Askep Pada Klien Dengan AML

15
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU KEPERAWATAN ANAK Nama : SUKAR HAMDANI NIM : 06.03.1.035 Tanggal Praktek : 21-23 Februari 2011 Ruang Praktek : Merak I Non Infeksi Diagnosa Medis : Acute Monosit Limfoblastik A. Definisi Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut B. Penyebab Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia), etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah : 1. Faktor endogen Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur).

description

ASKEP AML

Transcript of Askep Pada Klien Dengan AML

Page 1: Askep Pada Klien Dengan AML

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSTIKes HANG TUAH PEKANBARU

KEPERAWATAN ANAK

Nama : SUKAR HAMDANINIM : 06.03.1.035Tanggal Praktek : 21-23 Februari 2011 Ruang Praktek : Merak I Non InfeksiDiagnosa Medis : Acute Monosit Limfoblastik

A. Definisi

Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis

leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid :

granulosit, monosit imatur yang berlebihan). 

AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia

mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut

B. Penyebab

Seperti halnya  leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia), etiologi AML sampai saat

ini masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain

yang turut berperan adalah :

1. Faktor endogen

Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada

anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia

pada kakak beradik atau kembar satu telur).

2. Faktor eksogen

Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat

Sulfat), infeksi (virus, bakteri).

C. Tanda dan Gejala

1. Hipertrofi ginggiva

2. Kloroma spinal (lesi massa)

3. Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal

4. Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)

Page 2: Askep Pada Klien Dengan AML

5. Manifestasi klinik seperti ALL , yaitu

a. Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia, petekia dan

perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan

menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa,

dan limfonodus)

b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk,

sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.

c. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena;

kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar, khususnya

matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi).

D. Patofisiologi

Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya,

produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila

mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke

tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi

karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.

Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang.

Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe,

limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang,

khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam

sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia,

maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus

AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil,

monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh

sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.

Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut.

Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen

tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan

merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur

antigen manusia  tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama

Page 3: Askep Pada Klien Dengan AML

dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini

terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang

terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A

diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan

faktor herediter.

Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain

tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia,

trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang

menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang.   Proliferasi sel leukemia

dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati,

masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.

E. Komplikasi

1. Gagal sumsum tulang

2. Infeksi

3. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)

4. Splenomegali

5. Hepatomegali

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis,

memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda

prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.

2. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.

3. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum

4. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.

5. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.

6. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik

7. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

Page 4: Askep Pada Klien Dengan AML

G.Penatalaksanaan

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada

anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan

rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens

kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase

konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan organ vital lain. Terapi

rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi.

Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah: Prednison, Vinkristin,

Asparaginase, Metrotreksat, Merkaptopurin, Sitarabin, Alopurinol, Siklofosfamid, dan

Daunorubisin.

H. Pengkajian Keperawatan AML

SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIFAktivitas Lesu, lemah, terasa payah, merasa

tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Kontraksi otot lemah

Klien ingin tidur terus dan tampak bingung

Sirkulasi Berdebar Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral.

Eliminasi Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas,  Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan  output urine.

Perianal absess, hematuri.

Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot.

Meringis, kelemahan, hanya  berpusat pada diri sendiri.

Rasa aman Merasa kehilangan kemampuan dan harapan,  cemas terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.

Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan.

Dpresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.

Panas, infeksi, memar, purpura, perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis,  pembesaran  kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,

Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, tidak mau Distensi abdomen, penurunan

Page 5: Askep Pada Klien Dengan AML

makan, muntah, penurunan berat badan,  nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan.

peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).

Sexualitas Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.

Neurosensori Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa

Peningkatan kepekaan otot, aktivitas yang tak terkontrol.

Respirasi Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas.

Belajar Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi.  Riwayat keluarga yang menderita keganasan.

I. Diagnosa Keperawatan AML

1. Nyeri b.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.

2. Resiko tinggi devisit cairan b.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam

3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi

dan penyakit kronis.

4. Keterbatasan aktivitas b.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang

tidak seimbang, terapi isolasi.

5. Kurangnya pengetahuan  tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan b.d

kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

Page 6: Askep Pada Klien Dengan AML

K. Intervensi Keperawatan AML

No Dx.Kep Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional

1 Nyeri b.d pembesaran organ intra abdominal, dan manifestasi dari kecemasan.

1. Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)

2. Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.

3. Jaga lingkungan agar tetap tenang

4. Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.

5. Letakkan pada posisi nyaman

6. Lakukan perubahan posisi secara periodic

7. Kolaborasi: Pemberian

analgetik Antianxiety

1. Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap

2. Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri

3. Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme.

4. Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian

5. Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi

6. Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri

7. Analgetik menurunkan rasa sakit.

2 Resiko tinggi devisit cairan b.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam

1. Monitor intake dan out-put

2. Tim bang berat badan setiap hari

3. Monitor Tensi dan frekwensi jantung.

4. Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.

5. Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.

6. Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan

1. Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.

2. Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.

3. Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia.

4. Sebagai indicator status dehidrasi

5. Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.

6. Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering

Page 7: Askep Pada Klien Dengan AML

seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik.

7. Kolaborasi: - Lakukan

pemasangan IV line

- Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.

- Pemberian anti muntah

- Pemberian Alluporinol

 

menjadi penyebab perdarahan tak terkontrol.

7. Untuk mempertahankan

kebutuhan cairan tubuh Jika platelet count <

20000/mm. Penurunan Hb/Hct dapat menimbulkan perdarahan

Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.

Mencegah timbulnya nefropati

3 Resiko tinggi terjadi infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.

1. Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar.

2. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien

3. Monitor vital sign

4. Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.

5. Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur.

1. Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.

2. Mencegah infeksi silang

3. Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi

4. Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi.

5. Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.

Page 8: Askep Pada Klien Dengan AML

6. Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan rapi.

7. Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.

8. Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.

9. Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.

10. Awasi istirahat dan pola tidur klien secara ketat.

11. Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.

12. Kolaborasi: - Blood test count

: WBC dan Neutrofil.

- Lakukan kulture

- Pemberian antibiotik sesuai order

- Review serial X-Ray.

6. Mencegah eksoriasi.

7. RUntuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).

8. Jaringan mukosa mulut merupakan medium bagi perkembangan bakteri.

9. Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital

10. Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.

11. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien.

12. Penurunan WBC

merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan efek samping dari pengobatan kemoterapi

Untuk mengetahui sensitivitas kuman.

Untuk mencegah infeksi

Indikator dari perkembangan kondisi klien.

4 Keterbatasan aktivitas b.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak seimbang,

1. Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.

2. Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup

3. Berikan makanan

1. Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.

2. Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel

Page 9: Askep Pada Klien Dengan AML

terapi isolasi. selingan yang cukup selama kemotherapi

4. Kolaborasi:    - Antiemetik    - Berikan oksigen

5 Kurangnya pengetahuan  tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan b.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

1. Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan serta prognosisnya kepada keluarga

1. Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang diderita anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Askep Pada Klien Dengan AML

Carpenito, L.J.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8.  EGC.  Jakarta.

Mansjoer, Arif.  1999.  Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I.  Media Aesculapius, FKUI. 

Jakarta.

Perry & Potter.  2000.  Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3.  EGC.  Jakarta.

Oka, P.N.  1993.  Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata.  Surabaya: Airlangga University Press. 

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner& Suddarth. Edisi 8.

Vol 2. Jakarta : EGC.

http://nursingbegin.com/askep-aml/ Diperoleh Tanggal 20 februari 2001.

http://kristinusgule.wordpress.com/2011/01/22/asuhan-keperawatan-anak-dengan-leukemia/

diperoleh tanggal 20 Februari 2011

Page 11: Askep Pada Klien Dengan AML