Asma

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap sebagian besar pada fisiologi organ-organ tubuh sehubungan dengan rahim yang membesar bersama dengan tuanya kehamilan sehingga rongga dada menjadi sempit dan gerakan paru akan terbatas untuk mengambil O2 selama pernapasan, ini akan mengakibatkan gangguan pernapasan yaitu Asma. Dalam penatalaksanaannya pun juga akan berbeda antara Asma dalam kehamilan dan persalinan dengan asma pada wanita yang tidak sedang hamil atau bersalin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Glukosa dapat difusi secara secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen.Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. 1

Transcript of Asma

Page 1: Asma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap sebagian

besar pada fisiologi organ-organ tubuh sehubungan dengan rahim yang membesar

bersama dengan tuanya kehamilan sehingga rongga dada menjadi sempit dan gerakan

paru akan terbatas untuk mengambil O2 selama pernapasan, ini akan mengakibatkan

gangguan pernapasan yaitu Asma. Dalam penatalaksanaannya pun juga akan berbeda

antara Asma dalam kehamilan dan persalinan dengan asma pada wanita yang tidak

sedang hamil atau bersalin.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang

menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Glukosa dapat

difusi secara secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah

janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang

utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid,

plasenta laktogen.Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin

meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik

dalam kehamilan.

Penyulit kehamilan dan persalinan khususnya ibu hamil/bersalin dengan asma inilah

yang akan kami angkat sebagai judul dari makalah kami yaitu ”Kehamilan dan Persalinan

dengan Asma dan Diabetes Militus”.

1.2  Rumusan Masalah.

Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari Asma dan Diabetes Militus ?

2. Apa etiologi dari Asma dan Diabetes Militus ?

1

Page 2: Asma

3. Bagaimana tanda dan gejala dari Asma dan Diabetes Militus ?.

4. Bagaimana Patofisiologi dari Asma dan Diabetes Militus ?

5. Bagaimana cara menentukan diagnosa pada Asma dan Diabetes Militus ?

6. Bagaimana cara penatalaksanaan Asma dan Diabetes Militus pada

kehamilan ?

7. Bagaimana pencegahan Asma dan Diabetes Militus ?

8. Bagaimana Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Asma dan Diabetes

Militus ?

9. Bagaimana Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan Asma dan

Diabetes Militus ?

1.3  Tujuan

A. Tujuan Umum.

Agar mahasiswa mempu mendeteksi dini penyulit. Penyulit kehamilan terutama pada

kehamilan dan persalinan yang disertai oleh Asma dan Diabetes Militus.

B. Tujuan Khusus.

1)      Untuk mengetahui pengertian dari Asma dan Diabetes Militus.

2)      Untuk mengetahui etiologi dari Asma dan Diabetes Militus.

3)      Untuk mengetahui tanda gejala Asma dan Diabetes Militus.

4)      Untnuk mengetahui patofiologi dari Asma dan Diabetes Militus.

5)      Untuk mengetahui cara menentukan diagnosa pada Asma dan Diabetes Militus.

6)      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Asma dan Diabetes Militus pada

kehamilan.

7)      Untuk mengetahui pencegahan terhadap Asma dan Diabetes Militus.

8)      Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan ibu hamil dengan Asma dan Diabetes

Militus.

2

Page 3: Asma

9)      Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan Asma dan

Diabetes Militus.

1.4  Manfaat.

Dengan disusunnya makalah Asma dan Diabetes Militus pada kehamilan dan

persalinan dengan Asuhan Kebidanannya diharapkan dapat menambah wawasan

mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

3

Page 4: Asma

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1.DIABETES MILITUS

1.1.Definisi Diabetes Melitus

Pengertian diabetes mellitus menurut Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan catatan kuliah

pemenuhan kebutuhan gizi reproduksi, 2006 yaitu sebagai berikut : diabetes melittus

merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi

insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa

dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan

hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya

gangguan fungsi insulin.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang

menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Glukosa dapat

difusi secara secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah

janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang

utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid,

plasenta laktogen.Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin

meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik

dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah

dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah

bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin

yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan

oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang

mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin.

4

Page 5: Asma

1.2.Klasifikasi

Menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006 Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:

1. DM Tipe I (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1)

yaitu kasus genetik yang pada umumnya dimiliki sejak kecil dan memerlukan insulin

dalam pengendalian kadar gula darah.

2. DM Tipe II (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung

insulin (TT1) Diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan dengan penyebabnya adalah

kurangnya penghasil insulin dalam tubuh dan tidak sensitif terhadap hormon insulin.

Diabetes tipe 2 adalah kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar

gula darah. Insulin sendiri adalah hormon yang membawa glukosa dari darah masuk se

dalam sel-sel tubuh.

3. Diabetes tipe lain.

4. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam

kehamilan. Diabetes adalah komplikasi umum dari kehamilan. Pasien dapat dipisahkan

menjadi 2, yaitu mereka yang sudah diketahui sebelumya menderita diabetes dan mereka

yang didiagnosis menderita diabetes saat sedang hamil (gestasional).

1.3. Skrining

Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes:

Merekomendasikan skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :

1. Risiko Rendah :

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah

Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat

Usia < 25 tahun

Berat badan normal sebelum hamil

5

Page 6: Asma

Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu

Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya

1. Risiko Sedang :

Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita dengan

ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.

1. Risiko Tinggi : wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes,

mengalami glukosuria (air seni mengandung glukosa).

Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka

pemeriksaangula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika

pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam

darah berlebihan).

1.4. Etiologi

Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :

a. Genetik

b. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

c. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan

epineprin.

d. Obat-obatan.

1.5. Patogenesis

Patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :

a. Pada penyakit DM 1 didapat kerusakan (dekstruksi) sel beta pankreas

penggunaan glukosa sebagai akibat menurunnya produksi insulin tubuh menggunakan

lemak dan protein sebagai sumber energi terganggu ketosis dan ketoasidosis. energi.

Metabolisme tidak sempurna

6

Page 7: Asma

b. fungsi insulin menurun.

Pada penyakit DM 11 didapat retensi insulin Resistensi insulin adalah turunnya

kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan

untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi

resistensi ini sepenuhnya sehingga terjadi defisiensi relatif insulin. Dalam kehamilan

terjadi perubahan metabolisme endokrindan karbohidrat sehingga terjadi inadekuatnya

pembentukan dan penggunaan insulin yang berfungsi memudahkan glukosa berpindah ke

dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel

untuk digunakan sebagai sumber energi dan tetap berada dalam daerah sehingga kadar

glukosa darah meningkat di atas batas normal yang menyebabkan air tertarik dari sel-sel

ke dalam jaringan/darah sehingga terjadi dehidrasi seluler. Tingginya kadar glukosa

darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras

sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus

dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi

glukosa. Hal ini meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus

ginjal yang menyebabkan dehidrasi ekstreaoseluler. Karena glukosa dan energi

dikeluarkan dari tubuh bersama urine, tubuh mulai menggunakan lemak dan protein

untuk sumber energi yang dalam prosesnya menghasilkan keton dalam darah. Pemecahan

lemak dan protein juga menyebabkan lelah, lemah, gelisah yang dilanjutkan dengan

penurunan berat badan mendadak ditambah terbentuknya keton akan cepat berkembang

keadaan koma dan kematian.

1.6.  Dari Metzger dan Coustan (1998)

Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining

diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut

American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :

Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1

jam kemudian.

7

Page 8: Asma

Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi

glukosa 3 jam.

Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestational

Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban

glukosa oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien

normal :

Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa

Jam 1

Jam 2

Jam 3

< 95

< 180

< 155

< 140

Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association, 2005)

Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes

tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34

minggu.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan

tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional didiagnosis bila:

Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)

Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk

meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan

meyakinkan seorang ibu untuk melakukan

pemeriksaan skrining untuk tes setelah melahirkan.

1.7. Tanda dan gejala klinis

8

Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa

Jam 2

> 126

> 140

Page 9: Asma

Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid

III, 2006, Yaitu sebagai berikut :

1. Polifagia. 8. Mata kabur .

2. Poliuria. 9. Pruritus vulva.

3. Polidipsi. 10. Ketonemia.

4. Lemas. 11. Glikosuria.

5. BB menurun. 12. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.

6. Kesemutan. 13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.

7. Gatal. 14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Cara pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4. Periksa glukosa darah puasa.

5. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam 5 menit.

6. Pariksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

1.8.  Komplikasi pada Ibu dan Bayi

Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam

kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar

gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah),

hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan

kematian janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan

angkakejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas

(jumlah kehamilan > 4).

Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan,

bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia

pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu

9

Page 10: Asma

mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi

hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan).

Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan

hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.

1.9.   Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining

glukosa darah serta ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan

makrosomia.

1.10.  Terapi

Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan

diabetes dalam kehamilan. Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi

glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian

janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :

1.  Diet

Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama

terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar

glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah).

Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata

cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes

gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan

obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari Pola makan 3 kali

makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah

karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa

darah postprandial (2 jam setelah makan). Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah

30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan

konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan

10

Page 11: Asma

konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

diit diabetes mellitus sebagai berikut ;

a. Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah

sekitar normal, dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya

penderita DMG, makanan disajikan menarik dan mudah diterima.

b. Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara

(snack) dengan interval tiga jam.

c. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang,

apel, tomat, semangka, dan kedondong.

d. Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;

J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis.

J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.

J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.

e. Penentuan jumlah kalori

Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/menyusui secara empirik

dapat digunakan umus sebagai berikut ;

( TB – 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300

T2 + 200 L + 400

Ket : TB : Tinggi badan. T3 : Trimester III

T1 : Trimester I L : Laktasi/menyusui

T2 : Trimester II

2.  Olahraga

Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes

gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila

11

Page 12: Asma

terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki

kadar glukosa darah.

3.  Pengobatan insulin

menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006. yaitu sebagai berikut :

Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang

dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.Penderita yang sebelum kehamilan sudah

memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai

ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam

kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan

reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan

secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post

pandrial < 140 mg/dl. Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan

insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-

tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The

American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan

kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120

mg/dl. Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak

direkomendasikan oleh ADA maupun ACOG karena obat-obat tersebut dapat melalui

plasenta, merangsang pancreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

Terutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis insulin tidak

dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan hiperemisis gravidarum.

Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah dalam trimester II apabila sudah mulai suka

makan , lebih-lebih dalam trimester III.

Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang

berkurang dan kebutuhan terhadap insulin barkurang yang mengakibatkan mudah

mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi.

Pemberian insulin yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi

hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu

12

Page 13: Asma

dikurangi selama wanita dalam persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam

masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto

asidosis diberi insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk

mengatasi komplikasi yang berbahaya.

3. Penanggulangan Obstetri

Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak

mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai

kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena

prognosis menjadi lebih buruk. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan

pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37

minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk

menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan

terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik

yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan

pencatatan denyut jantung janin terus – menerus.

1.11.  Terapi Obstetrik

Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula

darah melalui diet saja, tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu

dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada

komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan

insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu

terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia,

preekalmpsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi

(perangsangan) atau operasi Caesar. Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko

meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu

harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.

13

Page 14: Asma

2.1 Definisi Asma

-     Asma adalah kondisi dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru)

mengalami kontraksi penyimpitan sihingga menyulitkan pernapasan.

-     Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan heredites utama.

-     Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi.

( http : //kaskus.us/archive/index.php/t-103450-p-6.htmi )

-     Asma merupakan penyakit kronik dari saluran pernapasan yang hilang dan timbul

diduga mempunyai hubungan yang erat dengan sistem imun dari tubuh.

( http ://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18 abstrak 015.pdf/18 abstrak 015.htmi ).

-     Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas abstruktif intermutten reversible

dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

-     Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyimpitan jalan

nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari

pengobatan (The American Thorakic Society)

2. 2 Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronkhial.

a.       Faktor Predisposisi

-         Genetik.

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini,

penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor

pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.

b.      Faktor Prepisitas

-         Alergen

Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :

1.  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

14

Page 15: Asma

2.  Ingestan, yahg masuk melalui mulut

Ex : Makanan dan obat-obatan

3.  Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

Ex : perhiasan, logam, dan jam tangan

-         Perubahan Cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim

kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu

-         Stress

Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus

segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi

nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi

maka gejala asmanya belum bisa diobati.

-         Lingkungan Kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium

hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu

libur atau cuti.

-         Olahraga / aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.

2.3 Tanda / Gejala Asma

-         Kesulitan bernafas

-         Kenaikan denyut nadi

-         Nafas berbunyi, terutama saat menghembuskan udara

-         Batuk kering

-         Kejang otot di sekitar dada

15

Page 16: Asma

Adapun tingkatan klinik asma dapat dilihat pad atabel berikut dibawah ini :

Tingkatan PO2 PCO2 pH FEVI (%

predicted)

Alkalosis respiratori

ringan

Alkalosis respiratori

Tingkat waspada

Asidosis respiratori

Norm

al

Norma

l

Norma

l

65 – 80

50 – 64

35 – 49

< 35

Pada kasus asma sedang, hipoksia pada awalnya dapat dikompensasi oleh

hiperventilasi sebagai refleksi dari PO2 arteri normal, menurunnya PO2 dan alkalosis

respiratori. Pada obstruksi berat, ventilasi menjadi berat karena Fatigue menjadikan

retensi CO2. pada hiperventilasi, keadaan ini hanya dapat dilihat sebagai PO2 arteri yang

berubah menjadi normal. Akhirnya pada obstruksi berat yang diikuti kegagalan

pernafasan dengan karakteristik hiperkapnia dan asedemia

2.4 Jenis-Jenis Asma

Asma dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a.   Asma interisik (berasal dari dalam)

Yang sebab serangannya tidak diketahui

b.  Asma eksterisik (berasal dari luar)

Yang pemicu serangannya berasal dari luar tubuh (biasanya lewat pernafasan)

Serangan asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari. Bisanya serangan dimulai

hanya beberapa menit setelah timbulnya pemicu. Frekuensi asma berbeda-beda pada tiap

penderita. Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan kematian

2.5 Patofisiologi

Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan

respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada kromosom 5, 6,11,

12, 14 & 16 termasuk reseptor Ig E yang afinitasnya tinggi, kelompok gen sitokin dan

reseptor antigen Y –Cell sedangkan lingkungan yang menjadi alergen tergantung individu

16

Page 17: Asma

masing-masing seperti influenza atau rokok. Asma merupakan obstruksi saluran nafas

yang reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa.

Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive terhadap beberapa

rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan olahraga. Aktifitas

sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus dengan lepasnya histamine,

prostalgladine D2 dan leukotrienes. Karena prostagladin seri F dan ergonovine dapat

menjadikan asma, maka penggunaanya sebagai obat-obat dibidang obstetric sebaiknya

dapat dihindari jika memungkinkan.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium

a.       Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :

-         Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinofil.

-         Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

bronkus.

-         Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

-         Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid

dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b.      Pemeriksaan darah

-         Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

-         Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH

-         Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm3 dimana

menandakan terdapatnya suatu infeksi.

-         Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu

serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan Radiologi

17

Page 18: Asma

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan

peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat

komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :

     Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah

     Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

     Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltratepada paru.

     Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

     Bila terjadi penuomonia mediastinum, pneuomotoraks dan penuomoperi

kardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

b.       Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

c.       Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi menjadi 3

bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu :

-         Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clock wise rotation

-         Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right

Bundle Branch Block)

-         Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES atau

terjadinya depresi segmen ST negative.

d Scanning Paru

Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru

e. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat

dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

18

Page 19: Asma

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol

(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak

lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator

lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidka saja penting untuk menegakkan diagnosis

tetapi juga penting untuk berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa

keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi

f. USG

Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal.

Pemeriksaan denga USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu untuk

mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada TM II dan TM III terutama bila

derajat asmanya berada pada tingkat sedang – berat

g Electronic Fetal Heart rate Monitoring

Untuk memeriksa detak jantung janin

2.8 Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

a.       Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

b.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan

asma.

c.       Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga

penderita mengerti tujuan pengobatannya yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter

atauperawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :

1.   Pengobatan non Farmakologik.

         Memberikan penyuluhan

         Menghindari faktor pencetus

         Pemberian cairan

         Fisiotherapy

         Beri O2 bila perlu

19

Page 20: Asma

2. Pengobatan Farmakologi

-          Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas

Seperti aminofilin atai kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan.

Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.

     Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh

daraj ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.

     Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus

-          Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu :

     Memberikan cairan intravena

     Mengencerkan cairan sekresi di paru

     Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2

lebih 60 mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.

     Cek fungsi paru

     Cek janin

     Memberikan obat kortikosteroid

-          Menangani status asmatikus dengan gagal nafas

     Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan

intensif selama 30 – 60 menit

     Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi

-          Mengupayakan persalinan

     Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan

     Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan

     Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.

     Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.

     Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin

atau analgesik epidural.

     Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat

menyebabkan bronkospasme.

-          Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.

     Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami

gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.

20

Page 21: Asma

     Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena

kadarnya dalam air susu sangat kecil

2.9 Pengaruh Terhadap Kehamilan & Persalinan

     Keguguran

     Persalinan prematur

     Pertumbuhan janin terhambat

Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :

-       Menurunnya aliran darah pada uterus

-       Menurunnya venous return ibu

-       Kurva dissosiasi oksi tersebut bergeser ke kiri

Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :

-       Menurunnya aliran darah ke pusat

-       Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik

-       Menurunnya cardiac output

Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat-obatan asma terhadap fetus,

walaupun tidak ada bukti bahwa pemakaian obat – obat anti asma akan membahayakan

asma.

2.10. Hal-Hal Untuk Mencegah Agar Tidak Terjadi Serangan Asma

Selama Hamil

-       Jangan merokok

-       Kenali faktor pencetus

-       Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh terkena

flu segera obati. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.

-       Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari

terjadinya kekurangan oksigen pada janin

-       Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.

-       Hindari faktor risiko lain selama kehamilan

21

Page 22: Asma

-       Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.

-       Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam

rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok,

dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.

-       Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang

-       Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan

-       Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga

tahan terhadap faktor pencetus.

22

Page 23: Asma

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1   Asma Pada Kehamilan

I.              Pengkajian

Tanggal : 01 April 2008

Jam : 10.00 di BPS Mojoroto Kediri

A.     Data Subjektif

1.      Biodata

Nama Ibu : Ny S Nama Suami : Tn ”D”

Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Alamat : Banyuwangi Alamat : Banyuwangi

2.      Keluhan Utama

Ibu mengatakan merasakan sesak saat bernafas disertai batuk dan mengi

2. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Penyakit Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS,

Hepatitis B dll, menahun seperti DM, Hipertensi, jantung, dll, Menurun Hipertensi,

DM dll

B. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan ibunya pernah menderita penyakit asma

C. Riwayat Penyakit Sekarang

23

Page 24: Asma

Ibu mengatakan pada kehamilannya sekarang disertai penyakit Asma sejak trimester

2 yaitu pada usia kehamilan 6 bulan.

3.      Riwayat Menstruasi

-         Amenorhoe : 7 bulan

-         Menarche : 12 tahun

-         Lama : ± 7 hari

-         Banyak/sedikit : Banyak

-         Siklus : ± 28 hari

-         Dismonerhoe : (+) pada hari 1 – 3 menstruasi

-         Fluor albus : (+) kadang-kadang sebelum 2 hari menstruasi

-         HPHT : 24 Juli 2007

-         TP / HPL : 01 Mei 2008

4.      Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas

Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama.

5.      Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB

6.      Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan pernikahan 1 x dan usia pernikahannya 1 th

7.      Riwayat Psikososial

Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga, tetangga dan lingkungan sekitarnya baik

8.      Riwayat Sosial Budaya

Ibu mengatakan kadang masih mempercayai adat istiadat yang ada didaerahnya.

9.      Pola kebiasaan sehari – hari

Pola Sebelum hamil Sesudah hamil

24

Page 25: Asma

Kebiasaan

1.   Nutrisi

2.  

Eliminasi

a.       BAB

b.      BAK

3.  

Aktifitas

4.  

Istirahat

-     Makan sehari

3x porsi biasanya

sayur, lauk pauk.

Minum ± 8 gelas

sehari

-     BAB 1 – 2 x/

hari, bau khas,

konsistensi lembek

warna kuning

kecoklatan

-     BAK 5 – 6

x/hari,

-     bau khas,

warna jernih

kekuningan

-     Mengajar dan

melakukan kegiatan

sebagai ibu RT misal

memasak, mencuci dll

Tidur malam ± 6 –

8 jam/hari, tidur siang

± 1 – 2 jam (kadang-

kadang)

-     2 – 3 x dalam

1 mgg

-     Makan sehari 3 -4x porsi

biasanya sayur, lauk pauk. Minum ±

8 gelas sehari

-     BAB 1 – 2 x/ hari, bau khas,

konsistensi lembek warna kuning

kecoklatan

-     BAK 6 - 7 x/hari, bau khas,

warna jernih kekuningan.

-     Sejak usia kehamilan 8,5

bln ibu cuti mengajar, karena asma

yang menyertai kehamilannya ibu

mengurangi kegiatan Rtnya

-     Tidur malam ± 6 – 8

jam/hari, tidur siang ± 2 – 3

jam/hari

Ibu mengatakan jarang

melakukan hub sexual saat dirinya

25

Page 26: Asma

5.   Sexual

6.  

Personal

Higiene

-     Mandi 2 - 3 x

dalam sehari, ganti

celana dalam 2 x

sehari

hamil

-     Mandi 2 - 3 x dalam sehari,

ganti celana dalam 2 x sehari

B.     Data Objektive

1.       Pemeriksaan Umum

KU : baik

Kesadaran : Composmetis

BB sebelum hamil : 56 Kg

BB sekarang : 66 Kg

TB : 155 cm

Lila : 23 cm

TTV ; TD : 120/90 mmHg

N : 90 x / mnt

RR : 30 x / mnt

S : 367 0 C

2.       Pemeriksaan Khusus

1.       Inspeksi

-   Kepala

-   Muka

-   Mata

-   Hidung

-   Bibir

-   Gigi

-   Telinga

-   Leher

:

:

:

:

:

:

:

:

Rambut hitam, kulit kepala bersih, luka

(-), ketombe (-), tidak rontok, benjolan (-).

Simetris

Konjungtiva merah muda, sklera puith

anemis (-), oedema palpebra (-)

Simetris, tidak polip, tidak ada sekret

hidung

Cyanosis (-), mukosa kering (-), stomatitis

(-), lidah tdk kotor

Caries (-)

Bersih, tidak ada serumen

26

Page 27: Asma

-   Buah

dada

-   Perut

-  

Ekstrimitas

-   Genetalia

-   Anus

:

:

:

:

:

Pembesaran K. Tyroid (-), pembesaran

vena jugularis

Keluarnya colostrum puting susu

menonjol, areola coklat

Linea nigra (+), strie albican (-),

pembesaran sesuai UK

Kekuatan otot 5 5 , tidak ada

2 2

-

Hemoroid (-)

Nyeri (-)

2.       Palpasi

- Leher : tidak ada pembengkakan

- Genetalia : -

- Buah dada : Massa (-)

- Abdomen :

a.      

Leopold I

b.     

Leopold II

c.      

Leopold III

d.     

:

:

:

:

TFU 3 jari dibawah prsesus

xipoideus (UK 36 mgg). Teraba

lunak agak bulat dan tidak

melenting (bokong)

Teraba tahanan keras disebelah

kanan ibu (PUKA) DJJ : 130 x/mnt

Teraba bulat keras dan tidak

melenting (Persentasi Kepala)

Variasi : -

Mc. Donald : TFU 31,5 cm

TBJ : 3177,5 gr

Kepala sudah masuk PAP

divergen

27

Page 28: Asma

Leopold IV

3.       Auskultasi

-   Dada

-   DJJ

-  

Pucntum

Maximum

:

:

:

Menunjukkan Ronkhi dan bising mengi

difus inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi

memanjang pada status asmatikus,

pernapasan sangat sulit dan bising mengi

dapat didengar tanpa stetoskop

(Kedaruratan ibstetri dan ginekologi

Hal : 95)

130 x / mnt

dibawah pusat

4. Pemeriksaan Diagnostik

a.

Laboratorium

e.        

: Dilakukan

1.      Px Sputum ® terdapat adanya

kristal charcot leyden yang merupakan

degranulasi dari kristal eosinopil.

2.      Px darah ® AGD normal,

terdapat peningkatan dari SGOT dan

LDH, Hiponatremia dan kadar leukosit

kadang-kadang diatas 15.000 / mm3 ®

menandakan terdapatnya suatu infeksi

3.      Px faktor alergi ® peningkatan

IGE pada waktu serangan dan menurun

pd waktu bebeas dari serangan

b.Laboratoriu

m

: Dilakukan

1.      Px Radiologi (Foto thoraks) ®

28

Page 29: Asma

f.   

Normal, juga digunakan untuk

mengetahui, jika ada komplikasi seperti

pneomonia.

(Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi

; hal 97)

2.      Px tes kulit ® Normal, untuk

mencari faktor alergi

3.      EKG ® terdapatnya tanda-tanda

hipertropi otot jantung

4.      Px USG ® Janin tunggal, hidup,

intrauteri, presentasi kepala

II.           INTERPRETASI DATA

Dx : NY ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma

Ds : Ibu mengatakan adanya serangan asma dan sesak dada disertai oleh batuk

dan mengi

Do : Ku Baik

TTV ; TD : 120/90 mmHg Bising mengi (+)

N : 90 x / mnt

S : 36,7 0 C

Ronchi : (+)

Masalah : - Sesak dada

- Bising mengi

Kebutuhan : - Menganjurkan ibu untuk lebih banyak istirahat dan minum

- Menganjurkan ibu untuk bernafas normal saat timbul serangan

- Menganjurkan ibu untuk menghindari tempat-tempat polusi

III.        Megantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial

Dx : NY ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma Bronchial

Dx Potensial : Infeksi saluran pernafasan

Mx Potensial : - Sesak nafas

29

Page 30: Asma

- Foetel Nafas

Antisipasi penanganan :

Mx Sesak nafas :

-         Memberikan obat – obatan Asma yang sama dengan obat asma saat tidak hamil

misalnya : Aminofilin, Eidrin, Epinefrin dan Kortikosteroid. (Sinopsis Obstetri, hal : 156)

-         Mencegah agar tidak terjadi serangan asma saat hamil yaitu dengan

menghindari kebiasaan buruk misalnya merokok, dan jangan menunda pengobatan agar

tidak memperparah keadaan

Mx Foetal Distres :

-         Memeriksa janin secara teratur melalui USG dan Doppler

-         Memberi obat yang tidak membahayakan janin

-         Anjurkan ibu untuk miring ke kiri saat tidur agar sirkulasi O2 ke janin lancar.

IV.        Mengidentifikasi Kebutuhan Segera

Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain untuk menemukan terapi yang

tepat untuk metalaksanakan pasien

V.           Menyusun Rencana Asuhan

Tujuan : Asma pada ibu berkurang / sembuh

Kriteria hasil : sesak nafas, mengi batuk-batuk pada ibu berkurang dan kehamilannya

normal sampai aterm

INTERVENSI :

1.      Sembuhkan dan mengendalikan gejala Asma

R/ Agar gejala dini langsung diatasi dan asma tidak makin memburuk.

2.      Hindarkan kemungkinan infeksi pernafasan dan tekanan emosional

R/ Tekanan emosional seperti terkejut, marah, sedih dll, akan memicu serangan asma

yang jika terjadi secara berulang-ulang akan menyebabkan terjadinya infeksi

pernafasan.

3.      Ajarkan Olahraga atau senam asma

R/ Agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhadap faktor pencetus

terjadinya asma

4.      Ingatkan agar ibu hanya minum obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter

30

Page 31: Asma

R/ Mencegah agar tidak mempengaruhi pertumbuhan janin

5.      Berikan terapi inhalasi kortikosteroid, bronkodilator dan Aminofilin

R/ Penggunaan terapi inhalasi / inhaler dapat digunakan sendiri sewaktu-waktu jika

terjadi serangan asma

6.      Berikan bronkhodilator (terbutaline 2,5 mg oral setiap 4 – 6 jam atau 250 mg

setiap 15 menit dalam 3 dosis )

R/ Merelaksasi otak halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi

mukosa.

7.      Berikan antibiotik jika ada kecurigaan adanya infeksi

R/ Antibiotikmencegah terjadinya infeksi

8.      Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologi yang tenang.

R/ Jika lingkungan psikologi tenang, maka emosi ibu akan stabil ® sehingga

mengurangi serangan asma

9.      Beri KIE pada ibu untuk tidak memelihara kucing dan hewan berbulu lainnya

R/ Dulu hewan merupakan salah satu faktor pencetus alergi

10.  Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien contoh : meninggikan kepala tempat

tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

R/ Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi

11.  Beri penjelasan pad aklien tentang penyakitnya dan diskusikan obat pernafasan

efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

R/ Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana

pengobatan serta penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping

mengganggu dan merugikan.

12.  Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung

memberikan air hangat.

R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat

menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme

bronkus

VI.        Implementasi

31

Page 32: Asma

-         Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

-         Mengajarkan olahraga atau senam asma

-         Mengingatkan agar ibu hanya minum obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter

-         Memberikan terapi inhalasi kortikosteroid, bronkodilator dan Aminofilin

-         Memberikan bronkodilator (terbutaline 2,5 mg oral setiap 4 – 6 jam atau 250

mg setiap 15 menit dalam 3 dosis )

-         Memberikan KIE pada ibu untuk tidak memelihara kucing dan hewan berbulu

lainnya

-         Menempatkan posisi yang nyaman pada pasien. Contoh : meninggikan kepala

tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

-         Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan mendiskusikan

obat pernafasan efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan

-         Menganjurkan untuk meningkatkan masukan cairan sampai dengan 3000

ml/hari sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.

VII.     Evaluasi

S : Ibu mengatakan sudah mengerti dengan apa yang disampaikan petugas

O : KU Baik

TTV ; TD : 140/80 mmHg

N : 84 x / mnt

RR : 28 x / mnt

S : 367 0 C

A : Ny ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma Brnchial

P : - KIE tentang keadaan Ibu

- Berikan terapi oral hingga serangan asma ibu berkurang

- Anjurkan senam asma

32

Page 33: Asma

BAB IV

PENUTUP

4.1   Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/ H /I

Letkep dengan inpartu kala I Fase Aktif yang disertai Asma Bronchial di RSUD

”AG”. Tanggal 01 April 2008 penulis megambil kesimpulan sebagai berikut :

Tanda-tanda vital dalam batas normal, kecuali pada RR, dengan diagnosa G IP0000 UK

36 minggu dengan inpartu yang disertai dengan Asma Bronchial, ditemukan masalah

potensial yang mungkin timbul, diperlukan tindakan segera untuk mengatasi masalah,

khususnya masalah penyakit asma yang diderita oleh ibu, intervensi sesuai dengan

asuhan kebidanan, implementasi sesuai dengan tujuan, kriteria hasil dan waktu yang

sudah ditentukan, evaluasi tergantung kerjasama antara pasien, keluarga dan petugas

juga sarana dan prasarana yang tersedia kala II, III, IV masuk dalam catatan

perkembangan

4.2   Saran

a.       Untuk Petugas

-         Mampu melasanakan asuhan kebidanan pada ibu yang menderita penyakit

asma dalam persalinan

-         Meningkatkan ushaa pencegahan infeksi baik untuk klien maupun petugas.

-         Mampu memberikan KIE yang dibutuhkan pada kala I, II, III & IV

b.      Untuk pasien dan keluarga

-         Lebih kooperatif dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan

-         Melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan

c.       Untuk Mahasiswa

-         lebih menguasai teori sehingga mampu menerapkan dalam praktek

-         Lebih banyak membaca buku-buku / referensi untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan.

33

Page 34: Asma

DAFTAR PUSTAKA

 

Guyton C Arthur . 1997 .fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Brownes . 1980 . Antenatal Care London . The English and Language Book

Society and J& A Churcill

Taber Ben-Zion M D . 1994 . Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi . Jakarta :

EGC

Liewellyn Derek – Jonbes . 2001 . Dasar-dasar Obstetri dan Gynekologi . Jakarta :

Hipokrates

Prawirohardjo Sarwono . 2005 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : YBP – SP

Mochtar Rustam . 1998 . Sinopsis Obstetri Jilid I . Jakarta : EGC

Manuaba Ida Bagus Gde . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC

Saifudin, Abdul Bari . 2002 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan neonatal . Jakarta : JNPKKR – POGI

Price A Syvia . 2005 . Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis Proses 2 Penyakit .

Jakarta : EGC

Mansjoer Arief . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid I . Jakarta :

Media Aesculapius.

34

Page 35: Asma

35