tersebut rasakan. Kurangnya
kendali akan meningkatkan persepsi ancaman dan dapat
mempengaruhi keterampilan kopimg anak-anak. Kebutuhan anak-
anak sangat bervariasi yang bergantung pada usia mereka maka area
utama mengenai kehilangan kendali dalam hal pembatasan fisik,
perubahan rutinitas atau ritual, dan ketergantungan didiskusikan
berdasarkan setiap kelompok usia. Todler berusaha mendapatkan
autonomi, dan tujuan ini sudah terlihat dalam sebagian besar perilaku
mereka (keterampilan motorik, bermain, hubungan interpersonal,
aktivitas harian, dan komunikasi). Pada saat kesenangan egosentrik
mereka mengalami hambatan, maka todler akan bereaksi secara
negativisme, terutama temper tantrum. Adanya restriksi atau
pembatasan gerak, seperti tindakan sederhana membuat todler
berbaring, dapat menyebabkan resistensi yang kuat dan
ketidakpatuhan. Area utama todler dalam hal ritual mencakup makan,
tidur, mandi, toileting dan bermain. Jika rutinitas tersebut terganggu
maka dapat terjadi kesulitan di salah satu atau semua area tersebut.
3. Cedera tubuh dan nyeri
Takut akan cedera tubuh dan nyeri sering terjadi diantara anak-anak.
Konsekuensi rasa takut ini dapat sangat mendalam. Dalam merawat
anak, perawat harus menghormati kekhawatiran anak terhadap cedera
tubuh dan reaksi terhadap nyeri sesuai dengan periode
perkembangannya. Konsep todler tentang citra tubuh, terutama
definisi batasan tubuh, perkembangannya masih sangat buruk.
Pengalaman intrusif seperti pemeriksaan telinga atau mulut,
pemeriksaan suhu rektal merupakan prosedur yang sangat
mencemaskan. Todler dapat bereaksi terhadap prosedur yang tidak
menimbulkan nyeri tersebut sama kerasnya dengan prosedur yang
menyakitkan. Secara umum, anak dalam kelompok usia ini terus
29
bereaksi dengan kemarahan emosional yang kuat dan resistensi fisik
terhadap pengalaman nyeri baik yang aktual maupun yang dirasakan.
Perilaku yang mengindikasikan nyeri antara lain, meringis kesakitan,
mengatupkan gigi dan bibir, membuka mata lebar-lebar,
mengguncang-guncang, menggosok-gosok dan bertindak agresif
seperti menggigit, menendang, memukul, atau melarikan diri.
4. Efek hospitalisasi pada anak
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka
masuk, selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit
yang dimiliki ank bahkan lebih penting dibandingkan usia dan
kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan
sebelum hospitalisasi. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh durasi kondisi
dan atau sebelum hospitalisasi, bisa juga tidak. Oleh karna itu,
perawat tidak boleh terlalu berlebihan memperkirakan konsep sakit
anak dengan pengalaman medis sebelumnya. Sejumlah faktor resiko
membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stres hospitalisasi
dibandingkan dengan lainnya seperti temptamen, ketidaksesuaian
antara anak dan orang tua, usia (terutama antara 6 bulan dan 5 tahun),
jenis kelamin laki-laki, kecerdasan dibawah rata-rata, stres multipel
dan kontinu (sering dihospitalisasi).
5. Reaksi orang tua
Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi
setiap anggota keluarga inti. Reaksi orang tua terhadap penyakit anak
mereka bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Keseriusan ancaman terhadap anak
b. Pengalamn sebelumnya dengan sakit atau hospitalisasi
c. Prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis dan pengobatan
d. Sistem pendukung yang ada
e. Kekuatan ego pribadi
f. Kemampuan koping sebelumnya
30
g. Stres tambahan pada sistem keluarga
h. Keyakinan budaya dan agama
i. Pola komunikasi diantara anggota keluarga
Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan hospitalisasi
anak mereka dengan reaksi yang luar biasa konsisten.
6. Reaksi sibling
Reaksi sibling terhadap penyakit atau hospitalisasi saudaranya ialah
sibling mengalami kesepian, ketakutan, dan khawatir, juga marah, iri,
benci, dan merasa bersalah. Berbagai faktor telah diidentifikasi
mempengaruhi dampak hospitalisasi anak pada sibling. Faktor-faktor
terkait sibling berikut ini berhubungan secara spesifik dengan
pengalaman rumah sakit dan ternyata meningkatkan dampak pada
sibling :
a. Berusia lebih muda dan mengalami banyak perubahan
b. Dirawat diluar rumah oleh pengasuh yang bukan kerabat
c. Menerima sedikit informasi tentang penyakit saudaranya
d. Menganggap orang tua memperlakukan mereka secara berbeda
dibandingkan sebelum hospitalisasi sibling mereka
7. Perubahan peran keluarga
Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga, kehilangan peran
orang tua, sibling, dan peran keturunan dapat mempengaruhi setiap
anggota keluarga dengan cara yang berbeda. Salah satu reaksi orang
tua yang paling banyak terjadi adalah perhatian khusus dan intensif
terhadap anak yang sedang sakit. Anak-anak yang lain biasanya
menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tidak adil dan
menginterpretasikan sikap orang tua terhadap mereka sebagai
penolakan.
E. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
31
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual. Tujuan pengkajian
adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan yang utama dalam
tahap pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokkan data dan
analisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
a. Identifikasi anak dan keluarga
1) Anak : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, diagnosa keperawatan
2) Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat
3) Sibling rivalry : urutan anak dalam keluarga, umur, keadaan
(hidup/meninggal)
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Serangan awal
Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, kemungkinan timbul diare
b) Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
cair mungkin disertai lendir atau darah. Warna feses
kuning kehijauan, mual muntah, tidak nafsu makan
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun
biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelum, selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat
tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare,
32
seperti OMA, tonsillitis, faringitis, bronchopneumonia,
dan ensefalitis.
b) Riwayat imunisasi
Kelengkapan anak terhadap imunisasi yang diberikan pada
usia 0-14 bulan dengan berbagai macam imunisasi yaitu
BCG, DPT I, II, III dan campak pada usia 9 bulan,
hepatitis serta polio. Diare lebih sering terjadi dan
berakibat pada anak dengan campak atau yang menderita
campak dalam 4 minggu terakhir yaitu akibat penurunan
kekebalan pada pasien.
c) Keadaan psikososial keluarga
1. Emosi anak ditandai dengan anak akan menangis,
perasaan gelisah, tidak mau diatur, interaksi anak
dengan anggota keluarga lain berkurang.
2. Tingkat perkembangan, mekanisme koping, kebiasaan
anak (pola makan, pola tidur, mainan yang disukai)
d) Kebutuhan dasar
1. Pola eliminasi
Pola eliminasi biasanya akan mengalami perubahan
yaitu buang air besar lebih dari 3 kali sehari, buang air
kecil sedikit atau jarang bahkan anuria pada anak
dengan dehidrasi berat.
2. Pola nutrisi
Pada anak dengan diare biasanya disertai dengan mual
muntah dan tidak nafsu makan yang menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan.
3. Pola tidur atau istirahat
Pola tidur atau istirahat pada anak dengan diare akan
terganggu karena seringnya buang air besar dan
adanya distensi abdomen yang dapat menimbulkan
33
rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dan dapat
mengganggu istirahat tidurnya.
4. Pola aktivitas
Pada anak dengan diare pola aktivitasnya akan
terganggu atau berkurang dikarenakan kondisi tubuh
yang lemah akibat buang air besar yang terus menerus
e) Pemeriksaan fisik
1. Fisiologis
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran
komposmentis bahkan bisa berlanjut menjadi koma,
suhu tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak
cepat.
2. Pemeriksaan sistematika
Inspeksi : bentuk kelopak mata normal (diare tanpa
dehidrasi), kelopak mata cekung (dehidrasi
sedang/ringan), kelopak mata sangat cekung
(dehidrasi berat), mulut dan lidah kering (dehidrasi
sedang/ringan), mulut dan lidah sangat kering
(dehidrasi berat), ubun-ubun cekung, anus dan
sekitarnya kemerahan dan lecet karena seringnya
buang air besar.
Palpasi : turgor kulit kembali segera atau sangat
lambat.
Perkusi : kemungkinan adanya distensi abdomen
Auskultasi : bising usus meningkat (>20x/menit)
Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan
pada anak penderita diare biasanya mengalami
gangguan pada pertumbuhan fisiknya karena anak
mengalami dehidrasi sehingga berat badan menurun,
namun jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan
cepat maka anak akan mengalami gangguan
perkembangan.
34
f) Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurafif (2015), pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada anak dengan diare ialah :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja
c. Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda
gangguan keseimbangan asam basa (pernapasan
kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium
dan Posfat
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nurafif (2015), diagnosa keperawatan sesuai dengan
patofisiologi penyakit diare yakni :
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar
d. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan tidak familier, prosedur yang menimbulkan stres
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan
f. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit
3. Perencanaan keperawatan
35
Menurut Sodikin (2011), perencanaan keperawatan ialah sebagai
berikut:
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : pasien menunjukkan tanda rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat
Kriteria hasil :
1) Pengeluaran urine sesuai
2) Capillary refill kurang dari 2 detik
3) Turgor kulit elastis
4) Mukosa bibir lembab
5) Cubitan perut kembali cepat (<2detik)
Intervensi :
1) Berikan larutan rehidrasi oral sedikit tetapi sering
2) Beri agens antimikroba sesuai ketentuan untuk mengobati
patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang
berlebihan.
3) Setelah rehidrasi, berikan diet reguler pada anak sesuai
toleransi untuk menurunkan jumlah defekasi dan memperbaiki
penurunan berat badan.
4) Beri cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas
laktosa, atau formula yang mengandung setengah laktosa untuk
mempertahankan terapi cairan.
5) Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap asupan dan
haluaran untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.
6) Pantau berat jenis urine sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi.
7) Timbang berat badan anak untuk mengkaji hidrasi
8) Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan
status mental
9) Hindari asupan cairan jernih seperti jus buah, minuman
bikarbonat, dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolalitas
tinggi.
36
10) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
Tujuan : pasien mengkonsumsi nutrisi adekuat untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai usia
Kriteria hasil :
1) Anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan
2) Anak menunjukan kenaikan berat badan yang memuaskan
Intervensi :
1) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu menyusui untuk
melanjutkan pemberian ASI
2) Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel, dan roti
panggang atau teh karena diet ini rendah energi dan protein,
terlalu tinggi karbohidrat, dan rendah elektrolit.
3) Observasi dan catat respons terhadap pemberian makanan
untuk mengkaji toleransi pemberian makanan.
4) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan pada anak
selagi hangat
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar
Tujuan : anak tidak menunjukan adanya kerusakan kulit
Kriteria hasil :
1) Tidak ada iritasi dan kemerahan disekitar anus
2) Kulit perineal tampak utuh
Intervensi :
1) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering
2) Bersihkan bokong dengan perlahan menggunakan sabun
lembut non-alkalin dan air atau celupkan anak dalam bak
37
untuk pembersihan yang lembut karena feses diare sangat
mengiritasi kulit
3) Beri salep, seperti zink oksida untuk melindungi kulit dari
iritasi
4) Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara
jika mungkin untuk meningkatkan penyembuhan
5) Hindari menggunakan tisu basah yang dijual bebas yang
mengandung alkohol pada kulit yang ekskoriasi karena akan
menyebabkan rasa menyengat
6) Observasi bokong dan perineum terhadap tanda infeksi
d. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan tidak familier, prosedur yang menimbulkan stres
Tujuan : anak dapat menunjukan tanda kenyamanan
Kriteria hasil :
1) Anak menunjukkan tanda stres fisik atau emosional yang
minimal
2) Keluarga sedapat mungkin berpartisipasi dalam perawatan
anak
Intervensi :
1) Lakukan perawatan mulut dan beri empeng kepada bayi untuk
memberikan rasa nyaman
2) Dorong kunjungan dan partisipasi keluarga dalam perawatan
seoptimal mungkin untuk mencegah stres akibat perpisahan
3) Sentuh, gendong dan bicara pada anak sebanyak mungkin
untuk memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stres
4) Beri stimulasi sensori dan aktivitas pengalihan yang sesuai
tingkat perkembangan anak dan kondisinya untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan
38
Tujuan : keluarga mampu memahami tentang penyakit anak dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan
Kriteria hasil :
1) Keluarga mampu menunjukan kemampuan untuk merawat
anak, khususnya dirumah
2) Keluarga dapat mengungkapkan secara verbal tentang
pembatasan diet dan cara penanganannya
Intervensi :
1) Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik untuk mendorong kepatuhan terhadap
program terapeutik
2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
kepada anak
3) Instruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan
penyebaran infeksi
4) Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan
memberikan makanan formula dengan tepat
5) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
f. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit
Tujuan : tidak terdapat tanda-tanda syok pada anak
Kriteria hasil :
1) Nadi dalam batas normal (<120x/menit) dan palpasi kuat
2) Frekuensi napas dalam batas normal (20-30x/menit)
3) Tidak ada sianosis
4) Akral hangat
5) Capillary refill <2detik
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Jaga kepatenan jalan napas
39
3) Monitor tanda awal syok
4) Monitor tanda dan gejala asites
5) Berikan cairan IV dan atau oral yang teppat
6) Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala datangnya syok
7) Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk
peningkatan preload dengan tepat
4. Implementasi keperawatan
Menurut Asmadi (2008), implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk
implementasi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan
untuk melakukan teknik psikomotorik, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
Adapun prinsip-prinsip implementasi pada anak dengan diare adalah :
a. Mempertahankan cairan dan elektrolit seimbang
b. Mempertahankan status nutrisi
c. Mempertahankan integritas kulit perianal
d. Meminimalkan dampak hospitalisasi
e. Membantu keluarga memahami penyakit anak
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Asmadi (2008), evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan dari evaluasi dilakukan adalah untuk melihat dan
40
menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan pakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab bila
tujuan asuhan keperawtan belum tercapai. Evaluasi dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yaitu subjektif, objektif, analisa data dan
perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (akhir)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan dilakukan, sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu
tercapai.
Masalah sebagian tercapai atau belum tercapai dapat dibuktikan dari
hasil perilaku klien. Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan yaitu :
a. Tujuan tercapai
Masalah tercapai apabila klien menunjukan perubahan sesuai
dengan waktu atau tanggal yang telah ditentukan sesuai dengan
pernyataan tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Masalah tercapai sebagian apabila klien menunjukan perubahan
pada sebagian kriteria yang sesuai dengan pernyataan tujuan yang
telah ditentukan.
c. Tujuan tidak tercapai
Masalah tidak tercapai apabila klien hanya menunjukan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali yang diharapkan
atau tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
41
Adapun evaluasi yang diharapkan pada anak dengan diare adalah :
a. Status cairan dan elektrolit seimbang
b. Nutrisi anak terpenuhi
c. Gangguan integritas kulit pada daerah anus dapat diatasi
d. Rasa takut anak berkurang
e. Keluarga mampu memahami penyakit anak
Bab III
TINJAUAN KASUS
Dalam BAB ini, penulis melaporkan kasus anak dengan gangguan sistem
pencernaan : gastroenteritis pada An.IA yang dirawat di Ruang An-Nisa II Rumah
Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini
dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 9-11 April 2018. Untuk melengkapi
data-data yang diperoleh penulis melakukan wawancara dengan orang tua dan
keluarga, perawat yang bertugas, melakukan observasi, data-data dan catatan
medis serta catatan keperawatan.
Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan tahap evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data dasar (terlampir)
42
2. Resume
An. IA berusia 1 tahun 5 bulan jenis kelamin perempuan datang ke UGD
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi bersama orang tuanya pada
tanggal 6 April 2018 pukul 18.00 WIB dengan keluhan utama buang air
besar sudah kurang lebih 4 kali dengan konsistensi cair, berwarna
kuning, tidak ada lendir dan darah sejak kurang lebih 2 hari yang lalu,
muntah sudah 2 kali dalam sehari, demam sudah 2 hari pada pagi dan
sore hari, tidak ada batuk dan pilek, nafsu makan kurang.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data : kesadaran komposmentis,
keadaan umum lemah, BB : 8,5kg, hasil observasi TTV : suhu 39,8oC,
nadi 100x/menit, RR 34x/menit, ubun-ubun tidak cekung, mukosa bibir
dan mulut kering, konjungtiva ananemis, cubitan dinding perut kembali 2
detik, bising usus 36x/menit, akral teraba hangat, capillary refill <2detik,
dan hasil pemeriksaan laboratorium : haemoglobin 11.6 mg/dL (N : 10.5-
13.5), leukosit 12.9 10^3/ul (N : 6.0-15.0), hematokrit (L) 33% (N : 36-
44), trombosit 350 10^3/ul (N : 200-475). Masalah keperawatan yang
muncul pada An.IA adalah defisit volume cairan. Tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu kolaborasi
dalam pemberian terapi cairan KAEN 3B 14tpm, ranitidine 10mg via IV,
ondancentrone 1mg via IV dan propiretin via suppositoria 80mg, dokter
menganjurkan bahwa An.IA harus dirawat dengan diagnosa
gastroenteritis.
Anak dipindahkan ke ruangan An-Nisa 2 kamar 12 pada pukul 21.30
WIB, dilakukan pengkajian oleh perawat di ruang An-Nisa 2 tanggal 6
April 2018 pukul 21.30 WIB. Pada saat dikaji ulang didapatkan data :
kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang, suhu 37,7oC, nadi
110x/menit, RR 24x/menit, konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak
cekung, mukosa bibir dan mulut lembab, turgor kulit elastis, BB 8,5 kg,
buang air besar 4 kali dengan konsistensi cair, buang air kecil 6 kali
dalam sehari, tidak ada distensi abdomen, tidak ada riwayat alergi, tidak
41
43
ada riwayat kejang, tidak ada batuk, akral teraba hangat, bising usus
6x/menit, nafsu makan kurang, anak tampak rewel.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah defisit volume cairan
berhubungan dengan output yang berlebihan. Tindakan yang sudah
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengobservasi TTV,
mengukur intake output, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, membantu
memenuhi kebutuhan anak. Anak mendapatkan terapi cairan KaEn 3B
17tpm, ondancentrone 4mg (dosis tunggal) pemberian pada tanggal 7
April 2018 pukul 02.00 WIB, terapi oral pamol drop 6x0,8ml, daryazinc
1x2ml, dan terapi injeksi ceftizoxim 2x250mg serta mendapat tambahan
obat microlax extra (dosis tunggal) pada tanggal 7 April 2018 pukul
17.00 WIB (suppositoria).
3. Data fokus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2018 pukul 07.30 WIB.
Didapatkan data sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan “sampai sekarang masih diare, diare sudah 3 kali,
pagi 2 kali dan siang 1 kali, BAB cair berwarna kuning, tidak ada
darah, buang air kecil sehari kurang lebih 10x, berwarna kuning
bening, tidak ada muntah, minum susu formula sehari 6 botol kecil
(120ml), minum ASI kurang lebih 8 kali sehari <100cc, nafsu makan
kurang, tetapi makan habis ¾ porsi karena disuapi ibu, BB sebelum
sakit kurang lebih 9,5kg, kebiasaan pembuatan susu dengan
menggunakan botol yang sudah dicuci dalam rak, peletakan susu
formula dalam toples di dapur, terkadang mencuci tangan sebelum
membuat susu, setiap hari saya membuat susu seperti itu, tetapi
kenapa setelah ganti susu diare, anak saya selalu tenang jika ada
perawat, ketika ada perawat ingin memberikan obat anak saya tidak
44
rewel, tetapi kalau masuk ke ruang tindakan anak saya menangis,
mungkin trauma karena kemarin diinfus, sekitar anus kemerahan,
saya mengganti popoknya ketika anak BAB, dibersihkannya hanya
menggunakan tisu basah tanpa dikeringkan dengan tisu kering”
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapatkan data :
1) Kesadaran komposmentis
2) Keadaan umum sakit sedang
3) Suhu 36,2oC, nadi 116x/menit, RR 34x/menit
4) LLA 15cm dan TB 64cm
5) BB ketika masuk UGD 8,5kg
BB saat pengkajian 9kg
BB sebelum sakit 9,5kg
6) Rambut tampak lebat dan tidak rontok
7) Ubun-ubun dan kelopak mata tidak cekung
8) Konjungtiva ananemis
9) Mukosa bibir dan mulut lembab
10) Tidak ada stomatitis, lidah bersih dan kelengkapan gigi 7 buah
11) Turgor kulit elastis <2 detik
12) Capillary refill <2detik
13) Tidak ada distensi abdomen
14) Cubitan dinding perut kembali < 2 detik
15) Bising usus 34x/menit
16) Tinja cair dan berwarna kuning
17) Tidak ada darah atau lendir
18) Anus tampak kemerahan
19) PH feses 6
20) Makan habis ¾ porsi
21) Anak tampak tenang ketika didekati perawat
22) Anak tampak tenang ketika pemberian obat via IV
23) Anak tampak rewel jika masuk ruang tindakan
24) Ibu tampak menyalahkan susu sebagai penyebab diare
45
25) Ibu tampak tidak mengetahui penyebab lain dari diare selain dari
susu
1) Intake dan output dalam 24 jam
Intake :
Infuse 17 x 3 x 24 =1224 cc
Minum 6 x 120 = 720 cc
Air metabolisme 10,5x 8 = 84 cc
Total intake 2028 cc
Output :
BAB 5 x 100 cc = 500 cc
BAK 10 x 100 cc = 1000 cc
IWL : (30-1,5)x 10,5 = 299,25 cc
Kenaikan suhu 299,25 + 200 x 1,3 = 559,25 cc
Total output 2059,25 cc
Balance cairan = I-O = 2028-2059,25 = - 31,25 cc
BBI = 2n+8 = 2x1,5+8 = 11kg
2) Mengetahui status nutrisi :
(11kg-9kg) / 11kg x 100% = 18 % (penurunan dari BB normal)
3) Mengetahui status dehidrasi :
(9,5-9kg) /10kg x 100% = 5% (dehidrasi ringan)
Kebutuhan cairan 9kg x 100 cc/hari = 900 cc/hari
Kebutuhan kalori 9kg x 100 kkal/hari = 900 kkal/hari
4. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan lab hematologi tanggal 6 April 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan haemoglobin leukosit hematokrit trombosit
11.6 12.9 (L) 33 350
mg/dL 10^3/ul % 10^3/ul
10.5-13.5 6.0-15.0 36-44 200-475
+
+
46
Hasil pemeriksaan gastrointestinal fecal analysis tanggal 8 April 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan color consitensy mucous PH glucose faeces fecal occult blood leukocyte erythrocyte ephitel fiber bacteria ova parasite amoeba yeast fecal fat
yellow soft negative 6 negative negative 2-3 1-2 1-2 positive positive tidak ditemukan tidak ditemukan tidak ditemukan tidak ditemukan negative
/HPF /HPF /HPF /HPF /HPF /HPF /HPF /HPF /HPF
negative negative negative negative negative negative
5. Penatalaksanaan
Terapi oral
a. Pamol drop 6x0,8ml jam (06,10,14,18,22,24)
b. Daryazinc 1x2ml jam (06)
Terapi injeksi
a. Ceftizoxim 2x250mg jam (12,24)
Terapi parenteral
a. Infuse KaEn 3B 17tpm
6. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1
DS : Ibu mengatakan “sampai sekarang masih diare, diare sudah 3 kali, pagi 2 kali dan siang 1 kali, BAB cair berwarna kuning, tidak ada darah, buang air kecil sehari kurang lebih 10x, berwarna kuning bening, tidak ada muntah, minum susu formula sehari 6 botol kecil (120ml), minum ASI kurang lebih 8 kali sehari <100cc”
Resiko defisit volume cairan
Output yang berlebihan
47
2
3
DO : - Kesadaran komposmentis - Keadaan umum sakit sedang - Tinja cair, berwarna kuning,
tidak ada darah atau lendir - Mukosa bibir dan mulut
lembab - Ubun-ubun dan kelopak
mata tidak cekung - Cubitan dinding perut
kembali < 2 detik - Bising usus 34x/menit - Capillary refill <2detik - TTV : suhu 36,2oC, nadi
116x/menit, RR 34x/menit DS : Ibu mengatakan “nafsu makan kurang, tetapi makan habis ¾ porsi karena disuapi ibu, BB sebelum sakit kurang lebih 9,5kg” DO :
- A : BB saat ini : 9kg TB : 64cm LILA : 15cm BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18 %
- B : Hasil lab tanggal 6 April 2018 : pemeriksaan lab : hemoglobin 11,6 mg/dL
- C : Kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang, konjungtiva ananemis, bising usus 34x/menit, rambut tampak lebat dan tidak rontok, tidak ada stomatitis, lidah bersih, kelengkapan gigi 7 buah
- D : Variasi : bubur tim dan buah Frekuensi : 3x sehari Konsistensi : lembut atau lembek Komposisi : karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
DS : Ibu mengatakan “anak saya selalu tenang jika ada perawat, ketika ada perawat ingin memberikan obat anak saya tidak rewel, tetapi kalau
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ansietas (pada anak)
Intake yang tidak adekuat Prosedur tindakan
48
4
5
masuk ke ruang tindakan anak saya menangis, mungkin trauma karena kemarin diinfus” DO :
- anak tampak tenang ketika didekati perawat
- anak tampak tenang ketika pemberian obat via IV
- anak tampak rewel jika masuk ruang tindakan
DS : Ibu mengatakan “kebiasaan pembuatan susu dengan menggunakan botol yang sudah dicuci dalam rak, peletakan susu formula dalam toples di dapur, terkadang mencuci tangan sebelum membuat susu, setiap hari saya membuat susu seperti itu, tetapi kenapa setelah ganti susu diare” DO :
- Ibu tampak menyalahkan susu sebagai penyebab diare
- Ibu tampak tidak mengetahui penyebab lain dari diare selain dari susu
DS : Ibu mengatakan “sampai sekarang masih diare, diare sudah 3 kali, pagi 2 kali dan siang 1 kali, BAB cair berwarna kuning, tidak ada darah, sekitar anus kemerahan, saya mengganti popoknya ketika anak BAB, dibersihkannya hanya menggunakan tisu basah tanpa dikeringkan dengan tisu kering” DO :
- anus tampak kemerahan - konsistensi feses cair - PH feses 6
Perubahan proses keluarga Gangguan integritas kulit perianal
Kurang pengetahuan Frekuensi BAB meningkat
7. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisa data, maka dapat
ditentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan pada kasus diatas
adalah sebagai berikut :
49
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan frekuensi
BAB meningkat
4. Ansietas (pada anak) berhubungan dengan prosedur tindakan
5. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan
8. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka disusun
rencana keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan resiko defisit volume cairan dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir dan mulut lengkap, turgor kulit elastis, cubitan
dinding abdomen <2detik)
b. Intake dan output seimbang
c. TTV anak normal (usia todler : RR 20-30x/menit, nadi
<120x/menit, suhu 36,5-37,5oC)
d. BAB 1x/hari dengan konsistensi semi padat/lembek
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital/shift
b. Kaji status hidrasi (turgor kulit, kelopak mata, mukosa bibir,
cubitan perut)
c. Catat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/8 jam
d. Pantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse
50
e. Anjurkan pada orang tua untuk memberi minum pada anak
200ml/shift
f. Kolaborasikan untuk pemeriksaan elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium dan posfat
g. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian :
Terapi oral :
- Pamol drop 6x0,8ml jam (06,10,14,18,22,24)
- Daryazinc 1x2ml jam (06)
Terapi injeksi :
- Ceftizoxim 2x250mg jam (12,24)
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Anak dapat menghabiskan makanan yang disediakan
c. Tidak ada mual dan muntah
d. Konjungtiva ananemis
e. Hematologi dalam batas normal : hemoglobin 10,5-13,5 mg/dL
Intervensi
a. Timbang berat badan anak/2 hari
b. Kaji status nutrisi
c. Monitor intake nutrisi/shift
d. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk
mengkaji toleransi pemberian makanan
e. Pantau hasil laboratorium hematologi
f. Motivasi orang tua dan dampingi anak saat makan
g. Kolaborasi dalam pemberian diet sesuai dengan kebutuhan anak
51
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan frekuensi
BAB meningkat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit perianal pada
anak teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada iritasi dan kemerahan disekitar anus
b. Kulit perineal tampak utuh
Intervensi :
a. Kaji daerah bokong
b. Kaji kerusakan kulit atau iritasi
c. Anjurkan ibu untuk menghindari dari pakaian dan pengalas
tempat tidur yang lembab
d. Anjurkan ibu untuk mengganti popok/kain apabila kotor,
lembab atau basah
e. Ajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene pada anak
dengan benar
f. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian salep zink oksida
untuk melindungi kulit dari iritasi
4. Ansietas (pada anak) berhubungan dengan prosedur tindakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan ansietas akibat dampak hospitalisasi
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Anak tampak nyaman dan aman saat bersama dengan perawat
b. Tidak tampak rasa takut
c. Anak dapat kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pada anak
52
b. Bina hubungan saling percaya
c. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
d. Lakukan kontak singkat tapi sering
e. Anjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama
prosedur tindakan
f. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi
anak
5. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan perubahan proses keluarga pada orang
tua dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Keluarga mampu menunjukkan kemampuan untuk merawat
anak
b. Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya
Intervensi :
a. Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik untuk mendorong kepatuhan terhadap
program terapeutik
b. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
kepada anak
c. Instruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran
infeksi
d. Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan
makanan formula dengan tepat
e. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi, serta menjaga kebersihan mainan dan
tempat bermain
53
9. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
tindakan keperawatan yang telah dibuat, maka penulis melakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 9-11 April 2018. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan
perawat di Ruangan An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dan juga
dengan tim kesehatan lainnya.
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Senin,
9 April 2018 07.30
07.35
07.40
08.00
5
5
1
5
- Membina hubungan saling percaya DS : Ibu mengatakan “biasanya saya juga dekat dengan mahasiswa perawat, mohon bantuannya ya sus untuk kesembuhan anak saya” DO : -Ibu tampak senang dengan kehadiran perawat -Anak tampak tenang -Memanggil nama anak dan melakukan sentuhan DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah bisa merespon jika dipanggil namanya” DO : -Anak tampak merespon dengan menoleh -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah tidak demam” DO : Nadi : 124 x/menit, suhu : 36,8oC, RR : 32 x/menit - Mengkaji tingkat kecemasan pada anak DS : Ibu mengatakan “anak saya rewel kalau masuk ke ruang tindakan sus, jika dikamar anak saya tenang” DO : - Anak tampak tenang saat di dalam kamar
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
54
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.05
08.10
08.20
08.25
08.35
08.45
3
1
3
2
2 1
-Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “daerah anus bersih, tapi tampak kemerahan” DO : -Area perineal tampak bersih -Tampak kemerahan disekitar anus -Mengkaji status hidrasi (turgor kulit, kelopak mata, mukosa bibir, cubitan perut) DS : - DO : -Turgor kulit elastis Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Cubitan perut kembali <2detik -Mengkaji kerusakan kulit atau iritasi DS : Ibu mengatakan “mulai kemerahan hari ini sus” DO : -Daerah sekitar bokong tampak kemerahan -Menimbang berat badan anak DS : Ibu mengatakan “alhamdulilah beratnya bertambah” DO : -BB anak 9kg -Mengkaji status nutrisi DS : - DO : -BB : 9kg -BBI : 11kg (11kg-9kg) / 11kg x 100% = 18 % (penurunan dari BB normal) -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis) DS : Ibu mengatakan “minum 2 botol susu 120ml, saat sarapan minum sedikit hanya beberapa tegukan aja, diare sudah 3x, buang air kecil 3x satu popok penuh”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
55
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.55
10.00
10.10
11.15
12.00
12.15
2 1 1 5
1 2
DO : Intake : Infuse : sisa 250cc Minum : 250cc Output : BAB : 3x100cc BAK : 3x100cc -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “sarapan ini hanya habis ¾ porsi” DO : -Tampak sisa makanan 4 sendok -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : Ibu mengatakan “minum obatnya harus didorong air sus” DO : -Anak tampak meminum obat -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum anak DS : Ibu mengatakan “oh iya sus, tadi sudah minum 2 botol susu” DO : -Ibu tampak telah melakukan anjuran yang diberikan perawat -Menganjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan DS : Ibu mengatakan “iya sus, akan selalu saya dampingi, tidak akan saya tinggal” DO : -Ibu tampak paham dengan anjuran dari perawat -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS : - DO : -Injeksi ceftizoxim yang telah diencerkan 10cc telah dimasukan -Mengobservasi dan mencatat respon
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
56
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
12.55
13.55
14.00
14.40
14.45
5
1 1
2
1
terhadap pemberian makanan DS : Ibu mengatakan “kalau makan harus sambil jalan-jalan sus, tidak ada alergi ataupun muntah ketika makan” DO : -Anak tampak memakan makanan yang disuapi dengan tambahan air -Melakukan kontak singkat tapi sering DS : Ibu mengatakan “saya senang kalau suster sering datang” DO : -Ibu tampak menerima kehadiran perawat -Anak tampak tenang -Memantau kelancaran terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “habis ya sus infusnya, alhamdulillah infusnya lancar dari pagi” DO : -Cairan KaEn 3B sudah terpasang kembali 17tpm/10 jam mulai pukul 14.00-24.00 WIB -Tidak ada udara atau sumbatan darah dalam selang infuse -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : Ibu mengatakan “hari ini sudah tidak demam” DO : -Anak tampak meminum obat tanpa menolak -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah siang ini makannya habis sus” DO : -Makanan tampak habis 1 porsi -Memonitor tanda-tanda vital/shift DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah normal semua ya sus”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
57
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
17.45
18.00
19.30
21.00
22.00
24.00
2 1 1
1
1 1
DO : Nadi : 110x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24x/menit -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “baru selesai makan sus” DO : -Makan tampak tidak ada sisa -Memberikan terapi pamol drop DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah minum obatnya teratur, jadi sudah tidak demam” DO : -Obat masuk via oral sesuai dosis 0,8ml -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis) DS : Ibu mengatakan “dari siang sampai sekarang minum susu 2 botol kecil, minum air putih kira-kira ½ gelas kecil, diarenya sore 1x, buang air kecil 4x” DO : Intake : Minum 240+50= 290cc Infuse : sisa 150cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 4x100cc -Memonitor tanda-tanda vital/shift DS : - DO : Nadi : 100 x/menit, suhu : 37,2oC, RR : 25 x/menit -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : - DO : -Obat telah diminum anak sesuai dengan dosis yang diberikan -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
58
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
24.05
24.10
1
1
250mg DS : - DO : -Injeksi ceftizoxim 250mg=10cc telah diberikan -Anak tampak tenang -Memberikan terapi oral pamol drop DS : - DO : -Obat telah diminum -Anak tampak tertidur kembali -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : - DO : -Cairan infuse KaEn 3B telah diganti, 17tpm/10 jam mulai pukul 24.00-10.00 WIB -Daerah pemasangan infuse tampak bersih, tidak ada flebitis, tidak ada udara dalam selang infuse
TIM
TIM
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
Selasa, 10April2018
06.00 06.05 06.30
1 1
1
-Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : - DO : -Anak tampak meminum obat sesuai dengan dosis yang diberikan -Memberikan terapi oral daryazinc 2ml DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah setelah minum obat ini diarenya mulai berkurang” DO : -Obat telah masuk via oral sesuai dosis yang dianjurkan -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “dari semalam sampai sekarang hanya minum susu 1 botol kecil, anak belum BAB, BAK 1x” DO : Intake : Minum : 120cc Infuse : sisa 200cc Output :
TIM
TIM
TIM
59
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
07.15 07.20 07.30 07.35 08.05
5 1
3
1
4
BAB :- BAK :1x100cc -Memanggil nama anak dan melakukan sentuhan DS : Ibu mengatakan “anak saya selalu menoleh kalau dipanggil namanya” DO : -Anak tampak menoleh dan melanjutkan bermain kembali dengan kakaknya -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum DS : Ibu mengatakan “iya sus pagi ini belum dibuatkan susu, hanya minum ASI saja, setelah ini akan saya buatkan” DO : -Ibu tampak melaksanakan anjuran perawat dengan membuatkan susu -Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “masih kemerahan sus, padahal sudah dioleskan baby oil setiap setelah mandi” DO : -Daerah sekitar anus masih tampak Kemerahan -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “sudah membaik ya sus kondisi anak saya, demam sudah tidak ada” DO : Nadi : 120 x/menit, suhu : 36,4oC, RR : 28 x/menit -Membantu keluarga dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak DS : Ibu mengatakan “terima kasih sus selalu menemani anak saya, saat saya ke kamar mandi”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
60
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.10 08.30 08.40 08.45 08.50
5
5
3
3
3
DO : -Ibu tampak senang dengan bantuan perawat -Menganjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan DS : Ibu mengatakan “saya selalu dampingi anak saya, supaya tidak menangis” DO : -Ibu tampak paham dan melakukan anjuran dari perawat -Memberikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi anak DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah kuat menggenggam, jika dikasih mainan akan digenggam erat dan dipukul-pukul ke kasur” DO : -Anak tampak memukul kasur dengan pulpen yang diberikan perawat -Menganjurkan ibu untuk menghindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab DS : Ibu mengatakan “kalau baju yang lembab saya akan langsung ganti, tetapi jika seprei setiap hari diganti oleh suster” DO : -Ibu tampak paham dan mengikuti anjuran perawat -Menganjurkan ibu untuk mengganti popok/kain DS : Ibu mengatakan “baik sus, saya selalu ganti popok ketika basah dan kotor, terkadang setiap 3 jam ganti” DO : -Ibu tampak paham dan mengikuti anjuran perawat -Tampak sediaan popok banyak -Mengajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene pada anak dengan
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
61
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
09.10 09.15 09.45 09.55 10.00 10.30
3
2 1
1
1 1
benar DS : Ibu mengatakan “dari atas ya cara membersihkannya, biasanya saya langsung bawahnya saja, dan harus dikeringkan ya sus” DO : -Ibu tampak paham dengan yang diajarkan perawat -Ibu dapat mengulangi yang telah diajarkan perawat -Menganjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering DS : Ibu mengatakan “iya sus, jika ganti popok akan saya bersihkan lalu dikeringkan dulu” DO : -Ibu tampak telah mengikuti anjuran perawat -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “makan pagi ini habis sus alhamdulillah, tapi lama makannya” DO : -Makan tidak ada sisa -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “sus ini bengkak lagi tangannya, dilepas ya sus seperti kemarin dan dipasang ulang” DO : -Tampak bengkak pada area pemasangan infuse -Melepas infuse pada anak DS : Ibu mengatakan “kapan dipasang lagi sus” DO : -Infuse telah dilepas -Memberikan terapi oral pamol drop DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah tidak demam ya sus”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
62
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
11.00 12.00 12.05 13.00 13.10
2
1
2 1
1
DO : -Anak mulai terbiasa dengan obat -Melakukan pemsangan infuse pada anak DS : Ibu mengatakan “semoga setelah ini tidak bengkak lagi ya sus” DO : -Anak tampak menangis dan gelisah ketika penyuntikan aboket infuse dalam ruang tindakan -Infuse telah terpasang -Memantau hasil laboratorium hematologi DS :- DO : -Hasil lab hematologi : haemoglobin 10.5 mg/dL (10.5-13.5) leukosit 9.2 10^3/ul (6.0-15.0) hematokrit (L) 31% (36-44) trombosit 321 10^3/ul(200-475) -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS : - DO : -Obat telah masuk via IV dengan dosis sesuai -Anak tampak tertidur saat pemberian terapi injeksi -Memotivasi orang tua untuk dampingi anak saat makan DS : Ibu mengatakan “iya sus, saya suapin setiap makan, anak saya belum bisa makan sendiri” DO : -Ibu tampak paham dan telah mengikuti anjuran perawat -Mengkaji status hidrasi DS :- DO : -Turgor kulit elastis -Kelopak mata tidak cekung -Mukosa bibir lembab -Cubitan perut kembali <2detik
dan TIM
TIM
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
63
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
13.20 13.25 14.00 15.00 18.00
2
2
1
1
1
-Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “minum susu jam 10 1 botol, air putih ½ gelas saat makan siang, alhamdulillah diare baru sekali, BAK 4kali” DO : Intake : Minum : 120+50cc Infuse : sisa 350cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 4x100cc -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “makan siang habis 1 porsi sus” DO : -Makan tampak tidak ada sisa -Memberikan diet sesuai dengan kebutuhan anak DS : Ibu mengatakan “terima kasih sus, sudah mau menyuapi anak saya” DO : -Anak tampak makan disuapi oleh perawat -Tidak tampak alergi ataupun tersedak pada anak -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS :- DO : -Obat telah diminum sesuai dengan dosis tanpa penolakan dari anak -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “kondisi anak saya sudah baik kan sus?” DO : Nadi : 112 x/menit, suhu : 37,0oC, RR : 25 x/menit -Memberikan terapi oral pamol DS : Ibu mengatakan “tadi sore diukur
Robiah
Robiah
Robiah
TIM
TIM
64
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
18.30 18.35 20.00 21.00 24.00
2
1
1
1
1
suhunya normal sus, sudah tidak demam” DO : -Obat telah diberikan via oral dengan dosis 0,8ml -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “tadi sore makan tidak habis” DO : - Tampak sisa makanan 2 sendok -Makan habis ¾ porsi -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “sore ini minum susu 1 botol, air putih setengah gelas, diare 1 kali, BAK 3kali” DO : Intake : Minum : 120cc+50cc Infuse : sisa 250cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 3x100cc -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “saya lupa sus tidak lihat kalau infusnya habis, botolnya sudah kosong” DO : -Terdapat banyak udara dalam selang infuse -Infuse set diganti dengan instoper sesuai anjuran dokter -Memonitor tanda-tanda vital DS :- DO : Nadi : 110 x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 22 x/menit -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Terapi injeksi telah diberikan via IV sesuai dosis
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
65
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Rabu,
11April2018 06.05 06.30 07.00 07.05 07.30
1
1
1
5
5
-Memberikan terapi oral daryazinc DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah membaik, pamolnya sudah tidak diminum ya sus” DO : -Obat daryazinc telah diberikan via oral 2ml -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “malam ini belum BAB, BAK sudah 2kali, minum susu 1botol dan air putih 1 botol 120ml” DO : Intake : Minum : 2x120cc Infuse :- Output : BAB :- BAK : 2x100 -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum DS : Ibu mengatakan “pagi ini belum saya buatkan susu, setelah ini akan langsung saya buatkan” DO : -Ibu tampak paham dan langsung melakukan anjuran perawat -Mengkaji tingkat kecemasan pada anak DS : Ibu mengatakan “sekarang anak saya sudah lupa tentang tindakan pemasangan infus, sudah mulai mengenal dan senang dengan perawat” DO : -Anak tampak senang dan menggenggam tangan perawat -Memanggil nama anak dan melakukan kontak singkat tapi sering DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah mengenal suara perawatnya” DO : -Anak tampak menoleh ketika
TIM
TIM
Robiah
Robiah
Robiah
66
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
07.35 08.00 08.10 09.00 09.15 09.25
3
1
2 4
4
4
dipanggil namanya -Menganjurkan ibu untuk mengganti popok/kain
DS : Ibu mengatakan “iya sus ini baru akan diganti” DO : -Ibu tampak paham dengan anjuran perawat dan segera mengganti popok -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah suhunya sudah bagus ya sus” DO : Nadi : 118 x/menit, suhu : 36,7oC, RR : 32 x/menit -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “buburnya belum habis sus, nanti disuapin lagi, karena baru minum susu masih kenyang“ DO : -Makanan tampak masih utuh -Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik DS : Ibu mengatakan “saya kira anak saya diare karena ganti susu, soalnya mulai diare setelah ganti susu” DO : -Ibu tampak mengerti dan paham mengenai penjelasan yang diberikan -Menginstruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi DS : Ibu mengatakan “iya sus, saya juga takut jika kakaknya ketularan DO : -Ibu tampak antusias mengikuti anjuran perawat -Mengajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
67
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
09.35 10.05 10.15 10.20 12.00
4
1
3 3
1
memberikan makanan formula dengan tepat DS : Ibu mengatakan “saya hanya tahu membuat susu seperti biasa, ternyata dari penyajian susu yang salah bisa diare juga ya sus” DO : -Ibu tampak kooperatif dengan mengulang penjelasan dari perawat -Mengajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi, menjaga kebersihan mainan dan tempat bermain DS : Ibu mengatakan “cuci tangannya 6 gerakan ya, saya biasanya asal yang penting bersih tangannya, setelah ini akan saya praktekan” DO : -Ibu dapat mendemonstrasikan ulang cuci tangan 6 langkah -Mengkaji status hidrasi anak DS : Ibu mengatakan “anak saya tidak pucat kan ya sus” DO : -Turgor kulit elastis -Kelopak mata tidak cekung -Mukosa bibir lembab -Cubitan perut kembali <2detik -Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “kemerahannya sudah mulai berkurang ya sus” DO : -kemerahan disekitar anus tampak berkurang -Mengkaji kerusakan kulit atau iritasi DS :- DO : -Tidak tampak iritasi atau kerusakan kulit pada perineal -Tampak kemerahan pada area perineal
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
68
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
12.15 12.25 12.30 12.40 15.00
2 2 1
2
1
-Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Obat injeksi ceftizoxim telah diberikan via IV sesuai dosis -Menimbang berat badan anak DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah masih sama ya sus” DO : -BB : 9kg -Mengkaji status nutrisi DS : DO : -konjungtiva ananemis, turgor kulit elastis -BB : 9kg -BBI : 11kg (11kg-9kg) / 11kg x 100% = 18 % (tidak ada penurunan atau kenaikan BB) -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/shift DS : Ibu mengatakan “minum susu 1kali, air putih 1 botol suli yang kecil itu, BABnya 1 kali tapi udah mulai kentel gitu, engga encer seperti kemarin, pipisnya sudah 4 kali” DO : Intake : Minum :120+330cc Infuse :- Output : BAB : 1x50cc BAK : 4x100cc -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “baru selesai makan sus, habis ya makannya” DO : -Makan sisa 1 sendok -Memonitor tanda-tanda vital DS :- DO :
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
TIM
69
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
19.00 19.30 21.00 24.00
2
1
1 1
Nadi : 100 x/menit, suhu : 36,9oC, RR : 28 x/menit -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “makannya engga habis sus, soalnya tadi minum susu dulu sebelum makan” DO : -Makan habis ¾ porsi -Mencatat intake dan output cairan (urine dan feses) DS : Ibu mengatakan “minum susu sore 1 botol, siang juga 1 botol, air putih 1 gelas kecil saat makan, BAB belum, BAK kurang lebih 3kali” DO : Intake : Minum : (2x120) +150cc Infuse :- Output : BAB:- BAK : 3x100cc -Memantau tanda-tanda vital DS :- DO : Nadi : 112 x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24 x/menit -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Terapi injeksi telah diberikan dengan pengencer 1 : 4
TIM
TIM
TIM
TIM
10. Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
1
Senin 9 April 2018
14.00
S : Ibu mengatakan “anak saya dari kemarin siang sampai sekarang kira-kira sudah 4kali BAB, BABnya cair berampas, BAK sudah 8 kali kurang lebih, minum
Robiah
70
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.05
susu 5 botol” O : -Turgor kulit elastis Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Cubitan perut kembali <2detik -Nadi : 110x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24x/menit -Intake-output : Minum 250+290+120= 660cc Infuse 250+350+300= 900cc AM 10,5x8ml= 84cc Total intake : 1644cc BAB : 300+100= 400cc BAK : 300+400+100= 800cc IWL : (30-1,5)x 10,5 = 299,25 cc Total output : 1499,25cc -Balance cairan : 144,75 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali tanda-tanda vital/shift
2. Kaji ulang status hidrasi 3. Catat intake dan output
cairan/shift 4. Pantau kelancaran terapi cairan
infuse 5. Berikan terapi oral :
- Pamol drop 6x0,8ml
jam (06,10,14,18,22,24) - Daryazinc 1x2ml jam (06) Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg jam
(12,24) S : Ibu mengatakan “nafsu makan anak saya baik,makan habis, tidak ada mual atau muntah, BB saat ini 9kg, BB sebelum sakit 9,5kg” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18%
- B : Hemoglobin 11,6 mg/dL - C : Konjungtiva ananemis,
kesadaran komposmentis, keadaan umu sakit sedang
- D : Makan 3x sehari habis ¾ porsi, jenis bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan
Robiah
71
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
14.10 14.15
vitamin.. A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi/shift 2. Observasi kembali respon
terhadap pemberian makanan 3. Pantau hasil laboratorium
hematologi 4. Motivasi kembali orang tua untuk
dampingi anak saat makan 5. Berikan diet sesuai kebutuhan
anak
S : Ibu mengatakan “disekitar anus kemerahan, BABnya sudah 4kali dari kemarin” O : -Terdapat kemerahan pada daerah bokong A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali daerah bokong 2. Ingatkan ibu untuk menghindari
dari pakaian yang lembab 3. Ingatkan kembali ibu untuk
mengganti popok apabila kotor atau basah
4. Ajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene
5. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
S : Ibu mengatakan “anak saya tidak takut sama suster, tidak rewel atau menangis saat ada perawat” O : -Anak tampak tenang dengan kehadiran perawat -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji ulang tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Ingatkan kembali pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi
anak
Robiah
Robiah
72
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
5
1
Selasa 10 April 2018
14.20 14.05
S : Ibu mengatakan “selama dirawat saya hanya melakukan apa yang diberikan dan dianjurkan oleh perawat” O : -Ibu tampak belum memahami penyakit anaknya -Ibu tampak merawat anaknya dengan baik A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan informasi kepada
keluarga tentang penyakit anak 2. Bantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Instruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi
4. Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat
5. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan
S : Ibu mengatakan “alhamdulillah kemarin BAB nya sudah berkurang, hanya 2kali sehari, tapi masih cair berampas, buang air kecil kurang lebih 9kali, minum susu 4 botol, air putih 1 gelas kurang lebih” O : -Nadi : 112x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 25x/menit - Mukosa bibir lembab Kelopak mata tidak cekung Cubitan perut kembali <2detik Turgor kulit elastis -Intake-output : Minum 170+170+240= 580cc Infuse 150+250+500= 900cc AM 10,5x8ml= 84cc Total intake : 1564cc BAB : 100+100= 200cc BAK : 400+300+200= 900cc IWL : (30-1,5)x 10,5 = 299,25 cc Total output : 1399,25cc -Balance cairan : 164,75 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital /shift 2. Monitor status hidrasi 3. Catat intake dan output
Robiah
Robiah
73
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.10
cairan/shift 4. Ingatkan kembali pada orang tua
untuk memberi minum pada anak karena pemberian cairan parenteral telah dihentikan
5. Berikan terapi oral : - Pamol drop 6x0,8ml
Dihentikan pemberiannya
sesuai konsultasi dengan
dokter - Daryazinc 1x2ml jam (06) Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg jam
(12,24)
S : Ibu mengatakan “anak saya tidak mual atau muntah, nafsu makannya baik, makan habis 1porsi” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18 %
- B : Hemoglobin 10,5 mg/dL - C : Konjungtiva ananemis, rambut
tampak lebat - D : Makan 3x sehari, jenis
bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan vitamin..
- Hasil lab hematologi tanggal 10 April 2018 : haemoglobin 10.5 mg/dL (10.5-13.5), leukosit 9.2 10^3/ul (6.0-15.0), hematokrit (L) 31% (36-44), trombosit 321 10^3/ul(200-475)
A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Timbang kembali berat badan anak
2. Kaji ulang status nutrisi 3. Pantau intake nutrisi/shift 4. Catat kembali respon terhadap
pemberian makanan 5. Ingatkan orang tua untuk
dampingi anak saat makan
6. Berikan diet yang telah ditentukan untuk anak
Robiah
74
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
14.15 14.20
S : Ibu mengatakan “sudah dioles baby oil tapi masih kemerahan ya sus, padahal BABnya sudah berkurang jadi 2 kali sehari” O : -Masih terdapat kemerahan disekitar anus A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali daerah bokong 2. Ingatkan ibu untuk menghindari
pakaian yang lembab 3. Anjurkan kembali ibu untuk
mengganti popok apabila kotor atau basah
4. Ajarkan kembali pada orang tua cara perawatan perineal hygiene
5. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian salep zink
oksida untuk melindungi kulit dari
iritasi
S : Ibu mengatakan “anak saya sudah mulai mengoceh kalau ada perawat, biasanya ia mengoceh saat tidak ada suster” O : -Anak tampak mengoceh “awawa” dengan kakaknya saat perawat menghampiri -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Lakukan kontak singkat tapi sering
4. Ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
S : Ibu mengatakan “saya hanya tahu penyebab diare pada anak saya karena susu, cara saya mengolah makanan dan membuat susu seperti biasa, tapi baru diare setelah ganti susu” O : -Ibu tampak belum memahami penyebab diare pada anaknya
Robiah
Robiah
75
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
5
1
Rabu 11 April 2018
14.25 14.00
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan informasi kembali kepada keluarga tentang penyakit anak
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Instruksikan ulang kepada
keluarga mengenai pencegahan
penyebaran infeksi 4. Evaluasi cara orang tua membuat,
menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat
5. Ingatkan kembali pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan dan menjaga kebersihan mainan
S : Ibu mengatakan “sekarang anak saya minumnya lebih banyak, karena infusnya sudah dilepas sus, minum susu 6 kali, air putih 1 gelas, BAB alhamdulillah hanya 1 kali, sudah mau sembuh ya sus, BAK seperti biasa, kurang lebih 9kali” O : - Cubitan perut kembali <2detik Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Turgor kulit elastis - Nadi : 100 x/menit, suhu : 36,6oC, RR : 28 x/menit -Intake-output : Minum 240+470+390= 1100cc Infuse - AM 11x8ml= 88cc Total intake : 1188cc BAB : 100cc BAK : 200+400+200= 800cc IWL : (30-1,5)x 11 = 313,5 cc Total output : 1213,5cc -Balance cairan : -25,5 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kembali tanda-tanda vital/shift
2. Kaji ulang status hidrasi 3. Pantau intake dan output
cairan/shift 4. Anjurkan kembali pada orang tua
untuk memberi minum anak 5. Berikan terapi oral :
- Daryazinc 1x2ml jam (06)
Robiah
Robiah
76
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.10
Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg - jam (12,24)
S : Ibu mengatakan “tadi ditimbang beratnya masih tetap 9kg ya sus, alhamdulillah tidak turun, nafsu makannya baik, makan selalu habis” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB normal 18 %
- B : Hemoglobin 10,5 mg/dL - C : Turgor kulit
elastis,konjungtiva ananemis - D : Makan 3x sehari habis 1
porsi, jenis bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan vitamin.
A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau status nutrisi 2. Kaji ulang intake nutrisi/shift 3. Observasi kembali respon
terhadap pemberian makanan 4. Motivasi dan ingatkan
orang tua untuk
dampingi anak saat makan 5. Berikan diet sesuai program
S : Ibu mengatakan “BABnya sudah berkurang baru1kali dari kemarin, kemerahan didaerah anus berkurang ya sus” O : -Kemerahan disekiar anus tampak memudar - Tidak tampak iritasi atau kerusakan kulit pada perineal A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi daerah bokong 2. Pantau adanya kerusakan kulit
atau iritasi 3. Anjurkan kembali ibu untuk
menghindari dari pakaian yang
lembab 4. Ingatkan ibu untuk mengganti
popok apabila kotor atau basah 5. Ingatkan kembali pada orang tua
Robiah
77
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
5
14.15 14.20 14.25
cara perawatan perineal hygiene 6. Ingatkan untuk menjaga daerah
anus tetap bersih dan kering
S : Ibu mengatakan “anak saya senang saat diajak bercanda suster, kalau libur main ya sus” O : -Anak tampak terbiasa dengan perawat -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kembali tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi anak
S : Ibu mengatakan “iya sus setelah ini saya akan jaga kebersihan, botol susu saya jaga agar steril, tempat penyimpanan susu juga harus bersih dan jauh dari bumbu dapur, sekarang saya tahu cara membuat oralit dirumah” O : -Ibu dapat menyebutkan kembali pengertian penyebab dan tanda gejala diare -Ibu dapat menyebutkan kembali pencegahan dan penanganan anak diare -Ibu dapat mendemonstrrassikan ulang cuci tangan 6 langkah A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi kembali kepada keluarga tentang penyakit anak
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Ingatkan kembali kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi
4. Ingatkan pada orang tua untuk menerapkan apa yang telah dijelaskan perawat
5. Ingatkan kembali pada
Robiah Robiah
Robiah
78
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
orang tua untuk selalu menjaga
kebersihan tangan, mainan dan tempat bermain anak
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini, penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teoritis pada BAB II dengan tinjauan kasus pada BAB III Asuhan
Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.IA dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Gastroenteritis yang dirawat di Ruang An-Nisa 2 Rumah
Sakit Islam Pondok Kopi. Penulis akan membahas secara menyeluruh mengenai
masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan anak dengan
gangguan sistem pencernaan : diare yang meliputi, pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada pengkajian yang menjadi
sumber penulis yaitu BAB II, dalam melakukan pengkajian, penulis tidak
mendapatkan kesulitan karena tersedianya format pengkajian, status klien,
catatan keperawatan dan catatan medis, serta keluarga klien yang terbuka dan
kooperatif terhadap perawat, senantiasa perawat ruangan membantu dalam
pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis.
79
Pada saat pengkajian, penulis melakukan pengkajian secara komprehensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual sebagai dasar dalam
merumuskan diagnosa keperawatan pada An.IA. Pada tahap pengkajian ini,
penulis menemukan beberapa kesenjangan atau ketidaksesuaian antara teori
dengan kasus. Perbedaan yang didapatkan yakni : pada landasan teori
didapatkan manifestasi klinik berupa turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun cekung, dan kelopak mata cekung, pucat, tidak ada atau
penurunan pengeluaran urine, dan perubahan tanda-tanda vital : nadi dan
pernapasan cepat. Sedangkan pada kasus tidak didapatkan manifestasi klinis
tersebut. Ubun-ubun sudah menutup pada usia 9-18 bulan sehingga pada
kasus An.IA tidak terdapat manifestasi tersebut. Nadi dan pernapasan cepat,
pucat, tidak ada atau penurunan pengeluaran urine merupakan tanda-tanda
syok yang biasanya terjadi pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi berat.
Pada kasus AnIA didapatkan turgor kulit elastis, kelopak mata tidak cekung,
anak tidak pucat, terdapat pengeluaran urine, nadi dan pernapasan dalam
batas normal. Hal ini dikarenakan pada An.IA masih dalam status
gastroenteritis dengan dehidrasi ringan.
Manifestasi klinis yang terjadi pada An.IA ialah turgor kulit elastis, mukosa
bibir dan mulut lembab, konjungtiva ananemis, tinja cair berampas, berwarna
kuning, tidak ada darah atau lendir, turgor kulit <2 detik, kelopak mata tidak
cekung, cubitan dinding perut kembali <2 detik, bising usus 36x/menit,
capillary refill <2detik, rambut tampak lebat dan tidak rontok, suhu 36,2oC,
nadi 116x/menit, RR 34x/menit, makan habis ¾ porsi, dan anus tampak
kemerahan. Hasil lab pemeriksaan feses pada tanggal 8 April 2018 bacteria :
positive, fiber (serat) : positive, hasil lab hematologi pada tanggal 6 April
2018 hemoglobin 11,6 mg/dL, hematokrit 33%, dan terjadinya penurunan BB
sekitar 18 %.
Pada etiologi yang terdapat di tinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada.
Penyebab gastroenteritis pada An.IA adalah faktor infeksi oleh bakteri. Hal
ini didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang dan pengkajian bahwa
78
80
terdapat bakteri pada feses anak. Menurut penulis, ibu kurang memperhatikan
kebersihan makanan dan minuman pada An.IA, sehingga perilaku hidup
bersih dan sehat tidak dipertahankan dalam keluarga An.IA. Pada masa
perkembangan sensorik, todler menggunakan semua indranya untuk
mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Todler mengkaji benda-benda baru
dengan merasakan benda-benda tersebut, melihatnya, mengocoknya untuk
mendengar bunyi apa yang dapat dihasilkannya, menciumnya, dan
menempatkan benda tersebut kedalam mulutnya. Sehingga pengawasan orang
tua sangat dibutuhkan dalam hal tersebut. Kurangnya menjaga kebersihan
mainan dan tempat bermain dapat menjadi pintu masuknya kuman kedalam
tubuh.
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teoritis
yakni pemeriksaan feses, tetapi ada yang belum sesuai yaitu tidak
dilakukannya pemeriksaan elektrolit. Pemeriksaan ini tidak dilakukan karena
pada anak dengan gastroenteritis terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dari
dalam sel ke rongga usus dan keluar melalui feses, sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan distensi abdomen
(kekurangan kalium dalam darah) dengan manifestasi klinis yakni adanya
mual dan muntah, hal ini biasanya terjadi pada kondisi dehidrasi berat.
Sedangkan pada kasus An.IA tidak terdapat adanya mual dan muntah karena
An.IA dalam kondisi dehidrasi ringan. Pemeriksaan tersebut tidak perlu
dilakukan karena sudah cukup dengan manifestasi klinis untuk menentukan
anak tidak mengalami gangguan keseimbangan elektrolit.
Pemeriksaaan urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin juga tidak
dilakukan pada klien, tujuan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin ialah
untuk mengetahui gambaran drerajat dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal
pada diare akut. Pada anak dengan gastroenteritis terjadi pergeseran cairan
dan elektrolit dari dalam sel ke rongga usus dan keluar melalui feses sehingga
anak mengalami dehidrasi, yang menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan
dan penurunan input ke ginjal, hal ini dapat memicu penurunan fungsi ginjal.
81
Akan tetapi, kejadian tersebut biasanya dialami oleh pasien dengan dehidrasi
berat. Pada An.IA tidak perlu dilakukan pemeriksaan tersebut karena cukup
dengan melihat status dehidrasi anak yakni dehidrasi ringan (kehilangan
cairan 5%) sehingga komplikasi tersebut tidak akan terjadi.
Pemeriksaan analisa gas darah merupakan penatalaksanaan untuk mengetahui
status oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Gejala utama pada anak
dengan gastroenteritis ialah dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh
akibat terjadinya pergeseran cairan dan elektrolit dari dalam sel ke rongga
usus, menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan yang mengakibatkan
terjadinya asidosis metabolik, sehinga terjadi ketidakseimbangan asam basa
dalam darah yang dimanifestasikan dengan adanya pernapasan kusmaul.
Selain itu dari status oksigenasi pemeriksaan hemoglobin dan saturasi
oksigen yang normal dapat menggambarkan transport ikatan oksigen dalam
darah yang normal yang dimanifestasikan dengan tidak adanya hipoksia.
Tidak terdapat manifestasi pernapasan kusmaul dan kondisi anak dengan
dehidrasi ringan, sudah cukup untuk melihat tidak adanya gangguan
keseimbangan asam basa sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An.IA hanya pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan feses, hal ini sesuai dengan tinjauan teori, karena
untuk menegakkan diagnosa gastroenteritis tidak cukup dengan mengkaji dan
menganalisis manifestasi yang timbul pada An.IA, perlu adanya data yang
menunjang manifestasi yang timbul pada An.IA dengan pemeriksaan lanjut.
Adanya pemeriksaan darah lengkap pada An.IA untuk mengetahui status
nutrisi anak yang ditunjang dengan kadar hemoglobin dalam batas normal.
Faktor pendukung dalam melakaukan pengkajian ini ialah informasi dari
orang tua dan catatan pengkajian keperawatan diruangan yang
didokumentasikan sehingga membantu penulis dalam melengkapi data-data
secara komprehensif dan lebih valid.
82
B. Diangnosa keperawatan
Dari 6 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam tinjauan teoritis, 5 diagnosa
yang muncul pada tinjauan kasus yaitu : resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan output yang berlebihan, resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat,
ansietas berhubungan dengan prosedur yang menimbulkan stres, dan
perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan. Untuk
diagnosa resiko defisit volume cairan dan resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh sesuai dengan tinjauan teoritis. Akan tetapi 2 diagnosa
tersebut pada tinjauan teoritis sudah aktual sedangkan pada kasus masih
beresiko. Diagnosa yang ada pada tinjauan teoritis namun tidak muncul pada
kasus ialah resiko syok (hipovolemi) dikarenakan kondisi An.IA diare dengan
dehidrasi ringan dan tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan syok
hipovolemi. Pada An.IA tidak terdapat tanda-tanda syok hipovolemi yakni
pernapasan cepat dan dangkal, nadi cepat dengan pulsasi lemah, akral dingin,
capillary refill >2detik, pucat, tidak ada atau penurunan haluaran urine.
Pada prioritas masalah penulis mendapatkan diagnosa keperawatan yaitu
resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan,
karna menurut teori maslow kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan oksigen dan pertukaran
gas, jika kebutuhan cairan terganggu maka harus segera ditangani. Masalah
ini muncul karena adanya faktor infeksi oleh bakteri yang berkembang biak
dalam usus menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit dalam rongga usus
sehingga terjadi diare pada anak. Ketika frekuensi BAB meningkat dan tidak
diimbangi dengan intake yang adekuat maka masalah defisit volume cairan
dapat terjadi. Menurut penulis tanda dan gejala yang muncul pada klien
memenuhi syarat untuk menegakan diagnosa resiko, dan dari status hidrasi
anak mendukung adanya diagnosa resiko defisit volume cairan yakni
kehilangan cairan 5% dan ditunjang dari hasi pemeriksaan lab hematokrit
33%. Kondisi tersebut ialah diare dengan dehidrasi ringan.
83
Sebagian besar tubuh anak terdiri dari cairan, kekurangan cairan akan
menyebabkan dehidrasi yang ditandai dengan turgor kulit buruk, membran
mukosa mulut dan bibir kering, cubitan abdomen kembali lambat >2detik,
dan mata cekung. Devisit volume cairan dan elektrolit juga dapat dipengaruhi
oleh peningkatan suhu tubuh.
Kemudian pada diagnosa kedua penulis mengangkat diagnosa resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, karena menurut teori maslow pada kebutuhan fisiologis,
kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus diatasi setelah kebutuhan
cairan dan elektrolit. Masalah ini muncul karena pada An.IA terdapat
penurunan nafsu makan akibat mual muntah pada awal diare. Pada An.IA
didapatkan data nafsu makan anak menurun, makan hanya habis ¾ porsi,
konjungtiva ananemis. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 6 April 2018 :
hemoglobin 11,6 mg/dL. Data status nutrisi An.IA : BB saat ini : 9kg, TB :
64cm, LILA : 15cm, dan BBI : 11kg. Sehingga terjadi penurunan dari BB
normal 18 %. Dari data status nutrisi tersebut, An.IA belum mengalami
penurunan BB hingga 20% , hal ini masih dalam kategori resiko perubahan
nutrisi.
Pada diagnosa ketiga penulis menganggkat gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar. Masalah ini muncul karena
frekuensi BAB yang sering dapat menimbulkan iritasi disekitar anus serta pH
feses yang asam dapat menyebabkan iritasi pada anus. Didapatkan data dari
kasus yaitu BAB cair kurang lebih 5x sehari berwarna kuning, tidak ada
lendir dan darah, serta terdapat kemerahan disekitar anus. Didukung oleh data
penunjang yakni pH feses 6, hal ini sesuai karena pH yang asam dapat
mengiritasi daerah sekitar perianal.
Pada diagnosa keempat, didapatkan diagnosa ansietas pada anak berhubungan
dengan prosedur tindakan. Stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit
khususnya untuk anak todler disebabkan karena perpisahan terutama orang
84
yang terdekat bagi anak, selain itu lingkungan yang asing serta prosedur
tindakan yang menurut anak menyakitkan dapat mengakibatkan perasaan
takut dan cemas pada anak. Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang
mendukung pada masalah anak yang sesuai dengan sumber penulis ditinjauan
teoritis yakni stressor anak akibat prosedur tindakan. Hal ini telah memenuhi
syarat untuk ditegakkannya diagnosa aktual, data yang didapat yaitu anak
tampak tenang ketika didekati perawat dan saat pemberian obat via IV, anak
tampak rewel dan menangis jika masuk ruang tindakan. Hal ini disebabkan
anak mengingat prosedur tindakan yang menurutnya menyakitkan yaitu
tindakan pemasangan infus yang dilakukan di ruang tindakan, akan tetapi
anak tampak tenang bersama perawat. Sehingga penulis mengangkat diagnosa
untuk dampak hospitalisasi yang dialami anak.
Pada diagnosa kelima, penulis mengangkat perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan anak
dengan diare. Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang mendukung pada
masalah orang tua yang sesuai dengan sumber penulis ditinjauan teoritis yaitu
terdapat masalah perubahan proses keluarga pada anak dengan perubahan
status kesehatan. Dengan manifestasi sebagai berikut : ibu tampak
menyalahkan susu sebagai penyebab diare, tidak mengetahui penyebab lain
dari diare selain dari susu, terjadi perubahan dukungan terhadap satu sama
lain yakni ibu tampak menyalahkan suami karena mengganti susu anak yang
menyebabkan anak diare. Dari batasan karakteristik tersebut, maka masalah
perubahan proses keluarga diangkat sesuai dengan data yang didapatkan.
Faktor pendukung dalam menegakan diagnosa pada An.IA yaitu adanya data-
data yang cukup menunjang dan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
anak.
Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan diagnosa adalah
terdapatnya data-data yang relevan yang memudahkan penulis dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yang
85
penulis temukan adalah perawat ruangan belum menegakan diagnosa
berdasarkan kebutuhan klien, tetapi hanya menegakan diagnosa utama saja
sehingga terjadi perbedaan jumlah diagnosa yang ditegakan antara penulis
dan perawat ruangan. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya
menegakan diagnosa secara komprehensif, mulai dari aspek tumbuh
kembang, dampak hospitalisasi dan dampak pada keluarga karena anak
dengan kondisi sakit sangat rentan terhadap gangguan atau komplikasi dari
penyakit tersebut terutama yang menyebabkan gangguan pada tumbuh
kembang anak, serta tercapainya asuhan keperawatan yang optimal sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan.
C. Perencanaan keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat
dalam tinjauan teoritis perencanaan terdiri dari 4 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan merencanakan
tindakan keperawatan. Adapun yang menjadi prioritas masalah pada An.IA
ialah defisit volume cairan, diagnosa ini diprioritaskan karena data-data yang
menunjang baik pemeriksaan fisik maupun hasil laboratorium merupakan
masalah yang terjadi saat ini dan mengancam keselamatan anak serta
merupakan kebutuhan dasar yang utama berdasarkan 5 kebutuhan dasar
menurut Maslow.
Pada tahap perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun
faktor yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian dalam
komunikasi secara langsung antara perawat satu dengan perawat lainnya
dalam hal perencanaan keperawatan terhadap An.IA, dalam penyusunan
tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai tinjauan teoritis yaitu mencakup
variable SMART sehingga tujuan dan kriteria hasil yang dibuat bersifat
spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, dan mencakup batas waktu pencapaian
tujuan yang diharapkan dari setiap masalah keperawatan yang ada.
86
Tujuan yang ditetapkan pada masing-masing diagnosa disesuaikan
berdasarkan kondisi klien, beratnya masalah sehingga waktu yang ditentukan
untuk setiap diagnosa berbeda-beda. Hal ini dibuat dengan maksud jika
tujuan tersebut belum teratasi pada waktu yang ditentukan maka rencana
tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan tempat
klien dirawat. Sedangkan dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis
tidak banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan keluarga klien dan
perawat ruangan kooperatif dan dapat diajak bekerja sama serta tersedianya
ruangan yang cukup memadai khususnya yang terkait dengan prosedur
tindakan keperawatan.
D. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberi asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang sudah dibuat, maka penulis dalam melaksanakan rencana
keperawatan selama klien dirawat mengacu pada tindakan yang ada pada
tinjauan teoritis. Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik
dan lancar karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan
keluarga, perawat ruangan dan dengan teman sejawat yang sedang praktek di
ruang An-Nisa 2.
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan klien tampak tenang karena
klien masih berusia 1 tahun 5 bulan yang dimana belum mengerti tentang
perawatan di rumah sakit. Dalam hal memonitor intake dan output cairan
penulis tidak menemukan kesulitan karena disamping kerja sama dari perawat
ruangan, keluarga juga kooperatif sehingga dapat melengkapi
pendokumentasian didalam catatan keperawatan ataupun dicatatan
perkembangan, untuk terus memantau perkembangan klien selama 24 jam.
Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan
pelaksanaannya sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat oleh
penulis. Untuk diagnosa ansietas pada anak dengan dampak hopitalisasi
(prosedur tindakan) penulis hanya melakukan terapi bermain dikamar An.IA
87
dan melakukan pendekatan secara bertahap pada klien dan perawat ruangan
sendiri pun tampak belum memperhatikan tindakan terapi bermain secara
khusus, karena terapi bermain sangatlah penting untuk mengurangi stress
pada anak dan berguna untuk kelangsungan tumbuh kembang anak.
Untuk diagnosa perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan pada anak dengan diare, penulis hanya
melakukan pendidikan kesehatan kepada orang tua klien tentang
penatalaksanaan pada anak dengan diare dan mengajarkan cuci tangan 6
langkah serta menjaga kebersihan mainan dan tempat bermain. Perawat
ruangan tampak kurang memberikan pemahaman tentang penyakit anak pada
keluarga.
Penulis mempunyai hambatan dalam informasi respon subjektif maupun
objektif karena pendokumentasian di ruangan umumnya perawat hanya
menulis kegiatan harian yang sudah pasti ditanyakan oleh dokter ataupun data
yang diperlukan untuk laporan pada setiap pergantian shift seperti TTV,
kolaborasi dalam pemberian terapi, intake-output cairan dan nutrisi, dan
hanya berorientasi pada diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan
pada awal klien masuk. Diagnosa tumbuh kembang anak dan dampak
hospitalisasi tidak ada pada pendokumentasian, sehingga penulis mengalami
kesulitan dalam memantau perkembangan anak selama 24 jam. Penulis
berkolaborasi dengan teman sejawat yang sedang praktek diruangan tersebut
untuk memantau perkembangan anak selama 24 jam, sehingga dapat
melengkapi pendokumentasian pada diagnosa tumbuh kembang anak dan
dampak hospitalisasi. Selain itu perawat ruangan kurang memperhatikan
intake cairan yang diberikan, sehingga rentan terjadinya overload pada anak
dengan terapi pemberian cairan parenteral.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
88
yang telah ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi, penulis menggunakan
tehnik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau masalah tidak terjadi.
Evaluasi yang penulis dapatkan setelah tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Masalah resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih dapat teratasi, dengan manifestasi sebagai berikut : cubitan perut
kembali <2detik, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor
kulit elastis, nadi : 100 x/menit, suhu : 36,9oC, RR : 28 x/menit, tidak
terpasang infus, ibu dapat mempertahankan asupan cairan anak, dan
balance cairan : -25,5. Tindak lanjut untuk anak yakni pertahankan asupan
cairan anak, monitor kembali intake dan output, status hidrasi dan tanda-
tanda vital, serta lanjutkan terapi sesuai program.
2. Masalah resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dapat teratasi, dengan
manifestasi : makan habis 1 porsi, BB saat ini 9kg, tidak ada penurunan
berat badan, dan hasil lab hemoglobin 10,5 mg/dL. Dari data penunjang
tersebut disimpulkan bahwa status nutrisi anak dapat dipertahankan.
Adapun tindak lanjutnya ialah sebagai berikut : berikan diet sesuai
program, pertahankan intake makanan, monitor status nutrisi dan intake
nutrisi.
3. Masalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang
air besar, masalah teratasi sebagian dikarenakan pada An.IA masih
terdapat kemerahan disekitar anus, tidak tampak iritasi dan kerusakan pada
kulit perianal serta frekuensi BAB kurang lebih 2x sehari. Tindak lanjut
yang harus dilakukan ialah ingatkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih
dan kering dengan cara perawatan perineal hygienen yang benar, pantau kembali
adanya iritasi daerah perianal, ingatkan kembali untuk menghindari pakaian yang
lembab.
4. Masalah ansietas pada anak berhubungan dengan prosedur tindakan,
masalah dapat teratasi dengan manifestasi anak tampak senang dengan
kehadiran perawat, anak tampak terbiasa dengan perawat, tidak tampak
89
rasa takut pada anak, dan tidak rewel ketika dilakukan proseduer tindakan.
Tindak lanjut untuk anak yakni lakukan kontak singkat tapi sering,
ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur
tindakan, berikan terapi bermain anak untuk mencegah kejenuhan.
5. Masalah perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang
pengetahuan, masalah ini teratasi karena orang tua klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare serta
penanganan pada anak dengan diare serta dapat mendemonstrasikan cuci
tangan 6 langkah yang telah diajarkan oleh penulis. Orang tua klien
tampak paham apa yang sudah dijelaskan oleh penulis, untuk tindak lanjut
yakni ingatkan pada orang tua untuk menjaga kebersihan tangan, mainan
dan tempat bermain, ingatkan kembali kepada keluarga mengenai
pencegahan penyebaran infeksi dan ingatkan keluarga untuk menerapkan
apa yang telah dijelaskan dan diajarkan perawat.
Masalah-masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang
kooperatif. Adapun kendala yang didapat oleh penulis adalah perawat ruangan
tidak mendokumentasikan catatan keperawatan dengan rinci untuk setiap
diagnosa keperawatan, hal ini mungkin disebabkan karena minimnya jumlah
perawat ruangan dengan banyaknya jumlah pasien tidak mencukupi untuk
memenuhi semua kebutuhan pasien sehingga pendokumentasian catatan
keperawatan tidak komprehensif, namun catatan keperawatan sangat penting
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat serta penting untuk mengetahui
kondisi dan perkembangan klien, sehingga penulis berupaya dengan cara
memvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait dengan tindakan
keperawatan yang telah penulis dan perawat ruangan lakukan kepada An.IA.
90
BAB V
PENUTUP
Setelah dalam pembahasan, penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus anak dengan gangguan sistem pencernaan : diare pada An.IA di
Ruang An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta maka penulis akan
memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang air
besar dengan penurunan konsistensi hingga berbentuk cair, dengan atau tanpa
disertai lendir dan darah dengan manifestasi klinik turgor kulit jelek
(elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
mulut kering, keram abdominal (distensi abdomen) dan mungkin disertai
demam.
Diagnosa keperawatan yang dimunculkan penulis dan sesuai dengan tinjauan
teori ada 5 yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan, gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar, resiko ansietas berhubungan
dengan prosedur yang menimbulkan stres, dan perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan. Sedangkan diagnosa yang tidak
muncul dari tinjauan teori yaitu resiko syok (hipovolemi).
Pada perencanaan yang perlu diperhatikan yaitu kondisi atau kebutuhan klien
sesuai dengan kebutuhan Maslow yaitu dari yang mengancam kehidupan
klien, serta harus memperhatikan sarana dan prsarana yang ada di ruangan.
Dalam pembuatan perencanaan ini penulis tidak mendapatkan kesulitan,
karena rencana ini sesuai dengan tinjauan teoritis.
91
Pada tahap implementasi An.IA, penulis melakukan asuhan keperawatan
bersama tim perawat yang ada diruang An-Nisa 2. Namun pada diagnosa
resiko ansietas pada anak berhubungan dengan prosedur yang menimbulkan
stres, perawat ruangan kurang memperhatikan, terutama pada pelaksanaan
terapi bermain yaitu kurangnya prasarana yang sesuai, sehingga dalam
pelaksanaannya penulis hanya melakukan pendekatan sambil bermain secara
sederhana bersama An.IA
Pada tahap penatalaksanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada An.IA dengan gangguan sistem pencernaan : diare, penulis
berkolaborasi bersama perawat ruangan. Hal ini menghambat dalam
melaksanakan implementasi karena perawat hanya mendokumentasikan dan
mengerjakan hal-hal yang rutinitas dalam keseharian dan tidak semua
pendokumentasian disertai respon klien, sedangkan dalam pendokumentasian
ini sangatlah penting mengingat untuk memantau sejauh mana perkembangan
klien dan sebagai salah satu pelindung perawat dari tanggung jawab dan
tanggung gugat jika keluarga klien ada yang mengajukan hal tersebut.
Pada tahap evaluasi, dari kelima masalah keperawatan yang muncul pada
An.IA, 1 diagnosa yang sudah dapat teratasi yaitu perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan, 1 diagnosa sudah teratasi sebagian
yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar, sedangkan 3 diagnosa terakhir yang tidak terjadi yaitu diagnosa resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan, dan resiko ansietas berhubungan dengan prosedur
yang menimbulkan stres.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat, maka penulis sangat mengharapkan dari
asuhan keperawatan dapat membantu klien untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan secara optimal, penulis memberikan saran
90
92
yang diharapkan dapat membantu memberikan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada An.IA, khususnya pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan : diare yaitu :
1. Untuk perawat ruangan
Penulis menyarankan:
a. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya setelah melakukan
tindakan harus didokumentasikan secara lengkap (respon subjektif dan
objektif) dan catatan keperawatan terintegrasi lebih mudah untuk
dimengerti.
b. Diharapkan untuk tindakan keperawatan harus lebih berkembang
sehingga tindakan keperawatan tidak hanya rutinitas yang ada di
ruangan saja atau tindakan kolaboratif dengan dokter agar asuhan
keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara optimal.
c. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya menegakan diagnosa
secara komprehensif, mulai dari aspek tumbuh kembang, dampak
hospitalisasi dan dampak pada keluarga karena anak dengan kondisi
sakit sangat rentan terhadap gangguan atau komplikasi dari penyakit
tersebut terutama yang menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang
anak, serta tercapainya asuhan keperawatan yang optimal sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan.
d. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya lebih memperhatikan
intake cairan pada anak dengan terapi hidrasi cairan parenteral, karena
dapat berakibat fatal pada anak yang mengalami overload saat hidrasi.
2. Institusi
Fasilitas institusi sudah cukup baik karena telah menyediakan banyak
literatur untuk buku keperawatan anak dan standar diagnosa pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan : diare, namun tidak banyak
ditemukan penerbitan untuk 5 tahun terakhir.
3. Keluarga klien
93
Hendaknya dapat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga
kebersihan makanan dan minuman untuk menghindari terjadinya diare
berulang.
4. Rumah Sakit
Hendaknya memberi fasilitas khususnya pada perawat ruangan anak untuk
diberikan pelatihan terkait dengan asuhan keperawatan dengan pendekatan
terapi bermain. Serta memfasilitasi prasarana untuk Terapi Aktivitas
Bermain.
5. Penulis (Perawat/ Tenaga Kesehatan)
Penulis menyadari dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan dasar pada An. IA dengan gangguan sistem pencernaan : diare
masih belum sempurna, untuk itu penulis menyarankan bagi teman-teman
tim kesehatan agar tetap belajar sepanjang hayat untuk perkembangan
profesi keperawatan dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang ilmu keperawatan. Penulis juga perlu pemahaman tentang konsep
secara mendalam, sehingga mampu mendapatkan data-data yang lebih
valid dan mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.
Behrman, R. E. (2010). Esensi pediatri nelson. Edisi 4. Jakarta : EGC
Hidayat, A. A. A & Uliyah M. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Buku 1, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Kyle, T.(2014). Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2. Volume 1. Jakarta :
EGC
Kyle, T.(2014). Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2. Volume 3. Jakarta :
EGC Kyle, T.(2014). Buku praktik keperawatan pedriatri. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar.
http://depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Di unduh pada 22 Februari 2018 pukul 09.42 WIB.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan : berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc. Jilid 1. Mediaction jogja
Rosdahl, C. B.(2017). Buku ajar keperawatan dasar : keperawatan pediatrik .
Edisi 10. Jakarta : EGC Suriadi & Yuliani, Rita.(2010). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto
Soetjiningsih.(2012). Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC Sodikin. (2011). Keperawatan anak : gangguan pencernaan. Jakarta : EGC
Suandi. (2011). Diet anak sakit : gizi klinik . Edisi 2. Jakarta : EGC
Sudoyo, A. W. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta :
Interna Publishing
WHO. (2017). Insiden demam berdarah. Diunduh pada tanggal 05 mei 2018 dari
http://www.who.int/csr/resources/publications/diarrhea/Diarrheapublication/en/
Wong, D. L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik . Edisi 6. Jakarta : EGC
Wong, D. L. (2008). Pedoman klinis keperawatan pediatrik . Edisi 4. Jakarta : EGC
2
Daftar Riwayat Hidup
I. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Robi’ah Albab
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 13 Maret 1996
Agama : Islam
No HP, e-mail : 082213478230, [email protected]
Alamat : Jl.Cempaka Baru V/A no.13 RT 011/007
Kelurahan Cempaka Baru Kecamatan
Kemayoran, Jakarta Pusat
Riwayat Pendidikan
A. Pendidikan Umum
1. TK Islam Ulil Albab 2001-2002
2. SDN Sukatani VII 2002-2008
3. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 2008-2014
4. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta 2015-2018
B. Pendidikan Tambahan
1. Pelatihan Baitul Arqam 2015
2. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Prodi
Tahun 2016
3. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2017
4. Course National English Center Tahun 2015-2018
II. Pengalaman Organisasi
Pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa FIK UMJ periode 2016-2017
3
Susunan Keluarga (genogram 3 generasi)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Penderita
: Tinggal satu rumah
: Bercerai
Ny.R
(32th)
Tn.I
(38th)
AnA (8th)
AnIA (1,5th)
AnK (4th)
4
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Topik : Diare pada Anak
Sasaran : Orang tua An.IA
Hari/Tanggal : 11 April 2018
Jam : 09.00 WIB - selesai
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang An-Nisa II RS.pondok kopi
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit,
diharapkan orang tua dapat memahami tentang penanganan anak dengan
diare dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang diare selama 30 menit,
diharapkan orang tua pasien dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Tanda dan Gejala Diare
4. Penanganan Diare
5. Pencegahan Diare
6. Teknik Mencuci Tangan dengan Benar
7. Pembuatan dan Pemberian Oralit
B. MATERI (Terlampir)
C. MEDIA
1. Leaflet
4. METODE
1. Diskusi
5
2. Tanya jawab
5. TABEL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit
Pembukaan :
Memberi salam
Menjelaskan tujuan penyuluhan
Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan
Menjawab salam,
mendengarkan dan memperhatikan
2 15 menit
Pelaksanaan : Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.
Materi : 1. Pengertian Diare 2. Penyebab Diare 3. Tanda dan Gejala Diare 4. Penanganan Diare 5. Pencegahan Diare 6. Teknik Mencuci Tangan
dengan Benar 7. Pembuatan dan
Pemberian Oralit
Menyimak dan memperhatikan
3 5 menit
Evaluasi : 1. Menyimpulkan inti
penyuluhan. 2. Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan. 3. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengulang teknik cuci tangan yang diajarkan
4. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengulang cara pembuatan dan pemberian oralit
5. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
6. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
Menyimak,
mempraktekkan dan mendengarkan
4 5 menit
Penutup : Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah disampaikan.
Menyampaikan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah di berikan kepada peserta
Mengucapkan salam
Menjawab salam
6
6. EVALUASI
a. Prosedur : Post test
b. Bentuk : Lisan
c. Jenis : Tanya jawab
d. Pertanyaan :
Apa pengertian diare ?
Apa saja yang dapat menyebabkan diare ?
Apa tanda dan gejala diare ?
Bagaimana cara membuat larutan gula dan garam ?
Demonstrasikan cuci tangan 6 langkah !
7
MATERI LAMPIRAN
A. Pengertian
suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang air besar dengan
penurunan konsistensi hingga berbentuk cair.
B. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh masuknya kuman kedalam tubuh melalui perantara
hewan, kuman yang berada dalam makanan, air, melalui tubuh (tidak mencuci
tangan waktu makan), malabsorbsi karbohidrat, protein atau lemak serta
makanan beracun.
C. Tanda dan Gejala Diare
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi ; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, mulut dan bibir kering
Demam
Mual dan muntah
Tidak nafsu makan
Napas cepat atau sesak
Anak menangis gelisah
D. Penanganan Diare
Diare menyebabkan khilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita harus
diberi cairan sebanyak mungkin untuk mengganti cairan yang hilang. Sebagai
pertolongan pertama, diberi cairan rumah tangga seperti tajin, air sayur, air
matang, teh. Disamping itu, harus diberi cairan elektrolit berupa oralit. Jika
tidak ada oralit, bisa menggunakan larutan gula garam.
Beri ASI lebih lama pada setiap pemberian
Jika anak sudah tidak diberi asi, ganti dengan cairan seperti air putih
matang , teh atau kuah sayur
8
Berikan oralit atau larutan gula garam dengan cara :
- tuangkan air matang 200cc
- masukan satu sendok teh gula
- masukan seperempaat sendok teh garam
Selanjutnya penderita diberi minum.
E. Pencegahan Diare
Adapun pencegahan diare adalah :
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Menutup makanan dan minuman
Mencuci buah atau sayuran sebelum dimakan atau dimasak
Selalu minum air yang sudah dimasak
Menjaga kebersihan lingkungan : rumah, aliran air, sampah di buang
pada tempatnya dan ditutup
Makan makanan yang sehat dan bergizi
Bila telah dilakukan upaya pertolongan pertama namun diare masih terus
berlangsung segera bawa penderita ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
F. Teknik cuci tangan
Cuci tangan 6 langkah merupakan cara membersihkan tangan sesuai prosedur
yang benar untuk membunuh kuman penyebab penyakit. Dengan mencuci
tangan memakai sabun baik sebelum makan ataupun sebelum memulai
pekerjaan, akan menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyebaran penyakit
melalui kuman yang menempel di tangan. Berikut langkah cuci tangan yang
baik dan benar :
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan tangan memakai air
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
9
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
G. Cara pembuatan dan takaran pemberian oralit
Bahan – bahan yang dibutuhkan untuk membuat oralit adalah :
1 sendok teh gula
Seperempat (1/4) sendok teh garam
1 gelas air putih (200 ml)
Cara membuatnya adalah dengan melarutkan bahan-bahan di atas yaitu 1
sendok teh gula dan seperempat sendok teh garam ke dalam 1 gelas air putih
(200 ml). Kemudian aduk perlahan hingga semuanya larut lalu bisa diminum.
Untuk memberian oralit, tentu ada takarannya sehingga tidak terlalu
berlebihan yang malah akan membahayakan. Dan juga jangan terlalu sedikit
sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Berikut aturannya
:
Untuk anak di bawah 1 tahun, 3 jam pertama diberikan 1,5 gelas oralit.
Selanjutnya 0,5 gelas setiap kali selesai berak/mencret.
Untuk anak di bawah 5 tahun (balita), 2 jam pertama diberikan 3 gelas
oralit. Selanjutnya 1 gelas setiap kali selesai berak/mencret.
Untuk anak di atas 5 tahun, 3 jam pertama diberikan 6 gelas oralit.
Selanjutnya 1,5 gelas setiap kali selesai berak/mencret.
Untuk anak di atas 12 tahun dan dewasa, 3 jam pertama diberikan 12
gelas oralit. Selanjutnya 2 gelas setiap kali selesai berak/mencret
x
xi