ASKEP pencernaan revisi

download ASKEP pencernaan revisi

of 33

description

monggo

Transcript of ASKEP pencernaan revisi

MAKALAH ASKEP SYSTEM PENCERNAAN, ASKEP DIARE DAN ASKEP THYPOID

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHNURSING CARE IN DIGESTIVE SYSTEMYang dibimbing oleh Ns. Heni Dwi Windarwati, MKep.,SpKepJ

OlehHARIS FADJAR SETIAWAN(125070218003056)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASKEP SISTEM PENCERNAAN, ASKEP DIARE, ASKEP THYPOID tepat pada waktunya.Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya.Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Kediri, 7 agustus 2015 PenulisDAFTAR ISI

Halaman sampul1Kata pengantar2Daftar isi3BAB I Pendahuluan1.1 Latar belakang1.2 Rumusan masalah1.3 Tujuan2. BAB II KONSEP2.1 konsep thypoid3. BAB III PEMBAHASANAskep sistem pencernaan secara umum3.1 Pengkajian3.2 Diagnosa keperawatan3.3 Intervensi secara umumAskep diare3.4 Pengkajian3.5 Diagnosa 13.6 Diagnosa 23.7 Diagnosa 3Askep thypoid3.8 Pengkajian3.9 Diagnosa 13.10 Diagnosa 2................................................................................3.11 Diagnosa 3..................................................................................Daftar Pustaka........................................................................................

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakangMakanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Di dalam tubuh kita terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Dimana antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada salah satu organ yang mengalami gangguan maka sistem pencernaan di dalam tubuh manusia tidak akan berlangsung secara optimal. Kita mengetahui bahwa tidak ada satu individu yang dapat bertahan hidup tanpa adanya organ sistem pencernaan, karena sistem pencernan merupakan hal yang sangat vital di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai menyediakan makanan, air dan lektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh melalui proses pencernaan. Berikut adalah macam-macam gangguan sistem pencernaan: gastritis, diare, konstipasi, maag,hepatitis, apendisitis,hemoroid, tukak lambung, radang usus buntu, sariawan, sakit gigi, mallnutrisi, cacinganPenyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.Demam typoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thyphosi. Penyakit ini termasuk penyakit menular, dengan rute penularannya dalam bahasa Inggris disingkat 3F, yaitu Feces (kotoran manusia), Fly (lalat), dan Food (makanan). Pernah dilakukan survey sederhana, ternyata sebagian gado-gado di sekitar Jakarta, mengandung kuman typoid. Tapi tidak usah kaget, karena memang Jakarta endemis penyakit ini. Artinya sepanjang tahun, pasti ada orang yang kena penyakit typoid.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa saja pengkajian pada pasien gangguan pencernaan , diare dan thypoid1.2.2 Apa saja diagnosa pada pasien gangguan pencernaan , diare dan thypoid1.2.3 Apa saja intervensi pada pasien gangguan pencernaan , diare dan thypoid

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan umum:Mahasiswa mampu melaksanakan, mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang diare dan thypoid1.3.2 Tujuan khususa. Mengetahui pengkajian pada pasien gangguan penceraan, diare dan thypoidb. Mengetahui diagnosa pada gangguan pencernaan, diare dan thypoidc. Apa saja intervensi pada pasien gangguan pencernaan, diare, dan thypoid

BAB IIPEMBAHASANA. Definisi Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Bruner dan Sudart, 2000).Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Mansjoer, 2000).Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002).Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari salmonella (salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan & Alatas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO, 2005).`B. Epidemiologi ThypoidTyphoid masih merupakan masalah kesehatan sedang bergembang. Besarnya angka kasus typhoid di dunia ini sangat sukar ditentukan sebab penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahuan di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia. Umur di Indonesia (daerah endemis ) di laporkan antara 3 smpai 19 tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di laporkan dari Amerika Selatan.Salmonella Typhi dapat hidup dalam tubuh manusia ( manusia sebagai natural reservoir ). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat mengeksresikanya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella Typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakian. Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah di matikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temperatur 630C ).

C. Etiologi ThypoidPenyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namun memiliki susunan antigen yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antgen O (somatik) dan antigen H (flagella). Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan sifat biokimia.Mekanisme masuknya kuman di awali dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan, basil diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu masuk ke dalam peredaran darah samapai keorgan-organ lain, terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organorgan tersebut akan membesar disertai dengan rasa nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak penyeri; tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.Prognosis tifoid pada anak baik bila pasien segera berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat adalah + 6%. Prognosis ini menjadi buruk bila terdapat gambaran klinis yang berat seperti demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua, kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau delirium), terdapat komplkasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, serta perforasi.

D. Faktor ResikoBerikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya tipus :1. Bekerja atau bepergian ke daerah dengan wabah tipus1. Bekerja sebagai peneliti mikrobiologi yang mengamati bakteri Salmonella typhi1. Berinteraksi langsung dengan penderita tipus atau baru saja selesai menderita tipus1. Lemahnya sistem kekebalan tubuh akibat obat tertentu seperti kortikosteroidatau penyakit seperti HIV/AIDS1. Minuman Anda terkontaminasi bakteri Salmonella typhiE. Manifestasi Klinis Gejala klinis tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan penderita dewasa. Masa inkubasi rata rata 10 20 hari. Selama masa ini, ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu , nyeri kepala, dan tidak semangat. Kemudian gejala klinis yaitu demam, gangguan pencernaan hingga penurunan kesadaran.a. Demam.Demam merupakan gejala utama deman tifoid. Awalnya, demam hanya samar-samar saja, selanjutnya turunnaik yakni pada pagi lebih rendah, sementara sore dan malam lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39 40 derajat celcius. Pada minggu ke-2 intensitas demam semakin tinggi. Bila pasien membaik, maka pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke-3. Tidak selalu ada bentuk demam yang khas pada demam tifoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.b. Gangguan pada saluran pencernaan.Pada mulut terdapat napas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Penderita mengeluh nyeri perut, terutama nyeri uluhati disertai mual muntah serta diare ataupun konstipasi. Pada pemeriksaan ditemukan perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.c. Gangguan kesadaran.Umumnya terdapat penurunan kesadaran ringan. Bila gejala berat, tak jarang penderita sampai koma.d. Disamping gejala-gejala tersebut, dapat pula ditemukan gejala lain seperti roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam. Kadang-kadang ditemukan penurunan denyut jantung pada anak yang lebih besar dan mungkin pula ditemukan perdarahan hidung.

F. PatofisiologiSalmonella thyposa

Saluran pencernaan Lolos dari asam lambungUsus halusJaringan limfoidKel. Limfoid Usus HalusAliran darah Seluruh TubuhHipertermiaNekrosis usus halusMengeluarkan endotoksin Suhu Tubuh Konstipasi Peristaltik ususUlkus di Plak PeyeriMotilitas usus terganggu Peristaltik usus Diare OtakNyeri kepalaPelepasan mediator inflamasiGg. Rasa nyaman nyeri kepalaSSPMerangsang pusat muntah di medulla oblongata

Napas berbau tidak sedapLidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue)Defisit Perawatan Diri (Oral hygine)Bedrest TotalKelemahan Gg. Pemenuhan NutrisiAnoreksia Muntah Mual Gg. Rasa nyaman nyeri perutBibir kering dan pecah-pecahDehidrasiDefisit volume cairan dan elektrolitKekurangan cairan dan elektrolit Masuk retikuloendotelialDimusnahkan oleh lambungNyeri perabaan kuadran atasPembesaran hati dan limfaMasuk limfa dan hatiJaringan limfoidSalmonella Thyposa

G. KomplikasiKomplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat berupa:a. Perdarahan ususApabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan bezidin. Jika perdarahan banyak, maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.b. PerforasiPerforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.c. PeritonitisPeritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence muscular), dan nyeri tekan.d. Komplikasi di luar ususTerjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

H. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan Darah Perifer LengkapDapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.2. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus3. Pemeriksaan Uji WidalUji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu: Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

I. Penatalaksanaan Pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan di berikan perawatan sebagai berikut:1. Perawatan Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya kondisi bila ada komplikasi perdarahan.2. Diet Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang kerja usus dan tidak mengandung gas, dapat diberikan susu 2 gelas sehari Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.3. Obat-obatan Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari Golongan Fluorokuinolon Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hariKombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

BAB IIIPEMBAHASAN

3. Askep umum gangguan sistem pencernaan3.1 Pengkajian3.1.1 Keluhan UtamaKeluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:a. NyeriKeluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.b. Mual muntahKeluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.c. Kembung dan Sendawa (Flatulens).Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.d. Ketidaknyamanan AbdomenKetidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.e. DiareDiare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.f. KonstipasiKonstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.3.1.2 Riwayat KesehatanPengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan.Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal:a Pengkajian rongga mulutb Pengkajian esofagusc Pengkajian lambungd Pengkajian intestinale Pengkajian anus dan fesesf Pengkajian organ aksesori3.1.3 Riwayat kesehatan sekarangSetiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.3.1.4 Riwayat kesehatan dahuluPengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.3.1.5 Riwayat penyakit dan riwayat MRSPerawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.3.1.6 Riwayat penggunaan obat-obatanAnamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.3.1.7 Riwayat alergiPerawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.3.1.8 Temuan fisikTemuan fisik kemudian dikaji untukmemastikan data subjektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi,diauskultasi, dipalpasi dan di perkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomendilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan palpasi (yang dapat meningkatkan motilitas ususdan dengan demikian merubah bising usus). Karakter, lokasi , dan frekuensi bising usus dicatat. Timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi masa abdomen atau area nyeri tekan. Adanya temuan abnormal harus dicatat sesuai dengan garis tanda permukaan (prosesus xifoideus, margin empat kuadran secara umum digunakan untuk menggambarkan abdomen (KkaA-kuadran kanan atas, KkaB-kuadran kanan bawah, KkiA-kuadran kiri atas, KkiB- kuadran kiri bawah)

3.2 Diagnosa yang sering muncul di gangguan sistem pencernaana. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanc. Nyeri akutd. Hipertermi

3.3 ntervensi secara umuma. Pantau adanya gejala dehidrasiR: penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pengganti cairan segera untuk memperbaiki defisitb. Pantau intake dan outputR: haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolismec. Pemberian cairan parental (IV line) sesuai dengan umur dan penyulitR: klien tidak sadar atau dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah hilang d. Supportif ( pemberian vitamin A)R: vitamin A merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhane. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi dietR: menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompresRasional: mengurangi rasa nyerig. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeriRasional: mengurangi rasa nyerih. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darahi. Berikan cairan yang adekuatRasional : untuk menurunkan panas tubuh pasienj. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik Rasional : menurunkan panas dengan obatASKEP DIARE 3.4 PengkajianDiare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak . 3 kali/hari dalam sehari,. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perilaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalaui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat waktu dan orang)3.4.1 Keluhan utamaKeluhan yang membuat klien di bawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis berupa BAB yang tidaknormal/ cair lebih banyak dari biasanya3.4.2 Riwayat penyakit sekarangPaliatif, apakahyang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor akanan dan faktor psikologis.Kuantitatif , gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules. Kualitas , Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.Regonal, perut terasa meles, anus terasa basahSkala/ keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hariTiming, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare erkepanjangan >7 hari dan diare kronis>14 hari3.4.3 Riwayat penyakit sebelumnya Infeksi parenteral seperti ISPA, infeksi saluran kemih, OMA (otitis Media Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare3.4.4 Riwayat kesehatan keluarga PenyakitApakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan Lingkungan rumah dan komunitasLingkungan yang kotor dan kumuh seta personal hygine yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare Perilaku yang mempengaruhi kesehatanBAB yang tidak pada tempatnya(sembarangan)/ di sungai dan cara bermain anak yang kurang higenis dapdat mempermudah masuknya kuman lewat fecal-oral Persepsi keluargaKondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan, ini bergantung pada tingkat pegetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga3.4.5 Pola nutrisi Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygine berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampia jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi.3.4.6 Pola eliminasiBAB (frekuensi,banyakwarna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhdap kuman penyebab dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewa urin3.4.7 Pola istirahat Pada bayi, anak dengan diar kebuuhanistirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel3.4.8 Pola aktivitas klien nampak lemah gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari hari3.4.9 Pemeriksaan fisik3.4.9.1 Sistem neurologiSubyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejangInspeksi keadaan umum klien yang di amati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.keasadran dapat di amati komposmentis, apatis,somolen,delirium,srupor dan komaPalpasi, adakah parese, anestesiaPerkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis3.4.9.2 Sistem pengindraan Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunangInspeksi:Kepala, warna dan distribusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekungMata, amati adanya conjungtiva anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor,miosis, dan midrasi. Pada keadaan diae yang lebih lanjut atau syok hipovolumia refleks pupil (-), mata cowongHidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolisme kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untu mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 nampak adanya cuping hidungTelinga, adakah infeksi telinga berpengaruh pada pada kemungkinan infeksi parenteral yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diaePalpasiKepala, ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering. Sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maksimal umur 2 tahun. Telinga, nyeri tekan, matoiditis3.4.9.3 Sistem integumenSubyektif, kulit keringInspeksi, kulit kering sekresi sedikit, selaput muosa keringPalpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyala kulit kembali dalam 1 detik = dehodrasi ringan, 1-2 =dehidrasi sdang dan >2 detik dehidrasi berat3.4.9.4 Sistem karidiovaskulerSubyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dinginInspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubung meningkatPalpasi suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun , heart rate meningkat karena casodilatas pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji fekuensi, irama dan kekuatan nadiPerkusi normal redup, ukura dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare masi dalam batas normalAuskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskultasi bunyi jantung s1 s2 murnur atau bunyi tambahan lainnya3.4.9.5 Sistem pernafasanSubyektif sesak atau tidakInspeksi, bentuk simetris, ekspansi, retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan adakah penumpukan sekresi, stridor pernafasan inspirasi atau ekspirasiPalpasi, kaji adanya massa dan nyeri tekanAuskultasi kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi, adakah suara abnormal seperti wheezing3.4.9.6 Sistem pencernaan Subyektif, kelaparan,hausInspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek) frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau ,disertai lendir atau darah Auskultasi, bising usus (dengan mengguanakan diafragma steoskope), peristaltikusus meningkat (gurgling)>5-20 detik dengan durasi 1 detikPerkusi, adanya gas cairan atau massa, hepar dan lien Palpasi adanya nyeri tekan 3.4.9.7 Sistem muskuloskeletal Subyektif lemahInspeksi klien tampak lemaj, aktivitas menurunPalpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun.

3.5 Diagnosa 1Analisa dataEtiologiDiagnosa keperawatan

DO: Membran mukosa kering Ubun-ubun besar dan cekung Mata cowongDS: Pasien merasa hausDiare

Frekuensi BAB meningkat

Hilang cairan & elektrolit berlebihan

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Dehidrasi

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitKetidakseimbangan cairan dan elektrolit

3.5.1 Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit dapat di pertahankan secara optimal3.5.2 Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam:a. Tanda-tanda vital dalam batas normalb. Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah,mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung3.5.3 Intervensi Pantau adanya gejala dehidrasiR: penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pengganti cairan segera untuk memperbaiki defisit Pantau intake dan outputR: haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme Timbang BB tiap hariR: penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum (LGC dan oralit)R: kandungan Na,K dan glukosa dalam LGC, dan oralit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Pemberian cairan parental (IV line) sesuai dengan umur dan penyulitR: klien tidak sadar atau dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah hilang Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)R: serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan elektrolit. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)R: antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elekrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin

3.6 Diagnosa 2Analisa dataEtiologiMasalah keperawatan

DO:-berat badan menrun- protein dalam tubuh berkurang (albuminemia)DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurangDiare

Distensi abdomen

Mual,muntah

Nafsu makan menurun

BB menurun

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.6.1 Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi3.6.2 Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam:a. Nafsu makan membaikb. BB ideal c. Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal 3.6.3 Intervensi:a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet ( makanan yang berserat tinggi)R: makanan ini dapat merangsang saluran usus b. Timbang BB setiap hariR: perubahan berat yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitaminc. Ciptakan lingkungan nyaman bagi pasienR: meningkatkan nafsu makand. Kolaborasi pemberian rehidrasi parental (IV line)R: untuk menggantikan cairan yang hilange. Supportif ( pemberian vitamin A)R: vitamin A merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan3.7 Diagnosa 3Analisa dataEtiologiDiagnosa keperawatan

DO: Terjadi iritasi Integritas kulit Kebersihan perianal tidak terjagaDS: Pasien merasa gatal di sekitar perianalDiare

Kebersihan perianal kurang

Pasien merasa gatal

Digaruk

Resiko injuri kulitResiko injuri kulit (area perianal)

3.7.1 Tujuan : mencegah terjafinya luka3.7.2 Kriteria hasil : setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jama. Integritas kulit utuh b. Iritasi tidak terjadic. Kebersihan perianal tetap terjaga3.7.3 Intervensi:a. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidurR: kebersihan menjaga aktivitas kuman. Informasi yang adekuat melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaan partisipasi dalam peningkatan kesehatanb. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengerigkannya dan mengganti pakaian bawah serta alasnyaR: kooperatif dan partisipasi sangat penting untuk pencegahan terjadinya disintegritas kulitc. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian baawah basahR: kelembaban dan keasaman faces merupakan faktor pencetus iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebutd. Lindungi area perianal dari iritasi dengan pemberian lotionR: sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat di kurangi dengan menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasie. Atur posisi klien selang 2-3 jamR: posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah iskemia dan iritasi

ASKEP THYPOID3.8 Pengkajian3.8.1 Riwayat Kesehatan Sekarang Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.Revisi: sakit pada perabaan kuadran atas pada pemeriksaan fisik, suhu badan panas > 37,5OC karena adanya pelepasan mediator inflamasi3.8.2 Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.3.8.3 Riwayat Psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.3.8.4 Pemeriksaan Fisik Kesadaran dan keadaan umum pasien Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Pemeriksaan fokus thypoid3.8.5 Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama. karena kontak dengan bakteri 3.8.6 Pola nutrisi dan metabolisme :Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus. 3.8.7 Pola istirahat dan tidurSelama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.3.8.8 Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

3.9 Diagnosa 1 Analisa dataEtiologiDiagnosa keperawatan

DO:-Suhu tubuh >37,5OC-Nadi >100x/menit-RR >24x/menit-Perubahan warna kulitProses inflamasi

Pelepasan cytokine

Aktivasi sistem imun

Pusat termolegulator di hipotalamus

Kenaikan titik ambang regulasi panas

Respon panas tubuh

hipertermihipertermi

3.2.1 Tujuan: termoregulasi klien adekuat3.2.2 Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jama. Suhu tubuh dalam rentang normal 36-37OCb. Nadi dan RR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing3.2.3 Intervensi:a. Observasi suhu tubuh klien Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.b. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah pada suhu 38O selama 10 menitc. Berikan cairan yang adekuat Rasional : untuk menurunkan panas tubuh pasien. (tambahkan cairan sebanyak 10% setiap 1C demam)d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun Rasional : menjaga kebersihan badane. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik Rasional : menurunkan panas dengan obat.3.10 Diagnosa 2Analisa dataEtiologiDiagnosa keperawatan

DO: Nyeri rentang 5-8 Posisi untuk menahan nyeri Tingkah laku ekspresifDS: Laporan secara verbal : megatakan nyeri pada perutnyaDemam thypoid

Peradangan pada usus halus

Reaksi inflamasi

Pelepasan mediator nyeri

nyeriNyeri akut

3.10.1 Tujuan :mengurangi rasa nyeri pasien3.10.2 Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam :a. Pasien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangb. Ekspresi wajah tenang dan rileks c. Pasien mampu mengontrol nyeri3.10.3 Intrvensi:a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiRasional : mengetahui karakteristik nyeri pasienb. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananRasional: mengkaji tingkat nyeri pasien dari respon nonverbalc. Jelaskan pada pasien penyebab nyeriRasional : agar pasien mengetahui penyebab nyeri yang dialaminyad. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisinganRasional: menigkatkan rasa nyaman pasiene. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompresRevisi: kompres hangat dengan suhu 43OC selama 30 menit (jurnal impact of warm compresses on local ijection-site reactions with self-administered glatoramer acetate)Rasional: mengurangi rasa nyerif. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeriRasional: mengurangi rasa nyeri

3.11 Diagnosa 3Analisa data EtiologiDiagnosa keperawatan

DO: -Muntah-Kurang nafsu makan-Bising usus berlebih-Konjungtiva pucat

DS:-Nyeri abdomen

Bakteri salmonella thypi

Masuk kedalam tubuh melalui: fecal-oral /oral-anal

Sebagian bakteri di musnahkan oleh lambung

Mual dan muntah

Penurunan nafsu makan

DX: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhNutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.11.1 Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi3.11.2 Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan 3x24 jam a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanb. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badanc. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisid. Tidak ada tanda tanda malnutrisi3.11.3 Intervensi :a. Kaji pola nutrisi klienRasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukaiRasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.c. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akutRasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.d. Timbang berat badan tiap hariRasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.e. Anjurkan klien makan sedikit tapi seringRasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian dietRasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.Diet yang dianjurkan dan optimal harus diberikan selama akut fase penyakit ini (l minggu - 2 minggu penyakit). Cair atau diet lembut dengan kalori tinggi (3000-5000 kalori / hari) dan protein yang tinggi (100 gram / hari) biasanya dilakukan selama fase ini, selain minimal 2-3 liter /hari. Bentuk diet diubah ke diet padat secara bertahap, untuk mencegah komplikasi usus. Studi diet padat (terdiri dari membuat mendidih beras, daging, ikan, telur, dan sayuran selulosa rendah), mengingat sebelumnya selama fase akut, muncul aman.

DAFTAR PUSTAKA0. Suzanne,C.smeltzer.(2001).keperawata mwdikal bedah,edisi8. Jakarta :EGC0. Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta :EGC0. NANDA,NIC,NOC Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001. jolly, helen, simpson, kellie, bishop, barbara, hunter, heli, newell, cassie, denney, douglas, & merrikay. (2008). impact of warm compresses on local injection-site reactions with self administered glatiramer acetat. neuroscience nursing. Eddy Soewandojo, Suharto, & Hadi, Usman. (1998). thypoid fever in indonesia clinical picture, treatment and status after therapy. clinical features, treatment, post therapy status.

Pertanyaan 2. Jenis makanan apa yang cocok pada penderita thypoidDiet yang dianjurkan dan optimal harus diberikan selama akut fase penyakit ini (l minggu - 2 minggu penyakit). Cair atau diet lembut dengan kalori tinggi (3000-5000 kalori / hari) dan protein yang tinggi (100 gram / hari) biasanya dilakukan selama fase ini, selain minimal 2-3 liter /hari. Bentuk diet diubah ke diet padat secara bertahap, untuk mencegah komplikasi usus. Studi diet padat (terdiri dari membuat mendidih beras, daging, ikan, telur, dan sayuran selulosa rendah), mengingat sebelumnya selama fase akut, muncul aman.

35