Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH
-
Upload
share-keperawatan -
Category
Documents
-
view
37 -
download
2
description
Transcript of Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti betina (Hidayat,2006). Dengue Hemorragic Fever merupakan
infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes Aegypti) (Ngastiyah,
2005)
Dengue Hemorragic Fever ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, biasanya memburuk
setelah hari ke dua. Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh beberapa virus
dengue yang dibawa arthopoda. Dengue Hemorragic Fever ini dapat
menimbulkan risiko terjadinya perdarahan dan cenderung terjadi syok yang dapat
menimbulkan kematian (Hendrawanto, 2013). Dengue Hemorragic Fever
merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam (Siregar, 2006).
11
Dari beberapa pengertian diatas bahwa Dengue Hemorragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti yang
ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi syok serta dapat
menimbulkan kematian.
2. Etiologi
Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Dengue Hemorragic Fever ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi virus dengue (Depkes, 2011).
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti yang menggigit pada siang
hari, vektor utama kebanyakan pada daerah tropis, vector nyamuk aedes aegypti
berkembang biak pada penyimpanan air minum atau air hujan yang terkumpul
pada berbagai wadah. Virus dengue telah juga ditemukan dari aedes albopictus,
dan wabah di daerah pasifik telah di anggap berasal dari beberapa spesies aedes
lain. Spesies ini berkembang biak di air yang terperangkap pada vegetasi. Di
Asia Tenggara dan Afrika Barat, penularan Dengue Hemorragic Fever mungkin
ditularkan dalam siklus yang melibatkan kera hutan pemakan kopi dan spesies
Aedes. (Nelson, 2012).
Virus dengue terdiri atas 4 serotipe yang masing-masing menimbulkan
gejala yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala perdarahan fatal.
Derajat beratnya penyakit diperkirakan bergantung pada efek Antibody
Dependent Enbancement (ADE) pada reaksi silang senotipe yang berbeda.
12
Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas,kemungkinan terdapat beberapa
mekanisme yang terlibat dan berjalan secara bersamaan. (Garna, 2012). Terdapat
empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ke empat
serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian
di Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus
dengue berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh
dengue-2, dengue-1 dan dengue -4 (Depkes, 2011).
3. Anatomi Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi
termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk
cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah
ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume
darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter.
Komposisi darah tersusun atas 2 bagian, yaitu:
a. Partikel tersuspensi/komponen sel-sel darah merah, sel darah putih,
trombosit, platelet → 45%
b. Partikel pensuspensi: plasma darah → 55% adalah hematokrit: prosentase
volume total darah yang ditempati oleh eritrosit. (handayani,2008)
1) Fungsi darah:
a) Transportasi internal, pada metabolisme:
13
Respirasi: O2 dan CO2 dibawa oleh molekul Hb dalam eritrosis dan
plasing
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
Nutrisi: nutrisi diserap dari usus, dibawa plasma ke hati dan jaringan
tubuh lainnya.
Ekskresi: sisa metabolisme dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh
lain.
Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zat-zat
dalam jaringan.
Pengaturan metabolisme: hormon dan enzim yang berperan dalam
metabolisme dibawa oleh plasma.
b) Pertahanan/perlawanan terhadap infeksi : sel darah putih.
c) Perlindungan terhadap pendarahan.
d) Mempertahankan suhu tubuh normal: darah membawa panas dan beredar
sampai perifer tubuh yang memungkinkan pertukaran pada tubuh dan
lingkungan. (Handayani, 2008).
2) Plasma darah
Plasma darah merupakan cairan berwarna bening pucat 55% dari
volume total darah (2,5 s/d 3 liter pada orang dewasa).dengan
Komposisinya: 90% adalah air, 0,9% ion anorganik, 8% protein dan 1,1
substansi organik Plasama darah Membentuk 20% cairan ekstrase tubuh
14
yang mengandung zat-zat sama dengan cairan intertisial. Di dalam plasma
darah terdapat protein yang ada dalam plasma yaitu :
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
a) Albumin : berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah
dan mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
b) Filobulin : berfungsi dalam pertahanan tubuh melawan infeksi
dan transportasi lipid, stroid dan hormon.
c) Fibrinogen : blood dothing
d) Ion anorganik disebut elektrolit: sodium (Na+), portasium (K+),
kalsium (Ca++), clorida (Cl-), hydrocarbonat (HCO3).
e) Zat organik : glukosa, urea, asam urat.(Handayani, 2008).
3) Sel darah merah
Merupakan sel yang gampang yang bagian tengahnya cekung/lempeng
bikonkaf : efisiensi pengangkutan O2 dan peningkatan permukaan bagi
digusi O2, diameter 8 mikron, tebal 2-1 mikron, jumlah :5 juta/mm3,
usia:120 hari, ciri khas bentuknya mudah berubah /kelenturan/ fleksibilitas
tidak berhenti, organel/ribosom, enzim yang ada pada sel darah merah:
enzim glikdirik dan enzim karbonat anhidrase, hemoglobulin: merupakan
pigmen protein berwarna merah yang terdapat dalam sel darah merah
berfungsi:
a) Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan.
15
b) Sistesa Hb pada saat eritropoesis.
c) Membentuk struktur molekul (hameoglobulin).
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 unit O2 tiap gram Hb dapat
mengikat 1,3 ml O2 atau 50 ml O2 tiap 100 ml darah. Pengaturan
eritropoesis: distimulasi oleh penurunan pengiriman oksigen ke ginjal
yang merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalam
darah. Eritropoetin merangsang eritropoesis dengan merangsang
proliperans dan pematangan sel darah merah.Zat yang diperlukan untuk
proses eritropoesis:
(1) Vitamin B12 : sintesa DNA
(2) Asam folat : pembentukan DNA
(3) Zat besi : pembentukan haemoglobin.
(Handayani, 2008)
4) Leukosit
Merupakan unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan
tubuh, Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah.
Bertugas: menahan invasi oleh patogen mikroorganisme penyebab
penyakit, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker,
membersihkan campak/ debris yang berasal dari sel mati atau cedera,
jumlah SDP : 5.000-10.000/mm3
(1) Jenis:
16
Granulosit
o Neutrofil: fungsi menentukan bakteri dan melakukan
pembersihan debris.
o Basofil: fungsi membentuk dan menyimpan histamin dan
heparin
o Eusinofil: reaksi alergi dan investasi parasir.
Agranulosit
o Monosit: fagositosit aktif
o Limfosit : L-B : menghasilkan antibodi
L-T : menghancurkan sel sasaran
o Usia 100-300 hari meningkat pada saat inpeksi kronis.
(Handayani, 2008)
5) Trombosit
Merupakan sel darah terkecil, tidak berwarna dan tidak berinti,
berasal dari fragmen megakariotid jumlah (50.000-350.000/mm3). Usia
20 hari. (Handayani, 2008).
4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala
demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut
17
fase viremia.(Djunaedi, 2006). Hal tersebut menyebabkan pengaktifan
komplement sehingga terjadi komplek imun antibodi – virus. Pengaktifan tersebut
akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,
histamin), yang akan merangsang PGE2 di hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air
sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma. Adanya
komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga
terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, koagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan
jika syok tidak teratasi terjadi hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoksia jaringan.(Suriadi, 2010).
Masa virus dengue inkubasi rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi :
18
a. aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular.
b. agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi
mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan
c. kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.(Suriadi, 2010)
Patofisiologi
Resiko pendarahanSyok
Termoregulasi instabil
Hipertermi
Hipovolemi
Kebocoran plasma
Merangsang PGE2Hipotalamus
Koagulopati pendarahan
Pengaktifan komplek imun antibody
Viremia
Nyamuk
Aedes Aegypti (Virus Dengeu)
Peiningkatan permeabilitas pembuluh
darah
Trombositopenia
TrombositMerangsang pengeluarkan zat
(Bradikinin, serotonin,thrombin,histamin)
19
Berdasarkan WHO (World Health Organization), Dengue Hemorragic Fever
dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut :
a. Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya
berupa torniket tes yang positif.
b. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah ( tanda – tanda awal renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur (Ngastiyah, 2005).
5. Manifestasi Klinis
Mansjoer Arief, 2010
Hipertermi
20
.Manifestasi klinis untuk diagnosis Dengue Hemorragic Fever menurut
patokan WHO,1995 (Ngastiyah,2005) Demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas). Manifestasi perdarahan, paling
tidak terdapat uji torniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan
yang lain misalnya petekie, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, melena, atau
hematemesis, pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit),
syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah yang menurun
(menjadi 20mmHg atau
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar
mulut.Sedangkan Manifestasi klinis anak dengan Dengue Hemorragic Fever
menurut Depkes (2011) pada umumnya disertai Gejala sebagai berikut:
a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu.
Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain
b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau
ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati.
Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik
perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya
21
kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah
dengue.
c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba.
Kemungkinan yang selanjutnya:
1) Penderita sembuh, atau
2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan
dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat.
Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan(lemah lunglai, denyut nadi
lemah atau tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Dengue Hemorragic Fever
antara lain :
a. Perdarahan
Perdarahan mudah terjadi pada tempat fungsi vena, ptekie dan purpura,
selain itu juga dapat dijumpai epistaksis dan perdarahan gusi, hematoma
dan melena.
b. Hepatomegali
22
Bila terjadi peningkatan dari hepatomegaly dan hati teraba kenyal, harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
c. Renjatan (syok)
Syok biasanya dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit kembab, dingin pada ujung hidung, ari tangan dan jari kaki serta
sianosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis buruk (Smeltzer 2011).
7. Penularan Dengue Hemorragic Fever
Penyakit Dengue Hemorragic Fever ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk ini mendapat virus dengue ketika mengigit atau mengisap darah
orang yang terkena Dengue Hemorragic Fever atau tidak sakit tetapi didalam
darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang terinfeksi demam berdarah
didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan
penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan
tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu
setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada
orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh
nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk aedes aegypti yang telah
23
mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum
mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar
darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Siregar, 2006).
8. Pencegahan Dengue Hemorragic Fever
9. JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
Pencegahan dan penanggulangan penyakit Dengue Hemorragic Fever
yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum menurut
(Depkes, 2011) dengan yaitu dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk
(PSN) yang meliputi:
a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali, atau menutupnya rapat-rapat.
b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air
c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)
d. Memelihara ikan
e. Cara-cara lain membasmi jentik.
10. Pemeriksaan Penunjang
24
Menurut Sudoyo (2007) untuk menegakan diagnose Dengue Hemorragic
Fever perlu dilakukan berbagai pemeriksaan labolatorium antara lain sebagai
berikut :
a. Trombosit : umumnya terjadi trombositopenia pada hari 3 – 8 ( normal
trombosit 150.000 – 350.000 U/L)
b. Leukosit : mulai hari ketiga dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari
total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari
jumlah total leukosit (normal leukosit 4000 – 9000 U/L)
c. Hematokrit : terjadi peningkatan hematokrit ≥ 20% hematokrit awal.
( normal hematokrit 33 – 45 Gr%)
d. Hemoglobin meningkat > 20 %. (normal hemoglobin 12 – 16 Gr/dl)
e. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma, dan biasanya ditemukan adanya hiponatremia, hipokalsimia.
(normal albumin 3,5 – 5,0 gram).
f. SGOT/SGPT : dapat meningkat. (normal SGOT P : <31 U/L 37 % L :
<34 U/L/37%)
g. Imunoserologi : IgM dan IgG terhadap dengue.
1) IgM : terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke- 3,
dan menghilang setelah 60 – 90 hari.
2) IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke – 14, pada
infeksi sekunder, IgG mulai terdeeksi pada hari ke-2.
11. Penatalaksanaan medis
25
a. Penatalaksanaan keperawatan mandiri
Penatalaksanaan penderita dengan Dengue Hemorragic Fever menurut
(Ngastiyah,2005) adalah :
1) Tirah baring atau istirahat baring.
2) Diet makan lunak
3) Minum banyak ( 2 – 2,5 liter/24 jam ) dapat berupa : susu, the manis,
sirup dan beri penderita sedikit oralit.
4) Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
5) Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam ( suhu, nadi, tensi, pernafasan)
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, Nacl) merupakan
cairan yang paling sering digunakan periksa Hb, Ht dan tombosit setiap
hari.
7) Pemberian antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8) Pemberian antibiotik bila terdapat tanda – tanda infeksi sekunder.
9) Monitor tanda – tanda renjatan (syok).
10) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
26
b. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan untuk klien dengan Dengue Hemorragic Fever
adalah penanganan pada derajat I hingga derajat IV (Hidayat, 2008).
1) Derajat I dan II
(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (ringer
laktat) dengan dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air, buah,
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam
antara lain sebagai berikut :
100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.
75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.
60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.
50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-50kg.
(2) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
(3) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
(4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah
15cc/kgBB/hari.
2) Derajat III
(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat dengan
dosi 20ml/kgBb/jam,apabila ada perbaikan lanjutkan
pemberian ringer laktat 10 ml/ kgBB/jam, jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam
27
waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dengan
perhitungan sebagai berikut :
100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.
75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.
60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.
(2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau
lainya) sebanyak 10 ml/ kgBB/jam dapat diulang maksimal 30
ml/kgBb dalam 24 jam, apabila setelah satu jam pemakaian
ringer laktat 20 ml/kgBB/jam keadaan takanan darah kurang
dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus ringer laktat dengan dosis 20 ml/kgBB/,
jika baik lanjutkan ringer laktat sebagaimana perhitungan di
atas.
(3) Apabila 1 jam pemberian ringer laktat 10 ml/kgBb/jam keadaan
tensi masih menurun dan dibawah 80mmHg, maka penderita
harus mendapatkan pplasma ekspander sebanyak 10
ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Bila
baik,lanjutkan cairan ringer laktat sebagaimana perhitungan di
atas.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
28
3) Derajat IV
(1) Pemberian cairan cukup dengan infus ringer laktat dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkan
ringer laktat sebanyak 10 ml/kgBb/jam, sebagaimana
perhitungan di atas.
(2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang dua
saluran infus dengan tujuan satu untuk ringer laktat 10
ml/kgBb/1jam dan satunya pemberian plasma ekspander
(dextran L) sebanyak 20 ml/kgBb/jam selama 1 jam, jika
membaik lanjutkan ringer laktat sebagaimana perhitungan
diatas.
(3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma
ekspander 20 ml/kgBb/jam, jika membaik lanjutkan ringer
laktat sesusai perhitungan di atas.
(4) Apabila masih tetap buruk, maka berikan plasma ekspander 10
ml/ kgBB/jam diulangi maksimum 30 ml/ kgBB/24 jam, jika
membaik, berikan ringer laktat sebagaimana perhitungan di
atas.
(5) Jika setelah dua jam pemberian plasma dan ringer laktat tidak
menunjukkan perbaikan, maka konsultasikan ke bagian anastesi
29
untuk perlu tidaknya dipasang Central Vascular Pressure
(CVP).
B. Asuhan Keperawatan
1. Proses Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien anak dengan
Dengue Hemorragic Fever, perawat memandang klien sebagai individu yang utuh
yang terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Tailor C., Lilis C., Lemone P,
proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat
bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana
implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Berikut konsep
keperawatan anak pada klien dengan Dengue Hemorragic Fever menurut Ngastiyah
(2005) yaitu :
d. Pengkajian fokus
1) Identitas pasien
Nama, umur (pada Dengue Hemorragic Fever paling sering
menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
2) Keluhan utama
30
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien Dengue
Hemorragic Fever datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien
lemah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Dengue Hemorragic
Fever, anak biasanya mengalami serangan ulangan Dengue Hemorragic
Fever dengan type virus yang lain.
5) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6) Riwayat gizi
31
Status gizi anak dengan Dengue Hemorragic Fever bervariasi.
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko. Anak yang
menderita Dengue Hemorragic Fever sering mengalami keluhan mual,
muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
7) Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadang-
kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Dengue
Hemorragic Fever grade III-IV bisa terjadi melena. Eliminasi BAK :
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau
tidak. Pada Dengue Hemorragic Fever grade IV sering terjadi
hematuria. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.Kebersihan :
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.
8) Pemeriksaan fisik
32
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade Dengue Hemorragic
Fever, keadaan fisik anak adalah :
a) Kesadaran : Apatis
b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg, N : 70 -160
Rr: 21 – 30 kali/menit, S: 36,5 – 37,5oC
c) Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning langsat, tidak sianosis, keadaan
lembab, akral hangat, tekstur halus, Tidak ada tanda – tanda
alergi seperti gatal-gatal pada kulit dan kemerahan. Palpasi :
tidak terdapat edema, turgor kulit tidak elastis.
d) Kepala : Inspeksi : perhatikan bentuk dan kesimetrisan
perhatikan kontrol kepala(terutama pada bayi) dan postur kepala
wajah simetris, kepala pada garis tengah.Evaluasi rentang gerak.
Palpasi :tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau
pembengkakan yang nyata. Fontanel posterior menutup pada
usia 2 bulan, fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.
Periksa hygiene kulit kepala akan adanya lesi, trauma,
kehilangan rambut, perubahan warna.
e) Mata :Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata.
Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian
33
dalam (+ 3 cm). Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus
dari atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering ada
anak asia) Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak
mata inspeksi konjungtiva , palpebra.
f) Telinga :Inspeksi penempatan dan kesejajaran Perhatikan
adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus. Inspeksi
higiene telinga (bau, rabas, warna)
g) Mulut :Inspeksi : bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi
sebelumnya. Observasi membran mukosa: merah muda terang,
berkulaiu, halus, sama, dan lembab. Ginggiva: kuat, merah
muda, kekuningan, berbintik-bintik.Gigi: jumlah sesuai dengan
usia, putih, oklusi rahang atas dan bawah baik. Lidah: tekstur
kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai bibir, tidak
ada lesi atau massa dibawah lidah. Leher : tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
h) Dada Inspeksi : Dada dan Paru. Inspeksi ukuran, bentuk,
kesimetrisan, gerakan dan perkembangan payudara kaji gerakan
pernapasan: frekuesi, irama, kedalaman, kulaitas, dan karakter2.
Palpasi : dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang
34
datar pada punggung dan dada dengan ibu jari digaris tengah
sepanjang tepi kostal bawah. Taktil fremitus: palpasi pada
rongga torak dan minta anak untuk mengatakan “777” atau
“eee”. Perkusi : perkusi kedua sisi dada pada ruang intercostal.
Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar),
pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri
sampai garis midklavikular (jantung) Timpani pada intercosta
kelia kiri bawah (lambung). Auskultasi : anjurkan anak untuk
napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang
berada di telapak tangan. Bunyi napas vesikuler: dengarkan
seluruh permukaan paru kecuali area intraskapular atas dan
manubrium bawah, inspirasi lebih keras, lebih panjang, dan
bernada lebih tinggi dari ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikuler:
terdengar pada area intraskapular atas dan manubrium, inspirasi
dan ekspirasi hampir sama. Bunyi napas bronkhial: terdengar
hanya diarea atas trakhea dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih
panjang, lebih keras, dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi.
Inspeksi :observasi dinding dada dari sebuah sudut. Dinding
dada simetris. Auskultasi bunyi jantung Dengarkan dengan anak
dalam posisi duduk dan bersandar Gunakan stetoskop bagian
diafragma dan bel dada. Kaji kualitas (jelas dan jernih),
intensitas (kuat tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan
35
nadi radialis), irama (teratur dan datar). Area aortik: ruang
intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2 terdengar lebih keras dari
S1.
i) Abdomen :Inspeksi : silinder dan menonjol pada posisi tegak dan
datar bila terlentang pada bayi, kaji gerakan abdomen. Pada anak
yang lebih besar gerakan pernapasan kurang. Inspeksi umbilikus
akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan rabas. Palpasi organ
abdomena. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada
bayi dan anak. Limpa : 1-2 cm dibawah marjin kostal kiri pada
bayi dan anak kecil Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3
jari ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis
ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,
sendi tulang Auskultasi bising usus pulsasi aortic. Bising usus:
bunyi gemerincing logam pendek seperti kumur-kumur, klik,
atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik. Perkusi abdomen
timpani pada lambung pada sisi kiri dan seluruh abdomen,
kecuali untuk pekak atau datar tepat dibawah marjin kostal
kanan (hepar)
j) Genetalia : Inspeksi : labia mayora dan minora tanda – tanda
peradangan, hygine, Labia: palpasi adanya massa Labia mayora:
dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura
posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab. Labia
36
minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya
dapat dilihat sampai pubertas, menonjol apda bayi baru lahir.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut nanda, (2009 – 2011 ) ada beberapa diagnosa yang ditemukan
pada pasien anak dengan diangnosa Dengue Hemorragic Fever, yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah ,
anoreksia.
d. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipovolemia.
f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
g. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
h. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:
trombositopenia, trauma.
37
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
Dengue Hemorragic Fever menurut Suriadi & Yuliani (2010) yaitu
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).
b. Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
c. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
d. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur,
dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
minimnya sumber informasi dan mengingat informasi
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
3. Rencana Keperawatan
38
Rencana Keperawatan pada pasien anak dengan diagnosa medis Dengue
Hemorragic Fever menurut Nanda (2009 – 2011), yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional :
1) Monitor suhu pasien.
Rasionnal : pola demam dapat membantu dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari menunjukan infeksi yang lain.
2) Anjurkan pasien untuk banyak minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 jam ).
Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
3) Berikan kompres hangat.
Rasional : dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
4) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
6) Berikan antipiretik.
39
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional :untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : posisi nyaman dan lingkungan tenang mengurangi rasa nyeri.
3) Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi dan dorong
penggunaan tehnik relaksasi, seperti imajinasi, visualisasi, latihan nafas
dalam.
Rasional : menurunkan tegangan otot, meningkatkan istirahat dan relaksasi,
memusatkan perhatian, dapat meningkatkan kontrol dan kemampuan
koping.
Kolaborasi :
4) Berikan obat-obat analgetik
Rasional : analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
40
c. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah,
anoreksia.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.
Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat
badan yang sesuai
Intervensi Rasional :
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan,
Rasional : untuk menetapkan cara dan muntah yang dialami pasien
mengatasinya.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan
asupan makanan .
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : untuk menghindari mual.
4) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi :
5) Berikan obat-obatan antiemetic sesuai program dokter.
Rasional : antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah
dan meningkatkan toleransi pada makanan.
41
6) Antasida, contoh Mylanta.
Rasional : kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/ resiko
perdarahan
7) Vitamin, contoh B komplek, C, tambahan diet lain sesuai indikasi
Rasional:Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, perdarahan.
Kriteria evaluasi (NOC ) :
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara
individual haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.
Intervensi rasional :
1) Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional:menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan
dari keadaan normal.
2) Observasi tanda-tanda syok.
Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh.
42
4) Catat intake dan output cairan.
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5) Palpasi nadi perifer, capilary refill,
Rasional : kondisi yang berkontribusi dalam temperatur kulit, kaji
kesadaran, tanda perdarahan. kekurangan cairan ekstraselular yang dapat
menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.
6) Monitor adanya nyeri dada tiba - tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang
meningkat, kurang istirahat.
Rasional : hemokonsentrasi dan peningkatan platelet agregrasi dapat
mengakibatkan pembentukan emboli sistemik.
7) Kaji kemampuan menelan klien.
Rasional : kegagalan refleks menelan, anoreksia, tidak nyaman dimulut,
perubahan tingkat kesadaran merupakan faktor yang mempengaruhi
kemampuan klien untuk mengganti cairan oral.
Kolaborasi :
8) Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL solution.
Rasional : hipotonik solution ( NaCl 0,45% ) digunakan untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit.
9) Koloid : dextran, plasma/albumin, hespan.
Rasional : koreksi defisit konsentrasi protein plasma, meningkatkan
tekanan osmotik intravaskular, dan memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh darah.
43
10) Tranfusi Whole blood / tranfusi PRC
Rasional : mengindikasikan hypovolemia yang berhubungan dengan
kehilangan darah aktif.
11) Plasma beku segar ( FFP ).
Rasional : mungkin diperlukan untuk menggantikan faktor pembekuan
pada adanya defek koagulasi.
12) Berikan sodium bicarbonat jika diindikasikan.
Rasional : diberikan untuk koreksi asidosis berat saat koreksi
keseimbangan cairan.
13) Berikan makanan melalui NGT termasuk cairan sesuai kebutuhan.
Rasaional : penambahan penggantian cairan dan nutrisi ketika terjadi
gangguan menelan.
14) Monitor nilai laboratorium : Hb, Ht, trombosit, elektrolit,koagulasi.
Rasional : bergantung pada kehilangan cairan vena, ketidakseimbangan
elektrolit memerlukan koreksi, peningkatan Ht, penurunan trombosit
meningkatkan resiko perdarahan.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
Kriteria evaluasi (NOC) :
44
Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda
vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal,
kesadaran normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi rasional :
1) Pantau tanda-tanda vital; palpasi denyut nadi perifer; catat suhu/ warna
kulit dan pengisian kapiler; evaluasi waktu dan pengeluaran urine.
Rasional : merupakan indikator dari volume sirkulasi dan fungsi organ/
perfusi jaringan yang adekuat.
2) Kaji adanya perubahan tingkat kesadaran , keluhan pusing atau sakit
kepala.
Rasional : perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi
serebral.
3) Auskultasi nadi apikal.Awasi irama jantung dengan EKG.
Rasional : perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat
hipotensi, hipoksia, asidosis,ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
4) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : mengatasi hipoksemia dan asidosis selama perdarahan.
5) Pemeriksaan AGD/ awasi nadi oksimetri.
Rasional : mengidentifikasi hipoksemia, keefektifan/ kebutuhan untuk
terapi.
6) Berikan cairan Intra vena sesuai indikasi/ produk darah sesuai kebutuhan.
45
Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan.
f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).
Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi,
pernafasan, dan
Tekanan darah dalam rentang normal..
Intervensi rasional :
1) Kaji keluhan pasien.
Rasional : untuk mengidentifikasi masalah – masalah pasien.
2) Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai
tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat
kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
4) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
46
Rasional : akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
5) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan, tingkatkan tingkat aktifitas
sesuai toleransi.
Rasional : mengurangi resiko cedera akibat penurunan trombosit, dan
memperbaiki tonus otot tanpa kelemahan.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
g. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.
Kriteria evaluasi (NOC) :
Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil,
haluaran urin adekuat, nadi perifer normal
Intervensi Rasional :
1) Monitor keadaan umum pasien.
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama
pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan
dapat segera ditangani.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3) Monitor tanda perdarahan.
Rasional : perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien
tidak sampai syok hipovolemik.
47
4) Palpasi nadi perifer; capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran.
Rasional : kondisi yang berkontribusi dalam kekurangan cairan
ekstraselular yang dapat menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.
5) Lapor dokter bila terdapat tanda syok hipovolemik.
Rasional : untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera mungkin.
Kolaborasi :
6) Cek laboratorium : haemoglobin, hematokrit, trombosit.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
7) Berikan cairan sesuai program : Koloid : dextran, plasma/albumin,
Hespan.
Rasional : koreksi defisit konsentrasi protein plasma, meningkatkan
tekanan osmotik intravaskular, dan memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh darah.
8) Tranfusi Whole blood/ tranfusi PRC. / FFP
Rasional : mengindikasikan hypovolemia yang berhubungan dengan
kehilangan darah aktif.
h. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Kriteria evaluasi (NOC) :
Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.
Intervensi Rasional
48
1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
2) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat
diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
3) Observasi daerah pemasangan infus.
Rasional : mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
4) Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit
lebih lanjut.
Kolaborasi :
5) Pemasagan infus kembali sesuai instruksi dokter.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
i. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Kriteria evaluasi (NOC) :
Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Intervensi rasional
1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
49
Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh
darah.
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
Rasional : membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4) Awasi tanda vital
Rasional : peningkatan nadi dengan penurunan Tekanan darah dapat
menunjukan kehilangan volume darah sirkulasi.
5) Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan
antiseptik untuk mulut.
Rasional : pada gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat
menyebabkan perdarahan mukosa.
6) Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah.
Rasional : menurunkan resiko perdarahan / hematoma.
7) Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Rasional : DIC subakut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan factor
pembekuan.
Kolaborasi :
8) Awasi Hb, Ht, trombosit dan factor pembekuan.
50
Rasional : indikator adanya perdarahan aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC).
9) Berikan obat sesuai indikasi : vit K, D,dan C.
Rasional : Meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi.
Kekurangan vit C meningkatkan kerentanan terjadinya iritasi /
perdarahan.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
j. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria evaluasi :
Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko
komplikasi.
Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi rasional
1) Jelaskan pentingnya pembatasan aktifitas selama periode penurunan
trombosit
Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan
rutinitas / aktifitas tanpa menimbulkan masalah.
2) Jelaskan gejala yang memerlukan intervensi medik seperti akral/ tangan
dingin, epistaksis, perdarahan gusi,melena, sesak.
51
Rasional : upaya intervensi untuk menurunkan resiko komplikasi serius
seperti perdarahan, tanda syok.
3) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
Rasional : mencegah kelemahan, dapat meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah kembali ke aktifitas normal.
4) Diskusikan penghindaran penggunaan sikat gigi, menggunakan sikat
gigi halus/ obat kumur, membersihkan kotoran hidung dengan keras.
Rasional : menurunkan resiko perdarahan sehubungan dengan trauma
dan perubahan koagulasi.
5) Anjurkan klien menghindari makanan / minuman karbonat, pedas dan
asam.
Rasional : menurunkan rangsangan pada asam lambung dan menceegah
iritasi
6) Diskusikan perawatan, pengobatan, proses penyakit dan prognosis.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
7) Dorong pertanyaan, ekspresi masalah.
Rasional : komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan
tingkatkan penyembuhan
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
52
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan Dengue Hemorragic
Fever Suriadi & Yuliani (2010), yaitu :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)
Tujuan : Suhu tubuh anak normal
Kriteria :
1) Suhu tubuh antara 36 – 37 oC
2) Akral tidak teraba hangat
Intervensi dan rasional :
1) Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
2) Beri kompres air hangat/tindakan tepid water sponge
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara secara
konduksi.
3) Berikan/anjurkan anak untuk banyak minum 1000 – 1500 cc/hari (sesuai
toleransi)
Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat epavorasi
4) Anjurkan anak menggunakan pakaian tipis dan mudah menyerap
keringat
Rasional : memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
5) Observasi intake dan output, tanda vital(tekanan darah,suhu,nadi)
53
Rasional Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian antipiretik
sesuai program.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
b. Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
Tujuan : kebutuhan cairan tubuh anak terpenuhi
Kriteria :
Wajah anak segar
Turgor kulit baik
Produksi urin normal (600 – 1500 ml/24 jam).
Intervensi dan rasional :
1) Kaji keadaan umum pasien anak (lemah, pucat, takikardi) serta tanda –
tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien anak untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
54
2) Observasi tanda- tanda syok
Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok
3) Anjurkan dan berikan minum anak 1000 – 1500 ml/hari (sesuai
toleransi)
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral.
4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah
terjadinya syok hipovolemik.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
c. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer
Kriteria :
Tekanan darah 100/60 mmHg, rentang tekanan darah 85–120 mmHg,
rentang nadi 70 – 110 x/menit regular, pulsasi kuat, capillary refill
tidak lebih dari 2 detik, trombosit meningkat.
Intervensi :
1) Monitor tanda–tanda vital dan penurunan trombosit pada anak yang
disertai tanda klinis.
Rasional : tanda–tanda vital yang buruk merupakan tanda perubahan
perfusi, dan penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda–
tanda klinis seperti epistaksi, ptekie.
55
2) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban,
warna).
Rasional : tanda – tanda perubahan perfusi jaringan perifer diawali dari
ekstremitas.
3) Anjurkan pasien anak untuk banyak istirahat (bedrest)
Rasional : aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
4) Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : dengan memantau trombosit setiap hari, dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien.
d. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh anak terpenuhi
Kriteria :
Tidak ada tanda – tanda malnutrisi pada anak
Menunjukan berat badan yang seimbang
Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai anak
56
Rasional : mengidentifikasi makanan kesukaan, memungkinkan
masukan makanan adekuat.
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien anak
Rasional : mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi
makanan pada anak
3) Timbang berat badan anak secara teratur tiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan / mengawasi efektifitas
intervensi
4) Berikan anak makan sedikit namun sering dan atau makan diantara
waktu makan
Rasional : makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster
5) Hindari pemberian makanan kepada anak yang merangsang dan berbau
menyengat
Rasional : menghindari terjadinya mual dan muntah pada anak.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan perawatan
anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan minimnya sumber
informasi dan mengingat informasi.
Tujuan : Orang tua menjelaskan pemahaman tentang kondisi, dan proses
pengobatan.
57
Kriteria :
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
perawatan pada anak
Intervensi dan rasional :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makananya
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan
4) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan
bagi anggota keluarga yang sakit.
Rasional : perawatan diri (mandi,toileting,berpakaian/berdandan) dan
kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman dan
rileks pada pasien.
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
58
C. Konsep tumbuh kembang Anak dan Hospitalisasi
1. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan anak usia 3 tahun
1) Parameter umum
Pada umur 3 tahun (usia toddler) rata rata berat badan
meningkat sekitar 1,8-2,7 Kg, dengan rata-rata berat badan 14,6
Kg, tinggi badan meningkat 7,5 cm, dan dengan rata-rata tinggi
badan 95 cm
2) Nutrisi
Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi
karena mereka terus bergerak.pemenuhan kebutuhan gizi anak
usia toddler sangat mudah untuk memenuhinya karena dalam
usia ini anak sudah dapat makan berbagai macam makanan
diantaranya susu, daging, sup, sayuran, dan buah-buahan. yang
terpenting anak pada usia ini mendapatkan energi 1220 Kkal
perhari
3) Pola Tidur
kebutuhan tidur pada anak usia 3 tahun sekitar 10-12 jam
setiap malam
4) Kesehatan gigi
59
Gigi susu pada anak usia 3 tahun sudah tumbuh sempurna,
terdapat sekitar 20 gigi susu yang nanti ketika umut lebih dari 7
tahun akan terlepas dan digantikan dengan gigi permanen.
(Hidayat,2006)
b. Perkembangan anak usia 3 tahun (toddler)
1) Motorik Kasar
Kemampuan dasar motorik kasar anak usia toddler secara
umum :berjalan dan berlari kecil di sekitar rumah, mengangkat
dan mengambil benda disekitanya,menari dengan gerakan kecil
tangan dan kaki
2) Motorik Halus
Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara
umum :menggambar mengikuti bentuk, menarik garis vertikal,
menjiplak bentuk lingkaran, membuka menutup kotak,
menggunting kertas mengikuti pola garis lurus
3) Kognitif
Perkembangan kognitif pada tahap pra operasional, umur 2-7
tahun dengan perkembangan kemampuan mengperasionalkan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak,
perkembangan anak masih bersifat egosentrik.
60
4) Psikososial
Tahap kemandirian, rasa malu dan rasa ragu, terjadi pada umur
1-3 tahun dengan perkembangan mulai mencoba mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti motorik dan bahasanya
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
5) Psikoseksual
Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun dengan
perkembangan, kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja,
anak akan menunjukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik
yaitu cinta terhadap diri sendiri dan egoistik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan
anak dapat latihan kebersihan (Hidayat, 2006)
Pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi beberapa kelompok
usia yaitu :
a. Usia infant
Masa infant terdiri dari masa neonatus (saat lahir sampai 4 minggu) dan
masa bayi (4 minggu sampai 1 tahun). Pada masa ini merupakan periode vital
untuk mempertahankan hidupnya dan agar dapat melaksanakan
perkembangan selanjutnya. Pada saat ini terjadi apa yang disebut sebagai
61
belajar untuk belajar secara maksimal. Oleh para ahli dikatakan bahwa
semakin banyak rangsangan yang tepat diberikan pada bayi disaat yang tepat
pula, akan makin besar pula kemungkinan bayi untuk lebih cerdas (Supratini,
2009).
b. Usia toddler
Masa usia toddler merupakan masa umur antara 1 – 3 tahun. Pada
pertumbuhan fisik dapat dinilai penambahan berat badan sebanyak 2,2 kg
pertahun dan tinggi badan akan bertambah 7,5 cm pertahun. Pada
perkembangan motorik anak dapat berjalan sendiri dengan jarak kaki lebar,
merayap pada tangga, membangun menara, dari dua balok, membuka kotak,
dan membalik halaman buku.Pada perkembangan moral anak berada pada
tahap prakonvensional yaitu anak mempunyai konsep tentang benar dan salah
terbatas dan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan kesadaran anak (Wong, 2008).
c. Usia Pra Sekolah
Masa pra sekolah dimulai pada usia 3 – 5 tahun. Berat badan bertambah 1,5
– 2,5 kg pertahun, tinggi badan bertambah 7,5 cm pertahun, pada masa ini
mulai terjadi pergantian gigi susu ke gigi permanen. Masa pra sekolah disebut
juga “usia bermain” dimana permainan memegang peran penting dalam
kehidupan anak (Supratini, 2009). Untuk perkembangan motorik, anaka sudah
dapat melompat, mengendarai sepeda roda tiga, membangun menara dari
sepuluh kubus, menggambar, menggunting dan mengikat tali sepatu. Dalam
62
hubunganya dengan keluarga anak berusaha menyesuaikan diri dengan
permintaan mereka dan berusaha menyenangkan orang tua (Wong, 2008).
d. Usia sekolah
Masa ini dimulai pada anak usia 6 – 12 tahun. Penambahan berat badan dan
pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Tinggi badan bertambah sedikit 5 cm
pertahun. Pada anak laki – laki penambahan tinggi badan lambat dan berat
badan cepat, sedangkan pada anak perempuan mulai tampak perubahan pada
daerahpubis.Untuk perkembangan mental, anak sudah mampu
menggambarkan objek umum denga mendetail, mampu mengenal waktu,
tanggal, hari dan bulan. Untuk personal sosial anak lebih dapat bersosialisasi
dan tertarik pada hubungan laki – laki perempuan tetapi tidak terikat (Wong,
2008).
e. Remaja
Masa ini dimulai pada usia 12 – 20 tahun. Menurut Sullivan, masa remaja
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu masa praremaja (12-14 tahun), remaja awal
(14-17 tahun) dan remaja akhir (17-20 tahun). Perkembangan psikis pada usia
praremaja adalah minat bermain menghilang, menunjukan rasa malu, dan sulit
diberi tanggung jawab serta membentuk kelompok dan sangat setia dengan
kelompoknya. Pada usia remaja awal, dorongan nafsu seksual semakin besar
dan emosi lebih dominan dari rasio. Untuk usia remaja akhir mulai muncul
sikap pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan kekuatan diri
63
sendiri, mudah tersinggung, mudah kasihan, mudah bertindak kejam, mudah
terharu dan mudah marah (Supartini,2009).
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
2. Hospitalisasi pada anak
Hospitalisasi pada anak dapat dikelompokan menjadi :
b. Masa Bayi ( 0 sampai 1 tahun)
Dampak dari perpisahan orang tua sehingga ada gangguan
pembentukan rasa percaya dan kasih saying. Pada anak usia lebih dari
enam bulan terjadi kecemasan apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalinya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak
ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap
kecemasaanya (Supartini,2009).
c. Masa toddler
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan
sumber stress nya. Stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan.
Respon perilau anak sesuai dengan tahapanya yaitu tahap protes, putus asa
dan pengingkaran (denial). Pada tahap proses perilaku yang ditunjukan
adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa adalah menangis
berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan
makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran adalah mulai menerima
64
perpisahan membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat
menyukai lingkunganya (Supartini, 2009).
d. Masa prasekolah (3 – 6 tahun)
Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah
adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara
perlahan dan tidak kooperatif terhadap tenaga kesehatan. Perawatan di
rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinnya.
Perawat di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak
sehngga anak merasa kehilangan kekuatan dirinya. Ketakutan terhadap
perlakuan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedur
mengancam integritas tubuhnya (Supartini,2009).
e. Masa sekolah
Perawatab anak dirumah sakit memaksa anak berpisah dari lingkunagn
yang dicintainya yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan, marah, sedih, takut rasa bersalah perasaan itu
timbul karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami. Kondisi
ornag tua membuat tingkat stress anak semakin meningkat, apabila anak
stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan
kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga. Anak kehilangan kelompok sosialnya. Reaksi terhadap perlukaan
atau rasa nyeri ditunjukan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non
65
verbal. Karena anak sudah mampu mengkomunikasikannya. (Supartini,
2009).
f. Masa remaja ( 12 – 18 tahun)
Anak mulai mempersepsikan perawatan dirumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Pembatasan aktivitas dirumah sakit membuay anak kehilangan kontrol
terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau tenaga
kesehatan di rumah sakit (Supartini, 2009).
JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/
http://sharekeperawatan.blogspot.co.id/2015/04/jurnal-
keperawatan-p engaruh-lama.html