askep orif

16
A. Pengertian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah B. Tujuan tindakan operasi Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers. Imobilisasi sampai tahap remodeling Melihat secara langsung area fraktur mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.

description

definisi etiology

Transcript of askep orif

Page 1: askep orif

A. Pengertian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan

pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur.

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan

pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat

mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat,

sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang

dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan dengan

melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods,

plates dan protesa pada tulang yang patah

B. Tujuan tindakan operasiTujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu

dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya

digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers.

Imobilisasi sampai tahap remodeling

Melihat secara langsung area fraktur

mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami

pergeseran.

C. Indikasi          Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

         Fraktur dengan gangguan neurovaskuler

         Fraktur Kominutif

         Fraktur Pelvis

Fraktur terbuka

Trauma vaskuler

Fraktur shaft humeri bilateral

Floating elbow injury

Fraktur patologis

Reduksi tertutup yang sukar dipertahankan

Page 2: askep orif

Trauma multiple

Fraktur terbuka derajatI II

D. Kontra indikasi1. Pasien dengan penurunan kesadaran 2. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang3. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)

E. Komplikasi

Pada kasus ini jarang sekali terjadi komplikasi karena incisi relatif kecil dan fiksasi

cenderung aman. Komplikasi akn terjadi bila ada penyakit penyerta dan gangguan pada

proses penyambungan tulang.

F. Pengkajian keperawatan1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada kasus fraktur, klien biasanya

merasa takut  akan mengalami kecacatan pada dirinya. Oleh karena itu, klien

harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan

tulangnya. Selain itu juga, dilakukan pengkajian yang meliputi kebiasaan hidup

klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolism

kalsium, pengonsumsian alcohol yang dapat mengganggu keseimbangan klien,

dan apakah klien melakukan olah raga atau tidak.

2. Pola nutrisi dan metabolism. Klien fraktur harus mengknsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari harinya, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan

lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

3. Pola eliminasi. Urine dikaji frekwensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlahnya.

Feses dikaji frekuensi, konsistensi, warna dan bau. Pada kedua pola ini juga dikaji

adanya kesulitan atau tidak.

4. Pola tidur dan istirahat. Semua klien fraktur biasanya merasa nyeri, geraknya

terbatas, sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Pengkajian

juga dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,

kesulitan tidur, dan penggunaan obat tidur.

Page 3: askep orif

5. Pola aktifitas. Hal yang perlu dikaji adalah bentuk aktifitas klien terutama

pekerjaan klien, karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya

fraktur.

6. Pola hubungan dan peran. Klien akan mengalami kehilangan peran dalam

keluarga dan masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap.

7. Pola persepsi dan konsep diri. Dampak yang timbul adalah ketakutan akan

kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan

aktifitas secara optimal, dan gangguan citra diri.

8. Pola sensori dan kognitif. Pada klien fraktur, daya rabanya berkurang terutama

pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain dan kognitifnya tidak

mengalami gangguan. Selain itu juga timbul rasa nyeri akibat fraktur.

9. Pola reproduksi seksual. Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena

harus menjalani rawat inap, mengalami keterbatasan gerak, serta merasa nyeri.

Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak dan lama

perkawinan.

10. Pola penanggulangan stress. Timbul rasa cemas akan keadaan dirinya.

Mekanisme koping yang ditempuh klien dapat tidak efektif.

11. Pola tata nilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melakukan ibadah dengan

baik, hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.

a. Pemeriksaan Fisik

1. Gambaran Umum

a. Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien.

      Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma, yang bergantung pada

keadaan klien.

      Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur

biasanya akut.

      Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun bentuk.

b. Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus memperhitungkan keadaan proksimal serta

bagian distal klien, terutama mengenai status neurovaskuler.

Page 4: askep orif

2. Keadaan Lokal.

1. Look (Inspeksi). Perhatikan apa yang akan dilihat, antara lain :

Sikatriks (jaringan parut, baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi)

Fistula

Warna kemerahan atau kebiruan(livid) atau hiperpigmentasi

Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal)

Posisi dan bentuk ekstremitas(deformitas)

Posisi jalan (gait,waktu masuk ke kamar periksa)

2. Feel (palpasi). Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi klien diperbaiki mulai

dari posisi netral (posisi anatomi).

         Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.

         Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau edema terutama di sekitar

persendian.

         Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal)

         Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan

atau melekat pada tulang.

3. Move (pergerakan terutama rentang gerak). Pemeriksaan dengan menggerakan

ekstremitas, kemudian mencatat apakah ada keluhan nyeri pada pergerakan. Pergerakan

yang dilihat adalah pergerakan aktif dan pasif.

G. Persiapan dan prosedur di ruang operasi

Inform concent

Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum operasi, alasan, tujuan, keuntungan, kerugian tindakan operasi

Diit

Pasien dipuasakan selama 8 jam sebelum operasi Persiapan kebersihan kulit

Untuk membebaskan daerah operasi dari mikroorganisme, persiapan yang dilakukan adalah pencukuran rambut pada daerah perut , daerah sekitar anus dan alat reproduksi.

Terapi pharmacologic

Page 5: askep orif

Narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda dan gejala, antibiotik untuk menanggulangi infeksi

Pengecekan status

Mengecek status pasien sudah tepat dilakukan operasi orif, dengan menyesuaikan

diagnosanya. Apabila sudah tepat diagnosanya maka segera diantar ke ruang operasi

untuk dilakukan operasi

Persiapan alat dan ruangan

- Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction, Hepafik, Gunting

- Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril, Selang cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam ukuran jarum

H. Tehnik pembedahan dan alat

1) Persiapan:

a. Alat-alat disiapkan

b. Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

c. Klien dipasang bedside monitor

d. Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu mengenakan

jas operasi dan sarung tangan.

2) Pelaksanaan operasi

a. Klien diintubasi dengan ET sebelumnya dilakukan general anestesi

b. Klin diposisikan telentang dengan kepala sedikit ekstensi

c. Dalam stadium anastesi dilakukan disinfektan menggunakan

betadine,kemudian diblilas menggunakan alkohol 70 %

d. Dipasang linen (doek steril), difiksasi dengan doek klem, selanjutnya

ditutup/dipasang doek lubang besar(mempersempit area yang akan

dioperasi).

e. Melakukan insisi dengan pisau bedah ± 10 cm,secara horizontal dari lapisan

kulit,lemak, otot.

f. Melakukan pemegangan tulang menggunakan reduction,kemudian

memposisikannya pada posisi semula,kemudian memasang plate pada tlang

Page 6: askep orif

sambil memegang dengan retractor dan melakukan pengeburan, memasang

plate dan screw sebanyak 7 dengan obeng.

g. Control perdarahan perdarahan disuction atau dep dengan kassa,dan

memakai cuter.

h. Memposisikan tulang dengan keadaan semula,mengukur panjang plate dan

screw

i. Kemudian tulang di bor dan diukur kedalaman bor dengan alat penduga

j. Memasang plate dan screw pada tulang yang telag dibor

k. Mencuci dengan NaCl, dan memastikan tidak ada lagi perdarahan.

l. Melakukan hecting dengan polisorb 2-0, pada sevi menggunakan safil 2-0 dan

pada bagian kulit menggunakan byosin 4-0

m.Menutup luka dengan sufra tulle, kasa dan diplester.

n. Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%, dan handuk basah.

o. Operasi selesai, mengobservasi A, B, C, ET dilepaskan

p. Klien dipindahkan ke brancard dan pindahkan keruang recovery.

boar : 1

redaction : 2

retractor : 2

lastpat : 2

arteri klem panjang : 2

arteri klem kecil/pendek : 2/2

nakulder : 1

duk klem : 1

kobra : 2

kassa kecil : 20

duk steril : 3

plate : 1

screw : 6

penduga : 1

satu set perlengkapan ET : 1 set.

gunting jaringan : 2

gunting benang : 1

pingset sirurgis : 2

pingset anatomis : 2

mangkok(kom) : 2

quret : 1

jarum traumatik maupun

atraumatik : 1

couter : 1

suction : 1

benang : polysorb 2-0, biopsin

4-0

penduga : 1

Page 7: askep orif

I. Diagnosa preoperatifDiagnosa :

- Nyeri akut berhubungan denganagen cidera fisik (farktur)

- Cemas berhubungan dengan proses operasi

No Dignosa NOC NIC

1

2

Nyeri akut b.d agen cidera fisik

Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (prosedur operasi)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :

Skala nyeri berkurang menjadi 4

Klien mampu mengontrol nyeri dengan tehnik nonfarmakologi

TTV dalam batas normal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit, diharapkan cemas pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Kontak mata baik Pasien terlihat tenang Pasien tidak gelisah TD normal Pasien dapat

mengungkapkan keluhannya

Kaji nyeri klien (P,Q,R,S,T)

Ajarkan tehnik nonfarmakologi /tehnik relaksasi(tarik nafas dalam)

Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik

Tingkatkan istirahat

Kaji faktor penyebab kecemasan pasien.

Berikan dukungan kepada pasien.

Jelaskan prosedur operasi

Observasi reaksi nonverbal pasien.

Temani pasien dan dengarkan keluhan pasien

Tunjukkan sikap empati kepada pasien

Page 8: askep orif

J. Diagnosa inta operasiDiagnosa :

- Bersihan jalan napas tidak efektif b/d produksi mucus

- Gangguan pertukaran gas b/d efek anastesi ( spasme broncus )

- Resiko infeksi b/d prosedur invasif (pembedahan)

No Diagnosa NOC NICBersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas: produksi mucus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam jalan napas pasien efektif,dengan kriteria :

Pasien dapat bernapas dengan mudah

Tidak ada suara napas tambahan/suara napas bersih

RR dalam rentang normal

Tidak ada secret

Lakukan suction Berikan terapi O2 Atur posisi pasien

ekstensikan kepala pasien 30 derajat dari kaki/ miringkan pasien

Ajarkan batuk efektif

Ganguan pertukaran gas b/d efek anastesi ( spasme broncus)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi ganguan pertukaran gas, dengan kriteria :

Tidak ada sianosis Kesadaran

composmentis Suara napas bersih TTV dalam rentang

normal Sputum dapat keluar

dengan mudah Saturasi o2 dalam

rentang normal

Buka jalan napas dengan manuver chin lift atau jaw trust

Pasang mayo Lakukan suction pada

mayo Posisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi

Monitor RR (kedalaman, irama, frekuansi, suara napas)

Page 9: askep orif

Resiko infeksi b/d prosedur invasif: pembedahan

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam resiko infeksi dapat teratasi, dengan criteria hasil : TTV dalam rentang

normal Tidak ada tanda-tanda

infeksi Luka bersih Perdarahan < 500 ml

Monitor TTV Monitor tanda-tanda

infeksi. pertahankan teknik

aseptic selama proses pembedahan.

Lakukan pencucian tangan sebelum dan sedudah bertemu pasien.

Observasi pelaksanaan pembedahan dengan menggunakan teknik steril.

Monitor keadaan luka Tutup rapat luka dengan

jahitan yang rapi. Jaga luka agar tidak

terkontaminasi dari lingkungan

K. Diagnosa post operasi Diagnosa

- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi jalan napas : Produksi mucus

- Resiko cidera (Injury) berhubungan dengan Efek anastesi

No Diagnosa NOC NIC

1 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas: produksi mucus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam jalan napas pasien efektif,dengan kriteria :

Pasien dapat bernapas dengan mudah

Tidak ada suara napas

Lakukan suction Berikan terapi O2 Atur posisi pasien

ekstensikan kepala pasien 30 derajat dari kaki/ miringkan pasien

Ajarkan batuk efektif

Page 10: askep orif

tambahan/suara napas bersih

RR dalam rentang normal

Tidak ada secret

2 Resiko cidera berhubungan dengan Factor kimia (Efek anastesi).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jm resiko cidera dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Tidak ada lagi efek dari obat anastesi

Pasien mengungkapkan rasa nyaman.

Kesadaran composmentis

Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien

Temani pasien agar tidak jatuh

Pasang side rail tempat tidur

Anjurkan keluarga untuk menemani pasien nanti saat di bangsal

Mengontrol lingkungan dari kebisingan.

L. Daftar pustaka

Brunner dan  Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta : EGC

M.A Henderson. 2000. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica

Mansjoer, A. Dkk . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculopius

Lukman, & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta : Salemba Medika

North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia.

Amin H,2012. Aplikasi asuhan keperawatan nerdasarkan NANDA NOC NIC. Yogyakarta: Media hardy

Page 11: askep orif

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN ORIF DI RUANG IBS

RSUD PENEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun oleh

ANGGIT PRAKASIWI

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2012