Askep SIADH

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini diatur oleh arginin vasopresin (AVP) sebagai ‘hormon anti diuretik’. SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion ) adalah sindrom yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya keluaran air bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L. Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau sistem syaraf. Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan 1

Transcript of Askep SIADH

Page 1: Askep SIADH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui

rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini diatur oleh

arginin vasopresin (AVP) sebagai ‘hormon anti diuretik’. SIADH (Syndrome of

inappropriate antidiuretic hormone secretion ) adalah sindrom yang mekanismenya

berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya keluaran air bebas melalui urin,

kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari

pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH adalah suatu keadaan

dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L.

Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH ,

AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari

200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering

menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka

insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis.

Pada kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru

atau sistem syaraf.

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung

memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan

hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.

Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau

bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien menderita

hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan

pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.

Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan

kesembuhannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengertian dari SIADH (Syndrome of inappropriate

antidiuretic hormone secretion)?

1

Page 2: Askep SIADH

2. Bagaimanakah diagnose dan asuhan keperawatan pada pasien dengan SIADH

(Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memahami diagnosa dan asuhan keperawatan pada pasien dengan

SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Memahami Definisi SIADH

b. Memahami Epidemiologi SIADH

c. Memahami Etiologi SIADH

c. Memahami Patofisiologi SIADH

d. Memahami Manifestasi Klinis SIADH

e. Memahami Pemeriksaan Diagnostik pada SIADH

f. Memahami Komplikasi SIADH

g. Memahami Prognosis dari SIADH

1.4 Manfaat

Memahami asuhan keperawatan yang tepat pada pasien SIADH.

2

Page 3: Askep SIADH

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon

antidiuretik atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome,

Schwartz-Bartter syndrome. SIADH dapat didefiisikan sebagai Gangguan

produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau

hiponatremia.

SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang

disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap

air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara

K.Timby, 2000)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan

pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang

berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan

Matassarin Jacob, 1993)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan

pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon)

adalah gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan

pelepasan ADH dari hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)

2.2 EPIDEMIOLOGI

Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma.

Keganasan yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru

( sel gandum ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma.

Beberapa zat kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah

menunjukkan pelepasan ADH yang tidak mencukupi

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung

memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan

3

Page 4: Askep SIADH

hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.

Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau

bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien menderita

hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan

pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.

Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan

kesembuhannya

2.3 Etiologi

SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan

hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar

hipofise dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa

keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti

diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:

a. Kelebihan vasopressin

b. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun

trauma pada otak.

c. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin,

cisplatin, dan ocytocin)

d. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi

pituitary anterior

e. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma

pancreatic yang dapat mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)

f. Cidera Kepala

g. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)

h. Obat- obatan seperti

a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)

b. Carbamazepine (obat anti kejang)

c. Tricilyc (antidepresan)

d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

i. Meningitis

j. Kelebihan ADH

Faktor Pencetus :

a. Trauma Kepala

b. Meningitis.

c. Ensefalitis.

4

Page 5: Askep SIADH

d. Neoplasma.

e. Cedera Serebrovaskuler.

f. Pembedahan.

g. Penyakit Endokrin.

2.4 Patofisiologi

Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal

untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan

reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini

meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).

Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan

konsentrasi urine yang diekskresi

Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus

ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi

delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan

kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.

Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila

osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi

ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal

untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.

Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh

dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme

patofisiologi yang bertanggung jawab akan SIADH , yaitu

a. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini

disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis ,

sindrom guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status

asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya

tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.

b. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system

supraoptik – hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik

( misalnya pada infeksi).

c. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami

pemacuan . bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau

mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk

5

Page 6: Askep SIADH

nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen

kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen ,

isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin, siklofosfamid,

vinblastine dan vinkristin.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang sering muncul adalah:

1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )

2. Mual, muntah, anorexia, diare

3. Takhipnea

4. Retensi air yang berlebihan

5. Letargi

6. Penurunan kesadaran sanpai koma.

7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi urine

yang kurang terlarut.

8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan

9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular

Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan

SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu

dilakukan pemeriksaan tingka osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium,

Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:

1. Na serum >125 mEq/L.

a. Anoreksia.

b. Gangguan penyerapan.

c. Kram otot.

2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.

a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.

b. Kelemahan dan letargia.

c. Mual dan muntah.

d. Kram abdomen.

3. Na serum < 1115 mEq/L.

a. Kejang dan koma.

b. Reflek tidak ada atau terbatas.

c. Tanda babinski.

d. Papiledema.

6

Page 7: Askep SIADH

e. Edema diatas sternum.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.

Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap

Na)

2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.

Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan

Kalium sedikit.

3. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion mana yang

hilang dengan DNA.

4. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.

Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH

dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat

(< 1,020) bila ada SIADH.

5. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan cairan

melawan dehidrasi.

6. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi

natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.

7. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.

8. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.

9. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,

hipokalemia, peningkatan natrium urin

2.7 PENATALAKSANAAN

Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi

klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada

peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien

dengan gejala neurologis akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)

Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan

untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal

dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi

tumor tersebut.

2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.

7

Page 8: Askep SIADH

Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi

masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa

sampai konsenntrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala

dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal cairan

hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.

3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat

kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat

masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan

emosional.

Rencana non farmakologi

a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)

b. Pembatasan sodium

Rencana farmakologi

a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah

b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin

c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun

d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3

% secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan

osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara

penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.

Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal

dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor

tersebut.

Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan

untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang

diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).

b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan

diuretic secara kontinyu.

c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah,

anoreksia segera lapor dokter.

e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial

efek samping.

f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.

8

Page 9: Askep SIADH

g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala

sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka

diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus

pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik

untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.

Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk

menghilangkan tumor tersebut.

2.8 KOMPLIKASI

Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai

kejang otot, koma dan intoksikasi air.

2.9 PROGNOSIS

Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH

biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor

primer telah terkontrol . gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat

reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas jangka panjang.

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat

dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat

ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.

Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi

dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat

(25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien

degan hiponatremia ringan

Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan

drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak

angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon edema

yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum kranium.

Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas dan

mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi

otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

9

Page 10: Askep SIADH

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 18 Mei 2011 Jam Masuk : 10.15 WIB

Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 No. RM : 1204.06.19

Jam Pengkajian : 14.00 WIB Diagnosa Masuk : SIADH

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Ny. Y Penanggung jawab Biaya : Umun

2. Umur: 30 th Nama : Tn M

3. Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Alamat : Jln Bronggalan 2/a

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Alamat : Jalan Bronggalan 2/a

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama : Klien mengeluh buang air kecil sedikit dan pekat

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh sakit kepala 2 hari seminggu sebelum MRS,

disertai dengan mual dan muntah, sehingga klien tidak nafsu

makan. Dn diperberat dengan kram perut yang semakin sering.

Klien juga mengatakan urinennya sedikit dan pekat

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :…………

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis……………………

Riwayat kontrol : .............................

Riwayat penggunaan obat :..............

3. Riwayat alergi ya tidak jenis……………………

4. Riwayat operasi ya tidak kapan……………………

10

Page 11: Askep SIADH

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ya tidak jenis DM (+) , HT (+)

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital

S : 36 c N : 90 x/menit T : 90/130 mmHg RR : 22x / menit

Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan

a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas

Batuk produktif tidak produktif

Sekret :…….. Konsistensi :......................

Warna :.......... Bau :..................................

b. Irama nafas teratur tidak teratur

c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes

d. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler

Ronki Wheezing

e. Alat bantu napas ya tidak

Jenis................... Flow..............lpm

Lain-lain :

3. Sistem Kardio vaskuler

a. Keluhan nyeri dada ya tidak

b. Irama jantung reguler ireguler

S1/S2 tunggal ya tidak

c. Suara jantung normal murmur

gallop lain-lain.....

d. CRT : 2 detik

e. Akral hangat panas dingin kering

basah

f. JVP normal meningkat menurun

Lain-lain :

4. Sistem Persyarafan

a. GCS :4 5 6

b. Refleks fisiologis patella triceps biceps

c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig

d. Keluhan pusing ya tidak

e. Pupil Isokor Anisokor Diameter……..

f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus

g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan……..

h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan……..

11

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Page 12: Askep SIADH

i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan……..

j. Isitrahat/Tidur :................. Jam/Hari Gangguan tidur : ........................

5. Sistem perkemihan

a. Kebersihan Bersih Kotor

b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia

Gross hematuri Poliuria

Disuria Oliguria

Retensi Hesistensi

Anuria

c. Produksi urine :600 cc ml/hari Warna : pekat Bau………..

d. Kandung kemih : Membesar ya tidak

Nyeri tekan ya tidak

e. Intake cairan oral : ……… cc/hari parenteral : ……… cc/hari

f. Alat bantu kateter ya tidak

Jenis :............. Sejak tanggal : .........

Lain-lain :

6. Sistem pencernaan

a. Mulut bersih kotor berbau

b. Mukosa lembab kering stomatitis

c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan

pembesaran tonsil nyeri tekan

d. Abdomen tegang kembung ascites

Nyeri tekan ya tidak

Luka operasi ada tidak Tanggal operasi : .............

Jenis operasi :.............. Lokasi : ................

Keadaan : Drain ada tidak

Jumlah :........... Warna :...................

Kondisi area sekitar insersi :...............

e. Peristaltik : 5 x/menit

f. BAB : - .x/hari Terakhir tanggal :18 mei 2011

Konsistensi keras lunak cair lendir/darah

g. Diet padat lunak cair

h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi:.......x/hari

i. Porsi makan habis tidak Keterangan : ...........

Lain-lain:

7. Sistem muskulo skeletal dan integumen

a. Pergerakan sendi bebas terbatas

b. Kekuatan otot 4 4

4 4

12

Masalah Keperawatan

Masalah Keperawatan :

Page 13: Askep SIADH

c. Kelainan ekstremitas ya tidak

d. Kelainan tulang belakang ya tidak

e. Fraktur ya tidak

f. Traksi / spalk /gips ya tidak

g. Kompartemen syndrome ya tidak

h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi

i. Turgor baik kurang jelek

j. Luka jenis :........... luas : ......... bersih kotor

Lain-lain:

8. Sistem Endokrin

Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak

Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak

Hipoglikemia ya tidak

Hiperglikemia ya tidak

Luka gangren ya tidak

Lain-lain:

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya

Cobaan Tuhan hukuman lainnya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya

Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga

d. Gangguan konsep diri ya tidak

Lain-lain:

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Mandi :2 x/hari f. Ganti pakaian : 2 x/hari

b. Keramas : 1 x/hari g. Sikat gigi : 2 x/hari

c. Memotong kuku : -

d. Merokok : ya tidak

e. Alkohol : ya tidak

PENGKAJIAN SPIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

13

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Page 14: Askep SIADH

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )

1. Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap Na)

2. Berat urine meningkat ( <1,020 )

3. Osmolalitas plasma dan hiponatremia ( penurunan konsentrasi natrium, natrium

serum menurun sampai 170 M Eq/L

4. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.

TERAPI

DATA TAMBAHAN LAIN :

TINDAKAN OPERASI :

Surabaya, ……………

3.2 Analisa Data

14

Page 15: Askep SIADH

No Data Etiologi Masalah

1. Ds :

- Klien mengeluh urine

sedikit dan pekat

DO :

- Terdapat edema di

beberapa bagian tubuh

- BB klien meningkat

- Na serum >125 mEq/L

- Na urine lebih dari 20

mEq/L

- Osmolalitas serum <

287 mOsm/kg

- Osmolalitas atau berat

jenis urine tinggi ( >

100 mOsm/kg) dengan

- Klien mengalami

penurunan kesadaran

Sekresi ADH meningkat

SIADH

Volume cairan darah

menurun

Viskositas darah

meningkat

Aliran darah lambat

Aliran darak ke ginjal

menurun

Stimulasi renin meningkat

Angiontensin I

Angiontensin II

Pengeluaran aldosteron

Osmolalitas cairan

meningkat

Sift cairan ke interstinal

Edema

BB meningkat

Kelebihan volume cairan

Kelebihan volume

cairan

2. Ds :

- Klien mengalami

Volume cairan darah Gangguan

pemenuhan nutrisi :

15

Page 16: Askep SIADH

anoreksia

- Klien mengalami mual

muntah

Do :

menurun

Viskositas darah

meningkat

Aliran darah lambat

Aliran darah ke GI

menurun

Aktivasi parasimpatis

Gerakan peristaltik

menurun

Retensi makanan di

lambung

Perut terasa penuh

Anoreksia

Gangguan pemenuhan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

3. Ds :

- Klien menyatakan

disorientasi orang,

tempat dan waktu.

Do :

- Na serum menurun

< 135 mEq/L

- Klien mengalami

penurunan

kesadaran

- Klien terlihat

bingung

Eksresi ADH meningkat

Retensi air dari tubulus

ginjal dan duktus

Volume cairan ekstra sel

meningkat

Penekanan pada rennin

dan sekresi aldosteron

Osmolaritas plasma dan

Gangguan proses

pikir

16

Page 17: Askep SIADH

- Disorientasi orang,

waktu dan tempat

volume darah meningkat

Hiponatremi kronik

Gangguan proses pikir

4 Ds :

- Klien mengeluh

tidak dapat

melakuikan

aktivitas secara

normal

Do :

- Na serum menurun

<135 mEq/L

- Klien mengalami

kelemahan otot

- Kemampuan

aktivitas terbatas

Retensi air dari tubulus

ginjal dan duktus

Volume cairan sel

meningkat

Menekan rennin dan

sekresi aldosteron

Osmolaritas volume dan

plasma darah meningkat

Na meningkat dan K

menurun

Perubahan boikimiawi

Kelemahan

Kelemahan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

17

Page 18: Askep SIADH

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS MASALAH

Nama : Ny. Y Tanggal : 20 Mei 2011

No. Reg : 1204.06.19

NO. TANGGAL PRIORITAS

MASALAH

TAMBAHAN/KETERANGAN

20 Mei 2011 Ketidakseimbangan

cairan

lebih dari kebutuhan

berhubungan dengan

peningkatan sekresi ADH

ditandai dengan edema.

20 Mei 2011 Ketidakseimbangan

nutrisi

berhubungan dengan intake

nutrisi turun ditandai

dengan anoreksia.

20 Mei 2011 Gangguan proses

pikir

Berhubungan dengan penurunan

kadar Natrium

20 Mei 2011 Kelemahan Berhubungan dengan perubahan

kimia tubuh;penurunan natrium,

kram otot

18

Page 19: Askep SIADH

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimban

gan cairan :

lebih dari

kebutuhan

berhubungan

dengan

peningkatan

sekresi ADH

ditandai dengan

edema.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 X 24 jam

diharapkan sekresi

ADH kembali normal

dengan kriteri hasil :

- Volume cairan dan

elektrolit dapat

kembali dalam

batas normal.

- klien dapat

mempertahankan

berat badan dan

volume urin 800 –

2000 ml/hari

- Input sama dengan

output

- Tidak ada edema.

1. Pantau masukan

dan haluaran cairan

dan tanda tanda

kelebihan cairan

setiap 1 – 2 jam.

2. Pantau elektrolit

atau osmolalitas

serum resiko

gangguan signifikan

bila serum Na

kurang dari 125

mEq/L.

3. Batasi masukan

cairan.

4. Monitor TTV

- Catatan masukan

dan haluaran

membantu

mendeteksi tanda

dini

ketidakseimbanga

n cairan.

- Untuk

mengetahui

keadaan natrium

serum

- Mencegah

intoksikasi air.

- Tanda-tanda vital

menjadi indikasi

dari kondisi klien.

2. Ketidakseimban Tujuan setelah 1. Timbang berat - Memberikan

18

Page 20: Askep SIADH

gan nutrisi :

kurang dari

kebutuhan

berhubungan

dengan

dilakukan tindakan

keperawatan selama 3

X 24 jam, masalah

gangguan nutrisi dapat

teratasi dengan

kriteria hasil :

- Barat badan kembali

normal.

- Bebas dari tanda mal

nutrisi.

badan setiap hari.

2. Buat pilihan menu

yang ada dan ijinkan

pasien untuk

mengontrol pilihan

sebanyak mungkin.

3. Kolaborasi, Berikan

cairan IV

hiperalimentasi dan

lemak sesuai

indikasi

informasi tentang

keadaan masukan

diet atau

penentuan

kebutuhan nutrisi.

- Untuk membuat

klien meningkat

kepercayaan

dirinya dan

merasa

mengontrol

lingkungan lebih

suka

menyediakan

makanan untuk

dimakan.

- Memenuhi

kebutuhan cairan

atau nutrisi

sampai masukan

oral dapat

dimulai.

3. Gangguan

Proses Pikir b.d

Penurunan kadar

Natrium

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

proses keperawatan

diharapkan tingkat

kesadaran dapat

kembali normal.

Dengan kriteria hasil

1. Pantau tentang

kebingungan, dan

catat tingkat

anxietas pasien.

1. Rentang

perhatian untuk

berkonsentrasi

mungkin

memendek secara

tajam yang

berpotensi

terhadap

19

Page 21: Askep SIADH

:

1. Pasien mampu

berkomunikasi

dengan baik.

2. Pasien bisa

meningkatkan

konsentrasinya.

3. Orientasi

pasien kembali

normal.

2. Batasi aktivitas

pasien dalam batas-

batas wajar untuk

mengumpulkan

energi.

3. Kurangi stimulus

yang merangsang,

kritik yang negatif,

argumentasi, dan

konfrontasi.

4. Ajarkan untuk

melakukan teknik

relaksasi.

5. Pertahankan

harapan realitas dari

kemampuan pasien

untuk mengontrol

tingkah lakunya

sendiri, memahami,

dan mengingat

informasi

terjadinya ansietas

yang

mempengaruhi

prose pikir pasien

2. Tingkah laku

yang sesuai tidak

akan memerlukan

energi yang

banyak dan

mungkin

bermanfaat dalam

proses belajar

struktur internal.

3. Menurunkan

resiko terjadinya

respon penolakan

atau pertengkaran.

4. Dapat

membantu

memfokuskan

kembali perhatian

klien dan untuk

menurunkan

ansietaspada

tingkat yang dapat

ditanggulangi.

5. Penting

untuk

mmepertahankan

harapan dari

20

Page 22: Askep SIADH

kemampuan untuk

mempertahankan

harapan,dan

meningkatkan

aktivitas

rehabilitasi

kontinu.

4 Kelemahan b.d

perubahan kimia

tubuh;

penurunan

natrium, kram

otot

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama proses

keperawatan

diharapkan pasien

dapat beraktivitas

dengan baik.

Kriteria Hasil :

1. Menyatakan

mampu untuk

beristirahat,

peningkatan tenaga,

dan penurunan rasa.

2. Menunjukkan

peningkatan

kemampuan dan

berpartisipasi dalam

aktivitas.

3. Mampu

menunjukkan factor

yang berpengaruh

pada kelelahan

1. Pantau/

diskusikan tingkat

kelemahan klian

dan identifikasikan

aktivitas yang dapat

dilakukan klien.

2. Berikan

masase ringan dan

kompres pada

bagian otot yang

kram.

3. Berikan

kesempatan pasien

untuk ikut

berpartisipasi

secara adekuat

untuk melakukan

aktivitasnya sehari-

hari.

4. Diskusikan

kebutuhan aktivitas

dan rencanakan

jadwal aktivitas

1. Pasien

biasanya telah

mengalami

penurunan tenaga,

kram otot terus

memburuk

menyebabkan

kelemahan karena

munculnya

ketidakseimbanga

n Natrium.

2. Meningkatka

n aliran darah dan

memberikan

kenyamanan pada

pasien.

3. Menambahka

n tingkat

keyakinan pasien

dan harga dirinya

sesuai dengan

tingkat aktivitas

yang

21

Page 23: Askep SIADH

bersama-sama

pasien.

5. Berikan

asupan yang kaya

akan Natrium

sesuai indikasi.

ditoleransinya.

4. Meskipun

pasien pada awal

merasa lemah

karena kram otot,

tapi hal tersebut

memberikan

harapan bahwa

kemampuan untuk

melakukan

aktiviatas yang

baik kembali

seperti semula.

Kebutuhan

Natrium yang

cukup dapat

meminimalisir

terjadinya kram

otot sehingga

kelemahan dapat

teratasi

22

Page 24: Askep SIADH

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis

posterior.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon

terhadap peningkatan osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma)

atau penurunan tekanan darah.Penyebabnya adalah

cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama karsinoma

bronkogenik.Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual

dan muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.

4.2 Saran

Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup

dengan pembatasan cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan

untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang

dianjurkan.

23

Page 25: Askep SIADH

DAFTAR PUSTAKA

‘.Asuhan Keperawatan pada Anak Enchepalitis.2009, www.doestoc.com (online)

diakses tanggal 10 Mei 2011 Pukul 20.05 WIB

Doengoes,Marilyn C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

Kugler, John. 2000. Hiponatremia dan Hipernatremia di Lansia. American

Family Physician

‘.Gejala SIADH-Gejala sindrom SIADH, Penyebab dan Perawatan. 2000.

www.CancerTherapyChina.com (online) tanggal 29 September 2010 pukul 20.00

WIB

 Sobotka, Harry & Stewart, Corbet . Advances in clinical chemistry, Volume

17,page 21-33. London: Academic Press INC

Tisdale , James & Miller, Douglas . 2010. Drug-Induced Diseases: Prevention,

Detection, and Management, page 892. U.S : heartside publishing.

24