Askep Hidrosefalus Kep Anak i
-
Upload
subynk-ridwan -
Category
Documents
-
view
30 -
download
4
description
Transcript of Askep Hidrosefalus Kep Anak i
BAB II
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan pengumpulan cairan serebro spinal yang abnormal dari ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebro spinal yang berdampak pada peningkatan TIK.
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini dapat digambarkan melalui beberapa bagian yaitu :
1. Berdasarkan Usia
Usia 0-2 tahun ; - Kelainan embrional yaitu stenosis aqua ductus
- Infeksi intra uteri
- Anoxia
- Perdarahan intra cranial
- Meningo encepalistis bacterial dan viral
Usia 2-10 tahun : - Tumor fossa posterior
- Stenosis aquaductus
Usia dewasa : - Meningitis
- SUB arachnoid homoragie
- Tumor
- Idiopatik
2. Berdasarkan Sirkulasi
Produksi CSF berlebihan, hal ini bergantung pada tekanan dalam vena, bila ada obstruksi Venous Return dari pleksus chorodeus dapat terjadi produksi cairan yang berlebihan Obstruksi dalam perjalanan dapat terjadi pada :
- Foramen monro
- Aquaductus serebri sylvius
- Opurtura ventrikel quartus
* Dalam ruang subarachnoid pada daerah opertura tentori yang berkontriksi sebab terjadinya obstruksi :
- Atresia congenital
- Tumor yang menyumbat
- Radang
- Parasit
3. Berdasarkan Sumbatan
a) Kelainan bawaan
Stenosis aquaductus sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak aquaductus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali / abnormal
Spina bifida dan kranium bifida
Kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom arachnoid akibat tertariknya medulla oblongata dan serebelum, letaknya lebih rendah dan menutup foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total
Syndrom dendy walket
Kista arachnoid
Dapat congenital tetapi dapat juga \ tumbuh akibat trauma sekunder suatu hematoma
b) Neoplasma
Hidrosefalus atau obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap tempat atau CSS pada anak yang banyak menyebabkan penumbatan ventrikel quartus/aquaductus sylvius bagian terakhir biasanya seperti glikoma yang berasal dari sebelum
c) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obstruksi ruang subrachnoidd) Perdarahan
Perdarahan serebelum sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan kibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak
C. Manifestasi Klinisa) Pembesaran kepala atau tengkorak
Merupakan keadaan yang umum pada hidrosefalus dan dalam keadaan tertentu bisa tiga kali ukuran normal kepala sehingga perlu dilakukan operasi pada anak kurang dari 3 tahun
Pembesaran kepala merupkan akibat dari sutura dikranial ditambah fontonoid anterior yang membesar dan menonjol selain pengaruh pengumpulan cairan.
b) Peningkatan TIK
Dapat berupa muntah nyeri kepala tangisan anak bernada tinggi dan pada anak yang lebih besar terdapat edema papil saraf otak melalui pemeriksaan kanaluskopy
c) Pergerakan bola mata yang tidak teratur dan intstagmus yang tidak jarang ditemukan
d) Mata seringkali berdeviasi ke bawah
e) Kerusakan saraf
Seperti gangguan kesadaran , stopor motoris dan kejang
f) Kepala yang sangat besar dengan badan yang atropfi merupakan pengaruh dari nutrisi anak dengan hidrosefalus yang mampu bertahan hidup nutrisi yang masuk dan keluar tidak seimbang
g) Pembentukan conus medualis
Pembentukan ini dapat berdampak dengan menimbulkan gagal nafas yang berakhir pada kematian
D. Patofisiologi
Hidrosefalus obstruktif atau tidak berkomunikasi berkembang paling lazim pada anak karena kelainan akueductus atau lesi pada ventrikel keempat. Stenosis akueductus akibat dari penyempitan akueductus sylvius secara abnormal yang seringkali disertai dengan percabangan. Pada sebagian kecil kasus, stenosis akueductus diwariskan sebagai cirri resesif terkait-seks. penderita ini kadang-kadang mengalami defek penutupan tuba neuralis minor, termasuk spina bifida okulta.Kadang-kadang stenosis akueductus disertai dengan neurofibromatosis Gliosis akueduktus mungkin juga menimbulkan hidrosefalus, sebagai akibat dari meningitis neonatus atau perdarahn subarachnoid pada bayi premature, lapisan akueduktus ependima terganggu dan respons glia yang cepat mengakibatkan obtruksi total. Infeksi virus intrauterine dapat juga menimbulkan stenosis akueduktus yang kemudian diikuti dengan hidrosefalus
Hidrosefalus non-obtruktif atau berkomunikasi paling lazim mengikuti perdarahan subaraknoid yang biasanya merupakan akibat perdarahan intraventrikuler pada bayi premature. Darah dalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan obliterngitis tuberkulosa dan pneumokokus mempunyai kecendrungan menghasilkan eksudat yang tebal dan lekat yang menumbat sisterna basalis dan infeksi intrauterine dapat menghancurkan jalur CSS, akhirnya infiltrat leukemia dan menyebar keruang subaraknoid dan menimbulkan hidrosefalus komunikasi.
E. Komplikasi
Retardasi mental
Kejang
Peningkatan TIK
Hemiasi otak
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
- Test serologi untuk toxo plasmosis, rabela dan sytomegali virus harus dilakukan
- Sinar X tengkorak, dapat menunjukan bercak-bercak klasifikasi yang menggambarkan toxoplasmosis sehingga penyebab pada neonatus pada awal bayi
- USG berguna untuk mengetahui ukuran ventrikel
- CT Scan untuk mempertegas adanya dilatasi ventrikel
- Ensefalografi kadang-kadang juga digunakan dalam menegakan diagnosa- Lumbal fungsi untuk mengetahui hasil pemeriksaan CSS
Penatalaksanaan Keperawatan
- Pengawasan tanda dan peningkatan TIK
- Pengawasan vital sign
- Pengukuran lingkar kepala
G. Patofisiologi Penyimpangan KDMPENYIMPANGAN KDM
Hidrosefalus obstruktif
(non komunikan)
Atresia sblmgangguan saraf Produksi CSF/ fleksus korodeus
bayi lahir Meningeldiventrikel lateral / III
Infeksi StenosisForamen serebri/monro
intrauterineaquaduktusAquaduktus serebri/syivius
Resti InfeksiTumor otakPeningkatan cairan pada ventrikel lateral/III
Peningkatan tekanan cairan
Drainage
dari otak ke tengkorak
Penurunan kemam
puan untuk menggkepala membengkak
lapisan otak menjadi tipiserakan kepala
vena sering mencolok
peningkatan TIK
Resti Kerusakan
Integritas Kulit
Kepala terlihat mengkilat
Peningkatan distensi
kranium dalam semua arah
peningkatan tekanan durameter
pergeseran batang otak
Peningkatan tekanan dalam ruang
peningkatan rangsangan
anatara ruang serat nervus optikuspada saraf muntah pada medulla oblongata
Gangguan Pemenuhan NutrisiBAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Tanda tanda vital
Suhu : Meningkat
Nadi : Menurun
Pernafasan : penurunan frekuensi pernafasan meingkat pad periode apnea
Tekanan darah : meingkat
2. Sistem kardiovaskuler
Auskultasi : - Bunyi jantung 1 dan 2 : intensitasnya keras, irama ireguler
- Frekuensi : seusai usia
3. Sistem neurology
Inspeksi : letargi
4. Sistem penginderaan
Inspeksi : sunset eyes, oedema pupil
5. Sistem mulkulus skeletal
Inpeksi : kesulitan untuk berjalan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
2. Perubahan persepsi sensori b/d peningkatan TIK
3. Resti kegagalan nafas b/d pembentukan canus medularis
C. Intervensi
DX Kep I
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai klien maupun tidak
R/: Mengidentifikasi defisiensi menduga kemungkinan intervensi
2. Observasi dan catat masukan makan klien
R/: Mengevaluasi makanan
3. Observasi dan catat kejadian muntah dan gejala lainya
R/: Gejala dapat menunjukan efek anemia
4. Timbang berat badan klien tiap hari
R/: Mengawasi pertumbuhan berat badan
5. Anjurkan pada ibu klein untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
R/: Dapat menunjukan pemasukan dan pemecahan distensi gaster
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet
R/: Membantu dalam membuat rencana diet
DX Kep II
Tujuan : Perubahan persepsi sensori dapat dicegah atau dikurangi
Intervensi
1. Kaji dan pantau tanda-tanda vital setiap 1-2 jam
R/: Mengetahui perkembangan klien dan indikasi terhadap perubahan persepsi sensori
2. Pertahankan posisi klien pada sisi kepala yang tidak dioperasiR/: Mencegah penekanan daerah yang dapt menghambat penyaluran cairan serebro spinal kejantung melalui vena capa superior
3. Ukur lingkar kepala tiap 4 jam
R/: Penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal
4. Berikan terapy auditorius dan stimulant taktil seperti kain dengan tekstur yang lembut didekat kulit, mendengarkan musik yang lambat
R/: Memberikan stressor yang lembut nyaman dan berkesan aman
DX Kep III
Tujuan : Tidak terjadi gagal nafas dan pembentukan canus medularis
Intervensi
1. Kaji frekuensi, irama kedalaman nafas dan catat ketidakaturan pernafasanR/: Perubahan dapat menandakan komplikasi atau luasnya kerusakan otak
2. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas
R/: Pemahaman terhadap penyakit yang mendasari membantu dalam intervensi
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk membantu analisa gas darah
R/: Menentukan kecukupan pernafasan, keseimbangan asam basa
4. Kolaborasi untuk pemberian oksigen sesuai indikasi
R/: Memaksimalkan oksigen pada daerah arteri dan membantu pencegahan hipoksia jika pusat pernafasan tertekan.