Askep Caput Succedaneum
Transcript of Askep Caput Succedaneum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera
lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila
janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan tentang pengertian caput succedaneum
2. Jelaskan tentang etiologi caput succedaneum
3. Jelaskan tentang manifestasi klinis pada caput succedaneum
4. Jelaskan tentang patofisiologi caput succedaneum
5. Jelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada caput succedaneum
6. Jelaskan tentang komplikasi pada caput succedaneum
7. Jelaskan tentang penatalaksanaan pada caput succedaneum
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian caput succedaneum
2. Untuk mengetahui tentang etiologi caput succedaneum
3. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis pada caput succedaneum
4. Untuk mengetahui tentang patofisiologi caput succedaneum
5. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada caput succedaneum
6. Untuk mengetahui tentang komplikasi pada caput succedaneum
7. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pada caput succedaneum
1
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak
kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati garis
sutura. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5
hari.
Caput succedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di
kepala (pada presentasi kepala) yang terjadi pada bayi baru lahir.
2.2 ETIOLOGI
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan
lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan
tubuh ke jaringan ekstravaskular. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan
vaccum ekstraksi.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Udema di atas kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan terkadang bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu panggul.
Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga
fontanel meregang dan CSS (Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak.Sehingga
CSS menerobos ke jaringan atau intraviber.Sehingga potensial (cairan) tedorong ke bagian ubun-ubun
besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput
succedaneum adalah sebagi berikut :
2
1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus
jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak
periosteum hingga dapat melampaui sutura.
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih
lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk
melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput
succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)
2.6 KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi bisa terjadi karena kulit kepala terluka
2. Ikterus
Ikterus bisa terjadi karena adanya inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O, antara
ibu dan bayi.
3. Anemia
2.7 PENATALAKSANAAN
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum
:
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun,
maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
Mencegah terjadinya infeksi dengan :
a. Perawatan tali pusat
b. Personal hygiene baik
4. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
a. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
b. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3
hari.
3
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
6. Awasi keadaan umum bayi.
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN
2.8.1 Pengkajian
1. Subjektif
a. Identitas
Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera setelah lahir.
b. Keluhan
Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.
2. Objektif
c. Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.
d. Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)
e. Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)
f. Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.
g. Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)
h. Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)
i. Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.
j. Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.
k. Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah
l. Bersifat soliter / multiple.
m. Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.
n. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang
mempunyai gangguan pembekuan.
2.8.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.
2. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.
4
2.8.3 Intervensi Keperawatan
No. Dx.
Keperawatan
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan trauma
jaringan
perinatal.
Tujuan:
Anak akan
menunjukkan
berkurangnya rasa
ketidaknyamanan.
KH :
1. Anak tidak rewel.
2. Anak tidak terus
menangis.
3. Anak
memperhatikan
tanda – tanda vital
dalam batas
normal.
1. Kaji ekspresi anak
(diam, rewel,
menangis terus-
menerus,dll)
2. Kurangi jumlah
cahaya lampu,
kebisingan, dan
berbagai stimulus
lingkunagn lainya
dalam anak.
3. Kaji tanda – tanda
vital, catat
peningkatan
frekuensi nadi,
peningkatan atau
penurunan nafas,
dan diforesis.
4. Kolaborasi :
Berikan analgesik
sesuai kebutuhan
untuk nyeri.
1. Memberikan data
dasar untuk
menentukan dan
mengevaluasi
intervensi yang
diberikan.
2. Stimulus demikian
dapat mengganggu
anak yang
mengalami cedera.
Karena dapat
meningkatkan
tekanan intrkranial.
3. Peningkatan
frekuensi nadi,
peningkatan atau
penurunan
frekuensi
pernapasan, atau
diforesis
menunjukkan
ketidaknyamanan.
4. Mengurangi nyeri
dan spasme otot
2. Ansietas
berhubungan
dengan
ketidaktahuan
status
Tujuan:
Anak dan Orang tua
akan menunjukkan
1. Jelaskan pada anak
dan orang tua
tentang tujuan
semua tindakan
keperawatan yang
1. Dengan
menegetahui apa
yang akan
dilakukan sebelum
melaksanakan
5
kesehatan
anak.
kecemasan berkurang.
KH :
1. Menunjukkan
pengurangan rasa
agitasi
2. Mengajukan
pertanyaan yang
tepat sehubungan
dengan penyakit
dan penangananya.
dilakukan dan
bagaimana
tindakan dilakukan
2. Ijinkan orang tua
tetap menemani
anak, bergantung
pada keadaan anak.
3. Berikan informasi
akurat, konsisten
mengenai
prognosis.
prosedur dan
mengapa prosedur
tersebut dilakukan
membantu
mengurangui
kecemasan.
2. Dengan
mengijinkan orang
tua untuk
menemani anak
memberi dukungan
emosional pada
anak dan
mengurangi
kecemasan pada
anak. Kecemasan
orang tua akan
berkurang dengan
mengijinkan
mereka memantau
dan berpartisipasi
dalam perawatan
anak.
3. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan
pasien membuat
keputusan atau
pilihan sesuai
realita.
3. Resiko infeksi
berhubungan
dengan adanya
indurasi.
Tujuan :
Anak akan
menunjukkan tidak
adanya tanda atau
1. Kaji keadaan
indurasi pada anak.
2. Pantau suhu anak
setiap 4 jam
1. Mengidentifikasi
adanya infeksi
secara dini.
2. Hipertermi
merupakan suatu
6
gejala infeksi.
KH :
1. Suhu tubuh kurang
dari 37oC
2. Tidak ada drainase
dari luka (cephal
hematom)
3. Tidak ada tanda-
tanda infeksi.
4. Sel darh putih
dalam batas normal
sesuai dengan usia.
3. Kaji tanda dan
gejala meningitis,
termasuk kakuk
kuduk, peka
rangsang, nrei
kepala, demam,
muntah, dan
kejang–kejang.
4. Ganti balutan
indurasi(jika ada)
dan gunakan teknik
sterilisasi.
tanda infeksi.
3. Meningitis
merupakn
komplikasi yang
mengkin terjadi
padasetiap kejadian
cephal hematom
walaupun jarang.
4. Teknik steril akan
membantu
mencegah
masuknya bakteri
kedalam luka dan
mengurangi infeksi.
Tabel 1. Rencana keperawatan (Speer, Kathleen Morgan.2007)
2.8.4 Evaluasi
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan
letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas
dan melewati garis sutura. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan
yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi
perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskular.
Gejala-gejala yang muncul adalah sebagai berikut, udema di atas kepala, terasa lembut dan
lunak pada perabaan, benjolan berisi serum dan terkadang bercampur dengan darah dan batas
yang tidak jelas
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dalam
penyempurnaan makalah ini.
8