Askep Dg Stroke Non Hemorrhagic, Lp
-
Upload
berlin-aogustin -
Category
Documents
-
view
82 -
download
3
description
Transcript of Askep Dg Stroke Non Hemorrhagic, Lp
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STROKE NON HEMORRHAGIC
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun
global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (definisi
menurut WHO).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000).
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu proses
patologi dan pembuluh darah (Price, 2000).
Stroke adalah Infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak
(Junaidi, 2004).
Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke
otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal
di otak yang mengalami gangguan.
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri
sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau
jaringan otak yang disuplai.
B. Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu
tempat kejadian, yaitu :
1. Thrombosis
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur
atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala
neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2. Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli :
a) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b) Myocard infark.
c) Fibrilasi.
d) Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga
darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
e) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.
3. Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau
ruang sekitar otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan
kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang
kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak,
aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding
arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya
pembuluh darah.
b) Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang
menuju ke otak.
c) Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti:
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke
otak.
d) Hipotensi
e) Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi
jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane. dkk, 2000) :
a) Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
b) Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung).
c) Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).
d) Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun
dan kadar esterogen yang tinggi.
e) Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat
menyebabkan iskhemia serebral umum.
f) Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.
g) Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah,
merokok kretek dan obesitas.
h) Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.
Faktor-faktor atau keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke dikelompokkan
menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
Usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
b) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
Riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes millitus, hiperkolesterol,
obesitas, merokok.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane. dkk, 2000):
1. Kehilangan motorik.
2. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan
hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
3. Kehilangan komunikasi
4. Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia
(kehilangan berbicara).
5. Gangguan persepsi
6. Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan
perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
7. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
8. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan
kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena :
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan.
3. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa :
D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis
dengan cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih
tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak :
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak
tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru
dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak.
Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan
hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
E. Pathways
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(Doenges
E, Marilynn, 2000).
G. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah :
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada stroke trombotik/emboli/stroke non hemoragik didasarkan pada :
1. Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah
baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran.
2. Melindungi jaringan marginal disekitar infark.
3. Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan ireversibel.
4. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya
pemberian antikoagulan seperti Dicumarol, heparin.
Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk :
1. Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra.
2. Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi.
3. Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft.
Selain yang disebutkan di atas yaitu :
1. Breathing (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi
napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada pengkajian inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorak didapatkan taktil premitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2. Blood (B2)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan bisa
terdapat adanya hipertensi masif TD>200 mmHg.
3. Brain (B3)
Stroke menyebabkan berbagai dfisit neurologis bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.
4. Bladder (B4)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarus eksternal hilang atau berkurang.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan tekhnik steril.
Inkotinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5. Bowel (B5)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6. Bone (B6)
Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor
atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada saah satu) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satusisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit,
jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus,
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobillitas fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat (Muttaqin, 2004).
I. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
1. Pengkajian primer
a) Airway :
Pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi pada jalan
napas karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.
b) Breathing :
Kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas,
frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada.
c) Circulation :
Meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan.
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya
perdarahan.
d) Disability :
Yang dinilai adalah tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.
e) Exposure
Penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.
2. Pengkajian skunder
Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, fisiologis, social budaya, spiritual kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien. (Marillyn
E. Doengus et al 2000).
Pengumpulan data dapat meliputi :
a) Identitas klien.
Meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam, MRS,
nomor register, dignosa medis.
b) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
projektil bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat hypertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktiv dan kegemukan
(Susan Martin Tucker. 1999).
e) Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada
fase akut.
3. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise / hemiplegia, kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot.
5. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
unutk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
7. Pola sensori dan kognitiv
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan
pandangan perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit.
Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir
8. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
9. Pola penanggulangan stres
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola tata nilai dan kepercayaan klien biasanya jarang melakukan ibadah
karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Umumnya mengalami penurunan kesadaran.
2. Suara bicara : Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara.
3. TTV : TD meningkat, denyut nadi bervariasi (takikardi/bradikardi).
4. Pemeriksaan integumen
a. Kulit : Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangn cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b. Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c. Rambut : Umumnya tidak ada kelainan
5. Pemeriksaan kepala dan leher :
a. Kepala : Bentuk mecocephal.
b. Muka : Umumnya tidak simetris yaitu mencong kesalah satu sisi
c. Leher : Kaku kuduk jarang terjadi (satya negara. 1998).
6. Pemeriksaan dada
Pada pernapasan kadang didapatkan suara napas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara napas tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
7. Pemeriksaan Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
8. Pemeriksaan Inguinal, genetalia, dan anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine.
9. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu tubuh
10. Pemeriksaan neurologis
a. Pemeriksaan nervus kranial : Umumnya terdapat terdapat gangguan
pada nervus kranialis VII dan XII sentral.
b. Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan
pada salah satu sisi tubuh).
c. Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemiparesis
d. Pemeriksaan refleks : Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
kembali didahului dengan refeks patologis
e. Test fungsi serebral
1. Pemeriksaan tingkat kesadaran GCS
a) Respon membuka mata Nilai 1-4
b) Respon bicara Nilai 1-5
c) Respon motorik Nilai 1-6
2. Daya ingat (memori)
a) Immediale memory/segera setelah presentasi
b) Recent memory/beberapa menit, jam, dan hari presentasi
c) Remote memory/post memory beberapa tahun atau jangka
waktu lama
3. Bicara, kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi
a) Apasia motorik
b) Apasia sensorik
c) Apasia total
f. Test Fungsi Refleks
1. Refleks fisiologis : Refleks kornea, pharing, cahaya, abdominal,
biceps, triceps, brachioradialis
2. Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock, Palmomental
g. Test Fungsi Motorik dan Fungsi Cerebellum
1. Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan
2. Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya,
tunjuk hidung sendiri”
3. Test tonus dan kekuatan otot
a) Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau
lunak.
b) Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni.
c) Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri
dengan cara ; pemeriksa mencoba menggerakkan, sementara
klien mempertahankan, dan klien yang menggerakkan dan
pemeriksa yang menahan. Memakai enam penilaian/gradasi
yaitu :
0 : bila terlihat tidak kontraksi
1 : terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
2 : ada gerakan pada sendi, tetapi tidak melawan gravitasi
3 : bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat
menahan/melawantahanan pemeriksa/dengan tahanan ringan.
4 : bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa
tetapi kekuatannya berkurang
5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah,
hemoragik, vasospasme cerebral, edema cerebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler,
kelemahan, parestesia, flaksid/paralisis hipotonik (awal), paralisis spastic.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan perubahan sensori
transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis
( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan).
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa
ujung lidah.
K. Intervensi
NoDiagnosa
keperawatan
Tujuan dan
Kriteria HasilIntervensi Rasional
1 Perubahan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan
interupsi aliran
darah,
hemoragik,
vasospasme
cerebral, edema
cerebral.
Tujuan :
a. Klien dapat
mempertahankan
perkusi yang
normal.
b. Gangguan
perfusi jaringan
dapat diatasi.
Kriteria hasil :
a. Klien tidak
gelisah.
b. Tidak ada
keluhan nyeri
kepala, mual,
kejang.
c. GCS Motorik :
a. Berikan
penjelasan kepada
keluarga klien
tentang sebab-
sebab peningkatan
TIK dan
akibatnya.
b. Anjurkan
kepada klien untuk
bed rest total.
c. Observasi dan
catat tanda-tanda
vital dan kelain
tekanan
intrakranial tiap
dua jam.
d. Berikan posisi
Rasional: Keluarga lebih
berpartisipasi dalam proses
penyembuhan
Rasional: Untuk mencegah
perdarahan ulang
Rasional: Mengetahui setiap
perubahan yang terjadi pada
klien secara dini dan untuk
penetapan tindakan yang tepat.
Rasional: Mengurangi tekanan
6, Verbal: 5, Eye:
4
d. Pupil isokor,
reflek cahaya (+).
e. Tanda-tanda
vital normal
(nadi: 60-100 kali
permenit, suhu:
36-36,7 C,
pernafasan 16-20
kali permenit).
kepala lebih tinggi
15-30 dengan letak
jantung (beri
bantal tipis).
e. Anjurkan klien
untuk menghindari
batuk dan
mengejan
berlebihan.
f. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan batasi
pengunjung.
g. Kolaborasi
dengan tim dokter
dalam pemberian
obat
neuroprotektor.
arteri dengan meningkatkan
drainage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral.
Rasional: Batuk dan mengejan
dapat meningkatkan tekanan
intra cranial.
Rasional: Rangsangan aktivitas
yang meningkat dapat
meningkatkan kenaikan TIK.
Rasional: Memperbaiki sel
yang masih viable.
2 Kerusakan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
keterlibatan
neuromuskuler,
kelemahan,
parestesia,
flaksid/paralisis
hipotonik
(awal),
paralisis
spastic.
Tujuan :
a. Klien mampu
melaksanakan
parestesia, flaksid
aktivitas fisik
sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi
kontraktur sendi.
b. Bertambahnya
kekuatan otot.
c. Klien
menunjukkan
a. Ubah posisi
klien tiap 2 jam.
b. Ajarkan klien
untuk melakukan
latihan gerak aktif
pada ekstrimitas
yang tidak sakit.
c. Lakukan gerak
pasif pada
ekstrimitas yang
sakit.
d. Tinggikan
Rasional: Menurunkan resiko
terjadinnya iskemia jaringan
akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang
tertekan.
Rasional: Gerakan aktif
memberikan massa, tonus dan
kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan.
Rasional: Memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan.
Rasional: Mempermudah
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas
kepala dan tangan.
e. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
pemenuhan oksigen ke jaringan
seluruh tubuh
Rasional: Otot volunter akan
kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
3 Perubahan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
penerimaan
perubahan
sensori
transmisi,
perpaduan
( trauma /
penurunan
neurology),
tekanan
psikologis
( penyempitan
lapangan
persepsi
disebabkan
oleh
kecemasan).
Tujuan :
a. Meningkatnya
persepsi sensorik
secara optimal.
Kriteria hasil :
a. Adanya
perubahan
kemampuan yang
nyata.
b. Tidak terjadi
disorientasi
waktu, tempat,
orang
a. Tentukan
kondisi patologis
klien.
b. Kaji gangguan
penglihatan
terhadap
perubahan
persepsi.
c. Latih klien
untuk melihat
suatu obyek
dengan telaten dan
seksama.
d. Observasi
respon perilaku
klien, seperti
menangis, bahagia,
bermusuhan,
halusinasi setiap
saat.
e. Berbicaralah
dengan klien
secara tenang dan
gunakan kalimat-
kalimat pendek.
Rasional: Untuk mengetahui
tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan, sebagai
penetapan rencana tindakan
Rasional: Untuk mempelajari
kendala yang berhubungan
dengan disorientasi klien.
Rasional: Agar klien tidak
kebingungan dan lebih
konsentrasi
Rasional: Untuk mengetahui
keadaan emosi klien
Rasional: Untuk memfokuskan
perhatian klien, sehingga setiap
masalah dapat dimengerti.
4 Kurang Tujuan : a. Tentukan Rasional: Membantu dalam
perawatan diri
berhubungan
dengan
kerusakan
neuromuskuler,
penurunan
kekuatan dan
ketahanan,
kehilangan
control atau
koordinasi otot
a. Kebutuhan
perawatan diri
klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat
melakukan
aktivitas
perawatan diri
sesuai dengan
kemampuan klien
b. Klien dapat
mengidentifikasi
sumber
pribadi/komunitas
untuk
memberikan
bantuan sesuai
kebutuhan
kemampuan dan
tingkat kekurangan
dalam melakukan
perawatan diri.
b. Beri motivasi
kepada klien untuk
tetap melakukan
aktivitas dan beri
bantuan dengan
sikap sungguh.
c. Hindari
melakukan sesuatu
untuk klien yang
dapat dilakukan
klien sendiri, tetapi
berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
d. Berikan umpan
balik yang positif
untuk setiap usaha
yang dilakukannya
atau
keberhasilannya.
e. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi/okupasi.
mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara
individual.
Rasional: Meningkatkan harga
diri dan semangat untuk
berusaha terus-menerus.
Rasional: Klien mungkin
menjadi sangat ketakutan dan
sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi, adalah
penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk
emepertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
Rasional: Meningkatkan
perasaan makna diri dan
kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara
kontinyu.
Rasional: Memberikan bantuan
yang mantap untuk
mengembangkan
rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan
alat penyokong khusus
5 Gangguan
pemenuhan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menelan turun
hilang rasa
ujung lidah.
Tujuan :
a. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
b. Pasien dapat
berpartisipasi
dalam intervensi
specifik untuk
merangsang nafsu
makan.
c. BB stabil.
d. Pasien
mengungkapkan
pemasukan
adekuat.
a. Observasi
tekstur, turgor
kulit.
b. Lakukan oral
hygiene.
c. Tentukan
kemampuan klien
dlm mengunyah,
menelan&refleks
batuk.
d. Letakkan posisi
kepala lbh tinggi
pd waktu,
selama,&sesudah
makan.
e. Anjurkan klien
menggunakan
sedotan meminum
cairan.
f. Anjurkan klien
untuk
berpartisipasi dlm
program
latihan/kegiatan.
g. Kolaborasi dg
tim dokter untuk
memberikan cairan
melalui
IV/makanan
melalui selang.
Rasional: Mengetahui status
nutrisi klien.
Rasional: Kebersihan mulut
merangsang nafsu makan.
Rasional: Untuk menetapkan
jenis makanan yang akan
diberikan pada klien.
Rasional: Untuk klien lebih
mudahuntuk menelan karena
gaya gravitasi
Rasional: Menguatkan otot
fasial&otot
menelan&menurunkan risiko
tersedak.
Rasional: Dpt meningkatkan
pelepasan endorfin dlm otak yg
meningkatkan nafsu makan.
Rasional: Mungkin diperlukan
untuk memberikan cairan
pengganti&jg makanan jk klien
tdk mampu untuk memasukkan
segala sesuatu melalui mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta: EGC