askep resiko perilaku kekerasan.pdf

21
 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HANG TUAH SURABAYA 2008

Transcript of askep resiko perilaku kekerasan.pdf

SURABAYA
2008
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah
sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum
memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat
 pemdidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang
 bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan
menjadi pendekatan proses keperawatan.
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart
dan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif
dan maladaptif (Gambar 1).
Respons Respons Adaptif Maladap
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
 
menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak
realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami.
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
Kekerasan: sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman-
ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah
melukai/ merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1.  Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2.  Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3.  Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4.  Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
 perilaku kekerasan.
FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
 
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflikdapat pula memicu perilaku kekerasan.
TANDA DAN GEJALA
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
 perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan
cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
yang dirasakan klien.
POHON MASALAH
Resiko mencederai
DIAGNOSA
 
1. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien:
a.  Pertemuan ke 1
 b. Pertemuan ke 2 dan 3
  Penerapan cara merawat klien selama dirawat di rumah sakit
c. Pertemuan ke 4
  Cara mengevaluasi perilaku kekerasan di rumah
  Cara mengevaluasi jadwal kegiatan di rumah
 
KEKERASAN
1.  Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
 pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
 perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif ” ,
 perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum
melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor
yang telah terlatih menangani krisis.
Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,
1998):
o  Beritahu petugas keamanan jika perlu
o  Pindahkan klien lain dari area penanganan
o  Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
o  Uraikan perencanaan penanganan pada tim
o  Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
o  Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
o  Ikat klien dengan petunjuk ketua tim
o  Berikan obat sesuai program terapi dokter
o  Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
o  Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
o  Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
o  Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap
2.  Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa
digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan
 pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998).
Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
 
o  Tunjuk ketua tim krisis
o  Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
o  Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
o  Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
o  Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan
keperawatan yang diperlukan.
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
3.  Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau
orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat.
Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien
(Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum digunakan
 perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury, 1999).
Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
o  Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
o  Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
o  Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
o  Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
o  Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
o  Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis.
Ikatan tidak terjangkau klien.
o  Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.
 
o  Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
   pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
  lakukukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
2 (dua) jam.
o  Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
o  Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
o  Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
 persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula.
o  Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien.
 
RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
 Nama Klien: RENCANA KEPERAWATAN Dx. Medis :
Ruang: No. CM. :
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan  berhubungan dengan perilaku kekerasan.
TUM: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen perilaku kekerasan. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1  
 
 
 perawat.
1.1.1  
 
 
Beri rasa aman dan sikap empati 1.1.6  Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasikan penyebab  perilaku kekerasan.
Klien mengungkapkan  perasaannya Klien dapat mengungkapkan  penyebab perasaan jengkel/ kesal (dari diri sendiri, dari lingkungan/ orang lain).
Beri kesempatan untuk mengungkapkan  perasaannya
2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab  perasaan jengkel/ kesal
TUK 3: Klien dapat mengindentifikasikan tanda- tanda perilaku kekerasan
3.1 Klien dapat mengungkapkan  perasaan saat marah/ jengkel
3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
3.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal
3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
 
Klien dapat mengungkapkan
dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat dilakukan cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau
tidak.
 perilsku kekerasan yang biasa dilakukan
klein
4.2.1  Bantu klien bermain peran sesu ai dengan  perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan klien , apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
TUK 5:
5.1 Klien dapat menjelaskan akibat
dari cara yang digunakan klien
5.1.1 Bicarakan akibat/ kerug ian dari cara yang
dilakukan klien 5.1.2 Bersama klien menyimpu lkan akibat dari
cara yang digunakan oleh klien
5.1.3 Tanyaka n pada klien “apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat?”
TUK 6:
terhadap kemarahan
6.1.1 Tanyakan pada klien “apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat?” 6.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain
yang sehat 6.1.3 Diskusikan dengn klien cara lain yang sehat:
a.  Secara fisik: tarik napas dala m, jika
sedang kesal/ memukul bantal/ kasur atau olah raga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga  b.  Secara verbal: katakan bahwa a nda
sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu , saya
marah karena mama tidak memenu hi keinginan saya)
 
kesabaran, mengadu pada Tuhan
kekerasan
menyakiti
7.1.3.  Bantu klien menstimulasikan tersebut (role  play)
7.1.4.  Beri reinforcement positif atas keberhasilan
klien menstimulasi cara tersebut 7.1.5.  Anjurkan klien untuk menggunak an cara
yang telah dipelajari saat jengkel atau marah 7.1.6.  Susun jadual melakukan cara ya ng telah
dipelajari
dengan benar (sesuai program  pengobatan)
8.1 Klien dapat menyebutkan obat- obat yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek)
8.2 Klien dapat minum obat sesuai
dengan program pengelolaan
8.1.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien 8.1.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
 berhenti minum obat tanpa seizing dokter 8.1.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca
nama yang tertera pada botol o bat, dosis obat, waktu dan cara minum)
8.1.4 Jelaskan manfaat minum obat dan efek obta
yang perlu diperhatikan 8.2.1 Anjurkan klien minta ob at dan minum obat
tepat waktu 8.2.2 Anjurkan klien melapork an pada
 perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan
8.2.3 Beri pujian jika klien minum obatdengan  benar
 
merawat klien dari sikap apa y ang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini 9.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
klien 9.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien:
  Terkait dengan cara mengontrol perilaku
marah secara konstuktif
  Membantu klien mengenal penyeb ab
marah 9.1.4 Bantu keluarga mendemo nstrasikan cara
merawat klien
mengontrol perilaku kekerasan
10.1 Bicara tenang, gerakan t idak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian
10.2 Lindungi agar klien tida k mencederai orang
lain dan lingkungan 10.3 Jika tidak dapat diatasi, lakukan:
  Pembatasan gerak atau pengekan gan
(lihat prosedur)
  Masalah: Perilaku kekerasan
A. Proses Keperawatan
1.  Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-
marah dan memecahkan piring dan gelas.
2.  Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.  TUK : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
1.  Orientasi
a.  Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ali.
 b.  Evaluasi/ validasi
c.  Kontrak
menyebabkan Ali marah
 perawat?
2.  Kerja
  Apakah ada yang membuat Ali kesal?
  Apakah sebelumnya Ali pernah marah?
  Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
  Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah.
3.  Terminasi
 b.  Evaluasi Obyektif
c.  Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali
marah yang belum kita bicarakan.
d.  Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan cara
marah yang biasa Ali lakukan.
  Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
  Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.
 
 
 Masalah: Perilaku kekerasan
2.  Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B.  Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.  Orientasi
  Apakah masih ada penyebab kemarahan Ali yang lain?
c.  Kontrak
  Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat sedang marah
  Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
  Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
 
2.  Kerja
  Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali
rasakan?
  Lalu apa biasanya yang Ali lakukan?
  Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
  Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi
adalah Ibu yang membuat Ali jengkel. Wah bagus sekali.
   Nah, bagaimana perasaan Ali setelah memukul meja?
  Apakah masalahnya selesai?
  Apa akibat perilaku Ali?
  Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya
dibawa ke rumah sakit
  Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan
sehat?
3.  Terminasi
 b.  Evaluasi Obyektif
  Apa saja yang kita bicarakan?
  Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
  Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
  Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c.  Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi
 perasaan Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi.
Kalau di runah sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster.
d.  Kontrak
 
  Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
  Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai
 besok.
 Masalah: Perilaku kekerasan
A. Proses Keperawatan
1.  Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang
 biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2.  Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 6. Memilih satu cara marah yang konstruktif
7. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
B.  Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.  Orientasi
  Salam terapeutik
 
  Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan malam kemarin?
  Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih
ada tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
  Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan
latihan cara marah yang sehat.
  Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
  Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali.
3. Kerja
  Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
   Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
  Baiklah, kita latihan nafas dalam
  Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam
agar cara marah yang lama tidak terjadi.
  Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari
hidung dan keluarkan dari mulut.
  Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari
mulut. Oke, ulang sampai 5 kali.
4. Terminasi
Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
 b.  Evaluasi Obyektif
  Ya benar, 5 kali.
c.  Rencana Tindak Lanjut
   Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
  Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum
makan dan malam sebelum tidur
  Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal
 
  Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah
dijalankan di cek list. Nah, ini caranya.
d.  Kontrak
  Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
  Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
  Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.
DAFTAR BACAAN
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(5 th  ed). St louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(6 th  ed). St louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(7 th  ed). St louis: Mosby Year Book.
Townsend, M.C. (1998).  Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri : pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan . Jakarta : EGC (terjemahan).