ASKEP OSTEOMALACIA

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah. Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. Pada orang dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak separah yang terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah terhenti.Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus 1

Transcript of ASKEP OSTEOMALACIA

Page 1: ASKEP OSTEOMALACIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah

kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium

yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada

mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi

kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.

Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi

tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah

kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya

ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

Pada orang dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak

separah yang terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah

terhenti.Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak

mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam

mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus

gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium

dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan

massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi

kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium

yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu

ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat

juga menyebab terjadinya osteomalasia

Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya

osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam

baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua.

1

Page 2: ASKEP OSTEOMALACIA

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang penyakit pada system

musculoskeletal Osteomalacia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia

b. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia

c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia

d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia

e. Untuk mengetahui prosedur diagnostik dari Osteomalacia

f. Untuk mengetahui terapi dari Osteomalacia

g. Untuk mengetahui pengkajian fisik dari Osteomalacia

h. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari Osteomalacia

i. Untuk mengetahui intervensi dan evaluasi keperawatan dari Osteomalacia

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini disesuaikan dengan tujuan yang telah

dibuat diantaranya :

1. Memberitahukan kepada pembaca apa dan bagaimana penyakit Osteomalacia

itu.

2. Memberitahukan kepada pembaca bagaimana tindakan keperawatan untuk

pasien dengan Osteomalacia

3. Sebagai bahan masukan untuk penulisan laporan lebih lanjut mengenai

Osteomalacia.

2

Page 3: ASKEP OSTEOMALACIA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN OSTEOMALACIA

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh

kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak

yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan

terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak

karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer.

2001: 2339 )

Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak

mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam

mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus

gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.Pasokan kalsium dan fosfat

dalam cairan ekstra sel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan

fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang.Sebagai akibatnya terjadi

perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan,

pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.

Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar

pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya

osteoid yang tidak mengalami mineralisasi.(Robins, 2007)

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh

gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari

osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan

rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis

(tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi

dijumpai lempeng epifisis.

3

Page 4: ASKEP OSTEOMALACIA

B. ETIOLOGI OSTEOMALACIA

Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang

terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi

akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :

1. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek,

terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya

pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering

terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan

dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia

meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan

meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati

karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase

mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin

fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat

kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari

tubuh.

4

Page 5: ASKEP OSTEOMALACIA

C. PATOFISIOLOGI OSTEOMALACIA

Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya

menyebabkan gangguan metabolism mineral. Faktor  yang berbahaya untuk

osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK,terapi

anticonvilsan jangka lama ( phenyton, phenorbar bital ) dan insufisiensi vitamin D

( diet sinar matahari ).

Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering di golongkan dalam hal

kekurangan kalsium ) terutama gangguan fungsi kerusakan tetapi factor dan

kurangnya pengetahuan tentn nutrisi yang juga dapat menjadi factor pencetus hal itu

terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan

kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.

Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang

merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid

meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi

tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang

tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran

tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.

Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang

memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi

mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.

Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke

tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi

perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet, malabsorbsi

kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh),

kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai sehingga mengakibatkan

kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat mengakibatkan asidosis

(kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis,

5

Page 6: ASKEP OSTEOMALACIA

pelepasan kaslsium skelet terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang), dan

kekurangan vitamin D (diet dan sinar matahari.

6

Page 7: ASKEP OSTEOMALACIA

7

GANGGUAN GIT

ABSORBSI LEMAK TERGANGGU

PEMBENTUKAN VIT. D TERGANGGU

ABSORBSI KALSIUM USUS MENURUN

KEKURANGAN VIT.D DAN KALSIUM DLM

DIET

GAGAL GINJAL KRONIS

ASIDOSIS

KALSIUM YANG TERDAPAT DALAM

TUBUH DIGUNAKAN UTNUK MENETRALKAN

ASIDOSIS

KALSIUM EKSTRASEL BERKURANG

TRANSPORT KALSIUM KE TULANG TERGANGGU

DEMINERALISASI TULANG

OSTEOMALASIA

PERLUNAKAN KERANGKA TUBUH

BERAT BADAN DAN TARIKAN TUBUH

TULANG MELENGKUNG

BERAT BADAN DAN TARIKAN TUBUH

RESIKO FRAKTUR MENINGKAT

GG. MOBILITAS FISIK

KOMPRESI PADA VERTEBRATA

PENEKANAN SARAF VERTEBRATA

NYERI PUNGGUNG

NYERI

PEMENDEKAN TINGGI BADAN

DEFORMITAS

CARA BERJALAN PINCANG

RESIKO CEDERA

HARGA DIRI RENDAH

Page 8: ASKEP OSTEOMALACIA

D. TANDA DAN GEJALA OSTEOMALACIA

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya

terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara

berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada

daerah pinggang dan paha

2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan

tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan

kelainan bentuk thoraks (kifosis).

3. Penurunan berat badan

4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang

5. Kelemahan otot

6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang

7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan

tarikan otot)

8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan

tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)

9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral

10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur

E. PROSEDUR DIAGNOSTIK OSTEOMALACIA

1. Foto Rontgen

Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan

vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra

yang jelas.Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas

tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.

8

Page 9: ASKEP OSTEOMALACIA

2. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan

peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine

rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

F. TERAPI OSTEOMALACIA

1. Medik

a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D

200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan

dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.

b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan

mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2. Penatalaksanan non medik

a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak

konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja

lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe,

ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.

b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak

konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu.

Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering

berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada

pukul 16 - 17. 

9

Page 10: ASKEP OSTEOMALACIA

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis a. Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal,

orang yang dekat dengan klien.

b. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan

pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.

c. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang

terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status

kesehatannya dapat dipengaruhi.

d. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui

untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya

(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi

degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)

e. Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini

dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi

terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah.

Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya

dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin

A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi

muskuloskeletal.

f. Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas

sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat

menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan

aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat

timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan

dapat timbul akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi

10

Page 11: ASKEP OSTEOMALACIA

dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi

dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah

ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat

ataupun walker)

g. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.

Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap

muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,

riwayat artritis dan osteomielitis.

h. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan ada

riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala

mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.

Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.

Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau

mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan

muskuloskeletal meliputi :

1) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan

pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri

apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya

berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri

yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi

apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat

bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul

menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.

Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.

Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan

kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi

pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan

apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan

obat tertentu.

11

Page 12: ASKEP OSTEOMALACIA

2) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,

lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa

kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali

sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang

meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana

dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas

biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya

menurunkan spasme otot.

3) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga

disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera

pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak

pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.

Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.

Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut

menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.

4) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba

atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin

memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin

memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)

5) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian

tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan

dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat

bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pengkajian Skeletal Tubuh

1) Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh

penyakit sendi

2) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya

tumor tulang.

12

Page 13: ASKEP OSTEOMALACIA

3) Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar

secara anatomis

4) Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi,

teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah

tulang.

b. Pengkajian Tulang Belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :

1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama

tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol

2) Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital,

atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.

3) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering

terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.

4) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang

berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk

melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura

tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan

anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan

setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya

simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang

diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.

c. Pengkajian Sistem Otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan

koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok

otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan

elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.

Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,

perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan

13

Page 14: ASKEP OSTEOMALACIA

meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.

Misalnya, otot

d. Pengkajian Cara Berjalan

Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :

1) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak

2) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.

3) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan

Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,

pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien

dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal

2. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan

4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

14

Page 15: ASKEP OSTEOMALACIA

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan

oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-

anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan

terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak

karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya osteomalasia

1. Kekurangan vitamin D

2. Kekurangan kalsium dalam diet

3. Kelainan gastrointestinal

4. Malabsorbsi kalsium

5. Gagal ginjal kronis

Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain, Nyeri

tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan

tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit

pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan

bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.

Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera

berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan

dengan perubahan penampilan peran.

22

Page 16: ASKEP OSTEOMALACIA

B. SARAN

Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita sebagai host

harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar keseatan kita tetap terjaga. Dengan

makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomalasia dengan baik dan

sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek

tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.

23