Assessment of Pain

5
ASSESSMENT OF PAIN Menentukan penyakit pada orang tua itu kompleks soalnya tempat, tingkat keparahan, dan lokasinya bisa variatif (25). Benar bahwa penderita LSS menunjukkan rasa sakit yang luas (ini maksudnya cakupan daerahnya yg luas) pada punggung hingga ekstremitas bawah. Untuk penelitian ini, telah ditentukan bahwa sakit yang dirasakan terjadi cukup sering atau hampir setiap hari selama sebulan lalu. Rasa sakit kemudian dikategorikan berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan sesuai dengan penelitian sebelumnya(26,27). Lokasi rasa sakit dicatat/direkap menggunakan McGill Pain Map (28,29) yang menunjukkan bagian depan dan belakang dari tubuh manusia, dan dibagi menjadi sakit punggung atau sakit pada kaki. Keparahan rasa sakit diukur sebagai sakit rata-rata pada bulan sebelumnya berdasarkan numeric rating scale (NRS), yang mana telah tervalidasi dalam penggunaannya untuk populasi yang lebih tua dengan status kognitif yang variatif, dg rentang 0-10 (10 menunjukkan rasa sakit yang paling parah) (30). Tingkat keparahan rasa sakit dideskripsikan dengan rating lokasi=spesifik (untuk punggung dan/atau kaki), dan dibagi menjadi beberapa subgroup: ringan, sedang, dan parah. Menurut penelitian sebelumnya, skor NRS 1-4 untuk rasa sakit yang ringan, 5-6 untuk sedang, dan 7-10 untuk parah. Pada Akhirnya rasa sakit dikategorikan kedalam 4 kelompok berdasarkan lokasi dan keparahan: 1. Rasa sakit yang ringan sampai sedang pada kaki atau punggung (juga disebut sebagai rasa sakit yang ringan sampai sedang) 2. Rasa sakit yang parah pada punggung danrasa sakit sedang pada kaki (juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada punggung) 3. Rasa sakit yang parah pada kaki dan ringan-sedang pada punggung (juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada kaki) 4. Rasa sakit pada punggung dan kaki, dua2nya parah ( juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada punggung dan kaki). MEASUREMENT OF 25-HYDROXYVITAMIN D (25-OHD) Setelah semalaman puasa, sampel darah diambil diantara jam 8.30 dan 9.30 pagi untuk memperbaiki circadian variation (embo iku opo). Kemudian, serum 25-OHD diukur pada 350 pasien dengan pengujian

description

ases pain again

Transcript of Assessment of Pain

Page 1: Assessment of Pain

ASSESSMENT OF PAIN

Menentukan penyakit pada orang tua itu kompleks soalnya tempat, tingkat keparahan, dan lokasinya bisa variatif (25). Benar bahwa penderita LSS menunjukkan rasa sakit yang luas (ini maksudnya cakupan daerahnya yg luas) pada punggung hingga ekstremitas bawah. Untuk penelitian ini, telah ditentukan bahwa sakit yang dirasakan terjadi cukup sering atau hampir setiap hari selama sebulan lalu. Rasa sakit kemudian dikategorikan berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan sesuai dengan penelitian sebelumnya(26,27).

Lokasi rasa sakit dicatat/direkap menggunakan McGill Pain Map (28,29) yang menunjukkan bagian depan dan belakang dari tubuh manusia, dan dibagi menjadi sakit punggung atau sakit pada kaki. Keparahan rasa sakit diukur sebagai sakit rata-rata pada bulan sebelumnya berdasarkan numeric rating scale (NRS), yang mana telah tervalidasi dalam penggunaannya untuk populasi yang lebih tua dengan status kognitif yang variatif, dg rentang 0-10 (10 menunjukkan rasa sakit yang paling parah) (30). Tingkat keparahan rasa sakit dideskripsikan dengan rating lokasi=spesifik (untuk punggung dan/atau kaki), dan dibagi menjadi beberapa subgroup: ringan, sedang, dan parah. Menurut penelitian sebelumnya, skor NRS 1-4 untuk rasa sakit yang ringan, 5-6 untuk sedang, dan 7-10 untuk parah. Pada Akhirnya rasa sakit dikategorikan kedalam 4 kelompok berdasarkan lokasi dan keparahan:

1. Rasa sakit yang ringan sampai sedang pada kaki atau punggung (juga disebut sebagai rasa sakit yang ringan sampai sedang)

2. Rasa sakit yang parah pada punggung danrasa sakit sedang pada kaki (juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada punggung)

3. Rasa sakit yang parah pada kaki dan ringan-sedang pada punggung (juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada kaki)

4. Rasa sakit pada punggung dan kaki, dua2nya parah ( juga disebut sebagai rasa sakit yang parah pada punggung dan kaki).

MEASUREMENT OF 25-HYDROXYVITAMIN D (25-OHD)

Setelah semalaman puasa, sampel darah diambil diantara jam 8.30 dan 9.30 pagi untuk memperbaiki circadian variation (embo iku opo). Kemudian, serum 25-OHD diukur pada 350 pasien dengan pengujian radioimmuno (Diasorin, Incorporation,stillwater, minnesota, USA). KOEFISIen variasi (CV) dari intra-assay kurang dari 12.5% dan CV inter-assay kurang dari 11.0%(34). Berdasarkan level 25-OHD, defisiensi vit D didefinisikan sbg kadar 25-OHD yang kurang dari 20 ng/ml (50nmol/L), insuffisiensi vit D: kadar 25-OHD 21-29 ng/ml, dan kadar normal dalah diaras 30 ng/ml (75 nmol/L) (35-38).

ASSESSMENT OF BONE METABOLISm

penetapan dibawah ini dilakukan untuk memahami status metabolik tulang pada pasien LSS. Bone mineral density (BMD) (massa jenis mineral tulang) pada semua lumbar, pinggul, dan leher tulang paha diukur dengan dual-energy x-ray absorptiometry (QDR-4500A,hologic,waltham, MA, USA). Pasien dengan skor T dibawah -2.5 pada setidaknya satu dari 3 lokasi (lumbar, pinggul, lehertulang paha) didiagnosa sbg osteoporosis. Setelah semalam puasa, sampel darah diambil diantara jam 8.30 dan 9.30 pagi untuk memperbaiki circadian variation. Pengukuran serum termasuk alkaline fosfat

Page 2: Assessment of Pain

(ALP) dan osteocalcin sebagai penanda terjadinya pembentukan tulang, dan c-terminal telopeptide dari collagen tipe I (CTx) sebagai penanda penyerapan. ALP diukur dengan menggunakan metode enzimatik (hitachi 7600, hitachi co., tokyo, japan), dan koefisien variasi (cv) 2.88%. osteocalcin dan CTx diukur dengan electrochemiluminescence immunoassay menggunakan automated instrument (Cobas 6000, Roche Diagnostics, Mannheim, Germany). Nilai CV pada CTx adalah 2.97% dan 1.51% pada level plasma 0.32 dan 2.77 mg/L, berturut-turut. Nilai CV untuk osteocalcin adalah 0.97% dan 1.06% pada level plasma 25.3 dan 84.1 mg/L, berturut-turut.

COVARIATES

Sociodemographic data

Menaksir Karakteristik sociodemografik pada interview termasuk usia, jenis kelamin, dan jenjang pendidikan. Tinggi dan BMI diukur, dan dikaegorikan sbb: <23(normal;termasuk kekurangan BB); 23 sampai <25(kelebihan BB), dan ≥25 kg/m2 (obesitas) pada populasi asia.

Med. History

Riwayat kesehatan diperoleh dari pasien dengan menggunakan kuisioner terstandard.

Daerah tempat tinggal and kecacatan fungsional oleh Oswestry Disability Index Scores

Daerah tempat tinggal ditanyakan dan dichotomized (?) sebagai kota dan pedesaan sesuai dengan penelitian sebelumnya (19). Cacat fungsional diukur dengan versi tervalidasi Oswestry disability index (ODI) (version 2.0) (39) dari korea dengan rentang skor dari 0-100, yang mana sering dipakai untuk pasien LSS.

Paparan sinar matahari dan musim

Tanggal pengukuran serum 25-OHD direkap dan dikategorikan saat musim semi (maret-mei), musim panas (juni-agust), gugur (sep-nov), dan musim dingin (feb and dec). Paparan sinar matahari sesuai dengan penelitian sebelumnya (40) sebagai skala 5-poin; skor 1 untuk pasien yang menghindari sinar matahari dan skor 5 untuk pasien yang terpapar sinar matahari rata2 lebih dari 30 menit sehari.

STATISTICAL ANALYSIS

Variabel independent (bebas) termasuk rasa sakit dan covariates dikategorikan seperti pada yang telah ditunjukkan (tabel 1). Untuk memeriksa hubungan dengan variabel lain, cacat fungsional dan bone markers (maksudnya kayak ALP , osteocalcin,CTx tadi, itu bone markers) dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan pada prosentase ke33 dan ke66. Analisis Univariate logistic regression digunakan untuk mengidentifikasi rasio ganjil (?) dan nilai P untuk masing2 variabel independent untuk defisiensi vit D (tabel1). Untuk menemukan hubungan antara rasa sakit dan covariat lain, data diberikan sesuai dengan rasa sakit (tabel 2), kemudian, analisis chi-square untuk kategori variabel dan analisis dari tes kevariatifan untuk variabel kuantitatif telah dilakukan. Model Multivariate logistic regression digunakan untuk menemukan hubungan antara rasa sakit dan defisiensi vit D (tabel 2). Kategori rasa sakit dari ringan-berat dijadikan sebagai kelompok acuan. Variabel2 yang secara signifikan berhubungan dengan defisiensi vit D pada analisis univariate (p<0.10) kemudian dimasukkan pada analisis multivariat menggunakan model logostoc regression. Untuk mengidentifikasi hubungan antara kategori rasa sakit dan metabolisme tulang (osteoporosis, CTx,

Page 3: Assessment of Pain

OSTEOCALCIN, DAN alp), SISTEM BINER MULTIVARIAT ATAU analisis logistic regression dilakukan dengan penyesuain umur, jenis kelamin, dan BMI. Semua analisis statistik dilakukan dengan SPSS 17.0.0. nilai p<0.05 dinilai signifikan.

HASIL

Karakteristik pasien dan prevalensi defisiensi vit D

Total 350 pasien diikutkan dalam penelitian. Rata-rata usia pada populasi penelitian adalah 66.1 tahun (rentang, 50-79). 268(76.6%) wanita dan 82 (23.4%) pria. Semua pasien dari etnik yg sama. Level rata-rata dari serum 25-OHD adalah 15.9 ±7.1 ng/ml (rentang, 2.5-3.6). dari pasien yang ikut serta, 74.3% (260 dari 350) defisiensi vit D, 22.9% (80 dari 350) insufficient vit D, dan hanya 2.9% yang normal (tabel 3)

Hubungan variabel dengan defisiensi vit D

Analisis Univariate logistic regression menunjukkan peningkatan prevalensi defisiensi vit D berdasarkan riwayat kesehatan, daerah tempat tinggal, paparan sinar matahari, dan rasa sakit (tabel1). Detailnya, prevalensi dari defisiensi vit D meningkat scr signifikan pada pasien dengan

1. Medical comorbidity (sakit2en?)2. Tempat tinggal didaerah perkotaan3. Paparan matahari rendah4. Rasa sakit parah pada punggung dan kaki (P<0.05)

Prevalensi dari defisiensi vit D tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kel, BMI, tingkat pendidikan, musim saat sampel darah diambil, dan cacat fungsional (ODI score)

Hubungan antara rasa sakit dengan variabel lain termasuk metabolisme tulang

Rasa sakit sgt berhubungan dg paparan sinar matahari (P<0.05). covariat lain, termasuk kecacatan (p=0.169), tidak berhubungan dengan rasa sakit (tabel 2). Rasa sakit yang parah pd punggung dan kaki juga berhubungan dengan kejadian osteoporosis dan tingginya kadar CTx setelah dilakukan penyesuaian umur, jenkel, dan BMI (fig. 1a, 1b).

Prevalensi dari defisiensi vit D berdasarkan kategori rasa sakit

Setelah beberapa penyesuain, sebagian besar kategori rasa sakit parah berhubungan erat dengan meningkatnya prevalensi dari defisiensi vit. D (fig 2). Setelah penyesuain untuk riwayat kesehatan, tempat tinggal, dan skor paparan sinar matahari, hubungan antara rasa sakit dan defisiensi vitamin D tetap signifikan, meskipun pada kategori ‘parah” tidak menunjukkan peningkatan yg signifikan terhadap odds ratio (?) untuk defisiensi vit D jika dibandingkan dengan kategori “ringan” dan “ sedang” (p=0.068)