Askep Post Bedah Jantung.docx

38
Askep Post Bedah Jantung 1. Transplantasi Jantung Penolakan dan Infeksi Perjalanan Pascaoperasi. Pasien transplantasi jantung harus tetap dijaga dalam keseimbangan antara risiko penolakan dan risiko infeksi. Mereka harus mcmaluhi aturan kompleks tentang diit, obat-obatan, aktivitas, pemeriksaan laboratorium. biopsi (untuk mendiagnosa penolakan) dan kunjungan ke klinik. Pasien sering diberi siklosporin dan kortikosteroid untuk meminirnalkan penolakan. Selain penolakan dan infeksi, komplikasi dapat mencakup percepatan terjadinya arteriosklerosis arteri koroner; hipertensi dan hipotensi; gangguan sistern saraf pusat, pernapasan, dan gastrointestinal (UI); gagal ginjal; dan respons terhadap stres psikososial akibat tran.splantasi organ. Pasien transplantasi jantung dengan angka bertahan hidup 1 tahun sekitar 80% sampai 90% dan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 60% sarnpai 70%. F. PROSES KEPERAWATAN Pasien yang telah Menjalan Operasi Jantung : 1. Pengkajian Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut : a. Status neurologis—tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan. b. Status Jantung—frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru,

description

s

Transcript of Askep Post Bedah Jantung.docx

Page 1: Askep Post Bedah Jantung.docx

Askep Post Bedah Jantung

1. Transplantasi Jantung

Penolakan dan Infeksi

Perjalanan Pascaoperasi. Pasien transplantasi jantung harus tetap dijaga dalam keseimbangan antara

risiko penolakan dan risiko infeksi. Mereka harus mcmaluhi aturan kompleks tentang diit, obat-obatan,

aktivitas, pemeriksaan laboratorium. biopsi (untuk mendiagnosa penolakan) dan kunjungan ke klinik.

Pasien sering diberi siklosporin dan kortikosteroid untuk meminirnalkan penolakan. Selain penolakan

dan infeksi, komplikasi dapat mencakup percepatan terjadinya arteriosklerosis arteri koroner; hipertensi

dan hipotensi; gangguan sistern saraf pusat, pernapasan, dan gastrointestinal (UI); gagal ginjal; dan

respons terhadap stres psikososial akibat tran.splantasi organ. Pasien transplantasi jantung dengan

angka bertahan hidup 1 tahun sekitar 80% sampai 90% dan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 60%

sarnpai 70%.

F. PROSES KEPERAWATAN

Pasien yang telah Menjalan Operasi Jantung :

1. Pengkajian

Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :

a. Status neurologis—tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan

ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.

b. Status Jantung—frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena

sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure).

tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks.

tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO2) bila ada, drainase

rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.

c. Status respirasi—gerakan dada, suana napas, penentuan ventilator (fnekuensi, volume tidal,

konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEPfl, kecepatan napas, tekanan

ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.

d. Status pembuluh darah perifer—denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa. bibir dan

cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.

Page 2: Askep Post Bedah Jantung.docx

e. Fungsi ginjal—haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas

f. Status cairan dan elektrolit—asupan; haluaran dan semua pipa drainase. serta parameter curah

jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:

1) Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar atau

terbalik)

2) Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia

(tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval

QT)

3) Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma

4) Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani

5) Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole

g. Nyeri—sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeriangina):

aprehensi, respons terhadap analgetika.

h. Catatan: Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interns akan mengalaini

parestesis nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa

sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan arieni gasiroepiploika juga akan

mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada

tempat insisi selain nyeri dada.

Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah fungsinya

baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal, monitor Sa02, kateter arteri paru, monitor

SO2, pipa arteri dan vena, slat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan

sistem drainase urin.

Begitu pasien sadar dan mengalami kemajuan selama periode pascaoperatif, perawat harus

mengembangkan pengkajian dengan memasukkan parameter yang menunjukkan status psikologis dan

emosional. Pasien dapat irternperlihatkan iingkah laku yang mencerminkan penolakan dan depresi atau

dapat pula mengalami psikosis pasca kardiotomi. Tanda khas psikosis meliputi (1) ilusi persepsi

sementara, (2) halusinasi dengar dan penglihatan (3) disorientasi dan waham paranoid.

Page 3: Askep Post Bedah Jantung.docx

1.1. Pengkajian Komplikasi

Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi. Perawat dan dokter bekerja

secara kolaboratif untuk mengetahui tanda dan gejala awal komplikasi dan memberikan tindakan untuk

mencegah perkembangannya.

1.1.1. Penurunan Curah Jantung

Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman bagi pasien yang baru saja menjalani pembedahan

jantung. Hal ini dapat terjadi karena berbagai penyebab :

a. Gangguan preload—terlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang kembali ke jantung akibat

hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade jantung, atau cairan yang berlebihan.

b. Gangguan afterload—arteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu dilatasi karena perubahan

suhu tubuh atau hipertensi.

c. Gangguan frekuensi jantung—terlalu cepat, terlalu lambat. atau disritmia

d. Gangguan kontraktilitas—gagal jantung. infark miokardium. Ketidakseiinbangan elektrolit, hipoksia

1.1.2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi setelah pembedahan jantung. Pengkajian

keperawatan untuk komplikasi ini meliputi pemantauan asupan dan haluaran, berat PAWP, hasil

pengukuran tekanan atrium kiri dan CVP, tingkat hematokrit, distensi vena leher, edema, ukuran hati,

suara napas (misalnya krekels halus, wheezing) dan kadar elektrolit.

Perubahan elektrolit serum harus dilaporkan segera sehingga penanganan dapat segera diberikan. Yang

penting kadar kalium, natrium dan kalsium tinggi atau rendah.

1.1.3. Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang mungkin terjadi pasca bedah jantung. Semua

jaringan tubuh memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat untuk bertahan hidup. Untuk

mencapai hal tersebut pada pasca pembedahan, maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan bantuan

ventilator selama 4 sampai 48 jam atau lebih. Bantuan ventilasi dilanjutkan sampai nilai gas darah pasien

normal dan pasien menunjukkan kemampuan bernapas sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan

Page 4: Askep Post Bedah Jantung.docx

dapat diekstubasi segera setelah 4 jam pasca pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya

sehubungan dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi.

Pasien dikaji terus menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas; gelisah, cemas, sianosis

pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia dan berusaha melepas ventilator. Suara napas dikaji

sesering mungkin untuk mendeteksi adanya cairan dalam paru dan untuk memantau pengembangan

paru Gas darah arteri selalu dipantau.

1.1.4. Gangguan Peredaran Darah Otak

Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen darah yang berkesinambungan. Otak tidak memiliki

kapasitas untuk menyimpan oksigen dan sangat bergantung pada perfusi berkesinambungan yang

adekuat dan jantung. Jadi sangat penting mengobservasi pasien mengenai adanya gejala hipoksia:

gelisah, sakit kepala, konfusi. dispnu, hipotensi. dan sianosis. Gas darah arteri, SaO, SO dan CO akhir tidal

harus dikaji bila ada penurunan oksigen dan peningkatan karbondioksida. Pengkajian status neurologis

pasien meliputi tingkat kesadaran. respons terhadap perintah verbal dan stimulus nyeri, ukuran pupil

dan reaksi terhadap cahaya. gerakan ekstremitas. kekuatan menggenggarn tangan. adanya denyut nadi

poplitea dan kaki, begitu juga suhu dan warna ekstremitas. Setiap tanda yang menunjukkan adanya

perubahan status harus dicatat dan setiap temuan yang abnormal harus dilaporkan ke ahli bedah segera

karena bisa merupakan tanda awal komplikasi pada periode pascaoperatif. Hipoperfusi dan mikroemboli

dapat rnenyebahkan kerusakan sistem saraf pusat setelah pembedahan jantung.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan, diagnosis utama

keperawatan mencakup yang berikut :

a. Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang

terganggu.

b. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensif

c. Risiko kekurangan volume cairan dan keseirnbangan elektrolit berhubungan dengan berkurangan

volume darah yang beredar

Page 5: Askep Post Bedah Jantung.docx

d. Risiko gangguan persepsi-penginderaan berhubungan dengan penginderaan yang berlebihan

(suasana ruangan asuhan kritis, pengalaman pembedahan)

e. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi akibat selang dada

f. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan stasis vena, embolisasi. penyakit

aterosklerosis yang mendasarinya. efek vasopresor, atau rnasalah pembekuan darah.

g. Risiko perubahan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan curah jantung, hemolisis, atau terapi

obat vasopresor

h. Risiko hipertermia berhubungan dengan infeksi atau sindrorn pasca perikardiotomi

i. Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri

2.1. Masalah Kolaboratif / Komplikasi Potensial

Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup

a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung, disritmia.

b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo atau hematotoraks, gagal napas.

sindrom distres napas dewasa

c. Perdarahan

d. Komplikasi neurologis: cedera serebrovaskuler, emboli udara

e. Nyeri

f. Gagal ginjal, akut atau kronis

g. Ketidakseimbangan elektrolit

h. Gagal hati

i. Koagulopati

j. Infeksi, sepsis

3. Perencanaan dan Implementasi

Page 6: Askep Post Bedah Jantung.docx

Tujuan utama meliputi restorasi curali jantung, pertukaran gas yang adekuat, pemeliharaan

keseimbangan cairan dan elektrolit. berkurangnya gejala penginderaan yang berlebihan. penghilangan

nyeri, usaha untuk beristirahat, pemeliharaan perfusi jaringan yang memadai, pemeliharaan perfusi

ginjal yang memadai, pemeliharaan suhu tubuh normal, mempelajari aktivitas perawatan diri. dan tidak

adanya komplikasi.

4. Intervensi Keperawatan

a. Menjaga Curah Jantung

Penatalaksanaan keperawatan mencakup observasi terus-menerus status jantung pasien dan segera

memberitahu ahli bedah setiap perubahan yang menunjukkan penurunan curah jantung. Perawat dan

ahli bedah kemudian bekerja sarna secara kolaboratif untuk memperbaiki masalah yang terjadi.

Disritmia, yang dapat terjadi ketika perfusi jantung berkurang, juga merupakan indikator penting

mengenai fungsi jantung. Disritmia yang paling sening terjadi selama peniode pascaoperasi adalah

bradikardi, takikardi dan denyutan ektopik. Observasi terus-menerus pantauan jantung untuk adanya

berbagai disritmia merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan dan perawatan pasien.

Setiap petunjuk adanya penurunan curah jantung harus segera dilaporkan ke dokter. Data dan hasil

pengkajian uji tersebut kemudian akan digunakan dokter untuk menentukan penyebab masalahnya.

Begitu diagnosa telah ditegakkan, dokter bersama perawat bekerja secara kolaboratif untuk menjaga

curah jantung dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bila perlu, dokter dapat membenikan komponen

darah, cairan, digitalis, diuretik, vasodilator, atau vasopresor. Bila perlu dilakukan pembedahan lagi,

maka pasien dan keluanganya harus diberitahu mengenai prosedur tersebut.

b. Promosi Pertukaran Gas yang Memadai

Untuk meyakinkan adanya pertukaran gas yang memadai, perawat harus mengkaji dan menjaga patensi

selang endotrakheal. selang harus dihisap bila ada wheezing atau krekel (ronkhi). Pengisapan dapat

dilakukan melalui kateter yang sudah ada; perawat dan ahli terapi napas harus menaikkan fraksi oksigen

inspirasi ventilator (Fi02) selama tiga tarikan napas atau lebih, sebelurn mulai menghisap. Bisa juga,

oksigen 100% diherikan kepada pasien dengan resusitator manual (Ambu) sebelum dan sesudah

penghisapan untuk mencegah hipoksia yang dapat terjadi akibat prosedur penghisapan. Pengukuran gas

Page 7: Askep Post Bedah Jantung.docx

darah arteri harus dibandingkan dengan data awal dan setiap ada perubahan harus dilaporkan kepada

dokter segera.

c. Menjaga Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Untuk promosi keseimbangan cairan dan elektrolit, peravat harus mengkaji dengan cermat setiap

pemasukan dan pengeluaran. Pergunakan lembar khusus untuk mencatat keseimbangan cairan positif

atau negatif. Semua masukan cairan harus dicatat, termasuk cairan intravena, larutan pembilas yang

digunakan untuk membilas kateter arteri dan vena dan pipa nasogastrik, dan cairan peroral. Begitu pula,

semua keluaran juga harus dicatat, meliputi urin, drainase nasogastrik, dan drainase dada.

Parameter hemodinamika (tekanan darah, tekanan baji pulmonal dan atrium kiri, dan CVP) harus sesuai

dengan asupan, haluaran dan berat badan untuk menentukan kecukupan hidrasi dan curah jantung.

Elektrolit serum harus dipantau dan pasien harus diobservasi mengenai adanya tanda

ketidakseimbangan kalium, natrium dan kalsium (hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia dan

hipokalsemia).

d. Menurunkan Gejala Penginderaan yang Berlebihan

Penginderaan yang berlebihan mempakan efek yang biasa terjadi, yang berhubungan dengan

pengalaman pembedahan dan faktor lingkungan di unit perawatan kritis. Psikosis pasca kardiotomi

dapat terjadi setelah pembedahari jantung. Istilah mi mengacu pada sekelompok tingkah laku abnormal

yang terjadi dalam intensitas dan durasi yang beragam pada kebanyakan pasien. Pada tahun-tahun awal

pembedahn jantung, fenomena ini lebih sering terjadi dibanding sekarang. Pada saat itu disebabkan

karena kurangnya perfusi otak selama pembedahan, mikroemboli, dan lamanya pasien berada dalam

mesin pintasan jantung paru. Kemajuan dalam teknik pembedahan telah menurunkan secara bermakna

faktor-faktor tadi. Sekarang, apabila terjadi, mungkin disebabkan oleh kecemasan, kurang tidur,

masukan indrawi yang berlebihan, dan disorientasi terhadap malam dan siang saat pasien kehilangan

perjalanan waktu. Ada temuan penting yang menunjukkan bahwa pasien yang tak mampu

mengekspresikan kecemasannya sebelum pembedahan akan lebih rentan mengalami psikosis pada

periode pasca operasi.

e. Pengurangan Nyeri

Nyeri dalam kemungkinan tidak dapat dirasakan tepat di atas daerah cedera tetapi ke tempat yang lebih

luas dan merata. Pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung akan mengalami nyeri akibat

Page 8: Askep Post Bedah Jantung.docx

terpotongnya syaraf interkostal sepanjang irisan dan iritasi pleura oleh kateter dada. (Begitu pula,

pasien dengan CABG arteria mamaria interna dapat mengalami parestesia saraf ulna pada sisi yang sama

dengan sisi grafnya.)

Observasi dan mendengarkan adanya Tanda nyeri yang diucapkan ataupun tidak diucapkan oleh pasien

perlu diperhatikan. Perawat harus mencatat secara akurat sifat, jenis, lokasi, dan durasi nyeri. (Nyeri

irisan harus dibedakan dengan nyeri angina.) Pasien harus dianjurkan minum obat sesuai resep untuk

mengurangi nyeri. Kemudian pasien harus dapat berpartisipasi dalam benlatih menarik napas dalam dan

batuk. dan secara progresif meningkatkan perawatan diri.

Nyeri menyebabkan ketegangan. yang akan menstimulasi sistem saraf pusat untuk mengeluarkan

adrenalin, yang mengakibatkan konstriksi arteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan afrerload dan

penurunan curah jantung. Morfin sulfat dapat mcngurangi nyeri dan kecemasan serta merangsang tidur,

yang pada gilirannya menurunkan kecepatan metabolik dan keburuhan oksigen. Setelah pemberian

opioid (narkotika), setiap tanda-tanda adanya penurunan aprehensi dan nyeri harus dicatat dalam status

pasien. Pasien juga harus dipantau akan adanya tanda efek depresi pernapasan akibat analgetika. Bila

terjadi depresi pernapasan. harus diberikan antagonis opioid (mis., naloxone [Narcan]) untuk melawan

efek tersebut.

f. Meningkatkan Istirahat

Upaya dasar untuk memberikan rasa nyaman pada pasien bersama dengan pembehan analgetika akan

memperkuat efek analgesia dan meningkatkan istirahat. Pasien harus dibantu merubah posisi setiap 1

sampai 2 jam dan diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari ketegangan pada daerah

luka operasi dan selang dada. Penekanan pada daerah irisan selama batuk dan nenarik napas clalam

dapat mengurangi nyeri. Aktivita keperawatan dijadwalkan sebanyak mungkin uniuk mengurangi

gangguan saat istirahat. Bila kondisi sudah mulai stabil dan prosedur terapi serta pemantauan sudah

mulai berkurang, maka pasien dapat beristirahat lebih lama lagi.

g. Menjaga Perfusi Jaringan yang Adekuat

Denyut nadi perifer (pedis, poplitea. tibialis, femoralis, radialis, brakhialis) dipalpasi secara rutin untuk

mengkaji adanya obstruksi arteri. Bila tidak teraba denyutan pada satu ekstremitas, penyebabnya

mungkin akibat kateterisasi sebelurnnya pada ekstremitas tersebut. Bila ada denyut yang baru saja

menghilang harus segera dilaporkan kepada dokter.

Page 9: Askep Post Bedah Jantung.docx

Setelah pembedahan harus diupayakan mencegah stasis vena yang dapat mengakibatkan pembentukan

trombus dan selanjutnya emboli: (1) memakai stoking elastik atau halutan elastik, (2 menghindari

menyilang kaki. (3) menghindari pengunaan peninggi lutut pada tempat tidur, (4) mengambil semua

bantal pada rongga popliteal. dan (5) memberikan latihan pasif diikuti dengan latihan aktif umuk

meningkaikan sirkulasi dan mencegah hilangnya tonus otot.

Gejala embolisasi, yang berbeda menurut tempatnya, bisa ditandai dengan (1) nyeri abdomen atau

punggung tengah (2) nyeri, hilangnya denyutan, pucat, rasa baal, atau dingin pada ekstremitas (3) nyeri

dada atau distres pernapasan pada emboli paru dan infark miokardium: dan (4) kelemahan satu sisi dan

perubahan pupil, seperti yang terjadi pada cedera pembuluh darah otak. Semua gejala yang timbul

harus segera dilaporkan.

h. Menjaga Kecukupan Perfusi Ginjal

Perfusi ginjal yang tidak mencukupi dapat tenjadi sebagai akibat pembedahan janrung terbuka. Salah

satu penyebab yang mungkin adalah rendahnva curah jantung. Selain itu trauma terhadap sel darah

selama pintasan jantung paru menyebabkan hernolisis sel darah merah. Kejadian ini mengakibatkan

terbentuknya senyawa racun karena glomerulus tersumbat oleh debris sel darah merah yang rusak tadi.

Penggunaan bahan vasopresor untuk meningkatkan tekanan darah juga dapat menyebabkan penurunan

alinan darah ke ginjal.

Penatalaksanaan keperawatan meliputi pengukuran haluaran urin yang akurat. Haluaran urin kurang

dari 20 ml jam menunjukkan adanya hipovolemia. Berat jenis juga harus diukur untuk mengetahui

kemampuan ginjal mengkonsentrasilcan urin dalam tubulus renalis. Diuretik kerja cepat atau obat

inotropika (digitalis, isopnoterenol) dapat diberikan untuk meningkatkan cunah jantung dan aliran darah

ginjal. Perawat harus memperhatikan nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum serta kadar

elektrolit serum. Bila ditemukan ketidaknormalan segera laporkan kepada dokter karena mungkin

diperlukan pembatasan cairan dan pembatasan pemakaian ohat-obat yang biasanya diekskresi melalui

ginjal.

i. Menjaga Suhu Tubuh Tetap Normal

Pasien biasanya hipotermik saat dimasukkan ke unit perawatan intensif dan prosedur pembedahan

jantung. Pasien harus dihangatkan secara bertahap sampai ke suhu normal, yang sebagian dapat

Page 10: Askep Post Bedah Jantung.docx

diperoleh dari proses metabolisme basal pasien itu sendiri dan ditambah bantuan udara ventilator yang

dihangatkan, selimut hangat, atau lampu pemanas. Selain pasien masih hipotermik, proses pembekuan

menjadi kurang efisien. jantung rentan terhadap disritmia, dan oksigen tidak segera siap dipindahkan

dan hemoglobin ke jaringan. Karena anestesi menekan metabolisme basal. suplai oksigen yang ada

biasanya sudah mencukupi kebutuhan sel.

Setelah pembedahan jantung, pasien berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh akibat infeksi atan

sindrorn pascaperikardiotomi. Peningkatan kecepatan metabolisme yang terjadi akan meningkatkan

kebutuhan oksigen jaringan sehingga meningkatkan beban kerja jantung. Upaya harus dilakukan untuk

mencegah terjadinya urutan kejadian tersebut atau menghentikannya begitu diketahui.

5. Evaluasi

Hasil yang Diharapkan

a. Tercapainya curah jantung yang adekuat

b. Terpeliharanya pertukaran gas yang adekuat

c. Terpeliharanva keseimbangan cairan dan elekirolit

d. Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali terorientasi terhadap orang, tempat dan

waktu

e. Hilangnya nyeri

f. Terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat

g. Tercapainya istirahat yang adekuat

h. Terpeliharanya perfusi ginjal yang adekuat

i. Terpeliharanya suhu tubuh normal

E.     Perawatan Pasca Bedah

Page 11: Askep Post Bedah Jantung.docx

Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui problem pasca bedah

dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.

Perawatan pasca bedah dibagi atas :

1) Perawatan di ICU.

a. Monitoring Hermodinamik.

Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan

petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap

penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang

dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :

· CVP, RAP, LAP,

· Denyut jantung.

· “Wedge presure” dan PAP.

· Tekanan darah.

· Curah jantung.

· Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.

· Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.

b. EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan

irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali

dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar

jantung yang membahayakan.

c. Gula darah

Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin

memerlukan infus insulin.

d. Laboratorium

Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :

Page 12: Askep Post Bedah Jantung.docx

· HB, HT, trombosit.

· ACT.

· Analisa gas darah.

· LFT / Albumin.

· Ureum, kreatinin, gula darah.

· Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

e. Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah

drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½

jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam

dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk

menghentikan perdarahan.

f. Foto thoraks

Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan

Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti

komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera

dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.

g. Fisioterapi

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi

fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2) Perawatan setelah di ICU/di Ruangan. Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap

fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.

Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,

Enzim CK dan CKMB.

Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

· Elektrolit thrombosis.

Page 13: Askep Post Bedah Jantung.docx

· Ureum

· Gula darah.

· Thoraks foto

· EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.

Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

Obat – obatan

Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan

klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai,

expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke

7 atau sampai klien pulang.

Perawatan luka

Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda

panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar.

Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan

baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang

gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.

Fisioterapi

Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang

akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur,

turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari

ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

F.     Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Bedah Jantung

1)      Pengkajian

Page 14: Askep Post Bedah Jantung.docx

Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruangIntensive Care Unit. Segera setelah pasien

tiba di ICU, perawat harus segera melakukan pengkajian meliputi semua sistem organ untuk

menentukan status pascaoperasi dibandingkan dengan preoperasi dan mengetahui perubahan yang

mungkin terjadi selama pembedahan.

a). Status Kardiovaskular; Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena

sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk gelombang pada tekanan darah

invasive, curah jantung dancardiac index, drainase rongga dada, fungsi pacemaker.

b). Status Respirasi; Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk mengetahui secara dini

tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Perawat mengkaji status respirasi pasien

selama operasi, ukuran endotrakeal tube, masalah yang dihadapi selama intubasi, lama penggunaan alat

mesin jantung paru. Selanjutnya kaji gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume

tidal, konsentrasi oksigen, Mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, analisa

gas darah.

c). Status Neurologi; Tingkat responsifitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex, gerakan

ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.

d). Status Pembuluh darah perifer; Denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir, cuping

telinga, suhu kulit, edema.

e). Fungsi Ginjal; Haluaran urine, berat jenis urine, dan osmolalitas

f). Status Cairan dan elektrolit; Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung, dan

indikasi ketidakseimbangan elektrolit.

g). Nyeri; Sifat, jenis, lokasi, respon terhadap analgesic

h). Status Gastrointestinal; Auskultasi bisisng usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat palpasi.

i). Status Alat yang Dipakai; Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak kondisinya

meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi, kateter arteri paru, infuse intravena,

pacemaker, sistem drainase dan urine.

Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami perkembangan yang baik, perawat harus

mengembangkan pengkajian terhadap status psikologis dan emosional pasien, kebutuhan keluarga, dan

risiko akan komplikasi.

Page 15: Askep Post Bedah Jantung.docx

2)      Diagnosa Keperawatan

- Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi

- Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard sekunder terhadap faktor

sementara (Bedah dinding ventrikuler)

- Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi

- Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses penyembuhan

3)      Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Dx 1

Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi

Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.

Kriteria hasil:

· Menyatakan nyeri hilang.

· Menunjukkan postur tubuh rileks.

· Kemampuan istirahat/tidur cukup.

· Membedakan ketidaknyamanan bedah dari angina/nyeri jantung pra operasi.

1.] Intervensi : Dorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri rentang skala sampai 10.

Tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.

Rasional : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual. Penting untuk pasien

membedakan nyeri insisi dari tipe lain nyeri dada, contoh angina

2.] Intervensi : Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur

Rasional : Pertunjuk non verbal ini dapat mengidentifikasikan adanya atau derajat nyeri yang dialami.

3.] Intervensi : Pantau tanda – tanda vital

Page 16: Askep Post Bedah Jantung.docx

Rasional : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri, meskipun respon brakikadi dapat terjadi

pada penyakit jantung berat. Tekanan darah mungkin meningkat karena ketidaknyamanan insisi tapi

dapat menurun atau tidak stabil bila terjadi nyeri dada berat kerusakan dan atau miokardia.

4.] Intervensi : Berikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah posisi ), bantu aktivitas

perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai indikasi.

Rasional : Dapat meninggkatkan relaksasi dan perhatian tak langsung dan menurunkan frekuensi atau

kebutuhan dosis analgesic

5.] Intervensi : Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan asetaminofen (darvoset-

N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox)

Rasional : Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan menurunkan tegangan otot, yang

memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan penyembuhan.

Dx 2

Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard sekunder terhadap faktor sementara

(Bedah dinding ventrikuler).

Tujuan: Mengembalikan curah jantung untuk menjaga/mencapai gaya hidup yang diinginkan

Kriteria Evaluasi:

· Parameter hemodinamik dalam batas normal

· Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari 300 ml/jam

· Tanda-tanda vital stabil

· Nyeri terbatas pada luka operasi

· EKG negative terhadap perubahan iskemik

1]. Intervensi : Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td, khususnya mencatat hipotesis

waspada terhadap batas sistolik/diastolic khusus pada pasien.

Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal jantung/syok.

2]. Intervensi : Catat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi perifer.

Page 17: Askep Post Bedah Jantung.docx

Rasional : Kulit hangat/merah muda, dan nadi kuat adalah indicator umum curah jantung adekuat.

3]. Intervensi : Pantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda vital sebulum/selama/setelah

aktivitas, terjadinya disritmia.

Rasional : Merangsang sirkulasi/tonur kardiovaskuler dan meningkatkan rasa sehat. Kemajuan

aktifitas tergantung toleransi jantung.

4] intervensi : Berikan O2 tambahan sesuai indikasid.

Rasional : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki

iskemia jantung dan disritmia jantung.

Dx 3

Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi

Tujuan : Inefektif pola nafas tidak terjadi.

Kriteri hasil : Pasien menunjukan pola nafas adekuat.

1]. Intervensi : Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidak simetrisan

gerakan dada.

Rasional : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan

memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.

2]. Intervensi : Liat kulit dan membrane mukosa untuk adanya sianosis.

Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-abuan umum menunjukkan kondisi hipoksia

sehubungan dengan gagal jantung atau komplikasi paru.

3]. Intervensi : Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan contoh adanya

dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.

Rasional : Respon pasien bervariasi kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut,

demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia, atau

distensi gaster.

4]. Intervensi : Tekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam atau batuk.

Page 18: Askep Post Bedah Jantung.docx

Rasional : Menurunkan tegangan pada insisi, menuingkatkan ekspansi paru, dan meningkatkan

upaya upaya batuk efektif.

5]. Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen dengan kanul atau masker, sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya pada

adanya penurunan atau gangguan ventilasi.

Dx 4

Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses

Penyembuhan

1].   Intervensi : Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga idetifikasi masalah tentang disfungsi peran

atau gangguan, contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.

Rasional : Membantu mengetahui tanggung jawab pasien bagaimana efek penyakit terhadap peran

ini. Peran tergantung pasien menimbulkan cemas dan masalah tentang bagaimana pasien akan mampu

menangani tanggung jawab peran biasanya.

2]. Intervensi : Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap diri atau hidup.

Rasional : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi atau perencanaan perawatan individual.

3]. Intervensi : Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan strategi untuk menerima

perubahan, contoh : pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain atau teman atau tetangga:

menerima bantuan sementara (perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya bantuan

finansial.

Rasional : Perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi atau meningkatkan rasa control dan

mnyeselsaikan tanpa kehilangan harga diri.

4]. Intervensi : Pertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan untuk pasien

melakukan latihan control sebanyak mungkin.

Rasional : Membantu pasien menerima perubahan yang terjadi dan mulai menyadari control

terhadap diri sendiri.

4)      Implementasi

Page 19: Askep Post Bedah Jantung.docx

Dx 1;

1) Mendorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri rentang skala sampai 10. Tanyakan

pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.

2) Mengobservasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur

3) Memantau tanda – tanda vital

4) Memberikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah posisi ), bantu aktivitas

perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai indikasi.

5) Mengkolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan asetaminofen (darvoset-N),

asetaminofen dan oksikodon (Tylox)

Dx 2

1) Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td, khususnya mencatat hipotesis waspada

terhadap batas sistolik/diastolic khusus pada pasien.

2) Mencatat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi perifer.

3) Memantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda vital sebulum/selama/setelah aktivitas,

terjadinya disritmia.

4) Memberikan O2 tambahan sesuai indikasid.

Dx 3

1) Mengobservasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidak simetrisan gerakan

dada.

2) Melihat kulit dan membrane mukosa untuk adanya sianosis.

3) Mengevaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan contoh adanya

dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.

4) Menekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam atau batuk.

5) Kolaborasi : Memberikan tambahan oksigen dengan kanul atau masker, sesuai indikasi.

Dx 4

Page 20: Askep Post Bedah Jantung.docx

1) Mengkaji peran pasien dalam hubungan keluarga idetifikasi masalah tentang disfungsi peran atau

gangguan, contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.

2) Mengkaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap diri atau hidup.

3) Membantu pasien atau orang terdekat mengembangkan strategi untuk menerima perubahan,

contoh : pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain atau teman atau tetangga: menerima

bantuan sementara (perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya bantuan finansial.

4) Mempertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan untuk pasien melakukan

latihan control sebanyak mungkin.

Diagnosis Penderita Penyakit Jantung

Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka diperlukan tindakan

investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk

jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :

1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat

elektrokardiografi.

2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat pembesaran

atrium kiri (foto lateral).

3. Fonokardiografi

4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan pantulan

dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran rongga jantung

dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan

warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau

kolateral.

5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena kemudian

dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.

Page 21: Askep Post Bedah Jantung.docx

6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukan ke

pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena

femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :

· Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui adanya

peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada

jantung bagian kiri.

·

Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi

Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu persiapan fisik maupun

persiapan mental.

Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah persiapan kulit,gastrointestinal,persiapan

untuk anastesi, kenyamanan dan istirahat pasien, serta obat-obatan yang digunakan. Sedangkan

persiapan mental,sangat tergantung pada dukungan dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah

dapat memberikan informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit

pasien. Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic penunjang,

peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat operasi dan ruang tunggu

bagi keluarga pasien. Hal ini dilakukan pada saat perawat bedah melakukan kunjungan

sebelum pasien dioperasi.

Ø PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi

Observasi tingkat kesadaran pasien

Observasi emosi pasien

Observasi aktivitas

Cek obat yang digunakan

Observasi pernafasan pasien

Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup

Page 22: Askep Post Bedah Jantung.docx

Cek obat yang digunakan

Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu

Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan

Ø Pemeriksaan Diagnose

· EKG: untuk mengetahui disaritmia

· Chest x-ray

· Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.

· Kateterisasi

· Ekhocardiografi

Ø Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan

Melakukan serah terima dengan perawat ruangan

Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien

Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya

Memberikan surport kepada pasien

Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,

pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG

Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi

Menciptakan situasi yang tenang

Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat bantu dengar

Membawa pasien keruang operasi

Ø Perawatan Intra Operasi

1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain: guedel,

laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir

Page 23: Askep Post Bedah Jantung.docx

2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup, bagging dan

ventilator

3. Circulation (sirkulasi):

a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding miokard bagian inferior dan

V5 untuk antero lateral

b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah

c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta obat-

obatan yang perlu diberikan

d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi status pasien dari

cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna

e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau kejadian akut

seperti iskemia atau injuri otak

f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia, analgesia, relaksasi

otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,

diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlu

4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa

5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk

mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan

6. Posisi pasien dimeja operasi

Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan:

posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau,

mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku,

dan tumit)

8. Menjaga tindakan asepsis

Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping. Menggunakan

gaun dan sarung tangan yang steril.

Page 24: Askep Post Bedah Jantung.docx

2.7Perawatan Pasca-bedah

Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah

dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan

baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.

v Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas

Page 25: Askep Post Bedah Jantung.docx

1. Perawatan di ICU.

a. Monitoring Hemodinamik.

Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan

petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap

penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.

Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :

· CVP, RAP, LAP.

· Denyut jantung.

· Wedge presure dan PAP.

· Tekanan darah.

· Curah jantung.

· Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.

· Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.

b. EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan

irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali

dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar

jantung yang membahayakan.

c. Sistem pernapasan

Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi sebelum

ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :

· Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.

· Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.

· Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau

berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.

Page 26: Askep Post Bedah Jantung.docx

d. Sistem neurologis

Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif

pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.

e. Fungsi ginjal

Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain.

Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.

f. Gula darah

Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin

memerlukan infus insulin.

g. Laboratorium

Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :

· HB,HT,trombosit.

· ACT.

· Analisa gas darah.

· LFT / Albumin.

· Ureum, kreatinin, gula darah.

· Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h. Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah

drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½

jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam

dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk

menghentikan perdarahan.

i. Foto thoraks

Page 27: Askep Post Bedah Jantung.docx

Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan

Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi

yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan

begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.

j. Fisioterapi.

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi

fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.

Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan.

Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin

dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.

Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

· Elektrolit thrombosis.

· Ureum

· Gula darah.

· Thoraks foto

· EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.

Hari ke 6 - 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan

mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus

sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak

sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.

Page 28: Askep Post Bedah Jantung.docx

Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan

bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya

sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya

nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau

sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama

untuk mencegah luka terbuka.

Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah

retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan

duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi,

dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.