Asteatotic Eczema Pada Geriatri

24
Asteatotic Eczema Pada Geriatri Pendahuluan Penuan merupakan proses yang tidak dapat dihindari dan bersifat progresif. Penuan terjadi pada tubuh kita dalam tingkat seluler bahkan molekuler sehingga tidak ada bagian tubuh kita yang tidak mengalami penuaan termasuk kulit. Selain dari faktor intrinsik, faktor ekstrinsik juga sangat berpengaruh mulai dari paparan kronik sinar ultra violet, polusi di sekeliling kita dan lain-lain, itu semua mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan. 1 Berdasarkan WHO, populasi lansia merupakan populasi yang berusia lebih dari 65 tahun. Populasi lansia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir di seluruh dunia. Jumlah populasi yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan sekitar 524 juta populasi pada tahun 2010 dan akan meningkat hingga hampir 1,5 miliar pada tahun 2050 dan sebagian besar meningkat pada negara berkembang. 2 Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, rata-rata pada dekade 60an, mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga xerosis mudah terjadi. Hal ini juga sering terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi menggunakan air hangat dan mandi menggunakan sabun. 3,4 VIRYANDI (406 138 145) 1

description

Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, rata-rata pada dekade 60an, mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga xerosis mudah terjadi. Hal ini juga sering terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi menggunakan air hangat dan mandi menggunakan sabun

Transcript of Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Page 1: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Pendahuluan

Penuan merupakan proses yang tidak dapat dihindari dan bersifat progresif. Penuan

terjadi pada tubuh kita dalam tingkat seluler bahkan molekuler sehingga tidak ada bagian tubuh

kita yang tidak mengalami penuaan termasuk kulit. Selain dari faktor intrinsik, faktor ekstrinsik

juga sangat berpengaruh mulai dari paparan kronik sinar ultra violet, polusi di sekeliling kita dan

lain-lain, itu semua mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan.1

Berdasarkan WHO, populasi lansia merupakan populasi yang berusia lebih dari 65 tahun.

Populasi lansia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir di seluruh dunia. Jumlah

populasi yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan sekitar 524 juta populasi pada tahun 2010

dan akan meningkat hingga hampir 1,5 miliar pada tahun 2050 dan sebagian besar meningkat

pada negara berkembang. 2

Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, rata-

rata pada dekade 60an, mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi

penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga xerosis mudah terjadi. Hal

ini juga sering terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi

menggunakan air hangat dan mandi menggunakan sabun.3,4

Pada sebagian besar penderita, asteatotic ecema merupakan penyakit yang sangat

mengganggu dikarenakan rasa gatal yang timbul dari penyakit tersebut namun jarang

mengancam nyawa. Pemberian emolien dan kortikosteroid bisanya akan memberikan hasil terapi

yang sangat memuaskan. 1,4

VIRYANDI (406 138 145) 1

Page 2: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Penuaan Pada Kulit

Penuaan merupakan proses penurunan yang bersifat progresif baik dalam hal fungsional

maupun cadangan kapasitas dari seluruh organ dalam tubuh termasuk salah satunya kulit.

Penurunan fungsi yang terjadi secara alamih pada kulit juga dipercepat oleh faktor lingkungan

yang kronik seperti paparan sinar ultraviolet (UV). Penuaaan terjadi pada tingkat seluler yang

merupakan refleksi serta akumulasi antara genetik dan lingkungan. 1

Pada penuaan, penurunan fungsi regulasi kulit terlihat jelas, termasuk didalamnya fungsi

pembaharuan sel, fungsi proteksi, fungsi detoxifikasi, fungsi persepsi sensoris, fungsi

perlindungan mekanis, penyembuhan luka, respon imun, termoregulasi, produksi keringat,

produksi sebum, produksi vitamin D, reparasi DNA. 1

Tabel 1. Perubahan fungsi kulit pada lansia 1

VIRYANDI (406 138 145) 2

Page 3: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Tabel 2. Perubahan histologis yang terjadi pada kulit pada lansia 1

I. EPIDERMIS

Perubahan histologi yang paling menyolok dan konsisten adalah perataan dari

dermal-epidermal junction dan papillae dermal maupun jaringan epidermal. Hasilnya

ialah permukaan yang sangat kecil antara epidermis dan dermis serta berkurangnya

hubungan dan transfer nutrisi antara keduanya. Pemisahan dermis-epidermis terlihat

terjadi lebih cepat pada kulit lansia. Sehingga trauma-trauma minor saja dapat

menimbulkan luka dan abrasi pada kulit lansia 1

Ditemukan juga variasi ketebalan epidermis dan peningkatan usia keratinosit

setiap individu, termasuk lapisan basal. Fakta-fakta menunjukan keratinosit epidermis

yang menua dan sel yang menua lebih jarang terjadi apoptosis. contohnya keratinosit

sehingga lebih sering mutase dan akan meningkatkan risiko transformasi ke arah

malignansi. 1

Penuaan memperlambat fungsi barrier pada stratum korneum yang hancur karena

pergantian yang lambat dari lipid neutral, menyebabkan penurunan jumlah lipid dalam

pembentukan baru badan lamellar. Sintesis lipid dan aktivitas enzim diperlukan untuk

penuruan lipid stratum korneum. Pada lansia, kulit tampak kering dan bersisik khususnya

ekstremitas bawah dikarenakan daerah tersebut terjadi penurunan filaggrin epidermal. 1

VIRYANDI (406 138 145) 3

Page 4: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

II. DERMIS

Ketebalan dermis menghilang hingga 20% pada individu lansia, meskipun pada

tempat yang terlidungi dari paparan sinar mataari baru mulai terjadi penipisan pada

dekade ke delapan. Penurunan respon inflamasi pada kulit lansia merupakan hasil dari

penurunan sintesis dan sekresi keratinosit derivat sitokin dan mediator inflamasi sebagai

tambahan penurunan respon endotelial. 1

Kandungan dasar mukopolisakarida, glikosaminoglikan (GAGs), dan

proteoglikan menurun terutama kandungan asam hialuronat, mungkin hal ini terjadi

dikarenakan penurunan sekresi hialuronat atau penurunan ekstrasibilitas asam hialuronat.

Secara umum, penuaan pada dermis meningkatkan kekakuan, tidak elastis, jaringan yang

tidak responsif, dimana tidak mampu untuk merespon stress atau luka. 1

III. JARINGAN SUBKUTAN

Lemak subkutan mulai berkurang hingga menghilang pada bagian-bagian muka

termasuk frontal, preorbital, buccal, temporal dan regio perioral. Sebaliknya, peningkatan

jaringan lemak pada beberapa area termasuk regio submental, rahang, lipatan nasolabial,

dan daerah malar lateral. 1

IV. RAMBUT

Hilangnya melanosit pada rambut terjadi lebih cepat daripada kulit karena

proliferasi sel dan pembentukan melanin maksimal terjadi selama fase anagen pada siklus

rambut, sedangkan melanosit epidermis relatif tidak aktif selama masa hidupnya. Lebih

spesifik, rambut menjadi lebih abu-abu mencerminkan kehilangan sel puncak pada

tonjolan folikel rambut. Kulit kepala rambut lebih cepat abu-abu daripada rambut di

bagian tubuh lain karena rasio anagen-telogen yang lebih besar daripada rambut di bagian

tubuh lain. 1

VIRYANDI (406 138 145) 4

Page 5: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

V. KELENJAR KULIT DAN SARAF

Ukuran dan jumlah kelenjar sebasea kelihatannya tidak terjadi perubahan dengan

berjalannya usia, tetapi terdapat penuruan produksi sebum baik pada wanita maupun laki-

laki akibat penurunan produksi androgen adrenal dan gonad. 1

Penurunan sensasi sensoris pada kulit lansia mencakup stimulus dari sensasi raba

halus, sensasi getaran, dan sensasi korneal; kemampuan untuk menetukan dua titik, dan

ketajaman penentuan jarak. Ambang nyeri kulit meningkat hingga 20% seiring

peningkatan usia dan dianggap konstriksi arteriolar pada perubahan posisi dari supine ke

berdiri merupakan refleksi dari penuruan responsifitas dari sistem saraf simpatis. 1

VIRYANDI (406 138 145) 5

Page 6: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

I. Definisi

Eczema dan dermatitis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

penampakan karakteristik klinis yang berupa peradangan, kering dan sering disertai sisik ataupun

ruam yang terasosiasi dengan berbagai penyebab yang mendasarinya. Kata eczema berasal dari

bahasa yunani yang berarti ‘mendidih’. Hal ini menunjuk kepada vesikel-vesikel kecil yang

sering muncul pada stadium awal penyakit, namun jarang pada stadium kronis. ‘Dermatitis’

berarti inflamasi pada kulit dan menunjuk kepada pengertian yang lebih luas dibandingkan

eczema yang hanya merupakan satu dari berbagai tipe inflamasi pada kulit. Namun pada

dasarnya sama, penggunaan kedua kata ini sama contohnya dermatitis kontak sama dengan

eczema kontak, dermatitis seborrhoeic sama dengna eczema seborrhoeic.5,6

Asteatotic eczema merupakan eczema kering yang disertai fissura dan keretakan seperti

porselen pada kulit, biasanya menyerang kulit tungkai bawah pasien geriatri. Penggunaan istilah

eczema craquele juga sering dipakai untuk mendeskripsikan pola lesi yang terbentuk. 6,7,8

II. Epidemiologi

Sebagian besar kasus asteatotic eczema terjadi pada dekade 60, mediannya pada usia 69

tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan

kelenjar sebaseus serta terjadinya mudah terjadinya xerosis. Hal ini juga sering terjadi pada

orang tua yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi menggunakan air hangat

ataupun menggunakan sabun. 3,4

Laki-laki lebih sering mengalami kondisi ini dibandingkan perempuan. Pada daerah 4

musim, kondisi ini lebih sering muncul saat musim dingin, terutama di tempat yang

menggunakan pemanas ruangan, hal ini dikarenakan penggunaan pemanas ruangan akan

mengurangi kelembapan ruangan. 3,4

VIRYANDI (406 138 145) 6

Page 7: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

III. Klasifikasi Eczema

Pengklasifikasian eczema hingga sekarang belum memuaskan, namun pengklasifikasian

yang lebih baik belum dapat ditetapkan karena sebagian besar etiologi eczema belum diketahui

secara pasti. Pembagian berdasarkan etiologi yang digunakan secara luas adalah pembagian

eczema kedalam dua kategori utama berdasarkan etiologi yaitu endogenous dan exogenous. Dan

pembahasan utama kita yaitu mengenai asteatotic eczema termasuk dalam kategori eczema

belum terklasifikasi ataupun akibat perubahan sekunder.5,6,7

Dalam keseharian para praktisi juga suka membagi eczema menjadi eczema akut dan

eczema kronik. Pada eczema akut sering ditemukan edema epidermal, yang akan menimbulkan

separasi sehingga terbentuklah vesikel-vesikel. Pembuluh darah juga melebar dan sel-sel

inflamasi akan menginvasi bagian dermis dan epidermis. Sedangkan pada eczema kronik terjadi

penebalan pada Prickle Cells Layer (acanthosis) dan stratum corneum (hyperkeratosis) disertai

retensi inti sel oleh beberapa corneocytes (parakeratosis). Terdapat juga pelebaran pembuluh

darah di bagian dermal kulit, pemanjangan rete ridges dan infiltrasi mononuklear pada kulit.7

VIRYANDI (406 138 145) 7

Gambar 1. Dermatitis akut (kiri) dan dermatitis Kronik (kanan)7

Page 8: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

IV.

Pre

sentasi klinis asteatotic eczema

Asteatotic eczema biasanya muncul setelah kekeringan pada kulit yang berlebihan.

Asteatotic eczema dapat timbul dimana saja, tapi tempat predileksi terseringnya pada bagian

antero-lateral tungkai bawah. Pada awalnya tungkai bawah menjadi kering dan bersisik serta

garis-garis kulitnya menjadi lebih jelas (xerosis). Kemudian plak merah dengan fisura horizontal

superfisial akan mulai terlihat apabila kekeringan berlanjut dan digaruk.6,7,9

Dermatitis asteatotic memiliki gambaran seperti porselen yang retak ataupun crazy-

paving (craquele eczema). Namun apabila kekeringan semakin parah dan terus berlanjut

gambaran fisura yang terbentuk akan semakin jelas dan dalam seperti parit yang mengelilingi

istana, bagian fisura yang terbentuk akan berwarna merah dan kita bisa melihat pembuluh darah

di bagian dermis (sering disebut eczema canelle).6,7,9

VIRYANDI (406 138 145) 8

Gambar 2. Pengklasifikasian dermatitis berdasarkan etiologiya7

Page 9: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

V. Etiopatogenesis

Sebagian besar orang tua yang mengalami asteatotic eczema memiliki kulit yang kering

dan mudah pecah-pecah, menjadi kasar ataupun sakit saat terkena udara dingin. Banyak faktor

yang memperngaruhi terjadinya asteatotic eczema terutama:

1. Seiring bertambahnya usia produksi sebum akan menurun, dan kapasitas penahanan

air pada epidermis juga akan menurun, hal ini terutama terjadi di ekstremitas bawah.

2. Mandi akan memperburuk kemampuan epidermis untuk menahan cairan, karena saat

menggunakan sabun, maka akan terjadi peningkatan larutnya lipid pada kulit.

3. Cuaca dan kelembaban lingkungan juga sangat berpengaruh, di daerah yang

menggunakan penghagat ruangan atau yang memiliki kelembaban rendah, eczema

asteatotic lebih sering terjadi.

VIRYANDI (406 138 145) 9

Gambar 3. Gambaran crazy-paving pada dermatitis asteatotic7

Page 10: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Faktor lain yang turut berkontribusi adalah gangguan rekonstruksi ulang pelindung

epidermis, penurunan produksi filaggrin dimana akan terjadi pembentukan stratum korneum

yang buruk (icthyosis) dan cenderung untuk kehilangan cairan (xerosis) ataupun terjadi

perubahan profil lipid yang akan mempengaruhi fungsi perlindungan kulit dan peningkatan

transepidermal water loss (TWL), penurunan transit corneocyte, penggunaan diuretik serta

hipotiroidisme.(1,5,6,7,10,11,12)

VIRYANDI (406 138 145) 10

Tabel 3. Patofisiologi gangguan kulit yang umum pada geriatri 1

Page 11: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

VI. Aplikasi klinis

Riwayat penyakit

Onset

Biasanya timbul pada dekade 5 atau 6, insidensi dan tingkat keparahan akan

meningkat seiring pertambahan usia. Apabila memiliki penyakit xerosis genetik yang

mendasari maka insidensi bisa terjadi pada usia yang lebih muda. Pada wilayah yang

memiliki 4 musim sering terjadi saat pertengahan musim dingin.

Gejala awalnya biasanya di daerah tibialis dan lipatan axilla, pasien biasa

mengeluh kulitnya kering. Kulitnya tampak kusam dan dapat terlihat seperti diselimuti

bubuk putih atau keabu-abuan. Gatal yang ditimbulkan dapat separah gatal yang

ditimbulkan akibat alergi obat.10

VIRYANDI (406 138 145) 11

Gambar 4. Makrodistribusi asteatosis10

Page 12: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Perjalanan penyakit

Apabila tanda dan gejala awal tidak berhasil ditemukan dan diterapi dengan baik,

maka pada umumnya, gejala akan meluas dan sering sekali didiagnosis sebagai reaksi

hipersensitifitas yang akan berujung kepada dikontinuitas penggunaan obat yang justru

penting untuk perbaikan penyakit.10

Perjalanan perubahan lesi

Tanpa pengobatan yang baik dan adekuat, maka kondisi epidermis akan

memburuk dari awalnya kering sampai pada titik dimana epidermis sudah tidak dapat

mempertahankan integritas permukaannya. Pada titik inilah akan terbentuk retakan

(craquele) ataupun parit (cannale). Apabila kondisi ini dibiarkan maka bisa terjadi

generalisasi lalu akan terjadi inflamasi pada fisura yang terbentuk sampai bisa

mengeluarkan cairan serosa.

Apabila digaruk maka akan menimbulkan infeksi sekunder (impetiginosa) dan

pada akhirnya akan memperburuk kondisi radang penyakit dan juga meningkatkan

penyebaran penyakitnya.10

Riwayat pengobatan

Riwayat pengobatan sendiri yang biasa dilakukan pasien dengan membeli obat

Over The Counter (OTC) dapat saja memperberat kondisi penyakit. Banyak pasien yang

membeli obat gatal OTC seperti benzokain dan difenhidramin yang akan sering

menimbulkan dermatitis kontak alergi superimposa. Ataupun penggunaan beberapa salep

hidrokortison yang memiliki bahan dasar iritatif yang lebih kuat daripada efek anti

inflamasi bahan aktifnya sendiri sehingga akan terjadi perburukan penyakit. 10

VII. Diagnosis dan pemeriksaan penunjang

Diagnosis asteatotic eczema biasanya ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik

yang ditemukan berupa kulit pecah-pecah, squama halus, kulit kemerahan dan kering, fissura

pada kulit serta rasa gatal. Tes lanjutan biasanya jarang dibutuhkan pada sebagian besar kasus.9,13

VIRYANDI (406 138 145) 12

Page 13: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Tes fungsi tiroid dilakukan apabila ada gejala-gejala klinis lain yang menjurus ke arah

hipotiroidisme. Apabila dermatitis asteatotic akut disertai dengan gejala-gejala sistemik seperti

demam, malaise, penurunan berat badan dan lain-lain, maka harus dilakukan pemeriksaan yang

lebih mendalam dan lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasarinya.9,13

VIII. Diagnosis Diferensial

Asteatotic eczema sering didiagnosis bandingkan dengan dermatitis numularis karena

gambaran dan faktor predisposisi yang kurang lebih sama. Diagnosis diferensial lainnya berupa

infeksi dermatofita yang dapat disingkirkan dengan pemeriksaan KOH. 7,8

IX. Penatalaksanaan

Dermatitis asteatotic biasanya berespon secara cepat terhadap pemberian emolien dan

kortikosteroid. Emolien merupakan material berlemak (diambil dari lemak atau minyak) yang

digunakan untuk melubrikasi dan melembabkan kulit. Emolien dapat melubrikasi permukaan

kulit dan menjaga fungsi pertahanan kulit. Emolien juga akan mencegah dehidrasi kulit dengan

cara memerangkap cairan serta menurunkan Transepidermal Water Loss (TEWL), teknik

pelembaban kulit ini dikenal dengan teknik okulsi. Pemberian emolien yang mengandung

palmitoylethanolamine atau acetylethanolamine selain melembabkan dan memperbaiki kondisi

permukaan kulit juga akan memperbaiki fungsi aktif kulit itu sendiri.14,15

Pemberian krotikosteroid potensi ringan saja pada umumnya sudah cukup untuk

mengatasi kondisi ini namun pada kasus Dermatitis asteatotic berat atau resisten penggunaan

kortikosteroid potensi sedang dapat dipertimbangkan. Ditemukan juga bahwa pemberian kirm

pimecrolimus 1% yang merupakan obat dermatitis atopik ternyata dapat juga mengurangi tingkat

keparahan serta mengobati rasa gatal yang dialami pasien. 16

Harus dihindari pula faktor-faktor yang membuat kulit kering seperti frekuensi mandi

yang berlebihan, penggunaan sabun atau deterjen, paparan langsung terhadap sinar matahari,

kondisi udara sekitar yang memiliki kelembaban yang rendah.9

VIRYANDI (406 138 145) 13

Page 14: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

X. Prognosis

Pada dasarnya dermatitis asteatotic memiliki prognosis yang baik, namun harus

diperhatikan untuk selalu menjaga kelembaban kulit karena apabila kulit dibiarkan kering lagi,

maka dermatitis asteatotic akan sangat mudah untuk timbul kembali. 9,17

Kesimpulan

Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, rata-

rata pada dekade 60an dengan mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan

terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga mudah terjadinya

xerosis. Dalam kasus ini sering juga terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa

statin, lansia yang sering mandi menggunakan air hangat ataupun menggunakan sabun.

Asteatotic eczema biasanya muncul setelah kekeringan pada kulit yang berlebihan.

Asteatotic eczema dapat timbul dimana saja, tapi tempat predileksi yang paling umum terjadi

adalah pada bagian antero-lateral tungkai bawah. Pada awalnya tungkai bawah menjadi kering

dan bersisik serta garis-garis kulitnya menjadi lebih jelas (xerosis). Kemudian plak merah

dengan fisura horizontal superfisial akan mulai terlihat apabila kekeringan berlanjut dan digaruk.

VIRYANDI (406 138 145) 14

Page 15: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Dermatitis asteatotic biasanya berespon secara cepat terhadap pemberian emolien,

mosturizer dan kortikosteroid. Pemberian emolien akan memperbaiki kondisi kulit, bahkan

pemberian emolien yang mengandung palmitoylethanolamine atau acetylethanolamine selain

memperbaiki kondisi permukaan kulit juga memperbaiki fungsi kulit itu sendiri. Pemberian

krotikosteroid potensi ringan saja sudah cukup untuk mengatasi kondisi ini, pada kasus

dermatitis asteatotic berat atau resisten penggunaan kortikosteroid potensi sedang dapat

dipertimbangkan. Ditemukan juga bahwa pemberian krim pimecrolimus 1% yang merupakan

obat dermatitis atopik ternyata dapat juga mengurangi tingkat keparahan dan juga mengobati rasa

gatal yang dialami pasien.

Harus dihindari pula faktor-faktor yang membuat kulit kering seperti frekuensi mandi

yang berlebihan, penggunaan sabun atau deterjen, paparan langsung terhadap sinar matahari,

kondisi udara sekitar yang memiliki kelembaban yang rendah.

Harus diperhatikan untuk selalu menjaga kelembaban kulit karena apabila kulitnya

dibiarkan kering lagi, maka dermatitis asteatotic akan sangat mudah untuk timbul kembali.

Daftar Pustaka

1. Fitzpatrick T, Freedberg I. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. New York:

McGraw-Hill, Medical Pub. Division; 2008. Pg. 963-972

2. WHO. Definition of an older or elderly person. 2015 [cited 29 June 2015]. Available

from: http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

3. Christina KA,Susan C, William DJ et al. Asteatotic Eczema. Asteatotic Eczema:

Background, Pathophysiology, Epidemiology. 2015 [cited 29 June 2015]. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/1124528-overview

4. Evans CC, High WA. Skin diseases in The Elderly: A Color Handbook. USA: CRC

Press; 2011. Pg. 80

5. Jones MR. ABC of dermatology. 6th ed. Oxford: Wiley-Blackwell; 2014. Pg. 26-28

VIRYANDI (406 138 145) 15

Page 16: Asteatotic Eczema Pada Geriatri

Asteatotic Eczema Pada Geriatri

6. Gawkrodger DJ. Dermatology An Illustrated Colour Text. 4 th ed. Philadelphia: Elsevier;

2009. Pg. 32-33

7. Habif TP. Clinical Dermatology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. Pg. 110

8. Farage MA, Miller KW, Maibach HI et al. Textbook of Aging Skin. New York: Springer;

2010

9. Eczema craquele. DermNet NZ [Internet]. 2015 [cited 29 June 2015]. Available from:

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/eczema-craquele.html

10. Trozak DJ, Tennenhouse DJ. Dermatology Skills for Primary Care : An Illustrated Guide.

New York: Springer; 2007. Pg. 213-216

11. Sara JB, Irwin M. One remarkable molecule: Filaggrin. J Invest Dermatol. 2012 Mar;

132(3 Pt 2): 751–762

12. Sandilands A, Sutherland C, Irvine AD et al. Filaggrin in the frontline: role in skin barrier

function and disease. J Cell Sci. 2009 May 1; 122(9): 1285–1294.

13. Symptoms of Asteatotic dermatitis - RightDiagnosis.com [Internet]. 2015 [cited 30 June

2015]. Available from:

http://www.rightdiagnosis.com/a/asteatotic_dermatitis/symptoms.html

14. Chao Y, Xue-Min W, Alexandre G, et al. N-palmitoylethanolamine and N-

acetylethanolamine are effective in asteatotic eczema: results of a randomized, double-

blind, controlled study in 60 patients. Clin Interv Aging. 2014; 9: 1163–1169.

15. Milady. Milady Standard Esthetics: Fundamentals.11th ed. Singapore: Cengage

learning;2012. Pg. 308-309

16. Schulz P, Bunselmeye B, Brautigam M et al. Pimecrolimus cream 1% is effective in

asteatotic eczema: results of a randomized, double-blind, vehicle-controlled study in 40

patients. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2007 Jan;21(1):90-4.

17. Eczema craquele.patient.info[internet].2015 [cited 30 June 2015].available

from:http://patient.info/doctor/Asteatotic-Eczema-(Eczema-Craquele).htm

VIRYANDI (406 138 145) 16