LEGAL ETIK RESTRAIN.ppt

23
DILEMA ETIK DILEMA ETIK RESTRAIN & ECT RESTRAIN & ECT Oleh Anang Nurwiyono,SKp

Transcript of LEGAL ETIK RESTRAIN.ppt

  • DILEMA ETIK RESTRAIN & ECT Oleh Anang Nurwiyono,SKp

  • A. PENDAHULUAN

    Perawat dalam bekerja terikat dengan kode etik profesi dan standar praktik keperawatan untuk memastikan akontabilitas pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat bertanggung jawab moral untuk melakukan yang terbaik bagi klien dengan menggunakan kode etik profesi sebagai landasan berperilaku dan standar praktik keperawatan sebagai standar kompetensi yang harus dimiliki agar bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan.

  • Secara khusus klien dengan masalah kesehatan jiwa pada umumnya berada dalam kondisi fisik dan psikologik yang lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk membela diri, sehingga sering menjadi korban penelantaran dan penganiyaan. Sudah banyak ditemukan kejadian (klien NAPZA) penganiyaan fisik dengan memukul atau menendang klien; menggunakan pengekangan walaupun masih ada alternatif lain yang lebih terapeutik; mengucapkan kata-kata kasar dan mengancam; serta fasilitas fisik yang kurang manusiawi (Wilson & Keinsl, 2002)

  • Pengendalian: internal :Adalah bertanggung jawab moral berdasarkan kode etik profesi. eksternal :diperlukan landasan hukum.

    UU RI No. 36 / 2009 ttg KESEHATAN(Bab IX ttg Kesehatan Jiwa, psl 144 151)

  • ASPEK HUKUM Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pasal 54, 56, 58, 144, dan 149. Undang Undang No. 19 tahun 2000 tentang Hak Konsumen dan Perlindungan Hukum. SK Menkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

  • HOSPITALISASI GG. JIWAProses hospitalisasi ke RSJ bisa merupakan suatu pengalaman yang traumatic atau tidak, tergantung pada institusi, sikap keluarga serta respon staf perawat dalam penerimaan klien baru. Ada 3 cara penerimaan klien :Informal, Dengan persetujuan klien,Paksaan.

  • MRS : INFORMAL Memasukkan klien ke rumah sakit jiwa tanpa perjanjian yang formal baik secara lisan maupun tulisan. Klien dapat bebas meninggalkan rumah sakit sewaktu-waktu, dan bilamana klien meninggalkan rumah sakit sebelum selesai pengobatan, maka harus menandatangani pernyataan pulang paksa.

  • MRS: Dg PERSETUJUAN Kx Penerimaan atas persetujuan klien dilakukan apabila seseorang yang mengalami ketegangan mental dapat mencari bantuan atas kemauannya sendiri. Seorang anak berusia di bawah 16 tahun dapat dimasukkan ke rumah sakit jiwa apabila orang tua menandatangani formulir permohonan rawat. Apabila klien masuk atas proses persetujuan sendiri, maka klien memegang hak-hak sipilnya. Jika klien akan dipulangkan harus menandatangani surat persetujuan pemulangan. Lama waktu klien dapat dipulangkan atau tetap dirawat antara 48 jam sampai 15 hari. Mengenai hal ini, staf perawat dapat membicarakannya dengan klien dan keluarganya.

  • MRS : Scr PAKSAMemasukkan klien ke rumah sakit secara paksa, biasanya dilakukan pada kondisi percobaan bunuh diri, berperilaku membahayakan diri sendiri dan orang lain ataupun karena klien menolak semua tindakan pengobatan sehingga memerlukan penanganan secara paksa. Pemasukkan klien secara paksa merupakan kewenangan aparat kepolisian, sebagai pelindung masyarakat yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Prosedur pemasukkan klien dilakukan melalui permohonan pemuka masyarakat, dokter atau anggota masyarakat lainnya yang menyeleksi, bahwa orang tersebut menderita sakit jiwa yang memerlukan perawatan dan pengobatan dirumah sakit jiwa.UU No.36/2009 psl 149 (2)

  • Hak Kx. Dg GG. JIWAHak untuk mendapatkan pengobatan dalam lingkungan yang kurang mengekang.Hak untuk mendapatkan rencana pengobatan bersifat individual dan dilakukan peninjauan dan pengkajian ulang termasuk pelayanan kesehatan jiwa setelah klien dipulangkan dari rumah sakit.Hak untuk berperan serta aktif dalam pengobatan, dengan membahas bersama risiko, efek samping dan keuntungan dari semua pengobatan dan termasuk pengobatan alternatif.Hak untuk memberikan atau menolak persetujuan dilakukan tindakan, kecuali dalam kondisi darurat.Hak untuk tidak menjadi obyek eksperimen kecuali jika mengikuti rekomendasi atau ketetapan yang telah ditentukan.

  • 6. Hak untuk bebas dari pengekangan, kecuali jika dalam keadaan darurat dan merupakan bagian dari rencana pengobatan.7. Hak untuk berada dalam lingkungan yang manusiawi.8. Hak untuk terjaminnya kerahasiaan informasi kondisi kejiwaan.9. Hak untuk mengakses catatan terapi.10. Hak untuk mendapatkan advokasi.11. Hak untuk mengkritik dan mengajukan keluhan tentang kondisi atau pelayanan tanpa merasa takut ditekan atau diabaikan.12. Hak untuk mendapatkan rencana pemulangan yang komprehensif.UU No. 36/2009 psl 148 (1) dan (2)

  • AWAS MALPRAKTEK Malpraktik dan kelalaian bisa terjadi pada saat bekerja sebagai perawat pada tiap tatanan pelayanan kesehatan. Malpraktik adalah kegagalan profesional dalam memberikan tindakan yang menimbulkan cedera pada klien, yang biasanya diproses sebagai kasus kelalaian, yaitu melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.

  • ANCAMAN MALPRAKTEKTidak ada tugas legal untuk melakukan asuhan.Perawat telah lalai melakukan tugas.Cedera telah terjadi pada klien sebagai akibatnya.Cedera terlihat nyata.UU 36/2009 psl 190 :Sengaja tdk memberikan pertolongan pd pasien dg gawat darurat (pidana max. 10 th / 200 jt) Mengakibatkan cacat, kematian (pidana max. 10 th/1M)

  • Landasan ETIK & HUKUMAsas Etik :A. Asas Keadilan ( Justice )Tidak ada diskriminasi.Pasien diperlakukan sama sesuai sakitnya.Misalnya :Setiap orang samaBerdasarkan jasaKeberadaan peralatanSesuai kebutuhan

  • B. Asas Menghormati ( Autonomy )Semua orang punya hak dan kebebasan untuk :Menyatakan dan memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya.Mendapatkan informasi yang cukup.Tidak dipaksa.Untuk itu perlu adanya Informed Consent Autonomy boleh diabaikan pada :Pasien destruktif.Tindakan untuk penyelamatan diri.Pasien masih anak anak.Emosi pasien tidak labil.

  • C. Asas Manfaat ( Beneficien )

    Semua tindakan tenaga kesehatan yang dilakukan harus bermanfaat untuk :Mengurangi Penderitaan.Memperpanjang hidupnya.Mengurangi resikoyang mungkin timbul semaksimal mungkin.

  • D. Asas Kejujuran ( Varacity )Mengatakan :Hal yang sebenarnya secara jujur.Apa yang terjadi.Apa yang akan dilakukan.Akibat / resiko yang dapat terjadi.

    JUJUR :Kepada diri sendiriKepada sejawatnya

  • E. Asas Tidak Merugikan Primum Non No Cere yaitu tidak melakukan tindakan yang tidak perlu, serta mengupayakan supaya resiko fisik, psikologis maupun sosial akibat tindakan tersebut seminimal mungkin.F. Asas KerahasiaanTenaga kesehatan harus menghormati kerahasiaan klien, meskipun klien telah meninggal.

  • Restrain, ECT LEGAL ??Perawat ingin secepatnya menyelesaikan pengikatan pada klien sehingga teknik pengikatan diabaikan yang dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik pada tangan / kaki yang diikat.Karena pasien sudah diikat maka perawat merasa aman sehingga evaluasi terhadap klien tidak dilakukan sehingga pasien kedapatan sudah meninggal.Karena perawat ingin segera pasiennya tenang tidak jarang perawat menaikkan dosis obat injeksi diluar ketentuan yang dapat mengakibatkan komplikasi fisik dari tingkat ringan sampai berat.Jarang sekali perawat mendokumentasikan tindakan yang diberikan kepada klien (Restrain, ECT) sehingga rekam medis keperawatan tidak mencukupi persyaratan untuk alat bukti apabila terjadi masalah hukum

  • Tindakan TDK Benar HUKUM1. Mengakibatkan orang mati atau luka karena salahnya.KUHP Pasal 359Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama lamanya lima tahun atau kurungan selama lamanya satu tahun.KUHP Pasal 3601. Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang Luka Berat di hukum dengan hukuman penjara selama lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama lamanya satu tahun.Luka berat : Penyakit / luka yang tak boleh harap akan sembuh lagi dengan sempurna atau mendatangkan bahaya maut.2. Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya 9 bulan atau hukuman kurungan selama lamanya 6 bulan.

  • KUHP Pasal 361Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya dan si tersalah dapat dipecat dari pekerjaannya.Tindakan keperawatan yang beresiko terhadap kemungkinan terjadinya sangsi hukum a l :Perawatan lukaMonitoring cairan infus / pemberian O2 Pemberian injeksiMemasang sondeFixasi / pengikatan/ECT

  • Kep. Menkes 1239/2001. Bab III pasal 8 :Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan atau kelompok.Perawat yang melaksanakan Praktik Keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.Perawat yang melaksanakan praktik perorangan / berkelompok harus memiliki SIPP.Bab IV pasal 20 : 1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jira seseorang / pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya. 2. Pelayanan dalam keadaan darurat dimaksud untuk penyelamatan jiwa.PP no. 32 tahun 1996 pasal 4 ayat 1Tenaga kesehatan hanya dapat melaksanakan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari menteri

  • PENUTUPKlien dalam keadaan darurat mengalami gangguan fungsi jiwa yang mendasar.Penatalaksanaan klien dalam keadaan darurat harus dilaksanakan dengan BENAR dan BAIK. Benar dalam aspek ilmunya dan baik dalam aspek etik dan legalnya.Perlu dipikirkan bersama prosedure, sarana dan prasarana yang memadai yang terkait dengan tindakan keperawatan pada klien dalam keadaan darurat psikiatri terutama fixasi, ECT dan terapi sehingga tercipta pelayanan yang aman, efektif dan efisien.Pengendalian emosi perawat menjadi bagian yang penting dari proses penanganan klien dengan kegawatdaruratan psikiatri sehingga peran perawat sebagai advokasi klien dapat tercapai.Pendokumentasian Asuhan Keperawatan mutlak dilakukan agar dapat menjadi alat bukti yang benar apabila terdapat masalah hukum.