PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/711/1/MUHAMMAD IRFAN...

87
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS DEMAM TIFOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Persayaratan Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH MUH. IRFAN SAPUTRA NIM: P0032015036 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

Transcript of PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/711/1/MUHAMMAD IRFAN...

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

DEMAM TIFOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Persayaratan Menyelesaikan Pendidikan

Program Diploma III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

MUH. IRFAN SAPUTRA

NIM: P0032015036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

ii

iii

iv

MOTTO

Setiap orang punya

Jatah gagal

Habiskan jatah

Gagal mu saat muda

karya tulis ini kupersembahkan untuk

alamaterku

bangsa dan negaraku

kedua orang tuaku,dan saudara-saudaraku

doa, nasehat dan keikhlasan kalian

menunjang keberhasilanku

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama : Muhammad Irfan Saputra

2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari/ 20 Mei 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Suku/ Bangsa : Moronene/ Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jln. Chairil Anwar Lrg. Durian No.43 Kel. Wua-

Wua

II. JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri 5 Baruga, Tamat tahun 2009

2. SMP Negeri 12 kendari, Tamat tahun 2012

3. SMK Tunas Husada Kendari, Tamat tahun 2015

4. Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, Tamat tahun 2018

vi

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di indonesia, di

wilayah kerja RSUD Kota Kendari masih banyak terdapat penderita demam

tifoid dan korban banyak di derita oleh anak-anak. Berdasarkan data yang

diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada tahun 2015 tercatat data

penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di tahun 2016 data

penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan di tahun 2017

tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan jumlah

penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita dengan

usai 5-14 tahun Tanda dan gejala pada penderita demam tifoid umumnya

terjadi demam, gangguan saluran pencernaan seperti mual muntah, hilangnya

nafsu makan serta pada lidah nampak selaput putih yang menutupi

permukaan lidah. Masalah dalam penelitian ini adalam bagaimana mengatasi

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dengan penyakit demam

tifoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektivitas dari terapi

oral care dalam peningkatan nafsu makan anak dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat dari penyakit tifoid. Subjuek studi kasus

ini yakni anak usia sekolah (6-12 tahun) yang menderita demam tifoid

dengan gejala mual muntah dan penurunan nafsu makan. Hasil studi kasus

diperoleh dengan diberikannya terapi oral care 2 kali sehari selama 3 hari

ditemukan hasil bahwa terjadi peningkatan nafsu makan pada anak secara

perlahan-lahan, hal ini dikarenakan kebersihan mulut yang terjaga sehingga

adanya rangsangan untuk makan dan merasakan makanan lebih baik

sehingga asupan menjadi meningkat. Bagi perawat pemberian teapi oral care

dapa dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan di mana perawat

terlibat secara aktif dan mandiri dalam kegiatannya.

Kata kunci : Demam Tifoid, Nutrisi, Asuhan Keperawatan Anak, dan Oral

Care

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena

limpahan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus

Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisidi Rumah Sakit

Umum Daerahkota Kendari Tahun 2018” dapat terselesaikan.

Proses penyusunan Proposal penelitian ini telah melewati perjalanan

panjang dalam penyusunanya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril

dan materil dari pihak lain. Karena itu sepertinya penulis dengan segala

kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Hj. Nurjannah, BSc, SPd,M.Kes, selaku pembimbing I dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan membimbing penuh dan membantu penulis sehinggah

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Reni Deviyanti U, M.Kep,Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah

bersedia mengorbankan waktunya dalam memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis.

5. Ibu Hj. St. Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku penguji I, H. Taamu,

A.Kep,SPd,M.Kes selaku penguji II, Lena Atoy, SST,MPH selaku penguji III

yang telah memberikan kritik dan saran dalam karya tulis ilmiah ini serta

seluruh dosen dan staff yang telah mendidik dan membantu penulis selama

menjalani pendidikan jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.

viii

6. Kepada kedua orang tua saya, ayah saya Joni Rege. ST dan ibu saya Munaisa

S.Pdi yang selalu menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini serta yang selalu mendoakan penulis dan saudara-saudaraku

7. Spesial untuk Gita S Bahar yang telah memberi dukungan, motivasi dan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

8. Teman-teman saya Arfan Salelu, Eky Pratama, Arif Hasanuddin, Hilya

Mahzura, Muh.Irfan, Dery Abdi Pratama, Astawan dan teman-teman angkatan

2015 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas

dorongan dan motivasinya

Akhirnya penulis menyadari bahawa Proposal penelitan ini Masih

jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan penulis sangat harapkan atas saran dan

kritirk, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi Pembaca. Amin

Kendari, Agustus 2018

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ..........ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............. ............................................................. .iv

MOTTO .................................................. ............................................................. ..v

ABSTRAK .............................................. ............................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................ ............................................................. vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 5

C. TUJUAN SUDI KASUS 5

D. MANFAAT STUDI KASUS 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR DEMAM TIFOID

1. Pengertian 7

2. Etilogi 7

3. Patofisologi 8

4. Gejala klinis ........................................ ............................................................. 9

5. Pemeriksaan Penunjang 12

6. Penatalaksanaan 13

B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI

1. Pengakjian kebutuhan nutrisi 14

2. Diagnosa kebutuhan nutrisi 17

3. Perencanaan kebutuhan nutrisi 20

4. Pelaksanaan kebutuhan nutrisi 21

5. Evaluasi kebutuhan nutrisi 23

C. ORAL CARE

1. Pengertian................................................................................................ .... ... 24

2. Tujuan Oral Care ................................ ................................. .................. ........ 24

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral Care ..................... .................. ........ 25

4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral Care ................................ .................. ........ 26

5. Waktu menyikat gigi .......................... ................................. .................. ........ 27

6. Indikasi ............................................... ................................. .................. ........ 27

7. Kontraindikasi .................................... ................................. .................. ........ 28

x

8. Prosedur Tindakan ............................. ................................. .................. ........ 28

D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID

1. Pengkajian 29

2. Diagnosa keperawatan 33

3. Intervensi keperawatan 33

4. Implementasi keperawatan 34

5. Evaluasi 35

BAB III METODE STUDI KASUS

A. DESAIN PENELITIAN 36

B. SUBYEK STUDI KASUS 36

C. FOKUS STUDI 37

D. DEFINISI OPERASIONAL 37

E. TEMPAT DAN WAKTU 40

F. METODE PENGUMPULAN DATA 41

G. ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA 42

H. ETIKA STUDI KASUS 43

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari ......................................................... ...45

2. Sarana Gedung ................................................................................................. ...46

3. Ketenagaan ....................................................................................................... ...47

4. Visi ................................................................................................................... ...47

5. Misi .................................................................................................................. ...47

B. HASIL STUDI KASUS

1. Pengkajian ........................................................................................................ ...48

2. Diagnosa keperawatan ..................................................................................... ...56

3. Intervensi keperawatan .................................................................................... ...56

4. Implementasi keperawatan ............................................................................... ...57

5. Evaluasi keperawatan ....................................................................................... ...58

C. PEMBAHASAN .................................................................................................... ...60

BAB V KESIMPULAN

1. Kesimpulan .................................................................................................... ...63

2. Saran .............................................................................................................. ...64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 pathway demam tifoid ........................................................................ 9

Gambar 4.1 genogram keluarga ............................................................................. 49

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 intervensi keperawatan .......................................................................... 31

Tabel 4.1 indetitas saudara kandung ...................................................................... 49

Tabel 4.2 konsumsi makan sebelum sakit .............................................................. 52

Tabel 4.3 konsumsi makan selama sakit ................................................................ 53

Tabel 4.4 analisi data ............................................................................................. 55

Tabel 4.5 implementasi keperawatan ..................................................................... 57

Tabel 4.6 master tabel evaluasi .............................................................................. 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam tifoid adalah infeksi yang mengancam jiwa yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella Thypi. Hal ini biasanya menyebar melalui makanan dan

air yang terkonataminasi. Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik meski

meningkatkan resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik yang membuat

perawatan menjadi lebih rumit. Bahkan sesorang yang pernah menderita

penyakit ini mungkin masih membawa bakteri tifoid, yang berarti mereka bisa

menyebarkannya ke orang lain melalui kotorannya. Diperkirakan 11-20 juta

orang sakit karena tifoid dan 128.000 sampai 161.000 orang meninggal dunia

setiap tahunnya akibat menderita tifoid. Masyarakat miskin dan kelompok

rentan termasuk anak-anak beresiko tinggi terserang penyakit tifoid.

(WHO,2017)

Saat ini penyakit demam tifoid dapat di jumpai pada negara yang

sedang berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi, serta kesehatan

lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan survei kesehatan rumah

tangga tahun 1985/1986 menunjukkan penderita demam tifoid sebesar 1200 per

105 penduduk/tahun. Umur penderita penyakit ini di indonesia dilaporkan antara

3-19 tahun. Angka kejadian pada penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki

dan anak prempuan. (T.H. Rampengan, 2008)

Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia

yang pada umumnya menyerang anak-anak usia dini dan remaja. Menurut data

tahun 2010 profil kesehatan Indonesia tifoid masih menjadi masalah kesehatan

2

di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di rumah sakit

rawat inap tifoid menduduki peringkat ke- 3 setelah penyakit diare, dengan

jumlah penderita. Total kasus demam tifoid mencapai 41.081 penderita

yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 permpuan 274 penderita

meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam tifoid pada tahun 2010

sebesar 0,6%. Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid diperkirakan

terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. (Depkes RI,

2010)

Angka kejadian kasus demam thypoid di Indonesia diperkirakan rata-

rata 900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian demam tifoid dan

paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap

dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2012

penderita demam thypoid dan parathypoid sejumlah 41.081 kasus pada

penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa.

(Rois Kurnia Saputra, 2017)

Pasien di rumah sakit hampir selalu beresiko mengalami kekurangan

nutrisi karena penyakit yang diderita. Faktor langsung yang mempengaruhi

terjadinya penurunan status gizi adalah konsusmsi (asupan) makanan dan

penyakit infeksi. (Erlin Kurnia, 2016; Espasari, 2010).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan

salah satu masalah yang di alami pada penderita typhoid karena S.Typhi masuk

ke saluran pencernaan lewat minuman dan makanan yang terinfeksi,

3

meningkatkan asam lambung sehingga terjadi anoreksia (Nurarif & Kusuma,

2015).

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan merupakan suatu

keadaan ketika induvidu yang tidak puasa, mengalami atau beresiko mengalami

penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat

atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metaboli

(Carpenito, 2009).

Tugas perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien yakni

dengan cara memberikan HE (health education), memberikan terapi diet dan

intervensi perawatan dalam hal ini melakukan perawatan mulut (oral care), yang

bertujuan untuk mempertahankan kebersihan mulut, memberikan rasa nyaman

serta meningkatkan nafsu makan klien.

Usia sekolah (usia 6 sampai 12 tahun), merupakan salah satu masa

yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus

meningkat. Asupan gizi yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas

diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Pemberian gizi pada usia

ini biasanya tidak berjalan secara sempurna, karena faktor lingkungan yang

sangat mempengaruhi prilaku makannya (Nuryanto,2014 dalam Dimas,2017).

Berdasarkan data laporan tahunan di Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2014 jumlah kejadian demam tifoid adalah 3.828

kasus sedangkan pada tahun 2015 jumlah kejadian demam tifoid ini adalah

1.867 kasus, walaupun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus tetapi demam

tifoid ini masih termasuk penyakit yang sangat tinggi walaupun prevalensi tifoid

4

tahun 2015 turun angka namun kejadian demam tifoid termasuk dalam 10

penyakit terbesar di dua tahun terakhir. (Yunita Lestari, 2017)

Berdasarkan data yang diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada

tahun 2015 tercatat data penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di

tahun 2016 data penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan

di tahun 2017 tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan

jumlah penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita

dengan usai 5-14 tahun.(Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari)

Tifoid salah satu penyakit infeksi akut yang menyerang sistem

pencernaai disebabkan oleh bakteri salmonella thyphosa. Pada penderita demam

typhoid tanda dan gejala yang muncul adalah demam lebih dari 7 hari, sakit

kepala, mual, muntah, kembang, nyeri perut serta disertai pemeriksaan

penunjang seperti. Masalah tersebut akan menyebabkan penurunan nafsu makan

sehingga asupan nutrisi tidak adekuat(Lestari, 2016).

Berdasarkan data-data yang di peroleh di atas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan Anak

Dengan Kasus Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di RSUD

Kota Kendari”.

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai latar belakang yang di kemukakan diatas maka masalah dalam

penelitian ini adalah “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus

Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”

5

C. TUJUAN

a. Tujuan umum

1. Melaksankan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam

tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

b. Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

pada anak dengan kasus demam tifoid

2. Menegakkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

pada anak dengan kasus demam tifoid

3. Menerapkan intervensi (tindakan) keperawatan pemeberian oral

care sbelum makan pada anak dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi

4. Melakukan implementasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

pada anak dengan kasus demam tifoid

5. Melakukan evaluasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada

anak dengan kasus demam tifoid

D. MANFAAT STUDI KASUS

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti tentang asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang mawar RSUD Kota Kendari.

2. Bagi pelayanan kesehatan

6

Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan

kesehatan pada anakyang mengalami demam tifoid.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat

khususnya kepada orang tua anak tentang bahaya demam tifoid apabila

tidak ditangani dengan baik.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar atau pembanding bagi peneliti lain untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI DEMAM TIFOID

1. Pengertian

Thyphoid abdominalis merupakan penyakit endemis di asia. Thypoid fever

(demam tifoid) adalah infeksi sistemik yang disebakan salmonella enterica,

khususnya turunannya yaitu salmonella thypi yang biasanya menyerang saluran

pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu.(Suratun, 2010)

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran

pencernaan manusia terutama usus halus yang disebabkan oleh bakteri

salmonella thypi.

2. Etiologi

Thypus abdominalis disebabkan oleh salmonella thypi(S.thypi), paratyphi A,

parathypi B dan parathypi C. Salmonella thypi merupakan basil gram negative,

berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif, masuk dalam keluarga

enterobacterisceae, panjang 1-3 um, dan lebar 0.5-0.7um, berbentuk batang

single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37℃ dan

dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut, dan sebu

selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang

terkontaminasi dan tiram beku. Parasit ini dapat dimatikan pada suhu 60℃

selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.

S.thypi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic berupa kompleks

8

polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam

tifoid akan terbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tersebut.

3. Patofisologi

Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan/minuman yang tercemar

oleh salmonella thypi, sebagian kuman dapat dimusnahkan oeleh HCL lambung

dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa

usus kurang baik maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel dan

selanjutnya ke lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid dan

kelenjar getah bening mesenterika sehingga kelenjar ini akan mengalami

hipertropi. Basil tersebut masuk kedalam aliran darah melalui duktus thoracicus

dan menyebar ke seluruh organ retikuleondotelial tubuh terutama hati, sumsum

tulang belakang dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar

(hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit plasma dan sel mononuclear, serta

terdapat nekrosis fokal dan pembesaran limpa (splenomegali). Di organ ini

kuman S.thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan

bakteremia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise,

mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental dan

koagulasi), pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses

patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan

mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel

endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan

neuropsikiatrik kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada

minggu pertama penyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel plak peyeri,

9

disusul minggu kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulserasi plak

peyeri dan selanjutnya dalam minggu keempat penyembuhan ulkus dengan

meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Gambar 2.1 pathway demam tifoid

4. Gejala klinis

Gejala klinis demam tifoid seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang

sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak

khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai

diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik

10

berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau

timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini

mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja (Sudoyo

A.W., 2010).

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa

inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan,

lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai

dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai

komplikasi hingga kematian

(Sudoyo A.W., 2010).

Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada

semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2

hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septikemia oleh karena

Streptococcus atau Pneumococcus daripada S.typhi. Gejala menggigil tidak

biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah

endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria (Sudoyo

A.W., 2010).

Demam tifoid dan malaria dapat timbul secara bersamaan pada satu

penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai

gejala meningitis, di sisi lain S.typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan

menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi

11

gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang

tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Penderita pada tahap lanjut dapat

muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus (Sudoyo A.W, 2010).

Gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur meningkatsetiap hari, biasanya menurun pada pagi hari

dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,

penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu

tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan

tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin

ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa 19

membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,

akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (Sudoyo, A.

W., 2010)

12

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah tepi

1) Eritrosit: kemungkinan tendapat anemia terjadi gangguan absorbsi Fe

di usus halus adanya inflamasi, hambatan pembentukan eritrosit dalam

sumsum tulang atau adanya perforasi usus

2) Leucopenia polimorfonuklear (PMN dengan jumlah leukosit antara

3000 - 4000/𝑚𝑚3, dan jarang terjadi kadar < 3000/𝑚𝑚3. Leukopenia

terjadi sebagai akibat penghancuran lekosit oleh endtoksin dan

hilangnya eosinofil dari darah tepi. Namun dapat terjadi lekositosis,

limfositosis relatif pada hari ke sepuluh demam, peningkatan laju

endap darah

3) Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama (depresi

fungsi sumsum tulang dan limpa).

b. Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) dan lekosit

dalam urine.

c. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi

perdarahan usus dan perforasi. Biakan tinja untuk menemukan salmonella

dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu

ketiga dan keempat.

d. pemeriksaan pada bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman

salmonella pada tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.

13

e. pemeriksaan serologis yakni aglutinasi antara antigen dan antibodi test widal

teaksi mulai positif pada. Selain itu tes widal meningkat sampai ke sepuluh

dan titer akan semakin berakhirnya penyakit.

f. pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada

kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pendertia tifoid adalah sebagai berikut :

a. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Minimal 7 hari bebas demam/ ± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan

pulihnya kekuatan pasien. Tingkatkan personal hygiene, kebersihan tempat

pakaian, dan peralatan oleh pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk

menurunkan risiko terjadi dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan

buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang terjadi obstipasi dan

retensi urin, isolasi penderita dari desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.

b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan

dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap dari mulai bubur saring,

bubur kasar hingga rasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus

sehingga risiko perforasi usus lebih tinggi.

c. Pemberian antibiotikum, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik

1) Pemberian antibiotika

a) Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.

b) Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10

hari.

c) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari

14

d) Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari

e) Untuk anak usia dini pilihan antibiotika yang utama adalah

kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi

pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.

2) Anti radang (antiinflamas). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat

dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi

3 dosis hingga kesadaran membaik.

3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.

4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.

B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI

1. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Pengkajian nutrisi merupakan bagian penting dari penilaian kesehatan

lengkap. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi status nutrisi anak-status

keseimbangan antara masukan nutrien pada penggunaan atau kebutuhan nutrien.

Pengkajian nutrisi yang menyeluruh mancakup informasi tentang masukan diet,

pengkajian klinis terhadap status diet, pengkajian klinis terhadap status nutrisi,

dan status biokimia. Pengkajian nutrisi merupakan langkah awal yang penting

dalam asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan preventif. Pengkajian

nutrisi membantu dalam mengidentifikasi kebiasaaan makan, kesalahpahaman,

dan gejala-gejala yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi. Pada

pengkajian nutrisi ada beberapa hal yang perlu di perhatiakan adalah sebagai

berikut

a. Pengukuran berat badan

15

Pengukuran berat badan dipetakan pada grafik pertumbuhan. Berat badan

normal tetap dalam persentil yang sama dari pengukuran ke pengukuran

selanjutnya. Peningkatan atau penurunan berat badan yang tiba-tiba harus

diperhatikan.

b. Pengukuran tinggi badan

Pengukuran tiinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu

kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.

c. Riwayat makanan

Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan

yang dihindari ataupun diabaikan, makan yang lebih disukai yang dapat

digunakan untuk membantu merencanakan jenis makan untuk sekarang, dan

rencana makanan untuk masa selanjutnya.

d. Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang

lain.

e. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah

penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

f. Pemeriksaan fisik

Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang

dimulai selama wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau

observasi. Selama pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi,

16

palpasi auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring

pengkajian sistem tubuh. Pemeriksaan fisik meliputi:

1) Inspeksi: adalah sederhana, tetapi merupakan tehnik yang

memerlukan keterampilan terlatih. Inspeksi melibatkan penggunaan

penglihatan, pendengaran, dan penghidup dalam pengkajian yang

sistematik pada bayi dan anak.

2) Palpasi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan jari dan telapak

tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakanj,

dan area nyeri tekan.

3) Perkusi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan ketukan untuk

menghasilkan gelombang bunyi, yang ditandai dengan intensitas,

nada, durasi, dan kualitas.

4) Auskultasi: merupakan proses mendengarkan bunyi tubuh.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunkan stetoskop. Stetoskop

digunakan untuk bunyi dengan nada rendah (sebagai contoh, bunyi

kardiovaskular), dan diafragma (bagian datar) untuk bunyi dengan

nada tinggi (sebagai contoh gangguan pada paru-paru dan usus).

Pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat

berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan

karena faktor usia, ; daerah diatas kedua pipih dan bawah kedua mata tidak

berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan

pemebuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun

mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna

merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak,

17

tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat

tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak

berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul

bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari

kuat dan berwarna kemerahan.

g. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb,

glukosa, elektrolit, dan lain-lain.

2. Diagnosa Kebutuhan Nutrisi

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan

respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial)

dari individu atau kelompok tempat anda secara legal mengidentifikasi dan anda

dapat memberikam intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk

mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,

meliputi:

a. Perubahan nutrsi : kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi:

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

dimana intakenutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan

metabolisme.

Berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan untuk menelan dan mencerna makanan;

18

2) Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien;

3) Peningkatan kebutuhan tubuh karena faktor biologi (nyeri, infeksi

rongga mulut,kelemahan otot menelan, nyeri mulut karena

patologi), psikologi (kurang tertarikuntuk makan, cepat kenyang

setelah makan, ketidakmampuan mencernamakanan), atau faktor

ekonomi (pendukung kurang makanan);

4) Kurang informasi, misinformasi, miskonsepsi tentang nutrisi;

5) Beberapa kondisi: kanker, trauma termal, sepsis, peningkatan

kebutuhan tubuh.

Ditandai dengan:

1) Kehilangan berat badan dengan intake makanan adekuat;

2) Kehilangan berat badan dengan intake kurang dari yang

dibutuhkan;

3) Catatan: berat badan ≥ 20% di bawah ideal memungkinkan

konsekuensinyaterhadap fungsi tubuh.

b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

Definisi:

Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

dimana intakenutrien seseorang melebihi kebutuhan metabolisme.

Berhubungan dengan:

1) Intake berlebihan berhubungan dengan kebutuhan metabolik

yang menghasilkan peningkatan berat badan;

2) Gaya hidup yang menetap yang menurunkan metabolik;

3) Hipotiroidisme juga menurunkan metabolisme;

19

4) Intake berlebihan dihubungkan dengan disfungsi pola makan;

5) Pola makan yang mendukung kenaikan berat badan (pasangan

makanan sama, konsentrasi intake makanan di malam hari;

6) Makan di luar (situasi waktu dan sosial), banyak makan karena

distress emosi.

Ditandai dengan:

1) Berat badan 10 – 20% lebih dari ideal;

2) Trisep skinfold > 15 mm pada laki-laki, dan 25 mm pada wanita.

c. Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh

Definisi:

Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh terjadi jika

seseorang berisikomengalami intake nutrien yang melebihi kebutuhan

metabolisme.

Berhubungan dengan:

1) Pengunaan makanan solid sebelum usia 4 – 6 bulan;

2) Penggunaan makanan untuk kenyamanan atau hadiah;

3) Pasangan makanan yang sama;

4) Konsentrasi intake di malam hari;

5) Makan di luar, atau banyak makan.

Ditandai dengan:

1) Obesitas satu atau kedua orang tua;

2) Transisi pertumbuhan bayi dan anak yang cepat;

3) Disfungsi pola makan.

20

d. Kerusakan/gangguan menelan

Definisi:

Kerusakan/gangguan menelan adalah mekanisme fungsi menelan

abnormalberhubungan dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring,

atau esofagus.

Berhubungan dengan:

1) Kerusakan neuromuskular: menurun atau tidak adanya gag

refleks, kekuatan ototmengunyah menurun, kerusakan persepsi,

paralisis fasial;

2) Obstruksi mekanik: edema, trakheostomi tube, tumor;

3) Fatigue;

4) Kurang semangat;

5) Rongga oroparing kemerahan akibat infeksi;

6) Kesadaran berkurang.

Ditandai dengan:

1) Sulit menelan (stasis makanan di rongga mulut, batuk, atau

tercekik;

2) Aspirasi.

3. Perencanaan Kebutuhan Nutrisi

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam

diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda

mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.

Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang

21

membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di antaranya

pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien, nilai dan kepercayaan

pasien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis

tujuan, serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam

memilih tujuan, menulis instruksi keperawatan, dan bekerja sama dengan tingkat

kesehatan lain.

Tujuan merupakan hasil yang ingin diicapai untuk mengatasi masalah

diagnosi keperawatan. Tujuan yang ditetapkan merupakan perubahan perilaku

pasien yang diharapkan setelah tindakan keperawatan berhasil dilakukan.

Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang

merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa

tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Kriteria hasil

merupakan batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari tujuann yang

telah ditetapka. Selain itu, kriteria hasil berorientasi pada masalah dan

kemungkinan penyebab dan merujuk pada simtom dan meliputi empat aspek

yaitu kognitif( pengetahuan), afektif (perubahan status fungsi), psikomotor

(perilaku), dan perubahan fungsi tubuh.

Rencana tindakan dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil

dengan menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam mengatasi

masalah pasien dan merupakan desain spesifik untuk membantu pasien dalam

mencapai tujuan dan kriteria hasil.

Gangguan kebutuhan nutrisi pada anak yang menderita demam tifoid ini

dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan akibat adanya perasaan mual.

22

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada beberapa hal yang dilakukan dalam

penentuan perencanaan, tujuan dan kriteria hasil serta rencana tindakan asuhan

keperawatan. Seperti meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang salah

satunya dengan mempertahankan kebersihan mulut (oral hygiene).

4. Pelaksanaan Kebutuhan Nutrisi

Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan

merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan

berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.

Dalam pelaksanaan kebutuhan nutrisi ada beberapa tindakan keperawatan

yang perlu diketahui yaitu pemberian nutrisi melalui oral, pemberian nutrisi

melalui pipa penduga/lambung, dan pemberian nutrisi melalui parenteral.

a. Pemberian nutrisi melalui oral

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara dengan cara membantu

memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi

kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.

b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu

menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa

penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien.

23

c. Pemberian nutrisi melalui parenteral

Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang dimasukkan

ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi

parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).

Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada psien yang tidak

bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan untuk

menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan

nutrisi harian.

5. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir

proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki

pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi

keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang

dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada

kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama proses

perawatan berlangsung atau menilai respon pasien, sedangkan Evaluasi hasil

adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan yang diharapkan.

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai

dengan adanya kemampuan dalam

24

a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan adanya kemampuan

dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang

dari kebutuhan,

b. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda

kekurangan atau kelebihan berat badan.

c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditujukan dengan

adanya proses pencernaan makan yang adekuat.

C. ORAL CARE

1. pengertian

Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut

dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah

terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur. Oral care menupakan

tindakan untuk membensihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Oral care

bertujuan untuk : 1) mencegah penyakit gigi dan mulut;, 2) mencegah penyakit

yang penularannya melalui mulun, 3) mempertinggi daya tahan tubuh , dan 4)

memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafu makan(Clark, 2005)

2. Tujuan Oral care

a. Agar mulut tetap bersih /'tidak berbau

b. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah stomatitis

Membantu merangsang nafsu makan

c. Meningkatkan daya tahan tutuh

d. Melaksanakan kebenihan perorangan

e. Merupakan suatu usaha pengobatan.

25

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral care

a. Status Sosial Ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan

klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi.

b. Praktik Sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat

mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak. anak-

anak mendapatkan praktik oral care dari orang tua mereka.

c. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi kebutuhan

hygiene pribadi. Pengetahuan tentang oral care dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik oral care. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk

melakukan oral hygiene.

d. Status Kesehatan

Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami penurunan

kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukan

hygiene mulut

e. Cacat Jasmani / Mental Bawaan

Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk

melakukan perawatan diri secara mandiri.

4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral care

26

a. Masalah umum

1) Karries gigi

Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda, perkembangan

lubang merupakan proses patologi yang mellibatkan kerusakan email

gigi dikarenakan kekurangan kalsium.

2) Penyakit periodontal

Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran pe-

riodontal.

3) Plak

Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala

gigi pada margin gusi.

4) Halitosis

Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga

mulutakibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses

infeksi. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali

penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes

5) Keilosis

Merupakan gangguan bibir retak, tenatama pada sudut mulut. Defisiensi

vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan

keilosis

b. Masalah mulut lain

1) Stomatitis

Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,

defisiensi obat kemoterapi.

27

2) Glosisitis

Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau

gigitan.

3) Gingivitis

Peradangan gusi biasanya akibat hygiene vitamin, atau diabetes mellitus.

Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki

masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan

mudah mengarah kepada malnutrisi

5. Waktu menyikat gigi

Gosok gigi dengan teliti sedikitnya dua kali sehari (setelah makan dan waktu

tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif.

6. Indikasi

a. Pada pasien lumpuh

b. Pada pasien sakit berat

c. Pada pasien apatis

d. Pada pasien stomatitis

e. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulutPada pasien yang tidak

mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri.

7. Kontraindikasi

a. Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita penyakit diabetes

dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi,

radiasi dan itubasi selang nase gratik)

b. Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya.

28

8. Prosedur tindakan

a. Kapas lidi

b. Sikat gigi dan pasta gigi

c. Handuk dan tissu

d. Kom kecil

e. Bengkok

f. Gelas dengan air

g. Perlak

h. Sarung tangan sekali pakai

i. masker

Langkah-langkah tindakan yang dilakukan :

a. Mengucapkan salam

b. Memberitahu pasien

c. Menyiapkan posisi pasien

d. Mencuci tangan

e. Menyiapkan alat (alat alat didekatkan)

f. Memakai sarung tangan dan masker

g. Meletakkan perlak di bawah dagu pasien

h. Meletakkan handuk diatas perlak

i. Meletakkan bengkok di dekat kepaia pasien (mendekati daerah

j. Menyiapkan sikat gigi dan memberi pasta gigi

k. Memberikan air kumur kepada pasien

l. Menyikat gigi pasien mulai dari bagian depan gigi bagian atas lalu bagian

bawah

29

m. Menyikat gigi samping kanan (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam

atas dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah )

n. Menyikat gigi samping kiri (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam atas

dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah)

o. Menyikat bagian dalam gigi depan atas dan bawah sampai pada langit-langit

p. Memberikan air kumur pada pasien sampai bersih

q. Membersihkan bibir dan mulu pesien dengan tissu dan handuk

r. Mengevaluasi pasien

s. Membereskan alat-alat

t. Mengucapkan salam

u. Mencuci tangan

v. Mendokumentasikan kegiatan pada catatan perawatan

D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID

1. Pengkajian

Pengkajian klien dengan typhoid adalah sebagai berikut

a. Keluhan utama

Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang

bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).

b. Suhu tubuh.

Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat

febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,

suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu

30

kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada minggu ketiga suhu

berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

c. Kesadaran.

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun hanya dalam kondisi

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali

bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).Disamping

gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan

anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama

demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada

anak besar.

d. Aktivitas istirahat

Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia akibat diare.

Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas terkait efek proses

penyakit.

e. Sirkulasi

respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyer),

kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K) hipotensi, membrane

mukosa kering, turgor kulit menurun, lidah pecah pecah (akibat kekurangan

cairan)

f. Integritas ego

1) Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya/tidak ada

harapan, stress terkait dengan pekerjaan atau biaya pengobatan yang

mahal.

31

2) Menolak, perhatian menyempit, depresi.

g. Eliminasi

1) Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair.

Diare berdarah dapat ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram

(tenesmus). Defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar

feses.

2) Menurunnya bising usus, bunyi peristaltik kadang tidak terdengar,

oliguria.

h. Makanan/cairan

1) Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, intoleransi terhadap

makanan/minuman seperti buah segar/sayur, produk susu makan dan

berlemak

2) Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan

turgor kulit buruk, membran mukosa pucat dan inflamasi rongga

mulut.

i. Nyeri/kenyamanan

1) Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri mata, foto-fobia.

2) Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.

j. Keamanan

1) Anemia, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut.

penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu.

2) lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uvetis, konjungtivitis,

iritis.

k. interaksi sosial

32

Gangguan hubungan atau peran terkait hospitalisasi, ketidakmampuan

aktif dalam kegiatan sosial.

l. hygiene

Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.

m. Pemeriksaan fisik

1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan

pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan

tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.

2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi

konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

n. Pemeriksaan laboratorium:

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.

2) Darah untuk kultur dan widal.

3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam

darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering

ditemukan dalam urin dan feses

4) Pemeriksaan widal untuk membuat diagnosa, pemeriksaan yang

diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai

1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

2. Diagnosa Demam Tifoid Pada Anak

Diagnosa prioritas yang biasa muncul pada penderita deman tifoid ialah:

33

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake

makanan tidak ade kuat

3. Intervensi keperawatan

Tabel 2.1

Intervensi keperawatan pada diagnosa

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

kriteria hasil

(NOC)

Intervensi

Keperawatan

(NIC)

Rasional

Ketidak

seimbangan nutris

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake

makanan yang

tidak adekuat

karena klien tidak

nafsu makan

Status nutrisi

Tujuan:

Pemenuhan

kebutuhan

nutrisi yang

adekuat

Kriteria hasil:

1. Tidak ada

mual

2. Nafsu

makan

meningkat

3. Makanan

habis 1

porsi

4. Berat badan

Manajemen

nutrisi:

1. Kaji pola

makan dan

status nutrisi

klien

2. Berikan

makanan lunak

selama fase

akut

3. Berikan

makanan porsi

kecil tapi

sering

4. Jelaskan

pentingnya

1. Sebagai dasar

untuk menentukan

intervensi

2. Mencegah iritasi

usus dan abdomen

3. Mencegah

rasangan mual/

muntah.

4. Agar klien

kooperatif dalam

pemenuhan

nutrisi.

5. meningkatkan

nafsu makan.

34

meningkat/

normal

intake nutrisi

yang adekuat

Bantuan

perawatan diri

(NIC):

5. Lakukan

perawatan

mulut (oral

care) secara

teratur dan

sering

Aktivitas

kolaboratif

6. Berikan terapi

antimetik

sesuai program

6. untuk mengontrol

mual dan muntah

sehingga dapat

meningkatkan

asupan makanan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan melakukan

observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

35

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat.

Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data atau keluhan

pasien atau keluarga pasien dengan melakukan observasi sebelum

melakukan tindakan dan setelah melakukan tindakan apakah mengalami

perubahan atau tidak.

36

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana

penerapan asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi di ruang Mawar RSUD Kota Kendari.

B. Subyek studi kasus

Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6 tahun–

12 tahun) yang mengalami gangguan kesehatan dengan diagnosa medis demam

tifoid atau typhoid abdominalis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang subyek penelitiannya mewakili

seluruh subyek penelitian yang memenuhi syarat. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a. Pasien yang mendapatkan perawatan dengan demam tifod yang memiliki

masalah keperawatan ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh di RSUD Kota Kendari

b. Pasien dalam kesadaran baik (compos mentis)

c. Nadi dan suhu tubuh anak dalam batas normal

d. Orang tua pasien bersedia untuk menjadi responden

37

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,

Dalam pemberian oral care, kriteria eksklusi ini adalah:

a. Anak diluar usia sekolah

b. Orang tua pasien yang tidak menyetujui untuk jadi responden.

C. Fokus studi

1. Pemenuhan kebetuhan nutrisi pada anak dengan kasus klien demam tifoid.

2. Penerapan perawatan mulut (oral care) secara teratur dan sering pada anak

dengan demam tifoid

D. Definisi operasional

1. Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan salmonella

thypi, yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini menular melalui

makanan, feses, lalat, dan instrument kesehatan.

2. Kebutuhan nutrisi adalah proses masuknya makanan dan pengolahan zat

makanan oleh tubuh yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan

digunakan dalam aktivitas tubuh.

3. Asuhan keperawatan merupakan proses pemberian pelaksaan keperawatan

secara langsung yang terdiri dari :

a. Pengkajian yang menyeluruh mencakup informasi tentang masukan diet,

pengakajian klinis terhadap status diet, pengkajian nutrisi merupakan

langkah awal yang pentong dalam asuhan keperawatan dan pelayanan

kesehatan preventif. pengkajian nutrisi membantu dalam

38

mengidentifikasi kebiasaan makan, kesalahpahaman, dan gejala-gejala

yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi.

b. Diagnosa keperawatan merupakan suatau pertanyaan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda

secara legal mengidentifikasi dan anda dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi,

menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

Dalam penilitian ini peniliti memfokuskan pada diagnosa keperawatan,

perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Definis :

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

dimana intake nutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan

metabolisme.

Ditandai dengan : kehilangan berat badan dengan intake kurang dari

yang dibutuhkan

c. Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, dan

mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa

keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda

mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.

d. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan

39

melakukan observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan

tindakan.

e. Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

dibat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data

keluhan pasien dilakukan observasi sebelum dan setelah melakukan

tindakan apakah mengalami perubahan atau tidak

4. Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut

dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Manfaat dilakukannya oral care yakni untuk memperbaiki fungsi mulut

untuk meningkatkan nafu makan, oral care efektif dilakukan 2 kali dalam

sehari

5. Dalam penilitian ini peniliti akan melakukan tindakan perawatan mulut (oral

care). Tindakan ini akan peniliti lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari

selama 3 hari perawatan, untuk satu kali tindakan peniliti akan melakukanya

kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan kriteria hasil Nafsu Makan :

a. Hasrat/ keinginan untuk makan: Tidak terganggu (5)

b. Intake makanan: Tidak terganggu (5)

c. Merasakan makanan: Tidak terganggu (5)

d. Rangsangan untuk makan: Tidak terganggu (5)

Dalam melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi dibutuhkan alat ukur

untuk melihat bagaiman intensitas yang dirasakan klien dan tingkat

keberhasilan suatu intervensi terhadap masalah yang dialami klien,

dengan menggunakan kriteria objektif:

40

a. Sangat terganggu (1)

b. Banyak terganggu (2)

c. Cukup terganggu (3)

d. Sedikit terganggu (4)

e. Tidak terganggu (5)

NIC: manajemen nutrisi : bantuan perawatan diri pemberian makan

a. Berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

nutrisi yang tidak mencukupi unutk memenuhi kebutuhan. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan batasan karakteristik nafsu makan untun

mendukung diagnosa tersebut, adapun cara rumus pengukurannya sebagai

berikut.

Jumlah skor X 100

Total skor

Dengan kriteria :

Indeks 0% – 19,99% : Sangat terganggu

Indeks 20% – 39,99% : Banyak terganggu

Indeks 40% – 59,99% : Cukup terganggu

Indeks 60% – 79,99% : Sedikit terganggu

Indeks 80% – 100% : Tidak terganggu

E. Tempat dan waktu

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Mawar Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari dan dilaksanakan pada 17 Juli - 20 Juli 2018.

41

F. Metode pengumpulan data

Sumber data yang di gunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan

data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian atau

wawancara terhadap responden (klien maupun keluarga klien). Sedangkan data

sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini di peroleh dari status klien

dan rekam medis di RSUD Kota Kendari.

1. Data primer

Adalah data yang secara langsung diambil dari subyek penelitian oleh

perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari.

a. Wawancara yaitu motede yang digunakan untuk mengumpulkan

data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian

secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau

bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut(face to

face).

b. Observasi Adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi:

melihat, mencatat jumlah data, syarat-syarat aktivitas tertentu

yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti.

c. Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah

proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara, terutama

dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama

pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, palpasi

auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring

pengkajian sistem tubuh.

42

2. Data sekunder

Data sekunder adalah yang didapatkan tidak secara langsung dari objek

penelitian. Data sekunder didapat dari, meliputi:

a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada obyek penelitian, namum melalui

dokumen.

b. Kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang di peroleh

atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian

memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil

penelitian lain untuk kepentingan penelitian.

G. Analisis dan penyajian data

Setelah berhasil mengumpulkan data dari informan, maka peneliti

melakukan proses pengolahan data dengan cara content analysis (analisis isi)

yang mengkaji dokumen berupa kategori umum dari makna data yang di

kumpulkan dan hasil wawancara serta diskusi yang telah dilakukan peneliti

dengan informan. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan tiga alur, sebagai berikut.

1. Reduksi data

Analisis pada tahap ini merupakan proses pemulihan, pemutusan,

penyerdehanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan

di lapangan, dengan kata lain pada tahap ini dilakukan analisis untuk reduksi

data yang tidak perlu, dan di lakukan secara terus menerus selama

pengumpulan data berlangsung.

43

2. Penyajian data

Penyajian data adalah menyajikan data yang telah di reduksi pada alur

pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan uraian penjelasan

data dari informan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Langkah ketiga dalam pengumpulan data yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi data yang dapat menjawab sumusan masalah yang sudah

dirumuskan sejak awal.

H. Etika studi kasus

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.

Pertimbangan etik dalam peneltitian ini dilaksanakan dengan memenuhi prinsip-

prinsip The Five Right Of Human Subjects In Research (Macne, 2004).

1. Informent concent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent concent di berikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul penelitian, apabila responden menerima atau menolak, maka

peneliti harus mampu menerima keputusan rsponden.

2. Aninimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

responden tetapi akan mengganti menjadi inisial atau kode responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

44

4. Beneficience

Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik.

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan

secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan

tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan selengkap-

lengkapnya.

45

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

RSUD. Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari, tepatnya di

Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas

bangunan 1.800 M2RSUD. Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan

telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain :

a. Dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1927

b. Dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 –

1945

c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960

d. Menjadi RSU. Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989

e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001

f. Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota

Kendari No.17 Tahun 2001

g. Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD. Abunawas Kota Kendari

oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003

h. Pada Tahun 2008 , oleh pemerintah Kota Kendari telah membebaskan

lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit, yang dibangun

secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP, DAK dan

DPPIPD

46

i. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah

Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak

di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota

Kendari.

j. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM

Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil terakreditasi

penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi & Manajemen, Rekam

Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD )

k. Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei

2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai PERDA

Kota Kendari No. 17 Tahun 2001

2. Sarana Gedung

` RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb :

a. Gedung Anthurium ( Kantor )

b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )

c. Gedung ( IGD )

d. Gedung Matahari ( Radiologi )

e. Gedung Crysant ( Kamar Operasi )

f. Gedung Asoka ( ICU )

g. Gedung Teratai ( Obgyn - Ponek )

h. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam

i. Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )

j. Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )

k. Gedung Tulip (Rawat Inap Saraf & THT)

47

l. Gedung Anggrek ( Rawat Inap VIP, Kls I dan Kls II )

m. Gedung Instalasi Gizi

n. Gedung Loundry

o. Gedung Laboratorium

p. Gedung Kamar Jenazah

q. Gedung VIP

r. Gedung ICU, Bedah Sentral, IGD, Apotek (Pembangunan Tahun

2016)

s. Gedung PMCC ( Private Medical Care Centre ) dalam proses

pembangunan menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD. Kota Kendari

dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 11

buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.

3. Ketenagaan

Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD. Kota Kendari pada tahun 2016

sebanyak 486( 198 PNS dan 288 Non PNS ) ,yang terdiri dari dari :

a. Tenaga medis

b. Tenaga paramedis Perawatan

c. Tenaga paramedis non perawatan

d. Tenaga administrasi

4. Visi

“ RUMAH SAKIT PILIHAN MASYARAKAT "

5. Misi

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan

yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat.

48

b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari

menjadi RS mitra keluarga.

c. Meningkatkan SDM , sarana dan prasarana medis serta non medis

serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman

bagi petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada

umumnya.

B. HASIL STUDI KASUS

Nama Mahasiswa :Muhammad Irfan Saputra

Nim : P00320015036

No Rekam Medik :16-45-67

Ruangan/RS : Mawar/ RSUD Kota Kendari

Diagnosa Medis : Thypoid Fever

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

a) Nama /Nama Panggilan : An. S

b) Tempat tanggal lahir : SAWA,01-09-2011

c) Jenis Kelamin : Laki-Laki

d) Agama : Islam

e) Pendidikan : SD

f) Alamat : Jalan Made Sabara no.3

g) Tanggal Masuk : 16 Juli 2018

h) Tanggal Pengkajian : 17 Juli 2018

i) Diagnosa Medis : Thypoid Fever

j) Rencana Terapi : oral care

49

2) Identitas Orang Tua

a) Ayah b). Ibu

a) Nama : Tn J a). Nama : Ny R

b) Usia : 29 thn b). Usia : 29 thn

c) Pendidikan: S1 c). Pendidikan : SMS

d) Pekerjaan : swasta d). Pekerjaan : IRT

e) Agama : islam e). Agama : islam

3) Identitas Saudara Kandung

Table 4.1

No Nama Usia hubungan

1 An. A 10 bln Saudara

kandung

4) Genogram keluarga

29 29

8 th 10 bln

50

a. Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

1) Keluhan utama

Klien datang dengan keluhan demam hari ke-4 disertai dengan mual dan

muntah

2) Keluhan saat dilakukan pengkajian

An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, ia merasa makanan yang

dimakannya terasa tidak enak serta cepat merasa kenyang. Ny.R ibu dari

klien mengatakan anaknya selama sakit hanya menghabiskan 2 sendok

makan dari porsi yang diberikan

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 5 hari pada malam hari

b) Timbulnya secara tiba-tiba

c) Kondisi masih sama dengan sebelumnya,saat ini klien masih sulit untuk

makan

d) Untuk mengatasi demamnya keluarga hanya meberikan obat penurun

panas, paracetamol yang dibeli di warung

2) Riwayat Kesehatan Lalu

Klien sebelumnya tidak pernah menjalani proses operasi ataupun di

rawat di rumah sakit

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit turunan atau penyakit yang menurun kegenerasi berikutnya

c. Riwayat psikososial

51

Klien tinggal bersama kedua orang tuanya, klien tinggal di rumah pribadi

milik orang tuanya, klien memiliki beberapa teman di sekitar lingkungan

tempat ia tinggal. Klien memilik hobi bermain game di gadget ataupun

handphone.

d. Reaksi hospitalisasi

1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

a) Ibu klien mengatakan anaknya di bawa ke rumah sakit karena demam

yang sudah 3 hari di sertai mual muntah yang tidak kunjung membaik

selama dirawat di rumah.

b) Saat ini kedua orang tua klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan

sehat kembali seperti dulu

c) Selama dirawat di rumah sakit keluarga klien selalu datang berkunjung

d) Selama klien dirawat di rumah sakit ibu klien yang tinggal serta menjaga

klien di rumah sakit

2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

a) An.S mengatakan ia di bawah kerumah sakit karena ia sedang sakit

demam

b) Klien tidak tahu apa yang membuat ia sakit

c) Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumahnya

e. Aktivitas sehari – hari

1) Riwayat kebutuhan nutrisi

a) Sebelum sakit

1) Problem pemasukan nutrisi

Nafsu makan : biasa

52

Apakah ada gangguan : tidak

Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada

Jumlah gigi : Atas 10 , Bawah 10

Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak

2) Pola dan Kebiasaan makan :

Konsumsi makan :

Table 4.2 konsumsi makanan sebelum sakit

Waktu Jenis Jumlah/Porsi

07.00 - -

11.00

Nasi, dan

sayur, ikan

Porsi sedang

19.00

Nasi, dan

sayur, ikan

Porsi sedang

3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging

4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran

5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada

6) Apakah makanan di batasi : tidak

7) Intake cairan :

Air putih 8 , gelas/hari

Air teh - , gelas/hari

Susu - , gelas/hari

b) Selama sakit

1) Problem pemasukan nutrisi

53

Nafsu makan : menurun

Apakah ada gangguan : Ya

Alasan : klien merasa cepat kenyang, dan mengalami mual disertai

muntah.

Apa yang menyebabkan gangguan : gejala dari proses perkembangan

penyakit

Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada

Jumlah gigi : Atas 10, Bawah 10

Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak

2) Pola dan Kebiasaan makan :

Konsumsi makan :

Table 4.3 konsumsi makanan selama sakit

Waktu Jenis Jumlah/Porsi

07.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

12.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

17.30 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging

4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran

5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada

6) Apakah makanan di batasi : tidak

7) Intake cairan :

Air putih 8 , gelas/hari

Air teh - , gelas/hari

Susu - , gelas/hari

54

c) Personal Hygiene

Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi dan

hanya mengganti pakaian kotor dengan pakaian bersih tanpa melakukan

kebersihan perorangan (personal hygiene) baik itu mandi, menggosok gigi,

dan lain sebagainya.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum Klien

Saat ini An.S masih berbaring lemah ditempat tidur,kesadaran

composmentis dengan hasil GCS 15, ekspresi wajah klian nampak murung,

klien berpakain rapi, kebersihan klien nampak buruk salah satunya dapat

dilihat pada kondisi bibir dan rongga mulut klien yang nampak kering,

pecah-pecah dan beraroma tidak sedap

2) Tanda-Tanda Vital

a) Tekana darah : 110/80 mmHg

b) Suhu : 36,4℃

c) Nadi : 89x/menit

d) Pernapasan : 20x/menit

3) Sistem pencernaan

a) Sklera : ikterik (-)

b) Bibir : mukosa bibir nampak kering dan pecah-pecah

c) Mulut : stomatitis (-), bau mulut tidak sedap, kondisi rongga mulut

nampak kotor, kondisi gigik nampak kuning, pada daerah lidah nampak

selaput putih menutupi permukaan lidah, kemampuan menguyah baik,

tidak terdapat adanya gangguan menelan

55

d) Gaster : klien merasa kembung

e) Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen

f) Anus : ibu klien mengatakan hingga hari ini selama sakit klien hanya

BAB 2 kali

g. Klasifikasi data

1) Data subjektif

a) Ibu klien mengatakan anaknya demam hari ke-4 disertai dengan mual

dan muntah

b) An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, merasa makanan yang

dimakannya tidak enak

c) Klien mengatakan cepat merasa kenyang

d) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 2 sendok dari porsi yang

diberikan

2) Data objektif

a) Tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80mmHg, suhu 36,4℃, nadi

89x/menit, pernafasan 20x/menit

b) klien nampak lemah

c) klien nampak mengalami mual

d) klien nampak tidak menghabiskan porsi makannya

e) kondisi mulut klien nampak kotor ditandai dengan mukosa bibir yang

kering dan pecah-pecah, kondisi gigi nampak kuning, lidah nampak kotor

dan bau mulut klien tidak sedap

56

2. Diagnosa keperawatan

a. Analisis data

Table 4.4 analisis data

Data Etiologi Masalah

Ds:

- An.S mengatakan ia

tidak nafsu makan,

merasa makanan

yang dimakannya

tidak enak

- Cepat merasa

kenyang

- Ibu klien

mengatakan klien

hanya makan 2

sendok dari porsi

yang diberikan

Do:

- Tanda-tanda vital :

tekanan darah

110/80mmHg, suhu

36,4℃, nadi

89x/menit,

pernafasan

20x/menit

- klien nampak lemah

- klien nampak

mengalami mual

- klien nampak tidak

menghabiskan porsi

makannya

- kondisi mulut klien

nampak kotor

ditandai dengan

mukosa bibir yang

kering dan pecah-

pecah, kondisi gigi

nampak kuning,

lidah nampak kotor

dan bau mulut klien

tidak sedap

Invasi salmonela typhi

Saluran pencernaan

Usus halus

Inflamasi

Mual muntah

Intake nutris tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

57

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh maka peneliti menegakkan

diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah

3. Intervensi keperawatan

Dalam penelitian ini peneliti mefokuskan pada satu intevernsi keperawatan.

Adapun intervensi keperawatan yang akan diberikan yakni manajemen nutrisi :

bantuan perawatan diri pemberian makan dengan salah satu aktivitasnya ialah

berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan. Tindakan ini akan peniliti

lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari selama 3 hari perawatan, untuk satu kali

tindakan peniliti akan melakukanya kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan

kriteria hasil Nafsu Makan :

e. Hasrat/ keinginan untuk makan: normal

f. Intake makanan: normal

g. Merasakan makanan: normal

h. Rangsangan untuk makan: normal

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh

peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat

strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada

diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah dilakukan dari

58

tanggal 18 Juli – 20 Juli 2018. Adapun pelaksanaannya dapat dilihat pada table

berikut.

Table 4.5 implementasi keperawatan

Hari/ tanggal Waktu

Evaluasi hasil Pagi sore

Rabu/18/07/2018 06.00 16.30 Ds:

Klien mengatakan merasa segar

setelah mulutnya dibersihkan

Do:

Mulut klien nampak bersih klien

telah diberikan perawatan oral

care

Kamis/19/07/2018 06.00 16.30 Ds:

Klien mengatakan merasa

nyaman dengan terapi yang

diberikan

Do:

klien telah diberikan perawatan

oral care, lidah klien nampak

lebih bersih

Jum’at/20/07/2018 06.00 16.30 Ds:

Klien mengatakan senang saat

diberikan terapi oral care

Ibu klien mengatakan nafsu

makan anaknya membaik selama

diberikan terapi oral care

Do:

Mulut klien nampak bersih,nafas

klien berbau segar,mukosa bibir

nampak tidak kering, klien telah

diberikan perawatan oral care

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan sebanyak 1 sesi dalam satu hari dan dilakukan

selama 3 hari. Dan didapatkan hasil klien mengalami peningkatan dari segi nafsu

makan, adapun hasil perkembangan terapi oral care dari penelitian yang

dilakukan selama 3 hari sejak tanggal 18 Juli-20 Juli 2018 pada An.S dapat

dilihat pada table berikut :

59

Table 4.6 Master table evaluasi

Penerapan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di rumah sakit

umum daerah kota kendari

N

o

Perkembangan nafsu makan

Hari

ke-

Hasrat/keinginan

makan Intake makan

Merasakan

makanan

Rangsangan untuk

makan

Nafsu makan

skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor kriteria Nilai

total

Presentase

% Kriteria

1 Hari

ke- 1 2

Banyak

terganggu 1

sangat

terganggu 2

Banyak

terganggu 3

Cukup

terganggu 8 40 %

Cukup

terganggu

2 Hari

ke-2 4 Baik 4

Cukup

terganggu 3

Cukup

terganggu 3

Cukup

terganggu 14 70 %

Sedikit

terganggu

3 Hari

ke-3 4 Baik 4 Baik 4 Baik 4 Baik 16 80 % Tidak terganggu

60

C. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari dari 18 Juli 2018-20

Juli 2018 pada 1 pasien anak di ruang mawar RSUD Kota Kendari dengan kasus

demam tifoid ditemukan salah satu masalah keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal ini di sebabkan karena terjadi karena

bakteri salmonella thyphosa yang menyerang sistem pencernaan yang

mengakibatkan respon tubuh menjadi mual dan muntah sehingga terjadi

penurunan nafsu makan dan asupan nutrisi menjadi tidak adekuat, hal ini di

dukung dalam Lestari, (2016).

Asumsi peneliti tidak jauh berbeda antara teori dan temuan dilapangan,

dikarenakan kesesuaian antara kasus dan konsep teori bahwa tanda gejala yang

dialami penderita terdapat dalam konsep teori.

Perawat bertindak sebagai pendukung, pendidik, dan pemberi

pelayanan perawatan dalam pemberian terapi oral care untuk meningkatkan

rangsangan makan klien, keinginan makan klien sehingga asupan nutrisi klien

menjadi adekuat. Peneliti mencoba melakukannya secara mandiri dalam

pemberian terapi oral care agar sesuai dengan standar operasional yang telah

ditetapkan sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal.

Pasien yang diberikan terapi hanya mengikuti arahan yang diberikan perawat

sehingga memudahkan perawat dalam melakukan tindakan. Dalam hal ini

perawat terlibat langsung dalam memberikan contoh pada penderita agar

menjaga kebersihan perseorangan (personal hygiene) untuk mengatasi masalah

yang dialaminya.

61

Penelitian yang dilakukan pada hari pertama pada tanggal 18 Juli 2018

sebelum dilakukan terapi oral care terdapat temuan klien tidak nafsu makan dan

hanya menghabiskan 2 sendok makan dari porsi makanan yang diberikan

,mukosa bibir nampak kering, pucat dan mukosa bibir nampak terkelupas,

kondisi gigi nampak kuning dan kotor, lidah nampak kotor ditandai dengan

selaput berwarna putih pada lidah dan bau mulut tidak sedap. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan Sudoyo A.W, (2010) bahwa pada penderita

demam tifoid mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden), lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue). Pada pukul

16.00 dilakukan tindakan terapi oral care pada An.S setelah diberikan tindakan

terapi oral care kondisi mulut anak menjadi lebih baik

Penelitian yang dilakukan pada hari kedua pada tanggal 19 Juli 2018

telah diberikan terapi oral care pada anak sebanyak 2 kali pada jam pukul 06.00

WITA dan 16.00 WITA ditemukan perubahan hasil nafsu makan klien mulai

membaik ia, ibu klien mengatakan anaknya meminta dibelikan makan, serta

klien menghabiskan setengah dari porsi makan yang diberikan kondisi rongga

mulut klien mulai membaik di tandai dengan kondisi gigi klien yang nampak

bersih lidah klien yang tidak ditutupi oleh selaput putih kotor yang menumpuk

serta aroma nafas yang tidak berbau tidak sedap.

Terjadi peningkatan nafsu makan hal ini dikarenakan kondisi rongga

mulut klien yang segar dan bersih sehingga memberikan perasaan nyaman pada

rongga mulut klien akibatnya terjadi peningkatan rangsangan untuk makan pada

klien hal ini dibuktikan dengan An.S yang meminta untuk dibelikan makanan

oleh ibunya dan dihabiskan setengah porsi dari makanan yang diberikan. Hal ini

62

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Clark(2005) dalam Hadju (2017)

oral care dalam kesehatan gigl dan mulut sangatlah penting masalah mulut dan

gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi salah satu

dari tujuan melakukan oral care ialah memperbaiki fungsi mulut dan membantu

merangsang dalam meningkatkan nafsu makan.

Penelitian hari ke tiga pada tanggal 20 Juli 2018 setelah diberikan

tindakan terapi oral care sebanyak 2 kali pada jam pukul 06.00 WITA dan

16.00 WITA ditemukan hasil ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya mulai

membaik, ibu klien mengatakan anaknya hampir menghabiskan makanannya

dari porsi yang diberikan, kondisi mulut klien nampak lebih baik Mukosa bibir

tidak kering. Nafsu makan klien perlahan-lahan mulai menunjukkan adanya

peningkatan, porsi makan klien dalam sehari dapat mencapai 3 kali sehari,

berdasarkan hasil dari temuan penelitian di atas klien dianjurkan untuk

mempertahankan kebersihan mulutnya guna membantu dalam mengatasi

masalah yang dialaminya.

Terdapat kesamaan hasil penelitian dengan konsep teori yang

dikemukakan dimana terjadi perubahan asupan nutrisi pada An.S setelah

dilakukan terapi oral care. Hal ini terjadi dikarenakan terapi oral care yang

diberikan secara berulang-ulang memberikan rasa segar pada mulut dan

meningkatkan rasa nyaman sehingga meninggkatkan rangsangan untuk makan

pada klien hal ini dibuktikan dengan meningkatnya asupan nutrisi pada An.S

selama diberikan terapi oral care.

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkah hasil studi kasus dan pembahasan di atas maka dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 17 Juli 2018 An.S

mengatakan ia tidak nafsu makan, dan merasa makanan yang dimakannya tidak enak

serta cepat merasa kenyang, Ny.R sebagai ibu dari pasien mengatakan anaknya selama

sakit nafsu makan anaknya menurun anaknya hanya menghabiskan 2 sendok makan

dari porsi makanan yang diberikan serta ibu mengatakan bahwa anaknya selama sakit

baik di rumah mau .Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan data sebagai berikut:

Mulut,mukosa bibir nampak kering, pucat dan mukosa bibir nampak terkelupas,

kondisi gigi nampak kuning dan kotor, lidah nampak kotor ditandai dengan selaput

berwarna putih pada lidah, serta aroma nafas klien tidak sedap.

2. Diagnosa keperawatan

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan peneliti mengumpulkan data

dan menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada

pada teori. Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan

dimana peneliti menemukan masalah pada asupan nutris penderita sehingga

peneliti menegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. Intervensi keperawatan

64

Pada intervensi keperawatan peneliti memfokuskan pada intervensi

manajemen nutrisi : bantuan perawatan diri pemberian makan, dengan salah

satu aktivitasnya berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan, dengan

kriteria hasil adanya peningkatan nafsu makan.

4. Implementasi keperawatan

Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang

telah peneliti susun yang didapat dari teoritis. Tindakan ini peneliti lakukan 2

kali dalam sehari selama 3 hari perawatan, untuk satu kali tindakan peneliti

lakukan kurang lebih dalam waktu 10-15 menit

5. Evaluasi keperawatan

Setalah dilakukan tindakan keperawatan salama 3 hari perawatan maka

ditemukan hasil evaluasi klien menunjukkan adanya perubahan nafsu makan,

dimana setelah diberikan tindakan keperawatan nafsu makan klien perlahan-

lahan menunjukkan adanya peningkatan.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada

pasien anak demam tifoid dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan referensi studi kasus perpustakaan untuk

menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan anak bagi

mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes Kendari khususnya pada

pasien dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

65

3. Bagi Penulis

Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa

dalam melakukan asuhan keperawatan anak dengan mengaplikasikan ilmu dan

teori yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan nutrisi

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan dapat menjadikan

hasil penelitian ini sebagai data dan informasi dasar untuk melaksanakan

penelitian lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall.2009.Diagnosa Keperawatan:Aplikasi Pada Praktik

Klinis.Jakarta:EGC

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.(2017).Profil Kesehatan Sulawesi

Tenggara 2016.di peroleh 1 April 2018 dari, www.dinkes.sultraprov.go.id

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2017).Data Dan Informasi Profil

Kesehatan Indonesia.di peroleh 1 April 2018 dari,

www.pusdatin.kemenkes.go.id

Kurnia Erlin & Intan Dwi Novita.(2016).Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien

Rawat Inap Yang Tidak Melakukan Oral Hygiene. Jurnal penelitian

keperawatan(vol 2), 112-118. diperoleh 1 April 2018 dari,

ejurnal.stikesbaptis.ac.id

Hadju Novaldi.(7 November, 2015).Makalah Oral Hygiene .Laporan Pendahuluan Oral

Hygiene (Kebersihan Mulut Dan Gigi).di peroleh tanggal 5 Juni 2018 dari,

https://id.scribd.com/doc/288839416/Makalah-Oral-Hygiene

Hidayat A Aziz Alimul.2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.(jilid 1)

(162)Jakarta:Salemba Medika

Hidayat,A Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta:Salemba

Medika

Hidayat A Aziz Alimul.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.(jilid 2)

(224)Jakarta:Salemba Medika

Lestari Yunita, Nurmala G Fifi, & Saktiansyah La Ode Ahmad.(2017).Analisis Dampak

Kepadatan Lalat,Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Terhadap

Kejadian Demam Tifoid Di Pemukiman UPTD Rumah Pemotongan

Hewan(RPH) kota kendari 2017.Jurnal ilmiah mahasiswa kesehatan

masyarakat(vol 2).

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC

Pambudi Dimas Agung.(2017).Upaya Peningkatan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien

Anak Dengan Demam Thypoid.Hal 2-4.Diperoleh 1 April 2018 dari,

eprints.ums.ac.id/522-96/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf

Rampengan T.H.2007.Penyakit Infeki Tropik Pada Anak (edisi 2).Jakarta:EGC

Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari

Saputra Rois Kurnia, Majid Rusian & Bahar Hartati.(2017).Hubungan Pengetahuan,

Sikap Dan Kebiasaan Makan Dengan Gejala Demam Thypoid Pada

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun

2017.jurnal ilmiah mahasiswa kesehtan masyarakat (vol 2).

Sudoyo, A. W.2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3.Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Suratun,dan Lusianah.2010.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System

Gastrointestinal.Jakarta:TIM

Suriadi dan Rita Yuliani.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta:SAGUNG

SETO

Susilaningrum Nursalam,Utami Rekawati,Sri.2005.Asuhan Keperawatn Bayi Dan

Anak.Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson Judith M.2016. Diagnosis Keperawatan:Diagnosis NANDA-I Intervensi NIC

Hasil NOC.Jakarta:EGC

Wong Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri (edisi 4).Jakarta: EGC

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Lampiran 2

Strategi Operasional Tindakan Oral Care

1) Kapas lidi

2) Sikat gigi dan pasta gigi

3) Handuk dan tissu

4) Kom kecil

5) Bengkok

6) Gelas dengan air

7) Sarung tangan sekali pakai

Langkah-langkah tindakan yang di lakukan :

1) Mengucapkan salam

2) Memberitahu pasien

3) Menyiapkan posisi pasien

4) Mencuci tangan

5) Menyiapkan alat (alat alat didekatkan )

6) Memakai pelindung pakaian ( celemek)

7) Memakai sarung tangan ( protektif diri)

8) Meletakkan perlak di bawah dagu pasien

9) Meletakkan handuk diatas perlak

10) Meletakkan bengkok di dekat kepala pasien ( mendekati daerah

mulut )

11) Menyiapkan sikat gigi dan memberi pasta gigi

12) Memberikan air kumur kepada pasien

13) Menyikat gigi pasien mulai dari bagian depan gigi bagian atas

lalu bagian bawah

14) Menyikat gigi samping kanan ( bagian sisi atas dan bawah,

bagian dalam atas dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah )

15) Menyikat gigi samping kiri ( bagian sisi atas dan bawah, bagian

dalam atas dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah )

16) Menyikat bagian dalam gigi depan atas dan bawah sampai pada

langit-langit

17) Memberikan air kumur pada pasien sampai bersih

18) Membersihkan bibir dan mulut pasien dengan tissu dan handuk

19) Mengevaluasi pasien

20) Membereskan alat-alat

21) Mengucapkan salam

22) Mencuci tangan

23) Mendokumentasikan kegiatan pada catatan perawatan