ASKEP OSTEOMALACIA
-
Upload
nickmaya-juliana -
Category
Documents
-
view
86 -
download
20
Transcript of ASKEP OSTEOMALACIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium
yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada
mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi
kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah
kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya
ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Pada orang dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak
separah yang terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah
terhenti.Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak
mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam
mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium
dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan
massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi
kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium
yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu
ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat
juga menyebab terjadinya osteomalasia
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya
osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam
baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua.
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang penyakit pada system
musculoskeletal Osteomalacia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia
b. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia
e. Untuk mengetahui prosedur diagnostik dari Osteomalacia
f. Untuk mengetahui terapi dari Osteomalacia
g. Untuk mengetahui pengkajian fisik dari Osteomalacia
h. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari Osteomalacia
i. Untuk mengetahui intervensi dan evaluasi keperawatan dari Osteomalacia
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini disesuaikan dengan tujuan yang telah
dibuat diantaranya :
1. Memberitahukan kepada pembaca apa dan bagaimana penyakit Osteomalacia
itu.
2. Memberitahukan kepada pembaca bagaimana tindakan keperawatan untuk
pasien dengan Osteomalacia
3. Sebagai bahan masukan untuk penulisan laporan lebih lanjut mengenai
Osteomalacia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN OSTEOMALACIA
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer.
2001: 2339 )
Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak
mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam
mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.Pasokan kalsium dan fosfat
dalam cairan ekstra sel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan
fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang.Sebagai akibatnya terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan,
pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar
pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya
osteoid yang tidak mengalami mineralisasi.(Robins, 2007)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis
(tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi
dijumpai lempeng epifisis.
3
B. ETIOLOGI OSTEOMALACIA
Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi
akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :
1. Adanya malnutrisi
Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek,
terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya
pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering
terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan
dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.
Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia
meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan
meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati
karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin
fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat
kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari
tubuh.
4
C. PATOFISIOLOGI OSTEOMALACIA
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolism mineral. Faktor yang berbahaya untuk
osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK,terapi
anticonvilsan jangka lama ( phenyton, phenorbar bital ) dan insufisiensi vitamin D
( diet sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering di golongkan dalam hal
kekurangan kalsium ) terutama gangguan fungsi kerusakan tetapi factor dan
kurangnya pengetahuan tentn nutrisi yang juga dapat menjadi factor pencetus hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi
tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang
tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran
tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang
memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi
mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.
Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke
tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet, malabsorbsi
kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh),
kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai sehingga mengakibatkan
kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat mengakibatkan asidosis
(kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis,
5
pelepasan kaslsium skelet terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang), dan
kekurangan vitamin D (diet dan sinar matahari.
6
7
GANGGUAN GIT
ABSORBSI LEMAK TERGANGGU
PEMBENTUKAN VIT. D TERGANGGU
ABSORBSI KALSIUM USUS MENURUN
KEKURANGAN VIT.D DAN KALSIUM DLM
DIET
GAGAL GINJAL KRONIS
ASIDOSIS
KALSIUM YANG TERDAPAT DALAM
TUBUH DIGUNAKAN UTNUK MENETRALKAN
ASIDOSIS
KALSIUM EKSTRASEL BERKURANG
TRANSPORT KALSIUM KE TULANG TERGANGGU
DEMINERALISASI TULANG
OSTEOMALASIA
PERLUNAKAN KERANGKA TUBUH
BERAT BADAN DAN TARIKAN TUBUH
TULANG MELENGKUNG
BERAT BADAN DAN TARIKAN TUBUH
RESIKO FRAKTUR MENINGKAT
GG. MOBILITAS FISIK
KOMPRESI PADA VERTEBRATA
PENEKANAN SARAF VERTEBRATA
NYERI PUNGGUNG
NYERI
PEMENDEKAN TINGGI BADAN
DEFORMITAS
CARA BERJALAN PINCANG
RESIKO CEDERA
HARGA DIRI RENDAH
D. TANDA DAN GEJALA OSTEOMALACIA
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara
berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada
daerah pinggang dan paha
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
3. Penurunan berat badan
4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
5. Kelemahan otot
6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan
tarikan otot)
8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan
tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)
9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur
E. PROSEDUR DIAGNOSTIK OSTEOMALACIA
1. Foto Rontgen
Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan
vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra
yang jelas.Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas
tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
8
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
F. TERAPI OSTEOMALACIA
1. Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Penatalaksanan non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe,
ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak
konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu.
Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering
berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada
pukul 16 - 17.
9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis a. Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
orang yang dekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
c. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya
(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin
A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
f. Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas
sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat
menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan
dapat timbul akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi
10
dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah
ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat
ataupun walker)
g. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwayat artritis dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.
Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan
muskuloskeletal meliputi :
1) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri
apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya
berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri
yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat
bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul
menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.
Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi
pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan
apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan
obat tertentu.
11
2) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa
kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana
dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas
biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya
menurunkan spasme otot.
3) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera
pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak
pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.
Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut
menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.
4) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin
memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)
5) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan
dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat
bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Skeletal Tubuh
1) Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh
penyakit sendi
2) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
tumor tulang.
12
3) Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
secara anatomis
4) Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi,
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah
tulang.
b. Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :
1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama
tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol
2) Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital,
atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.
3) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering
terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.
4) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk
melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura
tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan
anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan
setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya
simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang
diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
c. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan
koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok
otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan
elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan
13
meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
Misalnya, otot
d. Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :
1) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak
2) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,
pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien
dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal
2. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya osteomalasia
1. Kekurangan vitamin D
2. Kekurangan kalsium dalam diet
3. Kelainan gastrointestinal
4. Malabsorbsi kalsium
5. Gagal ginjal kronis
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain, Nyeri
tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan
tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit
pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan
bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera
berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan
dengan perubahan penampilan peran.
22
B. SARAN
Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar keseatan kita tetap terjaga. Dengan
makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomalasia dengan baik dan
sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek
tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.
23