ASP

157
Komparasi Akuntansi Sektor Publik Vs Akuntansi Komersial Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pertanggung jawaban, struktur organisasi, karateristik anggaran, dan akuntansi keuangan. Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, dapat dilihat dalam tabel berikut: Perbedaan Sektor Publik-pemerintahan dengan Sektor Komersial No Perbedaan Sektor Publik/Pemerintahan Sektor Swasta/Komersial 1 Tujuan Organisasi Nonprofit motif Profit motif 2 Sumber Pendanaan Pajak, Retribusi, Utang, Obligasi Pemerintah, Laba BUMN/ BUMD, Penjualan aset Negara, dsb; Sumbangan, Hibah. Pembiayaan internal: Modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva. Pembiayaan Eksternal: Utang Bank, Obligasi, penerbitan saham

description

Accounting

Transcript of ASP

Page 1: ASP

Komparasi Akuntansi Sektor Publik Vs Akuntansi Komersial

Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan

membandingkan beberapa hal yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pertanggung jawaban,

struktur organisasi, karateristik anggaran, dan akuntansi keuangan.

Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor komersial dapat dilihat dengan

membandingkan beberapa hal, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Perbedaan Sektor Publik-pemerintahan dengan Sektor Komersial

No Perbedaan Sektor Publik/Pemerintahan Sektor Swasta/Komersial

1Tujuan Organisasi Nonprofit motif Profit motif

2Sumber Pendanaan

Pajak, Retribusi, Utang, Obligasi

Pemerintah, Laba BUMN/

BUMD, Penjualan aset Negara,

dsb; Sumbangan, Hibah.

Pembiayaan internal:

Modal sendiri, laba ditahan,

penjualan aktiva.

Pembiayaan Eksternal:

Utang Bank, Obligasi,

penerbitan saham

3Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban kepada

publik/ masyarakat dan parlemen

(DPR/ DPRD)

Pertanggungjawaban kepada

pemegang saham dan kreditor

4Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan hirarkis

Fleksibel: datar, piramid, lintas

fungsional, dsb

5Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik

6Sistem akuntansi Basis Kas Basis Akrual

Sumber : Mardiasmo, 2002

Tujuan Organisasi

Page 2: ASP

Tujuan sektor komersial adalah memaksimumkan laba, untuk meningkatkan kesejahteraan

pemegang saham. Tujuan sektor publik terutama bukan mencari laba, tetapi memberi pelayanan kepada

masyarakat (public service) dan mensejahterakan masyarakat. Pelayanan dalam bidang pendidikan,

keamanan, kesehatan masyarakat, penegakan hukum, transportasi publik, penyediaan barang kebutuhan

masyarakat dan sebagainya.

“Pemerintah juga mempunyai badan usaha (BUMN dan BUMD) yang bertujuan mencari laba untuk

meningkatkan penerimaan negara dan untuk mengusahakan barang-barang strategis kebutuhan

masyarakat umum”.

Sumber Pembiayaan

Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak, retribusi, laba BUMN/BUMD, pinjaman

luar negeri, obligasi, dan sumber lain yang syah (pemerintahan), sumbangan, dana abadi, pinjaman,

hibah, dan lain sebagainya (nonpemerintahan)

Sektor komersial sumber pendanaannya lebih fleksibel, dari segi internal berasal dari modal

pemilik dan laba yang ditahan, sedang dari eksternal adalah utang bank, obligasi, dan penerbitan saham

baru.

Pertanggungjawaban

Sektor publik, menguasai dana publik, bertanggung jawab kepada publik melalui perwakilan di

DPR/DPRD (organisasi pemerintahan), dan langsung kepada masyarakat yang terkait (nonpemerintahan).

Pertanggungjawaban vertikal ialah pertanggungjawaban kepada atasannya dalam struktur organisasi,

sedang pertanggung-jawaban horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat umum, melalui

mekanisme yang ada yaitu parlemen.Sektor komersial menguasai dana pemilik, bertanggung jawab

kepada para pemilik yaitu pemegang saham, dan kreditor.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi sektor komersial lebih fleksibel, datar, piramid, fungsional, dan sebagainya.

Sektor komersial berusaha menyediakan barang dan jasa yang jadi kebutuhan dan permintaan

konsumen.Pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, hirarkis. Sektor publik sangat dipengaruhi oleh

kebijakan politik yang sangat komplek.

Page 3: ASP

Organisasi Pemerintah mempunyai fungsi yang lebih luas, meliputi:

Pertahanan dan keamanan

Hubungan luar negeri

Kebijakan fiskal dan moneter

Regulasi sektor swasta

Stabilisasi politik dan ekonomi

Perlindungan sumber daya alam dan sosial

Penegakan hukum dan perlindungan HAM

Pemberian barang dan pelayanan

Distribusi pendapatan dan kekayaan

Karakteristik Anggaran

Bagi pemerintahan anggaran adalah sangat penting, sebagai otorisasi pelaksanaan, sebagai alat

pengawasan, alat kontrol dan pengendalian pemerintahan dan pertanggungjawaban. APBN dan APBD

memerlukan persetujuan DPR/DPRD sebagai wakil rakyat, yang setelah disetujui kemudian diserahkan

kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Sementara untuk organisasi bisnis adalah sangat fleksibel,

disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan lingkungan dan ekonomi yang terjadi.

Akuntansi Keuangan

Sesuai dengan peraturan perundangan yang baru, (misalnya UURI no. 1 tahun 2004) sistem

akuntansinya masih boleh menggunakan basis kas, khusus untuk pembuatan laporan realisasi anggaran,

sedangkan untuk pos-pos neraca (aset, utang dan ekuitas) menggunakan basis akrual, sampai saatnya

keseluruhannya menggunakan basis akrual.

Persamaan Sektor Publik dan Sektor Komersial

1. Keduanya merupakan bagian yang integral dari sistem ekonomi negara, dan sumber daya yang sama

untuk mencapai tujuan organisasi;

2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu kelangkaan sumber daya (scarcity of resources),

sehingga harus menggunakannya secara ekonomis, efisien dan efektif;

3. Pengendalian manajemen yang sama, perencanaan, pengendalian pertanggungjawaban;

4. Menghasilkan produk yang sama, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan jenis pelayanan lainnya;

5. Keduanya terikat pada ketentuan perundang-undangan dan hukum yang disyaratkan.

Page 4: ASP

Regulasi Keuangan Sektor Publik di Indonesia

DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban

warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun

keaungan daerah, sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan

secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dasar Hukum Keuangan Negara

Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga yang di nilai

dengan uang, dalam kerangka tata penyelenggaraan pemerintah. Wujud pelaksanaan tata negara tersebut

dapat di identifikasi sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan kewajiban yang tercantum dalam APBN

dan laporan pelaksanaanya.

Tabel: hak dan kewajiban negara (Bastian, 2005)

Hak Hak Negara Yang Dimaksud,

Mencangkup Antara Lain:

Kewajiban negara adalah Berupa Pelaksanaan

Tugas-Tugas Pemerintah sesuai dengan

pembukaan  UUD 1945 yaitu:

1. Hak monopoli, mencetak dan

mengadarkan uang

2. Hak untuk memungut sumber-sumber

keuangan seperti pajak, bea dan cukai

3. Hak untuk memproduksi barang dan

jasayang dapat dinikmati oleh khalayak

umum, yang dalam hal ini pemerintah dapat

memperoleh (kontra prestasi) sebagai sumber

penerimaan Negara

1. Melindungi segenap bangsa indonesia dan

seluruh tumpah darah indonesia

2. Memajukan kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan social

Page 5: ASP

Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui sebagai

belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara yaitu

pada bab VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang undang apabila

dewan perwakilan rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka

pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu

2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang

3. Jenis dan harga mata uang ditatapkan dengan Undang-Undang

4. Hak keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-Undang

5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu badan pemeriksaan

keuangan, yang peraturannya ditetapkan ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan

itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya

untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang  dimaksud pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945, tatapi juga

sebagai dasar rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang

bersangkutan. Oleh karana itu penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam Unadang-Undang

Propenas, dan pelaksanaanya dituangkan dengan Undang-Undang yang harus dijalankan oleh

Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri serta Pimpinan Lembaga Tinggi lainnya. Setelah

pengesahan UU APBN, APBN dilaksanakan dan dipertanggugjawabkan dalam bentuk Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat.

Dasar Hukum Keuangan Daerah

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada prinsip

otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah memberikan kewenangan yang

luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah secara proporsional. Dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang maupun sumber daya alam,

pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu sistem perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk mencerminkan pembagian tugas kewenangan

dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah secara transparan.

Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah  tertampungnya aspirasi semua warga, dan

Page 6: ASP

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang

ada dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan.

Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom adalah

meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan melaksanakan

program pembangunan. Selanjutnya, Daerah Otonom didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas daerah tertentu dan berwenang mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :

1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan,

2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,

3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan Kepala Daerah

khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah,

4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang lebih mudah dan

berhasil guna,

5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk melakssanakan penyelenggaraan

Keuangan Daerah di dalam batas-batas tertentu.

Penyusunan APBD sudah seharusnya diletakkan dalam kerangka perencanaan pembangunan jangka

menengah yang mempertimbangakan skala prioritas pembangunan. Pelaksanaan APBD juga haruslah

dikendalikan menurut sasaran-sasaran yang jelas dan terukur. Jadi, baik penyusunan maupun pelaksanaan

APBD tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan berjangka menengah dan bersekala nasional.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI

Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya kebijakan desentralisasi.

Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara

BUMN dengan pemerintah pusat, antara pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam

pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke

pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta

melalui privatisasi (Mardiasmo, 2009). Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua

manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat

Page 7: ASP

dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan hasil pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi

sumberdaya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah

yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam Mardiasmo, 2009.

Peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di

tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini telah memberikan peluang bagi posisi akuntansi sektor

publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor

publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam pertanggungjawaban publik.

Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu dibangun seperti:

a. Standart akuntansi sektor publik untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan organisasi sektor

publik lainnya

b. Account code, untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi sektor publik lainnya,

dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit

c. Jenis buku besar dan ledger yang menjadi pusat pencatan data primer atau semua transaksi keuangan

pemerintah

d. Manual Sisten Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi pedoman atas jenis-jenis

transaksi dan perlakuan akuntansi lainnya

Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat melakukan pencatatan,

peringkasan, dan pelaporan keuangan baik secara manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya

prasarana diatas, muncul persepsi bahwa:

a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit

b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang tedidik dalam jangka waktu panjang.

REVIEW REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi

Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah  yang ada pada masa Era pra Reformasi dapat

dirincikan sebagai berikut  :

1. UU 5/1975 tentang  Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah.

a. Tidak terdapat pemisahan secara konkrit antara eksekutif dan legislatif (Pasal 13 ayat 1).

Page 8: ASP

2. PP 6/1975 tentang  Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan APBD.

Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :

1. Perbandingan anggaran dan realisasi

2. Perbandingan standar dan realisasi

3. Target prosentase fisik proyek

· Perhitungan APBD terpisah dari pertanggungjawaban Kepala Daerah (terdapat dalam pasal 33).

3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.

· Menetapkan sistem single entry bookkeeping. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan

dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan di catat pada sisi

penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem

pencatatan single entry bookkeeping memiliki kelebihan yaitu sangat sederhana tetapi memiliki

kelemahan yaitu kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusunan pelaporan), sulit

menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol, untuk mengatasi kelemahan tersebut

maka diperkenalkan double entry bookkeeping.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang  Pelaksanaan APBD.

5. UU 18/1997 tentang  Pajak dan Retribusi Daerah.

6. Kepmendagri 3/1999 tentang  Bentuk dan susunan Perhitungan APBD.

· Bentuk laporan perhitungan APBD :

– Perhitungan APBD

– Nota Perhitungan

– Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)

7. Kepmendagri No.903-057/1988 tentang Penyempurnaan Bentuk dan Susunan Anggaran Pendapatan

Daerah Masuk dalam Pos Penerimaan Pembangunan.

Page 9: ASP

· Pinjaman (Pemda/BUMD) diperhitungkan sebagai pendapatan daerah

Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/D

Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/ APBD, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh

BPK, disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan keuangan (setidak-tidaknya) :

Laporan Realisasi APBN/APBD,

Neraca,

Laporan Arus Kas, dan

Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan badan

lainnya).

Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola keuangan

negara/daerah menuju tata kelola yang baik

Bentuk Reformasi yang ada meliputi :

Penataan peraturan perundang-undangan;

Penataan kelembagaan;

Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan

Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan

Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi dalam praktik

pemerintah untuk kegunaan Good Governance.

Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :

1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.

Page 10: ASP

>> mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan pengelolaan kekayaan

Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan anggaran kementrian/lembaga Negara

(Andayani, 2007)

2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan

>> mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini mengatur tentang

pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang, utang, piutang, pengelolaan investasi

pemerintah dan pengelolaan keuangan badan layanan hukum. (Andayani, 2007)

3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara

>> mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilaksanakan

oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan kepada DPR dan DPD.

Sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada DPRD. (Andayani, 2007).

Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada ketiga Undang-undang di atas, yaitu :

1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja.

2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.

3. Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam pelaksanaan pemeriksaan.

4. Pemberdayaan manajer profesional.

Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :

1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.

2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah.

4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

BARANG DAN JASA PUBLIK

Page 11: ASP

Barang dan Jasa Publik vs Barang dan Jasa Swasta

Menurut Bastian (2005), barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh

negara atau pemerintah. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukan bagi kepentingan seluruh warga dalam

skala luas. Sedangkan barang swasta adalah barang spesifik yang dimiliki oleh swasta. Sifatnya eksklusif

dan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan dengan

harga pasar menurut rumus sang penjual. Adalagi barang setengah kolektif yang dimiliki oleh swasta atau

patungan swasta dan pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh bersifat eksklusif, dan pemerintah

harus ikut menentukan harga penjualannya, yang biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil.

Konsep-konsep Pokok Barang dan Jasa Publik

Suatu barang dikategorikan sebagai barang swasta atau public dalam kaitannya dengan

tingkat excludabilitydan persaingannya. Tingkat excludability suatu barang ditentukan  dengan kondisi

dimana konsumen dan produsen barang/pelayanan bisa memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh

manfaat dari barang/pelayanan tersebut. Tingkat persaingan dikategorikan dalam daya sain rendah dan

daya saing tinggi. Daya saing rendah apabila suatu barang dimanfaatkan secara bersama-sama, sedangkan

daya saing tinggi apabila suatu barang dimanfaatkan secara individu.

Barang yang excludable, tapi daya saingnya rendah disebut toll goods, yaitu bisa digunakan

secara bersama-sama, namun orang yang memanfaatkan tetap dikenai biaya. Adalagi barang yang daya

saingnya tinggi tetapinon- excludable disebut common pool goods, yaitu barang yang non-

excludable, namun penggunaannya yang berlebihan akan mengurangi kesempatan.

Jenis Barang Menurut excludability dan Persaingan (Bastian, 2005)

Excludability Rendah Excludability Tinggi

Persaingan Rendah Barang publik (biaya sektor

publik)

Barang Toll (campuran biaya

public dan swasta)

Persaingan Tinggi Common pool goods (biaya

sektor publik)

Barang swasta (biaya swasta)

Cara menaikan tingkat excludability suatu barang atau pelayanan:

Page 12: ASP

Perubahan teknologi.

Diberlakukannya hak milik secara lebih ketat.

Penyediaan Pelayaan

Alasan mengapa sektor swasta cenderung bekerja lebih efisian dan efektif;

Sektor swasta mempunyai fleksibilitas dalam hal pengelolaan sumber daya, sehingga

perubahan permintaan pasar mudah ditanggapi.

Adanya persaingan pelayanan mendorong lebih baiknya mutu pelayanan dengan harga yang

lebih murah bagi pelanggan.

Beberapa pengecualian dalam pemenuhan kepentingan pelanggan:

Pelanggan tidak mampu menilai mutu pelayanan. Jika ini terjadi, sector public harus

menetapkan sejumlah standar mutu untuk melindungi konsumen.

Tidak terjadi persaingan antara para pemberi pelayanan. Jika terjadi monopoli secara alamiah,

maka sector swasta kurang mendapat insentif untuk beroperasi secara efisien. Maka

intervensi public sekali lagi dibutuhkan untuk menjamin terpenuhinya standar harga, mutu,

dan persaingan.

Adanya factor luar yang negative yang mempengaruhi pelayanan. Jika pemberian suatu

pelayanan atau barang mempunyai dampak negatif terhadap orang lain yang bukan produsen

atau konsumen pelayanan/barang itu maka pemerintah harus mengintervensi untuk

menghilangkan factor tersebut atau setidaknya menjamin ganti rugi pantas.

Pemberian pelayanan membutuhkan kemitraan antara sektor swasta, publik, dan organisasi kolektif.

Perubahan Kelembagaan

Ketidakmampuan untuk memahami cara baru dalam mengerjakan sesuatu disebut kebutaan paradigma.

Agar sebuah lembaga pemerintah terbuka terhadap asaran-saran dari lembaga yang mewakili konsumen,

atau bersedia mempertimbangkan pengalihan ke sector swasta, suatu perubahan persepsi atau paradigma

baru perlu dilakukan.

Langkah awal dalam mengatasi kebutaan paradigm adalah mencari apa yang bisa dilakukan untuk

mengubah cara kerja.

Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik

Page 13: ASP

Beberapa inisiatif yang diambil pemerintah guna memperbaiki penyelenggaraan pemerintah:

Reformasi hokum dan yudikatif, termasuk pembentukan Komisi Ombudsman untuk menanggapi

masalah korupsi dan pembentukan komisi Reformasi Hukum.

Perumusan strategi reformasi pegawai negeri sipil.

Rancangan undang-undang untuk memantapkan manajemen keuangan pemerintah.

Pembentukan Komisi Anti Korupsi.

Pembentukan Kemitraan bagi pembaruan tata pemerintahan di Indonesia yang didukung oleh

UNDP, Bank Dunia, dan ADB.

Dalam bidang pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah menerbitkan Keppres No 61 Tahun

2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai

penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003. Peraturan-peraturan

tersebut merupakan implementasi dari UU No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, UU No 5 Tahun 2000

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat. UU No 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari KKN; semuanya ditujukan untuk mengatur

pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa sesuai tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta peranan

masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan Instansi Pemerintah.

Tujuan pengadaan barang adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan Instansi

Pemerintah dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan,

serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang

berlaku.

KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MEMPERBAIKI KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

Semua masyarakat memiliki hak yang sama atas jaminan sosial dan ekonomi dari pemerintah

sebagai konsekuensi langsung atas pembayaran pajak yang telah dipenuhi. Kebijakan dan regulasi yang

ditetapkan pemerintah bisa berimbas pada bidang yang lain. Pemerintah mempunyai peran menentukan

kualitas tingkat kehidupan masyarakat secara individual.

Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas

jasa, yakni upaya meminimasi kesenjangan antara tingkat layanan dengan harapan konsumen. Kinerja

Page 14: ASP

organisasi layanan publik harus diukur dari outcome-nya, karena outcome merupakan variabel kinerja

yang mewakili misi organisasi dan aktivitas oprasional, baik aspek keuangan dan nonkeuangan. Dalam

penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas (Mardiasmo, 2009).

Selanjutnya, monitoring kinerja perlu dilakukan untuk mengevaluasi pelayanan publik dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah penting dalam monitoring kinerja organisasi layanan publik

antara lain : mengembangkan indikator kinerja yang mengembangkan pencapaian tujuan organisasi,

memaparkan hasil pencapaian tujuan berdasarkan indikator kinerja diatas, mengidentifikasi apakah

kegiatan pelayanan sudah efektif dan efisien sebagai dasar pengusulan program perbaikan kualitas

pelayanan.

Page 15: ASP

Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam standar akuntansi dan

solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas

akan terkait dengan proses perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran,

pelaporan, audit serta pertanggungjawaban.

1.      Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan

penyajian laporan keuangan dalam sektor publik untuk kepentingan eksternal. Kerangka konseptual

akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus

akuntansi sektor publik.

Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, ketentuan standar

akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait. Dalam jangka panjang, konflik

semacam itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi di masa

depan.

2.      Tujuan dan Peranan Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan bagi:

a.    Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya.

b.    Penyusun laporan keunagn untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi yang

secara lazim dan standar akuntansi keuangan sektor publik.

c.    Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berterima umum.

d.    Para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan sektor publik.

Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector publik. Revisi

kerangka dasar bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman komite penyusunan

standar akuntansi keuangan sektor publik dalam penggunaan kerangka dasar tersebut.

3.     Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi sektor publik ini meliputi:

Perencanaan publik

Penganggaran publik

Realisasi anggaran publik

Pengadaan barang dan jasa publik

Page 16: ASP

Pelaporan sektor publik

Audit sektor publik

Pertanggungjawaban publik

Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik pada organisasi sektor

publik :

1.      Pemerintah Pusat

Perencanaan publik: musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka panjang nasional,

musrenbang jangka menegah nasional, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah.

Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.

Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

Audit sektor publik : mekanisme audit.

Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.

2.       Pemerintah Daerah

Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka panjang daerah,

musrenbang jangka menegah daerah, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah,

musrenbang provinsi, musrenbang kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.

Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.

Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan

Audit sektor publik : mekanisme audit.

Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.

3.      Partai Politik

Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah, musyawarah kerja

derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.

Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan anggaran.

Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.

Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

Audit sektor publik : mekanisme audit.

Page 17: ASP

Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

4.      LSM

Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan LSM.

Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.

Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.

Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

Audit sektor publik : mekanisme audit.

Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya

5.      Yayasan/tempat peribadatan

Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan yayasan/organisasi tempat

peribadatan.

Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran.

Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.

Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

Audit sektor publik : mekanisme audit.

Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

4.     Asumsi Akuntansi Sektor Publik

a.      Kebutuhan Masyarakat

b.      Alokasi Sumber Daya

c.       Ketaatan Hukum/Peraturan

d.      Dasar Akrual

e.       Kelangsungan Usaha atau Organisasi

f.        Akuntabilitas Kinerja

Untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik adalah dasar akrual, dimana

pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar)  dan dicatat dalam catatan akunatansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan

pada periode yang bersangkutan.

Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan

mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

5.     Implementasi Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik

Page 18: ASP

Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika diimplementasikan pada

akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi sektor publik adalah ciri khas informasi

akuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada penentuan kualitas produk setiap unsur

akuntansi sektor publik.

Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi keputusan pengelola

organisasi, dengan mengubah atau menginformasi harapan mereka tentang hasil, atau

konsekuensi tindakan atau kejadian.Dalam konsep kerangka konseptual akuntansi, informasi

yang relevan dapat membantu investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk mengevaluasi

kondoisi masa lalu, saat ini dan masa depan atau untuk menginformasikan dan mengoreksi nilai

umpan balik/feedback agar relevan.

Keandalan dan Reliabilitas. Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan

kebutuhan para peggunanya. Keandalan akan membedakan pengguna stu dengan pengguana yang

lainyatergantug pada keluasan pengetahuan tentang aturan yang digunakan untuk mempersiapkan

informasi. Dengan kata lain, di antara pengguna yang berbeda, informasi dengan derajat

keandalan yang berbeda akan ditemukan. Dalam konteks kerangka konseptual, agar menjadi

andal informasi harus dapat diuji, netral, dan disajikan dengan jujur.

Pertimbangan Biaya dan Manfaat. Pertimbangan biaya dan memanfaat dikenal dengan

keterbatasan parpasif. Informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari

informasi tersebut melebihi biayanya. Oleh karnanya, sebelum mempersiapkan dan

mendeseminasikan informasi keuangan, manfaat serta biaya penyiapan informasi itu harus

dibandingkan.

Materialitas. Mateialitas dianggap sebagai ambang pengakuan. Pada dasarnnya materialitas

adalah pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang informasi yang signifikan dan

berdampak besar terhadap keputusan yang diambil.

5.1  Kualitas  Perencanaan Publik

Pada tahap perencanaan, biasanya akan tercipta dokumen perencanaan yag sangat penting dan

menentukan dalam menghasilkan outcome. Jadi, melalui sistem kualitas perencanaan diharapkan dapat

dihasilkan outcome yang berkualitas. Yang dimaksud dengan kualitas perencanaan adalah sebuah

prosedur yang mendefenisikan kualitas terkait dengan tugas ketika proyek baru mulai digarap untuk

memenuhi kualitas yang disyaratkan.

Agar perencanaan efektif, ada banyak hal yang sering kali menjadi halangan seperti:

Kegagalan manajemen dalam memahami system yang tengah terjadi di sekitar area organisasi.

Kurangnya dukungan manajemen terhadap system perencanaan.

Page 19: ASP

Pimpinan kurang mendukung dan berperan serta dalam segala kegiatan.

Kegagalan memahami peran penting perencanaan dalam proses manajemen.

Outcomer dari proses perencanaan public adalah dokumen perencaan yang mayoritas terbagi menjadi

dokumen perencanaan jangka pendek (datu tahun), dokumen perencanaan jangka menengah (lima tahun) ,

dan dokumen perencanaan jangka panjang (dua puluh lima tahun).

Karakteristik kualitatif dari kualitas output perencanaan publik

Dapat dipahami

Relevan

5.2   Kualitas Penganggaran Publik

Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan kualitas anggaran adalah pemikiran

manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas organisasi.manajemen tidak

mempertimbangkan permasalahan organisasi yang ada jika tidak ada kualitas anggaran. Penyelenggaraan

kegiatan organisasi yang menjadi kewenangan organisasi didanai dari dan atas beban anggaran

pendapatan dan belanja organisasi. Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi

persyaratan berikut:

Berdasarkan program.

Berdasrkan pusat pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.

Sebagai alat perencanaan dn pengendalian.

Sebagai alat motivasi kinerja karyawan.

Outcome penganggaran publik:

Rencana kerja anggaran

Raperda RAPBD

Nota RAPBD

Peraturan APBD

Surat Keputusan Kepala Daerah Tentang Penjabaran APBD

Karakteristik kualitatif kualitas output penganggaran public yaitu dapat dibandingkan.

5.3     Kualitas Realisasi Anggaran Publik

Tujuan proses realisasi anggaran adalah mengembangkan produk dan layanan yang harus

diberikan kepada publik. Kesimpulan hasil realisasi anggaran diperoleh pada saat produk organisasi telah

secara tuntas dikembangkan/dibangun, diuji, diterima, dilaksanakan, dan dialihkan menjadi kinerja

Page 20: ASP

organisasi. Pada saat itu, proses pencatatan dilaksanakan secara akurat. Kualitas realissi anggaran

merupakan hasil pencapaian kinerja organisasi.

Unsur-unsur dalam pengelolaan berbasis kegiatan yang dapat menjadi penentu kualitas

pelaksanaan realisasi anggaran public adalah sebagai berikut:

Pengembangan kasus usaha

Menentukan prioritas

Menyediakan pembenaran biaya

Menemukan manfaat

Mengukur kinerja untuk perbaikan yang sedang berlangsung

Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu dapat dipahami dan

terandalkan.

5.4    Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/jasa dengan total biaya

kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan kualitas yang benar, pada waktu yang tepat ,

dan dari sumbre yang tepat untuk memperoleh manfaat secra langsung.

Tahapan pengadaan barang dan jasa

Pengumpulan informasi

Hubungan penyedia

Review latar belakag

Negosiasi

Pemenuhan

Konsumsi, pemeliharaan, dan penyelesain

Pembaharuan

5.5      Kualitas  Pelaporan Sektor Publik

Outcome  pelaporan akuntansi sektor publik

Laporan posisi keunagan(neraca)

Laporan kinerja keuangan

Laporan perubahan aktiva

Laporan arus kas

Kebijakan akuntansidan catatan atas laporan keuangan

Karakteristik kualitatif pelaporan sektor public

Dapat diperbandingkan

Page 21: ASP

Tepat waktu

Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Keseimbangan antara karakteristik dan kualitatif

Penyajian yang wajar

5.6        Kualitas Audit Sektor Publik

Ditujukan untuk mnguji efektifitas sistem pengelolaan kualitas Outcome audit akuntansi sektor publik.

Pendekatan yang diambil oleh manajemen

Kontribusi yang dibuat oleh komite audit

Peran ”shareholder” dan kometator

Peran orang yang mengajukan perkara

Pendekatan regulasi

Tekanan yang disebabkan rezim akuntansi pelaporan.

Karakteristik kualitaif kualitas output audit sektr publik

Dapat dipahami

Relevan

Keandalan

Dapat dibandingkan

5.7        Kualitas pertanggungjawaban Publik

Laporan pertanggungjawaban tahunan mencerminkan misi utam organisasi, inisiatif utama untuk

membawa misi dan kinerja pelaksanaan yang menjadi tanggung jawabnya. Outcome pertanggungjawaban

public:

Mempersiapkan dan menyusun rencana strategic

Merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan,sasaran, strategi organisasi

public

Merumuskan indikator kinerja organisasi publik dengan berpedoman pada kegiatan yang

dominan, menjadi isu global dan kritis bagi pencapaian visi dan misiorganisasi sektor public

Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokokdsn fungsi dengan seksama

Mengukur pencapian kerja

Karakteristik kualitatif kualitas output pertanggungjawaban public

Dapat dipahami

Relevan

Page 22: ASP

6.      Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik

Berbagai dasar pengakuan tersebut adalah;

a. Biaya Historis (historical cost)

b. Biaya Saat ini (current cost)

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/sattlement value)

d. Nilai sekarang (present value)

6.1 Faktor yang berpengaruh dalam  Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik

Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep

probabilitas digunakan dalam pengertian derajat  ketidakpastian. Manfaat ekonomi masa depan

yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam organisasi. Konsep tersebut

dimaksudkan utuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi organisasi.

Kendala Pengukuran. Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur

dengan tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan dalam tututan hukum

dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan, maupun kriteria probabilitas agar dapat diakui.

Namun jika tidak mungkin diukur dengan tingkat kendala tertentu, tuntutan tersebut tidak dapat

diaui sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan harus diungkapkan dalam catatan materi

penjelasan atau skedul tambahan.

Aktiva. Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa depan atau

jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi, dan aktiva tersebut mempunyai

nilai yang dapat diukur dengan andal.

Kewajiban. Kewajiban diakui dalam laporan osisi keunagan jikapengeluaran sumberdaya yang

membrikan manfaat ekonomi kemungkinan besar akan dilakukan untuk mnyelasiakna kewajiban

(obligation) sekarang, dan jumlah yang harus diselsesaikan dapat diukur dengan andal.

Ekuitas. Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuanagn dimana relevansi

pengklasifikasianya terjadia apabila pos tersebut mengidentifikasikan pembatasan hukum atau

pembatasan lainya atas kemamampuan organisasi.

Pendapatan. Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat ekonoi

dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva atau penurunan kewajiban,

telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

Biaya. Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan langsung antar

biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh.

Page 23: ASP

Standar Akuntansi Sektor Publik

A.    Pengertian Standar Akuntansi Publik

Standar akuntansi sektor publik adalah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan organisasi sektor publik. Standar akuntansi sektor publik

memberikan kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi tahapn siklus akuntansi sektor publik, yaitu

Page 24: ASP

perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan

pertanggungjawaban publik.

B.     Tujuan Penyusunan Pedoman Akuntansi

1.  Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat dterapkan bagi

pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang berlaku dewasa ini.

2.  Menyediakan organisasi sektor publuk suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan klasifikasi

rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan

organisasi sektor publik, yang mencakup penganggaran, pembendaharaan dan pelaporan.

C.    Ragam dan Hubungan antar Standar Akuntansi sektor publuk

Secara umum terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik:

Standar Nomenklatur

Standar Akuntansi sektor Publik (SSAP)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Standar Akuntansi Biaya (SAB)

Dalam konteks siklus akuntansi sektor publik, standar – standar tersebut masih terfokus pada

tahapan, yaitu tahapan pelaporan (SAP,SAK), tahap audit (SPAP,SPKN), tahap perencanaan –

penganggaran (Standar Akuntansi Biaya), dan tahap perencanaan pertanggungjawaban publik (Standar

Nomenklatur).

D.    Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia

Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:

a.  Meningkatkan kualitas dan realibilitas laporan akuntansi dan keuanganorganisasi sektor publik,

khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.

b.  Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.

c.  Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan.

Page 25: ASP

d.  Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang sama.

E.     Teknik Penyusunan Standar

Berikut adalah tahap – tahap dalam menyusun standar akuntansi (Suwardjono,2006:109):

1.     Evaluasi masalah pada tahap awal

2.     Mengadakan riset dan analisis

3.     Menyusun dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion memorandum) kepada setiap

pihak yang berkepentingan

4.     Mengadakan Dengar Pendapat Umum (public hearing)

5.     Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas memorandum diskusi

6.     Menerbitkan draft awal standar yang telah diusulkan

7.     Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis

8.     Memutuskan (keputusan penerbitan)

9.     Menerbitkan (penerbitan pernyataan)

F.     Standar Nomenklatur

Definisi Nomenklatur

Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar prkiraan/akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara

sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan

keuangan pemerintah pusat. Selain itu nomenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang

ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,

pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan pengawasan.

Tujuan Penyusunan Nomenklatur

Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam system pengolahan data

akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :

Page 26: ASP

(1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik

(2) Meringkas data

(3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi

(4) Menyampaikan makna tertentu.

Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Nomenklatur

Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut ini perlu diperhitungkan :

a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode    pengolahan data yang

digunakan.

b. Setiap kode harus mewakili secara unik unsure yang diberi kode.

c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Metode Penyusunan Nomenklatur

Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu :

1.  Kode angka atau alphabet huruf (numerical-or alfabethic-secuence code) Dalam metode ini rekening

buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan.

2.  Kode angka blok (block numerical code)

3.  Kode angka kelompok (group numerical code) Kode angka kelompok ini mempunyai karakteristik

sbb:

a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf

b. Jumlah angka dan/huruf dalam kode adalah tetap

c. Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu

d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka atau huruf ke kanan

4.  Kode angka decimal (decimal code) Desimal berarti per sepuluhan. Kode angka decimal member kode

angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum sepuluh sub kelompok dan

membagi sub kelompok menjadi sepuluh golongan yang lebih kecil dari subkelompok tersebut.

Page 27: ASP

5.  Kode angka urut didahului dengan referensi huruf (numerical secuence receded by analfabethic

reference) Kode ini jarang digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode ini memudahkan

identifikasi dan mengingat referensi yang penting.

G.    Standar Akuntansi Keungan Sektor Publik

·         PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba

Karakteristik organisasi sector public berbeda dengan organisasi bisnis. Ukuran kinerja organisasi

sector public penting bagi pengguna. Para pengguna laporan keuangan organisasi sector public memiliki

kepentingan bersamayang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai :

1.  Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa

tersebut

2.  Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya

3.  Aspek kinerja pengelolah

Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya mengelolah sumber dayaorganisasi yang

diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.

Laporan Keuangan yang Dihasilkan

Laporan Posisi Keuangan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktifitas,kewajiban, dan

aktiva bersih serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebutpada waktu tertentu.

Informasi likuiditas diberikan dengan cara :

1.  Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo

2.  Mengelompokkan aktiva kedalam lancar dan tidak lancar serta kewajiban kedalam jangka pendek dan

jangka panjang

3.  Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh tempo nya kewajiban termasuk

pembatasan penggunaan aktiva pada catatan atas laporan keuangan.

Page 28: ASP

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersihberdasarkan

ada atau tidak nya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen,terikat secara temporer

dan tidak terikat.

Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:

1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih

2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.

Penganggaran Sektor Publik

Page 29: ASP

Konsep Anggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai setimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode

tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode

untuk menyiapkan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang

cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik penganggaran

merupakan suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan sektor swasta yang relatif lebih kecil nuansa

politiknya. Pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup bagi

publik, namun pada sektor publik anggran merupakan hal yang harus diinformasikan kepada publik untuk

dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen

akuntabilitas dan pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang

publik.

Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentanjumlah alokasi dana untuk tiap-

tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran sektor publik dimulai ketika

perumusan staretgi dan perencanaan strategik selesai dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi dari

perumusan dan perencanaan strategi yang dibuat. Aspek-aspek yang harus dicakup dalam anggaran sektor

publik :

Aspek  perencanaan

Aspek pengendalian

Aspek akuntabilitas

B.     Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan

pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana anggaran sektor publik

merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kodisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan

dilakukan organisasi di masa yang akan datang. Secara singkat anggaran publik merupakan suatau

rencana finansial yang menyatakan :

1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat

2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencana-rencana tersebut

Page 30: ASP

C.    Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik,

air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dsbnya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan

masyarakat dipengaruhi  oleh keputusan yang dibuat pemerintah melalui anggran yang dibuat.

Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang yang dimiliki

oleh pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan rencana pemerintah untuk

membelanjakan uang rakyat. Anggaran merupakan blue print keberadaan sebuah negra dan merupakan

arahan di masa yang akan datang.

Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah

Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekoomi melalui

sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal

adalah anggaran. Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk

mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan dan kualitas hidup

masyarakat. Anggaran sektor publik harsu dapat memenuhi kriteria sbb :

·         Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat

·         Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen pemerintah, baik propinsi maupun

daerah

Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi harga, lapangan kerja,

distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak yang harus dibayar atas pelayanan yang

diberikan pemerintah. Keputusan anggaran yang dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat

merefleksikan prioritas pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.

Anggaran sektor publik penting karena :

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi,

menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terus berkembang,

sedangkan sumber daya jumlahnya terbatas.

3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap rakyat.

Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh

lembaga-lembaga publik yang ada.

Page 31: ASP

D.    Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama  yaitu

1. Sebagai alat perencanaan

2. Alat pengendalian

3. Alat kebijakan fiscal

4. Alat politik

5. Alat koordinasi dan komunikasi

6. Alat penilaian kinerja

7. Alat motivasi

8. Alat menciptakan ruang publik.

Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning tool)

Anggaran merupakan alat pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran

sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan pemerintah, berapa biaya

yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat

perencanaan digunakan untuk :

Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai dengan visi,misi dan sasaran yang telah

ditetapkan

Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tuuan organisasi serta

merencanakan alternatif sumber pembiayaannya

Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategis

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control tool)

Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran

pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa

anggaran pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran. Tidak berlebihan kalau

dikatakan bahwa  presiden, menteri, gubernur, bupati dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan

lewat anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan kekuasaan eksekutif.

Sebagai alat penengendali manajerial, anggaran sektor publik  digunakan untuk meyakinkan

bahwa pemerintah masih mempunyai cukup uang untuk memenuhi kewajibannya, selain itu juga

Page 32: ASP

digunakan sebagai pemberi informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekrja secara efisien

tanpa ada korupsi dan pemborosan. Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui 4 cara :

1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

2. Menghitung selisih anggaran

3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan

4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan ekonomi dan

mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat diketahui arah kebijakan fiskal

pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk 

mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)

Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap

prioritas tersebut. Pada sektor publik anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen

eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran

bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik

membutuhkan political skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip

manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa

kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan kepemimpinannya, atau

paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi  (Coordination and Communication tool)

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan

alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan

mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi.

Disamping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan

eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

Page 33: ASP

Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance measurement tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer (eksekutif) kepada pemberi wewenang

(legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran adan pelaksanaan

efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang  efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja

secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat

dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik  (Public Sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR. Masyarakat, LSM,

perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam penganggaran publik.

Kelompok masyarakat yang teroganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan

mereka., Kelompok lain dari kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya

melaui proses politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang

terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk

menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan

massa, melakukan boikot dsbnya.

E.     Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :

1. Anggaran operasional

2. Anggaran Modal

Anggaran Operasional

Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan

pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam anggaran operasional adalah

belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak dapat

menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang

ada setiap tahun.

Page 34: ASP

Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja

administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.

Anggaran Modal

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti

gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan

dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari

satu tahun anggran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah

anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.

Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab selutrhnya adalah

milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat memberi mandat kepada pemerintah

melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan  mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan

program yang memberi mamfaat lebih kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah

tidak mungkin memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan

memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan sebagai alat

politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

F.     Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :

1. Otorisasi oleh legislative. Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu

sebelum dibelanjakan oleh eksekutif

2. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat komprehensif

3. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana

umum.

4. Nondiscretionary Appropriation. Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara

ekonomis, efisien dan efektif.

5. Periodik. Anggaran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan

6. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang

dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan

7. Jelas. Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak

membingungkan

Page 35: ASP

8. Diketahui public. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

G.    Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

APBD/APBN yang dipresentasikan setiap akhir tahun dihadapan DPRD/DPR memberikan informasi

kepada masyarakat luas tentang program yang direncanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat  dan darimana program tersebut dibiayai. Proses penyusunan anggaran

mempunyai 4 tujuan :

Membantu pemerintah mencapai tujuan dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan

pemerintah

Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui

proses pemrioritasan

Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja

Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPRD/DPR dan masyarakat

luas.

Faktor-faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

Tujuan dan target yang hendak dicapai

Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki pemnerintah)

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target

Faktor lain yang mmpengaruhi anggaran seperti : munculnya peraturan pemerintah yang baru,

fluktuasi pasar, perubahan sosial politik, bencana alam dsbnya.

H.    Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran

Pokok-pokok prinsip siklus anggaran harus diketahui oleh penyelengara pemerintahan. Siklus anggaran

tersebut ada 4 tahap :

1. Tahap persiapan anggaran

Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar talsiran pendapatan yang tersedia, yang

perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran  terlebih dulu hendaknya dilakukan

taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika

anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran

pengeluaran.

Page 36: ASP

Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor ketidakpastian yang

cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami betul dalam menentukan besarnya

suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.

Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokummen

perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), Rencana Strategis

(RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA).

Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat dan perencanaan

pembangunan daerah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105 dan 108 tahun 2000.

Pada pemerintah pusat penyusunan perencanaan pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS

yang merupakan operasinalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk

RENSTRA. Berdasarkan POPERNAS dan RENSTRA  serta analisis fiskal dan makro ekonomi kemudian

mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.

Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota) berdasarkan PP No. 108 pemerintah

daerah diisyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPERDA

(RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA

yang dibuat oleh pemerintah pusat. Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya penekanan prioritas

pembanguann yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masing-

masing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan

DPRD dalam kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan dalam pelaksanaannya dalam kerangka

tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan

REPETADA dan APBD.

Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis kebijakan fiskal dan ekonomi daerah,

menurut ketentuan PP No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersama-sama DPRD menetapkan arah

kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah daerah menetapkan Strategi dan Prioritas APBD.

REPETADA memuat program pembanguan daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat

indikator kinerja yang terukur dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih

memperjelas program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan kebijakan

yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut. Penjabaran rencana strategis jangka panjang  dalam

REPETADA tersebut dilengkapi dengan :

Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi kinerja pemerintah daerah pada

periode sebelumnya

Page 37: ASP

Masukan dan aspirasi masyrakat

Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi

Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan (REPETADA)  dan anggaran

tahuan (APBD) pada hakekatnya merupakan perencanaan instrumnen kebijakan publik sebagai upaya

peningktan pelayanan kepada masyarakat. APBD menunjukkan implikasi dari anggaran REPETADA

yang dibuat. Dengan demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi

APBD.

2. Tahap ratifikasi

Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif

dituntut untuk memiliki manejerial skill dan political skill, salesmanshipdan coalition holdimg yang

memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena

eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan

dan bantahan yang disampaikan oleh legislatif.

3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran

Setelah disetujui oleh legislatif, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan anggaran, hal terpenting

yang harus dimiliki oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab menciptakan

sistem akuntansi keuangan yang  memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran

yang telah disepakati, bahkan dapat diandalkan untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan aspek operasional anggaran,

sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah

didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka pada tahap

pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.

Page 38: ASP

Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik

A. Pengertian Siklus Keuangan

Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan

pelaporan keuangan. Siklus ini dimulai dari transaksi yang harus didukung dengan bukti dan dicatat di

Buku Jurnal, selanjutnya diposting ke Buku Besar dan Buku Besar Pembantu. Dengan klasifikasi di

Daftar Saldo, Kertas Kerja serta Penyesuaian maka dihasilkan Laporan Keuangan yang terdiri dari

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan

Perubahan Ekuitas. Setelah tahap Penutupan dan dibuat Daftar Saldo Setelah penutupan serta

Pembalikan, maka Neraca Awal dapat disusun dengan baik.

B.    Transaksi

Transaksi merupakan suatu kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan suatu entitas dan

pencatatannya memerlukan data, bukti atau dokumen pendukung dalam kegiatan operasi suatu entitas.

Pencatat transaksi akuntansi adalah sebagai berikut :

Pemegang Kas   -        Bendahara Rutin (Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fisik)

Pemegang Kas   -        Bendahara Proyek (Belanja Modal)

Pemegang Kas   -        Bendahara Gaji

Pemegang Kas   -        Bendahara Penerima

Jenis Transaksi

Transaksi Kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan kas. Contoh :

Pencairan SPMU, Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll.

Transaksi Nonkas, yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset, utang, pendapatan,

belanja tetapi tidak mempengaruhi kas. Contoh : Penerimaan aktiva tetap dari donatur, pembebasan

utang.

Bukti Transaksi

Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi atau kejadian ekonomi. Contoh :

Kas Surat Tanda setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM)

Piutang Daftar piutang

Persediaan BA Penerimaan barang, daftar persediaan

Aktiva Tetap BA Penerimaan inventaris, daftar aktiva

Page 39: ASP

Utang Surat perjanjian (Akad Kredit), dokumen penarikan pinjaman

Pendapatan Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)

Belanja Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)

Bukti Jurnal

Bukti jurnal adalah pendokumentasian bukti transaksi ke dalam alat/ media untuk melakukan pencatatan

akuntansi. Bukti jurnal memuat kode serta sisi debet dan kredit perkiraan Buku Besar dari masing-masing

transaksi, nama dan tanda tangan/paraf dari petugas/pejabat pembuat bukti, petugas/pejabat validasi bukti,

dan petugas pembuku bukti. Bukti jurnal ini sebagai dasar melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal.

Penggolongan Bukti Jurnal

1. Bukti Jurnal Kas Masuk (BKM), yaitu dokumen yang mendukung jurnal penerimaan kas.

Pemegang kas pada satuan kerja perangkat daerah membuat BKM berdasarkan dokumen dasar

berupa Surat Tanda Setoran (STS) atau bukti pemotongan/pemungutan pajak-pajak pusat/negara.

Bendaharawan Umum Daerah/Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM berdasarkan STS ke

Kas daerah.

2. Bukti Jurnal Kas Keluar (BKK), yaitu dokumen yang mendukung jurnal pengeluaran kas oleh

Bendaharawan atau Kas Daerah. Pemegang Kas pada satuan kerja perangkat daerah membuat

BKK berdasarkan dokumen dasar berupa bukti-bukti pengeluaran anggaran. Pengelola Keuangan

Daerah membuat BKM mendasarkan SPM (Surat Perintah Membayar).

3. Bukti Jurnal Nonkas/Memorial (BM), yaitu dokumen yang mendukung penambahan dan atau

pengurangan terhadap pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, utang, ekuitas dari transaksi

nonkas.

C.    Jurnal

Jurnal merupakan metode yang dipakai untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data

keuangan maupun data lainnya. Data yang dicatat meliputi :

1. Tanggal transaksi

2. Kode rekening

3. Uraian

4. Jumlah debet

5. Jumlah kredit

Page 40: ASP

Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi

keuangan. Perbedaan basis akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Terdapat dua basis yaitu (1)

basis kas adalah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban pada saat kas diterima atau

dikeluarkan. (2) basis akrual adalah basis yang mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat

perpindahan hak lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan. Standar Akuntansi Pemerintahan

menggunakan basis modifikasian yang disebut dengan basis kas menuju akrual. Aset, kewajiabn, dan

utang diakui menurut basis akrual sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan

basis kas. Agar transaksi dapat dicatat atau muncul dalam akun neraca, maka digunakan mekanisme

Jurnal Korolari dan/atau jurnal penyesuaian akhir tahun. Keguanaan jurnal korolari adalah untuk mencatat

agar transaksi yang mempengaruhi akun neraca (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat

pada waktu yang sama.

1. Kas dan Bank. Kas adalah alat pembayaran yang sah yang setiap saat dapat digunakan. Bank

adalah tempat penyimpan kas daerah (Kasda) atau kas di pemegang kas (PK).

2. Piutang. Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan

kas dalam satu periode akuntansi.

3. Persediaan. Persediaan adalah barang yang dijual atau dipakai habis dalam satu periode

akuntansi.

4. Investasi Jangka Panjang. Menggambarkan jumlah yang dibayarkan oleh pemerintah daerah

dalam bentuk : (1) penyertaan modal pemerintah BUMD, lembaga keuangan daerah, badan

hukum milik negara, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah (2)

pinjaman jangka panjang BUMD, lembaga keuangan daerah, pemerintah pusat/daerah, dan pihak

lainnya termasuk pinjaman luar negeri yang terus dipinjamkan (3) penanaman modal dalam

proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga (4) investasi jangka panjang

lainnya yang dimiliki dengan maksud menghasilkan pendapatan.

5. Aseet Tetap. Aset tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua

belas bulan dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.

6. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan

dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode akuntansi.

7. Aset lain-lain adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka

panjang, aset tetap dan dana cadangan. Antara lain tagihan penjualan angsuran, kemitraan dengan

pihak ketiga, bangunan dalam pengerjaan.

8. Kewajiban Jangka Pendek merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo

dalam satu periode akuntansi.

Page 41: ASP

9. Akuntansi Utang Jangka Panjang merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo

lebih dari satu periode lebih dari satu periode akuntansi. Dapat digunakan untuk membiayai

pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk

pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat.

10. Ekuitas Dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset dengan

jumlah utang, terdiri dari :

a. Ekuitas Dana Lancar (EDL)

Merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah nilai utang/kewajiban lancar.

Terdiri atas : siLPA Tahun Pelaporan, Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), cadangan

untuk piutang, cadangan untuk persediaan, dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka

pendek.

b. Akuntansi Ekuitas Dana yang Diinvestasikan (EDI)

Merupakan selisih antara jumlah nilai investasi permanen, aset tetap, aset lainnya (tidak termasuk

Dana Cadangan) dengan jumlah nilai utang jangka panjang. Meliputi dana yang : diinvestasikan dalam

investasi permanen, diinvestasi dalam aset tetap, diinvestasi dalam aset lainnya, dan sebagai rekening

yang mengurangi (contra account) adalah dana yang disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang.

c. Akuntansi Ekuitas Dana yang Dicadangkan (EDC)

Diinvestasikan dalam dana cadangan merupakan ekuitas dana yang dicadangkan untuk tujuan

tertentu. Jadi rekening ini merupakan pasangan rekening dana cadangan.

11. Akuntansi Pendapatan

a. Pendapatan adalah peningkatan aktiva dan atau penurunan utang yang berasal dari berbagai

kegiatan periode berjalan akuntansi tertentu.

b. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu

yang menjadi hak daerah.

c. Pendapatan Daerah dirinci menurut kelompok pendapatan terdiri sebagai berikut : pendapatan asli

daerah, transfer dan lain-lain pendapatan yang sah.

d. Saldo normal perkiraan buku besar pendapatan daerah adalah saldo kredit

e. Pendapatan daerah diakui dalam periode berjalan.

f. Pengakuan Pendapatan daerah diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas tang

diterima.

g. Pencatatan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan asas bruto.

h. Pengukuran pendapatan daerah menggunakan mata uang rupiah.

i. Pendapatan daerah diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah.

12. Akuntansi Belanja

Page 42: ASP

a. Belanja adalah penurunan aktiva dan atau kenaikan utang yang berasal dari berbagai kegiatan

dalam satu periode akuntansi.

b. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu

menjadi beban daerah.

c. Belanja daerah terdiri dari bagian belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga.

d. Saldo normal perkiraan buku besar bagian belanja daerah adalah saldo normal.

13. Akuntansi Pembiayaan

a. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun

pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dimaksudkan untuk menutup defisit

dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

b. Saldo normal perkiraan buku besar penerimaan pembayaran adalah saldo kredit.

D.   Buku Besar

Buku besar merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau rekening yang dicatat dalam

jurnal. Buku besar dibuat oleh :

Pemegang kas    -        bendahara rutin

Pemegang kas    -        bendahara proyek

Pemegang kas    -        bendahara gaji

Pemegang kas    -        bendahara penerima

E.    Format Buku Besar Bentuk T

F.    Format Buku Besar Bentuk Panjang

G.   Buku Besar Pembantu

Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat rincian rekening tertentu yang ada dibuku besar,

yaitu piutang, persediaan, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan utang.

H.   Buku Besar Pembantu Kas

Buku besar pembantu kas berisi rincian pendapatan-pendapatan, misalnya pendapatan pajak

reklame dan pendapatan retribusi parkir. Terdapat dua macam buku besar pembantu kas yaitu buku besar

pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu pengeluaran kas.

I. Daftar Saldo

Daftar saldo merupakan daftar rekening-rekening beserta daldo yang menyertainya dalam suatu

periode tertentu.

J.   Kertas Kerja

Page 43: ASP

Merupakan kolom-kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Kertas kerja

dibedakan untuk Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan.

K.    Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian adalah jurnal jurnal yang dibuat pada akhir periode anggaran atau pada saat

laporan keuangan akan disusun agar menghasilkan pengkaitan yang tepat antara pendapatan dan

belanja/biaya. Jenis penyesuaian meliputi biaya dibayar dimuka, pendapatan yang ditangguhakn,

pendapatan terhimpun, biaya terhimpun.

L.    Jurnal Eliminasi

Jurnal eliminasi adalah jurnal dibuat dengan tujuan untuk mengeliminasi (menghilangkan) saldo

semua rekening timbal balik antara Pemda dan dinas. Jurnal ini dibuat dengan mendebit rekening timbal

balik yang bersaldo kredit dan mengkredit rekening timbal balik yang bersaldo debit.

M.  Laporan Keuangan

Laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh

berbagai pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan berdasarkan waktu : (1) laporan keuangan triwulan (2) laporan keuangan tahunan.

Laporan keuangan berdasarkan unit kerja : (1) laporan keuangan dinas/instansi (2) laporan keuangan

konsolidasi Pemkab/Pemkot.

N.   Jurnal Penutup

Jurnal penutup merupakan jurnal yang dilakukan setelah laporan keuangan selesai disusun.

Biasanya dilakukan hanya pada akhir periode anggaran tahunan. Penutupan ini menyebabkan saldo-saldo

rekening menjadi nol sehingga rekening tersebut siap kembali menerima data akuntansi berikutnya.

Page 44: ASP

Laporan Keuangan Sektor Publik dan Elemennya

Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik

tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen lebih

bervariasi. Demikian juga stakeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih

bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor

publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun

kebutuhan pihak eksternal.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah

satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian

sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk

pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Karena kebutuhan informasi di sektor publik

lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi keuangan yang dihsilkan dari sistem

akuntansi organisasi. Informasi non-moneter seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan

dalam pembuatan keputusan.

TUJUAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:

1) Kepatuhan dan Pengelolaan – Compliance and Stewardship. Laporan keuangan digunakan untuk

memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa

pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentutan hukum dan peraturan lain

yang telah ditetapkan.

2) Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif – Accountability and Retrospective Reporting. Laporan

keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan

digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk

mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan

membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.

3) Perencanaan dan Informasi Otorisasi – Planning and Authorization Information. Laporan

keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang

akan datang dan memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.

4) Kelangsungan Organisasi – Viability. Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pengguna

dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan

barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.

Page 45: ASP

5) Hubungan Masyarakat – Public Relation. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan

kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas pretasi yang telah dicapai

kepada pengguna yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat, serta sebagai alat komunikasi

dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

6) Sumber Fakta dan Gambaran – Source of Facts and Figures. Laporan keuangan bertujuan untuk

memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi

secara lebih dalam.

FASB dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No 4: Objectives of

Financial Reporting by Nonbusiness Organizations, tujuan laporan keuangan sebagai berikut:

1) Laporan Keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat

untuk pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi

2) Memberikan informasi untuk membantu dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi

nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memeberi pelayanan tersebut.

3) Memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas

pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.

4) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih, pengaruh dari

transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya

tsb.

5) Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama 1 periode.

6) Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan sumber daya

kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor yang dapat

memengaruhi likuiditas organisasi

7) Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna dalam memahami informasi

keuangan yang diberikan

.

Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan sektor publik adalah menyediakan informasi

yang relevan dalam pengambilan keputusan, dan menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya

yang dipercayakan, dengan cara:

a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan.

b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai aktivitasnya dan memenuhi

kebutuhan kasnya.

c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam membiayai

aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya.

d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas dan perubahan yang terjadi.

Page 46: ASP

e. Menyediakan informasi secara keseluruhan yang berguna dalam mengevaluasi kinerja entitas

menyangkut biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.

KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Komponen-komponen laporan keuangan sektor publik yang lengkap meliputi:

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva,

hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.

b. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit) atau Laporan Profit dan Loss adalah

laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan biaya selama periode tertentu.

c. Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto menyajikan total surplus/defisit neto untuk suatu

periode; pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung sebagai perubahan dalam

aktiva/akuitas neto; dan, setiap kontribusi oleh, dan kepada, pemilik dalam kapasitasnya pemilik.

d. Laporan Arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu

periode tertentu.

e. Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas laporan keuangan dari entitas harus:

(1) Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi

spesifik yang dipilih serta diterapkan terhadap transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa pnting

lainnya;

(2) Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh tandar Akuntansi Keuangan Sektor Publik, yang

tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan, laporan arus kas, dan

laporan perubahan aktiva/ekuitas neto; dan

(3) Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun persyaratan penyajian

wajar tetap diterapkan.

HAK DAN KEBUTUHAN PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN

Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu:

a.  Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:

Mengetahui kebijakan pemerintah

Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah

Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu

b.  Hak untuk diberi informasi (right to be informed), yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara

terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.

c.   Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Page 47: ASP

Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah, yaitu:

1.  Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan kualitas

pelayanan yang diberikan.

2.  Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan penggunaan dana

yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah telah melakukan ketaatan fiskal dan

ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan.

3.  Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat risiko, likuiditas, dan

solvabilitas.

4.  Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan fungsi

pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan

penyelewengan keuangan negara.

5.  Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi manajemen

untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan

kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.

6.  Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.

SISTEM PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

1.     Dasar Kas (Cash Base)

Sistem akuntansi dasar kas hanay mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar. Akun keuangan

akhirnya akan dirangkum dalam buku kas. Laporan keuangan tidak bias dihasilkan apabila tidak ada data

tentang aktiva dan kewajiban. Penjualan hanya dicatat bila kas diterima, sehingga tidak ada pos piutang.  

Pembelian dicatat saat kas dibayarkan sehingga tidak ada utang.

Laporan arus kas banyak dipakai dalam akuntansi bisnis, namun sebagai tambahan atas laporan

pendapatan dan laporan posisi keuangan. Ada satu buku yang sangat penting dan berharga mengenai

akuntansi arus kas bagi dunia usaha yang menyatakan bahwa laporan akuntansi aktrual tradisional terlalu

subjektif dan menyembunyikan informasi penting tentang kinerja organisasi.

Akuntansi arus kas dipraktikkan di berbagai organisasi sektor publik, misalnya akun penerimaan

dan pembayaran yang sederhana dari kegiatan derma kecil, dan yang terpenting jumlah uang yang

digunakan adalah akun kas pemerintah.

2.    Dasar Akrual (Acrual Base)

Definisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada SSAP 2 adalah sebagai berikut:

Penerimaan dan biaya bertambah (diakui karena diperoleh atau dimasukkan bukan sebagai uang yang

Page 48: ASP

diterima atau dibayarkan) dalam jumlah yang sesuai satu sama lain, dapat dipertahankan atau dianggap

benar, dan berkaitan dengan rekening laba dan rugi selama periode yang bersangkutan.

Kepastian penerimaan secara hokum sangat ditentukan dengan faktur yang telah diterbitkan.

Kepastian munculnya biaya ditentukan dengan penerimaan jasa/barang. Penerapan dasar akrual lebih

mengutamakan laporan yang dihasilkan untuk kepentingan kreditor dan debitor. Oleh karena itu,

organisasi sektor publik akan membuat catatatan yang sangat teliti dari para debitor dan kreditor. Jadi,

system akuntansi yang dibangun dapat dipilah mana yang berorientasi utang dan piutang.

Setiap organisasi publik mempunyai daftar laporan yang jumlahnya mungkin berbeda satu dengan

yang lain karena perbedaan proses kerja organisasi. Namun ada juga persamaan karena alur penerimaan

dan pembayaran terjadi secara konsisten antarorganisasi.

Keunggulan dan Kelemahan Dasar Akrual

1.  Penerimaan dan pengeluaran dalam laporan operasi berhubungan dengan penerimaan dan

pemasukannya, yang berarti dasar akrual memberikan alat ukur atas barang/jasa yang dikosumsi,

diubah, serta diperoleh; sementara dasar kas menyediakan alat ukur atas arus kas masuk dank as

keluar.

2.  Dasar akrual menunjukkan gambaran tentang pendapatan. Perubahan pendapatan Yng diperoleh

menurut dasar akrual dan besarnya biaya historis adalah alat ukur kinerja yang diterima.

3.  Dasar akrual dapat dijadikan alat ukur modal. Secara historis, nilai modal yang diinvestasikan dalam

organisasi public akan berusaha dipertahankan. Gagsan mempertahankan modal ini dapat diartikan

bahwa pendapatan hanya diakui setelah modal dipertahankan seutuhnya.

Dalam dasar akrual, biaya historis sebuah asset merupakan nilai awal. Jika asset tersebut merupakan

modal organisasi, nilai awalnya adalah nilai modal yang disetorkan. Apabila kemudian modal asset

tersebut dijual dengan harga melampaui nilai historisnya, keuntungan akan diakui sebagai pendapatan.

Inilah kelemahan biaya historis. Keuntungan yang didapatkan harus merupakan selisih lebuh nilai jual

dibandingkan nilai pasar asset pada saat itu. Nilai pasar asset saat itu lebih riil digunakan kerena asset

telah disusutkan dan digunakan manfaatnya.

Beberapa masalah aplikasi dasar akrual dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1.  Penetuan pos dan besaran transaksi dicatat dalam jurnal yang dilakukan oleh individu yang bertugas

mencatatnya. Pengaruh subjektivitas individu pencatat transaksi cukup besar.

2.  Relevansi akuntansi akrual menjadi terbatas ketika dikaitkan dengan nilai historis dan inflasi.

Page 49: ASP

3.  Jika dibandingkan dengan dasar kas, penyesuaian akrual membutuhkan prosedur administrasi yang

lebih rumit sehingga lebih mahal.

4.  Peluang terjadinya manipulasi keuangan sulit dikendalikan. Peluang manipulasi ternuka ketika apabila

pengeluaran uang dilakukan tanpa melalui prosedur, terutama untuk pengeluaran uang dibawah

normal.

3.    Akuntansi Dana (Fund Accounting)

Akuntansi dana merupakan salah satu alternatif system akuntansi di sektor publik yang

dikembangkan dari dasar kas dan pengendalian anggaran. Bagi sektor publik, dana kas setor publik cukup

penting dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Besarnya dana kas sangat mempengaruhi

anggaran organisasi, sehingga system akuntansi lebih memprioritaskan pengelolaan dana kas.

Sistem akuntansi dana mengakui transaksi organisasi ketika komitmen sudah disepakati. Ini

berarti transaksi belum diakui ketika kas dibayar atau diterima, atau ketika faktur diterima atau

dikeluarkan, namun lebih awal lagi, yaitu ketika pesanan dikirim atau diterima.

Fungsi dan Permasalahan Akuntansi Dana

Fungsi pertama akuntansi dana adalah sebagai pengendalian anggaran. Dasar pemikirannya

adalah manajer tidak bias mengendalikan laporan bulanan, dan proses menghasilkan laporan tersebur

adalah sejak transaksi terjadi. Peranan manajer sangat menentukan seberapa besar pencairan anggaran

yang telah disepakati. Manajer dapat mengendalikan kesesuaian catatan dengan anggaran yang disepakati.

Akuntansi dana berkonsentrasi pada pesanan yang dikirimkan. Pesanan yang diterima, yang berkaitan

dengan penerimaan tidak akan diperhitungakan sampai faktur dikirimkan. Jadi, masalah pengendalian

anggaran tidak mempengaruhi penerimaan.

Walaupun akuntansi dana dapat mengendalikan anggaran, permasalahan penerapannya pada

laporan keuangan tidak dapat dihindarkan.laporan keunagn mengungkapkan pengeluaran yang didikung

bukti pemesanan. Pembatalan pemesanan secara hukum tidak akan berdampak apa-apa.

Permasalahan akuntansi akrual akan muncul dalam akuntansi dana. Manajer akan mengalami

masalah dengan pengeluaran anggran di bawah target dalam bulan-bulan tertentu, dimana kekurangn

tersebut akan ditutup pada bulan berikutnya. Dalam akuntansi dana manajer dapat mengirimkan pesanan

beberapa hari sebelum akhir tahun untuk memenuhi anggaran. Akuntansi dana  memberikan peluang

kontribusi ke cadangan umum pada akhir tahun dan menjadikan kontribusi itu sebagai pembiayaan.

Jika akuntansi dana yang diterapkan selama periode tertentu, pengubahan menjadi akrual

biasanya dilakukan pada akhir tahun dan penyesuaian akunnya sebagai berikut:

Pesanan yang dikirim                                            xx

Page 50: ASP

Pengeluaran no. 1 a/c                                                  xx

Pengeluaran no. 2 a/c                                                  xx

Page 51: ASP

Pengukuran kinerja Sektor Publik

A.    PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA 

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem

pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor

publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran

kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program

unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik

dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan

keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan biaya

pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka

tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang

diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat

digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat

output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja

tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja

non-finansial.

B. TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1.  Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).

Page 52: ASP

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur

berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta motivasi

untuk mencapai good congruence.

4.  Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif

yang rasional.

C.     MANFAAT PENGUKURAN KINERJA

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1.    Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen

2.    Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3.    Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja

serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.

4.    Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).

5.    Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.

6.    Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7.    Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8.    Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

D.    PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran kinerja

instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh

Page 53: ASP

manajemen. Apabila skema indikator kinerja

sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan

mengembangkan skema baru.

Mengukur kegiatan yang penting,

tidak hanya hasil

Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil

sering diformulasikan dalam rasio keuangan.

Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya

permasalahan. Hasil tersebut tidak akan

menunjukkan diagnosis hasil.

Pengukuran harus mendorong tim

kerja yang akan mencapai tujuan

Pembagian proses pengukuran menciptakan

lingkungan tim kerja yang aktivitasnya diarahkan

pada pencapaian tujuan organisasi.

Pengukuran harus merupakan

perangkat yang terintegrasi,

seimbang dalam penerapannya

Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan

sebagai perangkat terintegrasi yang diperoleh dari

strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan

berusaha meminimalkan biaya, meningkatkan

kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan produksi

dan menciptakan pengembalian investasi yang

wajar.

Pengukuran harus memiliki fokus

eksternal jika memungkinkan

Ukuran internal yang umum dipakai dalam

sebuah organisasi perbandingan kinerja dari tahun

ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat

dilakukan ke tingkatan mikro: divisi, departemen,

kelompok, bahkan individu.

E.     SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Skala Nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena denga skala

ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda

dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan berdasarkan

Page 54: ASP

tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi

tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.

b. Skala Ordinal. Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena

selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek

dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu

bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya.

Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada

golongan yang lain.

c. Skala Interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga jarak

antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat

diketahui.

d. Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai ciri-ciri

yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang

berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka

gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

F.      SIKLUS PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategi, yang

berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional san

kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan strategi.

Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim

yang diproses.

3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama,

meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur

kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran

yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil (outcomes)

dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas

indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).

Page 55: ASP

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja tersedian secara

efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk

memotivasi tindakan dalam organisasi.

G.    INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA

Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut

dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran

yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

1.      Varians pendapatan (revenue varians) adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva

atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

2.      Varians pengeluaran (expenditure variance)

Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk  membiayai kegiatan-kegiatan

yang sifatnya  lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda

pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun

anggaran dan akan menambah aset atau kekayaanpemerintah, dan selanjutnya akan menambah

anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber penyebab

terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.

Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen.

Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi

dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja

organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial.  Balanced Scorecard dinilai cocok

untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek

kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor

Page 56: ASP

publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang

cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode ini

melibatkan empat aspek, antara lain :

1. Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan

ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek

keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan

perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus

kehidupan bisnis, yaitu:

Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki

potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan

suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan

sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta

membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi

dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba

mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.

Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi

ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan

kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

2. Perspektif  kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan

kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset

pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh

sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang

yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.

Page 57: ASP

Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat

mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui

besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.

Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu

unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur

dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.

Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat

kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value

proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:

Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan

harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan

pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga

kualitas seperti yang dijanjikan.

3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu kritikal

proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong

terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan

Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada

efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.

Page 58: ASP

Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran terhadap

pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses

bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus

mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan

karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula

kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan

perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong

dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

  Perspektif/Faktor yang Dinilai  Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel kunci

adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan

organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

1)     Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

2)     Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat

3)     Perubahannya tidak dapat diprediksi

4)     Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

5)     Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran

antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan

tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat

dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci

Page 59: ASP

Rumah Sakit dan

hotel

Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah

total kamar yang tersedia)

Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari

Perusahaan Listrik

Negara

KWH yang terjual

Perusahaan

Telekomunikasi

Jumlah pulsa yang terjual

Perusahaan Air

Minum

Jumlah debit air yang terjual

DLLAJ Jumlah alat angkutan umum

Paid seats/capacity seats

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki

Panjang jalan yang disapu/dibersihkan

Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas

Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam

Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Page 60: ASP

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang perlu

diperhatikan:

a.     Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera. Hal yang perlu

dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu

mengharap pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja

akan dilakukan.

b.    Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)

c.    Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan suatu

cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.

d.   Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

Organisasi harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya, visi,

tujuan, dan struktur organisasi.

H.    PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan

indikator kinerja kunci (key performance indicator).

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja

organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika variabel-variabel kunci

finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja

kunci baik yang bersifat  finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit

bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

a.  Biaya pelayanan (cost of service). Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya

biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya

per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karenaoutput yang

Page 61: ASP

dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan.

Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per kapita.

b. Penggunaan (utilization). Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang

ditawarkan (supply of service)dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus

mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau

presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah

penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi

operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

c.   Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards). Indikator ini merupakan indikator yang paling

sulit diukur karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan

jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

d.  Cakupan pelayanan (coverage). Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau

peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan

minimal yang telah ditetapkan.

e.   Kepuasan (satisfaction). Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.

Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment)dapat juga

digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi

misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit

kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja

Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk

Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang

masuk

Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang

Page 62: ASP

masuk

Penggunaan fasilitas

Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit

Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun

Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk

kembali

Proporsi tingkat hunian

Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total

penduduk untuk wilayah tertentu

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan

Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan

Kondisi jalan

Keamanan jalan (road safety)

Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang

terdeteksi/tercatat

% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas

% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total

pengaduan masyarakat yang masuk

DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk

Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun

Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun

% Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

Page 63: ASP

I.       INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik

menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :

a.    Sederhana dan mudah dipahami,

b.   Dapat diukur,

c.    Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,

d.   Diakitkan dengan standar atau target kinerja,

e.    Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,

f.    Dikaji secara teratur.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga

elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Value for money merupakan inti dari pengukuran

kinerja pada organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam

melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak

selalu berupa output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur

kinerja pemerintah maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.

Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :

1)   Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan

bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan

menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi,

kewenangan serta tanggungjawab.

2)   Spesifikasi dan standarisasi. Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan

menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis

tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.

Page 64: ASP

3)   Kompetensi teknis dan profesionalisme. Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis

dan standarisasi yang ditetapkan maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan

professional dalam bekerja.

4)   Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian

penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme

pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran

kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).

5)   Mekanisme sumber daya manusia. Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk

memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

a.      Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b.      Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

c.      Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial

d.      Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan

e.      Untuk menunjukkan standar kinerja

f.      Untuk menunjukkan efektivitas

g.     Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk

mencapai target sasaran

h.     Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan

penghematan biaya.

J.       PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Kriteria pokok manajemen publik  didasari atas : ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan

akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban atas

pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya,

efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai

tujuan atau sasaran.

Page 65: ASP

Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif  digunakanlah indikator

kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.

K.    PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY

Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk

pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya

(ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator kinerja harus dapat

dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan membantu pemerintah dalam proses

pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.

a.       Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan maukan (cost of input). Dengan kata lain, ekonomi

adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas teretentu pada harga

terbaik yang dimungkinkan (spending less).

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran efisiensi dilakukan

dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilakn terhadap input yang

diguakan (cosh of output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya

(Spending well).

Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).

Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan (spending wisely).

Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas masukan (input),

efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektifitas membahas mengenai keluaran

(output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat digambarkan sebagai berikut:

b.      Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena disatu pihak

mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan

tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak

dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka program tersebut

dikatakan cost-effectivenness.

Page 66: ASP

L.      LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan merupakan

ukuran relatif.

Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative, karena

efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat

dilakukan dengan cara:

Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.

Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.

Pengukuran Efektifitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan

efektif.

Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi

nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya

terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan

(Smith, 1996)

Estimasi Indikator Kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan :

a.    Kinerja tahun lalu

Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi

unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu terdapat time lag antara

aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul

pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.

Page 67: ASP

b.    Expert Judgement

Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini

menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert

judgrment digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu dari segi biaya juga tidak terlalu

mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para pengambil

keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut

mengalami peningkatan kinerja.

c.    Trend

Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian

kinerja unit kerja.

d.   Regresi

Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu

mempengaruhi variabel dependen.

Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja

Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah

memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis

kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber

daya input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.

Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi manfaat.  Output yang

diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap tujuan

program. Hal ini disebut dengan outcomeprogram.

Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program yang dapat

dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran

kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu banyak perhatian

terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer dan

pengambilan keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input

Page 68: ASP

Input Mahasiswa -       Latar belakang sosial ekonomi

-       Latar belakang budaya

Sumber Daya -       Jumlah dosen

-       Fasilitas

Indikator Proses

Staf -       Kualitas dosen

-       Tingkat perpindahan dosen

Perkuliahan -       Frekuensi temu kelas dan konsultasi

-       Rasio dosen

Kurikulum -       Mata kuliah utama

-       Mata kuliah pilihan

Daya Dukung Pendidikan -       Forum-forum ilmiah

-       Saran olahraga

Organisasi -       Manajemen perguruan tinggi

-       Organisasi mahasiswa

Mutually -       Tingkat ekspektasi dosen

-       Tingkat tanggung jawab mahasiswa

Indikator Output

Mahsiswa -       Sikap dan perilaku masasiswa

-       Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran

Dosen -       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran

Page 69: ASP

-       Keterlambatan

Page 70: ASP

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau

persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah menurut PBB dalam bukunya A Manual for

Government Accounting, antara lain disebutkan bahwa:

1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.

2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditabel

(artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).

3. Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan

untuk penyusunan rencana/program dan evaluasi pelaksanaan secara fisik dan keuangan.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang mengolah semua

transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan

informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan,

baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai

tingkat manajemen pada pemerintah pusat.

A.    PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

            Modernisasi akuntansi keuangan di sektor pemerintah dimulai tahun 1982. Studi ini dilakukan

sebagai upaya untuk meningkatkan akuntabilitas keunagan negara oleh Badan Akuntansi Negara

(BAKUN), yang merupakan unit eselon 1 Departemen Keuangan, melalui Proyek Penyempurnaan Sistem

Akuntansi dan Pengembangan Akuntansi (PPSAPA) dengan bantuan pembiayaan dari Bank Dunia. latar

belakang proyek ini bermula dari kondisi sistem akuntansi dan pencatatan yang masih menggunakan

single entry, sehingga terdapat beberapa kelemahan yaitu:

1. Proses penyusunan lambat karena disusun dari sub sistem yang terpisah-pisah dan

tidak terpadu

Page 71: ASP

2. Sistem single entry tidak lagi memadai menampung kompleksitas transaksi keuangan

pemerintah

3. Sulit dilakukan rekonsiliasi4.      Tidak mendasarkan pada Standar akuntansi Keuangan

Pemerintah   .Tidak dapat menghasilkan neraca pemerintah

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tentang Sistem

Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah dikembangkan dan diimplementasikan

secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan mulai tahun anggaran 1993/1994, dan diikuti dengan

tahap-tahap berikutnya, dan yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi  SAPP telah mencakup

seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi.

            Walaupun target jangka waktu bagi penerapan sistem ini adalah empat tahun, dimulai untuk

Anggaran 1993/1994, hingga tahun 2001 belum ada departemen/non-departemen yang menerapkan SAPP

secara penuh. Rendahnya penerapan sistem ini pada tingkat daerah disebabkan, antara lain oleh

kurangnya sosialisasi yang terencana, kurangnya sumber daya manussia, resistensi dari pengguna sistem

terhadap perubahan, kurang koordinasi antarlembaga terkait, hingga UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintah Daerah dan UU Nomor  25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat

dan Daerah, yang memberikan keleluasaan daerah untuk mengelola keuangannya. Belum adanya Standar

Akuntansi Pemerintah untuk menyamakan persepai para penyusun neraca juga menjadi kendala bagi

penerapannya, sehingga penyusunan neraca pusat dan proses konsolidasi dengan pemerintah pusat belum

dapat dilakukan.

      Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pernerintah dalam rangka

pengembangan sistem akuntansi pernerintah pusat. Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini Menteri

Keuangan mengeluarkan Peraturan No 59/PMK.06/2005 tcntang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang Nomor

l Tahun 2004; tentang Perbendaharaan Negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

berwenang menetapkan sistem akutansi dan pelaporan keuangan negara sehingga perlu menetapkan

Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pusat.

      Penerapan Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit organisasi

pemerintah pusat yang keuangannya dikelola langsung oleh pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi

Negara (MPR), lembaga tinggi negara (DPR, DPA, MA), departemen atau lembaga

nondepartemen, Sedangkan SAPP tidak diterapkan untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD bank

pemerintah, dan lembaga keuangan milik pemerintah .     

Page 72: ASP

Ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:

1.   Sistem yang terpadu;

2.   Akuntansi Anggaran;

3.   Sistem tata buku berpasangan;

4.   Basis kas untuk pendapatan dan belanja;

5.   Standar dan prinsip akuntansi;

6.   Desentralisasi pelaksanaan akuntansi;

7.   Perkiraan standar yang seragam.

1.   Sistem yang terpadu

Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruh Pernerintah Pusat merupakan

kesatuan akuntansi dan ekonomi tunggal. Presiden sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan

yang bertugas menelaah dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasar kesatuan tunggal maka

sistem akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan terpadu, yang terdiri dari berbagai

subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan bagian yang integral dari sistem yang

menyeluruh.

Pembagian Fungsi

     UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaraan Negara pasal 51 :

Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan

ekuitas dana, termasuk pembiayaan dan perhitungannya  -> (SA-BUN)

Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja  -> (SAI)

Akuntansi digunakan untuk menyusun LKPP sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

Page 73: ASP

2.   Akuntansi anggaran

Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara digunakan sebagai landasan operasional

keuangan tahunan Pemerintah dan dengan disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan anggaran

dapat dilaksanakan. Untuk itu diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya.

dengan demikian pertanggung.jawaban dapat cepat serta mudah dalam hal pengawasannya.

3.   Sistem tata buku berpasangan

4.   Basis kas untuk pendapatan dan belanja

Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendarahaan Indonesia dan Keppres

Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

5.   Standar dan prinsip akuntansi

Standar dan prinsip akuntansi adalah norma atau aturan dalam praktek yang dapat diterima oleh profesi,

dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang berkcpentingan dengan laporan keuangan.

6.   Desentralisasi pelaksanaan akuntansi

Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan dimulai pada sumber

data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di

tingkat wilayah maupun tingkat pusat.

7.   Perkiraan standar yang seragam

Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional anggaran dan

pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran

dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama, serta meningkatkan kemampuan sistem

akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu

Page 74: ASP

dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam

UU-APBN dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data

laporan keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.

Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pernerintah Pusat.

SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang mengha -

silkan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas Umum Negara dan

Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan

oleh kementerian negara/ Icmhaga.

B.     KERANGKA UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut

diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah

direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,

surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.

b. Neraca Pemerintah

Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN (Sistem

Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pusat

berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu.

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil

Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu

yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan

non anggaran

Page 75: ASP

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang

memadai.

DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

o UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

o UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

o PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

o PMK No.196/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain pada Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan

o PMK No.191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah

o PMK No.230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah

o PMK No.233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry memiliki dasar hukum

sebagai berikut:

1.   Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran.

2.   Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991 tentang Sistem

Akuntansi Pemerintah.

3.   Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)

4.   Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan Daftar Perkiraan Sistem

Akuntansi Pemerintah

C.    TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

      Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam hal

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan

Page 76: ASP

kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah dan sebagai upaya untuk

mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh

aparat pengawasan fungsional secara efektif clan efisien.

      Di samping itu, SAPP juga dirancang untuk mendukung transparansi Laporan Keuangan

Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai pemerintahan yang baik, yang

meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi. Akuntabilitas yang dimaksud adalah

meningkatkan kualitas akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran.

Dalam hal manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan,

pengambilan keputusan dan penilaian kinerja pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah

memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan

pemerintahan yang baik.

D.   KLASIFIKASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Sistem akuntansi pemerintah pusat terdiri dari :

a.       Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan ( Ditjen PBN) dan

terdiri dari:

1) SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca

Kas Umum Negara (KUN). Pada tingkat wilayah, kedua subsistem di atas dilaksanakan oieh

Kanwil Dit perbendaharaan dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.

2) SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.

Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporan keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh

unit-unit Ditjen PBN yang terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

2. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN);

3. Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.

b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Kementerian

negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa

Page 77: ASP

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi keuangan

(SAK)danunitakuntansibarang(SABMN).Unit akuntansi keuangan terdiri dari:

1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA).  Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang

selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat Kementerian

Negara/ Lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan,

baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Eselon1 (UAPPA-E1).Unit Akuntansi

Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPA-E1, adalah

unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan

maupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang

langsung berada di bawahnya.

3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W).Unit Akuntansi

Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPA-W, adalah

unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan

maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayah kerjanya.

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).  Unit Akuntansi Kuasa Pengguna

Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi clan pelaporan

tingkat satuan kerja.

Unit akuntansi barang terdiri dari:

1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB). Unit Akuntansi Pengguna Barang adalah unit

akuntansi BMN pada tingkat kementrian/lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan

laporan BMN dari UAPPB-E1 yang penanggung jawabnya adalah Menteri/Pirnpinan Lembaga.

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1). Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Barang Eselon I adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon1 yang melakukan

kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di

bawahnya yang penanggung jawabnnya adalah pejabat Eselon I

3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W). Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Barang Wilayah adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan

sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan penggabungan BMN dari UAKPB. penanggung

jawabnya adatah Kepala Kantor Kepala unit kerja. ditetapkan sebagai UAPPB-W.

Page 78: ASP

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang,

yang selanjutnya disebut satuan kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang

menggunakan BMN.

c. Jenis-jenis Laporan Keuangan. Laporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan dari proses

komputerisasi SAPP adalah

 

Page 79: ASP

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Dalam rangka percepatan reformasi manajemen keuangan Daerah, Deputi Pengawasan Bidang

Penyelenggaraan Keuangan Daerah  telah menghasilkan produk-produk yang dapat menjadi bahan acuan

atau referensi bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi manajemen keuangan daerahnya.

Produk-produk tersebut sebagai berikut :

1. Pedoman Pengembangan SAKD/SIMDA/Neraca Awal

2. Pedoman Modul SAP

3. Pedoman Asistensi Manajemen Aset Daerah

4. Pedoman Asistensi Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah

5. Pedoman Asistensi Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah

6. Pedoman Manajemen Keuangan Publik

7. Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (GG) pada Pemda

8. Pedoman Sistem Pengendalian Intern Pemda

9. Aplikasi Modul SAP dan SIMDA

10. Pedoman Evaluasi Juknis LAKIP

11. Modul Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ,Daerah dan UU Nomor 25

Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan aturan

pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah maka terhitung tahun anggaran 2001, telah terjadi pembaharuan di dalam

manajemen keuangan daerah. Dengan adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas

untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat.

Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber

keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di

daerah.

Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintah

daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah

dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada

Page 80: ASP

hakikatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan,

baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah membagikan dana

perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,

Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan pcrubahan

yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada

pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum bergulirnya otonomi daerah,

pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya

herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan

untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang

diberlakukan sejak tahun 1981.

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, pernerintah daerah memiliki

kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk

Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah

dalarn membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.

Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus dibuat oleh

Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas

dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1

Januari 2001, sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi

pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di dalam membangun

sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun

2005.

PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI KEUAN DAERAH

Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah daerah dan untuk

dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem akuntansi keuangan pemerintahan

yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun yang lalu didasarkan Undang-Undang

Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk

menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban keuangan daerah,

sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota

yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi

mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan

Page 81: ASP

arus kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi

keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.

Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan

tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:

Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah. atau

dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga manajemen atau

publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya kenaikan atau

penurunan kas daerah.

Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk menyusun laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner'ja sesuai tuntutan masyarakat

Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau

dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang dikehendaki ketentuan

perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan dihentuknya "Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat

dan Daerah". Komite ini bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi

Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi (Departemen

Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan kalangan akademisi.

Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat clan Daerah, isu mcngenai siapa yang

berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah pusat dan pemerintah daerah sudah

dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerin-

tahan yang dihasilkan oleh Komite Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan

Peraturan Petnerintah. Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite ini diharapkan

dapat memayungi praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah saat ini dan

untuk masa yang akan datang.

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui Sistem Akuntansi dan

Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan penting yang secara koinsidental terjadi

adalah reformasi di bidang keuangan negara. Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan

UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini

Page 82: ASP

telah ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan

hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang

Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-

Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.

Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari sebagaimana

terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut di atas.Penyajian laporan

pertanggungjawaban keuangan antara lain hcrisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaranaran dan

Laporan Arus Kas

Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari permasalahan

teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah

teoritis, sistem dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas

pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya

menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses pe       nyusunananggaran,

perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta          penerapan standar akuntansi;

2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan dana,

prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan

3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam

perhitungannya.

Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang secara khusus

ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah  yang mengatur bahwa APBD disusun berdasarkan

kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat dievaluasi atau diukur.

Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula melengkapi manajemen

pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa

Pertanggungjawaban Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap daerah

wajib menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya memerlukan pengesahan oleh

DPRD.

E. KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH

Page 83: ASP

Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas, manajerial, clan

transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan

sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik. Manajerial berarti

menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan

pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, utang, dan ekuitas dana.

Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan

yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan pertanggungjawaban

merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan pemerintah. Laporan

pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan

arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat di -

kembangkan untuk tujuan khusus.

ASAS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH

1. Dasar Kas

Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui pada saat

dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.

2. Asas Universalitas

Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran belanja

merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat

membebani APBD.

3. Asas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan Daerah

memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya

harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh, dan

belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.

4. Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan keseluruhan

penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang

dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk

membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari Dana Umum.

Page 84: ASP

ENTITAS

Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge), perlu

ditetapkan entitas untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat

pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa

setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan

peraturan.

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada pengertian bahwa

pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah

daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mcndekati gambaran suatu fungsi pemerintah

daerah.

KODE REKENING

Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi pengumpulan data,

pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan pemcrintah. Kode perkiraan seragam dan

konsisten mutlak diperlukan sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan

konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Mengingat bahwa Indonesia merupakan

negara kesatuan berarti bahwa daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negara kesatuan

Republik Indonesia, maka dalam era otononipun tetap diperlukan informasi keuangan per wilayah

ataupun secara nasional untuk analisis fiskal maupun ekonomi makro. Konsekuensi dari tuntutan

kebutuhan tersebut adalah diperlukannya harmonisasi praktek akuntansi antara pemerintah pusat

dan daerah. Hal ini diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah

pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem akuniansinya.

Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan pemerintah daerah atau

pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya juga diperlukan untuk menyelaraskan

akuntansi keuangan pemerintah dengan sistem statistik keuangan Internasional, sebagaimana

diusulkan oleh International Monetary Funddalam konsep Government Finance Statistk (GFS).

Satu hal yang mendasar dari klasifikasi menurut GFS adalah bahwa klasifikasi tersebut harus dapat

mengakomodasi pengukuran kinerja pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selan berdasarkan sistem

anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaar (MAP), mata anggaran pengeluaran (MAK),

maka seluruh aktivitas keuangan pemerintah daerah harus dapat dirinci berdasarkan organisasi,

fungsi dan klasifikasi ekonomi.

Page 85: ASP

Akuntansi Organisasi Nirlaba

A. ORGANISASI NIRLABA

      Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1.    Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran

kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2.    Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas

menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik

entitas tersebut.

3.    Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan

dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan

tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau

pembubaran entitas.

Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan entitas

nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh

pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi

nirlaba.

Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat penyampaian

pertanggungjawaban pengurus.

Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara dengan karyawan

profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan masa depan. Bagi mereka

akuntansi berguna untuk menginformasikan kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.

Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk mencapai

suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan aspirasinya.  Maka laporan

keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna memberikan gambaran, apakah visi misi

tersebut direalisasikan.

Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk memperoleh

manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil

diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil yang diraih

yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.

Page 86: ASP

Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-undang, serta

diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional

serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada

pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan

secara seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu.

Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan informasi

kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang akan datang dan pihak-

pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam pengalokasian sumber daya

kepada entitas nirlaba.

B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA

       Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun standar

untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan

pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun memiliki

kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba

nonpemerintah, sementara US Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar

akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.  Organisasi penyusun

standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi

Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda. Entitas

pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat

tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan

pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee

(PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standard(IPSAS). Istilah

public sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya negara bagian, daerah

otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah

terkait (misalnya perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar

akuntansi sektor publik nonpemerintah.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atasjenis

kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba.

Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena

menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari

laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya

Page 87: ASP

organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus

karena aliran kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama

memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun

organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.

Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan pengabdiannya dan

memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para

pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi

pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah

tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas

komersial.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal  dan bentuk kegiatan .

Contoh entitas legal adalah:

1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN Persero;

entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;

2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya yayasan,

partai politik, lembaga swadaya masyarakat

Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/bidang usaha tidak

disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan

museum swasta mungkin nirlaha atau komersial.

C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting Standards

Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4)

mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial

reporting by nonbusiness organizations).Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4

tersebut adalah:

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat

bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam

pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.

Page 88: ASP

2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta

pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi

nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta

pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas

pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.

4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan bersih

organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah sumber

daya dan kepentingan sumber daya tersebut.

5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara

periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis

serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat

menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau

sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.

7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi

keuangan yang diberikan.

D.      PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) Nomor 45

PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi  nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik

entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang

bukan pemilik entitas dan tak berharap akanhasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang diberikan

kepada publik, walaupun pendapatannya  tidak dimaksud untuk memperoleh laba. Dengan demikian,

entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan

keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana

pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca),

pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan Laporan Aktivitas.

Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang pendapatan investasi

disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi tercapainya program amat penting

dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat

Page 89: ASP

jasa utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen

keuangan di mata para donatur.

Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipaparkan dalam Catatan Atas

Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam laporan keuangan nirlaba

setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.

F. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT

Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi zakat yang

bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat

dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparansinya terjamin. Apalagi sampai saat

ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai

pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng audit.

Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan memudahkan

pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi organisasi pengelola zakat.

Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas organisasi

pengelola zakat.

Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit

terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan auditor tidak

mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau melakukan pemeriksaan

terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi pengelola zakat memiliki acuan yang

beragam dalam membuat laporan keuangannya.

Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan bagi

pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang sama akan melahirkan

tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian bisa dipastikan kinerja

antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnya dalam peng himpunan, pengelolaan

dan penyaluran dana.

Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan tanggapan dan

masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun

maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada.

Selanjutnya, sebelum draf ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada

dua reviewyang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.

Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang dite tapkan oleh IAI yang

tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas, organisasi zakat

Page 90: ASP

dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba.

Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat harus

membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Pernyataan atas

Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu

laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan, karena dalam lampiran

PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya

untuk komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan

organisasi zakat.

G.    ORGANISASI NIRLABA 2: ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI (UNIVERSITAS)

Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal keuangan,

seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan. Pengelolaan dana

universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya diaudit oleh kantor akuntan publik yang

ditunjuk yayasan. Pada akhirnya, pertanggungjawahan rektor kepada yayasan khususnya dalam hal

pengelolaan keuangan harus dilakukan setiap tahun.

1.     Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas

Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan penge lolaan keuangan dan

pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sistem akuntansi suatu

perguruan tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan keuangan suatu universitas di

Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan, pihak universitas mencoba untuk melakukan

standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.

2.      Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas

Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan.Keuangan

universitas bersumber pada:

a. Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang diperoleh dari

mahasiswa;

b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi

c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam negeri maupun luar

negeri yang tidak mengikat

d. Hasil usaha yayasan

Page 91: ASP

Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai dengan 31 Agustus tahun

berikutnya. Setiap tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan dan persetujuan senat universitas, mengajukan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas kepada yayasan guna mendapat persetujuan dan

pengesahan.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi panduan dan

acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap pertengahan tahun anggaran,

rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan yayasan dapat melakukan perubahan/revisi

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan

setelah berakhirnya setiap tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah mendapat

pertimbangan senat universitas.

3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas

Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba seperti yang telah distandarkan

dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:

a. Laporan Posisi Keuangan

Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan tingkat likuiditas dari

yang paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang paling tidak likuid yaitu Aktiva Tetap.

Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan sesuai dengan

urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat

permanen.

b. laporan Aktivitas

Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber akadcmik dan nonakademik. Sisi

pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode akuntansi yang terdiri dari pengeluaran

akademik dan nonakademik. Perbedaan pendapatan dan pengeluaran merupakan perubahan aktivita bersih pada periode

tersebut.

c. Laporan Arus Kas

Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar untuk operasional

universitas.Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus Kas investasi menyajikan Arus Kas

keluar untuk investasi (pembelian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas pendanaan menyajikan Arus Kas aktivitas

pendanaan (sumbangan dsb.).

Page 92: ASP

4.   Kebijakan Akuntansi Universitas

Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan universitas dalam

menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga perolehan. Periode laporan dari

tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun Anggaran Universitas. Laporan

Keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas bersama

dengan Catatan Atas Laporan Keuangan yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.

Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.

Laporan arus kas disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik, nonakademik, investasi, dan pendanaan dengan

menggunakan metodelangsung.

b. Transaksi dalam Mata Uang Asing

Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut sistem kurs tengah Bank Indonesia.

Pengakuan transaksi dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan menggunakan kurs yang

berlaku pada saat transaksi terjadi.

Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar

dari kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan. Selisih lebih atau kurang yang timbul dari

transaksi sepanjang tahun atas penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sehagai

pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

c. Investasi Jangka Pendek

Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang yang didepositokan. Bunga yang

diperoleh dari deposito diakui sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

d. Piutang Akademik dan Nonakademik.

Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapai direalisasikan Penghapusan piutang

yang tak tertagih dilakukan setelah memperoleh kepastian bahwa piutang tersebut tidak akan dapat ditagih lagi dan

diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik lainnya dalam laporan aktivitas.

e. Perlengkapan

Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan dalam kegiatan akademik dan nonakademik.

Perlengkapan yang dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas alat tulis kantor dan bahan

praktikum dinilai dengan harga perolehan. Perlengkapan yang dipergunakan untuk kegiatan nonakademik diakui

Page 93: ASP

sebagai pengeluaran administrasi dan umum pada laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk ke-

giatan akademik dihitung dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.

Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan penyesusaian pada akhir tahun.

Penyisihan atas perlengkapan usang dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per jenis perlengkapan dari

pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan

aktivitas.

f. Aktiva Terikat untuk Investasi

Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk akuisisi aktiva (cash restriced for assets

acquisition).

g. Aktiva Tetap

Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva

tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang

masa manfaat ekonomis dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja

dikapitalisasi pada aktiva yang bersangkutan.

Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai sebesar harga pasar wajar pada saat tanggal

transaksi. Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang masa

manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk tanah seluruh aktiva

tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis dengan metode garis lurus dengan tarif sebagai berikut:

Masa ManfaatTarif  per Tahun

- per

Bangunan 20 tahun 5%

Taman 10 tahun 10%

Instalasi 5 tahun 20%

Kendaraan 5 tahun 20%

Peralatan 4 tahun 25%

Perabot 4 tahun 25%

Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran administrasi dan

umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.

Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya sebelum masa

manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku. Selisih kurang yang timbul dari

pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

Page 94: ASP

h. Aktiva dalam Penyelesaian

Merupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih dalam tahap pembangunan.

Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui Uang Sumbangan Pendidikan

(USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.

Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah selesai dibangun dan

diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas, dipindahkan sebagai aktiva tetap dan mulai

diperhitungkan penyusutannya.

i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)

HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas pruduk-pruduk

yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas yang diatasnamakan

Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya dan diamortasikan secara periodik selama jangka waktu

berlakunya HaKI atau selama-lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.

HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut. Amortasi aktiva diakui

sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum (nonakademik) pada lapor-an

aktivitas.

j. Jaminan Kepada Pihak Ketiga

Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen Dikti untuk pendirian program studi

baru dan akan dinetralisir apabila jaminan diterima kembali. Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan

dihapuskan dari laporan keuangan saat berakhirnya masa jaminan tersebut.

k. Jaminan yang Diterima

Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan dikembalikan kepada

mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengembalian toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan

yang diterima pada tanggal transaksi.

l. Perpajakan

Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak No.

KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana Pembangunan

Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang Bergerak di Bidang

Pendidikan.

Page 95: ASP

Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji karyawan tetap

dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan dilakukan penyetoran ke Kas

Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah

pajak yang telah dibayar pada periode kini dan sebelumnya.

m. Utang kepada Lembaga Keuangan

Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Universitas.

Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

n. Tunjangan Hari Tua.

Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan untuk tunjangan hari tua yang belum

direalisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban dicatat pada setiap akhir

bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari pembayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah

pensiun diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan Arus Kas.

o. Aktiva Bersih

Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh sumber daya yang tersedia dan

dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi tanpa terikat atau terikat sementara maupun

permanen.

Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfaatannya tidak dibatasi

oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor. Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva

terhabap kewajiban yang pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari

pihak donor. Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfatannya

dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.

p. Pendapatan

Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau

penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan diklasifikasikan

sebagai pendapatan akademik dan nonakademik. Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari

aktivitas tridharma perguman tinggi.

Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik. Pendapatan

akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat realisasi jasa. Sedangkan pendapatan

yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat penerimaan sumbangan dan hibah. Pendapatan

Page 96: ASP

nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesuai

nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.

q. Pengeluaran

Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan

kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan sebagai pengeluaran aka-

demik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas

akademik. Pengeluaran nonakademik adalah pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.

Page 97: ASP

Akuntansi LSM

Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik nasional maupun internasional,

fundraising lembaga atau masyarakat. Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar

negeri diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu,usaha untuk

meningkatkan penerimaan dana dari masyarakat harus di dasarkan pada pola prinsip untuk tidak mencari

keuntungan.

SISTEM AKUNTANSI PADA LSM

A. PSAK NO. 45 TENTANG STANDAR AKUNTANSI UNTUK ENTITAS NIRLABA

Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggungjawaban keuangan terhadap segala aktivitas

pada semua organisasi LSM adalah PSAK No. 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba.

Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Dimana perbedaan utama yang

mendasar adalah cara organisasi itu memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk melakukan

berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi itu memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para

penyumbang lainnya. Jadi dalam organisasi nirlaba, transaksi yang jarang atau tidak akan pernah terjadi

dalam organisasi bisnis manapun akan muncul. Namun, dalam praktek orgabisasi nirlaba, berbagai bentuk

sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.

Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai

kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atau jasa yang diberikan

kepada publik. Akibatnya, pengkuran jumlah, saat kepastian arus kas masuk menjadi ukuran kinerja

penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut.

Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini LSM, memiliki kepentingan bersama

yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:

1. Jasa yang diberikan oleh LSM dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.

2. Cara pengelolah pelaksaan dan pertanggungjawabannya.

3. Aspek kinerja pengelolah.

Page 98: ASP

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasinya melalui laporan keuangan yang

menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di

antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat

maupun yang tidak terikat penggunanya. Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya

mengelolah sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan

aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi melalui perubahan yang

terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan

organisasi nirlaba, yang dalam ini adalah organisasi LSM. Denga adanya standar pelaporan, laporan

keuangan organisasi tersebut diharapkan dapat lebih muda dipahami, memiliki relevansi dan memiliki

daya banding yang tinggi.

Metode pencatatan akrual

Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan, disamping untuk menunjukan akuntabilitas suatu organisasi terhadap sumber daya terpecaya

dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya

keuangan.

2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM menadai aktivitasnya dan memenuhi

persyratan kasnya.

3. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM untuk

menandai aktivitasnya dana untuk memenuhi kewajiban secara komitmennya.

4. Menyediakan informasi mengenai kondisi  keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan di

dalamnya.

5. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja organisasi LSM

dari segi biaya jasa, efisiensi dan pencapaian tujuan.

Laporan keuangan LSM juga memainkan peranan preduktif dan prospektif yang menyediakan informasi

yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang disyaratkan untuk operasi berkelanjutan,

sumber daya yang dapat dihasilkan oleh operasi berkelanjutan, dan resiko berasosiasi serta

ketidakpastian.

Page 99: ASP

Laporan keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada pemakainya , seperti:

1. Menidentifikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan digunakan sesuai dengan anggaran

yang ditetapkan.

2. Mengidentifikasi apakah sumber daya telah didapatkan dana digunakan sesuai dengan persyaratan,

termasuk data keuangan yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di masing-masing LSM. 

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan LSM harus disusunatas dasar akrual. Dengan dasar ini

pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas atau secara kas

diterima atau dibayar) serta dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan

periode bersangkutan. Laporan keuangan LSM yang disusun atas dasar akrual akan memberikan

informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran

kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.

Oleh karena itu, laporan keuangan LSM menyediakan jenis transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya

yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan Keuangan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan usaha organisasi LSM dan dalam

melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, organisasi ini diasusikan tidak bermaksud atau

berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala pelayanannya.

Laporan keuangan yang dihasilkan

Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan,

laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.

Laporan Posisi Keuangan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan

aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.

Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam

laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak-

pihak lain yang menilai:

Page 100: ASP

1. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan,

2. Likuiditas, Fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan

pendanaan eksternal

Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan toyal aktiva,

kewajiban, dan aktiva bersih.

Laporan posisi keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibitas keuangan,

dan hubungan antara aktiva serta kewajiban. Informasi tersebut, pada umumnya disajikan dengan

mencatumkan aktiva yang memiliki karakteristik yang serupa dalam suatu kelompok yang relative

homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing unsur aktiva dalam kelompok yang

homogen; misalnya:

1. Kas dan setara kas

2. Piutang anggota atau oenerima jasa lainnya

3. Persediaan

4. Sewa, asuransi dan jasa lainnya yang dibayar dimuka.

5. Surat bergharga/efek dan investasi jangka panjang

6. Tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang

dan jasa.

Informasi tentang likuiditas diberikan dengan cara:

1. Menyajikan aktiva berdasarjan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo.

2. Mengelompokan aktiva ke dalam lancer dan tidak lancer serta kewajiban ke dalam jangka pendek

dan jangka panjang.

3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk

pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan keuangan.

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada

atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan

tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan

dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan, atau dalam  catatan dalam laporan

keuangan.

Page 101: ASP

Pembatasan permanen terhadap : (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk

tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang disumbangkan untuk investasi

yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsure terpisah dalam

kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen, atau disajikan dalam catatan atas

laporan keuangan. Pembatasan permanen atas kelompok ke dua tersebut berasal dari Hibah atau wakaf

dan warisan yang menjadi dana abadi.

Pembatasan temporer terhadap: (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk

jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu di masa depan, atau (4) perolehan aktiva

tetap, dsapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi

secara temporer, atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh

penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan atau keduanya.

Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan barang, sumbangan, dan

dividen, atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap

penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan

organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok,

kreditor, serta pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan

tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Laporan aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:

1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih.

2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.

3. Bagaimana sumber daya digunakan dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Perubahan kelompok aktiva bersih

1. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer

dan tidak terikat selama satu periode.

Page 102: ASP

2. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali

penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih

tidak terikat.

3. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat

temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.

4. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerrugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain

(kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika

penggunaannya dibatasi.

5. Klasifikasi pendapatanm, beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak

mengatur peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.

 

Laporan arus kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas

selama suatu priode.

Klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas.

Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini:

1. Aktivitas pendanaan.

A. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.

B. Penerimaan kas dari sumbangan dan pengembalian investasi yang penggunaannya dibatasi

untuk perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana

abadi.

C. Bunga dan deviden yang dibartasi oleh pengguna untuk jangka panajang.

2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa

bangunan atau aktiva investasi.

1. Aktifitas investasi.

Meliputi pemberian dan penagiahan pinjaman, pembelian atau pewakafan tanah, gedung, dan peralatanny,

yakni aktiva yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan bagi masyarakat.

Page 103: ASP

2. Aktivitas pembiayaan atau pendanaan.

Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya, pemeberian layanan kepada masyarakat, peminjaman uang

atau membantu masyarakat yang memerlukan dan membayar kembali jumlah yang dipinjam, perolehan

dan pembayaran sumber –sumber lainnya.

3. Aktivitas operasi

Aktivitas ini meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam aktivitas investasi

dan pemebelnjaan.

Unsur-unsur laporan keuangan:

1. Posisi keuangan

2. Aktiva

3. Kewajiban

4. Ekuitas

5. Kinerja

6. Penghasilan

7. Beban

 

Karakteristik kualitatif laporan keuangan LSM :

1. Dapat dipahami

2. Relevan

3. Materialitas

4. Keandalan atau realibilitas

5. Penyajian judul

6. Substansi mengungguli bentuk

7. Netralitas

8. Pertimbangan sehat

9. Kelengkapan

10. Dapat dibandingkan

 

Page 104: ASP

SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN LSM

Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam menyusun laporan keuangan jika belum

memahami siklus akuntansi. Mengapa demikian? Akuntansi, pada dasarnya, merupakan suatu proses

pengelolahan informasi yang akan menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi yang salah satunya

adalah laporan keuangan.

Pengertian siklus akuntansi

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan

pengelolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan, atau ikhtisar-ikhtisar

lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam membuata atau mengambil

keputusan. Untuk menyusun laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima

secara umum, prinsip-prinsip akuntansi, prosedur, metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang

dicakup dalam ruang lingkup akuntansi telah dikenal. Terlepas dari aturan itu semua, dalam menyusun

laporan keuangan ada satu laporan keuangan yang merupakan siklus akuntansi.

“……..siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan

pelaporan keuangan…..”

Siklus akuntansi adalah suatu proses penyedia laporan keuangan organisasi selama suatu periode tertentu.

Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, yaitu

penjurnalan akuntansi dan pemindahbukuan kedalam buku besar, serta penyiapan laporan keuangan pada

akhir peride. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode adalah mempersiapkan akun untuk mencatat

transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir

periode secara tidak langsung menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir.

Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih

banyak dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.

Gambar siklus akuntansi:

Page 105: ASP

 

ALUR PROSES SIKLUS AKUNTANSI

Proses akuntansi

1. Pencatatan dan penggolongan (dalam jurnal)

2. Peringkasan (dalam akun-akun buku besar)

3. Penyajian dalam bentuk laporan keuanga, yaitu laporan posisi keuanga/ neraca, laporan atus kas,

dan laporan aktivitas LSM

TRANSAKSI DAN BUKTI TRANSAKSI

Transaksi adalah suatu pertemuan antara kedua belah pihak (penjual dan pemebeli) yang saling

menguntungkan dengan adanya data/ bukti/ dokumen pendukung yang dimasukkan ke dalam jurnal,

setelah melalui pencatatan. Kejadian yang dapat dicatat sebagai suatu transaksi adalah

1. Pemebilan barang

2. Penjualan barang

3. Pembayaran sewa

4. Penerimaan uang kas

Page 106: ASP

JURNAL

Jurnal adalah sarana untuk mencatat transaski organisasi LSM yang dilakukan secara kronologis atau

berdasarkan urut waktu terjadinya, dengan menunjukan akun yang harus di debet atau di kredit beserta

jumlah nilai uangnya masing-masing.

Setiap transaksi yang terjadi dalam organisasi LSM, sebelum dibukukan ke dalam buku besar, harus di

catat dahulu dalam jurnal. Oleh karena itu jurnal didefinisikan seperti di atas, sering juga disebut sebagai

buku harian.

Manfaat pemakaian jurnal adalah:

1. Jurnal merupakan sarana pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos yang terpengaruh dari

suatu transaksi.

2. Jurnal merupakan sarana pencatatan yang memeberi gambaran secara kronologis, sehingga

gambaran lengkap tentangseluruh transaksi organisasi berdasarkan urutan-urutan kejadiannya yang

dapat diberikan.

3. Jurnal dapat dipecah-pecah menjkadi beberapa jurnal yang dapat dikerjakan oleh beberapa orang

secara bersamaan.

4. Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk keterangan transaski  bila dibandingkan dengan ruang

yang ada pada buku besar.

5. Apabila transaski langsung dicatat ke dalam buku besar dan terjadi kesalahan dalam mencatatnya,

 

KERTAS KERJA

Pengertian kertas kerja sebelum membuat laporan keuangan, jurnal dan membukukan ayat jurnal

penyesuaian, terlebih dulu perlu ditentukan dan dikumpulkan data yang relevan misalnya, perlu

ditentukan nilai pertlengkapan yang masih ada dan gaji yang terhutang pada akhir periode itu.

Kertas kerja merupakan kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Di dalam

format kertas kerja, neraca saldo merupakan daftar akun-akun beserta saldo yang menyertai selama suatu

periode tertentu.

Page 107: ASP

 

LAPORAN KEUANGAN DAN KOMPONENNYA

Laporan keuangan adalah hasil akhirnya dari proses akuntansi, yang menyajikan informasi yang berguna

untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan mengabarkan

tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pencatatan,

realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembiayaan. Beberapa komponen laporan keuangan yang

sering tampil di surat kabar, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laportan arus

kas yang dilengkapi oleh catatan atas laporan keuangan, seperti pada laporan tahunan dan prospectus. 

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA LSM

DEFINISI AKUNTANSI BIAYA LSM

Akuntansi mendefinidsikan biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengorbanan ini biasanya di ukur sebagai jumlah moneter yang harus di bayarkan untuk mendapatkan

bararang dan jasa. Sedangkan akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolonga, peringkasan, dan

penyajian biaya pembuatan produk atau jasa serta penjualannya dengan cara-cara dan penafsiran

terhadapnya. Proses akuntansi biaya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam organisasi

LSM

SIKLUS AKUNTANSI BIAYA LSM

Siklus akuntansi biaya lsm sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan lsm tersebut. Siklus kegiatan lsm

dimulai dengan pemebelian barang atau peralatan dan jasa berdasarkan kegiatan program yang telah

ditentukan. Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyajikan informasi biaya yang telah digunakan untuk

membeli barang atau peralatan serta pelaksaan program LSM tersebut.

KLASIFIKASI BIAYA LSM

Proses dan sistematika akuntansi biaya dapat dipecahkan melalui rincian tahap sebagai berikut:

1. Pemahaman mengenai pengertian biaya,

Page 108: ASP

2. Klasifikasi dan identifikasi biaya yang terhjadi di LSM ke dalam katagori tertentu dengan

pendekatan ABC sistem.

3. Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informative.

4. Pensimulasian aplikasi model perhitungan biaya

ANALISIS BIAYA LSM

1. ANGGARAN LSM

Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang

diharapkan akan terjadi selama satu atau beberapa periode mendatang.

1. Prosedur  rencana anggaran biaya (RAB)

Pertama buatlah daftar rincian biaya dengan akurat. Kemudian pisah-pisahkan menjadi item-item yang

berbeda, seperti: gaji, biaya sewa, material, transportasi, komunikasi, peralatan, pelatihan, dan publikasi.

Perhitungan lebih detail harus ada, jika donaturnya memintanya, dan memasukan biaya operasional dalam

proposal proyek

2. Biaya standar

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yaitu jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan

untuk membiayai kegiatan tertentu dengan asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan factor-faktor lainnya.

3. Manfaat biaya standar

Biaya standar akan membantu penyusunan anggaran belanja program atau kegiatan bagi lembaga yang

bersangkutan ini berarti biaya standar sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan kebijakan,

pengelolah lembaga, khususnya dalam proses penganggaran.

4 Analisis biaya volume laba pada LSM

Sebagai lembaga non profit, LSM tidak mengenal istilah laba. Namun dalam hal ini analisis biaya volume

laba atau Cost Volume –Profit analisis (CVP analysis) digunakan untuk membantu LSM agar tidak

mengalami masalah biaya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan program

Page 109: ASP

LAPORAN BIAYA LSM

Dalam siklus pengendalian manajemen organisasi sector public, fase setelah penganggaran adalah

pelaksanaan dan penganggaran. Laporan buaya LSM dirancang untuk melakukan apa yang sedang terjadi

dengan biaya pelaksaan kegiatan LSM. Namun beberapa laporan tidak selalu mengarah pada kegiatan.

Informasi ini berisi laporan yang berasal dari catatan akuntansi berupa penerimaan dan pembiayaan