ASKEP pemfiguS
-
Upload
irwina-devi-umaroh-riandani -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
Transcript of ASKEP pemfiguS
ASKEP pemfiguS
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMFIGUS
A. PENGERTIAN
Pemfigus adalah penyakit berlepuh yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa yang ditandai oleh
timbulnya bula, bersifat kronik, sering diikuti kekambuhan akut, dan kadang berakibat fatal. Bula terdapat
diatas kulit yang tampak normal atau eritematosa atau pada membran mukosa dan penyebarannya irregular.
Pemfigus merupakan penyakit autoimun yang melibatkan IgG, suatu imumoglobulin. Diperkirakan
bahwa antibodi pemfigus ditujukan langsung kepada antigen permukaan-sel yang spesifik dalam sel-sel
epidermis. Lepuh terbentuk akibat reaksi antigen-antibodi. Kadar antibodi dalam serum merupakan petunjuk
memprediksi intensitas penyakit ini.
B. BENTUK / JENIS
1. PEMFIGUS VULGARIS
1.1. Epidemiologi
Prevalensi pemfigus vulgaris pada laki-laki dan wanit hampir tidak berbeda. Penyakit ini biasanya mengenai
lansia (50 – 60 tahun) dan jarang didapatkan pada anak muda. Penyakit ini banyak didapatkan pada bangsa
Yahudi.
1.2. Etiologi
Penyebab pasti pemfigus vulgaris belum diketahui. Tetapi banyak penelitian menyebutkan bahwa pemfigus
merupakan penyakit autoimun dimana adanya autoantibodi yaitu zat anti-IgG yang beredar dalam serum
penderita dan zat ini bereaksi atau terikat pada subtansia interseluler (sel-sel epidermis atau sel-sel
mukosa). Selain itu faktor genetik dapat berpengaruh dalam penyebaran penyakit ini.
1.3. Manifestasi Klinik
Biasanya didahului dengan keluhan subyektif berupa malaise, anoreksia, subfebris, kulit terasa panas, serta
sulit menelan. Kelainan yang khas ditandai dengan adanya bula berdinding kendor yang timbul diatas kulit
normal atau pada selaput lendir. Bula berdinding kendor mula-mula berisi cairan jernih yang kemudian
menjadi keruh (seropurulen) atau hemoragik. Dinding bula mudah pecah dan menimbulkan daerah-daerah
erosi yang luas, basah, mudah berdarah, dan tertutup krusta. Bila sembuh, lesi akan meninggalkan bercak-
bercak hiperpigmentasi tanpa jaringan parut.
Lebih dari setengah penderita pemfigus vulgaris didapatkan lesi pada mukosa mulut yang akan diikuti
beberapa bulan kemudian dengan lesi kulit. Bila bula tersebut pecah akan menimbulkan erosi yang terasa nyeri
dan akan meluas ke bibir menyebabkan terjadinya fisura dengan krusta di atasnya. Bila lesi mengenai faring,
akan timbulkesukaran menelan karena sakitnya. Setelah itu menyebar ke selaput lendir yang lainnya seperti
konjungtiva, hidung, vulva, penis, dan mukosa rektum.
Pemfigus pada umumnya tidak disertai dengan pruritus (rasa gatal), tetapi penderita sering merasa nyeri atau
perih terutama pada daerah yang erosif.
2. PEMFIGUS VEGETANS
Merupakan varian jinak pemfigus vulgaris namun jarang ditemukan.
Terdapat 2 bentuk atau tipe, yaitu :
a. Tipe Neumann
Gambaran klinik Penyakit ini biasanya timbul pada penderita dengan usia yang lebih muda daripada pemfigus vulgaris. Yang khas
adalah pada stadium dini muncul lesi kulit mirip pemvigus vulgaris, tetapi erosinya cepat mengering dan
menimbulkan jaringan granulasi hipertrofik berbentuk vegetasi atau bentukan-bentukan
papilomatous. Jaringan vegetatif ini mengeluarkan serum dan pus serta timbul pustula-pustula kecil. Lokasinya
biasanya daerah-daerah lipatan, seperti aksila, paha, perineum, dan juga sering ditemukan di berbagai tempat
seperti hidung dan mulut.
b. Tipe Hallopeau
Gambaran klinik Ditandai oleh pustula-pustula yang bersatu, meluas ke perifer, dan menjadi vegetatif di daerah aksila dan lipatan
paha. Di dalam mulut terlihat gambaran yang khas berupa granulomatosis seperti beledu.
3. PEMFIGUS FOLIASEUS
Bentuk ini mungkin suatu spektrum benigna dari pemfigus yang ditandai dengan akantolisis di bagian atas
epidermis yaitu di subkorneum atau pada lapisan granulosum.
Gambaran klinik Berupa bula berukuran kecil, lembek, dan mudah pecah oleh karena letak bula superfisial. Bula yang pecah akan
menjadi erosi dengan tepi yang eritematous dan bila sembuh meninggalkan krusta dan skuama. Perjalanan
penyakit ini biasanya dimulai di daerah kulit kepala, wajah, dada, dan punggung yang kemudian dapat menjadi
general berupa bula-bula kecil dan terlihat skuama terpisah, krusta, dan aerah basah kemerahan disertai bau
yang khas miriperitrodermi (dermatitis eksfoliativa generalisata).
Keadaan umum pasien biasanya masih baik dengan keluhan rasa terbakar pada lesi dan kadang gatal.
4. PEMFIGUS ERITEMATOSUS (SINDROMA SENEAR – USHER)
Merupakan bentuk pemfigus foliaseus yang lebih ringan, walaupun pada kenyataannya kedua kondisi ini sulit
untuk dibedakan.
Gambaran klinik Tanda yang khas adalah lesi yang keing, eritematous, bersisik, hiperkeratotik dan sering ditemukan pada bagian
tengah hidung dan pipi sehingga berbentuk kupu-kupu (buterfly area) sehingga menyerupai LE (lupus
eritematosus). Lesi pada badan dapat terjadi seperti pemfigus foliaseus dengan bula kecil yang lembek, mudah
pecah, dan meninggalkan erosi dengan krusta dan daerah hiperkeratotik. Distribusi lesi ini dapat pada daerah
sebore atau dapat menjadi general.
C. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk mengendalikan penyakit secepat mungkin, mencegah hilangnya serum serta
terjadinya infeksi sekunder, dan meningkatkan pembentukan ulang epitel kulit (pembaruan jaringan epitel).
Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan angka kematian pemfigus, sehingga dianjurkan untuk
diberikan sedini mungkin begitu diagnosa ditegakkan. Semakin awal pengobatan kortikosteroid dengan dosis
yang adekuat, penyakit ini semakin mudah ditekan sehingga tercapai periode remisi lengkap. Kortikosteroid
diberikan dengan dosis awal yang tinggi (maksimum) yaitu 60 – 160 mg. Kadar dosis tinggi dipertahankan
sampai kesembuhan terlihat jelas dan pada sebagian kasus terapi kortikosteroid harus dipertahankan seumur
hidup pasiennya.
Kortikosteroid diberikan bersama makanan atau segera sesudah makan. Pemberian kortikosteroid dosis
tinggi sering memberikan komplikasi serius dan kadang-kadang fatal seperti sepsis, emboli paru, infark
miokard, ulkus peptikum, dsb. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemberian antibiotik, antasid, KCL tablet,
ACTH (setelah 3 minggu pengobatan), anabolik, dsb. Juga perlu dimonitor BB, tekanan darah, kadar gula
darah, dan keseimbangan cairan setiap hari.
Preparat imunosupresif (azatriopin, siklofosfamid, emas) dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan
penyakit dan mengurangi takaran kortikosteroid. Plasmaferesis (pertukaran plasma) secara temporer akan
menurunkan kadar antibodi serum dan pernah digunakan dengan keberhasilan yang bervariasi sekalipun
tindakan ini umumnya hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa pasien.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas dan tanda dari Nikolsky positif
2. Tes Tzanck positif. Dengan membuat apusan dari dasar bula dan dicat dengan Giemsa, akan terlihat sel Tzanck
atau sel akantolitik yang berasal dari sel-sel lapisan spinosum berbentuk agak bulat dan berinti besar dengan
dikelilingi sitoplasma jernih
3. Pemeriksaan hispatologik : terlihat gambaran khas, yaitu bula yang terletak suprabasal dan adanya akantolisis.
4. Pemeriksaan imunofluoresensi
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d pembentukan bula serta erosi
2. Gangguan integritas kulit b.d ruptur bula; daerah kulit yang terbuka (terkelupas)
3. Ansietas b.d penampilan kulit dan kurangnya informasi tentang penyakit yang derita
4. Resti infeksi b.d hilangnya barier protektif kulit dan membran mukosa
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari kebutuhan b.d hilangnya cairan jaringan
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
DP TUJUAN INTERVENSI
Nyeri b.d
pembentukan bula
serta erosi
Rasa nyeri berkurang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam dengan KH :
- pasien mengatakan nyeri
berkurang.
- Pasien menunjukan skala
nyeri pada angka 3.
- Ekspresi wajah klien rileks.
- Kaji skala nyeri, catat
intensitasnya, lokasinya dan
lamanya.
- Catat kemungkinan patofisiologi
yang khas
- Berikan kompres NaCl 0,9 %
- Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya, lokasinya dan
lamanya.
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi.
- Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan integritas
kulit b.d ruptur bula;
daerah kulit yang
terbuka (terkelupas)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 X 24
jam pasien dapat
memperlihatkan hasil KH :
- Pada kulit pasien tumbuh
adanya regenerasi kulit
- Mencapai penyembuhan
tepat waktu pada area luka
- Kaji / catat ukuran, warna,
kedalaman luka
- Perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka
Ansietas b.d
penampilan kulit dan
kurangnya informasi
tentang penyakit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24
jam pasien tahu akan kondisi
penyakitnya dengan KH :
- Diskusikan etiologi individual
dari sakit yang dialami.
- Bantu pasien dalam
mengidentifikasi faktor
yang derita
.
- Pasien mengungkapkan
kondisinya dan bagaimana
pengobatannnya.
- Pasien tidak bertanya – tanya
tentang kondisi penyakitnya
saat ini.
Ekspresi wajah pasien tidak
tampak gelisah.
presdiposisi
- Identifikasi dan diskusikan resiko
timbulnya bahaya yang tidak
nyata dan terapi yang bukan terapi
medis.
Diskusikan tentang pentingnya
posisi/ letak tubuh yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Hartadi, Dr. 1989. Dermatosis Non Bakterial. Semarang: Badan Penerbit Undip