Tugas Makalah Sistem Pencernaan Dan Askep PCM & Hernia
-
Upload
alria-alsa -
Category
Documents
-
view
88 -
download
3
description
Transcript of Tugas Makalah Sistem Pencernaan Dan Askep PCM & Hernia
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN
DAN
ASKEP HERNIA & PCM
Dosen Pengampu : Yenny Octaviani,S.Kep.,Ns
Kelompok 10
Eka Novita Sari
Farida Amaliani
M.Hamidi
Siti Mucharomah
Wulanti
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
JL.LET.JEND.S.PARMAN BANJARMASIN
TLP : 0511 3360265
KALIMANTAN SELATAN
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ”SISTEM PENCERNAAN” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang diri penyusun maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang ”SISTEM PENCERNAAN Dan ASKEP PCM Dan HERNIA” yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tetapi memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Penulis
Banjarmasin Desember 2012
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................
BAB II SISTEM PENCERNAAN
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan......................................................
2.2 Pengkajian Sistem Pencernaan.................................................................
2.3 Pengkajian Fisik Sistem Pencernaan.........................................................
2.4 Prosedur Diagnostik Untuk Gangguan Pencernaan...................................
BAB III ASKEP PCM Dan HERNIA
ASKEP HERNIA
3.1 Definisi Hernia..........................................................................................
3.2 Etiologi..................................................................................................................
3.3 Klasifikasi Hernia..................................................................................................
3.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................
3.5 Tanda dan Gejala...................................................................................................
3.6 Patofisiologi...........................................................................................................
3.7 Pathway Hernia......................................................................................................
3.8 Penatalaksanaan Hernia........................................................................................
3.9 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
3.10 Pencegahan...........................................................................................................
3.11 Askep pada klien dengan Hernia...........................................................................
3
ASKEP PCM
3.1 definisi..............................................................................................................
3.2 Klasifikasi..........................................................................................................
3.3 Etiologi.............................................................................................................
3.4 Patofisiologi......................................................................................................
3.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................
3.6 Komplikasi.........................................................................................................
3.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................
3.8 penatalaksanaan...............................................................................................
3.9 Konsep Askep PCM...........................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari kata Yunani yang terdiri dari kata ana yang artinya memisah – misahkan atau mrngurai dan tomos artinya memotong – motong, berarti anatomi bentuk dan susunan tubuh melalui potongan- potongan bagian tubuh dan bagian organ tubuh satu dengan yang lain.
Cabang – cabang ilmu anatomi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Anatomi makroskopis2. Anatomi mikroskopis3. Anatomi sistemik4. Anatomi regional5. Anatomi perkembangan6. Anatomi permukaan7. Anatomi perbandingan8. Anatomi radiologi9. Anatomi antropologi
Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Struktur regional mempelajari letak geografis bagian tubuh dan setiap regional atau daerahnya misalnya lengan, tungkai, kepala, dan seterusnya. Ternyata dalam setiap region terdiri atas sejumlah struktur atau susunan. Struktur otot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dapat dijumpai dalam sejumlah sistem jaringan yang berbeda.
1.2 Rumusan MasalahDalam rumusan masalah ini ada beberapa hal yang akan dikaji oleh penulis,
diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan secara umum.2. Pengkajian fisik sistem pencernaan.3. Pengkajian tentang prosedur diagnostik untuk gangguan pencernaan.
5
1.3 Tujuan Penulisan
l. Tujuan UmumTujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk melaksanakan dan
memberikan gambaran sederhana serta mengetahui dinamika kelompok yang dilaksanakan secara komprehansif.
2. Tujuan KhususTujuan khusus yang ingin di capai adalah sebagai berikut :
1. Memahami tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan secara umum.2. Memahami tentang pengkajian fisisk sistem pencernaan. 3. Bisa memahami prosedur diagnostik untuk gangguan sistem pencernaan.
6
BAB II
SISTEM PENCERNAAN
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
7
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:, oeso “membawa”, dan phagus “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar. Terdiri dari 3 bagian yaitu :1. Kardia.2. Fundus.3. Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
8
5. Usus halus (usus kecil)Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)2. Kolon transversum3. Kolon desendens (kiri)4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (sekum)Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
9
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.9. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
10
11. HatiHati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.12. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
2.2 Pengkajian Sistem Pencernaan Pengkajian
Penyakit atau kondisi yang menyertai1. Karsinoma2. Penyakit kardiovaskular (hipertensi)3. Alkoholisme4. Gangguan endokrin5. Luka bakar berat6. Masalah psikologis7. Penyalahgunaan obat8. Kondisi neurologis9. Epstaksis
Penyakit atau pembedahan sebelumnya1. Penyakit inflamasi uusus2. Karsinoma3. Pembedahan gastrointestinal (GI)
11
a. Koleksitektomib. Pembedahan gastrikc. Ostomid. Pembedahan abdominal,pelvik atau rektal laain
4. Hepatitis5. Sirotis6. Pankreatitis7. Diabetes melitus
Riwayat kesehatan1. Masalah yang lalu: anoreksia, salah cerna, disfagia,mual, muntah, nyeri,
ikterik, konstipasi, gass, diare, pendarahan dan hemoroid.2. Waktu munculnya3. Bantuan medis4. Faktor pencetus yang meringankan dan yang memperparah
Riwayat keluarga1. Ulkus2. Kolitis3. Kanker4. Karsinoma5. Penyakit yang berhubungan dengan GI6. Diabetes melitus
Riwayat nutrisi1. Asupan diet2. Alergi makanan3. Intoleransi makanan4. Diet khusus5. Disfagia6. Masukan alkohol dan kafein7. Perubahan berat badan8. Operasi yang baru dijalani
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan1. Berat badan2. lingkar kepala3. lingkar lengan kiri atas
12
4. lingkar dada terakhir.5. perkembangan motorik kasar ,halus,6. sosial7. bahasa.
Riwayat sosial dan budaya1. Alkohol,penggunaan tembakau2. Menggunakan makanan adat; kebiasaan makan3. Tipe kepribadian : ketegangan,stres4. Pandangan terhadap tugas kehidupan
Riwayat pengobatan1. Antasida2. Laksatif,katartik3. Antikolinergik4. Steroid5. Antidiare6. Antiemetik7. Tranquilizer8. Sedatif9. Antihipersensitif10. Barbiturat11. Antibiotik12. Asam asetilsalisilat13. Antagonis reseptor hidrogen (tagament,zantac)
2.3 Pengkajian Fisik Sistem Pencernaan
a. IPPA
Inspeksi1. Perubahan warna di abdomen2. Distribusi rambut3. Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik4. Kesimetrisan
Auskultasi1. Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap
kwdran abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit2. Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis,
ileus paralitik
13
3. Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis, obstruksi usus
4. Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
Perkusi1. Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen2. Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen3. Dilakukan disemua kwadran4. Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan
limpa
Palpasi1. Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi
nyeri2. Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam
dilakukan penekanan sedalam 4 cm3. Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
b. Tanda dan Keadaan Umum Sistem Pencernaan
Tanda Data objektif1. Penampilan umum2. Tanda vital
a. TD ,N dan Kb. Berbaringc. Dudukd. Berdiri
3. Suhu4. Berat badan5. Haluan,urine,warna,jumlah dan berat jenis6. Alergi7. Mulut
a. Stomatitisb. Kondisi dan warna lidah,gusi,membran mukosa,dan gigic. Halitosisd. Produksi saliva : meningkat atau menurun
8. Abdomen9. Distensi,kuku,asites10. Peningkatan lingkar abdomen
14
11. Simetri12. Hepatomegali13. Jaringan keloid,jaringan parut14. Peristaltik terlihat15. Bising usus
a. Adab. Tidak ada
16. Massa dapat terlihat dan teraba ; hernia17. Adanya ostomi18. Area perianal
a. Hemoroidb. Warna dan kondisi daerahc. Baud. Warna,konsistensi dan frekuensi defekasi
19. Sklera ; ikterik20. Kulit
a. Ikterikb. Turgorc. Pruritusd. Angioma spidere. Purpuraf. Eritema palmarg. Edema perifer
21. Distensi,pembuluh darah berliku-liku 22. Sutriae abdomen
Data Subjektif1. Penyebab gangguan 2. Ketidakseimbangan asam dan basa3. Episode pendarahan4. Nyeri di dalam sistem5. Mulut,gusi,lidah dan bibir
a. Nyerib. Nyeri tekanc. Disfagia
6. Sendawa7. Anoreksia, penurunan berat badan
15
8. Dapat mencerna9. Pirosis (nyeri ulu hati)10. Rasa penuh setelah makan11. Nyeri,ketidaknyamanan setelah makan sesuatu12. Mual,muntah,regugirtasi tanpa muntah13. Abdomen
a. Nyerib. Nyeri tekanc. Kram
14.Kelelahan
15.Perubahan pada kebiasaan makan atau defekasi
16. Perubahan dalam warna,karakter,atau frekuensi defekasi atau urine
17.Konstipasi
18.Diare
19.Hemoroid
20.Defekasi nyeri
21.Penggunaan laktasif atau enema
22.Perubahan warna kulit atau tekstur;ruam atau gatal
23.Edema ekstremitas
2.4 Prosedur Diagnostik Untuk Gangguan Pencernaan
Pemeriksaan laboratorium1. Jumlah sel adarh lengkap (JSDL)2. Kadar alkalin fosfat3. Kadar bilirubin
a. Serumb. Urinec. Feses
4. Transminase oksaloasetat glutamik serum (SGOT)5. Transminase piruvik glutamik serum (SGPT)6. Nukleotidase-57. Asam dehidrogenase laktat (LDH)8. Masa protombin (PT)9. Kadar amilase
16
a. Serumb. Urine
10. Nitrogen urea darah (BUN)11. Pemeriksaan feses
a. Darah samarb. Lemakc. Proteind. Parasit,telur
12. Tes rangsang sekretin13. Kadar lipase,kolinesterase14. Kadar kalsium serum15. Kadar amonia serum16. Kadar gastrin serum,antibodi sel parietal17. Kadar a-fetoprotein18. Tes urine Sulkowich’s19. Kadar albumin serum20. Kadaar protein total21. Profil elektrolit serum22. Tes karoten serum23. Tes toleransi D-Xylose24. Tes intoleran blaktosa25. Tes Schilling’s26. Rasio albumin-globulin (A/G)27. Kadar urobilinogen28. Tes toleransi galaktose29. Tes toleransi insulin30. Tes Hollarder31. Anti karsioembrionik (CEA)
Prosedur1. Endoskopi dan biopsi
a. Esofagealb. Gastrikc. Duodenal
2. Esofagogram-Cine3. Pemeriksaan motilitas4. Skintiskan radioisotop5. Sekresi basal6. Tes rangsangan asam gastrik7. Monometri esofageal8. Radiografi kontras
17
9. Doudenografi hipotenik10. Scan temografi komputer (CT)11. Ultrasonografi12. Seri GI atas13. Seri usus halus14. Enema barium atau gastografi menelan15. Pemeriksaan kontras-udara berium16. Kolesigrafi17. Kalangiografi intravena18. Kalangiografi selang T19. Biopsi
a. Heparb. Kolonc. Rektumd. Usus halus
20. Pemeriksaan rektal digital21. Sigmoidoskopi22. Kolonoskopi23. Proktoskopi24. Flouroskopi25. Pemeriksaan sinar X abdominal komplet26. Tes berrntein27. Sitologi gastrik28. Kolangiografi transhepatik perkutan29. Arteografi mesenterik dan seliaka30. Angiogram mensenterik inferior dan superior31. Scan
a. Hepar,limpab. Pankreas,kantung empedu
32. Splenoportografi33. Kolangipankreatografi retrograd endoskopik (ERCP)34. Magnetik resonance imaging (MRI)
BAB III
18
ASKEP HERNIA
3.1 Definisi HerniaIstilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala,2009). Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).
3.2 Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia adalah :
a. Umur Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis KelaminHernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
19
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyertaPenyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematureBayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
3.3 Klasifikasi HerniaBerdasarkan Terjadinya :
20
1. Hernia Bawaan atau KongenitalKanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami oblitera si) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
Berdasarkan sifatnyaa). Hernia reponibel/reducible Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).b). Hernia ireponibel Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).c). Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara) Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
21
Berdasarkan Letaknyaa). Hernia Femoralis Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004)..b). Hernia Umbilikalis Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004)..c). Hernia sikatriks atau hernia insisional Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).d). Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
3.4 Manifestasi KlinisMenurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai
berikut :1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
22
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
2. NyeriKeluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
3. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntahTanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.
3.5 Tanda dan Gejala Umumnya penderita mengeluhkan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan,
benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
3.6 PatofisiologiMenurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga
23
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) (Erfandi, 2009).
3.7 Pathway hernia
24
3.8 Penatalaksanaan hernia1. Konservatifa. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.c. Celana penyanggad. Istirahat baringe. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
25
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
3.9 Pemeriksaan penunjang Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis
hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
3.10 PencegahanMenurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
26
1. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehatHal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut
2. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
3. Hindari mengangkat barang yang terlalu beratJika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
4. Hindari tekanan Intra abdomenSeperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.
3.11 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA
1. Pengkajian
Menurut Engram (1999), Tucker (1992), Betz (2002) pengkajian pada klien dengan hernia antara lain:
a. Data Subyektif
Sebelum Operasi: Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan, nyeri di daerah benjolan, mual, muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, bayi menangis terus, pada saat bayi menangis/mengejan dan batuk-batuk kuat timbul benjolan. Sesudah Operasi: Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung.
b. Data Obyektif
Sebelum Operasi: Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot, demam, dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi: Terdapat luka pada selangkangan, puasa, selaput mukosa mulut kering, anak/bayi rewel.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Darah: Leukosit > 10.000 - 18.000 /mm3, serum elektrolit meningkat.
2. X.ray, USG Abdomen.
2. Diagnosa Keperawatan
27
Menurut Engram (1999), Tucker (1992), Betz (2002) ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan luka operasi.2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.4. Risiko tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.5. Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan
kurang informasi.6. Potensial infeksi berhubungan dengan kontaminasi luka operasi terhadap
mikroorganisme.
3. intervensi dan Implementasi 1. Nyeri berhubungan dengan luka operasi.Tujuan: Klien merasa nyaman dan terjadi penyembuhan lukaKriteria Evaluasi: a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang. b. Terjadi penyembuhan pada luka. c. Keadaan umum sedang kesadaran komposmentis. d. Klien tampak rileks dan nyaman.Intervensi : a. Kaji tingkat rasa nyaman nyeri skala nyeri 0-10. b. Identifikasi lokasi, lama, type pola nyeri. c. Anjurkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi napas dalam. d. Gunakan ice bag untuk menurunkan pembengkakan. e. Kaji tanda-tanda vital tiap 8 jam. f. Berikan analgesic sesuai program.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah setelah pembedahan.Tujuan: Klien dapat menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi yang adekuat.Kriteria Evaluasi: a. Mual dan muntah tidak ada. b. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai usia, capillary refill kurang dari 2 detik, turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab. c. Intake dan output seimbang. d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
28
b. Monitor pemberian infus. c. Beri minum dan makan secara bertahap. d. Monitor tanda-tanda dehidrasi. e. Monitor dan catat cairan masuk dan keluar. f. Timbang berat badan tiap hari. g. Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya
3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.Tujuan: Kulit klien tetap utuhKriteria Evaluasi: a. Klien tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan kulit yang ditandai dengan kulit utuh, tidak lecet dan tidak merah. b. Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak, tidak ada perdarahan.Intervensi: a. Observasi keadaan luka operasi dari tanda tanda peradangan: demam, merah, bengkak dan keluar cairan. b. lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik. c. Jaga kebersihan sekitar luka operasi. d. Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk makan. e. Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan lingkungannya. f. ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
4. Risiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.Tujuan: Tidak terjadi perubahan suhu tubuh (hypertermi).Kriteria Evaluasi: a. Luka operasi bersih, kering, tidak bengkak. b. Tidak ada perdarahan. c. Suhu dalam batas normal (36-37°C)Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam. b. Beri kompres hangat. c. Monitor pemberian infus. d. Rawat luka operasi dengan tehnik steril. e. Jaga kebersihan luka operasi. f. Monitor dan catat cairan masuk dan keluar. g. Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang informasi.Tujuan: Pengetahuan klien dan keluarga bertambah.Kriteria Evaluasi:
29
a. Klien dan keluarga mengerti tentang perawatan luka operasi, b. Dapat memelihara kebersihan luka operasi dan perawatannya c. Dapat memahami kegunaan pemeriksaan medis lanjutan.Intervensi: a. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara merawat luka operasi dan menjaga kebersihannya. b. Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya. c. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. d. Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah dan kotor. e. Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/minum obat secara teratur di rumah, dan kontrol kembali ke dokter.
6. Potensial infeksi berhubungan dengan kontaminasi luka operasi terhadap mikroorganisme.Tujuan: Infeksi tidak terjadiKriteria Evaluasi:a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, sakit, panas) pada luka insisi dan tempat pemasangan infus dan kateter. b. Perban dan plester tampak bersih, kesadaran komposmentis, keadaan umum sedang. c. TTV dalam batas normal TD110-120/70-80mmHg, N80-84x/mnt, Suhu 36-37ºC. d. Hasil laboratorium leukosit dalam batas normal 4400-11300/ulIntervensi : a. Catat atau kaji keadaan luka (jumlah, warna dan bau). b. Kaji tanda-tanda vital tiap 8 jam. c. Anjurkan klien untuk menekan luka saat batuk. d. Mengganti balutan atau melakukan perawatan luka, perawatan infus dan kateter dengan teknik aseptik dan antiseptik menggunakan betadin 10%. e. Berikan antibiotik sesuai program.
PENUTUP
A. Kesimpulan
30
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri MadeKusala,2009). Etiologi dari hernia : Menurut Giri Made Kusala (2009) :
1. Umur 2. Jenis kelamin3. Penyakit penyerta4. Keturunan5. Obesitas6. Kehamilan7. Pekerjaan8. Kelahiran prematur Klasifikasi :
a. Berdasarkan terjadinya : Hernia bawaan dan didapatb. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel , ireponibel dan strangulata.c. Berdasarkan letaknya : Hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan inguinalis. Manifestasi klinisa. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik) b. Nyeric. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
B. Saran
Berbagai macam penyakit yang sering kali muncul tanpa kita sadari,oleh karena itu segeralah periksa ke dokter apabila ada benjolan,karena kemungkinan itu adalah hernia.
DAFTAR PUSTAKA
31
Brunner & Sudarth, 2002. “Keperawatan medikal bedah” edisi 8,volume 2, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. 2000.MedicaAesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC
ASKEP PCM
4.1 DEFINISI
32
Malnutrisi energi protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Suryadi, 2001).
PCM adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan sampai berat (Departemen Kesehatan RI, 1989).
Malnutrisi energi protein adalah keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwasiorkor (Azis Alimul Hidayat, 2006).
Malnutrisi energi protein adalah anak yang kekurangan protein dan disertai pula dengan defisiensi energi atau nutrien lainnya (A.H. Markum,1996).
4.2 KLASIFIKASI
Terdapat 3 jenis KKP atau PCM, yaitu:
1. KKP kering: jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidarsi
2. KKP basah: jika sesesorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
3. KKP menengah: jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah.
a. KKP kering sering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapat sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. hampir selalu disertai dengan infeksi, jika anak mengalami cidera atau infeksi yang meluas, prognosisnya buruk dan bisa berakibat fatal
b. .KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa afrika berarti ‘anak pertama-anak kedua’. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang.
Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas jika dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
· Tertahannya cairan (edema)
33
· Penyakit kulit
· Perubahan warna rambut
Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah mengalami penyapihan, sehingga usianya lebih besar dari pada anak yang menderiat marasmus.
c. KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkorAnak-anak yang meenderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor cenderung terjadi di Negara-negara dimana serat dan makanan yang digunakan untuk menyapih bayi yaitu: umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang yangs sedikit mengandung protein dan banyak mengandung zat tepung yaitu dipedesaan Afrika, Karibia, Kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.
Pada marasmus, sebagaimana terjadi kelaparan, tubuh menghancurkan atau memecahkan jaringan sendiri untuk digunakan, sebagai kalori:
· Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis dipakai
· Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru
· Cadangan lemak di pecah untuk menghasilkan kalori. Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.
Pada kwashiorkor, tubuh hanya menghasilkan sedikit protein baru. Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema. Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar ( pengumpulan lemak yang berlebihan dalam sel-sel hati).
Kekurangan protein akan menggangu:
- Pertumbuhan badan
- Sistem kekebalan
- Kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
- Produksi enzim dan hormon.
4. 3 ETIOLOGI
34
1. Peranan diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan anak menderita kwarsiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menderita marasmus.
2. Peranan factor social
Pantangan untuk mengguanakan bahan makanan tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula merupakan tradisi turun temurun. Jika pantangan itu didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit untuk diubah. Tetapi jika pantangan tersebut karena kebiasaan maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dterus menerus hal tersebut masih bisa diatasi.
3. Peranan kepadatan penduduk
Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974 dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat selanjutnya.
4. Peranan infeksi
Infeksi akan memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
5. Peranan kemiskinan
Dengan penghasilan yang rendah, ditambahi timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal akan lebih mempercepat timbulnya KEP.
Ø Pada Marasmus
Penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung kalori dan protein.
35
Penyebab umum:
· Kegagalan menyusui anak : ibu meninggal,anak ditelantarkan atau tidak dapat menyusui.
· Therapi dengan puasa karena penyakit oleh karena itu tidak boleh puasa lebih dari 24 jam.
· Tidak dimulainya dengan makanan tambahan.
Ø Pada Kwashiorkhor
Penyebab utama yaitu makanan tidak ( hampir tidak mengandung protein hewani ) dengan alasan :
· Kemiskinan
· Mengetahui dan mengerti penambahan makanan pada bayi/anak
· Pemikiran yang salah atau tabu
· Macam-macam infeksi: diare, cacing, anoreksia
· Khusus: ibu kekurangan ASI, ibu meninggal, ibu sakit berat, ibu hamil lagi, penghentian tiba-tiba dari ASI, penitipan anak/bayi pada nenek.
4. 4 PATOFISIOLOGI
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya memnyebabkan ansietas gangguan mata, kulit,dan lain-lain.
Sedangkan terjadinya marasmus juga dapat disebabkan faktor makanan dengn kadar kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga dapat terjadi atrofi jaringan khususnya pada lapisan sub kutan dan akhirnya kelihatan kurus seperti orang tua.
4.5 MANIFESTASI KLINIK
36
Marasmus:
· Badan kurus kering
· Muka tampak sseperti orang tua
· Menciutnya otot, lemak hilang dibawah kulit,
· Letargi
· Kulit berkeriput
· Ubun-ubun cekung pada bayi
· Jaringan subkutan hilang
· Torgor kulit jelek
· Malaise
· Dehidrasi karena diare, feses lunak
· Iga gambang
· Perut umumnya cekung
Kwasiorkor:
· Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan yang rendah meskipun ada edema.
· Edema pada kaki, lengan, pinggang atau muka
· Otot-otot menciut tetapi lemak bawah kulit masih ada
· Rewel sampai apatis
· Rambutnya tipis, warnanya merah seperti warna rambut jagung, rontok, mudah dicabut tanpa rasa sakit.
· Pembesaran hati
4.6 KOMPLIKASI
Kwasiorkor:
37
· Diare
· Infeksi
· Anemia
· Gangguan tumbuh kembang
· Hipokalemia
· Hipernatremi
Marasmus:
· Infeksi
· Tuberkulosis
· Malnutrisi kronik
· Gangguan tumbuh kembang
4.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium :- Albumin
2) Penurunan kadar albumin, kolesterol dan glukosa- Kadar globulin
3) Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin serum dapat terbalik.
- Kadar asam amino4) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
esensial- Kadar immunoglobulin
5) Kadar immunoglobulin normal, bahkan dapat meningkat- Kadar IgA
6) Kadar IgA sering normal, namun kadar IgA sekretori rendah
4.8 PENATALAKSANAAN
38
a. Makanan tinggi kalori dan tinggi protein dengan biologik meninggi diberikan bertahap (bentuk dan jumlah) mula-mula cair (susu)-lunak-biasa
b. Pembarian tidak sekaligus, banyak mulai dengan sedikit kemudian ditambahkan secara bertahap.
c. Makanan mengandung protein: 3-5 gr/kgBBd. Makanan yang mengandung kalori 160-175 kal/kgBBe. Mineral (kalium dan Mg) diberikan karen hilang oleh BAB yang lunak dan untuk
pembentukan otot-otot selama masa penyembuhan.f. Mineral: 3X/ hari dengan 0,5gr kcl, 0.1gr Mg
Rehidrasi bila da dehidrasi
Tugas perawatan:
1. Pemenuhan kebutuhan gizi pasien dengan memberikan makan sesuai jumlah dan mutu yang dibutuhkan secara teratur
2. Pengawasan terhadap perkembangan penyakit:
· Penimbanagn berat badan setiap hari
· Mengirimkan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium (urine, feses, protein darah)
3. Pengawasan personal higine dan lingkungan
4. Memberi penjelasan kepada orang tua
5. Pemberian obat sesuai dengan program dokter
4.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
39
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada anak umumnya, anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekuragan gizi.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu reltif lama)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungn rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat mempengaaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
4. Pengkajian Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito urinaria.
Fokus pengkajaian pada anak dengan marasmus dan kwasiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Dengan data didapat:
· Penurunan ukuran antropometri
· Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
· Tanda-tanda gangguan sistem pernafasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot interkostal)
· Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bisisng usus dapat meningkat bila terjadi diare.
· Edema tungkai
· Kulit kering, bersisik dan adanya crazi pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lutut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
Diagnosa keperawatan ayang mungkin ditemukan pada anak dengan Marasmik-Kwasiorkor adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan cairan akibat diare
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
Tujuan: klien akan menunjukan peningkatan status gizi
Kriteria:
· keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemuluhan, susunan dan pengolahan makanan sehat seimbang.
· Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/ per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi:
1. Pantau pemasukan makanan setiap hari
Rasional:
Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
2. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi
Rasional:
Menilai perkembangan masalah klien.
3. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
41
Rasional:
Rasa tak enak,bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuang mual dan muntah.
4. Jelasakan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukan contoh jenis sumber manakan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
Rasional:
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat menerusakan upaya terapi dietetik yang telah ditentukan selama hospitalisasi.
5. Tunjukan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.
Rasional:
Meningkatkan pertisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan cairan akibat diare.
Tujuan: klien menunjukan keadaan hidrasi yang adekuat
Kriteria:
· Asupan ciran adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi
· Tidak ada tanda dan gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1x/24 jam dengan konsistensi padat atau semi padat)
Intervensi:
1. Kaji perkembangan keadaan dehidrasi klien
Rasional:
Menilai perkebangan masalah klien
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mat, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional:
42
Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan
3. Monitor tanda-taanda vital
Rasional:
Indikator keadekuatan volume sirkulasi dan mengetahui keadaan umum pasien
4. Lakukan atau observasi pemberian cairan per infus/ sonde/ oral sesuai program rehidrasi
Rasional:
Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
5. Jelaskan kepada keluarga upaya rehidrasi dan pertisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/selang sonde
Rasional:
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga
6. Pantau masukan dan pengeluaran cairan
Rasional:
Keseimbangan ciran negatif terus menerus menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine dan menunjukan terjadinya dehidrasi
7. Kolaborasi dalam pemberian intra vena ssesuai indikasi
Rasional:
Diberikan untuk hidrasi yang umum
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
· Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
· Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
43
Intervensi:
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatanpertumbuhan dan perkembangan anak
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
Rasional:
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan
3. Lakukan pengukuran antropometrik secara berkala
Rasional:
Menilai perkembangan masalah klien
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Rasional:
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan (puskesmas/posyandu)
Rasional:
Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.
4. IMPLEMENTASI
44
Pelaksanaanya adalah pengelolaan dan perwujudan dan atau realisasi dari rencana keperawatan pada tahap perencanaan yang tealah disusun berdasarkan standar keperawatan yang ada pada tahap perencanaan
5. EVALUASI
1. Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal dna tidak terjadi kekambuhan diare, orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatana anak
2. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai, pengisisan kembali kapiler (kapilari refil) kurang dari 3 detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, out put urine sesuai, berat janis urine normal dan anak menunjukan kebiasaan buang air besar dengan konsistensi lembek.
3. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Rencana Pemulangan
1. Jelaskan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan menggunakan gambar-gambar
2. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi
3. Ajarkan dan jelaskan orang tua ungtuk mengkonsusmsi makanan yang tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
4. Berikan penjelasan tentang makanan formula yang perlu diberikan pada anak
PENUTUP
45
A. Kesimpulan
PCM / KKP adalah suatu keadaan penyekit defisiensi gizi protein dan kalori dari keadaan yang ringan sampai yang berat dan dapat juga disebut Protein Energi Malnutrisi (PEM).
Yang termasuk dalam PCM / KKP yaitu marasmus, kwuashiorkor, dan marasmik-kwasiorkor. marasmus merupakan keadaan klinis yang disebabkan karena kekurangan kalori, kwashiorkor merupakan suatu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang, sedangkan marasmik-kwashiorkor merupakan suatu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
B. Saran
Disarankan kepada ibu-ibu ubtu memberikan ASI sampai umur 2 tahun, karena ASI merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. Pencegahan penyakit infeksi dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. Memberikan bahan makanan yang mengandung protein dan energi serta mengolahnya secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
46
Alimul, Aziz.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi ke Dua. Jakarta: Salaemba Medika.
Departemen Kessehatan RI.1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Bakti Husada
Markum, A. 1996. Buku ajar kesehatan anak. Jakarta: FKUI
Suryadi. 2001. Askep Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
47