Aspek Legal Dan Etik Pedoman Asuhan Keperawatan

download Aspek Legal Dan Etik Pedoman Asuhan Keperawatan

of 15

Transcript of Aspek Legal Dan Etik Pedoman Asuhan Keperawatan

ASPEK LEGAL DAN ETIK PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN2.1 Pengertian Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas. (Dikutip dari Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan, Sulastri). Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991)

2.2 Format Jenis Catatan Beberapa jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap perusahaan menggunakan format yang berbeda, seluruh catatan mengandung informasi yang mendasar, yaitu : 1. Identifikasi klien dan data demografis 2. Informed Consent untuk tindakan 3. Riwayat keperawatan

4. Diagnosa atau masalah keperawatan 5. Rencana keperawatan (Nursing Care Plan) 6. Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi 7. Riwayat medis 8. Diagnosa medis 9. Pesanan terapi 10. Catatan perkembangan medis dan kesehatan 11. Laporan pengkajian fisik 12. Laporan diagnostik studi 13. Rangkuman prosedur operasi 14. Rencana pulang dan rangkuman Di Indonesia tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang cukup besar jumlahnya dan memiliki tugas dan intensitas waktu kontak dengan pasien yang relatif banyak dibandingkan tim kesehatan lain, serta melaksanakan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab berdasarkan kompetensi pendidikan yang didapatkan. Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukkan kemampuan yang profesional yang merupakan standar profesi tenaga kesehatan sehingga mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi kondisi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dan tim kesehatan lain Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin menguat, demikian juga terhadap keperawatan dengan kondisi klien dan keluarga yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.

Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra dokter (bukan sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayan kesehatan secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan terutama ilmu keperawatan. 2.3 Pendokumentasian Perawat terhadap Perawatan, Respon, dan Keamanan Pasien Dokumentasi keperawatan harus mencerminkan perawatan dan respon pasien terhadap perawatan yang diberikan. Selain itu, catatan klinis juga harus mencakup dokumentasi tentang apa yang harus dilakukan perawat untuk keamanan pasien. Dokumentasi harus menunjukan bahwa perawat telah melakukan hal hal berikut : 1. Mengkaji pasien tentang adanya faktor resiko terjadinya cedera. 2. Membuat strategi terencana untuk melindungi pasien dari bahaya. 3. Membuat strategi implementasi untuk melindungi pasien dari bahaya. 4. Memberi tahu dokter jika terjadi perubahan klinis pada status pasien. 5. Mendokumentasikan dengan jelas jika tejadi kecelakaan atau kejadian yang tidak wajar. 2.4 Aspek Legal dalam Pendokumentasian Keperawatan Terdapat 2 tipe tindakan legal : 1.Tindakan sipil atau pribadi Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu 2. Tindakan kriminal Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat tidakn melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatau aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu harus memberikan laporan yang akurat mengenai perewatan yang diterima klien. Tappen,weiss,dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya apabila hal-halk sbb : 1. Dilakukan pada periode yang sama.Perawatan dilakukan pada waktu perawatan diberikan. 2. Akurat. Laoran yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawwat dan bagian klien berespon. 3. Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati. 4. Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di lingkungan umum di dokumentasikan

Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat diperliahatkam di pengadilan sebagai bukti sering kali catatan tersebut digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai kejadian di seputar tuntutan karena beberapa bulan atau tahun biasanyaq sudah berlalu sebelum tuntutan di bawa ke pengadilan. Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat bergantung pada akurasi dari catatan semacam ini. Oleh karena itu perawat perlu untuk tetap akurat dan melengkapi catatan askep yang diberikan pada klien. Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian dan menjadi dasar Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi yang tidak memadai atau tidak akurat dapat menghalangi diagnosis dan terapi yang tepat dan mengakibatkan cedera pada klien. 2.5 Pedoman Pendokumentasian 1. Pengobatan

a). Catat waktu,rute,dosis dan respon b). Catat obat dan respon klien c). Catat saat obat tidak diberikan dan intervensi keperawatan d). Catat semua penolakan obat dan laporkan hal tersebut kepada orang yang tepat. 2. Dokter a). Dokumantasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter tersebut tidak dapat dihubungi.Cantumkan waktu tepatnya panggilan dilakukan jika dokter dapat dihubunhi dokumentasikan rincuan pesan dan respon dokter. b). Bacakan kembali program lisan kepeda dokter dan klarifikasi nama klien di catatan klien untuk memastikan identitas klien. c). Catat program lisan hanya jika anda pernah mendengarnya, bukan yang di beritahu kepada anda oleh perawat lain atau oleh personal unit. 3. Isu formal dalam pencatatan a). Sebelum menulis pastikan anda mengambil catatan klien yang benar. b). Koreksi semua pencatatan yang salah sesuai dalam kebijakan dan prosedur di institusi anda. c). Catat dengan gaya yang terorganisasi mengikuti proses keperawatan d). Tulis dengan jelas dan singkat agar menghindari pernyataan subyektif e). Catat deskripsi yang akurat dan spesifik 2.6 Manajemen Resiko Tujuan manajemem resiko adalah untuk mengidentifikasikan resiko, mengendalikan kejadian-kejadian , mencegah kerusakan dan mengendalikan liabilitas (huber 2000). Departemen manajemen resiko memutuskan apakah akan menginvestigasi insiden labih lanjut. Perawat mungkin harus menjawab pertanyaan khusus seperti apa perawat di anggap sebagai alasan terjadinya insiden, bagaimana insiden itu dapat di cegah dan apakah ada peralatan yang harus disesuaikan. Perawat yang yakin mereka akan di pecat atau meraka akan dituntut harus mendapatkan nasihat hukum bahkan jika departemen manajemen resiko memebebaskan perawat dari tanggung jawab ,klien atau keluarga klien dapat mengajukan tuntutan. Namun penuntut harus membuktikan bahwa insiden terjadi karena parawatan yang layak tidak dilakukan bahkan jika standar parawatan yang baik tidak terpenuhi , penuntut harus membuktikan bahwa insiden merupakan akibat lanhsung dari kegagalan dalam memenuhi strandar perawatan yang baik dan bahwa insiden tersebur menyebabkan cidera fisik, emosi atau finansial.

SUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

1.PENGARTIAN Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. ( Huddak & Gallo, 1997 ) Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48) 2. PENYEBAB a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) - Reaksi antigen-antibodi - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) - Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal - Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur - Iritan : kimia - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum - Emosional : takut, cemas dan tegang - Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. (Suriadi, 2001 : 7)

3. TANDA DAN GEJALA 1. Stadium dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul c. Whezing belum ada d. Belum ada kelainan bentuk thorak e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E f. BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum b. Whezing c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi d. Penurunan tekanan parsial O2 2. Stadium lanjut/kronik a. Batuk, ronchi b. Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus g. Sianosis h. BGA Pa O2 kurang dari 80% i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229) 4. PATOFISIOLOGIS KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL 5. TANDA DAN GEJALA - Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop - Batuk produktif, sering pada malam hari - Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Spirometri - Uji provokasi bronkus - Pemeriksaan sputum - Pemeriksaan cosinofit total - Uji kulit - Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum - Foto dada - Analisis gas darah 7. PENGKAJIAN a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba - Perpanjangan ekspirasi mengi - Penggunaan otot-otot aksesori - Perpendekan periode inpirasi - Sesak nafas - Restraksi interkostral dan esternal - Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan d. Diaforesis e. Distensi vera leher f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit h. Perubahan tingkat kesadaran i. Hipokria j. Hipotensi k. Pulsus paradoksus > 10 mm l. Dehidrasi m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati 8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL - Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan - Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli - Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral - Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi 9. INTERVENSI KEPERAWATAN DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif KH : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret Intervensi Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki Kaji/pantau frekuensi pernafasan Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur Pertahankan polusi lingkungan minimum Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan Berikan obat sesuai indikasi Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada DP : Kerusakan pertukaran gas Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat KH : -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan -Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi Intervensi Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu. Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan. Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.

Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Awasi tanda vital dan irama jantung. Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kh : - Menunjukan peningkatan BB - Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat. Intervensi : - Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB. - Avskultasi bunyi usus. - Berikan perawatan oral sering, buang sekret. - Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering. - Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. - Hindari maknan yang sangat panas / dingin. - Timbang BB sesuai induikasi. - Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum. DP : Kurang pengetahuan Tujuan : Pengetahuan miningkat KH : - Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan. - Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab. - Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan. Intervensi: - Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga - Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif. - Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan - Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan. - Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi - Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang terdekat - Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas

19 Januari 2010

SOP Memberikan oksigenPengertian Tujuan Kebijakan Memberikan oksigen pada pasien Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

Prosedur

PERSIAPAN ALAT : 1. Tabung O2 lengkap dengan manometer 2. Mengukur aliran (flowmeter) 3. Botol pelembab berisi air steril / aquadest 4. Selang O2 5. Plester 6. kapas alkohol

PELAKSANAAN : 1. Atur posisi semifoler 2. Slang dihubungkan 3. Sebelum memasang slang pada hidung pasien slang dibersihkan dahulu dengan kapasa alkohol 4. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali 5. Memasang canul hidung, lakukan fixasi (plester) 6. Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advis dokte

Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Apakah jumlah yang masuk (cc/mnt) sudah sesuai dengan instruksi? Lihat angka pada manometer 2. Apakah ujung kateter oksigen sudah masuk maksimal kelubang hidung? Bila ujung kateter masih belum masuk maksimal, supaya posisi kateter diperbaiki 3. Bila memakai oksigen, tetap/masih sianosis lapor dokter 4. memberitahukan pada keluarga pasien untuk melapor kepada petugas bila tabung oksigen / air steril habis.

Unit terkait

Ruang inap, KIA

INHALASI NEBOLIZER STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN TUJUAN Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan 2. Melonggarkan jalan nafas 1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret 2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas Perawat 1. Set nebulizer 2. Obat bronkodilator 3. Bengkok 1 buah 4. Tissue 5. Spuit 5 cc 6. Aquades 7. Tissue A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur pasien dalam posisi duduk 3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer 4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran 5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik 6. Memasukkan obat sesuai dosis 7. Memasang masker pada pasien 8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue D. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan pasien/keluarga 3. Membereskan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

KEBIJAKAN PETUGAS

PERALATAN

PROSEDUR PELAKSANAAN

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN INHALASI NEBOLIZER

No ASPEK YANG DINILAI A 1 2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 C 1 2 3 D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 E 1 2 3 4 5 ALAT Set nebulizer Obat bronkodilator Bengkok 1 buah Tissue Spuit 5 cc Aquades Tissue Tahap Pra Interaksi Melakukan verifikasi program pengobatan klien. Mencuci tangan Menempatkan alat di dekat pasien Tahap Orientasi Memberikan salam dan menyapa nama pasien Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Tahap kerja Menjaga privacy pasien Mengatur pasien dalam posisi duduk Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik Memasukkan obat sesuai dosis Memasang masker pada pasien Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue Tahap Terminasi Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan dengan klien Membereskan alat-alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan TOTAL

BOBOT 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 4 3 4 4 5 1 1 1 1 1 1 50

NILAI 0 1 2

Read more: SOP INHALASI NEBULIZER

FISIOTERAPI DADA STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PETUGAS

Tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran nafas bagian bawah 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian bawah Perawat 1. Kertas tissue 2. Bengkok 3. Perlak/alas 4. Sputum pot berisi desinfektan 5. Air minum hangat A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru 3. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 4. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian 5. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat di punggung pasien 6. Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi 7. Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas, dan membatukkan dengan kuat 8. Menampung lender dalam sputum pot 9. Melakukan auskultasi paru 10. Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien D. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan klie 3. Membereskan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

PERALATAN

PROSEDUR PELAKSANAAN

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN FISIOTERAPI DADA

No A 1 2 3 4 5 6 B 1 2 3 C 1 2 3 D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 E 1 2 3 4 5

ASPEK YANG DINILAI Alat Kertas tissue Bengkok Perlak/alas Sputum pot berisi desinfektan Air minum hangat Stetoskop Tahap Pra Interaksi Melakukan pengecekan program terapi Mencuci tangan Menempatkan alat di dekat pasien Tahap Orientasi Memberikan salam dan menyapa nama pasien Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien Tahap kerja Menjaga privacy pasien Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat di punggung pasien Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas, dan membatukkan dengan kuat Menampung lender dalam sputum pot Melakukan auskultasi paru Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien Tahap Terminasi Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan dengan klien Membereskan alat-alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan TOTAL

BOBOT 1 1 1 1 1

NILAI 0 1 2

1 1 2 1 2 1 2 3 2 6 6 6 6 1 3 2 1 1 1 1 1

Read more: SOP FISIOTERAPI DADA

BATUK EFEKTIF STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat 3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret 1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret 2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium Perawat 1. Kertas tissue 2. Bengkok 3. Perlak/alas 4. Sputum pot berisi desinfektan 5. Air minum hangat

TUJUAN

KEBIJAKAN PETUGAS

PERALATAN

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien C. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mempersiapkan pasien 3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen 4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) 5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung) 6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup) 8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot 9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat 11. Menampung lender dalam sputum pot 12. Merapikan pasien D. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan klien 3. Mencuci tangan 4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN BATUK EFEKTIF

NO ASPEK YANG DINILAI A Alat 1 Kertas tissue

BOBOT 1

NILAI 0 1 2

2 3 4 5 B 1 2 3 C 1 2 3 D 1 2 3 4

5 6 7 8 9 10

11 12 E 1 2 3 4 5

Bengkok Perlak/alas Sputum pot berisi desinfektan Air minum hangat Tahap Pra Interaksi Melakukan pengecek program terapi Mencuci tangan Menempatkan alat di dekat pasien Tahap Orientasi Memberikan salam dan menyapa nama pasien Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien Tahap kerja Menjaga privacy pasien Mempersiapkan pasien Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung) Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup) Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat Menampung lender dalam sputum pot Merapikan pasien Tahap Terminasi Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan dengan klien Membereskan alat-alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan TOTAL

1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 3 3 4 3 4 4 3 2 7 2 1 1 1 1 1 1

Read more: SOP BATUK EFEKTIF