ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R UMUR 3...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R UMUR 3...
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DESENTRI
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
BETA MARIA
NIM. B12117
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DESENTRI
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN
Diajukan Oleh :
Beta Maria
NIM. B12 117
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Juni 2015
Pembimbing
Riadini Wahyu Utami, SST
NIK. 201189094
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DESENTRI
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh :
Beta Maria
NIM. B12 117
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal Juni 2015
Penguji I Penguji II
Retno Wulandari, SST Riadini Wahyu Utami, SST
NIK. 200985034 NIK. 201189094
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK. 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit An. R Umur 3 Tahun
Dengan Desentri di Puskesmas Gondang Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Riadini Wahyu Utami, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Pimpinan Puskesmas Gondang Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis
untuk pengambilan data awal dan pengambilan kasus dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juli 2015
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Beta Maria
NIM. B12117
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DESENTRI
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN
INTISARI
Latar Belakang : Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menyatakan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 40 per 1.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2013). Angka Kematian Balita (AKABA) Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 14 Oktober 2014 data yang di
peroleh jumlah data bulan Januari – September 2014 di Puskesmas Gondang
terdapat balita sakit sebanyak 1.717 balita, balita yang desentri sebanyak 40
kejadian. Maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. R umur 3 tahun dengan Desentri di
Puskesmas Gondang Sragen”.
Tujuan: Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang nyata dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. R umur 3 tahun dengan
desentri di Puskesmas Gondang Sragen sesuai dengan manajemen kebidanan 7
langkah Varney.
Metode: Karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan
menggunakan asuhan kebidanan dengan manajemen Varney yang terdiri dari 7
langkah. Studi kasus pada balita sakit dengan menggunakan metode deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara.
Hasil: Setelah diberikan Asuhan Kebidanan selama 2 hari pada penderita disentri
didapatkan BAB An. R.sudah berkurang dan KU : baik, TTV dalam batas normal,
turgor kulit sudah baik mata sudah tidak anemis
Kesimpulan: Terdapat kesenjangan yaitu pada studi kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan fases).
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Bayi dengan Desentri
Kepustakaan : 18 Literatur (2005 – 2013)
vii
CURICULUM VITAE
Nama : Beta Maria
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 18 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Munggur RT23 Kelurahan Tunggul, Kecamatan
Gondang Kabupaten Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SDN Tumggul II , Gondang LULUS TAHUN 2006
2. SMPN 1 Gondang LULUS TAHUN 2009
3. SMAN 1 , Gondang LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2011
viii
MOTTO
{ Get Spirit for Succes
{ Study hard and do more
{ Never late to get a dream
{ Semangat tinggi menggapai impian
{ Iringan doa dan usaha menjadi modal perjuangan
{ Sukses tidak datang dengan sendiri tapi harus dari usaha
PERSEMBAHAN
1. Terima kasih saya ucapkan Kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan baik.
2. Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah Ibu
Riadini Wahyu Utami, SST yang selalu
memberikan masukan dan nasehat untuk saya,
terimakasih banyak bu.
3. Seluruh Dosen di STIKes Kusuma Husada
Surakarta terimakasih atas bimbinganya.
4. Orang tuaku yang selalu memberikan doa, tidak
henti-hentinya memberikan dukungan moral dan
moril serta selalu menyemangati saya untuk
berusaha menjadi lebih baik.
5. Saudaraku, keluarga dan orang-orang terdekatku
yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
CURICULUM VITAE ................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ........................................................................... 6
1. Balita................................................................................. 6
2. Disentri ............................................................................. 11
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 17
C. Landasan Hukum .................................................................... 34
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi ............................................................................... 35
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 35
C. Subyek Studi Kasus ................................................................ 35
D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 36
E. Instrument Studi Kasus........................................................... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 36
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ..................................................... 40
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ....................................................................... 41
B. Pembahasan ............................................................................ 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informedconsent)
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Tentang Desentri
Lampiran 10. Leaflet
Lampiran 11. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan
Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam
kategoriAKABA sedang. Target MDGs pada tahun 2015 adalah 32 kematian
balita per 1.000kelahiran hidup (Depkes RI, 2013).
Angka Kematian Balita (AKABA) Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang
diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015
yaitu 32/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
sudah melampaui target. AKABA tertinggi di Kabupaten Rembang sebesar
19,94/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar
6,01/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2013).
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak
penyakit menular, terutama pneumonia, malaria dan diare ditambah dengan
masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak. Diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan
2
volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, 2009).
Komplikasi disentri berawal dari melunaknya dinding usus sehingga
bakteri shigella dapat menginvasi jauh ke dalam luka yang terjadi didinding
usus menjadi semakin parah karena tercemar racun yang dihasilkan bakteri
shigella, sehingga memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah yang
ditandai dengan feses bercampur darah (Ngastiyah, 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 14 Oktober 2014 data
yang di peroleh jumlahdata bulan Januari – September 2014 di Puskesmas
Gondang terdapat balita sakit sebanyak 1.717 balita, balita yang mengalami
diare sebanyak 569 balita sedangkan balita yang mengalami diare dengan
dehidrasi ringan sebanyak 148 balita dan desentrisebanyak 40 kejadian.
Kejadian desentri masih cukup tinggi dan bahaya yang ditimbulkan akibat jika
tidak segera ditangani bisa memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah
yang ditandai dengan feses bercampur darah maka penulis tertarik untuk
melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit
An. R dengan Desentri di Puskesmas Gondang Sragen”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. R
dengan Desentri di Puskesmas Gondang Sragen dengan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney?”.
3
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang nyata dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. R dengan desentri
di Puskesmas Gondang Sragen sesuai dengan manajemen kebidanan 7
langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu:
1) Melakukan pengkajian pada Balita Sakit An. R dengan desentri di
Puskesmas Gondang Sragen.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada Balita Sakit An. R dengan desentri di
Puskesmas Gondang Sragen.
3) Menentukan diagnosa potensial pada Balita Sakit An. R dengan
desentri di Puskesmas Gondang Sragen.
4) Mengantisipasi atau tindakan segera pada Balita Sakit An. R
dengan Desentri di Puskesmas Gondang Sragen.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Balita Sakit An. R
dengan desentri di Puskesmas Gondang Sragen.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Balita
Sakit An. R dengan desentri di Puskesmas Gondang Sragen.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada balita
sakit An. R dengan desentri di Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
4
b. Penulis mampu mengetahui kesenjangan antara teori dan kasus nyata
di lapangan pada Balita Sakit An. R dengan Desentri di Puskesmas
Gondang Sragen.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Desentri.
2. Bagi Profesi
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan
dalam upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan
pada balita sakit dengan Desentri.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas Gondang Sragen.
Dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan pada Balita Sakit dengan Desentri
b. Pendidikan
Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada balita Sakit
dengan Desentri.
5
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan desentri
pernah dilaksanakan oleh:
1. Sary (2014) dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. F
umur 3 tahun dengan Disentri di RB Harapan Kita Sumberlawang Sragen”
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Data subyektif didapatkan ibu
mengatakan anaknya berumur 3 tahun, ibu mengatakan anaknya BAB ± 5
kali sehari sejak 1 hari yang lalu, berlendir dan bercampur dengan darah,
BAK ± 3 kali sehari. Data obyektif keadaan umum kurang baik, kesadaran
composmentis, vital sign: respirasi 34 x/menit, suhu 38o C, nadi 128
x/menit, kepala pada ubun-ubun cekung, mata cekung, mulut dan kulit
kering, cubitan kulit perut kembalinya lambat, perut kembung, turgor kulit
kembalinya lambat, BB sebelum sakit 17 kg, BB sekarang 16 kg. Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari untuk mengetahui
perkembangan anak didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, turgor kulit kembali cepat apabila dicubit, BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek, aktivitas meningkat, anak dalam keadaan baik
dan diperbolehkan untuk pulang.
2. Laifa (2011), Prodi D3-Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang, dengan judul “Asuhan Kebidanan
Anak E Umur 9 Bulan dengan Diare Akut dan Desentri di Ruang Anak
RSIA Muslimat-Jombang”. Data subyektif didapatkan keluhan utama ibu
mengatakan bahwa anaknya mencret sedikit-sedikit > 10 x/hari, muntah
6
tiap kali minum susu dan badannya panas 1 hari sejak tanggal 19-06-2011,
ibu klien mengatakan pada tanggal 19-06-2011 klien BAB cair mulai pagi
> 10 x/hari, BAK jarang. Tiap kali habis minum langsung muntah dan
badannya panas. Lalu tanggal 20-06-2011 jam 02.35 WIB, pasien masuk
rumah sakit di Ruang Anak RSIA Muslimat Jombang. Data obyektif
pemeriksaan umum keadaan umum lemah, kesadaran composmentis,
TTV: respirasi 21 x/menit, suhu 37,9o C, nadi 97 x/menit, BB 8 kg.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari didapatkan hasil, anak
BAB lembek 1 x/hari dan tidak panas lagi, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, turgor kulit kembali cepat apabila dicubit, respirasi 21 x/
menit, bibir lembab dan anak mau minum.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pada responden,
tempat, dan waktu penelitian, sedangkan persamaanya adalah sama-sama
melakukan studi kasus tentang disentri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak usia 12 sampai 59 bulan. Masa balita adalah periode
penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2005). Balita adalah
semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang berusia 0 sampai
menjelang 5 tahun (Ferry, 2007).
b. Tahapan Perkembangan Balita
Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), tahapan perkembangan
balita meliputi:
1) Umur 10 – 12 bulan
a) Fisik
Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi atas dan bawah
sudah tumbuh
b) Motorik
Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lam, belajar
berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri,
mulai belajar dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih
senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci… luk…
ba.. mulai senang mencoret-coret kertas.
7
c) Sensoris
Visual aculty 20 – 50 positif, sudah dapat membedakan bentuk
d) Sosialisasi
Emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan
yang sudah diketahuinya, meras takut pada situasi yang asing,
sudah mengerti namanya sendiri, sudah bisa menyebut abi,
ummi.
2) Umur 15 bulan
a) Motorik kasar sudah berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
b) Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan
jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda.
3) Umur 18 bulan
a) Motorik kasar
Mulai berlari masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai
senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan
b) Motorik halus
Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa
membuka halaman buku belajar balok-balok.
4) Umur 24 bulan
a) Motorik kasar
Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua
kaki tiap tahap.
8
b) Motorik halus
Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting
sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir,
sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.
5) Umur 36 bulan
a) Motorik kasar
Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tinga
b) Motorik halus
Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri,
menggosok gigi.
6) Umur 4 tahun
a) Motorik kasar
Berjalan jinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,
menangkap bola dan melemparkannya.
b) Motorik halus
Sudah bisa menggunakan gunting dngan lancar, sudah bisa
menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun
horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
7) Usia 5 tahun
a) Motorik kasar
Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan
melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan
kaki secara bergantian.
9
b) Motorik halus
Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis
dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu.
c) Sosial emosional
Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan
teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat,
sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
c. Pertumbuhan Fisik
Pemeriksaanfisik menurut Soetjiningsih (2010), meliputi:
1) Lingkar kepala
Ukuran kepala bayi merupakan salah satu ukuran yang penting
diketahui, yaitu untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan
otak. Lingkar kepala bayi normal adalah 33 – 35 cm, tahun pertama
naik 10 cm, kenaikan semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun
kenaikan hanya 0,5 cm, setiap tahun sampai ukuran dewasa
dicapai. Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan. Usia satu
tahun adalah 44 – 47 cm.
2) Panjang badan
Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm. Balita
pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Kemudian
kecepatan pertumbuhan berkurang, sehingga setelah umur 2 tahun,
10
kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per tahun.
Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm.
3) Berat badan
Sesudah tahun pertama kenaikan 1,5 – 2 kg atau 2 – 3 kg setiap
tahun. Rumusan berat badan 7 – 2 kg (n = tahun) berat badan umur
1 tahun adalah 3 kali berat badan lahir, 2,5 tahun adalah 4 kali
berat badan lahir, dan 6 tahun adalah 2 kali berat badan umur 1
tahun
d. Permasalahan pada Balita
Masa kanak-kanak terutama pada saat balita (bayi dibawah lima
tahun) merupakan masa-masa rentan terkena berbagai macam
penyakit. Untuk itu orang tua harus cermat memperhatikan gejala apa
yang biasa dialami oleh anak balita (Vera, 2010).
Laurent (2010), menyatakanada beberapa gejala penyakit yang
umum terjadi pada balita dan kemungkinan penyebabnya, yaitu:
1) Batuk-batuk
Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan ISPA
(infeksi saluran pernafasan atas). Selain itu ada juga penyebab
lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke tenggorokan,
asma, batuk rejan atau pneumonia.
2) Diare
Balita yang mengalami diare pada umumnya memiliki kotoran
yang encer dan berair. Diare di sebabkan oleh gastroenteritis, alergi
11
suatu makanan. Pada bayi dibawah 3 tahun terkadang diare
disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.
3) Demam
Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang
dilakukan jika bayi demam tinggi adalah memberinya obat penurun
demam, karena demam yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
kejang.
4) Kejang
Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orang
tua. Namun, jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya
jarang berbahaya. Penyebab lain dari balita yang kejang adalah
epilepsi dan kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang
baru lahir dalam keadaan sehat.
5) Muntah
Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroentritis, infeksi
saluran kemih, keracunan makanan.
2. Disentri
a. Pengertian
1) Disentri adalah salah satu penyakit dimana penderita sering
mengeluarkan tinja yang berlendir dan berdarah, dan sebentar-
bentar ingin buang air besar, sehingga berkurangnya zat cair di
12
dalam tubuh kita dan merasa lemas. Biasanya penyakit ini sangat
cepat penularannya (Tara & Soetrisno, 2007).
2) Disentri merupakan salah satu gangguan dari peradangan usus,
terutama usus besar, yang menghasilkan diare berat yang
mengandung lendir dan darah dalam tinja atau lebih efektif nya
Disentri merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang
diakibatkan karena kurangnya menjaga kebersihan makanan yang
dimakan ataupun hal lain, sehingga akan menimbulkan peradangan
pada usus dan akan terjadi diare akut dan akan sering buang air
besar yang encer secara terus-menerus yang bercampur lendir dan
darah (Ngastiyah, 2007).
b. Klasifikasi disentri
Penyakit disentri menurut Depkes RI (2005), yaitu :
1) Disentri amoeba (amoebiasis), penyebabnya adalah bakteri
entamoeba histolytica, mengakibatkan diare yang cukup parah.
Karena rusaknya dinding usus besar, sehingga mengakibatkan
ulserasi (luka pada lapisan mukosa yang membentuk lubang).
Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di usus besar
(kolon). Biasanya menyerang kepada anak-anak dibawah 5 tahun
atau balita.
2) Disentribasiler, penyebabnya adalah bakteri shigella, escherichia
coli enteroinvasif (EIEC), Salmonella, campylobacterjejuni
(terutama pada bayi). Untuk bakteri shigella perlu diwaspadai
13
karena ± 60% kasusnya termasuk berat dan dapat dirujuk ke
rumah sakit serta mengancam jiwa.
c. Penyebab
Penyaktidesentri menurut Ngastiyah (2014), disebabkan oleh:
1) Shigella shiga yang banyak terdapat di daerah tropis termasuk di
Indonesia
2) Shigella ambiguna dan shigella boydii
3) Shigella flexneri yang sering disebut pula shigella paradisentrie,
terutama terdapat di daerah garis lintang utara
4) Shigella sonnei (basillus sonne-duve), sifat organisme ini tidak
bergerak, gram negatif, tidak simpai dan tidak tahan napas
d. Patogenesis
Basil membentuk endotosin menyebabkan infeksi lokal pada dinding
usus terutama daerah kolon sebagian ileum. Setelah mengadakan
kerusakan mukosa usus tersebut terbentuklah tukak dengan tanda
peradangan di sekitar. Berbeda dengan tukak akibat amubiasis yang
tidak disertai degnan tanda-tanda peradangan yang khas. Biasanya
disertai pembengkakan kelenjar getah bening sekitarnya. Tukak
tersebut kadang-kadang dapat mencapai daerah submukosa tetapi jarang
sampai terjadis perforasi (Ngastiyah, 2014).
e. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2014), patofisiologi desentri sebagai berikut masa
inkubasi sangat bervariasi antara bebeapa jam sampai 8 hari. Mula-
mula gejalanya seperti pada gejala infeksi umum, yaitu kelemahan
14
tubuh yang diikuti oleh demam, kemudian diare yang mengandung
lendir dan darah tenesmus. Bila penyakit menjadi berat dapat disertai
dengan tanda septikemia yaitu panas tinggi disertai kesadaran yang
menurun. Kadang-kadang dalam masa akut disertai gejala perangsan
menigeal seperti kaku kuduk, jika penyakit menjadi kronis suhu akan
menurun menjadi subfebris disertai tinja yang selalu bercampur lendir
dan darah. Untuk menentukan pengobatan diperlukan pemeriksaan
laboratorium dan feses pasien. Sebaiknya diambil dari feses yang masih
segar agar kuman masih hidup. Hasil laboratorium akan lebih kuat jika
ditemukan leukosit serta eritrosit lebih dari 5/LPB (Lapang Pandangan
Besar). Kadang diperlukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi untuk
melihat adanya tukak yang disertai perdarahan
f. Gambaran klinis
Penyakit disentri bermula pada bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada kemudian timbul disentri. Tinja makin cair, mengandung
darah dan lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya
lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam
laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah
gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung,
15
tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat
kering (Qauliyah, 2010).
g. Komplikasi
Komplikasi disentri biasa terjadi akibat adanya faktor risiko pada
anak yang tidak mendapat ASI, berstatus gizi buruk atau sedang
menderita campak. Komplikasi berawal dari melunaknya dinding usus
sehingga bakteri shigella dapat menginvasi jauh kedalam, luka yang
terjadi didinding usus menjadi semakin parah karena tercemar racun
yang dihasilkan bakteri shigella, sehingga memicu terjadinya perforasi
usus atau usus pecah yang ditandai dengan feses bercampur darah
(Ngastiyah, 2014).
h. Pencegahan
Untuk pencegahan penyakit disentri penderita dapat diberikan
cairan oralit sebagai pengganti cairan yang hilang akibat diare dan
muntah-muntah. Selain itu beberapa tumbuhan obat seperti daun
jambu biji, teh, kunyit, kulit delima dan lainnya juga dapat digunakan
untuk mengatasi disentri dan diare yang memiliki efek
adstringent (pengelat), anti radang dan anti bakteri. Penyakit
disentri dapat dicegah, dengan membiasakan hidup sehat dan
bersih seperti menjaga kebersihan makanan dan minuman dari
kotoran serangga yang membawa kuman penyakit ke setiap
makanan serta minuman. Selain itu selalu mencuci tangan setelah
16
buang air besar, memegang hewan dan sebelum makan dapat
dilakukan untuk mencegah datangnya semua penyakit (Aisyah, 2008).
i. Pengobatan atau penatalaksanaan disentri
Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa
sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian (Vera, 2008).
1) Pemberian antibiotik jika dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan,
antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternative lain.
2) Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi ditemukan trofozoit
Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja
berdarah menetap setelah terapi dengan antibiotika yaitu
cotrimoxazol (diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif
untuk disentri basiler.
3) Beri cairan intravena secepatnya, jika anak bisa minum, beri oralit
memalui mulut sementara infus disiapkan. Berikan cairan ringer
laktat (RL) jika tidak tersedia cairan laktat gunakan cairan NaCl.
4) Observasi tanda vital anakseperti denyut nadi, pernafasan, suhu
tubuh anak.
5) Observasi frekuensi buang air besar anak apakah masih sering
encer serta berlendir darah.
6) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok setiap jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut saat kering.
7) Jika telah terjadi rehidrasi maka infus dihentikan dan pasien di
berikan makanan yang lunak (Ngastiyah, 2014).
17
j. Pemberian diit obat disentri
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya.
Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat
diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri. Untuk
mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan
preparat seng oral 8,9 mg. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus
sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang
masa sakit (Vera, 2005).
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah digunakan sebagai metode
pengorgannisasian pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Proses Asuhan Kebidanan
Proses asuhan kebidanan menurut Varney (2007). Terdiri dari 7
langkah yaitu : Pengkajian atau pengumpulan data dasar, Interpretasi data,
Diagnosa atau masalah potensial, Antisipasi, Rencana tindakan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.
18
a. Langkah I: Pengkajian Data
Pengumpulan data dasar semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara lengkap,
pengumpulan data mencakup data subjektif dan objektif.
Data subyektif :
1) Identitas
Identitas adalah data yang di dapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kondisi.
Menurut Nursalam (2007):
a) Nama balita : Dikaji untuk mempermudah dalam
memberikan asuhan kepada balita dan untuk
membedakan dengan balita lain.
b) Umur : Dikaji untuk mengetahui usia balita. Disentri
terjadi pada anak-anak usia lima tahun.
c) Anak ke : untuk mengetahui jumlahkeluarga pasien
d) Nama orang tua : Dikaji untuk mengetahui seseorang yang
bertanggung jawab terhadap balita tersebut.
e) Agama : Menggambarkan pola nilai-nilai spiritual dan
keyakinan orang tua pasien, yang merupakan
pedoman hidup.
f) Pendidikan : Tingkat pendidikan orang tua juga berperan
dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan
tatalaksana pasien atau perawatan balita sakit.
19
g) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang
tua untuk membiayai perawatan balita.
h) Alamat : Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal serta
mempermudah pemantauan.
2) Anamnesa (Data subjektif)
Anamnesa adalah data yang didapat dari pasien atau keluarga
pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian
(Varney, 2007).
a) Alasan datang ke RB
Dikaji untuk mengetahui keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat (Varney, 2007). BAB
normal biasanya hanya 1-2 kali sehariakan tetapi pada pasien
disentri buang air besar lebih dari 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair, tinja bercampur darah dan lendir (Nursalam,
2008).
b) Riwayat kesehatan
1) Imunisasi
Status imunisasi pasien baik imunisasi dasar maupun
imunisasi ulangan harus rutin ditanyakan. Hal tersebut
disamping diperlukan untuk mengetahui perlindungan
pediatrik yang diperoleh, dapat untuk membantu pada
kedaan tertentu (Matondang, 2008).
20
2) Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah di
alami sebelumnya (Nursalam, 2005).
Apakah balita sebelumnya pernah mengalami sakit disentri
dengan BAB berlendir darah lebih dari 7kali sehari, anak
gelisah, rewel, mata dan ubun-ubun cekung, malas
minum, serta cubitan kulit perut kembalinya lambat
(Nursalam, 2005).
3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita sekarang.
Pada kasus disentri ditandai dengan BAB lebih dari 5 kali
sehari, serta tinja bercampur darah dan lendir
(Nursalam, 2008).
4) Riwayat penyakit keluarga atau menurun
Dikaji untuk mengetahui penyakit menurun seperti jantung,
hipertensi, DM dan penyakit menular seperi TBC,
hepatitis, HIV/AIDS (Matandong, 2005).
c) Riwayat sosial
Meliputi yang mengasuh, hubungan dengan anggota keluarga,
hubungan dengan teman sebaya dan lingkungan,
sehingga diperlukan pendekatan terhadap anak tersebut
(Matandong, 2008).
21
d) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Dikaji untuk jenis makanan yang di konsumsi sehari-hari
menurut (Nursalam, 2005).
(a) Pemberian ASI pada anak umur 1-5 tahun sangat
mempengaruhi resiko disentri dan infeksi yang serius.
(b) Pemberian susu formula yang pemberiannya dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
menimbulkan pencemaran.
(c) Pada pasien disentri anak akan merasa malas untuk
minum.
2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui anak BAB dan BAK. Pada balita
sakit disentri frekuensi BAB lebih dari 5 kali sehari dengan
konsistensi cair serta tinja bercampur lendir dan darah
(Nursalam, 2005).
3) Personalhygiene
Dikaji untuk mengetahui bagaimana cara menjaga
kebersihan dan menilai kerentanan terhadap infeksi. Pada
kasus disentri personal hygiene kurang menjaga kebersihan
lingkungan dan kebersihan diri (Farrer, 2005).
22
4) Istirahat/tidur
Pada kasus disentri balita tidur siang dan malam, keadaan
bayi gelisah dan terlihat mengantuk (Nursalam, 2005).
5) Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui keadaan akivitas balita
(Nursalam, 2005). Pada balita sakitdisentri aktivitasnya
menurun (Soegijanto, 2005).
3) Pemeriksaan fisik (Data obyektif)
Pemeriksaan fisik adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat
oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).
Data obyektif ini meliputi:
a) Status generalis
1) Keadaan umum balita
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum anak baik, cukup
baik, atau kurang baik (Matondang, 2006). Pada balita sakit
disentri keadaan umumnya menurun atau kurang baik
(Nursalam, 2005).
2) Kesadaran
Penilaian kesadaran yang dinilai apabila pasien tidak
sedang tidur yang dinyatakan sebagai composmentis, apatis,
somnolen, koma (Matandong, 2006). Balita sakit disentri
kesadarannya composmentis (Nursalam, 2005).
23
3) Tanda-tanda vital meliputi :
a) Denyut jantung atau nadi
Menilai kecepatan irama jantung jelas dan teratur
(Farrer, 2006).Balita sakit disentri irama jantungnya
akan lebih cepat dari keadaan normal (Soegijanto,
2005).
b) Pernafasan
Dikaji untuk menilai dan pernafasan dan bunyi nafas
dalam 1 menit, normal 40-60x/menit (Farrer, 2006).
Balita sakit disentri respirasi terganggu karena
pernafasan menjadi lebih cepat dari keadaan normal
(Soegijanto, 2005).
c) Temperatur
Untuk mungetahui suhu tubuh balita. Temperatur
normal tidak terjadi demam, axilla 37° C dan kulit
36,5°C (Sarwono, 2005). Pada kasus balita sakit dengan
disentri jika terjadi dehidrasi suhu tubuh bisa > 38°C
(Soegijanto, 2005).
4) Berat badan dan tinggi badan
Dikaji untuk menilai pertumbuhan dan nutrisi pada anak
(Matondang, 2006). Balita sakit dengan disentri berat badan
cenderung menurun hingga > 10% dari berat badan
sebelumnya (Nursalam, 2005).
24
5) Lingkar kepala dan lingkar lengan atas
Pada lingkar kepala digunakan untuk menaksir
pertumbuhan otak, berat otak normal pada waktu lahir kira-
kira 350 gr dan pada lingkar lengan atas mencerminkan
pertumbuhan jaringan lemak dan status gizi pada anak
(Nursalam, 2005).
b) Pemeriksaan sistematis
(1) Kepala
Menurut Nursalam (2005), dikaji untuk mengetahui bersih
atau tidak serta kemungkinan adanya kelainan.
(a) Rambut : Bagaimana warnanya, bersih atau tidak,
mudah rontok atau tidak.
(b) Mata : Adakah kotoran pada mata, konjungtiva
merah muda dan sklera pucat. Pada kasus
disentri mata akan terlihat sangat cekung.
(c) Telinga : Simetris atau tidak. Ada kotoran atau tidak.
(d) Mulut : Ada atau tidak ada sariawan, bibir
sumbing.Pada balita sakit dengan disentri
bibir akan terlihat sangat keringdan berwarna
pucat.
(2) Leher
Dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid
atau tidak (Farrer, 2006).
25
(3) Dada
Dikaji untuk mengetahui adanya retraksi atau tidak, simetris
atau tidak (Farrer, 2006)
(4) Perut
Untuk menilai ukuran dan bentuk perut, membuncit,
simetris atau tidak (Hidayat, 2009).Pada kasus disentri
turgor pada perut jika dicubit kembalinya lama, kembung,
(Nursalam, 2005).
(5) Kulit
Untuk mengetahui keadaan kulit anak. Pada balita sakit
dengan disentri cubitan pada kulit kembalinya akan sangat
lambat, kulit kering (Nursalam, 2008).
(6) Anus
Pada balita sakit dengan disentri anus lembab dan daerah
sekitarnya timbul kemerahan (Nursalam, 2006).
(7) Ekstremitas
Turgor kulitjikadicubitkembalinya lama (Nursalam, 2007).
c) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Tahapan tumbuh kembang anak menurut Ariyanti (2007),
terdiri dari beberapa aspek antara lain:
(1) Aspek motorik kasar
Aspek motorik kasar adalah kemampuan anak untuk
mengontrol pergerakan tubuh yang mencakup gerakan
26
gerakan otot besar. Perkembangan motorik dapat dilihat
dari kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari,
melompat, memanjat, berguling, berenang dan sebagainya.
(2) Aspek motorik halus
Aspek motorik halus adalah kemampuan anak untuk
mengontrol keluwesan jemari tangan yang dapat dilihat dari
kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih,
mencoret, melipat, memasukkan benda atau makanan ke
dalam mulut dan sebagainya.
(3) Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses,
menginterpretasikan dan mengkategorikan informasi-
informasi yang diperolehnya melalui panca indera.
(4) Kemampuan bahasa
Sebagai makhluk sosial, sejak anak telah bisa
berkomunikasi untuk menyatakan perasaan dan
keinginannya, yaitu dengan tangisan, tertawa dan mengoceh
yang merupakan awal dari perkembangan bahasa.
Selanjutnya anak akan belajar untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa.
(5) Aspek emosi
Aspek emosi adalah kemampuan anak untuk mengenali
berbagai hal yang dirasakan, mengekspresikan perasaan
27
dalam bentuk yang diterima oleh lingkungannya, serta
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi
perasaannya.
(6) Aspek sosial
Aspek sosial adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, memberi respon pada orang lain
dan berbagi pengalaman sosial anak hanya dapat tumbuh
dan berkembang dari pengalaman dengan orang terdekat
pola asuhan dan arahan orang tua sangat penting dalam
perkembangan aspek sosial anak.
d) Pemeriksaan penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat di ketahui
dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada balita
sakit dengan disentri yaitu pemeriksaan tinja (feses) untuk
mengetahui terdapat bakteri Shigella (Nursalam, 2008).
b. Langkah II : Interprestasi data
Interprestasi data adalah data yang telah dikumpulkan pada langkah
pengajian (Varney, 2007).
Meliputi:
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2008). Pada balita
sakit dengan disentri dapat muncul:
28
An. X umur x tahun, jenis kelamin x, dengan disentri.
Data dasar:
Data subyektif:
Data obyektif :
a) Keadaan umum : kurang baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital
(1) Nadi : lebih cepat dari keadaan normal
(2) Suhu : suhu tubuh meningkat >38°C
(3) Respirasi : lebih cepat dari keadaan normal
d) Kepala : ubun-ubun cekung
e) Mata cekung
f) Mulut dan selaput lendir kering
g) Kulit : cubitan kulit pada perut kembalinya sangat
lambat
h) BB : berat badan cenderung menurun > 10% dari
berat badan semula
i) Hasil laboratorium : dari pemeriksaan hasil feses terdapat bakteri
Shigella (Nursalam, 2008).
2) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian data atau yang menyertai diagnosa
sesuai dengan keadaan pasien (Varney, 2007).
29
Masalah yang muncul pada balita sakit dengan disentri adalah
kekurangan cairan karena hilangnya cairan dalam tubuh sebanyak 10%
dari berat badan sebelumnya (Nursalam, 2008).
3) Kebutuhan
Hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosadan masalah yang didapatakan dengan melakukan analisa data
pasien. Kebutuhan balita dengan disentri yaitu: pemberian cairan dan
elektrolit sesuai petunjuk dengan oralit dan cairan parental, dan
meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal (Varney, 2007).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Langkah ini berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang
membutuhkan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan, mengamati dan
bersiap-siap bila terjadi hal-hal yang diantisipasi (Varney, 2007).
Pada kasus balita sakit dengan disentri memicu terjadinya perforasi usus
atau usus pecah (Ngastiyah, 2014)
d. Langkah IV : Antisipasi
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan, langkah ini ada apabila langkah III ada (Varney, 2007).
Antisipasi yang dapat dilakukan menurut (Nursalam, 2006), yaitu
mandiri: pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa, yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga, merupakan pengembangan
30
perencanaan asuhan menyeluruhan yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Setiap rencana asuhan haruslah mencerminkan rasional yang
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007).Menurut
Ngastiyah (2014), penatalaksaan disentri:
1) Pemberian antibiotik jika dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan,
antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternative lain.
2) Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi ditemukan trofozoit
Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja berdarah
menetap setelah terapi dengan antibiotika yaitu cotrimoxazol
(diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
3) Beri cairan intravena secepatnya, jika anak bisa minum, beri oralit
memalui mulut sementara infus disiapkan. Berikan cairan ringer laktat
(RL) jika tidak tersedia cairan laktat gunakan cairan NaCl.
4) Observasi tanda vital anakseperti denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh
anak.
5) Observasi frekuensi buang air besar anak apakah masih sering encer
serta berlendir darah.
6) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut saat kering.
7) Jika telah terjadi rehidrasi maka infus dihentikan dan pasien di berikan
makanan yang lunak (Ngastiyah, 2014).
31
f. Langkah VI : Penatalaksanaan
Langkah ini merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti pada perencanaan secara efisien dan aman. Dalam
situasi bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam
manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
memiliki tanggung jawab terhadap pelaksaan asuhan bersamasecara
menyeluruh (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan pada balita sakit dengan
disentri adalah disesuaikan dengan rencana tindakan.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk menilai asuhan yang
diimplementasikan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan dan
pemenuhan kebutuhan yang telah terpenuhi (Nursalam, 2005).
Evaluasi menurut (Tara & Soetrisno, 2007) yang diharapkan dari asuhan
kebidanan pada balita sakit dengan disentri hasilnya sebagai berikut:
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaran composmentis
3. Aktivitas meningkat
4. Ubun-ubun normal tidak cekung
5. Turgor kulit kembali normal jika di cubit kembalinya cepat
6. BAB normal 1-2 kali sehari
7. Mata normal,tidak cekung
8. Mulut dan kulit kembali normal,tidak kering
9. Disentri sembuh dan tidak disentri
32
C. DATA PERKEMBANGAN
Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam
perkembangan yang menggunakan SOAP menurut (Varney, 2007), yang
meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian data klien melalui anamnesa sebagai
langkah I Varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium klien yang telah dirumuskan dalam data untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I Varney
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter.
P : Planning
Menggambarkan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai pola
pikir dengan pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
33
D. Landasan Hukum
Bidan dalam menjalankan prakteknya berlandaskan pada PERMENKES
RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin praktek kebidanan pada
pasal 14 yaitu dalam keadaan dimana tidak terdapat dokter yang berwenang
pada wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada
penyakit disentri bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya (IBI, 2010).
35
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis studi kasus
Karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan
menggunakan asuhan kebidanan dengan manajemen Varney yang terdiri dari
7 langkah. Studi kasus adalah meneliti atau permasalahan melalui suatu kasus
yang terdiri dari unit tunggal. Studi kasus pada balita sakit dengan
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif (Notoadmodjo, 2012). Studi kasus ini menggambarkan asuhan
kebidanan pada balita sakit An. R umur 3 tahun dengan disentri.
B. Lokasi pengambilan studi kasus
Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan studi kasus
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi pengambilan studi kasus ini
dilaksanakan di Puskesmas Gondang Sragen.
C. Subyek studi kasus
Subjek adalah seseorang yang dijadikan sampel dalam studi kasus dan
bersedia mengikuti protokol asuhan yang diberikan (Budiarto, 2006). Subjek
dalam pengambilan kasus ini yaitu An. R dengan disentri.
36
D. Waktu studi kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
pelaksanaan laporan kasus (Notoadmodjo, 2012). Waktu studi kasus
dilaksanakan pada Januari – Februari 2015.
E. Instrumen pengambilan kasus
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan oleh peneliti untuk
pengambilan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya menjadi lebih
baik, dalam arti kata akan lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga data
menjadi lebih mudah diolah (Notoadmojo, 2012). Dalam pengambilan studi
kasus ini penulis menggunakan instrumen berupa format asuhan kebidanan
balita sakit dengan 7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik pengumpulan data
Dalam pengumpulan data studi kasus ini menggunakan berbagai
pengumpulan data antara lain data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh
yang melakukan penelitian dari pasien (Nursalam, 2008).
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah tindakan dimana kita menganalisa informasi
yang telah terkumpuldalam rencana pengmbilan keputusan tentang
status kesehatan pasien sebagai sebagian dari proses keperawatan.
37
Menurut Nursalam (2008), ada beberapa teknik utama yang digunakan
untuk mengetahui fisik pasien antara lain:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan untuk
observasi secara sistematik untuk menentukan status kesehatan
pasien yang didapat dari pengamatan secara berurutan mulai dari
kepala hingga kaki (Nursalam, 2008). Pada kasus An. R umur 3
tahun dengan disentri inspeksi dilakukan meliputi kulit dan mulut
apakah kering, kepala khususnya pada ubun-ubun cekung, mata
cekung, muka terlihat pucat, muka terlihat pucat.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang dilkukan dengan menggunakan
peranan telapak atau punggung tangan pemeriksa (Nursalam,
2008). Pada kasus An. R umur 3 tahun dengan disentri dilakukan
palpasi meliputi turgor kulit dan perut. Dilakukan untuk
mengetahui temperature kulit, kelembapan kulit serta memastikan
pada perut apabila di cubit kembalinya cepat atau lambat.
3) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan gerakan mengetuk area
tubuh secara ringan tetapi tajam untuk menentukan posisi, ukuran
dan struktur yang berada di bawahnya, digunakan untuk
mendeteksi cairan udara di dalam rongga (Nursalam, 2008). Pada
38
kasus An. R umur 3 tahun dengan disentri pemeriksaan dilakukan
di daerah perut untuk mengetahui perut kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh kerja organ tubuh dengan menggunakan
stetoskop (Nursalam, 2008). Pada kasus An. R umur 3 tahun
dengan disentri auskultasi yang dilakukan untuk memeriksa
frekuensi jantung dan mengetahui bising usus.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang di gunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapat keterangan secara lisan
dari seseorang sasaran studi kasus (responden) berhadap muka dengan
orang tersebut (Notoadmodjo, 2012). Dalam kasus ini wawancara
dilaksanakan dengan cara menanyakan secara langsung kepada
keluarga atau orang tua pasien dan perawat atau tenaga medis yang
lain yang merawat pasien untuk mendapatkan keterangan yang lebih
lengkap pada pasien.
c. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
berhubungan dengan kasus yang akan di ambil. Observasi dapat
berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang (Notoadmodjo, 2012). Dalam kasus An. R umur 3 tahun
39
dengan disentri yang di observasi adalah vital sign, keadaan umum,
turgor kulit, frekuensi dan intensitas BAB (Nursalam, 2008).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau dari studi kasus terdahulu (Notoadmodjo, 2012).
Data sekunder diperoleh dengan cara :
a. Studi Perpustakaan
Studi kepustakaan adalah berbagai informasi yang sangat penting baik
berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikembangkan
oleh berbagai teori dari buku sumber yang ada (Notoadmodjo, 2012).
Pada kasus ini penulis menggunakan bahan referensi dari tahun 2005
sampai tahun 2014.
b. Studi dokumentasi
Studi dokuntasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya
laporan, catatan dalam kartu klinik. Sedangkan yang tidak resmi
adalah segala bentuk dokumen dibawah tanggung jawab instansi tidak
resmi seperti biografi dan catatan harian (Notoadmodjo, 2005). Dalam
kasus ini pengambilan dokumen diambil dari rekam medik balita sakit
dengan disentri inap di Puskesmas Gondang Sragen.
40
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a. Format pengkajian
b. Buku tulis
c. Alat tulis
2. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam observasi :
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Arloji
d. Bengkok
e. Pispot
f. Sarung tangan
g. Alkohol
3. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pendokumentasian adalah :
a. Rekam medik
b. Alat tulis
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An.R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DESENTRI
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN
A. Hasil
Tinjauan Kasus Kebidanan
Tanggal Masuk : 3 Maret 2015 Jam : 08.30 WIB
Tempat : Puskesmas Gondang Sragen
No.Register : 00205563
I. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Identitas pasien
Nama Bayi : An.R
Umur Bayi : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 20 kg
Panjang badan : 89 cm
Nama Ibu : Ny.I Nama Ayah : Tn.R
Umur : 25 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama :Islam
42
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : TNI
Alamat : Pagah, Srimulyo, Gondang, Sragen
2) Keluhan Utama
Ny.I mengatakan bahwa anaknya BAB ± 5 kali sehari pada
tanggal 2 maret 2015, BAB dengan konsistensi cair berlendir
serta berdarah selama satu hari
3) Data Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.I mengatakan anaknya BAB sehari 5 kali dengan BAB
berlendir disertai darah selama satu hari
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.I Mengatakan anaknya tidak pernah mengalami sakit
seperti sekarang.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
(1) Jantung : Ny. I mengatakan tidak pernah nyeri
dada sebelah kiri dan tidak keluar
keringat dingin saat beraktifitas ringan.
(2) Ginjal : Ny. I mengatakan tidak ada nyeri pada
pinggang bagian bawah.
(3) Asma / TBC : Ny. I mengatakan tidak pernah sesak
nafas dan batuk berkepanjangan lebih
dari 2 minggu.
43
(4) Hepatitis : Ny. I mengatakan tidak pada mata, kulit
dan kuku tidak pernah berwarna kuning.
(5) DM : Ny. I mengatakan tidak mudah lapar,
haus dan sering BAK pada malam hari.
(6) Hipertensi : Ny. I menagatakan tekanan darah tidak
lebih dari 140/90 mmHg.
(7) Epilepsi : Ny. I mengatakan tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari
mulutnya.
(8) Lain – lain : Ny. I mengatakan tidak menderita
penyakit lain seperti HIV / AIDS, PMS,
dll.
4) Data Imunisasi
HB POLIO BCG DPT CAMPAK
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü
5) Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Sebelum Sakit Saat Sakit
Pola Makan
a. Frekuensi
b. Porsi
c. Makanan yang
disukai
d. Makanan yang
tidak disukai
e. Jenis makanan
f. Keluhan
g. Pantangan
a. 3 – 4 x sehari
b. 1 mangkok
kecil
c. Nasi, Bubur tim
d. Tidak ada
e. Bubur , sayur
f. Tidak
g. Tidak
a. Belum makan
b. Setengah
mangkok kecil
c. Bubur
d. Tidak ada
e. Bubur
f. Nafsu makan
berkurang
g. Tidak ada
44
Istirahat
a. Lama Tidur
b. Keluhan
a. 10 jam/hari
b. Tidak ada
a. Tidur 7 jam/hari
b. Sedikit susah
tidur
Personal Hygiene
a. Mandi
b. Keramas
c. Sikat Gigi
d. Ganti Pakaian
e. Keluhan
a. 2 x sehari
b. 3 x seminggu
c. 2 x sehari
d. Tiap basah /
kotor
e. Tidak ada
a. 1 x sehari
b. Belum
keramas
c. 1 x sikat gigi
d. 2 x ganti
pakaian
e. Tidak ada
Aktifitas bermain Aktif Aktifitas berkurang
Eliminasi
a. Frekuensi BAK
b. Warna
c. Jumlah
d. Keluhan
e. Frekuensi BAB
f. Warna
g. Bau
h. Konsistensi
i. Keluhan
a. 4-6x sehari
b. Kuning jernih
c. 1 popok penuh
d. Tidak ada
e. 1 - 2x sehari
f. Kuning
kecoklatan
g. Khas
h. Lembek
i. Tidak ada
a. 4 x sehari
b. Kuning jernih
c. 1 popok penuh
d. Tidak ada
e. 5x sehari
f. Kecoklatan
g. Khas
h. Cair, berlendir,
darah
i. Lebih sering
BAB
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis
b) Vital sign
RR : 30 x/menit
HR : 96 x/menit
S : 36, 50C
c) BB : 20 kg TB : 89 cm
d) LILA : 23 LK : 46 cm
45
2) Kepala dan wajah
a) Rambut
Ubun-ubun : cekung
Warna : hitam
Pertumbuhan : rata / normal
Keadaan : bersih
Lesi : tidak ada
Oedema : tidak ada
b) Mata
Konjungtiva : anemis
Sklera : tidak ikterik
Sekret : tidak ada
Bentuk : simetris
Tanda infeksi : tidak ada
Kelainan : tidak ada
Kondisi mata : cekung
c) Hidung
Sekret : tidak ada
Keadaan : bersih
Lesi : tidak ada
d) Mulut
Sekret : tidak ada
Lidah : bersih
46
Gigi : bersih
Gusi : kemerahan, tidak bengkak, tidak
berdarah, tidak ada stomatitis
e) Leher
Bentuk : simetris
Massa : tidak ada
Kekakuan : tidak ada
Kel. Tiroid : tidak ada pembesaran
Kel. Parotis : tidak ada pembengkakan
f) Dada
Bentuk : simetris
Type pernafasan : normal
Perkusi dada : normal
Auskultasi suara : normal
Pernafasan : normal
g) Abdomen
Bentuk : simetris
Bekas luka op : tidak ada
Resistensi : tidak ada
Peristaltik usus : meningkat, kembung
Tumor/masa : tidak ada
h) Genetalia
Oedem : tidak ada
47
Secret : tidak ada
Kelainan : tidak ada
Anus : sedikit kemerahan
i) Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kelainan : tidak ada
Turgor Kulit : menurun
3) Pemeriksaan penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan
4) Pengobatan yang telah didapat
Ny. I mengatakan anaknya belum pernah mendapatkan
pengobatan apapun
II. Interpretasi Data
Tanggal / jam : 3 Maret 2015 / 09. 20 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
By. R umur 3 Tahun dengan Disentri
DS : Ny. I mengatakan anaknya BAB dengan konsistensi cair
berlendir disertai darah ± 5 kali dalam sehari dan sudah
berlangsung selama 1 hari.
DO : 1) KU : baik
2) Kesadaran : CM
3) HR : 96 x / menit
4) RR : 30 x / menit
48
5) S : 36,50 C
6) Turgor kulit : menurun
7) Abdomen : peristaltik usus meningkat, perut
kembung
8) Wajah : pucat, konjungtiva anemis
9) Kepala : ubun-ubun cekung
10) Mata : anemis
11) Mulut : kering
b. Masalah : tidak ada
c. Kebutuhan : tidak ada
III. Diagnosa / Masalah Potensial dan Antisipasi
Potensial terjadinya dehidrasi ringan
IV. Tindakan Segera
a. Pemasangan infuse NaCl 0,9 % dengan 20 tetes per menit.
b. Pemberian nutrisi yang adekuat
V. Perencanaan
Tanggal / jam : 3 Maret 2015 / 09. 25 WIB
a. Beritahu ibu tentang keadaan umum dan vital sign bayi
b. Beri pendkes pada ibu tentang disentri
c. Pemasangan infuse NaCl 0,9 % dengan 20 tetes per menit.
d. Anjurkan ibu untuk memberi oralit
49
e. Anjurkan ibu untuk memberi nutrisi yang bergizi dan istirahat yang
cukup.
f. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya bila panas
g. Berikan terapi pada An.R
h. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah obat habis
VI. Implementasi
Tanggal / jam : 03 Maret 2015 / 09. 30 WIB
Pukul 09.35 WIB :
Pukul 09.40 WIB :
Pukul 09.45 WIB :
Pukul 09.50 WIB :
Pukul 09.55 WIB :
Pukul 10.00 WIB :
Pukul 10.05 WIB :
a. Memberitahu ibu keadaan umum bayi dalam
keadaan lemah dan vital sign dalam batas normal.
b. Memberi pendidikan kesehatan pada ibu tentang
disentri seperti pengertian, penyebab, tanda gejala,
dan pengobatan.
c. Memasang infuse NaCl 0,9% dengan 20 tetes
permenit.
d. Menganjurkan ibu untuk memberi oralit.
e. Menganjurkan ibu untuk memberi nutrisi yang
bergizi (contohnya : bubur, telur, buah-buahan)
dan istirahat yang cukup.
f. Menganjurkan ibu untuk mengompres bayinya
dengan air hangat bila panas.
g. Memberikan terapi pada An.R
Cotrimoxazol syrup 240 mg pukul 10.00 WIB per
oral
50
Pamol syrup 120 mg pukul 10.02 WIB per
oral
CTM 4 mg pukul 10.05 WIB per
oral
VII. Evaluasi
Tanggal / jam : 3 Maret 2015 / 10. 10 WIB
a. Keadaan umum bayi lemah dan vital sign dalam batas normal.
b. Ibu sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
pengobatan disentri.
c. Ibu bersedia anaknya dipasang infuse NaCl 0,9% dengan 20 tetes per
menit.
d. Ibu sudah memberikan oralit pada anaknya.
e. Ibu sudah memberikan nutrisi yang bergizi (seperti bubur, telur, dan
buah-buahan) dan istirahat yang cukup.
f. Ibu telah mengompres anaknya bila panas dengan air hangat.
g. An. R sudah diberikan Cotrimoxazol Syrup 240 mg, Pamol Syrup 120
mg, dan CTM 4 mg pada pukul 10.05 WIB.
51
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 3 Maret 2015 Jam : 13.00 WIB
1. Subjektif
Ny.I mengatakan anaknya BAB ± 4 kali sehari dari jam 08.00 – 16.00 WIB
dengan konsistensi cair berlendir disertai darah.
2. Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : S: 36,8o C, R : 30 x/menit, N : 96 x/menit
d. Berat Badan : 20 kg
3. Assessment
By. R umur 3 Tahun dengan disentri hari ke-1
4. Planning
Tanggal : 3 Maret 2015 Jam 13.05 WIB
a. Pukul : 13.05 WIB memberitahu keadaan umum dan vital sign An. R.
b. Pukul : 13.10 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi
Cotrimoxazol syrup 240 mg 3 x 1 / hari
Pamol syrup 120 mg 3 x 1 hari
CTM 4 mg 3 x 1 hari
c. Pukul : 13.30 WIB memonitor infuse NaCl 20 tpm terpasang ditangan
kanan.
52
d. Pukul : 13.20 WIB mengobservasi BAB.
5. Evaluasi
Tanggal : 3 Maret 2015 Jam 13.25 WIB
a. Pukul : 13.30 WIB memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan
umum anaknya dan vital sign S : 36,8 0 C, R : 30 x/menit, N : 96 x/menit
b. Pukul : 13.35 WIB telah dilakukan kolaborasi pemberian terapi
Cotrimoxazol syrup 240 mg jam 12.00 WIB per oral
Pamol syrup 120 mg jam 12.00 WIB per oral
CTM 4 mg jam 12.00 WIB per oral
c. Pukul : 13.40 WIB infuse sudah terpasang dengan baik di tangan kanan
dengan 20 tpm.
d. Pukul : 13.45 WIB BAB 4 x sehari, konsistensi cair berlendir darah.
53
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam : 07.30 WIB
1. Subjektif
Ny. I mengatakan BAB An. R masih sedikit berlendir dan sedikit berdarah ± 3
kali sejak jam 13.00 tanggal 3 Maret sampai jam 07.00 tanggal 4 Maret 2015.
2. Objektif
a. Tanda-tanda vital : S: 36,8o C, R : 28 x/menit, N : 88 x/menit
b. Keadaan Umum : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
d. Ubun-ubun : Normal, tidak cekung
e. Mata : Tidak anemis, sedikit cekung
f. Mulut : Bersih, tidak kering
3. Assessment
By. R umur 3 Tahun dengan disentri hari ke 2
4. Planning
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam 07.35 WIB
a. Pukul : 07.40 WIB memberitahu keadaan umum dan vital sign An. R.
b. Pukul : 07.45 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter.
Cotrimoxazol syrup 240 mg 3 x 1 / hari
Pamol syrup 120 mg 3 x 1 hari
CTM 4 mg 3 x 1 hari
54
c. Pukul : 07.50 WIB memonitor infuse NaCl 20 tpm terpasang ditangan
kanan.
d. Pukul : 07.35 WIB mengobservasi BAB.
5. Evaluasi
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam 08.00 WIB
a. Pukul : 08.00 WIB memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan
umum anaknya dan vital sign S : 36,8 0 C, R : 28 x/menit, N :88 x/menit.
b. Pukul : 08.05 WIB telah dilakukan pemberian terapi
Cotrimoxazol syrup 240 mg jam 08.05 WIB per oral
Pamol syrup 120 mg jam 08.07 WIB per oral
CTM 4 mg jam 08.09 WIB per oral
c. Pukul : 08.10 WIB infuse sudah terpasang dengan baik di tangan kanan
dengan 20 tpm.
d. Pukul : 08.15 WIB BAB 2 x sehari, konsistensi lembek, tidak berlendir
darah.
55
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam : 20.00 WIB
1. Subjektif
Ny.I mengatakan BAB An. R sudah tidak BAB berlendir dan tidak berdarah.
2. Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : S: 36,8 0 C, R : 28 x/menit, N : 88 x/menit
d. Turgor kulit : Baik
e. Bising usus : 10 x/menit
f. Ubun-ubun : Tidak cekung
g. Mata : Tidak anemis, cembung
h. Mulut : Bersih, tidak kering
3. Assessment
By. R umur 3 Tahun dengan disentri
4. Planning
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam 20.05 WIB
a. Pukul : 20.10 WIB memberitahu Ny. I hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
b. Pukul : 20.15 WIB memberitahu Ny. I bahwa An. R boleh pulang besuk
c. Pukul : 20.20 WIB memberi makanan yang bergizi seperti bubur
sumsum, telur dan buah-buahan
56
d. Pukul : 20.25 WIB menganjurkan ibu untuk memberi asupan cairan lebih
banyak daripada biasanya
e. Pukul : 20.30 WIB menganjurkan ibu untuk memberikan terapi obat yang
sudah diberikan oleh dokter
5. Evaluasi
Tanggal : 4 Maret 2015 Jam 20.35 WIB
a. Pukul : 20.35 WIB ibu sudah tau hasil pemeriksaan keadaan umum
anaknya dan vital sign S : 36,8 0 C, R : 26 x/menit, N :88 x/menit,
turgor kulit baik, mata cembung, konjungtiva tidak anemis.
b. Pukul : 20.40 WIB orang tua An. R, Ny. I sudah sudah tahu bahwa besuk
anaknya diperbolehkan pulang.
c. Pukul : 20 45 WIB Ny. I mau memberi makanan yang bergizi seperti
bubur, susu telur.
d. Pukul : 20.50 WIB Ny. I mau memberikan asupan cairan yang lebih
banyak dari biasanya.
57
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 5 Maret 2015 Jam : 12.00 WIB
1. Subjektif
Ny. I mengatakan BAB An. R sudah BAB 2 kali mulai jam 05.00-11.00 WIB
dengan konsistensi tidak berlendir dan tidak berdarah.
2. Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : S: 36,8 0 C, R : 28 x/menit, N : 88 x/menit
d. Ubun-ubun : Tidak cekung
e. Turgor kulit : Baik
f. Abdomen : Tidak kembung
g. Mata : Tidak anemis, cembung
h. Mulut : Bersih, tidak kering
3. Assessmen
By. R umur 3 Tahun sudah tidak disentri
4. Planning
Tanggal : 5 Maret 2015 Jam 12.05 WIB
a. Pukul : 12.05 WIB memberitahu Ny. I keadaan umum An. R baik dan
vital sign dalam keadaan normal
b. Pukul : 12.10 WIB melakukan kolaborasi terapi obat dengan dokter
untuk pemberian terapi
58
Cotrimoxazol syrup 240 mg 3 x 1 / hari
Pamol syrup 120 mg 3 x 1 hari
CTM 4 mg 3 x 1 hari
c. Pukul : 12.15 WIB memberitahu Ny. I untuk kontrol ulang jika obat
sudah habis.
d. Pukul : 12.20 WIB memberitahu Ny. I untuk memberikan nutrisi yang
bergizi dan istirahat yang cukup.
e. Pukul : 12.25 WIB memberitahu Ny. I untuk segera mendatangi tenaga
kesehatan bila terjadi hal yang sama.
5. Evaluasi
Tanggal : 5 Maret 2015 Jam 12.30 WIB
a. Pukul : 12.40 WIB memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan
umum anaknya dan vital sign S : 36,8 0 C, R : 26 x/menit,
N : 88 x/menit.
b. Pukul : 12.50 WIB Ny.I bersedia untuk memberikan obat sesuai anjuran
saat di rumah sakit
c. Pukul : 13.00 WIB Ny. I bersedia kontrol jika obat sudah habis.
d. Pukul : 13.10 WIB Ny. I bersedia memberi nutrisi yang bergizi dan
istirahat yang cukup.
e. Pukul : 13.20 WIB An.R pulang jam 13.15 WIB dan Ny. I bersedia
datang ke tenaga kesehatan bila terjadi hal yang sama.
59
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi selama 2
hari, penulis telah melakukan analisis data dengan mengggunakan prinsip
manajemen asuhan kebidanan menurut Varney dan untuk catatan
perkembangan dengan menggunakan SOAP.\
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan selama 2 hari pada An.R
dengan kasus desentri dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara lengkap, pengumpulan
data mencakup data subjektif dan objektif (Nursalam, 2007). Ciri-ciri
disentri meliputi penderita BAB ± 5x sehari, berlendir darah dan cair,
UUK cekung, mata cekung, turgor kulit kembalinya lama, perut kembung
anus kemerahan, mata anemis, mulut kering. (Ngastiyah, 2004).
Data subyektif pada Ny. I mengatakan bahwa An. R BAB berlendir
disertai darah ± 5 kali sehari. Data obyektif pada An.R keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, suhu 365o
C, nadi 96x/menit, konjungtiva
anemis, peristaltik usus meningkat, dan turgor kulit menurun.
Pada langkah pengkajian ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
2. Interprestasi Data Dasar
Interprestasi data adalah data yang telah dikumpulkan pada langkah
pengajian (Varney, 2007). Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
60
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan
(Nursalam, 2008). Diperoleh diagnosa kebidanan An. R umur 3 Tahun
dengan disentri, diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan data subjektif
dan objektif. Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian data atau yang menyertai diagnosa
sesuai dengan keadaan pasien (Varney, 2007). Dari diagnosa kebidanan
pada kasus ini An.R dengan desentri muncul masalah yaitu potensial
terjadinya dehidrasi ringan. Dasar dari masalah ini yaitu An.R sering
BAB berlendir disertai darah, konjugtiva enemis dan wajah pucat, hal ini
sesuai dengan pernyataan Qauliyah (2010) bahwa masalah resiko
dehidrasi ringan dapat dikenali dari tanda gejala sering BAB berlendir
atau berdarah, turgor kulit berkurang, dan suhu badan meningkat.
Kebutuhan yang diberikan pada An.R adalah pemasangan infus NaCl
0,9 % sebagai langkah rehidrasi.
Pada langkah interpretasi data ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
3. Diagnosa Potensial dan Antisipasi Tindakan Segera
Diagnosa potensial dalam kasus ini dehidrasi ringan langkah ini
berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang membutuhkan
antisipasi, pencegahan bila memungkinkan, mengamati dan bersiap-siap
bila terjadi hal-hal yang diantisipasi (Varney, 2007). Pada kasus balita
sakit dengan disentri memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah
(Ngastiyah, 2014). Pada kasus balita sakit dengan disentri memicu
61
terjadinya perforasi usus atau usus pecah (Ngastiyah, 2014). Tahap
antisipasi tindakan segera pada kasus An. R yaitu memenuhi asupan cairan
untuk mengatasi dehidrasi dengan pemasangan infus NaCl 0,9% 20 tpm
dan pemenuhan nutrisi yang adekuat. Jadi pada langkah diagnosa potensial
ini tidak terdapat adanya kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Tindakan segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk pemberian terapi berupa injeksi program pengobatan
sesuai dengan pernyataan (Vera, 2008) yaitu pengobatan dengan antibiotik
dapat mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi. Tindakan
segera pada kasus ini pemberian cairan infuse pemenuhan nutrisi adekuat
Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang dikaji seperti pada kasus yaitu kebutuhan cairan yang lebih
dalam menanggulangi dehidarasi dan obat-obatan dalam menurunkan
panas dan obat antibiotik serta nutrisi yang cukup.
5. Rencana Tindakan
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa, yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga, merupakan pengembangan
perencanaan asuhan menyeluruhan yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Setiap rencana asuhan haruslah mencerminkan rasional yang
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007). Perencanaan
tindakan pada An.R dengan Desentri adalah dengan pemasangan infuse
NaCl 0,9% 20 tpm, Cotrimoxazol syrup 240 mg 3 x 1 / hari Pamol syrup
62
120 mg 3 x 1 hari CTM 4 mg 3 x 1 hari, obat oralit 3x1, observasi KU dan
TTV, Observasi Frekuensi BAB. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ngatiyah (2014) yang mengatkan rencana pengobatan pada anak dengan
desentri adalah terapi Antiamebik cotrimazol, terapi cairan intravena RL/
NaCl 0,9 %, Observasi TTV, Observasi Frekuensi BAB, Berikan Oralit 1-
2 sendok per hari.
Pada langkah perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan dalam
pemberian terapi obat antara teori dan kasus dilahan.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti pada perencanaan secara efisien dan aman. Dalam
situasi bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam
manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
memiliki tanggung jawab terhadap pelaksaan asuhan bersama secara
menyeluruh (Varney, 2007).
Pelaksanaan yang dilakukan pada An. R dengan desentri yang
mengarah kepada dehidasi adalah pemasangan infuse NaCl 0,9%, hal ini
sesuai dengan pernayataan Ngastiyah (2014) yang mengatakan bahwa jika
terjadi dehidrasi maka harus dilakukan rehidrasi dengan pemasangan
infuse. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. R dengan disentri
meliputi:
a. Memberitahu ibu keadaan umum bayi dalam keadaan lemah dan vital
sign dalam batas normal.
63
b. Mengobservasi BAB.
c. Pemasangan infuse NaCl 0,9% dengan 20 tetes permenit.
d. Menganjurkan ibu untuk memberi oralit.
e. Menganjurkan ibu untuk memberi nutrisi yang bergizi (contohnya:
bubur, telur, buah-buahan) dan istirahat yang cukup.
f. Menganjurkan ibu untuk mengompres bayinya dengan air hangat bila
panas
g. Memberikan terapi pada An.R
Cotrimoxazol syrup 240 mg pukul 10.00 WIB per oral
Pamol syrup 120 mg pukul 10.02 WIB per oral
CTM 4 mg pukul 10.05 WIB per oral
Langkah pelaksanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik dilahan dalam pemberian terapi obat oral.
7. Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk menilai asuhan yang
diimplementasikan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan dan
pemenuhan kebutuhan yang telah terpenuhi (Nursalam, 2005). Menurut
Tara & Soetriso (2007) evaluasi yang diharapkan pada anak dengan
desentri adalah keadaan umum baik, keasadaran composmentis, BAB
normal 1-2 kali sehari, dan turgor kulit baik. Setelah dilakukan perawatan
selama 2 hari pada By. R didapatkan evaluasi keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, BAB 2 x perhari dengan konsistensi lendir, Nadi
88 x/menit, RR 28 x/menit, S 36,8o C, mata cembung, turgor kulit baik,
64
UUK baik. Dari teori dan kasus terdapat kesenjangan pada pemeriksaan
laboratorium (pemeriksaan fases).
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada An. R dengan
desentri di Puskesmas Gondang Sragen selama 2 hari. Maka penulis dapat
menyimpulkan :
1. Pengkajian data dengan mengumpulkan data An.R dengan desentri yang
meliputi data identitas anak dan data identitas orang tua kemudian
dilakukan anamnesa keluhan utama dan riwayat kesehatan dan dilakukan
pemeriksaan keadaan umum anak, vital sign anak dan pemeriksaan fisik
pada An. R dengan desentri. Data subyektif pada Ny. I mengatakan bahwa
An. R BAB berlendir disertai darah ± 5 kali sehari. Data obyektif pada
An. R keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, suhu 365o
C, nadi
96 x/menit, konjungtiva anemis, peristaltik usus meningkat, dan turgor
kulit menurun.
2. Interprestasi data dapat ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu An.R umur 3
tahun dengan desentri. Tidak terdapat masalah yang muncul pada anak,
kebutuhan pemberian cairan oralit dan nutrisi yang adekuat.
3. Karena penanganan yang tepat pada penderita desentri sehingga terjadi
dehidrasi ringan.
66
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera dengan melakukan
kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi obat pemasangan
infuse dan rehidrasi cairan..
5. Melakukan perencanaan dengan pengembangan masalah dan diagnosis
yang telah diidentifikasikan. Dengan cara asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada By. R meliputi observasi KU, vital sign, pemasangan
infuse NaCl 0,9% 20 tpm, terapi obat Cotrimoxazol syrup 240 mg 3 x 1 /
hari Pamol syrup 120 mg 3 x 1 hari CTM 4 mg 3 x 1 hari, obat oralit 3x1,
mengobservasi BAB. Pada perencanaan dan penatalaksanaan tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
6. Dalam pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
disesuaikan dengan masalah yang ada da diagnosis yang diperoleh dari
diagnosa kebidanan. Pada pelaksanaan tidak terjadi kesenjangan.
7. Evaluasi pada An.R adalah dengan perawatan selama 2 hari desentri sudah
berkurang, keadaan umum baik, mata cembung, tidak anemis, turgor kulit
baik, perut tidak kembung dan BAB sudah tidak disetai lendir darah dan
sudah diperbolehkan pulang.
8. Dari pengkajian sampai evaluasi terdapat kesenjangan yaitu pada langkah
pengkajian menurut teori untuk kasus disentri dilakukan pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan fases, sedangkan dilahan tidak
dilakukan.
67
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan
saran yaitu :
1. Bagi Penulis
Di sarankan agar dapat meningkatkan ilmu dari situasi nyata dan ilmu
pengetahuan sehingga dapat meberikan asuhan kebidanan pada anak sakit
dengan desentriserta dapat membandingkan antara teori dan praktek
dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan desentri.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Puskesmas
Disarankan agar lebih meningkatkan pelayanan sehingga pasien
merasa lebih nyaman dan aman, melalui pendekatan manejemen
kebiadanan secara komprehensif, tepat dan profesioanal untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Bagi Pendidikan
Di sarankan mahasiswa dapat memberikan dan melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan praktek, sehingga antara teori dan
praktek tidak ada kesenjangan dan dapat dijadikan bahan acuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan desentri.
3. Bagi Pasien
Disarankan agar ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau
anaknya di rumah dengan baik dan apabila terdapat kegawatdaruratam
68
segera dibawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
Rineka Cipta : Jakarta.
Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Kementerian Kesehatan RI. website: http://www.kemkes.go.id. Diakses
tanggal 20 September 2014.
Depkes RI. 2005. Perawatan II Anak. Jakarta : Bina Pustaka.
Dewitt G.T. 2015. Acute Infectious Bloody Diarhea. (online). Available :
http://www.acuteinfectiousbloodydiarhea.pediatr. html 11 march 2nd
,
2015.
Diniz-Santos R.D., Santana. 2015. Epidemiological and Microbiological Aspect of
Acute Cacterial Diarhea in Children from Salvador. (online). Available :
http://thebrazillianjournalofinfectious.diseases. html 11 march 2nd
, 2015.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012. Kementerian Kesehatan RI. website:
http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 September 2014.
Farrer, H, 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2010/08/24/diare-disentri/
Jones ACC., Farthing MJG., 2014. Management of Infectious Diarhea. (online).
Available : http://ManagementofInfectiousDiarhea.gut. html 29 December
2nd
, 2014.
Matondang, dkk. 2005. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta : PT. Sagung
Seta.
Ngastiyah, 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nursalam, 2005. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press.
Riyadi dan Ratnaningsih. 2012. Tumbang. Cara Praktis Orang Tua untuk
Memanta Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Tara, Soetrisno. 2007. Keperawatan Asuhan pada Anak. Jakarta : Salemba
Mustika.
Varney, H. 2007. Buku Saku Kebidanan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.