Askep Isk (Print)

22
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih (Enggram, Barbara, 1998). B. Klasifikasi Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: 1. Kandung kemih (sistitis) 2. Uretra (uretritis) 3. Prostat (prostatitis) 4. Ginjal (pielonefritis) Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi: 1. ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih. 2. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut: a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni

description

isk

Transcript of Askep Isk (Print)

Page 1: Askep Isk (Print)

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu

keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi Saluran

Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih

(Enggram, Barbara, 1998).

B. Klasifikasi

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)

2. Uretra (uretritis)

3. Prostat (prostatitis)

4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,

anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama

mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial

kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit

diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila

terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko

uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung

kencing menetap dan prostatitis.

b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

c. Gangguan daya tahan tubuh

d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus

spp yang memproduksi urease.

C. Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,

antara lain:

a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-

lain-lain.

Page 2: Askep Isk (Print)

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat

akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun

humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam

traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari

tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya

ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor

anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada

laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine

saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius

(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang

terinfeksi.

naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah

sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal

yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah

penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan

distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung

kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.

Mobilitas menurun

Nutrisi yang sering kurang baik

Sistem imunitas yang menurun

Adanya hambatan pada saluran urin

Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Page 3: Askep Isk (Print)

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi

yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan

penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media

pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi

ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh

traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara

lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan

cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai

hidronefrosis. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,

neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia

60 tahun.

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

Hematuria

Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

Demam

Menggigil

Nyeri panggul dan pinggang

Nyeri ketika berkemih

Malaise

Pusing

Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya

ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang

besar (LPB) sediment air kemih

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air

kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik

berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis

Mikroskopis

Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

Page 4: Askep Isk (Print)

4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari

urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai

Kriteria utama adanya infeksi.

5. Metode tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes

Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien

mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat

bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia

trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

Tes- tes tambahan:

Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan

ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi

akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau

abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi

ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

G. Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens

antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius

dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

Terapi antibiotika dosis tunggal

Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari

Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu

Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.

Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif

(mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah

penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.

Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),

trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin

atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.

Pyridium, suatu analgetik urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi

ketidaknyamanan akibat infeksi.

Page 5: Askep Isk (Print)

Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:

Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan

Interansi obat

Efek samping obat

Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:

1. Efek nefrotosik obat

2. Efek toksisitas obat

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya

dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/

Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh

membahnayakan/

Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?

Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?

H. Pengkajian

1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh

2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:

Adakah riwayat infeksi sebelumnya?

Adakah obstruksi pada saluran kemih?

3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.

Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?

Imobilisasi dalam waktu yang lama.

Apakah terjadi inkontinensia urine?

4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih

Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi

terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

Adakah disuria?

Adakah urgency?

Adakah hesitancy?

Adakah bau urine yang menyengat?

Bagaimana haluaran volume urin, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi

urin?

Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian

bawah

Page 6: Askep Isk (Print)

Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran

kemih bagian atas

Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.

5. Pengkajian psikologi pasien:

Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang

telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan

terhadap penyakitnya.

I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran

kemih

Rencana tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien

mamperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.

Kriteria hasil :

1.Tanda fital dalam batas normal

2.nilai kultur urine negatif

3.urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi Rasional

1. Kaji suhu tubuh pasien

setiap 4 jam dan lapor bila

suhu tubuh di atas 38,50

C.

Tanda vital menandakan adanya

perubahan di dalam tubuh.

2. Catat karakristik urine Untuk mengetahui dan

mengindentifikasi indikasi kemajuan

atau penyimpangan dari hasil yang di

harapkan

3. Anjurkan pasien untuk

minum 2-3 liter jika tidak

ada kontra indikasi

Untuk mencegah stasis urine

4. Monitor pemeriksaan

ulang urine kultur dan

sensifitas untuk

menentukan respon terapi

Mengetahui seberapa jauh efek

pengobatan terhadap keadaan

penderita

5. Anjurkan pasien untuk Untuk nencegah adnya distensi

Page 7: Askep Isk (Print)

mengosongkan kandung

kemih secara komplit

setiap kali berkemih

kandung kemih.

6. Berikan perawatan

perineal, pertahankan agar

tetap bersih dan kering

Berikan perawatan perineal, pertahankan

agar tetap bersih dan kering

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi kantong kemih

Rencana Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam rasa nyeri pasien berkurang

Kriteria hasil :

a. Nyeri pasien berkurang

b. Skala nyeri dalam rentang normal

c. TTV normal

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya

(skala 0 – 10)

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan

obat, kemajuan penyembuhan

2. Berikan istirahat dengan

posisi semifowler

2. Dengan posisi semi-fowler dapat

menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi

telentang

3. Anjurkan klien untuk tetap

mengatur waktu makannya

3. mencegah terjadinya perih pada ulu

hati/epigastrium

5. Observasi TTV tiap 24 jam 5. Sebagai indikator untuk melanjutkan

intervensi berikutnya

6.Diskusikan dan ajarkan

teknik distraksi dan

relaksasi

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat

terkontrol

7. Kolaborasi dengan

pemberian obat analgesik

7. Menghilangkan rasa nyeri dan

mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

Page 8: Askep Isk (Print)

3. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat

infeksi

Rencana Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh

Kriteria hasil :

a. TTV normal

b. Pasien tidak mengeluh panas

c. Kulit tidak teraba panas

d. Mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional

1. Observasi TTV 1. Mengetahui perkembangan keadaan

pasien

2. Kompres pasien dengan air

hangat

2. Menurunkan panas secara konduksi

3. Anjurkan pasien

menggunakan pakaian

tipis dan menyerap

keringat

3. Memberi rasa nyaman dan mencegah

dehidrasi

4. Anjurkan pasien minum air

putih 2000-2500 CC

4. Mencegah terjadinya dehidrasi

5. Kolaborasi pemberian

antipiretik dan antibiotik

5. Antipiretik sebagai obat penurun

panas dan antibiotik sebagai pencegah

infeksi

4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

Rencana Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam masalah kekurangan nutrisi

dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Status nutrisi pasien meningkat

b. BB pasien berada dalam rentang normal

c. Pasien terbebas dari tanda-tanda malnutrisi.

Page 9: Askep Isk (Print)

Intervensi Rasional

1. Beri dukungan kepada

pasien untuk

mendapatkan intake

kalori yang adekuat

sesuai dengan tipe tubuh

dan pola aktivitasnya.

1. Agar terjadi keseimbangan antara

kebutuhan kalori dengan pemasukan

kalori

2. Beri pasien makanan

yang mengandung tinggi

protein, tinggi kalori.

2. Untuk meningkatkan BB pasien kearah

normal

3. Monitor catatan intake

dan output kandungan

nutrisi pada makanan

3. Mengukur apakah pasien kebutuhan

nutrisinya terpenuhi atau tidak.

4. Tentukan kemajuan BB

harian yang diharapkan

bersama klien.

4. Dapat menilai keberhasilan dari

peningkatan BB.

5. Monitor masukan kalori

perharinya

5. Untuk memastikan apakah pasien

mengkonsumsi cukup kalori

6. Monitor pasien

berkaitan dengan

makan, penurunan berat

badan, dan kenaikan

BB.

6. Untuk menentukan efektivitas dan

keberhasilan terapi yang digunakan.

7. Anjurkan pasien untuk

mengurangi aktivitasnya

sehinga bisa mendukung

program kenaikan BB

7. Kalori yang tersimpan bisa diubah

sebagai cadangan dalam bentuk

peningkatan masa otot.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder akibat infeksi akut

Page 10: Askep Isk (Print)

Rencana Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam pasien dapat melakukan

aktivitas seperti biasa.

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,

terutama mobilisasi di tempat tidur.

Intervensi Rasional

1.Catat frekuensi jantung,

irama serta perubahan

tekanan darah selama dan

sesudah aktivitas.

1.Respons klien terhadap aktivitas dapat

mengindikasikan penurunan oksigen

miokard.

2.Tingkatkan istirahat,

batasi aktivitas, dan

berikan aktivitas

senggang yang tidak

berat.

2.Menurunkan kerja miokard/konsumsi

oksigen.

3.Anjurkan klien untuk

menghindari peningkatan

tekanan abdomen,

misalnya mengejan saat

defekasi

3.Dengan mengejan dapat mengakibatkan

bradikardi, menurunkan curah jantung

dan takikardia, serta peningkatan

tekanan darah.

4.Jelaskan pola peningkatan

bertahap dari tingkat

aktivitas. Contohnya

bangun dari kursi, bila

tidak ada nyeri ambulasi,

dan istirahat selama 1 jam

setelah makan.

4.Aktivitas yang maju memberikan

kontrol jantung, meningkatkan

regangan, dan mencegah aktivitas

berlebihan

5.Berikan waktu istirahat di

antara waktu aktivitas

5.Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi

tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja

jantung.

6. Perubahan pola eleminasi urin berhubungan dengan frekuensi berkemih

meningkat

Page 11: Askep Isk (Print)

Rencana tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat

mempertahankan pola eleminasi secara adekuat

Kriteria hasil :

1.Klien dapat berkemih setiap 3 jam

2.Klien tidak kesulitan dalam berkemih

3.Klien dapat bak dengan berkemih

Intervensi Rasional

1.Ukur dan catat urine

saat berkemih

1.Untuk mengethui adanya perubahan

warna dan untuk mengetahui

inpu/ouput

2.Anjurkan untuk

berkemih setiap 2-3

jam

2.Untuk mencegah penumpukan urine

dalam vesika urinaria

3.Palpasi kandung kemih

tia 4 jam

3.Untuk mengetahui adanya distensi

kandung kemih

4.Bantu klien ke kamar

kecil, memakai

pispot/urinal

4.Untuk memudahkan klien pada saat

berkemih

5.Bantu klien

mendapatkan posisi

berkemih yang nyaman

5. Supaya klien tidak sukar untuk

bekemih

7 ) Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakitnya

Tujuan: Setelah diberikan asuhan Keperawatan 3 x 24 jam diharapkan

ansietas pasien berkurang

Kriteria hasil:

a. Menyatakan pemahaman tentang masalahnya

b. Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola

hidup untuk mencegah terulangnya masalah

Intervensi Rasional

1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum pasien

2. Pantau pemahaman

klien tentang

masalahnya

2. Mengetahui pengetahuan pasien

tentang keadaannya

Page 12: Askep Isk (Print)

3. Identifikasi 

kemungkinan

kambuh/komplikasi

jangka panjang

3. Mencegah ansietas berkepanjangan

4.Berikan informasi

tentang apa yang

ditanyakan klien dan

libatkan keluarga dan

orang terdekat dalam

perawatan

4. Ansietas berkurang

5. Anjurkan keluarga

untuk menemani dan

mendampingi pasien

5. Pasien merasa tidak sendiri

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap

penyakitnya

Rencana Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam pengetahuan pasien tentang

penyakitnya meningkat

Kriteria hasil : a. Pasien tahu tentang penyakitnya

b. Pasien tahu prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat

pengetahuan pasien

berhubuangan

dengan penyakit

spesifknya

1. Untuk menentukan materi apa yang

cocok buat pasien

2. Jelaskan tanda dan

gejala yang diderita

pasien

2. Pasien lebih waspad jika mengalami

hal-hal tersebut

3. Jelaskan etiologi

penyakit pasien

3. Agar pasien bisa melakukan tindakan

dalam rangka pencegahan

penyakitnya

4. Diskusikan tentang

gaya hidup agar tidak

4. Banyak penyakit yang kammbuh atau

bertambh buruk dengan gaya hidup

Page 13: Askep Isk (Print)

terjadi komplikasi

pada saat yang akan

datang.

yang salah.

5. Tentukan kebutuhan

klien untuk belajar

5. Minat seseorang sangat

mempengaruhi hasil pembelajaran

seseorang

6. Kaji tingkat

pendidikan pasien

6. Masing-masing tingkat pendidikan

memiiki cara yang unik dalam

memahami sesuatu.

7. Kaji faktor

penghambat dalam

belajar

7. Setiap individu memiliki keunikan

tersensiri daalm mempelajari sesuatu

sehingga faktor penghambatnyapun

berbeda-beda.

8. Libatkan klien dalam

menentukan tujuan

dari pembelajaranya

8. Pasien akan lebih patuh dalam

melakasanakanhasil pembelajaranya.

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan

kedalam renpra. Tindakan keperawatan mencakup kolaborasi dan

independent. Tindakan independent/mandiri adalah aktivitas perawat

yang didasarkan pada kesimpulan sendiri bukan merupakan

petunjuk/perintah dari petugas kesehatan yang lain. Tindakan kolaborasi

adalah tindakan yang didasarkan oleh hasil keputusan antara dokter,

perawat, dan petugas kesehatan yang lain

V. EVALUASI

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien

terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang

diharapkan telah dicapai. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang

telah ditetapkan yaitu nyeri berkurang, , nutrisi adekuat, suhu tubuh

pasien menurun, , tidak ada tanda-tanda infeksi, pasien tidak cemas,pola

eleminasi urin normal, pasien dapat beraktivitas seperti biasa,

pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Askep Isk (Print)

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Page 15: Askep Isk (Print)

Oleh :

IDA AYU ANOM RASTITI11J10501

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAH BALI

2015