Askep Dekompensasi Cordis

13
 A. Pen ger tia n De ko mp ensa si ko rdis adal ah suatu ke adaan di ma na te rj ad i  penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995). Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempe rtahan kan pered aran darah sesuai denga n kebutuhan tubuh. (Dr. Ahmad ramali, 1994) B. Etiologi Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang me nu runk an kont rakt il it as mi ok ar di um. Keadaan ya ng men ing kat kan beb an awa l sepert i regurgita si aorta, dan cacat septum ven trik el. Beban akh ir men ing kat pad a kea daa n dimana ter jadi ste nos is aorta atau hiper tensi sistemik. Kont raktili tas miok ardium dapat menur un  pad a in fark mi ok ar d at au ka rdio my op at i. Fa kt or la in ya ng da pa t menye babka n jantu ng gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisa n ventri kel (steno sis katup atrioventr ikuler ), gangg uan pada pengi sian dan eje ksi ventri kel (pe rikarditi s kon str iktif dan tempon ade jantun g). Dar i seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995). C. Klasifikasi Be rd as ar kan bag ia n ja ntung ya ng mengal ami ke gagal an  pe mompaa n,g aga l jantun g terb agi ata s gag al jantun g kir i,g aga l jan tun g kanan,dan gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, ortopnea, dispn ea noctu rnal parok sismal, batuk , pemb esaran jantung, irama derap , ventri cular heaving, bunyi derap S3 dan S4, perna pasan cheyne stokes, takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gaga l jant ung kanan timbul edema, li ver engorgement, anorek sia, dan kembu ng. Pada pemeri ksaan fisik didap atkan hiper trofi

Transcript of Askep Dekompensasi Cordis

Page 1: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 1/13

A. Pengertian

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi

 penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan

fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).

Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk 

mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Dr.

Ahmad ramali, 1994)

B. Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi

kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir 

atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang

meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum

ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis

aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun

  pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain yang dapat

menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan

ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan

ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari

seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada

setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium

di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil

( Price. Sylvia A, 1995).

C. Klasifikasi

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan

 pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantungkanan,dan gagal jantung kongestif.

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, ortopnea,

dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap,

ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes,

takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

Pada gagal jantung kanan timbul edema, liver engorgement,

anoreksia, dan kembung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi

Page 2: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 2/13

 jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap atrium kanan, murmur,

tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat, bunyi

P2 mengeras, asites, hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali,

dan pitting edema.

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal

  jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat

klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :

Kelas 1: Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.

Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari

aktivitas sehari hari tanpa keluhan.

Kelas 3: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa

keluhan.

Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan

harus tirah baring.

D. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal

  jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan

  pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang

menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu

ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme

 primer yang dapat di lihat :

1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik 

2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin

aldosteron

3. Hipertrofi ventrikelKetiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk 

mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan

menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.

Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin

kurang efektif. Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan

membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas

adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf 

Page 3: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 3/13

adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan

kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi

vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan

redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ

yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung

dan otak dapat dipertahankan.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai

serangkaian peristiwa : Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju

filtrasi glomerulus, Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,

Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan

angiotensin I, Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, Perangsangan

sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan Retansi natrium dan air pada

tubulus distal dan duktus pengumpul. Respon kompensatorik terakhir pada

gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal

dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel

miokardium; tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan

gagal jantung, sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon

miokardium terhadap beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai

dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.

E. Tandan dan Gejala

Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena

atau sisitem pulmonal antara lain :

1. Lelah

2. Angina

3. Cemas4. Oliguri. Penurunan aktifitas GI

5. Kulit dingin dan pucat

Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel

kiri, antara lain :

1. Dyppnea

2. Batuk 

3. Orthopea

Page 4: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 4/13

4. Reles paru

5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.

Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :

1. Edema perifer 

2. Distensi vena leher 

3. Hari membesar 

4. Peningkatan central venous pressure (CPV)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos dada

Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang,

cefalisasi arteria pulmonalis.

Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan

 pembesaran ventrikel kanan.

2. EKG

Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P

yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia

cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.

3. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi

Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri

  pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi

  pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah

  jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat

dihitung luas katup mitral.

Page 5: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 5/13

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan

 berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal,

nokturia, keringat malam hari).

Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja,

takpineu, dispneu.

2. Sirkulasi

Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi,

kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung

dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat

anemia, riwayat shock hipovolema.

Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan

yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.

3. Integritas Ego

Tanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar.

Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna.

Kepribadian neurotik.

4. Makanan/Cairan

Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan

diuretik.

Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan

 bising terdengar krakela dan mengi.

5. NeurosensorisGejala: Mengeluh kesemutan, pusing

Tanda: Kelemahan

6. Pernafasan

Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.

Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak 

darah, gelisah.

Page 6: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 6/13

7. Keamanan

Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi

Tanda: Kelemahan tubuh

8. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.

Tanda: Menunjukan kurang informasi.

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos dada

a. Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung

hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.

  b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium

kiri dan pembesaran ventrikel kanan.

2. EKG

Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P

yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia

cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.

3. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi

Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri

 pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi

  pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah

  jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat

dihitung luas katup mitral.

C. Kemungkinan diagnosa keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan pengisian

ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.S: Mengeluh sesak, kelelahan, keletihan.

O: Perubahan EKG/disritmia, kulit dingin dan basah, cyanosis, kulit pucat

dan lembab, oliguri atau anuria.

2. Resiko tinggi kelebihan volume cairan: edema berhubungan dengan

kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan cairan ke ekstra vaskuler.

S: Mengeluh badan terasa berat dan kemeng.

O: Odema.

Page 7: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 7/13

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran arteri

vena dengan keterlibatan katup mitral.

S: Mengeluh lemah, cepat capek.

O: Kulit dingin, cyanosis, kapiler reffil > 3 detik.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membram kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil.

S: Mengeluh sesak nafas, batuk kering, tidak produktif dan kelelahan.

O: Oedema pada ektremitas bawah, akral dingin, cyanosis.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay

dan demand oksigen.

S: Mengeluh sesak nafas, dispneu pada saat aktivitas.

O: Keluar keringat dingin, nyeri dada, fibrilasi arterial.

6. Resiko tinggi nyeri berhubungan dengan iskhemi jaringan miokard.

7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

 perubahan sirkulasi dan status metabolik.

8. Cemas berhubungan dengan penurunan status kesehatan dan situasi krisis.

S: Mengelah tidak bisa tidur dan istirahat.

O: Wajah nampak tegang, takikardi.

9. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit katup jantung.

10. Gangguan pola nafas berhubungan peningkatan tekanan CO2.

S: Mengeluh sesak nafas.

O: Takipneu.

11. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pengeluaran keringat

 berlebihan.S: Mengeluh badan basah

O: Gelisah, sering mengelap badan.

12. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

 penurunan intake, mual dan anoreksia.

S: Mengeluh mual, tidak nafsu makan.

O: Makan hanya beberapa sendok, sediaan tidak habis.

Page 8: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 8/13

13. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan

tubuh.

14. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan penurunan intake fiber dan

 penurunan bising usus.

15. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan dispneu.

16. Resiko tinggi penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan

 penurunan aliran darah ke otak.

17. Resiko gangguan sensorik-motorik berhubungan dengan hipoksemia.

18. Resiko terjadinya gagal ginjal akut berhubungan dengan penurunan aliran

darah pada ginjal.

19. Resiko terjadinya kontraktur berhubungan pembatasan gerak, kelemahan.

20. Resiko injury berhubungan pusing dan kelemahan.

D. Diagnose dan Tindakan keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler 

alveoli dan retensi cairan interstisiil.

Tujuan : Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi secara adekuat, PH

darah normal, PO2 80-100 mmHg, PCO2 35-45 mm Hg, HCO3 –3 – 1,2

Intervensi :

a) Kaji kerja pernafasan ( frekwensi, irama , bunyi dan dalamnya )

 b) Berikan tambahan O2 6 lt/mnt

c) Pantau saturasi (oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan BGA)

d) Koreksi kesimbangan asam basa

e) Beri posisi yang memudahkan klien meningkatkan ekpansi paru.(semi

fowler)

f) Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalamg) Lakukan balance cairan

h) Batasi intake cairan

i) Eavluasi kongesti paru lewat radiografi

Rasional

a) Untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi pertukaran gas.

 b) Untu meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.

Page 9: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 9/13

c) Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak 

adekuat tidaknya proses pertukaran gas.

d) Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.

e) Meningkatkan ekpansi paru

f) Kongesti yang berat akan memperburuk proses perukaran gas

sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.

g) Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat meguranngi

timbulnya odem sehingga dapat mecegah ganggunpertukaran

gas.Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan

menghambat ADH.

2. Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan

atrium dan kongesti vena.

Tujuan perawatan : Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan

kriteria : (TD > 90 /60 ), Frekwensi jantung normal.

Intervensi :

a) Pertahankan pasien untuk tirah baring

 b) Ukur parameter hemodinamik 

c) Pantau EKG terutama frekwensi dan irama.

d) Pantau bunyi jantung S-3 dan S-4

e) Periksa BGA dan saO2

f) Pertahankan akses IV

g) Batasi Natrium dan air 

Rasional :

a) Mengurangi beban jantung

 b) Untuk mengetahui perfusi darah di organ vital dan untuk mengetahuiPCWP, CVP sebagai indikator peningkatan beban kerj a jantung

c) Untuk mengetahui jika terjadi penurunan kontraktilitas yang dapat

mempengaruhi curah jantung.

d) Untuk mengetahui tingkat gangguan pengisisna sistole ataupun

diastole

e) Untuk mengetahui perfusi jaringan di perifer 

f) Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler.

Page 10: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 10/13

g) Mencegah peningkatan beban jantung

h) Meningkatkan perfisu ke jaringan

i) Kalium sebagai salah satu komponen terjadinya konduksi yang dapat

menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung.

3. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.

Tujuan: Kulit hangat dan kering klien memperlihatkan perbaikan status mental.

Intervensi :

a) Kaji status mental klien secara teratur 

 b) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara

teratur.

c) Kaji kualitas peristaltik k/p pasang sonde

d) Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas

e) Ukur tanda vital, periksa lab : Hb, Ht, BUN, Sc, BGA sesuai

 peasanan.

Rasional :

a) Mengetahui derajat hipoksia pada otak 

 b) Mengetahui derajat hipsemia dan peningkatan tahanan perifer 

c) Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna. serta

dampak penurunan elektrolit.

d) Sebagai dampak gagal jantung, kanan jika berat akan ditemuka adanya

tanda kongesti

e) Untuk mengetahui keadekuatan fungsi dan vaskulrasisai sescara

keseluruhan. Jika terjadi dekompensasi ditambah komlikasi Hb

rendah, Ht tinggi akan memeperberat gangguan perfusi. Gangguan

 perfusi yang berat (PCO2 tinggi) akan mengurangi aliran darah keginjal sehingga ginjal dapat mengalami gangguan fungsi yang dapat

dimonitir dari peningkatan kadar BUN, Sc.

4. Kelebihan volume cairan b.d kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan

cairan ke ekstra vaskuler.

Tujuan : haluaran urin adekuat akan dipertahankan dengan diuretika ( > 30

ml /jam ), tanda-tanda odem paru atau ascites tidak ada

Intervensi :

Page 11: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 11/13

a) Kaji tekanan darah

 b) Kaji distensi vena jugularis

c) Timbang BB

d) Beri posisi yang membantu drainage ektremitas, lakukan latihan gerak 

fasif,

e) Evaluasi kadar Na. Klien, Hb dan Ht.

Rasioanal :

a) Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan

yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang

dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah.

  b) Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang

dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.

c) Kelebihan BB dapat diketahui dari peningkatan BB yang ekstrim

akibat terjadiny penimbunan cairan ekstra seluler.

d) Meningkatkan venus return dan mendorong berkurangnya edema

 perifer.

e) Dampak dari peningkatan volume cairan akan terjadi hemodelusi

sehingga Hb turun, Ht turun.

5. Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplay

dan demand oksigen.

Tujuan : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala – gejala

yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.

Intervensi :

a) Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.

 b) Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klienc) Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis

d) Evaluasi tanda vital saat kemajuan akitivitas terjadi

e) Berikan waktu istirahat diatara waktu aktivitas

f) Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan

g) Selama aktivitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, kerja nafas dan

frekwensi nafas serta keluhan subyektif.

h) Berikan diet sesuai peasanan (pembatasan air dan Na ).

Page 12: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 12/13

Rasional :

a) Untuk mengurangi beban jantung.

 b) Untuk meningkatkan venus return

c) Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venus return.

d) Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan dengan aktivitas.

e) Untuk mendapatkan cukup waktu qresolusi bagi tubuh dan tidak 

terlalu memaksa kerja jantung.

f) Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan

g) Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.

h) Untuk mencegah retensi cairan dan odem akibat penurunan

kontraktilitas jantung.

6. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun dan intake

kurang.

Tujuan : Setelah di rawat selama 3 hari klien mau makan, porsi makanan

yang disediakan habis.

Intervensi :

a) Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien

saat ini.

 b) Anjurkan agar klien makan –makanan yang disediakan di RS.

c) Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diit

TKTPRG

Rasional :

a) Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan.

  b) Untuk menghindari makanan yang justeru dapat menggaggu proses

 penyembuhan klien.c) Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat

 perbaikan kondisi serta mengurangi beban kerja jantung.

7. Cemas b.d hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta

 penanganan yang akan didapatkan.

Tujuan : Setelah di rawat kecemasan berkurang

Kriteria : Tidur 6-8 jam/hari, gelisah hilang, klien kooperatif dengan

 petugas dan tindakan yang diprogramkan.

Page 13: Askep Dekompensasi Cordis

5/13/2018 Askep Dekompensasi Cordis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dekompensasi-cordis 13/13

Intervensi :

a) Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab serta penanganan

yang akan dilakukan.

 b) Tanyakan keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan klien

saat ini.

RASIONAL

a. Untuk membina saling percaya

  b. Untuk memberikan jaminan kepastian tentang, langkah-langkah

tindakan yang akan diberikan sehingga klien dan keluarga lebih pasti.

c. Untuk dapat menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi

klien sehingga dapat mengurangi beban psikologis klien.

d. Sebagai anti cemas

DAFTAR PUSTAKA

Tabrani, (1998), Agenda Gawat Darurat Jilid 2, Penerbit Alumni Bandung

Guyton, (1991), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta

Barbara Engram, (1995), Perawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Dongoes M.E, Marry F, Alice G (1997) Nursing Care Plans, F.A davis Company,

Philadelphia.

Carpennito L.J (1997), Nursing Diagnosis, JB. Lippincot, New York 

Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis Pendekatam Holistik, Penerbit EGC,

Jakarta.

Price Sylvia A ( 1993) , Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta.