Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

91
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit 1.Pengertian Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina (Hidayat,2006). Dengue Hemorragic Fever merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes Aegypti) (Ngastiyah, 2005) Dengue Hemorragic Fever ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, biasanya memburuk setelah hari ke dua. Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh beberapa virus dengue yang dibawa arthopoda. Dengue Hemorragic Fever ini

description

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dengue Hemorragic Fever KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.co.id/2015/09/asuhan-keperawatan-anak-dengan-dengue.html

Transcript of Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

Page 1: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti betina (Hidayat,2006). Dengue Hemorragic Fever merupakan

infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes Aegypti) (Ngastiyah,

2005)

Dengue Hemorragic Fever ialah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, biasanya memburuk

setelah hari ke dua. Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh beberapa virus

dengue yang dibawa arthopoda. Dengue Hemorragic Fever ini dapat

menimbulkan risiko terjadinya perdarahan dan cenderung terjadi syok yang dapat

menimbulkan kematian (Hendrawanto, 2013). Dengue Hemorragic Fever

merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan orang dewasa dengan

gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa

ruam (Siregar, 2006).

Page 2: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

11

Dari beberapa pengertian diatas bahwa Dengue Hemorragic Fever (DHF)

adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti yang

ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi syok serta dapat

menimbulkan kematian.

2. Etiologi

Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh virus dengue dari genus

Flavivirus, famili Flaviviridae. Dengue Hemorragic Fever ditularkan ke manusia

melalui gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi virus dengue (Depkes, 2011).

Virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti yang menggigit pada siang

hari, vektor utama kebanyakan pada daerah tropis, vector nyamuk aedes aegypti

berkembang biak pada penyimpanan air minum atau air hujan yang terkumpul

pada berbagai wadah. Virus dengue telah juga ditemukan dari aedes albopictus,

dan wabah di daerah pasifik telah di anggap berasal dari beberapa spesies aedes

lain. Spesies ini berkembang biak di air yang terperangkap pada vegetasi. Di

Asia Tenggara dan Afrika Barat, penularan Dengue Hemorragic Fever mungkin

ditularkan dalam siklus yang melibatkan kera hutan pemakan kopi dan spesies

Aedes. (Nelson, 2012).

Virus dengue terdiri atas 4 serotipe yang masing-masing menimbulkan

gejala yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala perdarahan fatal.

Derajat beratnya penyakit diperkirakan bergantung pada efek Antibody

Dependent Enbancement (ADE) pada reaksi silang senotipe yang berbeda.

Page 3: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

12

Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas,kemungkinan terdapat beberapa

mekanisme yang terlibat dan berjalan secara bersamaan. (Garna, 2012). Terdapat

empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ke empat

serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian

di Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus

dengue berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh

dengue-2, dengue-1 dan dengue -4 (Depkes, 2011).

3. Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi

termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk

cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah

ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume

darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter.

Komposisi darah tersusun atas 2 bagian, yaitu:

a. Partikel tersuspensi/komponen sel-sel darah merah, sel darah putih,

trombosit, platelet → 45%

b. Partikel pensuspensi: plasma darah → 55% adalah hematokrit: prosentase

volume total darah yang ditempati oleh eritrosit. (handayani,2008)

1) Fungsi darah:

a) Transportasi internal, pada metabolisme:

Page 4: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

13

Respirasi: O2 dan CO2 dibawa oleh molekul Hb dalam eritrosis dan

plasing

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Nutrisi: nutrisi diserap dari usus, dibawa plasma ke hati dan jaringan

tubuh lainnya.

Ekskresi: sisa metabolisme dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh

lain.

Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zat-zat

dalam jaringan.

Pengaturan metabolisme: hormon dan enzim yang berperan dalam

metabolisme dibawa oleh plasma.

b) Pertahanan/perlawanan terhadap infeksi : sel darah putih.

c) Perlindungan terhadap pendarahan.

d) Mempertahankan suhu tubuh normal: darah membawa panas dan beredar

sampai perifer tubuh yang memungkinkan pertukaran pada tubuh dan

lingkungan. (Handayani, 2008).

2) Plasma darah

Plasma darah merupakan cairan berwarna bening pucat 55% dari

volume total darah (2,5 s/d 3 liter pada orang dewasa).dengan

Komposisinya: 90% adalah air, 0,9% ion anorganik, 8% protein dan 1,1

substansi organik Plasama darah Membentuk 20% cairan ekstrase tubuh

Page 5: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

14

yang mengandung zat-zat sama dengan cairan intertisial. Di dalam plasma

darah terdapat protein yang ada dalam plasma yaitu :

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

a) Albumin : berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah

dan mengatur keseimbangan air dalam tubuh.

b) Filobulin : berfungsi dalam pertahanan tubuh melawan infeksi

dan transportasi lipid, stroid dan hormon.

c) Fibrinogen : blood dothing

d) Ion anorganik disebut elektrolit: sodium (Na+), portasium (K+),

kalsium (Ca++), clorida (Cl-), hydrocarbonat (HCO3).

e) Zat organik : glukosa, urea, asam urat.(Handayani, 2008).

3) Sel darah merah

Merupakan sel yang gampang yang bagian tengahnya cekung/lempeng

bikonkaf : efisiensi pengangkutan O2 dan peningkatan permukaan bagi

digusi O2, diameter 8 mikron, tebal 2-1 mikron, jumlah :5 juta/mm3,

usia:120 hari, ciri khas bentuknya mudah berubah /kelenturan/ fleksibilitas

tidak berhenti, organel/ribosom, enzim yang ada pada sel darah merah:

enzim glikdirik dan enzim karbonat anhidrase, hemoglobulin: merupakan

pigmen protein berwarna merah yang terdapat dalam sel darah merah

berfungsi:

a) Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan.

Page 6: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

15

b) Sistesa Hb pada saat eritropoesis.

c) Membentuk struktur molekul (hameoglobulin).

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 unit O2 tiap gram Hb dapat

mengikat 1,3 ml O2 atau 50 ml O2 tiap 100 ml darah. Pengaturan

eritropoesis: distimulasi oleh penurunan pengiriman oksigen ke ginjal

yang merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalam

darah. Eritropoetin merangsang eritropoesis dengan merangsang

proliperans dan pematangan sel darah merah.Zat yang diperlukan untuk

proses eritropoesis:

(1) Vitamin B12 : sintesa DNA

(2) Asam folat : pembentukan DNA

(3) Zat besi : pembentukan haemoglobin.

(Handayani, 2008)

4) Leukosit

Merupakan unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan

tubuh, Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah.

Bertugas: menahan invasi oleh patogen mikroorganisme penyebab

penyakit, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker,

membersihkan campak/ debris yang berasal dari sel mati atau cedera,

jumlah SDP : 5.000-10.000/mm3

(1) Jenis:

Page 7: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

16

Granulosit

o Neutrofil: fungsi menentukan bakteri dan melakukan

pembersihan debris.

o Basofil: fungsi membentuk dan menyimpan histamin dan

heparin

o Eusinofil: reaksi alergi dan investasi parasir.

Agranulosit

o Monosit: fagositosit aktif

o Limfosit : L-B : menghasilkan antibodi

L-T : menghancurkan sel sasaran

o Usia 100-300 hari meningkat pada saat inpeksi kronis.

(Handayani, 2008)

5) Trombosit

Merupakan sel darah terkecil, tidak berwarna dan tidak berinti,

berasal dari fragmen megakariotid jumlah (50.000-350.000/mm3). Usia

20 hari. (Handayani, 2008).

4. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala

demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut

Page 8: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

17

fase viremia.(Djunaedi, 2006). Hal tersebut menyebabkan pengaktifan

komplement sehingga terjadi komplek imun antibodi – virus. Pengaktifan tersebut

akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,

histamin), yang akan merangsang PGE2 di hipotalamus sehingga terjadi

termoregulasi

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air

sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan

permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma. Adanya

komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga

terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, koagulopati. Ketiga hal

tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan

jika syok tidak teratasi terjadi hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi asidosis

metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang

akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun

jika tidak teratasi terjadi hipoksia jaringan.(Suriadi, 2010).

Masa virus dengue inkubasi rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup

dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama

dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan

tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi :

Page 9: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

18

a. aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang

menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi

perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular.

b. agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan

menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi

mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan

c. kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau

mengaktivasi faktor pembekuan.(Suriadi, 2010)

Patofisiologi

Resiko pendarahanSyok

Termoregulasi instabil

Hipertermi

Hipovolemi

Kebocoran plasma

Merangsang PGE2Hipotalamus

Koagulopati pendarahan

Pengaktifan komplek imun antibody

Viremia

Nyamuk

Aedes Aegypti (Virus Dengeu)

Peiningkatan permeabilitas pembuluh

darah

Trombositopenia

TrombositMerangsang pengeluarkan zat

(Bradikinin, serotonin,thrombin,histamin)

Page 10: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

19

Berdasarkan WHO (World Health Organization), Dengue Hemorragic Fever

dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut :

a. Derajat I

Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya

berupa torniket tes yang positif.

b. Derajat II

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

c. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit

yang dingin dan lembab, gelisah ( tanda – tanda awal renjatan).

d. Derajat IV

Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat

diukur (Ngastiyah, 2005).

5. Manifestasi Klinis

Mansjoer Arief, 2010

Hipertermi

Page 11: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

20

.Manifestasi klinis untuk diagnosis Dengue Hemorragic Fever menurut

patokan WHO,1995 (Ngastiyah,2005) Demam tinggi mendadak dan terus

menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas). Manifestasi perdarahan, paling

tidak terdapat uji torniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan

yang lain misalnya petekie, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, melena, atau

hematemesis, pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit),

syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah yang menurun

(menjadi 20mmHg atau

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai

80mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada

ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar

mulut.Sedangkan Manifestasi klinis anak dengan Dengue Hemorragic Fever

menurut Depkes (2011) pada umumnya disertai Gejala sebagai berikut:

a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu.

Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain

b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau

ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati.

Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik

perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya

Page 12: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

21

kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah

dengue.

c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba.

Kemungkinan yang selanjutnya:

1) Penderita sembuh, atau

2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan

dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat.

Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan(lemah lunglai, denyut nadi

lemah atau tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Dengue Hemorragic Fever

antara lain :

a. Perdarahan

Perdarahan mudah terjadi pada tempat fungsi vena, ptekie dan purpura,

selain itu juga dapat dijumpai epistaksis dan perdarahan gusi, hematoma

dan melena.

b. Hepatomegali

Page 13: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

22

Bila terjadi peningkatan dari hepatomegaly dan hati teraba kenyal, harus

diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.

c. Renjatan (syok)

Syok biasanya dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu

kulit kembab, dingin pada ujung hidung, ari tangan dan jari kaki serta

sianosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka

biasanya menunjukan prognosis buruk (Smeltzer 2011).

7. Penularan Dengue Hemorragic Fever

Penyakit Dengue Hemorragic Fever ditularkan oleh nyamuk aedes

aegypti. Nyamuk ini mendapat virus dengue ketika mengigit atau mengisap darah

orang yang terkena Dengue Hemorragic Fever atau tidak sakit tetapi didalam

darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang terinfeksi demam berdarah

didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan

penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari

mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan

tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu

setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada

orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh

nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk aedes aegypti yang telah

Page 14: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

23

mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum

mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar

darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Siregar, 2006).

8. Pencegahan Dengue Hemorragic Fever

9. JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Pencegahan dan penanggulangan penyakit Dengue Hemorragic Fever

yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum menurut

(Depkes, 2011) dengan yaitu dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk

(PSN) yang meliputi:

a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali, atau menutupnya rapat-rapat.

b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air

c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)

d. Memelihara ikan

e. Cara-cara lain membasmi jentik.

10. Pemeriksaan Penunjang

Page 15: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

24

Menurut Sudoyo (2007) untuk menegakan diagnose Dengue Hemorragic

Fever perlu dilakukan berbagai pemeriksaan labolatorium antara lain sebagai

berikut :

a. Trombosit : umumnya terjadi trombositopenia pada hari 3 – 8 ( normal

trombosit 150.000 – 350.000 U/L)

b. Leukosit : mulai hari ketiga dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari

total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari

jumlah total leukosit (normal leukosit 4000 – 9000 U/L)

c. Hematokrit : terjadi peningkatan hematokrit ≥ 20% hematokrit awal.

( normal hematokrit 33 – 45 Gr%)

d. Hemoglobin meningkat > 20 %. (normal hemoglobin 12 – 16 Gr/dl)

e. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran

plasma, dan biasanya ditemukan adanya hiponatremia, hipokalsimia.

(normal albumin 3,5 – 5,0 gram).

f. SGOT/SGPT : dapat meningkat. (normal SGOT P : <31 U/L 37 % L :

<34 U/L/37%)

g. Imunoserologi : IgM dan IgG terhadap dengue.

1) IgM : terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke- 3,

dan menghilang setelah 60 – 90 hari.

2) IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke – 14, pada

infeksi sekunder, IgG mulai terdeeksi pada hari ke-2.

11. Penatalaksanaan medis

Page 16: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

25

a. Penatalaksanaan keperawatan mandiri

Penatalaksanaan penderita dengan Dengue Hemorragic Fever menurut

(Ngastiyah,2005) adalah :

1) Tirah baring atau istirahat baring.

2) Diet makan lunak

3) Minum banyak ( 2 – 2,5 liter/24 jam ) dapat berupa : susu, the manis,

sirup dan beri penderita sedikit oralit.

4) Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.

5) Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam ( suhu, nadi, tensi, pernafasan)

jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, Nacl) merupakan

cairan yang paling sering digunakan periksa Hb, Ht dan tombosit setiap

hari.

7) Pemberian antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

8) Pemberian antibiotik bila terdapat tanda – tanda infeksi sekunder.

9) Monitor tanda – tanda renjatan (syok).

10) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Page 17: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

26

b. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan untuk klien dengan Dengue Hemorragic Fever

adalah penanganan pada derajat I hingga derajat IV (Hidayat, 2008).

1) Derajat I dan II

(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (ringer

laktat) dengan dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan berat

badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air, buah,

atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam

antara lain sebagai berikut :

100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.

75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.

60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.

50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-50kg.

(2) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.

(3) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.

(4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah

15cc/kgBB/hari.

2) Derajat III

(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat dengan

dosi 20ml/kgBb/jam,apabila ada perbaikan lanjutkan

pemberian ringer laktat 10 ml/ kgBB/jam, jika nadi dan tensi

stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam

Page 18: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

27

waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dengan

perhitungan sebagai berikut :

100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.

75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.

60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.

(2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau

lainya) sebanyak 10 ml/ kgBB/jam dapat diulang maksimal 30

ml/kgBb dalam 24 jam, apabila setelah satu jam pemakaian

ringer laktat 20 ml/kgBB/jam keadaan takanan darah kurang

dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang

cukup berupa infus ringer laktat dengan dosis 20 ml/kgBB/,

jika baik lanjutkan ringer laktat sebagaimana perhitungan di

atas.

(3) Apabila 1 jam pemberian ringer laktat 10 ml/kgBb/jam keadaan

tensi masih menurun dan dibawah 80mmHg, maka penderita

harus mendapatkan pplasma ekspander sebanyak 10

ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Bila

baik,lanjutkan cairan ringer laktat sebagaimana perhitungan di

atas.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Page 19: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

28

3) Derajat IV

(1) Pemberian cairan cukup dengan infus ringer laktat dosis 30

ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkan

ringer laktat sebanyak 10 ml/kgBb/jam, sebagaimana

perhitungan di atas.

(2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang dua

saluran infus dengan tujuan satu untuk ringer laktat 10

ml/kgBb/1jam dan satunya pemberian plasma ekspander

(dextran L) sebanyak 20 ml/kgBb/jam selama 1 jam, jika

membaik lanjutkan ringer laktat sebagaimana perhitungan

diatas.

(3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma

ekspander 20 ml/kgBb/jam, jika membaik lanjutkan ringer

laktat sesusai perhitungan di atas.

(4) Apabila masih tetap buruk, maka berikan plasma ekspander 10

ml/ kgBB/jam diulangi maksimum 30 ml/ kgBB/24 jam, jika

membaik, berikan ringer laktat sebagaimana perhitungan di

atas.

(5) Jika setelah dua jam pemberian plasma dan ringer laktat tidak

menunjukkan perbaikan, maka konsultasikan ke bagian anastesi

Page 20: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

29

untuk perlu tidaknya dipasang Central Vascular Pressure

(CVP).

B. Asuhan Keperawatan

1. Proses Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien anak dengan

Dengue Hemorragic Fever, perawat memandang klien sebagai individu yang utuh

yang terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai

tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Tailor C., Lilis C., Lemone P,

proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat

bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga

membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana

implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Berikut konsep

keperawatan anak pada klien dengan Dengue Hemorragic Fever menurut Ngastiyah

(2005) yaitu :

d. Pengkajian fokus

1) Identitas pasien

Nama, umur (pada Dengue Hemorragic Fever paling sering

menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin,

alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan

orang tua.

2) Keluhan utama

Page 21: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

30

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien Dengue

Hemorragic Fever datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien

lemah.

3) Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai

menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi

antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare

atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan

pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Dengue Hemorragic

Fever, anak biasanya mengalami serangan ulangan Dengue Hemorragic

Fever dengan type virus yang lain.

5) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6) Riwayat gizi

Page 22: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

31

Status gizi anak dengan Dengue Hemorragic Fever bervariasi.

anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko. Anak yang

menderita Dengue Hemorragic Fever sering mengalami keluhan mual,

muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak

disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat

mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi

kurang.

7) Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu

makan berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadang-

kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Dengue

Hemorragic Fever grade III-IV bisa terjadi melena. Eliminasi BAK :

perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau

tidak. Pada Dengue Hemorragic Fever grade IV sering terjadi

hematuria. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur

karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga

kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.Kebersihan :

upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang

nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang

sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.

8) Pemeriksaan fisik

Page 23: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

32

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut

sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade Dengue Hemorragic

Fever, keadaan fisik anak adalah :

a) Kesadaran : Apatis

b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg, N : 70 -160

Rr: 21 – 30 kali/menit, S: 36,5 – 37,5oC

c) Kulit

Inspeksi : warna kulit kuning langsat, tidak sianosis, keadaan

lembab, akral hangat, tekstur halus, Tidak ada tanda – tanda

alergi seperti gatal-gatal pada kulit dan kemerahan. Palpasi :

tidak terdapat edema, turgor kulit tidak elastis.

d) Kepala : Inspeksi : perhatikan bentuk dan kesimetrisan

perhatikan kontrol kepala(terutama pada bayi) dan postur kepala

wajah simetris, kepala pada garis tengah.Evaluasi rentang gerak.

Palpasi :tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau

pembengkakan yang nyata. Fontanel posterior menutup pada

usia 2 bulan, fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.

Periksa hygiene kulit kepala akan adanya lesi, trauma,

kehilangan rambut, perubahan warna.

e) Mata :Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata.

Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian

Page 24: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

33

dalam (+ 3 cm). Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus

dari atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering ada

anak asia) Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak

mata inspeksi konjungtiva , palpebra.

f) Telinga :Inspeksi penempatan dan kesejajaran Perhatikan

adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus. Inspeksi

higiene telinga (bau, rabas, warna)

g) Mulut :Inspeksi : bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi

sebelumnya. Observasi membran mukosa: merah muda terang,

berkulaiu, halus, sama, dan lembab. Ginggiva: kuat, merah

muda, kekuningan, berbintik-bintik.Gigi: jumlah sesuai dengan

usia, putih, oklusi rahang atas dan bawah baik. Lidah: tekstur

kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai bibir, tidak

ada lesi atau massa dibawah lidah. Leher : tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

h) Dada Inspeksi : Dada dan Paru. Inspeksi ukuran, bentuk,

kesimetrisan, gerakan dan perkembangan payudara kaji gerakan

pernapasan: frekuesi, irama, kedalaman, kulaitas, dan karakter2.

Palpasi : dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang

Page 25: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

34

datar pada punggung dan dada dengan ibu jari digaris tengah

sepanjang tepi kostal bawah. Taktil fremitus: palpasi pada

rongga torak dan minta anak untuk mengatakan “777” atau

“eee”. Perkusi : perkusi kedua sisi dada pada ruang intercostal.

Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar),

pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri

sampai garis midklavikular (jantung) Timpani pada intercosta

kelia kiri bawah (lambung). Auskultasi : anjurkan anak untuk

napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang

berada di telapak tangan. Bunyi napas vesikuler: dengarkan

seluruh permukaan paru kecuali area intraskapular atas dan

manubrium bawah, inspirasi lebih keras, lebih panjang, dan

bernada lebih tinggi dari ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikuler:

terdengar pada area intraskapular atas dan manubrium, inspirasi

dan ekspirasi hampir sama. Bunyi napas bronkhial: terdengar

hanya diarea atas trakhea dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih

panjang, lebih keras, dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi.

Inspeksi :observasi dinding dada dari sebuah sudut. Dinding

dada simetris. Auskultasi bunyi jantung Dengarkan dengan anak

dalam posisi duduk dan bersandar Gunakan stetoskop bagian

diafragma dan bel dada. Kaji kualitas (jelas dan jernih),

intensitas (kuat tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan

Page 26: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

35

nadi radialis), irama (teratur dan datar). Area aortik: ruang

intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2 terdengar lebih keras dari

S1.

i) Abdomen :Inspeksi : silinder dan menonjol pada posisi tegak dan

datar bila terlentang pada bayi, kaji gerakan abdomen. Pada anak

yang lebih besar gerakan pernapasan kurang. Inspeksi umbilikus

akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan rabas. Palpasi organ

abdomena. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada

bayi dan anak. Limpa : 1-2 cm dibawah marjin kostal kiri pada

bayi dan anak kecil Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3

jari ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis

ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,

sendi tulang Auskultasi bising usus pulsasi aortic. Bising usus:

bunyi gemerincing logam pendek seperti kumur-kumur, klik,

atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik. Perkusi abdomen

timpani pada lambung pada sisi kiri dan seluruh abdomen,

kecuali untuk pekak atau datar tepat dibawah marjin kostal

kanan (hepar)

j) Genetalia : Inspeksi : labia mayora dan minora tanda – tanda

peradangan, hygine, Labia: palpasi adanya massa Labia mayora:

dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura

posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab. Labia

Page 27: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

36

minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya

dapat dilihat sampai pubertas, menonjol apda bayi baru lahir.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut nanda, (2009 – 2011 ) ada beberapa diagnosa yang ditemukan

pada pasien anak dengan diangnosa Dengue Hemorragic Fever, yaitu :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah ,

anoreksia.

d. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

hipovolemia.

f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.

g. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.

h. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).

i. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:

trombositopenia, trauma.

Page 28: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

37

j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

interpretasi informasi, kurang pajanan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan

Dengue Hemorragic Fever menurut Suriadi & Yuliani (2010) yaitu

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).

b. Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

c. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perdarahan.

d. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah

dan tidak nafsu makan.

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur,

dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan

minimnya sumber informasi dan mengingat informasi

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

3. Rencana Keperawatan

Page 29: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

38

Rencana Keperawatan pada pasien anak dengan diagnosa medis Dengue

Hemorragic Fever menurut Nanda (2009 – 2011), yaitu :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Kriteria evaluasi ( NOC ) :

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

Intervensi Rasional :

1) Monitor suhu pasien.

Rasionnal : pola demam dapat membantu dalam diagnosis; kurva demam

lanjut lebih dari 4 hari menunjukan infeksi yang lain.

2) Anjurkan pasien untuk banyak minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 jam ).

Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

3) Berikan kompres hangat.

Rasional : dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

mempercepat penurunan suhu tubuh.

4) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

Kolaborasi :

5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

6) Berikan antipiretik.

Page 30: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

39

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya

pada hipotalamus.

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Kriteria evaluasi ( NOC ) :

Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.

Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.

Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.

Intervensi Rasional

1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional :untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional : posisi nyaman dan lingkungan tenang mengurangi rasa nyeri.

3) Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi dan dorong

penggunaan tehnik relaksasi, seperti imajinasi, visualisasi, latihan nafas

dalam.

Rasional : menurunkan tegangan otot, meningkatkan istirahat dan relaksasi,

memusatkan perhatian, dapat meningkatkan kontrol dan kemampuan

koping.

Kolaborasi :

4) Berikan obat-obat analgetik

Rasional : analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

Page 31: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

40

c. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah,

anoreksia.

Kriteria evaluasi ( NOC ) :

Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.

Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat

badan yang sesuai

Intervensi Rasional :

1) Kaji keluhan mual, sakit menelan,

Rasional : untuk menetapkan cara dan muntah yang dialami pasien

mengatasinya.

2) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan

asupan makanan .

3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : untuk menghindari mual.

4) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kolaborasi :

5) Berikan obat-obatan antiemetic sesuai program dokter.

Rasional : antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah

dan meningkatkan toleransi pada makanan.

Page 32: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

41

6) Antasida, contoh Mylanta.

Rasional : kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/ resiko

perdarahan

7) Vitamin, contoh B komplek, C, tambahan diet lain sesuai indikasi

Rasional:Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah, perdarahan.

Kriteria evaluasi (NOC ) :

Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan

membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara

individual haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.

Intervensi rasional :

1) Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.

Rasional:menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan

dari keadaan normal.

2) Observasi tanda-tanda syok.

Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

3) Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan

tubuh.

Page 33: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

42

4) Catat intake dan output cairan.

Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan.

5) Palpasi nadi perifer, capilary refill,

Rasional : kondisi yang berkontribusi dalam temperatur kulit, kaji

kesadaran, tanda perdarahan. kekurangan cairan ekstraselular yang dapat

menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.

6) Monitor adanya nyeri dada tiba - tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang

meningkat, kurang istirahat.

Rasional : hemokonsentrasi dan peningkatan platelet agregrasi dapat

mengakibatkan pembentukan emboli sistemik.

7) Kaji kemampuan menelan klien.

Rasional : kegagalan refleks menelan, anoreksia, tidak nyaman dimulut,

perubahan tingkat kesadaran merupakan faktor yang mempengaruhi

kemampuan klien untuk mengganti cairan oral.

Kolaborasi :

8) Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL solution.

Rasional : hipotonik solution ( NaCl 0,45% ) digunakan untuk memenuhi

kebutuhan elektrolit.

9) Koloid : dextran, plasma/albumin, hespan.

Rasional : koreksi defisit konsentrasi protein plasma, meningkatkan

tekanan osmotik intravaskular, dan memfasilitasi kembalinya cairan

kedalam kompartemen pembuluh darah.

Page 34: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

43

10) Tranfusi Whole blood / tranfusi PRC

Rasional : mengindikasikan hypovolemia yang berhubungan dengan

kehilangan darah aktif.

11) Plasma beku segar ( FFP ).

Rasional : mungkin diperlukan untuk menggantikan faktor pembekuan

pada adanya defek koagulasi.

12) Berikan sodium bicarbonat jika diindikasikan.

Rasional : diberikan untuk koreksi asidosis berat saat koreksi

keseimbangan cairan.

13) Berikan makanan melalui NGT termasuk cairan sesuai kebutuhan.

Rasaional : penambahan penggantian cairan dan nutrisi ketika terjadi

gangguan menelan.

14) Monitor nilai laboratorium : Hb, Ht, trombosit, elektrolit,koagulasi.

Rasional : bergantung pada kehilangan cairan vena, ketidakseimbangan

elektrolit memerlukan koreksi, peningkatan Ht, penurunan trombosit

meningkatkan resiko perdarahan.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.

Kriteria evaluasi (NOC) :

Page 35: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

44

Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda

vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal,

kesadaran normal, keluaran urine adekuat.

Intervensi rasional :

1) Pantau tanda-tanda vital; palpasi denyut nadi perifer; catat suhu/ warna

kulit dan pengisian kapiler; evaluasi waktu dan pengeluaran urine.

Rasional : merupakan indikator dari volume sirkulasi dan fungsi organ/

perfusi jaringan yang adekuat.

2) Kaji adanya perubahan tingkat kesadaran , keluhan pusing atau sakit

kepala.

Rasional : perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi

serebral.

3) Auskultasi nadi apikal.Awasi irama jantung dengan EKG.

Rasional : perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat

hipotensi, hipoksia, asidosis,ketidakseimbangan elektrolit.

Kolaborasi :

4) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : mengatasi hipoksemia dan asidosis selama perdarahan.

5) Pemeriksaan AGD/ awasi nadi oksimetri.

Rasional : mengidentifikasi hipoksemia, keefektifan/ kebutuhan untuk

terapi.

6) Berikan cairan Intra vena sesuai indikasi/ produk darah sesuai kebutuhan.

Page 36: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

45

Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan.

f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.

Kriteria evaluasi ( NOC ) :

Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).

Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi,

pernafasan, dan

Tekanan darah dalam rentang normal..

Intervensi rasional :

1) Kaji keluhan pasien.

Rasional : untuk mengidentifikasi masalah – masalah pasien.

2) Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.

Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam

memenuhi kebutuhannya.

3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai

tingkat keterbatasan pasien.

Rasional : pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat

kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami

ketergantungan pada perawat.

4) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.

Page 37: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

46

Rasional : akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri tanpa bantuan orang lain.

5) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan, tingkatkan tingkat aktifitas

sesuai toleransi.

Rasional : mengurangi resiko cedera akibat penurunan trombosit, dan

memperbaiki tonus otot tanpa kelemahan.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

g. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.

Kriteria evaluasi (NOC) :

Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil,

haluaran urin adekuat, nadi perifer normal

Intervensi Rasional :

1) Monitor keadaan umum pasien.

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama

pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan

dapat segera ditangani.

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

3) Monitor tanda perdarahan.

Rasional : perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien

tidak sampai syok hipovolemik.

Page 38: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

47

4) Palpasi nadi perifer; capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran.

Rasional : kondisi yang berkontribusi dalam kekurangan cairan

ekstraselular yang dapat menyebabkan kolaps pada sirkulasi/ syok.

5) Lapor dokter bila terdapat tanda syok hipovolemik.

Rasional : untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera mungkin.

Kolaborasi :

6) Cek laboratorium : haemoglobin, hematokrit, trombosit.

Rasional : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

7) Berikan cairan sesuai program : Koloid : dextran, plasma/albumin,

Hespan.

Rasional : koreksi defisit konsentrasi protein plasma, meningkatkan

tekanan osmotik intravaskular, dan memfasilitasi kembalinya cairan

kedalam kompartemen pembuluh darah.

8) Tranfusi Whole blood/ tranfusi PRC. / FFP

Rasional : mengindikasikan hypovolemia yang berhubungan dengan

kehilangan darah aktif.

h. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).

Kriteria evaluasi (NOC) :

Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.

Intervensi Rasional

Page 39: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

48

1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.

Rasional : tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap

kemungkinan terjadi infeksi.

2) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat

diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

3) Observasi daerah pemasangan infus.

Rasional : mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

4) Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.

Rasional : untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit

lebih lanjut.

Kolaborasi :

5) Pemasagan infus kembali sesuai instruksi dokter.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

i. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Kriteria evaluasi (NOC) :

Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.

Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.

Intervensi rasional

1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.

Page 40: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

49

Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh

darah.

2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.

Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

resiko perdarahan.

3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih

lanjut.

Rasional : membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

4) Awasi tanda vital

Rasional : peningkatan nadi dengan penurunan Tekanan darah dapat

menunjukan kehilangan volume darah sirkulasi.

5) Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan

antiseptik untuk mulut.

Rasional : pada gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat

menyebabkan perdarahan mukosa.

6) Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah.

Rasional : menurunkan resiko perdarahan / hematoma.

7) Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.

Rasional : DIC subakut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan factor

pembekuan.

Kolaborasi :

8) Awasi Hb, Ht, trombosit dan factor pembekuan.

Page 41: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

50

Rasional : indikator adanya perdarahan aktif, hemokonsentrasi, atau

terjadinya komplikasi ( DIC).

9) Berikan obat sesuai indikasi : vit K, D,dan C.

Rasional : Meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi.

Kekurangan vit C meningkatkan kerentanan terjadinya iritasi /

perdarahan.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

j. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kriteria evaluasi :

Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko

komplikasi.

Berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi rasional

1) Jelaskan pentingnya pembatasan aktifitas selama periode penurunan

trombosit

Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan

rutinitas / aktifitas tanpa menimbulkan masalah.

2) Jelaskan gejala yang memerlukan intervensi medik seperti akral/ tangan

dingin, epistaksis, perdarahan gusi,melena, sesak.

Page 42: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

51

Rasional : upaya intervensi untuk menurunkan resiko komplikasi serius

seperti perdarahan, tanda syok.

3) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.

Rasional : mencegah kelemahan, dapat meningkatkan penyembuhan dan

perasaan sehat, dan mempermudah kembali ke aktifitas normal.

4) Diskusikan penghindaran penggunaan sikat gigi, menggunakan sikat

gigi halus/ obat kumur, membersihkan kotoran hidung dengan keras.

Rasional : menurunkan resiko perdarahan sehubungan dengan trauma

dan perubahan koagulasi.

5) Anjurkan klien menghindari makanan / minuman karbonat, pedas dan

asam.

Rasional : menurunkan rangsangan pada asam lambung dan menceegah

iritasi

6) Diskusikan perawatan, pengobatan, proses penyakit dan prognosis.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi.

7) Dorong pertanyaan, ekspresi masalah.

Rasional : komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan

tingkatkan penyembuhan

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Page 43: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

52

Rencana keperawatan pada pasien anak dengan Dengue Hemorragic

Fever Suriadi & Yuliani (2010), yaitu :

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)

Tujuan : Suhu tubuh anak normal

Kriteria :

1) Suhu tubuh antara 36 – 37 oC

2) Akral tidak teraba hangat

Intervensi dan rasional :

1) Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

2) Beri kompres air hangat/tindakan tepid water sponge

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara secara

konduksi.

3) Berikan/anjurkan anak untuk banyak minum 1000 – 1500 cc/hari (sesuai

toleransi)

Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat epavorasi

4) Anjurkan anak menggunakan pakaian tipis dan mudah menyerap

keringat

Rasional : memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah

menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

5) Observasi intake dan output, tanda vital(tekanan darah,suhu,nadi)

Page 44: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

53

Rasional Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui

keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan

acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian antipiretik

sesuai program.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak dengan

suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk menurunkan panas tubuh

pasien.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

b. Risiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler

Tujuan : kebutuhan cairan tubuh anak terpenuhi

Kriteria :

Wajah anak segar

Turgor kulit baik

Produksi urin normal (600 – 1500 ml/24 jam).

Intervensi dan rasional :

1) Kaji keadaan umum pasien anak (lemah, pucat, takikardi) serta tanda –

tanda vital

Rasional : menetapkan data dasar pasien anak untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normalnya.

Page 45: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

54

2) Observasi tanda- tanda syok

Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok

3) Anjurkan dan berikan minum anak 1000 – 1500 ml/hari (sesuai

toleransi)

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral.

4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah

terjadinya syok hipovolemik.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

c. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer

Kriteria :

Tekanan darah 100/60 mmHg, rentang tekanan darah 85–120 mmHg,

rentang nadi 70 – 110 x/menit regular, pulsasi kuat, capillary refill

tidak lebih dari 2 detik, trombosit meningkat.

Intervensi :

1) Monitor tanda–tanda vital dan penurunan trombosit pada anak yang

disertai tanda klinis.

Rasional : tanda–tanda vital yang buruk merupakan tanda perubahan

perfusi, dan penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran

pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda–

tanda klinis seperti epistaksi, ptekie.

Page 46: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

55

2) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban,

warna).

Rasional : tanda – tanda perubahan perfusi jaringan perifer diawali dari

ekstremitas.

3) Anjurkan pasien anak untuk banyak istirahat (bedrest)

Rasional : aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan.

4) Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari

Rasional : dengan memantau trombosit setiap hari, dapat diketahui

tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang

dialami pasien.

d. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah

dan tidak nafsu makan.

Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh anak terpenuhi

Kriteria :

Tidak ada tanda – tanda malnutrisi pada anak

Menunjukan berat badan yang seimbang

Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai anak

Page 47: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

56

Rasional : mengidentifikasi makanan kesukaan, memungkinkan

masukan makanan adekuat.

2) Observasi dan catat masukan makanan pasien anak

Rasional : mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi

makanan pada anak

3) Timbang berat badan anak secara teratur tiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan / mengawasi efektifitas

intervensi

4) Berikan anak makan sedikit namun sering dan atau makan diantara

waktu makan

Rasional : makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster

5) Hindari pemberian makanan kepada anak yang merangsang dan berbau

menyengat

Rasional : menghindari terjadinya mual dan muntah pada anak.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan perawatan

anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan minimnya sumber

informasi dan mengingat informasi.

Tujuan : Orang tua menjelaskan pemahaman tentang kondisi, dan proses

pengobatan.

Page 48: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

57

Kriteria :

Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

perawatan pada anak

Intervensi dan rasional :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien

dan keluarga tentang penyakitnya.

2) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan

kondisinya sekarang

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien

dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas

3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makananya

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses

penyembuhan

4) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan

bagi anggota keluarga yang sakit.

Rasional : perawatan diri (mandi,toileting,berpakaian/berdandan) dan

kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman dan

rileks pada pasien.

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

Page 49: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

58

C. Konsep tumbuh kembang Anak dan Hospitalisasi

1. Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan anak usia 3 tahun

1) Parameter umum

Pada umur 3 tahun (usia toddler) rata rata berat badan

meningkat sekitar 1,8-2,7 Kg, dengan rata-rata berat badan 14,6

Kg, tinggi badan meningkat 7,5 cm, dan dengan rata-rata tinggi

badan 95 cm

2) Nutrisi

Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi

karena mereka terus bergerak.pemenuhan kebutuhan gizi anak

usia toddler sangat mudah untuk memenuhinya karena dalam

usia ini anak sudah dapat makan berbagai macam makanan

diantaranya susu, daging, sup, sayuran, dan buah-buahan. yang

terpenting anak pada usia ini mendapatkan energi 1220 Kkal

perhari

3) Pola Tidur

kebutuhan tidur pada anak usia 3 tahun sekitar 10-12 jam

setiap malam

4) Kesehatan gigi

Page 50: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

59

Gigi susu pada anak usia 3 tahun sudah tumbuh sempurna,

terdapat sekitar 20 gigi susu yang nanti ketika umut lebih dari 7

tahun akan terlepas dan digantikan dengan gigi permanen.

(Hidayat,2006)

b. Perkembangan anak usia 3 tahun (toddler)

1) Motorik Kasar

Kemampuan dasar motorik kasar anak usia toddler secara

umum :berjalan dan berlari kecil di sekitar rumah, mengangkat

dan mengambil benda disekitanya,menari dengan gerakan kecil

tangan dan kaki

2) Motorik Halus

Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara

umum :menggambar mengikuti bentuk, menarik garis vertikal,

menjiplak bentuk lingkaran, membuka menutup kotak,

menggunting kertas mengikuti pola garis lurus

3) Kognitif

Perkembangan kognitif pada tahap pra operasional, umur 2-7

tahun dengan perkembangan kemampuan mengperasionalkan

apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak,

perkembangan anak masih bersifat egosentrik.

Page 51: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

60

4) Psikososial

Tahap kemandirian, rasa malu dan rasa ragu, terjadi pada umur

1-3 tahun dengan perkembangan mulai mencoba mandiri dalam

tugas tumbuh kembang seperti motorik dan bahasanya

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

5) Psikoseksual

Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun dengan

perkembangan, kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja,

anak akan menunjukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik

yaitu cinta terhadap diri sendiri dan egoistik, mulai mempelajari

struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan

anak dapat latihan kebersihan (Hidayat, 2006)

Pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi beberapa kelompok

usia yaitu :

a. Usia infant

Masa infant terdiri dari masa neonatus (saat lahir sampai 4 minggu) dan

masa bayi (4 minggu sampai 1 tahun). Pada masa ini merupakan periode vital

untuk mempertahankan hidupnya dan agar dapat melaksanakan

perkembangan selanjutnya. Pada saat ini terjadi apa yang disebut sebagai

Page 52: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

61

belajar untuk belajar secara maksimal. Oleh para ahli dikatakan bahwa

semakin banyak rangsangan yang tepat diberikan pada bayi disaat yang tepat

pula, akan makin besar pula kemungkinan bayi untuk lebih cerdas (Supratini,

2009).

b. Usia toddler

Masa usia toddler merupakan masa umur antara 1 – 3 tahun. Pada

pertumbuhan fisik dapat dinilai penambahan berat badan sebanyak 2,2 kg

pertahun dan tinggi badan akan bertambah 7,5 cm pertahun. Pada

perkembangan motorik anak dapat berjalan sendiri dengan jarak kaki lebar,

merayap pada tangga, membangun menara, dari dua balok, membuka kotak,

dan membalik halaman buku.Pada perkembangan moral anak berada pada

tahap prakonvensional yaitu anak mempunyai konsep tentang benar dan salah

terbatas dan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

perkembangan kesadaran anak (Wong, 2008).

c. Usia Pra Sekolah

Masa pra sekolah dimulai pada usia 3 – 5 tahun. Berat badan bertambah 1,5

– 2,5 kg pertahun, tinggi badan bertambah 7,5 cm pertahun, pada masa ini

mulai terjadi pergantian gigi susu ke gigi permanen. Masa pra sekolah disebut

juga “usia bermain” dimana permainan memegang peran penting dalam

kehidupan anak (Supratini, 2009). Untuk perkembangan motorik, anaka sudah

dapat melompat, mengendarai sepeda roda tiga, membangun menara dari

sepuluh kubus, menggambar, menggunting dan mengikat tali sepatu. Dalam

Page 53: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

62

hubunganya dengan keluarga anak berusaha menyesuaikan diri dengan

permintaan mereka dan berusaha menyenangkan orang tua (Wong, 2008).

d. Usia sekolah

Masa ini dimulai pada anak usia 6 – 12 tahun. Penambahan berat badan dan

pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Tinggi badan bertambah sedikit 5 cm

pertahun. Pada anak laki – laki penambahan tinggi badan lambat dan berat

badan cepat, sedangkan pada anak perempuan mulai tampak perubahan pada

daerahpubis.Untuk perkembangan mental, anak sudah mampu

menggambarkan objek umum denga mendetail, mampu mengenal waktu,

tanggal, hari dan bulan. Untuk personal sosial anak lebih dapat bersosialisasi

dan tertarik pada hubungan laki – laki perempuan tetapi tidak terikat (Wong,

2008).

e. Remaja

Masa ini dimulai pada usia 12 – 20 tahun. Menurut Sullivan, masa remaja

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu masa praremaja (12-14 tahun), remaja awal

(14-17 tahun) dan remaja akhir (17-20 tahun). Perkembangan psikis pada usia

praremaja adalah minat bermain menghilang, menunjukan rasa malu, dan sulit

diberi tanggung jawab serta membentuk kelompok dan sangat setia dengan

kelompoknya. Pada usia remaja awal, dorongan nafsu seksual semakin besar

dan emosi lebih dominan dari rasio. Untuk usia remaja akhir mulai muncul

sikap pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan kekuatan diri

Page 54: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

63

sendiri, mudah tersinggung, mudah kasihan, mudah bertindak kejam, mudah

terharu dan mudah marah (Supartini,2009).

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

2. Hospitalisasi pada anak

Hospitalisasi pada anak dapat dikelompokan menjadi :

b. Masa Bayi ( 0 sampai 1 tahun)

Dampak dari perpisahan orang tua sehingga ada gangguan

pembentukan rasa percaya dan kasih saying. Pada anak usia lebih dari

enam bulan terjadi kecemasan apabila berhadapan dengan orang yang tidak

dikenalinya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak

ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap

kecemasaanya (Supartini,2009).

c. Masa toddler

Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan

sumber stress nya. Stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan.

Respon perilau anak sesuai dengan tahapanya yaitu tahap protes, putus asa

dan pengingkaran (denial). Pada tahap proses perilaku yang ditunjukan

adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak

perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa adalah menangis

berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan

makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran adalah mulai menerima

Page 55: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

64

perpisahan membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat

menyukai lingkunganya (Supartini, 2009).

d. Masa prasekolah (3 – 6 tahun)

Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah

adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara

perlahan dan tidak kooperatif terhadap tenaga kesehatan. Perawatan di

rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinnya.

Perawat di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak

sehngga anak merasa kehilangan kekuatan dirinya. Ketakutan terhadap

perlakuan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedur

mengancam integritas tubuhnya (Supartini,2009).

e. Masa sekolah

Perawatab anak dirumah sakit memaksa anak berpisah dari lingkunagn

yang dicintainya yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan

menimbulkan kecemasan, marah, sedih, takut rasa bersalah perasaan itu

timbul karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami. Kondisi

ornag tua membuat tingkat stress anak semakin meningkat, apabila anak

stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan

kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam

keluarga. Anak kehilangan kelompok sosialnya. Reaksi terhadap perlukaan

atau rasa nyeri ditunjukan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non

Page 56: Askep Dengue Hemorragic Fever PUBLISH

65

verbal. Karena anak sudah mampu mengkomunikasikannya. (Supartini,

2009).

f. Masa remaja ( 12 – 18 tahun)

Anak mulai mempersepsikan perawatan dirumah sakit menyebabkan

timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.

Pembatasan aktivitas dirumah sakit membuay anak kehilangan kontrol

terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau tenaga

kesehatan di rumah sakit (Supartini, 2009).

JANGAN LUPA KUNJUNGI : http://sharekeperawatan.blogspot.com/

http://sharekeperawatan.blogspot.co.id/2015/04/jurnal-

keperawatan-p engaruh-lama.html