Askep Fraktur Humerus Post Orif

21
askep fraktur humerus post orif BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Brunner & Suddart, 2000) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000: 75) Fraktur Tulang Humerus Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas Fraktur Suprakondilar Humerus, Fraktur Interkondiler Humerus, Fraktur Batang Humerus, Fraktur Kolum Humerus. Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur : 1) Tipe Ekstensi Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi. 2) Tipe Fleksi Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000) Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada frakturterbuka yang tidak dapat di reposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasierasi ORIF (Operasien Reduction With Internal Fixation).

Transcript of Askep Fraktur Humerus Post Orif

Page 1: Askep Fraktur Humerus Post Orif

askep fraktur humerus post orif

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Brunner & Suddart,

2000)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan

oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000: 75)

Fraktur Tulang Humerus Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi

atas Fraktur Suprakondilar Humerus, Fraktur Interkondiler Humerus, Fraktur Batang Humerus, Fraktur Kolum

Humerus.

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

1) Tipe Ekstensi

Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.

2) Tipe Fleksi

Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.

(Mansjoer, Arif, et al, 2000)

Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada frakturterbuka yang tidak dapat di reposisi tapi sulit

dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasierasi ORIF

(Operasien Reduction With Internal Fixation).

ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di

dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasifraktur selama penyembuhan

(Depkes, 1995: 95).

Page 2: Askep Fraktur Humerus Post Orif

B. PENYEBAB

Fraktur dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu trauma kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dengan

posisi berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang, patologis dari metastase dari

tumor, degenerasi karena proses kemunduran fisiologis dari jaringan tulang itu sendiri, spontan karena tarikan

otot yang sangat kuat (Corwin, E.J, 2000: 298).

Indikasi dilakukannya operasierasi ORIF yaitu fraktur yang tidak bisa sembuh, fraktur yang tidak

bisa direposisi tertutup,fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan, frakturyang berdasarkan

pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi (Reksoperasirodjo. S, 1995: 513).

C. TANDA DAN GEJALA

Gambaran yang sering muncul pada pasien dengan frakturadalah patah tulang traumatik dan cedera

jaringan lunak biasanya disertai nyeri, mungkin tampak jelas posisi tulang atau ekstremitas yang dialami,

pembengkakan disertai fraktur akan menyertai proses peradangan, dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa

kesemutan, yang mengisaratkan kerusakan syaraf,krepitus (suara gemertak), dapat terdengar sewaktu tulang

digerakan akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu sama lain (Crowin, 2000: 299).

Tanda dan gejala pada pasien post ORIF yaitu edema, nyeri, pucat, otot tegang dan bengkak, menurunnya

pergerakan, menolak bergerak, deformitas (perubahan bentuk), eritema, parestesia atau kesemutan (Apley,

1995: 266).

D. ANATOMI PATOLOGI

a. Struktur Tulang

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur

yang sama. lapisan yang paling luar disebut periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. lapisan

dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang

disebut korteks. karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. korteks tersusun

solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut sistem haversian. tiap sistem terdiri atas

kanal utama yang disebut kanal haversian. lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae, ruangan

sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan kanalikuli. tiap sistem kelihatan

seperti lingkaran yang menyatu. kanal haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat

pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui kanal volkman. pembuluh darah inilah yang

Page 3: Askep Fraktur Humerus Post Orif

mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. lapisan tengah tulang

merupakan akhir dari sistem haversian, yang didalamnya terdapat trabekulae (batang) dari tulang.trabekulae ini

terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut tulang spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang

membentuk sel-sel darah merah. bone marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang

memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel

lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan fat embolism syndrom (fes).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk

tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan

osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel

tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang

kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi

nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya

terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah

dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang

(Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).

b. Tulang Panjang

Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering menahan beban berat

(Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan

medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan

sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang

rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural

tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini

merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang

sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)

c. Tulang Humerus

Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.

1) Kaput

Page 4: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid

dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping

disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu

Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara

tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah

tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.

2) Korpus

Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas

pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik

melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf

radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.

3) Ujung Bawah

Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah.

Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan

disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah

humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)

d. Fungsi Tulang

Fungsi tulang antara lain memberi kekuatan pada kerangka tubuh, tempat mlekatnya otot, melindungi organ

penting, tempat pembuatan sel darah, tempat penyimpanan garam mineral (Ignatavicius, Donna D, 1993).

E. PATOFISIOLOGI

1. Proses Terjadinya Fraktur

Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak

dan bahkan kontraksi otot esktrem. Meskipun tulang patah dan jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,

mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,

kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth, 2001: 2357).

Page 5: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum darah

dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak, terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan di ujung

tulang. Terbentuklah hematomadi kanal medulla, jaringan ini merangsang kecenderungan untuk terjadi

peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran plasma dan leukosit dan infiltrasi dari sel-sel

darah putih yang lain (Corwin, 2000: 299).

2. Penyembuhan Fraktur

Fraktur dapat terjadi pada tulang dan jaringan disekitarnya. Jika satu tulang patah, maka jaringan

lunak sekitarnya juga rusak, periosteum juga terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat.

Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut, akan membentuk jaringan ganulasi dimana sel-sel pembentuk

tulang primitif(osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas danosteoblas kemudian kondroblas akan

mensekresi fosfat yang merangsang reabsorpsi kalsium sehingga terbentuklah lapisan tebal (kalus) di

sekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen

satunya dan menyatu. Fungsi dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan

terbentuknyatrabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.

Persatuan tulangprovisional ini akan terorganisasi. Kalus tulang akan menjalani transformasi metaplastik

untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan

mengalamiremodelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoblas akan

menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akan terbentuk tulang yang menyerupai tulang aslinya (Price,

S.A, 1996: 1187).

a. Rekognisi

Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di

rumah sakit.

Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang

peristiwa yang terjadi oleh penderita dilakukan pemeriksaan spesifikasi untuk mencari adanya fraktur,

nyeri pada tulang panjang sangat khas. Krepitus menyatakan perasaan sekan-akan seperti ada dua

amplas yang digesekan. Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dijadikan petunjuk

kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai segera dan pemeriksaan lebih lanjut.

b. Reduksi

Page 6: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmen. Fragmen tulang yang patah sedapat

mungkin untuk kembali seperti letak asalnya untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat

diberi narkotika intervena, sedatif atau blok syaraf lokal. Karena segala anestesia baru mencapai efek

maksimum sesudah berapa menit, maka cukup ada waktu untuk re-evaluasi sifat-sifat cedera.

c. Retensi dari Reduksi

Sebagai aturan umum, maka gips yang dipasang untuk mempertahankan reduksi harus melewati

sendi di atas raktur. Gips sebaiknya tetap mulus dilaminasi dan sesuai dengan geometri ekstremitas

yang patah tersebut.

d. Rehabilitasi dan Komplikasi Fraktur

Sebagian besar penderita patah tulang akan mengalami proses penyembuhan segera apabila

menggunakan teknik penatalaksanaan yang standar, tetapi ada sejumlah penderita yang mengalami

komplikasi.

Komplikasinya yaitu:

1) Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak

seharusnya, membentuk sudut atau miring. Komplikasi dapat dicegah dengan melakukan analisa

yang cermat sewaktu melakukan reduksi dan mempertahankan reduksi dengan baik dan benar,

terutama pada masa awal penyembuhan.

2) Delayed union dan non union adalah sambungan tulang yang terlambat dan tulang patah yang tidak

menyambung kembali. Delayed union adalah proses penyembuhan terus berjalan tetapi dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.Non union dari tulang yang patah dapat menjadi

komplikasi yang membahayakan bagi penderita. Banyak keadaan yang merupakan

aktor predisposisidari non union diantaranya adalah reduksi yang tidak benar akan menyebabkan

bagian-bagian tulang yang patah tetapi tidak menyatu, imobilisasi yang kurang tepat, baik dengan

cara terbuka maupun tertutup, adanya interposisi jaringan yang sangat berat, infeksi, pola spesifik

peredaran darah dimana tulang yang patah tersebut dapat merusak suplai darah ke satu atau lebih

fragmen tulang (Price, A.S, 1996: 1187).

Page 7: Askep Fraktur Humerus Post Orif

f. fokus pengkajian

fokus pengkajian pada fraktur meliputi: aktivitas/istirahat dengan tanda

keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan

jaringan nyeri). sirkulasi dengan tanda hipertensi (kadang-kadang terlihat

sebagai respon nyeri (ansiefas) atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia

(respon stress, hipovolemia) penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang

cedera, pengisian kapiler,pucat pada bagian yang terkena pembengkakan

jaringan atau masahematoma pada sisi cedera, neurosensori gejala hilang

gerakan/sensori, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis) dengan tanda

deformitas lokal angurasi abnormal, pemendekan,rotasi krepitasi (bunyi

bederit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi, agitasi(mungkin

berhubungan dengan nyeri atau ansietas/trauma lain).

nyeri/kenyamanan dengan gejala nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera

(mungkin terlokalisasi pada area jaringan (kerusakan tulang: dapat berkurang

pada imobilisasi), tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf,spasme atau kram

otot (setelah imobilisasi). keamanan dengan taanda laserasi, avulsi jaringan

perdarahan, perubahan warna pembengkakan lokal (dapat meningkat secara

bertahap/tiba-tiba)

(ignatavicius, donna d, 1999)

g. pathway

Page 8: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Sumber : Corwin, E.J, (2000:298); Doenges, M.E, (2000: 764)

Page 9: Askep Fraktur Humerus Post Orif

H. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinisnya antara lain nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema, deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah, terjadi

pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur,

Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya, Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada

kulit.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-

ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan

2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus)

ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa

permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai

dengan permintaan.

Hal yang harus dibaca pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai

akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi

serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti tomografi yang

menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus

ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain

juga mengalaminya. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang

tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan

ikat yang rusak karena ruda paksa. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara

transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laborat yang dipwrluakan amtar lain pemeikssaan Kalsium Serum dan Fosfor Serum

meningkat pada tahap penyembuhan tulang, Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

Page 10: Askep Fraktur Humerus Post Orif

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang, Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat

Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap

penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

J. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan fraktur adalah Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-

fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula, Imobilisasi fraktur, dapat

dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, reduksi dan

imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan, pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

K. FOKUS INTERVENSI

Fokus intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan pada fraktur menurut NANDA ( 2007 )

1. Resiko Tinggi Terhadap Trauma Berhubungan dengan Kehilangan Integritas Tulang

Tujuan atau Kriteria evaluasi NOC yang diharapkan penulis adalah menunjukkan Pengendalian Resiko

ditandai dengan indikator 1 – 5 . tidak pernah, jarang, kadang – kadang, sering, atau terus menerus ). Dengan

kriteria hasil, mematau lingkungan dan faktor resiko prilaku pribadi, mengikuti strategi pengendalian resiko

yang terpilih, memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko, berpartisipasi dalam penampisan untuk

mengidentifikasi resiko, menggunakan sistem dukungan pribadi dan sumber – sumber komunitas untuk

mengendalikan resiko.

Intervensi menurut NIC adalah Pengelolaan Lingkungan Keamanan yaitu Pantau dan manipulasi

lingkungan fisikuntuk mendukung keamanan. Surveilans Kulit yaitu Kumpulkan dan analisa data pasien untuk

mempertahankan integritas kulit serta membran mukosa.

Aktifitas Keperawatannya adalah pengkajian yaitu mengkaji Pengelolaan Lingkungan Keamanan

sesuai NIC berupa identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan

riwayat perilaku sebelumnya, identifikasi resiko keamanan di lingkungan ( fisik, biologi, dan kimia ).

Intervensi Pendidikan Kesehatan Untuk Pasien atau Keluarga, Ajarkan kepada pasien/keluarga

tindakan keamanan pada area yang spesifik, Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi

untuk mencegah trauma, Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri – cirinya ( misal tangga, jendela,

kunci pintu, kolam renang, jalan atau gerbang ).

Page 11: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Aktifitas Kolaborasi menurut NIC adalah Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan

resiko, berikan alat – alat adaptif, Gunakan alat pelindung ( misal restrain ).

2. Nyeri (Akut) Berhubungan dengan Spasme Otot, Gerakan Fragmen Tulang Edema dan Cedera pada

Jaringan Lunak, Alat Traksi / Imobilisasi, Stress ansietas

Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukkan Nyeri berupa Efek Merusak,

dibuktikan dengan indikator 1 – 5 ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada, dengan kriteria penurunan

penampilan peran atau hubungan interpersonal, gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk

mengendalikan, penurunan konsentrasi, terganggunya tidur, penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan.

Menunjukkan Tingkat Nyeri, dibuktikan dengan indikator 1 – 5 ekstrem, berat, sedang, ringan atau

tidak ada, dengan kriteria, ekspresi nyeri lisan atau wajah, posisi tubuh melindungi, kegelisahan atau

ketegangan otot, perubahan dalam kecepatan pernafasan, denyut jantung, atau tekanan darah.

Intervensi Prioritas NICnya adalah pemberian analgetik berupa penggunaan agen – agen farmakologi

untuk mengurangi nyeri, Sedasi Sadar Pemberian sedatif, memantau respons pasien dan pemberian dukungan

fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik dan terapeutik, penatalaksanaan Nyeri meringankan atau

mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

3. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler .

Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah, Menunjukkan Tingkat Moblitas, ditandai dengan

indikator 1 – 5 ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain dan alat, membutuhkan bantuan orang lain,

mandiri dengan pertolongan alat bantu, atau mandiri penuh penampilan yang seimbang, Penampilan posisi

tubuh, Pergerakan sendi dan otot, Melakukan perpindahan, Ambulasi

Intervensi Prioritas NICnya adalah terapi aktifitas, Ambulasi Meningkatkan dan membantu berjalan

untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh, Terapi Aktifitas, Mobilitas Sendi penggunaan

pergerakan tubuh aktif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi, perubahan posisi

memindahkan pasienatau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko kerusakan kulit

mendukung integritas kulit dan meningkatkan penyembuhan.

4. Kerusakan Integritas Kulit Atau Jaringan Berhubungan dengan Fraktur Terbuka, Bedah Perbaikan

Pemasangan Pen, Kawat, Sekrup

Page 12: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukan Integritas Kulit dan Membran Mokosa

ditandai dengan indikator 1 – 5, ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan dengan kriteria suhu

elastis, hidrasi, pigmentasi dan jaringan dalam rentang yang diharakan, terbebas dari adanya lesi jaringan,

keutuhan kulit, menunjukkan Penyembuhan Luka.

Tujuan Utama di tandai dengan indikator 1 – 5 : tidak ada, sedikit, sedang, banyak dan lengkap dengan

kriteria penyatuan kulit, resolusi drainase dari luka dan atau drain, resolusi dari bau luka.

Intervensi Prioritas menurut NIC adalah Perawatan Tempat Insisi pembersihan, pemantaun, dan

peningkatan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, pengawasan kulit pengumpulan dan

analisis data pasien untuk mempertahankan integritas membran mukosa dan kulit, perawatan luka pencegahan

dan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka.

5. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif dan Adanya Luka Terbuka

Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan

dengan keadekuatan status imun pasien, pengetahuan yang penting, pengendalian infeksi dan secara konsisten

menunjukkan perilaku deteksi resiko dan pengendalian resiko. Pasien Menunjukkan Pengendalian Resiko,

dibuktikan oleh indikator 1 – 5 tidak pernah, jarang, kadang – kadang, sering, konsisten menunjukkan

Dengan kriteria mendapat imunisasi yang tepat, memantau faktor resiko lingkungan dan perilaku

seseorang, menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan, mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko,

terbebas dari tanda gejala infeksi, menunjukkan higiene yang adekuat

Intervensi Prioritas menurut NIC adalah pemberian imunisasi/vaksinasi : pemberian imunisasi untuk

mencegah penyakit menular, pengendalian infeksi : meminimalkan penularan agens infeksius.

BAB II

RESUME KEPERAWATAN

a. pengkajianPengkajian dilakukan oleh Ragil Pambudi pada hari selasa tanggal 19 mei tahun 2009 jam 20.15 di ruang

Teratai C4 rumah sakit umum kebumen.

Page 13: Askep Fraktur Humerus Post Orif

1. Identitas Pasien

Sdr. S, umur 17 tahun, Jenis kelamin laki-laki, agama Islam, status belum kawin, suku Jawa, bangsa

Indonesia, pekerjaan pelajar di MTS mirit, pasien bertempat tinggal di Tlogopragoto Mirit, diagnosa medis

Post Orif hari ke 1, Nomor Register: 168517, tanggal masuk rumah sakit 16 mei 2009 jam 15.15 WIB.

2. Riwayat Keperawatan

Pasien datang ke IGD RSU Kebumen tanggal 16 mei 2009 pukul 15.15 WIB dengan post jatuh

lengan atas tangan kiri patah. Saat di kaji pasien menyatakan keluhan utamanya nyeri pada tangan, nyeri

datang saat bergerak nyeri berkurang saat posisi rileks, nyeri seperti tertusuk, skala nyeri 7, lengan atas

tangan kiri terpasang perban. Operasi di lakukan pada taggal 18 mei 2009. Pasien juga mengeluhkan badan

terasa lemah, pegal pada punggung.

Pasien di rawat inap di Bangsal Teratai C4 pada tanggal 18 mei 2009 mendapat therapy asam

mefenamat 3x500 mg/oral, cefotaxim 2x1000mg/IV, ketorolak 2x30mg/IV. Dari hasil pemeriksaan vital sign

didapatkan TD: 120/70 mmHg, N: 88 x/menit, Rr: 23 x/menit, S: 39,6 derajat selsius.

Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RS. Pasien tidak mempunyai penyakit menular ataupun

keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus maupun Tuberculosis.

3. Fokus Pengkajian

Pada fokus pengkajian digambarkan yaitu dalam berpakaian pasien dibantu keluarga. Dalam gerak

dan keseimbangan pasien mengatakan tidak leluasa dan tidak nyaman karena jika digerakkan tangan

kirinya terasa sakit ditandai dengan skala nyeri 7, nyeri timbul terus menerus, terdapat luka di lengan kiri

sebelah atas. Pada kebutuhan personal hygiene pasien mengatakan di seka dua kali sehari oleh keluarganya

serta pola eliminasi BAB dan BAK dibantukeluarga.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan selama interaksi dengan pasien didapat data keadaan umum pasien

baik, kesadaran composmentis, nilai Glasgow Coma Scale E 4 M 6 V 5. TD: 120/70 mmHg, N: 88 x/menit,

Rr: 23 x/menit, S: 39,60C. Pada ekstremitas kanan atas terpasang infus RL 20 tpm, pada tangan kanan atas

terdapat balutan, pada ekstremitas bawah kaki kanan dan kiri dapat digerakkan dengan normal, pada

keduanya teraba akral hangat.

Page 14: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 18 mei 2009 didapatkan hasil pemeriksaan Hematologi,

didapat nilaiHemoglobin 12,7gr/dl yang normalnya 14-18 gr%, Blooding time 2 detik yang normalnya 1 – 3

detik, Cloting time 3 detikyang normalnya 1 – 7 detik. Dari pemeriksaan rongent di dapatkan gambaran

multiple fraktur komplit pada tulang humerus sinistra.

B. Analisa Data

Hasil analisa data dan prioritas masalah pada tanggal 19 mei 2009 pukul 20.15 WIB didapat diagnosa

keperawatan adalah pertama, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, ditandai dengan skala nyeri 7,

pasien tampak tegang menahan nyeri, nyeri setiap saat, terdapat fraktur pada humerus sinistraa.Kedua

hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi luka ditandai dengan pasien mengatakan panas, suhu badan

39,6oC, Rr 23x/menit. akral teraba panas, balutan terlihat bersih dan kulit di sekitar luka tampak kemerahan

C. Intervensi, implementasi dan evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan yang telah dibuat adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien tampak lebih rileks, mengatakan nyeri berkurang atau

hilang dengan skala nyeri 2.

Rencana tindakan yang telah dibuat adalah pertahankan immobilisai bagian yang sakit. Ajarkan

tehnik relaksasi dandistraksi. Berikan posisi yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik.

Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 20 mei 2009 jam 9.30 WIB mengkaji keadaan umum

pasien baik, kesadaran komposmentis, mengkaji nyeri skala nyeri, lokasi, intensitas, durasi dan

karakteristik nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 7, nyeri seperti tertusuk, nyeri setiap saat. Pukul 9.45 WIB

mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, pasien dapat mendemonstrasikan

metode relaksasi distraksi untuk mengurangi nyeri. Memantau tanda-tanda vital, tekanan darah 120/80 mm

Hg, Nadi 88 x/menit, Pernafasan 28 x/menit, Suhu 37,3oC.

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 21 mei 2009 memonitor keadaan umum pasien, mengajarkan

tekhnik distraksi relaksasi, memonitor tanda-tanda vital, tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 88 x/mnt, suhu

36,8 oC, respirasi 28x/mnt.

Page 15: Askep Fraktur Humerus Post Orif

Evaluasi pada tanggal 20 mei 2009 pukul 9.30 WIB adalah data subyektifnya pasien mengatakan

masih nyeri, skala nyeri 3, nyeri timbul terus menerus. Data obyektif TD: 120/80 mm Hg, N: 84 x/menit,

Rr: 22 x/menit, S: 36,6oC, wajah pasien tampak lebih rileks Dari data evaluasi tersebut dapat disimpulkan

bahwa masalah nyeri akut pada pasien belum teratasi, lanjutkan intervensi kaji nyeri skala nyeri, lokasi,

intensitas, durasi dan karakteristik. Ajarkan tehnik relaksasi distraksi, kolaborasi pemberian analgetik.

2. Hipertermi berhubungan proses inflamasi luka.

Tujuan yang telah dibuat adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan hipertermi teratasi dengan kriteria hasil suhu badan dalam rentang normal yaitu antara 36oC

sampai 37oC.

Rencana tindakan yang telah dibuat adalah berikan kompres air hangat, anjurkan pasien memakai

pakaian yang tipis tapi menyerap keringat, kolaborasi pemberian antipiretik.

Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 20 mei 2009 pukul 9.35 WIB. Mengkaji keadaan umum

pasien, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, mengatur posisi yang nyaman, mengkompres air

hangat..

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 21 mei 2009 menganjurkan memakai pakain tipis tapi

menyerap keringat.

Evaluasi tanggal 20 mei 2009 didapatkan hasil, data obyektif akral hangat, suhu badan 37oC. Dari

data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah hipertermi teratasi. Lanjutkan intervensi anjurkan

banyak minum air putih, anjurkan istirahat cukup, kolaborasi pemberian antipiretik bila suhu lebih dari

38oC.