Askep Pencernaan Parotitis Fix

36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: PAROTITIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 M.Kholid Ikrimah S ( 12.1.14.1.017 ) Achmad Suhaili (12.1.14.1.003 ) Albertin Wonga ( 12.1.14.1.006) Devi Zamila (12.1.14.1.039 ) Dony Irvansyah (12.1.14.1.040 ) PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Askep Pencernaan Parotitis Fix

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: PAROTITIS

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3M.Kholid Ikrimah S ( 12.1.14.1.017 )Achmad Suhaili (12.1.14.1.003 )Albertin Wonga( 12.1.14.1.006)Devi Zamila (12.1.14.1.039 )Dony Irvansyah(12.1.14.1.040 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA2014

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas rahmat dan bimbingannya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.makalah ini merupakan panduan bagi para mahasiswa dan guru yang kami sajikan secara praktis dan sistematik.serta di rancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang baik.Makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan untuk itu,kami mohon kritik dan saran dari pembaca.Atas saran dan bantuan dari semua pihak kami mengucapkan terima kasih.

Surabaya,22 september 2014

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangParotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genusRubulavirussubfamilyParamyxsovirinaedanfamily Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana asuhan keperawatan pada penyakit parotitis ?

1.3 Tujuan Adapun tujuan yang ingin di capai adalah sebagai berikut :1. Menjelaskan definisi parotitis2. Menjelaskan etiologi parotitis3. Menjelaskan patofisiologi parotitis4. Menjelaskan manifestasi klinis parotitis5. Menjelaskan komplikasi parotitis6. Menjelaskan penatalaksanaan medis parotitis7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic parotitis8. MenjelaskanWOCparotitis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar parotitisa. Anatomi Kelenjar SalivaBerdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan Agur, 1995).Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995)

b. Definisi ParotitisPenyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

c. Etiologi ParotitisAgen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genusRubulavirussubfamilyParamyxovirinaedan familyParamyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/harib. parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosisc. hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.2. Penderita rawat inapPenderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diet lunak, cair dan TKTPb. Analgetik-antipiretikc. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadia. Encephalitissimptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.b. Orkhitisa. istrahat yang cukupb. pemberian analgetikc. sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 haric. Pankreatitis dan ooporitisSimptomatik saja

h. Pemeriksaan Diagnostika. Darah rutinTidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109/L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.b. Amilase serumBiasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.c. Pemeriksaan serologisAda tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:1. Hemaglutination inhibition (HI) testUji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.2. Neutralization (NT) testDengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal3. Complement Fixation (CF) testTes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.4. Pemeriksaan VirologiIsolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

i. PencegahanPencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.a. Pasif Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.b. AktifDilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternalIndividu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam situasi ini

j. Komplikasi klinisKomplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :a. MeningoensepalitisPenderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.b. KetulianTuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.c. OrkitisPeradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.d. Ensefalitis atau MeningitisPeradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.e. OoforitisTimbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertasf. PankreatitisPeradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.g. NefritisKadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.h. TiroiditisWalaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.i. MiokarditisManifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 510hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.j. ArtritisJarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.k. Kelainan pada mataKomplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 1020 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

Agen invasive:mumps,virusK.WOC

Masuk lewat hidung / mulut:droplet,infeksi

Proliferasi di parotis

Parotitis

B5 (bowel)B3 (Brain)

viremiaEdema pada parotitis ke jaringan sekitar

Infeksi jaringan sekitar

Pembengkakan pada rahang Masuknya virus ke saraf pusat

hipertermiSuhu tubuh meningkatInfeksi sel mononuclear

Gangguan nafsu makanPlexus choroideus

PK: MENINGITIS

Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi

BAB IIIKASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS:An.B jenis kelamin perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku rahang. An.B juga mengatakan bahwa teman sebangkunya menderita penyakit yang sama.3.1 Pengkajian:3.1.1 Identitas :Nama : An. BUmur : 9 tahunSuku/Bangsa : Jawa / IndonesiaAgama : IslamPendidikan : PelajarAlamat : SurabayaPenanggung jawab biaya : Ibu DAlamat : Surabaya3.1.2 Keluhan Utama: bengkak, dan sulit menelan3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang:An. B sejak seminggu lalu mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi kiri. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di sekitar daerah nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi kanan. An. B menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun. BB awal adalah 30kg, kemudian saat ini turun menjadi 28kg. Sudah 3 hari tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah akibat penyakit ini.3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu:An.B sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama. Tidak punya riwayat penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)3.1.5 Riwayat Penyakit KeluargaSemua anggota keluarga An.B dahulu sudah pernah mengalami gejala yang sama dengan An.B. Kemungkinan tertular teman sebangku.3.1.6 Pemeriksaan FisikTanda-tanda Vital:Suhu: 38 CNadi: 108 x/menitRR: 20 x/menitTensi: -Keadaran: Compos MentisB1 (breathing) : NormalB2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardiB3 (brain) : An. B compos mentis, mengalami kecemasan dan terusmenerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakitkepala dan kaku leherB4 (bladder) : normalB5 (bowel) : porsi makan menurunB6 (bone) : kelemahan otot, malaise3.1.7 Pemeriksaan PenunjangPada An.B telah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar leukosit < 4 x 109/L darah. Dan di lakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam serum, terbukti kadar amilase naik >137 U/L darah.3.2 Analisis DataNODataEtiologiMasalah Keperawatan

1`Data subjektif :Sulit menelan,bengkak,nafsu makan menurun.Data objektif :-BB turun menjadi 28kg dari BB semula yang 30kg.Parotitis

Sulit menelan

Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2Data subjektif :Sulit tidur, tertutup dan tidak mau membuka diri karena ada pembengkakan ada kalenjar parotis.Data objektif : -Parotitis

Pembengkakan pada kelenjar parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Perasaan tidak aman dan nyamanGangguan rasa aman dan nyaman

3Data subjektif :Nyeri kepala hebat,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggiData objektif :-adanya ST deresi-suhu tubuh meningkat 38 c-ditemukannya virus di organ lainParotitis

Tidak tertangani

penyebaran virus ke organ lain

resiko komplikasiResiko komplikasi

3.3 Diagnosa dan intervensi Keperawatan1. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksiTujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkanKriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normalNoIntervensiRasional

1Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Menghindari makanan asamMakanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis. Makanan asam menambah rasa tidak nyaman pada pasien parotitis.

2Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukanBila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi

3Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi seringMembasahi selaput lendir mulut yang kurang basah karena jarang digunakan

2.Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkunganTujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses penyembuhanKriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan nyamanNoIntervensiRasional

1.Istirahat selama periode demamPada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga istirahat dapat Mengurangi metabolism tubuh dan mempercepat kesembuhan klien

2.Kompres dingin pada daerah bengkakKarena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi pembengkakan mengalami peningkatan Dengan kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan mengurangi pembengkakan

3.Diagnosa keperawatan : Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotisTujuan : menghilangkan factor resiko komplikasiKriteria hasil : komplikasi tidak terjadiNoIntervensiRasional

1Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari dan globulinKortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya orkitis

2Pantau jantung dengan pemasangan EKGMencegah resiko terjadi komplikasi ke otot jantung

3.4 Implementasi keperawatana. Memberikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Menghindari makanan asamb. Memberikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukanc. Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi,frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnyad. Ajarkan anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika Diperlukane. Menyaran pasien beristirahat selama periode demamf. mengkompres dingin pada daerah bengkakg. Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Seperti: Kortikosteroid selama 2-4 hari dan globulinh. memantau jantung dengan pemasangan EKG

3.5 Evaluasia. Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak parotitis adalahb. Berat badan anak kembali pada ukuran normalc. Kebutuhan nutrisi anak terpenuhid. Nyeri pada daerah parotis yang bengkak hilange. Pembengkakan pada daerah parotis hilangf. Anak kembali merasakan rasa aman dan nyaman setelah proses penyembuhan g. Tidak ada terjadi komplikasi penyakit lain

BAB IVPENUTUP4.1 SimpulanPembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

4.2 SaranBanyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada pemberian antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan operasi.

DAFTAR PUSTAKANgastiyah. 2007.Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGCNelson. 2000.Ilmu Kesehatan AnakEdisi 15. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGCDoenges. 2000.Rencana Asuhan KeperawatanEdisi 3. Jakarta: Penerbit bukuKedokteran EGCCorwin, Elizabeth J. 2000.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit BukuKedokteran: EGCMansjoer, Arief. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2.Jakarta: MediaAesculapicus Penerbit FK UISoemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI