ASP
-
Upload
pangeran-kodok -
Category
Documents
-
view
57 -
download
0
description
Transcript of ASP
Komparasi Akuntansi Sektor Publik Vs Akuntansi Komersial
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan
membandingkan beberapa hal yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pertanggung jawaban,
struktur organisasi, karateristik anggaran, dan akuntansi keuangan.
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan
membandingkan beberapa hal, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Perbedaan Sektor Publik-pemerintahan dengan Sektor Komersial
No Perbedaan Sektor Publik/Pemerintahan Sektor Swasta/Komersial
1Tujuan Organisasi Nonprofit motif Profit motif
2Sumber Pendanaan
Pajak, Retribusi, Utang, Obligasi
Pemerintah, Laba BUMN/
BUMD, Penjualan aset Negara,
dsb; Sumbangan, Hibah.
Pembiayaan internal:
Modal sendiri, laba ditahan,
penjualan aktiva.
Pembiayaan Eksternal:
Utang Bank, Obligasi,
penerbitan saham
3Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban kepada
publik/ masyarakat dan parlemen
(DPR/ DPRD)
Pertanggungjawaban kepada
pemegang saham dan kreditor
4Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan hirarkis
Fleksibel: datar, piramid, lintas
fungsional, dsb
5Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
6Sistem akuntansi Basis Kas Basis Akrual
Sumber : Mardiasmo, 2002
Tujuan Organisasi
Tujuan sektor komersial adalah memaksimumkan laba, untuk meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham. Tujuan sektor publik terutama bukan mencari laba, tetapi memberi pelayanan kepada
masyarakat (public service) dan mensejahterakan masyarakat. Pelayanan dalam bidang pendidikan,
keamanan, kesehatan masyarakat, penegakan hukum, transportasi publik, penyediaan barang kebutuhan
masyarakat dan sebagainya.
“Pemerintah juga mempunyai badan usaha (BUMN dan BUMD) yang bertujuan mencari laba untuk
meningkatkan penerimaan negara dan untuk mengusahakan barang-barang strategis kebutuhan
masyarakat umum”.
Sumber Pembiayaan
Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak, retribusi, laba BUMN/BUMD, pinjaman
luar negeri, obligasi, dan sumber lain yang syah (pemerintahan), sumbangan, dana abadi, pinjaman,
hibah, dan lain sebagainya (nonpemerintahan)
Sektor komersial sumber pendanaannya lebih fleksibel, dari segi internal berasal dari modal
pemilik dan laba yang ditahan, sedang dari eksternal adalah utang bank, obligasi, dan penerbitan saham
baru.
Pertanggungjawaban
Sektor publik, menguasai dana publik, bertanggung jawab kepada publik melalui perwakilan di
DPR/DPRD (organisasi pemerintahan), dan langsung kepada masyarakat yang terkait (nonpemerintahan).
Pertanggungjawaban vertikal ialah pertanggungjawaban kepada atasannya dalam struktur organisasi,
sedang pertanggung-jawaban horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat umum, melalui
mekanisme yang ada yaitu parlemen.Sektor komersial menguasai dana pemilik, bertanggung jawab
kepada para pemilik yaitu pemegang saham, dan kreditor.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi sektor komersial lebih fleksibel, datar, piramid, fungsional, dan sebagainya.
Sektor komersial berusaha menyediakan barang dan jasa yang jadi kebutuhan dan permintaan
konsumen.Pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, hirarkis. Sektor publik sangat dipengaruhi oleh
kebijakan politik yang sangat komplek.
Organisasi Pemerintah mempunyai fungsi yang lebih luas, meliputi:
Pertahanan dan keamanan
Hubungan luar negeri
Kebijakan fiskal dan moneter
Regulasi sektor swasta
Stabilisasi politik dan ekonomi
Perlindungan sumber daya alam dan sosial
Penegakan hukum dan perlindungan HAM
Pemberian barang dan pelayanan
Distribusi pendapatan dan kekayaan
Karakteristik Anggaran
Bagi pemerintahan anggaran adalah sangat penting, sebagai otorisasi pelaksanaan, sebagai alat
pengawasan, alat kontrol dan pengendalian pemerintahan dan pertanggungjawaban. APBN dan APBD
memerlukan persetujuan DPR/DPRD sebagai wakil rakyat, yang setelah disetujui kemudian diserahkan
kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Sementara untuk organisasi bisnis adalah sangat fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan lingkungan dan ekonomi yang terjadi.
Akuntansi Keuangan
Sesuai dengan peraturan perundangan yang baru, (misalnya UURI no. 1 tahun 2004) sistem
akuntansinya masih boleh menggunakan basis kas, khusus untuk pembuatan laporan realisasi anggaran,
sedangkan untuk pos-pos neraca (aset, utang dan ekuitas) menggunakan basis akrual, sampai saatnya
keseluruhannya menggunakan basis akrual.
Persamaan Sektor Publik dan Sektor Komersial
1. Keduanya merupakan bagian yang integral dari sistem ekonomi negara, dan sumber daya yang sama
untuk mencapai tujuan organisasi;
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu kelangkaan sumber daya (scarcity of resources),
sehingga harus menggunakannya secara ekonomis, efisien dan efektif;
3. Pengendalian manajemen yang sama, perencanaan, pengendalian pertanggungjawaban;
4. Menghasilkan produk yang sama, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan jenis pelayanan lainnya;
5. Keduanya terikat pada ketentuan perundang-undangan dan hukum yang disyaratkan.
Regulasi Keuangan Sektor Publik di Indonesia
DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban
warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun
keaungan daerah, sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan
secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga yang di nilai
dengan uang, dalam kerangka tata penyelenggaraan pemerintah. Wujud pelaksanaan tata negara tersebut
dapat di identifikasi sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan kewajiban yang tercantum dalam APBN
dan laporan pelaksanaanya.
Tabel: hak dan kewajiban negara (Bastian, 2005)
Hak Hak Negara Yang Dimaksud,
Mencangkup Antara Lain:
Kewajiban negara adalah Berupa Pelaksanaan
Tugas-Tugas Pemerintah sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 yaitu:
1. Hak monopoli, mencetak dan
mengadarkan uang
2. Hak untuk memungut sumber-sumber
keuangan seperti pajak, bea dan cukai
3. Hak untuk memproduksi barang dan
jasayang dapat dinikmati oleh khalayak
umum, yang dalam hal ini pemerintah dapat
memperoleh (kontra prestasi) sebagai sumber
penerimaan Negara
1. Melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah darah indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social
Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui sebagai
belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara yaitu
pada bab VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang undang apabila
dewan perwakilan rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka
pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditatapkan dengan Undang-Undang
4. Hak keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-Undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu badan pemeriksaan
keuangan, yang peraturannya ditetapkan ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan
itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya
untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945, tatapi juga
sebagai dasar rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan. Oleh karana itu penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam Unadang-Undang
Propenas, dan pelaksanaanya dituangkan dengan Undang-Undang yang harus dijalankan oleh
Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri serta Pimpinan Lembaga Tinggi lainnya. Setelah
pengesahan UU APBN, APBN dilaksanakan dan dipertanggugjawabkan dalam bentuk Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada prinsip
otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah memberikan kewenangan yang
luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah secara proporsional. Dengan pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang maupun sumber daya alam,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu sistem perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk mencerminkan pembagian tugas kewenangan
dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah secara transparan.
Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah tertampungnya aspirasi semua warga, dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang
ada dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom adalah
meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan melaksanakan
program pembangunan. Selanjutnya, Daerah Otonom didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas daerah tertentu dan berwenang mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan,
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,
3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan Kepala Daerah
khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah,
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang lebih mudah dan
berhasil guna,
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk melakssanakan penyelenggaraan
Keuangan Daerah di dalam batas-batas tertentu.
Penyusunan APBD sudah seharusnya diletakkan dalam kerangka perencanaan pembangunan jangka
menengah yang mempertimbangakan skala prioritas pembangunan. Pelaksanaan APBD juga haruslah
dikendalikan menurut sasaran-sasaran yang jelas dan terukur. Jadi, baik penyusunan maupun pelaksanaan
APBD tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan berjangka menengah dan bersekala nasional.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI
Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya kebijakan desentralisasi.
Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara
BUMN dengan pemerintah pusat, antara pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam
pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta
melalui privatisasi (Mardiasmo, 2009). Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua
manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat
dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan hasil pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi
sumberdaya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah
yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam Mardiasmo, 2009.
Peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di
tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini telah memberikan peluang bagi posisi akuntansi sektor
publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor
publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam pertanggungjawaban publik.
Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu dibangun seperti:
a. Standart akuntansi sektor publik untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan organisasi sektor
publik lainnya
b. Account code, untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi sektor publik lainnya,
dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit
c. Jenis buku besar dan ledger yang menjadi pusat pencatan data primer atau semua transaksi keuangan
pemerintah
d. Manual Sisten Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi pedoman atas jenis-jenis
transaksi dan perlakuan akuntansi lainnya
Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat melakukan pencatatan,
peringkasan, dan pelaporan keuangan baik secara manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya
prasarana diatas, muncul persepsi bahwa:
a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit
b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang tedidik dalam jangka waktu panjang.
REVIEW REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra Reformasi dapat
dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah.
a. Tidak terdapat pemisahan secara konkrit antara eksekutif dan legislatif (Pasal 13 ayat 1).
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD.
Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
1. Perbandingan anggaran dan realisasi
2. Perbandingan standar dan realisasi
3. Target prosentase fisik proyek
· Perhitungan APBD terpisah dari pertanggungjawaban Kepala Daerah (terdapat dalam pasal 33).
3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.
· Menetapkan sistem single entry bookkeeping. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan
dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan di catat pada sisi
penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem
pencatatan single entry bookkeeping memiliki kelebihan yaitu sangat sederhana tetapi memiliki
kelemahan yaitu kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusunan pelaporan), sulit
menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol, untuk mengatasi kelemahan tersebut
maka diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD.
· Bentuk laporan perhitungan APBD :
– Perhitungan APBD
– Nota Perhitungan
– Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)
7. Kepmendagri No.903-057/1988 tentang Penyempurnaan Bentuk dan Susunan Anggaran Pendapatan
Daerah Masuk dalam Pos Penerimaan Pembangunan.
· Pinjaman (Pemda/BUMD) diperhitungkan sebagai pendapatan daerah
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/D
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/ APBD, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
BPK, disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan (setidak-tidaknya) :
Laporan Realisasi APBN/APBD,
Neraca,
Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan badan
lainnya).
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola keuangan
negara/daerah menuju tata kelola yang baik
Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
Penataan peraturan perundang-undangan;
Penataan kelembagaan;
Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi dalam praktik
pemerintah untuk kegunaan Good Governance.
Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
>> mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan pengelolaan kekayaan
Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan anggaran kementrian/lembaga Negara
(Andayani, 2007)
2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan
>> mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini mengatur tentang
pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang, utang, piutang, pengelolaan investasi
pemerintah dan pengelolaan keuangan badan layanan hukum. (Andayani, 2007)
3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara
>> mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilaksanakan
oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan kepada DPR dan DPD.
Sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada DPRD. (Andayani, 2007).
Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada ketiga Undang-undang di atas, yaitu :
1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja.
2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.
3. Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam pelaksanaan pemeriksaan.
4. Pemberdayaan manajer profesional.
Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :
1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah.
4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
BARANG DAN JASA PUBLIK
Barang dan Jasa Publik vs Barang dan Jasa Swasta
Menurut Bastian (2005), barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh
negara atau pemerintah. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukan bagi kepentingan seluruh warga dalam
skala luas. Sedangkan barang swasta adalah barang spesifik yang dimiliki oleh swasta. Sifatnya eksklusif
dan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan dengan
harga pasar menurut rumus sang penjual. Adalagi barang setengah kolektif yang dimiliki oleh swasta atau
patungan swasta dan pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh bersifat eksklusif, dan pemerintah
harus ikut menentukan harga penjualannya, yang biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil.
Konsep-konsep Pokok Barang dan Jasa Publik
Suatu barang dikategorikan sebagai barang swasta atau public dalam kaitannya dengan
tingkat excludabilitydan persaingannya. Tingkat excludability suatu barang ditentukan dengan kondisi
dimana konsumen dan produsen barang/pelayanan bisa memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh
manfaat dari barang/pelayanan tersebut. Tingkat persaingan dikategorikan dalam daya sain rendah dan
daya saing tinggi. Daya saing rendah apabila suatu barang dimanfaatkan secara bersama-sama, sedangkan
daya saing tinggi apabila suatu barang dimanfaatkan secara individu.
Barang yang excludable, tapi daya saingnya rendah disebut toll goods, yaitu bisa digunakan
secara bersama-sama, namun orang yang memanfaatkan tetap dikenai biaya. Adalagi barang yang daya
saingnya tinggi tetapinon- excludable disebut common pool goods, yaitu barang yang non-
excludable, namun penggunaannya yang berlebihan akan mengurangi kesempatan.
Jenis Barang Menurut excludability dan Persaingan (Bastian, 2005)
Excludability Rendah Excludability Tinggi
Persaingan Rendah Barang publik (biaya sektor
publik)
Barang Toll (campuran biaya
public dan swasta)
Persaingan Tinggi Common pool goods (biaya
sektor publik)
Barang swasta (biaya swasta)
Cara menaikan tingkat excludability suatu barang atau pelayanan:
Perubahan teknologi.
Diberlakukannya hak milik secara lebih ketat.
Penyediaan Pelayaan
Alasan mengapa sektor swasta cenderung bekerja lebih efisian dan efektif;
Sektor swasta mempunyai fleksibilitas dalam hal pengelolaan sumber daya, sehingga
perubahan permintaan pasar mudah ditanggapi.
Adanya persaingan pelayanan mendorong lebih baiknya mutu pelayanan dengan harga yang
lebih murah bagi pelanggan.
Beberapa pengecualian dalam pemenuhan kepentingan pelanggan:
Pelanggan tidak mampu menilai mutu pelayanan. Jika ini terjadi, sector public harus
menetapkan sejumlah standar mutu untuk melindungi konsumen.
Tidak terjadi persaingan antara para pemberi pelayanan. Jika terjadi monopoli secara alamiah,
maka sector swasta kurang mendapat insentif untuk beroperasi secara efisien. Maka
intervensi public sekali lagi dibutuhkan untuk menjamin terpenuhinya standar harga, mutu,
dan persaingan.
Adanya factor luar yang negative yang mempengaruhi pelayanan. Jika pemberian suatu
pelayanan atau barang mempunyai dampak negatif terhadap orang lain yang bukan produsen
atau konsumen pelayanan/barang itu maka pemerintah harus mengintervensi untuk
menghilangkan factor tersebut atau setidaknya menjamin ganti rugi pantas.
Pemberian pelayanan membutuhkan kemitraan antara sektor swasta, publik, dan organisasi kolektif.
Perubahan Kelembagaan
Ketidakmampuan untuk memahami cara baru dalam mengerjakan sesuatu disebut kebutaan paradigma.
Agar sebuah lembaga pemerintah terbuka terhadap asaran-saran dari lembaga yang mewakili konsumen,
atau bersedia mempertimbangkan pengalihan ke sector swasta, suatu perubahan persepsi atau paradigma
baru perlu dilakukan.
Langkah awal dalam mengatasi kebutaan paradigm adalah mencari apa yang bisa dilakukan untuk
mengubah cara kerja.
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Beberapa inisiatif yang diambil pemerintah guna memperbaiki penyelenggaraan pemerintah:
Reformasi hokum dan yudikatif, termasuk pembentukan Komisi Ombudsman untuk menanggapi
masalah korupsi dan pembentukan komisi Reformasi Hukum.
Perumusan strategi reformasi pegawai negeri sipil.
Rancangan undang-undang untuk memantapkan manajemen keuangan pemerintah.
Pembentukan Komisi Anti Korupsi.
Pembentukan Kemitraan bagi pembaruan tata pemerintahan di Indonesia yang didukung oleh
UNDP, Bank Dunia, dan ADB.
Dalam bidang pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah menerbitkan Keppres No 61 Tahun
2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai
penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003. Peraturan-peraturan
tersebut merupakan implementasi dari UU No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, UU No 5 Tahun 2000
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat. UU No 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari KKN; semuanya ditujukan untuk mengatur
pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa sesuai tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta peranan
masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan Instansi Pemerintah.
Tujuan pengadaan barang adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan Instansi
Pemerintah dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan,
serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang
berlaku.
KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MEMPERBAIKI KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
Semua masyarakat memiliki hak yang sama atas jaminan sosial dan ekonomi dari pemerintah
sebagai konsekuensi langsung atas pembayaran pajak yang telah dipenuhi. Kebijakan dan regulasi yang
ditetapkan pemerintah bisa berimbas pada bidang yang lain. Pemerintah mempunyai peran menentukan
kualitas tingkat kehidupan masyarakat secara individual.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas
jasa, yakni upaya meminimasi kesenjangan antara tingkat layanan dengan harapan konsumen. Kinerja
organisasi layanan publik harus diukur dari outcome-nya, karena outcome merupakan variabel kinerja
yang mewakili misi organisasi dan aktivitas oprasional, baik aspek keuangan dan nonkeuangan. Dalam
penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas (Mardiasmo, 2009).
Selanjutnya, monitoring kinerja perlu dilakukan untuk mengevaluasi pelayanan publik dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah penting dalam monitoring kinerja organisasi layanan publik
antara lain : mengembangkan indikator kinerja yang mengembangkan pencapaian tujuan organisasi,
memaparkan hasil pencapaian tujuan berdasarkan indikator kinerja diatas, mengidentifikasi apakah
kegiatan pelayanan sudah efektif dan efisien sebagai dasar pengusulan program perbaikan kualitas
pelayanan.
Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik
Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam standar akuntansi dan
solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas
akan terkait dengan proses perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran,
pelaporan, audit serta pertanggungjawaban.
1. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan dalam sektor publik untuk kepentingan eksternal. Kerangka konseptual
akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus
akuntansi sektor publik.
Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, ketentuan standar
akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait. Dalam jangka panjang, konflik
semacam itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi di masa
depan.
2. Tujuan dan Peranan Konseptual Akuntansi Sektor Publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan bagi:
a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya.
b. Penyusun laporan keunagn untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi yang
secara lazim dan standar akuntansi keuangan sektor publik.
c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum.
d. Para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan sektor publik.
Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector publik. Revisi
kerangka dasar bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman komite penyusunan
standar akuntansi keuangan sektor publik dalam penggunaan kerangka dasar tersebut.
3. Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik
Pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi sektor publik ini meliputi:
Perencanaan publik
Penganggaran publik
Realisasi anggaran publik
Pengadaan barang dan jasa publik
Pelaporan sektor publik
Audit sektor publik
Pertanggungjawaban publik
Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik pada organisasi sektor
publik :
1. Pemerintah Pusat
Perencanaan publik: musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka panjang nasional,
musrenbang jangka menegah nasional, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah.
Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.
Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
Audit sektor publik : mekanisme audit.
Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.
2. Pemerintah Daerah
Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka panjang daerah,
musrenbang jangka menegah daerah, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah,
musrenbang provinsi, musrenbang kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.
Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.
Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan
Audit sektor publik : mekanisme audit.
Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.
3. Partai Politik
Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah, musyawarah kerja
derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.
Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.
Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.
Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
Audit sektor publik : mekanisme audit.
Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.
4. LSM
Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan LSM.
Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.
Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
Audit sektor publik : mekanisme audit.
Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya
5. Yayasan/tempat peribadatan
Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan yayasan/organisasi tempat
peribadatan.
Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.
Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
Audit sektor publik : mekanisme audit.
Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.
4. Asumsi Akuntansi Sektor Publik
a. Kebutuhan Masyarakat
b. Alokasi Sumber Daya
c. Ketaatan Hukum/Peraturan
d. Dasar Akrual
e. Kelangsungan Usaha atau Organisasi
f. Akuntabilitas Kinerja
Untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik adalah dasar akrual, dimana
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akunatansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan
pada periode yang bersangkutan.
Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
5. Implementasi Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik
Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika diimplementasikan pada
akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi sektor publik adalah ciri khas informasi
akuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada penentuan kualitas produk setiap unsur
akuntansi sektor publik.
Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi keputusan pengelola
organisasi, dengan mengubah atau menginformasi harapan mereka tentang hasil, atau
konsekuensi tindakan atau kejadian.Dalam konsep kerangka konseptual akuntansi, informasi
yang relevan dapat membantu investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk mengevaluasi
kondoisi masa lalu, saat ini dan masa depan atau untuk menginformasikan dan mengoreksi nilai
umpan balik/feedback agar relevan.
Keandalan dan Reliabilitas. Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan
kebutuhan para peggunanya. Keandalan akan membedakan pengguna stu dengan pengguana yang
lainyatergantug pada keluasan pengetahuan tentang aturan yang digunakan untuk mempersiapkan
informasi. Dengan kata lain, di antara pengguna yang berbeda, informasi dengan derajat
keandalan yang berbeda akan ditemukan. Dalam konteks kerangka konseptual, agar menjadi
andal informasi harus dapat diuji, netral, dan disajikan dengan jujur.
Pertimbangan Biaya dan Manfaat. Pertimbangan biaya dan memanfaat dikenal dengan
keterbatasan parpasif. Informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari
informasi tersebut melebihi biayanya. Oleh karnanya, sebelum mempersiapkan dan
mendeseminasikan informasi keuangan, manfaat serta biaya penyiapan informasi itu harus
dibandingkan.
Materialitas. Mateialitas dianggap sebagai ambang pengakuan. Pada dasarnnya materialitas
adalah pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang informasi yang signifikan dan
berdampak besar terhadap keputusan yang diambil.
5.1 Kualitas Perencanaan Publik
Pada tahap perencanaan, biasanya akan tercipta dokumen perencanaan yag sangat penting dan
menentukan dalam menghasilkan outcome. Jadi, melalui sistem kualitas perencanaan diharapkan dapat
dihasilkan outcome yang berkualitas. Yang dimaksud dengan kualitas perencanaan adalah sebuah
prosedur yang mendefenisikan kualitas terkait dengan tugas ketika proyek baru mulai digarap untuk
memenuhi kualitas yang disyaratkan.
Agar perencanaan efektif, ada banyak hal yang sering kali menjadi halangan seperti:
Kegagalan manajemen dalam memahami system yang tengah terjadi di sekitar area organisasi.
Kurangnya dukungan manajemen terhadap system perencanaan.
Pimpinan kurang mendukung dan berperan serta dalam segala kegiatan.
Kegagalan memahami peran penting perencanaan dalam proses manajemen.
Outcomer dari proses perencanaan public adalah dokumen perencaan yang mayoritas terbagi menjadi
dokumen perencanaan jangka pendek (datu tahun), dokumen perencanaan jangka menengah (lima tahun) ,
dan dokumen perencanaan jangka panjang (dua puluh lima tahun).
Karakteristik kualitatif dari kualitas output perencanaan publik
Dapat dipahami
Relevan
5.2 Kualitas Penganggaran Publik
Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan kualitas anggaran adalah pemikiran
manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas organisasi.manajemen tidak
mempertimbangkan permasalahan organisasi yang ada jika tidak ada kualitas anggaran. Penyelenggaraan
kegiatan organisasi yang menjadi kewenangan organisasi didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja organisasi. Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi
persyaratan berikut:
Berdasarkan program.
Berdasrkan pusat pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.
Sebagai alat perencanaan dn pengendalian.
Sebagai alat motivasi kinerja karyawan.
Outcome penganggaran publik:
Rencana kerja anggaran
Raperda RAPBD
Nota RAPBD
Peraturan APBD
Surat Keputusan Kepala Daerah Tentang Penjabaran APBD
Karakteristik kualitatif kualitas output penganggaran public yaitu dapat dibandingkan.
5.3 Kualitas Realisasi Anggaran Publik
Tujuan proses realisasi anggaran adalah mengembangkan produk dan layanan yang harus
diberikan kepada publik. Kesimpulan hasil realisasi anggaran diperoleh pada saat produk organisasi telah
secara tuntas dikembangkan/dibangun, diuji, diterima, dilaksanakan, dan dialihkan menjadi kinerja
organisasi. Pada saat itu, proses pencatatan dilaksanakan secara akurat. Kualitas realissi anggaran
merupakan hasil pencapaian kinerja organisasi.
Unsur-unsur dalam pengelolaan berbasis kegiatan yang dapat menjadi penentu kualitas
pelaksanaan realisasi anggaran public adalah sebagai berikut:
Pengembangan kasus usaha
Menentukan prioritas
Menyediakan pembenaran biaya
Menemukan manfaat
Mengukur kinerja untuk perbaikan yang sedang berlangsung
Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu dapat dipahami dan
terandalkan.
5.4 Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/jasa dengan total biaya
kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan kualitas yang benar, pada waktu yang tepat ,
dan dari sumbre yang tepat untuk memperoleh manfaat secra langsung.
Tahapan pengadaan barang dan jasa
Pengumpulan informasi
Hubungan penyedia
Review latar belakag
Negosiasi
Pemenuhan
Konsumsi, pemeliharaan, dan penyelesain
Pembaharuan
5.5 Kualitas Pelaporan Sektor Publik
Outcome pelaporan akuntansi sektor publik
Laporan posisi keunagan(neraca)
Laporan kinerja keuangan
Laporan perubahan aktiva
Laporan arus kas
Kebijakan akuntansidan catatan atas laporan keuangan
Karakteristik kualitatif pelaporan sektor public
Dapat diperbandingkan
Tepat waktu
Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara karakteristik dan kualitatif
Penyajian yang wajar
5.6 Kualitas Audit Sektor Publik
Ditujukan untuk mnguji efektifitas sistem pengelolaan kualitas Outcome audit akuntansi sektor publik.
Pendekatan yang diambil oleh manajemen
Kontribusi yang dibuat oleh komite audit
Peran ”shareholder” dan kometator
Peran orang yang mengajukan perkara
Pendekatan regulasi
Tekanan yang disebabkan rezim akuntansi pelaporan.
Karakteristik kualitaif kualitas output audit sektr publik
Dapat dipahami
Relevan
Keandalan
Dapat dibandingkan
5.7 Kualitas pertanggungjawaban Publik
Laporan pertanggungjawaban tahunan mencerminkan misi utam organisasi, inisiatif utama untuk
membawa misi dan kinerja pelaksanaan yang menjadi tanggung jawabnya. Outcome pertanggungjawaban
public:
Mempersiapkan dan menyusun rencana strategic
Merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan,sasaran, strategi organisasi
public
Merumuskan indikator kinerja organisasi publik dengan berpedoman pada kegiatan yang
dominan, menjadi isu global dan kritis bagi pencapaian visi dan misiorganisasi sektor public
Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokokdsn fungsi dengan seksama
Mengukur pencapian kerja
Karakteristik kualitatif kualitas output pertanggungjawaban public
Dapat dipahami
Relevan
6. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik
Berbagai dasar pengakuan tersebut adalah;
a. Biaya Historis (historical cost)
b. Biaya Saat ini (current cost)
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/sattlement value)
d. Nilai sekarang (present value)
6.1 Faktor yang berpengaruh dalam Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik
Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep
probabilitas digunakan dalam pengertian derajat ketidakpastian. Manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam organisasi. Konsep tersebut
dimaksudkan utuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi organisasi.
Kendala Pengukuran. Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan dalam tututan hukum
dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan, maupun kriteria probabilitas agar dapat diakui.
Namun jika tidak mungkin diukur dengan tingkat kendala tertentu, tuntutan tersebut tidak dapat
diaui sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan harus diungkapkan dalam catatan materi
penjelasan atau skedul tambahan.
Aktiva. Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa depan atau
jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi, dan aktiva tersebut mempunyai
nilai yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban. Kewajiban diakui dalam laporan osisi keunagan jikapengeluaran sumberdaya yang
membrikan manfaat ekonomi kemungkinan besar akan dilakukan untuk mnyelasiakna kewajiban
(obligation) sekarang, dan jumlah yang harus diselsesaikan dapat diukur dengan andal.
Ekuitas. Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuanagn dimana relevansi
pengklasifikasianya terjadia apabila pos tersebut mengidentifikasikan pembatasan hukum atau
pembatasan lainya atas kemamampuan organisasi.
Pendapatan. Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat ekonoi
dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva atau penurunan kewajiban,
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Biaya. Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan langsung antar
biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh.
Standar Akuntansi Sektor Publik
A. Pengertian Standar Akuntansi Publik
Standar akuntansi sektor publik adalah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan organisasi sektor publik. Standar akuntansi sektor publik
memberikan kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi tahapn siklus akuntansi sektor publik, yaitu
perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan
pertanggungjawaban publik.
B. Tujuan Penyusunan Pedoman Akuntansi
1. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat dterapkan bagi
pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang berlaku dewasa ini.
2. Menyediakan organisasi sektor publuk suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan klasifikasi
rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan
organisasi sektor publik, yang mencakup penganggaran, pembendaharaan dan pelaporan.
C. Ragam dan Hubungan antar Standar Akuntansi sektor publuk
Secara umum terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik:
Standar Nomenklatur
Standar Akuntansi sektor Publik (SSAP)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar Akuntansi Biaya (SAB)
Dalam konteks siklus akuntansi sektor publik, standar – standar tersebut masih terfokus pada
tahapan, yaitu tahapan pelaporan (SAP,SAK), tahap audit (SPAP,SPKN), tahap perencanaan –
penganggaran (Standar Akuntansi Biaya), dan tahap perencanaan pertanggungjawaban publik (Standar
Nomenklatur).
D. Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan realibilitas laporan akuntansi dan keuanganorganisasi sektor publik,
khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan.
d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang sama.
E. Teknik Penyusunan Standar
Berikut adalah tahap – tahap dalam menyusun standar akuntansi (Suwardjono,2006:109):
1. Evaluasi masalah pada tahap awal
2. Mengadakan riset dan analisis
3. Menyusun dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion memorandum) kepada setiap
pihak yang berkepentingan
4. Mengadakan Dengar Pendapat Umum (public hearing)
5. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas memorandum diskusi
6. Menerbitkan draft awal standar yang telah diusulkan
7. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis
8. Memutuskan (keputusan penerbitan)
9. Menerbitkan (penerbitan pernyataan)
F. Standar Nomenklatur
Definisi Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar prkiraan/akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat. Selain itu nomenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan pengawasan.
Tujuan Penyusunan Nomenklatur
Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam system pengolahan data
akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
(1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
(2) Meringkas data
(3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi
(4) Menyampaikan makna tertentu.
Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Nomenklatur
Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut ini perlu diperhitungkan :
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode pengolahan data yang
digunakan.
b. Setiap kode harus mewakili secara unik unsure yang diberi kode.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
Metode Penyusunan Nomenklatur
Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu :
1. Kode angka atau alphabet huruf (numerical-or alfabethic-secuence code) Dalam metode ini rekening
buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan.
2. Kode angka blok (block numerical code)
3. Kode angka kelompok (group numerical code) Kode angka kelompok ini mempunyai karakteristik
sbb:
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
b. Jumlah angka dan/huruf dalam kode adalah tetap
c. Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka atau huruf ke kanan
4. Kode angka decimal (decimal code) Desimal berarti per sepuluhan. Kode angka decimal member kode
angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum sepuluh sub kelompok dan
membagi sub kelompok menjadi sepuluh golongan yang lebih kecil dari subkelompok tersebut.
5. Kode angka urut didahului dengan referensi huruf (numerical secuence receded by analfabethic
reference) Kode ini jarang digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode ini memudahkan
identifikasi dan mengingat referensi yang penting.
G. Standar Akuntansi Keungan Sektor Publik
· PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sector public berbeda dengan organisasi bisnis. Ukuran kinerja organisasi
sector public penting bagi pengguna. Para pengguna laporan keuangan organisasi sector public memiliki
kepentingan bersamayang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai :
1. Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa
tersebut
2. Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
3. Aspek kinerja pengelolah
Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya mengelolah sumber dayaorganisasi yang
diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktifitas,kewajiban, dan
aktiva bersih serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebutpada waktu tertentu.
Informasi likuiditas diberikan dengan cara :
1. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo
2. Mengelompokkan aktiva kedalam lancar dan tidak lancar serta kewajiban kedalam jangka pendek dan
jangka panjang
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh tempo nya kewajiban termasuk
pembatasan penggunaan aktiva pada catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersihberdasarkan
ada atau tidak nya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen,terikat secara temporer
dan tidak terikat.
Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.
Penganggaran Sektor Publik
Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai setimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode
untuk menyiapkan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang
cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik penganggaran
merupakan suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan sektor swasta yang relatif lebih kecil nuansa
politiknya. Pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup bagi
publik, namun pada sektor publik anggran merupakan hal yang harus diinformasikan kepada publik untuk
dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas dan pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang
publik.
Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentanjumlah alokasi dana untuk tiap-
tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran sektor publik dimulai ketika
perumusan staretgi dan perencanaan strategik selesai dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi dari
perumusan dan perencanaan strategi yang dibuat. Aspek-aspek yang harus dicakup dalam anggaran sektor
publik :
Aspek perencanaan
Aspek pengendalian
Aspek akuntabilitas
B. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana anggaran sektor publik
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kodisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan
dilakukan organisasi di masa yang akan datang. Secara singkat anggaran publik merupakan suatau
rencana finansial yang menyatakan :
1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat
2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencana-rencana tersebut
C. Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik,
air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dsbnya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat pemerintah melalui anggran yang dibuat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang yang dimiliki
oleh pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan rencana pemerintah untuk
membelanjakan uang rakyat. Anggaran merupakan blue print keberadaan sebuah negra dan merupakan
arahan di masa yang akan datang.
Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekoomi melalui
sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal
adalah anggaran. Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan dan kualitas hidup
masyarakat. Anggaran sektor publik harsu dapat memenuhi kriteria sbb :
· Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat
· Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen pemerintah, baik propinsi maupun
daerah
Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi harga, lapangan kerja,
distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak yang harus dibayar atas pelayanan yang
diberikan pemerintah. Keputusan anggaran yang dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat
merefleksikan prioritas pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.
Anggaran sektor publik penting karena :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi,
menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terus berkembang,
sedangkan sumber daya jumlahnya terbatas.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga publik yang ada.
D. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu
1. Sebagai alat perencanaan
2. Alat pengendalian
3. Alat kebijakan fiscal
4. Alat politik
5. Alat koordinasi dan komunikasi
6. Alat penilaian kinerja
7. Alat motivasi
8. Alat menciptakan ruang publik.
Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning tool)
Anggaran merupakan alat pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran
sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan pemerintah, berapa biaya
yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat
perencanaan digunakan untuk :
Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai dengan visi,misi dan sasaran yang telah
ditetapkan
Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tuuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya
Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategis
Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control tool)
Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran. Tidak berlebihan kalau
dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan
lewat anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan kekuasaan eksekutif.
Sebagai alat penengendali manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan
bahwa pemerintah masih mempunyai cukup uang untuk memenuhi kewajibannya, selain itu juga
digunakan sebagai pemberi informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekrja secara efisien
tanpa ada korupsi dan pemborosan. Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui 4 cara :
1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
2. Menghitung selisih anggaran
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan
4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya
Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat diketahui arah kebijakan fiskal
pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk
mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)
Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap
prioritas tersebut. Pada sektor publik anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran
bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik
membutuhkan political skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip
manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa
kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan kepemimpinannya, atau
paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan
alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan
mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi.
Disamping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan
eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer (eksekutif) kepada pemberi wewenang
(legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran adan pelaksanaan
efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja
secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat
dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR. Masyarakat, LSM,
perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam penganggaran publik.
Kelompok masyarakat yang teroganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan
mereka., Kelompok lain dari kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya
melaui proses politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang
terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk
menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan
massa, melakukan boikot dsbnya.
E. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Anggaran operasional
2. Anggaran Modal
Anggaran Operasional
Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan
pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam anggaran operasional adalah
belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak dapat
menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang
ada setiap tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja
administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.
Anggaran Modal
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti
gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan
dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari
satu tahun anggran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah
anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.
Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab selutrhnya adalah
milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat memberi mandat kepada pemerintah
melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan
program yang memberi mamfaat lebih kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah
tidak mungkin memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan
memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan sebagai alat
politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.
F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :
1. Otorisasi oleh legislative. Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu
sebelum dibelanjakan oleh eksekutif
2. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat komprehensif
3. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary Appropriation. Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara
ekonomis, efisien dan efektif.
5. Periodik. Anggaran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan
6. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang
dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan
7. Jelas. Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak
membingungkan
8. Diketahui public. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
G. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
APBD/APBN yang dipresentasikan setiap akhir tahun dihadapan DPRD/DPR memberikan informasi
kepada masyarakat luas tentang program yang direncanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan darimana program tersebut dibiayai. Proses penyusunan anggaran
mempunyai 4 tujuan :
Membantu pemerintah mencapai tujuan dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan
pemerintah
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui
proses pemrioritasan
Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja
Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPRD/DPR dan masyarakat
luas.
Faktor-faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :
Tujuan dan target yang hendak dicapai
Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki pemnerintah)
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target
Faktor lain yang mmpengaruhi anggaran seperti : munculnya peraturan pemerintah yang baru,
fluktuasi pasar, perubahan sosial politik, bencana alam dsbnya.
H. Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran
Pokok-pokok prinsip siklus anggaran harus diketahui oleh penyelengara pemerintahan. Siklus anggaran
tersebut ada 4 tahap :
1. Tahap persiapan anggaran
Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar talsiran pendapatan yang tersedia, yang
perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran terlebih dulu hendaknya dilakukan
taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran
pengeluaran.
Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor ketidakpastian yang
cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami betul dalam menentukan besarnya
suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokummen
perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), Rencana Strategis
(RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat dan perencanaan
pembangunan daerah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105 dan 108 tahun 2000.
Pada pemerintah pusat penyusunan perencanaan pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS
yang merupakan operasinalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk
RENSTRA. Berdasarkan POPERNAS dan RENSTRA serta analisis fiskal dan makro ekonomi kemudian
mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.
Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota) berdasarkan PP No. 108 pemerintah
daerah diisyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPERDA
(RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA
yang dibuat oleh pemerintah pusat. Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya penekanan prioritas
pembanguann yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masing-
masing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan
DPRD dalam kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan dalam pelaksanaannya dalam kerangka
tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan
REPETADA dan APBD.
Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis kebijakan fiskal dan ekonomi daerah,
menurut ketentuan PP No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersama-sama DPRD menetapkan arah
kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah daerah menetapkan Strategi dan Prioritas APBD.
REPETADA memuat program pembanguan daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat
indikator kinerja yang terukur dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih
memperjelas program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan kebijakan
yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut. Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam
REPETADA tersebut dilengkapi dengan :
Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi kinerja pemerintah daerah pada
periode sebelumnya
Masukan dan aspirasi masyrakat
Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan (REPETADA) dan anggaran
tahuan (APBD) pada hakekatnya merupakan perencanaan instrumnen kebijakan publik sebagai upaya
peningktan pelayanan kepada masyarakat. APBD menunjukkan implikasi dari anggaran REPETADA
yang dibuat. Dengan demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi
APBD.
2. Tahap ratifikasi
Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif
dituntut untuk memiliki manejerial skill dan political skill, salesmanshipdan coalition holdimg yang
memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan
dan bantahan yang disampaikan oleh legislatif.
3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran
Setelah disetujui oleh legislatif, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan anggaran, hal terpenting
yang harus dimiliki oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab menciptakan
sistem akuntansi keuangan yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran
yang telah disepakati, bahkan dapat diandalkan untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan aspek operasional anggaran,
sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah
didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka pada tahap
pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.
Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik
A. Pengertian Siklus Keuangan
Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan
pelaporan keuangan. Siklus ini dimulai dari transaksi yang harus didukung dengan bukti dan dicatat di
Buku Jurnal, selanjutnya diposting ke Buku Besar dan Buku Besar Pembantu. Dengan klasifikasi di
Daftar Saldo, Kertas Kerja serta Penyesuaian maka dihasilkan Laporan Keuangan yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Setelah tahap Penutupan dan dibuat Daftar Saldo Setelah penutupan serta
Pembalikan, maka Neraca Awal dapat disusun dengan baik.
B. Transaksi
Transaksi merupakan suatu kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan suatu entitas dan
pencatatannya memerlukan data, bukti atau dokumen pendukung dalam kegiatan operasi suatu entitas.
Pencatat transaksi akuntansi adalah sebagai berikut :
Pemegang Kas - Bendahara Rutin (Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fisik)
Pemegang Kas - Bendahara Proyek (Belanja Modal)
Pemegang Kas - Bendahara Gaji
Pemegang Kas - Bendahara Penerima
Jenis Transaksi
Transaksi Kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan kas. Contoh :
Pencairan SPMU, Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll.
Transaksi Nonkas, yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset, utang, pendapatan,
belanja tetapi tidak mempengaruhi kas. Contoh : Penerimaan aktiva tetap dari donatur, pembebasan
utang.
Bukti Transaksi
Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi atau kejadian ekonomi. Contoh :
Kas Surat Tanda setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM)
Piutang Daftar piutang
Persediaan BA Penerimaan barang, daftar persediaan
Aktiva Tetap BA Penerimaan inventaris, daftar aktiva
Utang Surat perjanjian (Akad Kredit), dokumen penarikan pinjaman
Pendapatan Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)
Belanja Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)
Bukti Jurnal
Bukti jurnal adalah pendokumentasian bukti transaksi ke dalam alat/ media untuk melakukan pencatatan
akuntansi. Bukti jurnal memuat kode serta sisi debet dan kredit perkiraan Buku Besar dari masing-masing
transaksi, nama dan tanda tangan/paraf dari petugas/pejabat pembuat bukti, petugas/pejabat validasi bukti,
dan petugas pembuku bukti. Bukti jurnal ini sebagai dasar melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal.
Penggolongan Bukti Jurnal
1. Bukti Jurnal Kas Masuk (BKM), yaitu dokumen yang mendukung jurnal penerimaan kas.
Pemegang kas pada satuan kerja perangkat daerah membuat BKM berdasarkan dokumen dasar
berupa Surat Tanda Setoran (STS) atau bukti pemotongan/pemungutan pajak-pajak pusat/negara.
Bendaharawan Umum Daerah/Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM berdasarkan STS ke
Kas daerah.
2. Bukti Jurnal Kas Keluar (BKK), yaitu dokumen yang mendukung jurnal pengeluaran kas oleh
Bendaharawan atau Kas Daerah. Pemegang Kas pada satuan kerja perangkat daerah membuat
BKK berdasarkan dokumen dasar berupa bukti-bukti pengeluaran anggaran. Pengelola Keuangan
Daerah membuat BKM mendasarkan SPM (Surat Perintah Membayar).
3. Bukti Jurnal Nonkas/Memorial (BM), yaitu dokumen yang mendukung penambahan dan atau
pengurangan terhadap pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, utang, ekuitas dari transaksi
nonkas.
C. Jurnal
Jurnal merupakan metode yang dipakai untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data
keuangan maupun data lainnya. Data yang dicatat meliputi :
1. Tanggal transaksi
2. Kode rekening
3. Uraian
4. Jumlah debet
5. Jumlah kredit
Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi
keuangan. Perbedaan basis akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Terdapat dua basis yaitu (1)
basis kas adalah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban pada saat kas diterima atau
dikeluarkan. (2) basis akrual adalah basis yang mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat
perpindahan hak lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan. Standar Akuntansi Pemerintahan
menggunakan basis modifikasian yang disebut dengan basis kas menuju akrual. Aset, kewajiabn, dan
utang diakui menurut basis akrual sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan
basis kas. Agar transaksi dapat dicatat atau muncul dalam akun neraca, maka digunakan mekanisme
Jurnal Korolari dan/atau jurnal penyesuaian akhir tahun. Keguanaan jurnal korolari adalah untuk mencatat
agar transaksi yang mempengaruhi akun neraca (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat
pada waktu yang sama.
1. Kas dan Bank. Kas adalah alat pembayaran yang sah yang setiap saat dapat digunakan. Bank
adalah tempat penyimpan kas daerah (Kasda) atau kas di pemegang kas (PK).
2. Piutang. Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan
kas dalam satu periode akuntansi.
3. Persediaan. Persediaan adalah barang yang dijual atau dipakai habis dalam satu periode
akuntansi.
4. Investasi Jangka Panjang. Menggambarkan jumlah yang dibayarkan oleh pemerintah daerah
dalam bentuk : (1) penyertaan modal pemerintah BUMD, lembaga keuangan daerah, badan
hukum milik negara, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah (2)
pinjaman jangka panjang BUMD, lembaga keuangan daerah, pemerintah pusat/daerah, dan pihak
lainnya termasuk pinjaman luar negeri yang terus dipinjamkan (3) penanaman modal dalam
proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga (4) investasi jangka panjang
lainnya yang dimiliki dengan maksud menghasilkan pendapatan.
5. Aseet Tetap. Aset tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua
belas bulan dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
6. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan
dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode akuntansi.
7. Aset lain-lain adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Antara lain tagihan penjualan angsuran, kemitraan dengan
pihak ketiga, bangunan dalam pengerjaan.
8. Kewajiban Jangka Pendek merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo
dalam satu periode akuntansi.
9. Akuntansi Utang Jangka Panjang merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo
lebih dari satu periode lebih dari satu periode akuntansi. Dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat.
10. Ekuitas Dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset dengan
jumlah utang, terdiri dari :
a. Ekuitas Dana Lancar (EDL)
Merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah nilai utang/kewajiban lancar.
Terdiri atas : siLPA Tahun Pelaporan, Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), cadangan
untuk piutang, cadangan untuk persediaan, dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
pendek.
b. Akuntansi Ekuitas Dana yang Diinvestasikan (EDI)
Merupakan selisih antara jumlah nilai investasi permanen, aset tetap, aset lainnya (tidak termasuk
Dana Cadangan) dengan jumlah nilai utang jangka panjang. Meliputi dana yang : diinvestasikan dalam
investasi permanen, diinvestasi dalam aset tetap, diinvestasi dalam aset lainnya, dan sebagai rekening
yang mengurangi (contra account) adalah dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang.
c. Akuntansi Ekuitas Dana yang Dicadangkan (EDC)
Diinvestasikan dalam dana cadangan merupakan ekuitas dana yang dicadangkan untuk tujuan
tertentu. Jadi rekening ini merupakan pasangan rekening dana cadangan.
11. Akuntansi Pendapatan
a. Pendapatan adalah peningkatan aktiva dan atau penurunan utang yang berasal dari berbagai
kegiatan periode berjalan akuntansi tertentu.
b. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu
yang menjadi hak daerah.
c. Pendapatan Daerah dirinci menurut kelompok pendapatan terdiri sebagai berikut : pendapatan asli
daerah, transfer dan lain-lain pendapatan yang sah.
d. Saldo normal perkiraan buku besar pendapatan daerah adalah saldo kredit
e. Pendapatan daerah diakui dalam periode berjalan.
f. Pengakuan Pendapatan daerah diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas tang
diterima.
g. Pencatatan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan asas bruto.
h. Pengukuran pendapatan daerah menggunakan mata uang rupiah.
i. Pendapatan daerah diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah.
12. Akuntansi Belanja
a. Belanja adalah penurunan aktiva dan atau kenaikan utang yang berasal dari berbagai kegiatan
dalam satu periode akuntansi.
b. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu
menjadi beban daerah.
c. Belanja daerah terdiri dari bagian belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga.
d. Saldo normal perkiraan buku besar bagian belanja daerah adalah saldo normal.
13. Akuntansi Pembiayaan
a. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dimaksudkan untuk menutup defisit
dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
b. Saldo normal perkiraan buku besar penerimaan pembayaran adalah saldo kredit.
D. Buku Besar
Buku besar merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau rekening yang dicatat dalam
jurnal. Buku besar dibuat oleh :
Pemegang kas - bendahara rutin
Pemegang kas - bendahara proyek
Pemegang kas - bendahara gaji
Pemegang kas - bendahara penerima
E. Format Buku Besar Bentuk T
F. Format Buku Besar Bentuk Panjang
G. Buku Besar Pembantu
Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat rincian rekening tertentu yang ada dibuku besar,
yaitu piutang, persediaan, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan utang.
H. Buku Besar Pembantu Kas
Buku besar pembantu kas berisi rincian pendapatan-pendapatan, misalnya pendapatan pajak
reklame dan pendapatan retribusi parkir. Terdapat dua macam buku besar pembantu kas yaitu buku besar
pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu pengeluaran kas.
I. Daftar Saldo
Daftar saldo merupakan daftar rekening-rekening beserta daldo yang menyertainya dalam suatu
periode tertentu.
J. Kertas Kerja
Merupakan kolom-kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Kertas kerja
dibedakan untuk Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan.
K. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal jurnal yang dibuat pada akhir periode anggaran atau pada saat
laporan keuangan akan disusun agar menghasilkan pengkaitan yang tepat antara pendapatan dan
belanja/biaya. Jenis penyesuaian meliputi biaya dibayar dimuka, pendapatan yang ditangguhakn,
pendapatan terhimpun, biaya terhimpun.
L. Jurnal Eliminasi
Jurnal eliminasi adalah jurnal dibuat dengan tujuan untuk mengeliminasi (menghilangkan) saldo
semua rekening timbal balik antara Pemda dan dinas. Jurnal ini dibuat dengan mendebit rekening timbal
balik yang bersaldo kredit dan mengkredit rekening timbal balik yang bersaldo debit.
M. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan berdasarkan waktu : (1) laporan keuangan triwulan (2) laporan keuangan tahunan.
Laporan keuangan berdasarkan unit kerja : (1) laporan keuangan dinas/instansi (2) laporan keuangan
konsolidasi Pemkab/Pemkot.
N. Jurnal Penutup
Jurnal penutup merupakan jurnal yang dilakukan setelah laporan keuangan selesai disusun.
Biasanya dilakukan hanya pada akhir periode anggaran tahunan. Penutupan ini menyebabkan saldo-saldo
rekening menjadi nol sehingga rekening tersebut siap kembali menerima data akuntansi berikutnya.
Laporan Keuangan Sektor Publik dan Elemennya
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik
tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen lebih
bervariasi. Demikian juga stakeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih
bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor
publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun
kebutuhan pihak eksternal.
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah
satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian
sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Karena kebutuhan informasi di sektor publik
lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi keuangan yang dihsilkan dari sistem
akuntansi organisasi. Informasi non-moneter seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan
dalam pembuatan keputusan.
TUJUAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1) Kepatuhan dan Pengelolaan – Compliance and Stewardship. Laporan keuangan digunakan untuk
memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa
pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentutan hukum dan peraturan lain
yang telah ditetapkan.
2) Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif – Accountability and Retrospective Reporting. Laporan
keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan
digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk
mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.
3) Perencanaan dan Informasi Otorisasi – Planning and Authorization Information. Laporan
keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang
akan datang dan memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4) Kelangsungan Organisasi – Viability. Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pengguna
dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan
barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5) Hubungan Masyarakat – Public Relation. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan
kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas pretasi yang telah dicapai
kepada pengguna yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat, serta sebagai alat komunikasi
dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6) Sumber Fakta dan Gambaran – Source of Facts and Figures. Laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi
secara lebih dalam.
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No 4: Objectives of
Financial Reporting by Nonbusiness Organizations, tujuan laporan keuangan sebagai berikut:
1) Laporan Keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi
2) Memberikan informasi untuk membantu dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi
nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memeberi pelayanan tersebut.
3) Memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas
pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih, pengaruh dari
transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tsb.
5) Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama 1 periode.
6) Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan sumber daya
kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor yang dapat
memengaruhi likuiditas organisasi
7) Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna dalam memahami informasi
keuangan yang diberikan
.
Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan sektor publik adalah menyediakan informasi
yang relevan dalam pengambilan keputusan, dan menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya
yang dipercayakan, dengan cara:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan.
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai aktivitasnya dan memenuhi
kebutuhan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam membiayai
aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya.
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas dan perubahan yang terjadi.
e. Menyediakan informasi secara keseluruhan yang berguna dalam mengevaluasi kinerja entitas
menyangkut biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Komponen-komponen laporan keuangan sektor publik yang lengkap meliputi:
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva,
hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.
b. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit) atau Laporan Profit dan Loss adalah
laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan biaya selama periode tertentu.
c. Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto menyajikan total surplus/defisit neto untuk suatu
periode; pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung sebagai perubahan dalam
aktiva/akuitas neto; dan, setiap kontribusi oleh, dan kepada, pemilik dalam kapasitasnya pemilik.
d. Laporan Arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu
periode tertentu.
e. Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan dari entitas harus:
(1) Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi
spesifik yang dipilih serta diterapkan terhadap transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa pnting
lainnya;
(2) Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh tandar Akuntansi Keuangan Sektor Publik, yang
tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan, laporan arus kas, dan
laporan perubahan aktiva/ekuitas neto; dan
(3) Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun persyaratan penyajian
wajar tetap diterapkan.
HAK DAN KEBUTUHAN PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN
Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu:
a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:
Mengetahui kebijakan pemerintah
Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed), yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara
terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.
c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah, yaitu:
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan kualitas
pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan penggunaan dana
yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah telah melakukan ketaatan fiskal dan
ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat risiko, likuiditas, dan
solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan fungsi
pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan
penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi manajemen
untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan
kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.
SISTEM PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
1. Dasar Kas (Cash Base)
Sistem akuntansi dasar kas hanay mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar. Akun keuangan
akhirnya akan dirangkum dalam buku kas. Laporan keuangan tidak bias dihasilkan apabila tidak ada data
tentang aktiva dan kewajiban. Penjualan hanya dicatat bila kas diterima, sehingga tidak ada pos piutang.
Pembelian dicatat saat kas dibayarkan sehingga tidak ada utang.
Laporan arus kas banyak dipakai dalam akuntansi bisnis, namun sebagai tambahan atas laporan
pendapatan dan laporan posisi keuangan. Ada satu buku yang sangat penting dan berharga mengenai
akuntansi arus kas bagi dunia usaha yang menyatakan bahwa laporan akuntansi aktrual tradisional terlalu
subjektif dan menyembunyikan informasi penting tentang kinerja organisasi.
Akuntansi arus kas dipraktikkan di berbagai organisasi sektor publik, misalnya akun penerimaan
dan pembayaran yang sederhana dari kegiatan derma kecil, dan yang terpenting jumlah uang yang
digunakan adalah akun kas pemerintah.
2. Dasar Akrual (Acrual Base)
Definisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada SSAP 2 adalah sebagai berikut:
Penerimaan dan biaya bertambah (diakui karena diperoleh atau dimasukkan bukan sebagai uang yang
diterima atau dibayarkan) dalam jumlah yang sesuai satu sama lain, dapat dipertahankan atau dianggap
benar, dan berkaitan dengan rekening laba dan rugi selama periode yang bersangkutan.
Kepastian penerimaan secara hokum sangat ditentukan dengan faktur yang telah diterbitkan.
Kepastian munculnya biaya ditentukan dengan penerimaan jasa/barang. Penerapan dasar akrual lebih
mengutamakan laporan yang dihasilkan untuk kepentingan kreditor dan debitor. Oleh karena itu,
organisasi sektor publik akan membuat catatatan yang sangat teliti dari para debitor dan kreditor. Jadi,
system akuntansi yang dibangun dapat dipilah mana yang berorientasi utang dan piutang.
Setiap organisasi publik mempunyai daftar laporan yang jumlahnya mungkin berbeda satu dengan
yang lain karena perbedaan proses kerja organisasi. Namun ada juga persamaan karena alur penerimaan
dan pembayaran terjadi secara konsisten antarorganisasi.
Keunggulan dan Kelemahan Dasar Akrual
1. Penerimaan dan pengeluaran dalam laporan operasi berhubungan dengan penerimaan dan
pemasukannya, yang berarti dasar akrual memberikan alat ukur atas barang/jasa yang dikosumsi,
diubah, serta diperoleh; sementara dasar kas menyediakan alat ukur atas arus kas masuk dank as
keluar.
2. Dasar akrual menunjukkan gambaran tentang pendapatan. Perubahan pendapatan Yng diperoleh
menurut dasar akrual dan besarnya biaya historis adalah alat ukur kinerja yang diterima.
3. Dasar akrual dapat dijadikan alat ukur modal. Secara historis, nilai modal yang diinvestasikan dalam
organisasi public akan berusaha dipertahankan. Gagsan mempertahankan modal ini dapat diartikan
bahwa pendapatan hanya diakui setelah modal dipertahankan seutuhnya.
Dalam dasar akrual, biaya historis sebuah asset merupakan nilai awal. Jika asset tersebut merupakan
modal organisasi, nilai awalnya adalah nilai modal yang disetorkan. Apabila kemudian modal asset
tersebut dijual dengan harga melampaui nilai historisnya, keuntungan akan diakui sebagai pendapatan.
Inilah kelemahan biaya historis. Keuntungan yang didapatkan harus merupakan selisih lebuh nilai jual
dibandingkan nilai pasar asset pada saat itu. Nilai pasar asset saat itu lebih riil digunakan kerena asset
telah disusutkan dan digunakan manfaatnya.
Beberapa masalah aplikasi dasar akrual dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Penetuan pos dan besaran transaksi dicatat dalam jurnal yang dilakukan oleh individu yang bertugas
mencatatnya. Pengaruh subjektivitas individu pencatat transaksi cukup besar.
2. Relevansi akuntansi akrual menjadi terbatas ketika dikaitkan dengan nilai historis dan inflasi.
3. Jika dibandingkan dengan dasar kas, penyesuaian akrual membutuhkan prosedur administrasi yang
lebih rumit sehingga lebih mahal.
4. Peluang terjadinya manipulasi keuangan sulit dikendalikan. Peluang manipulasi ternuka ketika apabila
pengeluaran uang dilakukan tanpa melalui prosedur, terutama untuk pengeluaran uang dibawah
normal.
3. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Akuntansi dana merupakan salah satu alternatif system akuntansi di sektor publik yang
dikembangkan dari dasar kas dan pengendalian anggaran. Bagi sektor publik, dana kas setor publik cukup
penting dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Besarnya dana kas sangat mempengaruhi
anggaran organisasi, sehingga system akuntansi lebih memprioritaskan pengelolaan dana kas.
Sistem akuntansi dana mengakui transaksi organisasi ketika komitmen sudah disepakati. Ini
berarti transaksi belum diakui ketika kas dibayar atau diterima, atau ketika faktur diterima atau
dikeluarkan, namun lebih awal lagi, yaitu ketika pesanan dikirim atau diterima.
Fungsi dan Permasalahan Akuntansi Dana
Fungsi pertama akuntansi dana adalah sebagai pengendalian anggaran. Dasar pemikirannya
adalah manajer tidak bias mengendalikan laporan bulanan, dan proses menghasilkan laporan tersebur
adalah sejak transaksi terjadi. Peranan manajer sangat menentukan seberapa besar pencairan anggaran
yang telah disepakati. Manajer dapat mengendalikan kesesuaian catatan dengan anggaran yang disepakati.
Akuntansi dana berkonsentrasi pada pesanan yang dikirimkan. Pesanan yang diterima, yang berkaitan
dengan penerimaan tidak akan diperhitungakan sampai faktur dikirimkan. Jadi, masalah pengendalian
anggaran tidak mempengaruhi penerimaan.
Walaupun akuntansi dana dapat mengendalikan anggaran, permasalahan penerapannya pada
laporan keuangan tidak dapat dihindarkan.laporan keunagn mengungkapkan pengeluaran yang didikung
bukti pemesanan. Pembatalan pemesanan secara hukum tidak akan berdampak apa-apa.
Permasalahan akuntansi akrual akan muncul dalam akuntansi dana. Manajer akan mengalami
masalah dengan pengeluaran anggran di bawah target dalam bulan-bulan tertentu, dimana kekurangn
tersebut akan ditutup pada bulan berikutnya. Dalam akuntansi dana manajer dapat mengirimkan pesanan
beberapa hari sebelum akhir tahun untuk memenuhi anggaran. Akuntansi dana memberikan peluang
kontribusi ke cadangan umum pada akhir tahun dan menjadikan kontribusi itu sebagai pembiayaan.
Jika akuntansi dana yang diterapkan selama periode tertentu, pengubahan menjadi akrual
biasanya dilakukan pada akhir tahun dan penyesuaian akunnya sebagai berikut:
Pesanan yang dikirim xx
Pengeluaran no. 1 a/c xx
Pengeluaran no. 2 a/c xx
Pengukuran kinerja Sektor Publik
A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA
Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem
pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor
publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran
kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program
unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan biaya
pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka
tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang
diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat
output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja
tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja
non-finansial.
B. TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA
Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur
berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta motivasi
untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif
yang rasional.
C. MANFAAT PENGUKURAN KINERJA
Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja
serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
D. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran kinerja
instansi yang sesuai dengan skema indikator:
Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang penting,
tidak hanya hasil
Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong tim
kerja yang akan mencapai tujuan
Pembagian proses pengukuran menciptakan
lingkungan tim kerja yang aktivitasnya diarahkan
pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan
perangkat yang terintegrasi,
seimbang dalam penerapannya
Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan
sebagai perangkat terintegrasi yang diperoleh dari
strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan
berusaha meminimalkan biaya, meningkatkan
kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan produksi
dan menciptakan pengembalian investasi yang
wajar.
Pengukuran harus memiliki fokus
eksternal jika memungkinkan
Ukuran internal yang umum dipakai dalam
sebuah organisasi perbandingan kinerja dari tahun
ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat
dilakukan ke tingkatan mikro: divisi, departemen,
kelompok, bahkan individu.
E. SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Skala Nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena denga skala
ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda
dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan berdasarkan
tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi
tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.
b. Skala Ordinal. Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena
selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek
dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu
bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya.
Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada
golongan yang lain.
c. Skala Interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga jarak
antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat
diketahui.
d. Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai ciri-ciri
yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang
berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka
gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
F. SIKLUS PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategi, yang
berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional san
kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan strategi.
Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim
yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama,
meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur
kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran
yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil (outcomes)
dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas
indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja tersedian secara
efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk
memotivasi tindakan dalam organisasi.
G. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA
Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut
dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran
yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
1. Varians pendapatan (revenue varians) adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva
atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda
pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaanpemerintah, dan selanjutnya akan menambah
anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.
Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber penyebab
terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.
Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen.
Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja
organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok
untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek
kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor
publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang
cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode ini
melibatkan empat aspek, antara lain :
1. Perspektif finansial (financial perspective)
Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan
ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek
keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan
perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu:
Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki
potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan
suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta
membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi
dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba
mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi
ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan
kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.
2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan
kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset
pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh
sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang
yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui
besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.
Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu
unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat
kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value
proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan
harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan
pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga
kualitas seperti yang dijanjikan.
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu kritikal
proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong
terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan
Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada
efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran terhadap
pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses
bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus
mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan
karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula
kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan
perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong
dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.
Perspektif/Faktor yang Dinilai Misi atau Visi
Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel kunci
adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan
organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
1) Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
2) Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
3) Perubahannya tidak dapat diprediksi
4) Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
5) Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan
tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat
dijadikan variabel kunci.
Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Rumah Sakit dan
hotel
Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah
total kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
Perusahaan Listrik
Negara
KWH yang terjual
Perusahaan
Telekomunikasi
Jumlah pulsa yang terjual
Perusahaan Air
Minum
Jumlah debit air yang terjual
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul
Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan:
a. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera. Hal yang perlu
dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu
mengharap pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja
akan dilakukan.
b. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)
c. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan suatu
cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.
d. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
Organisasi harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya, visi,
tujuan, dan struktur organisasi.
H. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan
indikator kinerja kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja
organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika variabel-variabel kunci
finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja
kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit
bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :
a. Biaya pelayanan (cost of service). Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya
per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karenaoutput yang
dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan.
Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per kapita.
b. Penggunaan (utilization). Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan (supply of service)dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau
presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah
penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi
operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards). Indikator ini merupakan indikator yang paling
sulit diukur karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan
jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
d. Cakupan pelayanan (coverage). Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau
peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan
minimal yang telah ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction). Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment)dapat juga
digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi
misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit
kerja.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja
Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja
Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang
masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang
masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk
kembali
Proporsi tingkat hunian
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang
terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total
pengaduan masyarakat yang masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi
I. INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik
menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :
a. Sederhana dan mudah dipahami,
b. Dapat diukur,
c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
d. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,
e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,
f. Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Value for money merupakan inti dari pengukuran
kinerja pada organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam
melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak
selalu berupa output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur
kinerja pemerintah maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.
Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :
1) Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan
bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan
menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi,
kewenangan serta tanggungjawab.
2) Spesifikasi dan standarisasi. Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan
menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis
tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.
3) Kompetensi teknis dan profesionalisme. Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis
dan standarisasi yang ditetapkan maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan
professional dalam bekerja.
4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian
penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme
pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).
5) Mekanisme sumber daya manusia. Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk
memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
e. Untuk menunjukkan standar kinerja
f. Untuk menunjukkan efektivitas
g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk
mencapai target sasaran
h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.
J. PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Kriteria pokok manajemen publik didasari atas : ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban atas
pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya,
efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai
tujuan atau sasaran.
Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif digunakanlah indikator
kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.
K. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY
Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya
(ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator kinerja harus dapat
dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan membantu pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.
a. Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan maukan (cost of input). Dengan kata lain, ekonomi
adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas teretentu pada harga
terbaik yang dimungkinkan (spending less).
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran efisiensi dilakukan
dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilakn terhadap input yang
diguakan (cosh of output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya
(Spending well).
Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan (spending wisely).
Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas masukan (input),
efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektifitas membahas mengenai keluaran
(output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena disatu pihak
mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan
tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak
dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka program tersebut
dikatakan cost-effectivenness.
L. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan merupakan
ukuran relatif.
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative, karena
efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat
dilakukan dengan cara:
Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.
Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.
Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif.
Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi
nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya
terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan
(Smith, 1996)
Estimasi Indikator Kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan :
a. Kinerja tahun lalu
Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi
unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu terdapat time lag antara
aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul
pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.
b. Expert Judgement
Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini
menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert
judgrment digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu dari segi biaya juga tidak terlalu
mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para pengambil
keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut
mengalami peningkatan kinerja.
c. Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian
kinerja unit kerja.
d. Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu
mempengaruhi variabel dependen.
Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah
memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis
kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber
daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi manfaat. Output yang
diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap tujuan
program. Hal ini disebut dengan outcomeprogram.
Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program yang dapat
dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran
kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu banyak perhatian
terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer dan
pengambilan keputusan.
Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi
Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan - Frekuensi temu kelas dan konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum - Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan - Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi - Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa
Mutually - Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab mahasiswa
Indikator Output
Mahsiswa - Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran
Dosen - Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
- Keterlambatan
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau
persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah menurut PBB dalam bukunya A Manual for
Government Accounting, antara lain disebutkan bahwa:
1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.
2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditabel
(artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).
3. Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan
untuk penyusunan rencana/program dan evaluasi pelaksanaan secara fisik dan keuangan.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang mengolah semua
transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan,
baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai
tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
A. PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Modernisasi akuntansi keuangan di sektor pemerintah dimulai tahun 1982. Studi ini dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan akuntabilitas keunagan negara oleh Badan Akuntansi Negara
(BAKUN), yang merupakan unit eselon 1 Departemen Keuangan, melalui Proyek Penyempurnaan Sistem
Akuntansi dan Pengembangan Akuntansi (PPSAPA) dengan bantuan pembiayaan dari Bank Dunia. latar
belakang proyek ini bermula dari kondisi sistem akuntansi dan pencatatan yang masih menggunakan
single entry, sehingga terdapat beberapa kelemahan yaitu:
1. Proses penyusunan lambat karena disusun dari sub sistem yang terpisah-pisah dan
tidak terpadu
2. Sistem single entry tidak lagi memadai menampung kompleksitas transaksi keuangan
pemerintah
3. Sulit dilakukan rekonsiliasi4. Tidak mendasarkan pada Standar akuntansi Keuangan
Pemerintah .Tidak dapat menghasilkan neraca pemerintah
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah dikembangkan dan diimplementasikan
secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan mulai tahun anggaran 1993/1994, dan diikuti dengan
tahap-tahap berikutnya, dan yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah mencakup
seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi.
Walaupun target jangka waktu bagi penerapan sistem ini adalah empat tahun, dimulai untuk
Anggaran 1993/1994, hingga tahun 2001 belum ada departemen/non-departemen yang menerapkan SAPP
secara penuh. Rendahnya penerapan sistem ini pada tingkat daerah disebabkan, antara lain oleh
kurangnya sosialisasi yang terencana, kurangnya sumber daya manussia, resistensi dari pengguna sistem
terhadap perubahan, kurang koordinasi antarlembaga terkait, hingga UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah, yang memberikan keleluasaan daerah untuk mengelola keuangannya. Belum adanya Standar
Akuntansi Pemerintah untuk menyamakan persepai para penyusun neraca juga menjadi kendala bagi
penerapannya, sehingga penyusunan neraca pusat dan proses konsolidasi dengan pemerintah pusat belum
dapat dilakukan.
Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pernerintah dalam rangka
pengembangan sistem akuntansi pernerintah pusat. Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini Menteri
Keuangan mengeluarkan Peraturan No 59/PMK.06/2005 tcntang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang Nomor
l Tahun 2004; tentang Perbendaharaan Negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
berwenang menetapkan sistem akutansi dan pelaporan keuangan negara sehingga perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat.
Penerapan Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit organisasi
pemerintah pusat yang keuangannya dikelola langsung oleh pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi
Negara (MPR), lembaga tinggi negara (DPR, DPA, MA), departemen atau lembaga
nondepartemen, Sedangkan SAPP tidak diterapkan untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD bank
pemerintah, dan lembaga keuangan milik pemerintah .
Ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:
1. Sistem yang terpadu;
2. Akuntansi Anggaran;
3. Sistem tata buku berpasangan;
4. Basis kas untuk pendapatan dan belanja;
5. Standar dan prinsip akuntansi;
6. Desentralisasi pelaksanaan akuntansi;
7. Perkiraan standar yang seragam.
1. Sistem yang terpadu
Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruh Pernerintah Pusat merupakan
kesatuan akuntansi dan ekonomi tunggal. Presiden sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan
yang bertugas menelaah dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasar kesatuan tunggal maka
sistem akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan terpadu, yang terdiri dari berbagai
subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan bagian yang integral dari sistem yang
menyeluruh.
Pembagian Fungsi
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaraan Negara pasal 51 :
Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana, termasuk pembiayaan dan perhitungannya -> (SA-BUN)
Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja -> (SAI)
Akuntansi digunakan untuk menyusun LKPP sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Akuntansi anggaran
Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara digunakan sebagai landasan operasional
keuangan tahunan Pemerintah dan dengan disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan anggaran
dapat dilaksanakan. Untuk itu diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya.
dengan demikian pertanggung.jawaban dapat cepat serta mudah dalam hal pengawasannya.
3. Sistem tata buku berpasangan
4. Basis kas untuk pendapatan dan belanja
Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan Indonesia dan Keppres
Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Standar dan prinsip akuntansi
Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek yang dapat diterima oleh profesi,
dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang berkcpentingan dengan laporan keuangan.
6. Desentralisasi pelaksanaan akuntansi
Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan dimulai pada sumber
data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di
tingkat wilayah maupun tingkat pusat.
7. Perkiraan standar yang seragam
Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional anggaran dan
pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran
dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama, serta meningkatkan kemampuan sistem
akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu
dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam
UU-APBN dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data
laporan keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.
Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pernerintah Pusat.
SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang mengha -
silkan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas Umum Negara dan
Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan
oleh kementerian negara/ Icmhaga.
B. KERANGKA UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut
diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah
direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.
b. Neraca Pemerintah
Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN (Sistem
Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pusat
berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil
Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan
non anggaran
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang
memadai.
DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
o UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
o UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
o PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
o PMK No.196/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain pada Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
o PMK No.191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah
o PMK No.230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah
o PMK No.233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry memiliki dasar hukum
sebagai berikut:
1. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran.
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
4. Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan Daftar Perkiraan Sistem
Akuntansi Pemerintah
C. TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam hal
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan
kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah dan sebagai upaya untuk
mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh
aparat pengawasan fungsional secara efektif clan efisien.
Di samping itu, SAPP juga dirancang untuk mendukung transparansi Laporan Keuangan
Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai pemerintahan yang baik, yang
meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi. Akuntabilitas yang dimaksud adalah
meningkatkan kualitas akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran.
Dalam hal manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan,
pengambilan keputusan dan penilaian kinerja pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah
memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik.
D. KLASIFIKASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Sistem akuntansi pemerintah pusat terdiri dari :
a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);
Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan ( Ditjen PBN) dan
terdiri dari:
1) SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca
Kas Umum Negara (KUN). Pada tingkat wilayah, kedua subsistem di atas dilaksanakan oieh
Kanwil Dit perbendaharaan dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.
2) SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.
Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporan keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh
unit-unit Ditjen PBN yang terdiri dari:
1. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
2. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN);
3. Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Kementerian
negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi keuangan
(SAK)danunitakuntansibarang(SABMN).Unit akuntansi keuangan terdiri dari:
1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA). Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang
selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat Kementerian
Negara/ Lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan,
baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Eselon1 (UAPPA-E1).Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPA-E1, adalah
unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan
maupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang
langsung berada di bawahnya.
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W).Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPA-W, adalah
unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan
maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayah kerjanya.
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA). Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi clan pelaporan
tingkat satuan kerja.
Unit akuntansi barang terdiri dari:
1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB). Unit Akuntansi Pengguna Barang adalah unit
akuntansi BMN pada tingkat kementrian/lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan BMN dari UAPPB-E1 yang penanggung jawabnya adalah Menteri/Pirnpinan Lembaga.
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1). Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Barang Eselon I adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon1 yang melakukan
kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di
bawahnya yang penanggung jawabnnya adalah pejabat Eselon I
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W). Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Barang Wilayah adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan
sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan penggabungan BMN dari UAKPB. penanggung
jawabnya adatah Kepala Kantor Kepala unit kerja. ditetapkan sebagai UAPPB-W.
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang,
yang selanjutnya disebut satuan kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang
menggunakan BMN.
c. Jenis-jenis Laporan Keuangan. Laporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan dari proses
komputerisasi SAPP adalah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Dalam rangka percepatan reformasi manajemen keuangan Daerah, Deputi Pengawasan Bidang
Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah menghasilkan produk-produk yang dapat menjadi bahan acuan
atau referensi bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi manajemen keuangan daerahnya.
Produk-produk tersebut sebagai berikut :
1. Pedoman Pengembangan SAKD/SIMDA/Neraca Awal
2. Pedoman Modul SAP
3. Pedoman Asistensi Manajemen Aset Daerah
4. Pedoman Asistensi Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah
5. Pedoman Asistensi Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
6. Pedoman Manajemen Keuangan Publik
7. Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (GG) pada Pemda
8. Pedoman Sistem Pengendalian Intern Pemda
9. Aplikasi Modul SAP dan SIMDA
10. Pedoman Evaluasi Juknis LAKIP
11. Modul Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ,Daerah dan UU Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan aturan
pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah maka terhitung tahun anggaran 2001, telah terjadi pembaharuan di dalam
manajemen keuangan daerah. Dengan adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas
untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat.
Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber
keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di
daerah.
Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintah
daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah
dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada
hakikatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan,
baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah membagikan dana
perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan pcrubahan
yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada
pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum bergulirnya otonomi daerah,
pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya
herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan
untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang
diberlakukan sejak tahun 1981.
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, pernerintah daerah memiliki
kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk
Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah
dalarn membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus dibuat oleh
Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas
dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1
Januari 2001, sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi
pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di dalam membangun
sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun
2005.
PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI KEUAN DAERAH
Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah daerah dan untuk
dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem akuntansi keuangan pemerintahan
yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun yang lalu didasarkan Undang-Undang
Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk
menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban keuangan daerah,
sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota
yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi
mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan
arus kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi
keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan
tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:
Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah. atau
dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga manajemen atau
publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya kenaikan atau
penurunan kas daerah.
Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk menyusun laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner'ja sesuai tuntutan masyarakat
Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau
dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang dikehendaki ketentuan
perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan dihentuknya "Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
dan Daerah". Komite ini bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi
Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi (Departemen
Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan kalangan akademisi.
Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat clan Daerah, isu mcngenai siapa yang
berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah pusat dan pemerintah daerah sudah
dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerin-
tahan yang dihasilkan oleh Komite Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan
Peraturan Petnerintah. Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite ini diharapkan
dapat memayungi praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah saat ini dan
untuk masa yang akan datang.
AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui Sistem Akuntansi dan
Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan penting yang secara koinsidental terjadi
adalah reformasi di bidang keuangan negara. Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini
telah ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan
hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari sebagaimana
terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut di atas.Penyajian laporan
pertanggungjawaban keuangan antara lain hcrisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaranaran dan
Laporan Arus Kas
Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari permasalahan
teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah
teoritis, sistem dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas
pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses pe nyusunananggaran,
perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan standar akuntansi;
2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan dana,
prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan
3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam
perhitungannya.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang secara khusus
ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur bahwa APBD disusun berdasarkan
kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat dievaluasi atau diukur.
Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula melengkapi manajemen
pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa
Pertanggungjawaban Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap daerah
wajib menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya memerlukan pengesahan oleh
DPRD.
E. KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH
Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas, manajerial, clan
transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik. Manajerial berarti
menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan
pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, utang, dan ekuitas dana.
Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan
yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan pertanggungjawaban
merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan pemerintah. Laporan
pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan
arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat di -
kembangkan untuk tujuan khusus.
ASAS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH
1. Dasar Kas
Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui pada saat
dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.
2. Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran belanja
merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat
membebani APBD.
3. Asas Bruto
Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan Daerah
memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya
harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh, dan
belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.
4. Dana Umum
Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan keseluruhan
penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang
dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Dana Umum.
ENTITAS
Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge), perlu
ditetapkan entitas untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa
setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan
peraturan.
Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada pengertian bahwa
pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah
daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mcndekati gambaran suatu fungsi pemerintah
daerah.
KODE REKENING
Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi pengumpulan data,
pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan pemcrintah. Kode perkiraan seragam dan
konsisten mutlak diperlukan sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Mengingat bahwa Indonesia merupakan
negara kesatuan berarti bahwa daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negara kesatuan
Republik Indonesia, maka dalam era otononipun tetap diperlukan informasi keuangan per wilayah
ataupun secara nasional untuk analisis fiskal maupun ekonomi makro. Konsekuensi dari tuntutan
kebutuhan tersebut adalah diperlukannya harmonisasi praktek akuntansi antara pemerintah pusat
dan daerah. Hal ini diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem akuniansinya.
Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan pemerintah daerah atau
pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya juga diperlukan untuk menyelaraskan
akuntansi keuangan pemerintah dengan sistem statistik keuangan Internasional, sebagaimana
diusulkan oleh International Monetary Funddalam konsep Government Finance Statistk (GFS).
Satu hal yang mendasar dari klasifikasi menurut GFS adalah bahwa klasifikasi tersebut harus dapat
mengakomodasi pengukuran kinerja pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selan berdasarkan sistem
anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaar (MAP), mata anggaran pengeluaran (MAK),
maka seluruh aktivitas keuangan pemerintah daerah harus dapat dirinci berdasarkan organisasi,
fungsi dan klasifikasi ekonomi.
Akuntansi Organisasi Nirlaba
A. ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik
entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan entitas
nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh
pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi
nirlaba.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat penyampaian
pertanggungjawaban pengurus.
Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara dengan karyawan
profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan masa depan. Bagi mereka
akuntansi berguna untuk menginformasikan kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.
Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk mencapai
suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan aspirasinya. Maka laporan
keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna memberikan gambaran, apakah visi misi
tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk memperoleh
manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil
diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil yang diraih
yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-undang, serta
diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional
serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada
pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan
secara seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan informasi
kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang akan datang dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam pengalokasian sumber daya
kepada entitas nirlaba.
B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun standar
untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan
pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun memiliki
kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba
nonpemerintah, sementara US Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar
akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah. Organisasi penyusun
standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda. Entitas
pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat
tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan
pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.
International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee
(PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standard(IPSAS). Istilah
public sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya negara bagian, daerah
otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah
terkait (misalnya perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar
akuntansi sektor publik nonpemerintah.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atasjenis
kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba.
Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena
menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari
laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya
organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus
karena aliran kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama
memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun
organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan pengabdiannya dan
memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para
pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi
pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah
tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas
komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan .
Contoh entitas legal adalah:
1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN Persero;
entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;
2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya yayasan,
partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/bidang usaha tidak
disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan
museum swasta mungkin nirlaha atau komersial.
C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting Standards
Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4)
mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial
reporting by nonbusiness organizations).Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4
tersebut adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta
pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi
nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta
pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas
pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan bersih
organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah sumber
daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara
periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis
serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau
sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi
keuangan yang diberikan.
D. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) Nomor 45
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik
entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang
bukan pemilik entitas dan tak berharap akanhasil, imbalan, atau keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang diberikan
kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh laba. Dengan demikian,
entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan
keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana
pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca),
pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang pendapatan investasi
disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi tercapainya program amat penting
dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat
jasa utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen
keuangan di mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipaparkan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam laporan keuangan nirlaba
setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
F. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi zakat yang
bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat
dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparansinya terjamin. Apalagi sampai saat
ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai
pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng audit.
Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan memudahkan
pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi organisasi pengelola zakat.
Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas organisasi
pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit
terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan auditor tidak
mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi pengelola zakat memiliki acuan yang
beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan bagi
pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang sama akan melahirkan
tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian bisa dipastikan kinerja
antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnya dalam peng himpunan, pengelolaan
dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan tanggapan dan
masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun
maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada.
Selanjutnya, sebelum draf ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada
dua reviewyang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang dite tapkan oleh IAI yang
tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas, organisasi zakat
dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat harus
membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Pernyataan atas
Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu
laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan, karena dalam lampiran
PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya
untuk komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan
organisasi zakat.
G. ORGANISASI NIRLABA 2: ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI (UNIVERSITAS)
Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal keuangan,
seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan. Pengelolaan dana
universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya diaudit oleh kantor akuntan publik yang
ditunjuk yayasan. Pada akhirnya, pertanggungjawahan rektor kepada yayasan khususnya dalam hal
pengelolaan keuangan harus dilakukan setiap tahun.
1. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas
Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan penge lolaan keuangan dan
pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sistem akuntansi suatu
perguruan tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan keuangan suatu universitas di
Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan, pihak universitas mencoba untuk melakukan
standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.
2. Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas
Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan.Keuangan
universitas bersumber pada:
a. Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang diperoleh dari
mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam negeri maupun luar
negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai dengan 31 Agustus tahun
berikutnya. Setiap tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan dan persetujuan senat universitas, mengajukan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas kepada yayasan guna mendapat persetujuan dan
pengesahan.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi panduan dan
acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap pertengahan tahun anggaran,
rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan yayasan dapat melakukan perubahan/revisi
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan
setelah berakhirnya setiap tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah mendapat
pertimbangan senat universitas.
3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas
Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba seperti yang telah distandarkan
dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a. Laporan Posisi Keuangan
Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan tingkat likuiditas dari
yang paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang paling tidak likuid yaitu Aktiva Tetap.
Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan sesuai dengan
urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat
permanen.
b. laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber akadcmik dan nonakademik. Sisi
pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode akuntansi yang terdiri dari pengeluaran
akademik dan nonakademik. Perbedaan pendapatan dan pengeluaran merupakan perubahan aktivita bersih pada periode
tersebut.
c. Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar untuk operasional
universitas.Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus Kas investasi menyajikan Arus Kas
keluar untuk investasi (pembelian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas pendanaan menyajikan Arus Kas aktivitas
pendanaan (sumbangan dsb.).
4. Kebijakan Akuntansi Universitas
Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan universitas dalam
menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga perolehan. Periode laporan dari
tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun Anggaran Universitas. Laporan
Keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas bersama
dengan Catatan Atas Laporan Keuangan yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.
Laporan arus kas disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik, nonakademik, investasi, dan pendanaan dengan
menggunakan metodelangsung.
b. Transaksi dalam Mata Uang Asing
Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut sistem kurs tengah Bank Indonesia.
Pengakuan transaksi dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada saat transaksi terjadi.
Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar
dari kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan. Selisih lebih atau kurang yang timbul dari
transaksi sepanjang tahun atas penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sehagai
pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
c. Investasi Jangka Pendek
Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang yang didepositokan. Bunga yang
diperoleh dari deposito diakui sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
d. Piutang Akademik dan Nonakademik.
Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapai direalisasikan Penghapusan piutang
yang tak tertagih dilakukan setelah memperoleh kepastian bahwa piutang tersebut tidak akan dapat ditagih lagi dan
diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik lainnya dalam laporan aktivitas.
e. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan dalam kegiatan akademik dan nonakademik.
Perlengkapan yang dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas alat tulis kantor dan bahan
praktikum dinilai dengan harga perolehan. Perlengkapan yang dipergunakan untuk kegiatan nonakademik diakui
sebagai pengeluaran administrasi dan umum pada laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk ke-
giatan akademik dihitung dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.
Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan penyesusaian pada akhir tahun.
Penyisihan atas perlengkapan usang dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per jenis perlengkapan dari
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan
aktivitas.
f. Aktiva Terikat untuk Investasi
Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk akuisisi aktiva (cash restriced for assets
acquisition).
g. Aktiva Tetap
Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva
tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang
masa manfaat ekonomis dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja
dikapitalisasi pada aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai sebesar harga pasar wajar pada saat tanggal
transaksi. Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang masa
manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk tanah seluruh aktiva
tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis dengan metode garis lurus dengan tarif sebagai berikut:
Masa ManfaatTarif per Tahun
- per
Bangunan 20 tahun 5%
Taman 10 tahun 10%
Instalasi 5 tahun 20%
Kendaraan 5 tahun 20%
Peralatan 4 tahun 25%
Perabot 4 tahun 25%
Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran administrasi dan
umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya sebelum masa
manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku. Selisih kurang yang timbul dari
pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
h. Aktiva dalam Penyelesaian
Merupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih dalam tahap pembangunan.
Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui Uang Sumbangan Pendidikan
(USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.
Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah selesai dibangun dan
diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas, dipindahkan sebagai aktiva tetap dan mulai
diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas pruduk-pruduk
yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas yang diatasnamakan
Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya dan diamortasikan secara periodik selama jangka waktu
berlakunya HaKI atau selama-lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut. Amortasi aktiva diakui
sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum (nonakademik) pada lapor-an
aktivitas.
j. Jaminan Kepada Pihak Ketiga
Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen Dikti untuk pendirian program studi
baru dan akan dinetralisir apabila jaminan diterima kembali. Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan
dihapuskan dari laporan keuangan saat berakhirnya masa jaminan tersebut.
k. Jaminan yang Diterima
Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan dikembalikan kepada
mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengembalian toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan
yang diterima pada tanggal transaksi.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak No.
KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana Pembangunan
Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang Bergerak di Bidang
Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji karyawan tetap
dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan dilakukan penyetoran ke Kas
Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah
pajak yang telah dibayar pada periode kini dan sebelumnya.
m. Utang kepada Lembaga Keuangan
Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Universitas.
Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
n. Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan untuk tunjangan hari tua yang belum
direalisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban dicatat pada setiap akhir
bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari pembayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah
pensiun diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan Arus Kas.
o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh sumber daya yang tersedia dan
dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi tanpa terikat atau terikat sementara maupun
permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfaatannya tidak dibatasi
oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor. Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva
terhabap kewajiban yang pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari
pihak donor. Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfatannya
dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau
penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan diklasifikasikan
sebagai pendapatan akademik dan nonakademik. Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari
aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik. Pendapatan
akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat realisasi jasa. Sedangkan pendapatan
yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat penerimaan sumbangan dan hibah. Pendapatan
nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesuai
nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan
kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan sebagai pengeluaran aka-
demik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas
akademik. Pengeluaran nonakademik adalah pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.
Akuntansi LSM
Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik nasional maupun internasional,
fundraising lembaga atau masyarakat. Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar
negeri diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu,usaha untuk
meningkatkan penerimaan dana dari masyarakat harus di dasarkan pada pola prinsip untuk tidak mencari
keuntungan.
SISTEM AKUNTANSI PADA LSM
A. PSAK NO. 45 TENTANG STANDAR AKUNTANSI UNTUK ENTITAS NIRLABA
Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggungjawaban keuangan terhadap segala aktivitas
pada semua organisasi LSM adalah PSAK No. 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba.
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Dimana perbedaan utama yang
mendasar adalah cara organisasi itu memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi itu memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para
penyumbang lainnya. Jadi dalam organisasi nirlaba, transaksi yang jarang atau tidak akan pernah terjadi
dalam organisasi bisnis manapun akan muncul. Namun, dalam praktek orgabisasi nirlaba, berbagai bentuk
sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai
kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atau jasa yang diberikan
kepada publik. Akibatnya, pengkuran jumlah, saat kepastian arus kas masuk menjadi ukuran kinerja
penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini LSM, memiliki kepentingan bersama
yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:
1. Jasa yang diberikan oleh LSM dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.
2. Cara pengelolah pelaksaan dan pertanggungjawabannya.
3. Aspek kinerja pengelolah.
Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasinya melalui laporan keuangan yang
menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di
antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat
maupun yang tidak terikat penggunanya. Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya
mengelolah sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan
aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi melalui perubahan yang
terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan
organisasi nirlaba, yang dalam ini adalah organisasi LSM. Denga adanya standar pelaporan, laporan
keuangan organisasi tersebut diharapkan dapat lebih muda dipahami, memiliki relevansi dan memiliki
daya banding yang tinggi.
Metode pencatatan akrual
Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan, disamping untuk menunjukan akuntabilitas suatu organisasi terhadap sumber daya terpecaya
dengan:
1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM menadai aktivitasnya dan memenuhi
persyratan kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM untuk
menandai aktivitasnya dana untuk memenuhi kewajiban secara komitmennya.
4. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan di
dalamnya.
5. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja organisasi LSM
dari segi biaya jasa, efisiensi dan pencapaian tujuan.
Laporan keuangan LSM juga memainkan peranan preduktif dan prospektif yang menyediakan informasi
yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang disyaratkan untuk operasi berkelanjutan,
sumber daya yang dapat dihasilkan oleh operasi berkelanjutan, dan resiko berasosiasi serta
ketidakpastian.
Laporan keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada pemakainya , seperti:
1. Menidentifikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan digunakan sesuai dengan anggaran
yang ditetapkan.
2. Mengidentifikasi apakah sumber daya telah didapatkan dana digunakan sesuai dengan persyaratan,
termasuk data keuangan yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di masing-masing LSM.
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan LSM harus disusunatas dasar akrual. Dengan dasar ini
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas atau secara kas
diterima atau dibayar) serta dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan
periode bersangkutan. Laporan keuangan LSM yang disusun atas dasar akrual akan memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran
kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Oleh karena itu, laporan keuangan LSM menyediakan jenis transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya
yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan Keuangan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan usaha organisasi LSM dan dalam
melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, organisasi ini diasusikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala pelayanannya.
Laporan keuangan yang dihasilkan
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan,
laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.
Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan
aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam
laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak-
pihak lain yang menilai:
1. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan,
2. Likuiditas, Fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan
pendanaan eksternal
Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan toyal aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih.
Laporan posisi keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibitas keuangan,
dan hubungan antara aktiva serta kewajiban. Informasi tersebut, pada umumnya disajikan dengan
mencatumkan aktiva yang memiliki karakteristik yang serupa dalam suatu kelompok yang relative
homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing unsur aktiva dalam kelompok yang
homogen; misalnya:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang anggota atau oenerima jasa lainnya
3. Persediaan
4. Sewa, asuransi dan jasa lainnya yang dibayar dimuka.
5. Surat bergharga/efek dan investasi jangka panjang
6. Tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang
dan jasa.
Informasi tentang likuiditas diberikan dengan cara:
1. Menyajikan aktiva berdasarjan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo.
2. Mengelompokan aktiva ke dalam lancer dan tidak lancer serta kewajiban ke dalam jangka pendek
dan jangka panjang.
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk
pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada
atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan
tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan, atau dalam catatan dalam laporan
keuangan.
Pembatasan permanen terhadap : (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk
tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang disumbangkan untuk investasi
yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsure terpisah dalam
kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen, atau disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Pembatasan permanen atas kelompok ke dua tersebut berasal dari Hibah atau wakaf
dan warisan yang menjadi dana abadi.
Pembatasan temporer terhadap: (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk
jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu di masa depan, atau (4) perolehan aktiva
tetap, dsapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi
secara temporer, atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh
penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan atau keduanya.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan barang, sumbangan, dan
dividen, atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap
penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok,
kreditor, serta pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan
tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih.
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.
3. Bagaimana sumber daya digunakan dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Perubahan kelompok aktiva bersih
1. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer
dan tidak terikat selama satu periode.
2. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih
tidak terikat.
3. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat
temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
4. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerrugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain
(kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
5. Klasifikasi pendapatanm, beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak
mengatur peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.
Laporan arus kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
selama suatu priode.
Klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas.
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini:
1. Aktivitas pendanaan.
A. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.
B. Penerimaan kas dari sumbangan dan pengembalian investasi yang penggunaannya dibatasi
untuk perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana
abadi.
C. Bunga dan deviden yang dibartasi oleh pengguna untuk jangka panajang.
2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa
bangunan atau aktiva investasi.
1. Aktifitas investasi.
Meliputi pemberian dan penagiahan pinjaman, pembelian atau pewakafan tanah, gedung, dan peralatanny,
yakni aktiva yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan bagi masyarakat.
2. Aktivitas pembiayaan atau pendanaan.
Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya, pemeberian layanan kepada masyarakat, peminjaman uang
atau membantu masyarakat yang memerlukan dan membayar kembali jumlah yang dipinjam, perolehan
dan pembayaran sumber –sumber lainnya.
3. Aktivitas operasi
Aktivitas ini meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam aktivitas investasi
dan pemebelnjaan.
Unsur-unsur laporan keuangan:
1. Posisi keuangan
2. Aktiva
3. Kewajiban
4. Ekuitas
5. Kinerja
6. Penghasilan
7. Beban
Karakteristik kualitatif laporan keuangan LSM :
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Materialitas
4. Keandalan atau realibilitas
5. Penyajian judul
6. Substansi mengungguli bentuk
7. Netralitas
8. Pertimbangan sehat
9. Kelengkapan
10. Dapat dibandingkan
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN LSM
Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam menyusun laporan keuangan jika belum
memahami siklus akuntansi. Mengapa demikian? Akuntansi, pada dasarnya, merupakan suatu proses
pengelolahan informasi yang akan menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi yang salah satunya
adalah laporan keuangan.
Pengertian siklus akuntansi
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan
pengelolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan, atau ikhtisar-ikhtisar
lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam membuata atau mengambil
keputusan. Untuk menyusun laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima
secara umum, prinsip-prinsip akuntansi, prosedur, metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang
dicakup dalam ruang lingkup akuntansi telah dikenal. Terlepas dari aturan itu semua, dalam menyusun
laporan keuangan ada satu laporan keuangan yang merupakan siklus akuntansi.
“……..siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan
pelaporan keuangan…..”
Siklus akuntansi adalah suatu proses penyedia laporan keuangan organisasi selama suatu periode tertentu.
Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, yaitu
penjurnalan akuntansi dan pemindahbukuan kedalam buku besar, serta penyiapan laporan keuangan pada
akhir peride. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode adalah mempersiapkan akun untuk mencatat
transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir.
Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih
banyak dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
Gambar siklus akuntansi:
ALUR PROSES SIKLUS AKUNTANSI
Proses akuntansi
1. Pencatatan dan penggolongan (dalam jurnal)
2. Peringkasan (dalam akun-akun buku besar)
3. Penyajian dalam bentuk laporan keuanga, yaitu laporan posisi keuanga/ neraca, laporan atus kas,
dan laporan aktivitas LSM
TRANSAKSI DAN BUKTI TRANSAKSI
Transaksi adalah suatu pertemuan antara kedua belah pihak (penjual dan pemebeli) yang saling
menguntungkan dengan adanya data/ bukti/ dokumen pendukung yang dimasukkan ke dalam jurnal,
setelah melalui pencatatan. Kejadian yang dapat dicatat sebagai suatu transaksi adalah
1. Pemebilan barang
2. Penjualan barang
3. Pembayaran sewa
4. Penerimaan uang kas
JURNAL
Jurnal adalah sarana untuk mencatat transaski organisasi LSM yang dilakukan secara kronologis atau
berdasarkan urut waktu terjadinya, dengan menunjukan akun yang harus di debet atau di kredit beserta
jumlah nilai uangnya masing-masing.
Setiap transaksi yang terjadi dalam organisasi LSM, sebelum dibukukan ke dalam buku besar, harus di
catat dahulu dalam jurnal. Oleh karena itu jurnal didefinisikan seperti di atas, sering juga disebut sebagai
buku harian.
Manfaat pemakaian jurnal adalah:
1. Jurnal merupakan sarana pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos yang terpengaruh dari
suatu transaksi.
2. Jurnal merupakan sarana pencatatan yang memeberi gambaran secara kronologis, sehingga
gambaran lengkap tentangseluruh transaksi organisasi berdasarkan urutan-urutan kejadiannya yang
dapat diberikan.
3. Jurnal dapat dipecah-pecah menjkadi beberapa jurnal yang dapat dikerjakan oleh beberapa orang
secara bersamaan.
4. Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk keterangan transaski bila dibandingkan dengan ruang
yang ada pada buku besar.
5. Apabila transaski langsung dicatat ke dalam buku besar dan terjadi kesalahan dalam mencatatnya,
KERTAS KERJA
Pengertian kertas kerja sebelum membuat laporan keuangan, jurnal dan membukukan ayat jurnal
penyesuaian, terlebih dulu perlu ditentukan dan dikumpulkan data yang relevan misalnya, perlu
ditentukan nilai pertlengkapan yang masih ada dan gaji yang terhutang pada akhir periode itu.
Kertas kerja merupakan kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Di dalam
format kertas kerja, neraca saldo merupakan daftar akun-akun beserta saldo yang menyertai selama suatu
periode tertentu.
LAPORAN KEUANGAN DAN KOMPONENNYA
Laporan keuangan adalah hasil akhirnya dari proses akuntansi, yang menyajikan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan mengabarkan
tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pencatatan,
realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembiayaan. Beberapa komponen laporan keuangan yang
sering tampil di surat kabar, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laportan arus
kas yang dilengkapi oleh catatan atas laporan keuangan, seperti pada laporan tahunan dan prospectus.
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA LSM
DEFINISI AKUNTANSI BIAYA LSM
Akuntansi mendefinidsikan biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengorbanan ini biasanya di ukur sebagai jumlah moneter yang harus di bayarkan untuk mendapatkan
bararang dan jasa. Sedangkan akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolonga, peringkasan, dan
penyajian biaya pembuatan produk atau jasa serta penjualannya dengan cara-cara dan penafsiran
terhadapnya. Proses akuntansi biaya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam organisasi
LSM
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA LSM
Siklus akuntansi biaya lsm sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan lsm tersebut. Siklus kegiatan lsm
dimulai dengan pemebelian barang atau peralatan dan jasa berdasarkan kegiatan program yang telah
ditentukan. Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyajikan informasi biaya yang telah digunakan untuk
membeli barang atau peralatan serta pelaksaan program LSM tersebut.
KLASIFIKASI BIAYA LSM
Proses dan sistematika akuntansi biaya dapat dipecahkan melalui rincian tahap sebagai berikut:
1. Pemahaman mengenai pengertian biaya,
2. Klasifikasi dan identifikasi biaya yang terhjadi di LSM ke dalam katagori tertentu dengan
pendekatan ABC sistem.
3. Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informative.
4. Pensimulasian aplikasi model perhitungan biaya
ANALISIS BIAYA LSM
1. ANGGARAN LSM
Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang
diharapkan akan terjadi selama satu atau beberapa periode mendatang.
1. Prosedur rencana anggaran biaya (RAB)
Pertama buatlah daftar rincian biaya dengan akurat. Kemudian pisah-pisahkan menjadi item-item yang
berbeda, seperti: gaji, biaya sewa, material, transportasi, komunikasi, peralatan, pelatihan, dan publikasi.
Perhitungan lebih detail harus ada, jika donaturnya memintanya, dan memasukan biaya operasional dalam
proposal proyek
2. Biaya standar
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yaitu jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membiayai kegiatan tertentu dengan asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan factor-faktor lainnya.
3. Manfaat biaya standar
Biaya standar akan membantu penyusunan anggaran belanja program atau kegiatan bagi lembaga yang
bersangkutan ini berarti biaya standar sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan kebijakan,
pengelolah lembaga, khususnya dalam proses penganggaran.
4 Analisis biaya volume laba pada LSM
Sebagai lembaga non profit, LSM tidak mengenal istilah laba. Namun dalam hal ini analisis biaya volume
laba atau Cost Volume –Profit analisis (CVP analysis) digunakan untuk membantu LSM agar tidak
mengalami masalah biaya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan program
LAPORAN BIAYA LSM
Dalam siklus pengendalian manajemen organisasi sector public, fase setelah penganggaran adalah
pelaksanaan dan penganggaran. Laporan buaya LSM dirancang untuk melakukan apa yang sedang terjadi
dengan biaya pelaksaan kegiatan LSM. Namun beberapa laporan tidak selalu mengarah pada kegiatan.
Informasi ini berisi laporan yang berasal dari catatan akuntansi berupa penerimaan dan pembiayaan