Asuhan Kebidanan Trauma Persalinan Caput Succendaneum

download Asuhan Kebidanan Trauma Persalinan Caput Succendaneum

of 33

description

Asuhan Kebidanan Trauma Persalinan Caput Succendaneum

Transcript of Asuhan Kebidanan Trauma Persalinan Caput Succendaneum

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. I UMUR 1 HARI DENGAN CAPUT SUCCENDANEUM DI IRNA MAWAR RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG

Disusun Oleh ;SULISTYOWATIYULI NURHAYATISRI RAHAYURUSMINITRI RAHAYU

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 BIDAN PENDIDIK(MINAT UTAMA: BIDAN KLINIK) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas praktek kebidanan ini yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. I UMUR 1 HARI DENGAN CAPUT SUCCENDANEUM DI IRNA MAWAR RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNGDalam penyusunan asuhan kebidanan ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempaan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya asuhan kebidanan ini.Tujuan dari pembuatan asuhan kebidanan ini selain sebagai tugas praktek kebidanan ini juga sebagai penunjang bagi pembaca dalam pembuatan asuhan kebidanan. Pembuatan asuhan kebidanan ini bukanlah pekerjaan yang ringan maupun pekerjaan yang berat. Untuk itu jika ada kesalahan baik dari kata, bahasa maupun isinya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 2014

Penulis

iiBAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang melemahkan kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritasan. Disamping itu perlu dilakukan pembinaan kesehatan prenatal yang baik dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian prenatal yang meliputi perdarahan. Hipotermi, infeksi, kelahiran preterm, asfiksia.Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yanitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan BBL sehat akat menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam.Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.Kelainan yang terjadi pada kelahiran cunam/vakum biasanya disebabkan oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi.1. Kelainan Perifer a. Moldingb. Kaput suksedanumc. Sefalhematumd. Perdarahan subaponeurosise. Kerusakan saraf periferf. Trauma pada kulitg. Perdarahan subkojungtiva Perdarahan retina

2. Kelainan Sentrala. Iritasi sentralb. Perdarahan/gangguan sirkulasi otakc. Keluhan dengan seksio sesaread. Kelainan presentasi bokonge. Kelahiran presentasi mukaf. Kelahiran letak lintang

B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan UmumMenerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam proses asuhan kebidanan nyata serta mendapat pengalaman dalam menerapkan masalah pada BBL normal dengan menggunakan manajemen kebidanan Varney.2. Tujuan KhususSetelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal diharapka mampu :a. Melakukan pengkajian data.b. Interpretasi data.c. Mengidentifikasikan masalah dan diagnosa potensial.d. Mengidentifikasikan kebutuhan segera.e. Merumuskan suatu tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan.f. Mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai.g. Mendokumentasikan secara benar.3. Batasan MasalahMasalah yang kami ambil yaitu : ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. I UMUR 1 HARI DENGAN CAPUT SUCCENDANEUM DI IRNA MAWAR RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG.

C. MANFAAT PENULISAN1. Bagi InstitusiSebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.2. Bagi KlienAgar klien mendapatkan perawatan dan penanganan khusus sesuai asuhan kebidanan dan pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.3. Bagi PenulisMendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh di pendidikan. Untuk mendapatkan atau menambah ilmu yang luas dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

D. METODE PENGUMPULAN DATA1. Studi kepustakaan2. Pemeriksaan fisik3. Observasi4. Dokumentasi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Dengan Trauma Kelahiran1. Definisi Trauma atau Cedera KelahiranTrauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan atau kelahiran (IKA, Jilid I). Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli yang terlatih. Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.

2. Trauma Kelahiran dikarenakan Perlakuan Pada Susunan SyarafParalis Pleksus Brakialis Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :a. Paralisis Erb-DucheneKerusakan cabang-cabang C5 C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma.Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.b. Paralisis KlumpkeKerusakan cabang-cabang C8 Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu. Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.

c. Paralisis Nervus FrenikusTrauma lahir saraf frenikus terjadi akibat kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brakialis. Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanand. Kerusakan Medulla SpinalisGejala tergantung bagian mana dari medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan berkonsutasi pada bagian Neurologi.e. Paralisis Pita SuaraTerjadi kerusakan pada cabang lain n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau hiperekstensi yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat menghilang sendiri setelah 4 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan penanganan khusus seperti trakeostomi.

3. Trauma Kelahiran dikarenakan Fraktur (Patah Tulang)a. Fraktur Tulang TengkorakTrauma ini biasanya ditemukan pada kesukaran melahirkan kepala bayi yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang keras pada kepala bayi oleh tulang pervis ibu. Kemungkinan lain terjadinya trauma ini adalah pada kelahiran cunam yang disebabkan oleh jepitan keras umumnya berupa fraktur linier atau fraktur depresi, fraktur basis kranu jarang terjadi. Fraktur linier ini disertai perdarahan ke arah subdural atau subarachnoid. Diagnosa fraktur atau fisura linier tanpa komplikasi tidak memerlukan tindakan khusus, tetapi pemeriksaan ulang radiologik perlu memerlukan 4 6 minggu kemudian untuk meyakinkan telah terjadinya penutupan fraktur linier tersebut, di samping untuk mengetahui secara dini kemungkinan terjadinya kista leptomeningeal di bawah tempat fraktur. Prognosis fraktur linier baik, biasanya akan sembuh sedini dalam beberapa minggu. Bila terjadi komplikasi seperti kista. Pengobatan oleh bidang bedah syaraf harus dilakukan sedini mungkin.b. Fraktur Tulang KlavikulaFraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.Gejala Klinis Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis greenstick adalah :1) Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama2) Refleks moro asimotris3) Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula4) Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.5) Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikulac. Fraktur Tulang HumerusFraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.Gejala Klinis :1) Berkurangnya gerakan tangan yang sakit2) Refleks moro asimetris3) Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit4) Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasifd. Fraktur Tulang FemurUmumnya fraktur pada kelahiran sungsang dengan kesukaran melahirkan kaki. Letak fraktur dapat terjadi di daerah epifisis, batang tulang leher tulang femur.Gejala Klinis :1) Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang dan asimetris.2) Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.1) Pengobatan fraktur tulang femur2) Imobilisasi tungkai bawah dengan jalan fiksasi yang diikuti oleh program latihan3) Dirujuk ke bagian bedah tulang

4. Trauma Kelahiran dikarenakan Perlakuan Jaringan Lunak Bayi Baru Lahira. Kaput SuksedaneumCaput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Prawirohardjo, 2007). Penyebab Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi. (Dewi, 2010). Gejala Klinis 1) Udema di kepala2) Terasa lembut dan lunak pada perabaan3) Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah4) Udema melampaui tulang tengkorak5) Batas yang tidak jelas6) Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan7) Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatanPenatalaksanaa1) Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.2) Pengawasan keadaan umum bayi.3) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.4) Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar.5) Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.6) Berikan konseling pada orang tua, tentang:(1) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;(2) Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan.(3) Perawatan bayi sehari-hari.(4) Manfaat dan teknik pemberian ASI.b. SefalohematomaSefalohematoma merupakan suatu perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura. Sefalohematoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibatnya timbul timbunan darah di daerah subperiost yang dari luar terlihat sebagian benjolan.Secara klinis benjolan Sefalohematoma benbentuk benjolan difus, berbatas tegas, tidak melampaui sutura karena periost tulang berakhir di sutura. Pada perabaan teraba adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga subperiost yang terjadi ini sifatnya perlahan-lahan benjolan timbul biasanya baru tampak jelas beberapa jam setelah bayi lahir (umur 6 8 jam) dan dapat membesar sampai hari kedua atau ketiga. Sefalohematoma biasanya tampak di daerah tulang perietal, kadang-kadang ditemukan ditulang frontal.Benjolan hematoma sefal dapat bersifat soliter atau multipel.Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2 8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan perdarahan masif yang memerlukan transfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan pembekuan. Pemeriksaan radiologik pada hematoma sefal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.c. Perdarahan SubafoneurosisPerdarahan subafoneurosis merupakan perdarahan masif dalam jaringan lunak di bawah lapisan aponeurosis epikranial. Trauma lahir ini sering disebut pula sebagai hematoma sefal subaponeurosis. Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh vena emisaria. Perdarahan timbul secara perlahan dan mengisi ruang jaringan yang luas, sehingga benjolan trauma lahir ini biasanya baru terlihat setelah 24 jam sampai hari kedua pasca lahir. Pada perdarahan yang cepat dan luas, benjolan dapat teraba 12 jam setelah bayi lahir. Pada umumnya bayi lahir dengan letak kepala yang tidak normal atau kelahiran dengan tindakan misalnya tarikan vakum berat. Pada benjolan yang luas perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan sistem pembekuan. Bayi perlu mendapat vitamin K.Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan yang luas. Dalam keadaan ini mungkin dapat timbul renjatan akibat perdarahan. Pengobatan dalam keadaan ini berupa pemberian transfusi darah. Komplikasi lain adalah kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia akibat resorpsi timbunan darahd. Trauma Muskulus Sternokleido-MastoideusAdalah suatu hematoma (tumor yang dijumpai pada otot sternokleidomastoideus). Trauma ini sering disebut pula sebagai tortikolis otot leher. Diduga trauma terjadi akibat robeknya sarung otot sternokleido-mastoideus. Perobekan ini menimbulkan hematoma, yang bila dibiarkan akan diikuti pembentukan jaringan fibrin dan akhirnya akan menjadi jaringan sisa. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa dasar kelainan ini telah dijumpai sejak kehidupan intrauterin sebagai gangguan pertumbuhan otot tersebut atau pengaruh posisi fetus intrauterin. Secara klinis, umumnya benjolan baru terlihat 10 14 hari setelah kelahiran bayi. Benjolan terletak kira-kira dipertengahan otot sternokleido-mastoideus. Pada perabaan teraba benjolan berkonsistensi keras dengan garis tengah 1 2 cm, berbatas tegas, sukar digerakkan dan tidak menunjukkan adanya radang. Benjolan akan membesar dalam waktu 2 4 minggu kemudian. Akibatnya posisi kepala bayi akan terlihat miring ke arah bagian yang sakit, sedangkan dagu menengadah dan berputar ke arah yang berlawanan dari bagian yang sakit. Pengobatannya dilakukan sedini mungkin dengan latihan fisioterapi. Tujuan latihan ini adalah untuk meregangkan kembali otot yang sakit agar tidak terlanjur memendek. Dengan pengobatan konservatif yang dilakukan dini dan teratur, benjolan akan hilang dalam 2 3 bulan.e. Perdarahan SubkunjungtivaPerdarahan Subkunjungtiva adalah salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva. Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher. Perdarahan ini ditandai dengan bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak muka, atau letak dahi. Pengobatan khusus umumnya tidak diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam waktu 1 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.f. Nekrosis Jaringan Lemak SubkutisAdalah salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva. Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher. Perdarahan ini ditandai dengan bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak muka, atau letak dahi.Pengobatan khusus umumnya tidak diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam waktu 1 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.

B. Konsep Caput succedaneum1. Pengertian Caput succedaneumCaput sucsedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose di luar periostinum (Arief, 2009: 45).Caput succedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di kepala (pada presentasi kepala) yang terjadi pada bayi lahir (Dewi, 2011: 124).Caput succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu 1-2 hari (Maryanti, 2011: 118).Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan vertex. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin (Rukiyah, 2012: 164).Caput succedaneum merupakan benjolan yang difus di kepala terletak pada prosentasi kepala pada waktu bayi lahir. Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa (Maryunani, 2013: 371).2. Etiologi Caput succedaneumCaput succedaneum disebabkan karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir karena partus lama atau persalinan dengan vacuum ekstraksi (Arief, 2009: 46).Dewi (2011: 124) menjelaskan caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskular. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vakum ekstraksi.3. Patofisiologi Caput succedaneumCaput succedaneum disebabkan oleh mekanis trauma bagian awal kulit kepala menyipit mendorong melalui leher rahim. Mungkin pembengkakan pada bagian manapun dari kepala, dapat menyeberangi garis tengah (sebagai lawan dari sefalohematoma), dan dapat berubah warna karena sedikit perdarahan di daerah tersebut. Caput succedaneum ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah dua sampai lima hari (Maryanti, 2011: 118).4. Tanda Gejala Caput succedaneumMenurut Arief (2009: 46) tanda atau gejala caput succedaneum adalah:1) Adanya oedem di kepala2) Pada perabaan teraba lembut dan lunak3) Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak4) Batas tidak jelas5) Biasanya menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatanSedangkan menurut Dewi (2011: 124) benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.Sementara itu Rukiyah (2012: 165) menjelaskan caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.Adapun komplikasi dari caput succedaneum adalah kaput hemorargik, infeksi, ikterus dan anemia (Rukiyah, 2012: 165).5. Penatalaksanaan Caput succedaneumPenatalaksanaan caput succedaneum menurut Dewi (2011: 125) adalah:1) Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal2) Awasi keadaan umum bayi3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas5) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:(1) Perawatan tali pusat yang baik(2) Personal hygiene yang baik6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang:(1) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2-3 hari(2) Perawatan bayi sehari-hari(3) Manfaat dan cara pemberian ASIPenanganan pada bayi yang mengalami caput succedaneum terdiri dari pengamatan saja, pemulihan biasanya akan terjadi dengan cepat. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur normal harus kembali. Bayi akan sering marah sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minimum untuk beberapa hari pertama (Rukiyah, 2012: 165).Maryanti (2011: 119) menjelaskan urutan penatalaksanan caput succedaneum sebagai berikut:(1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi.(2) Menjelaskan kepada orangtua bayi mengenai apa yang dimaksud dengan caput sucsedeneum.(3) Mengubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada sisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasi dengan tim pediatri.(4) Merawat bayi seperti pada perawatan bayi normal, awasi keadaan umum bayi, lingkungan harus dalam keadaan baik (cukup ventilasi masuk sinar matahari), pemberian ASI yang adekuat, mencegah terjadinya infeksi, memberikan penyuluhan kepada orangtua tentang keadaan trauma pada bayi, perawatan bayi sehari-hari dan manfaat ASI.(5) Meyakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan. Caput sucsedeneum dapat menghilang spontan dalam dua tiga hari.(6) Menjelaskan bahwa jika kulit kepala terluka, hematoma dapat mengalami infeksi. Bila hal ini terjadi, berikan antibiotika dan lakukan drainase.(7) Menasihati ibu untuk membawa bayinya kembali apabila bayi tampak kuning.

BAB 2ASUHAN KEBIDANAN

I. DATA DASARPengkajian dilakukan pada hari Jumat tanggal 28-03-2014 pukul 09.00 WIB di Irna Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung.1.1 Data Subyektif1. BiodataKlien: Nama: Bayi Ny. IJenis Kelamin: PerempuanNo. Reg: 067572TTL/Umur: 27-03-2014/1 hari pukul 08.55 WIBAnak Ke: 1Jenis Persalinan: Spontan

Orang Tua:Nama: Ny. IUmur: 25 tahun Agama: IslamPandidikan: SMPPekerjaan: SwastaAlamat: Desa Malasan, Durenan, Trenggalek

2. Keluhan UtamaTidak ada

1.2 Data Obyektif1. Secara UmumKeadaan umum :baikKeadaan Kulit:Warna merah, tidak ada bercak, tidak ada memar/lesi, tidak ada vernik caseosa, tidak ada petheciae, tidak ada sclerema neonatorum, tidak ada rambut lanugoTTV: Suhu 36,8oC, Respirasi 54 x/menitBB: 3470 gramTB: 50 cmLK: MO:35 cm,FO:34 cm,SOB:32 cmLD: 35 cmLila: 12 cmLA: 34 cm2. Pemeriksaan FisikKepala:Inspeksi: Kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna hitam, ada oedema di kepala (sutura sagitalis), oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelasPalpasi: Ada benjolan sebesar telur ayam,teraba lembut dan lunak, diameter 9 cmMuka:Simetris, tidak oedemaMata: Simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih, kornea jernih, reflek pupil normalHidung:Simetris, lubang hidung bersih, tidak ada secret/ darah, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak atresia koana, terbentuk secara sempurnaMulut:Simetris, bersih, tidak macrognasia/micrognasia, tidak macroglosus/microglosus, tidak cheilosis, tidak cheilosis palatum, tidak labio palato skisisTelinga:Jumlah 2, bentuk simetris, tidak ada kelainan kongenital (daun telinga, posisi telinga, kulit tambahan), tidak ada gangguan pendengaranLeher:Tidak ada kelainan konginetal (webbed nech), tidak ada gangguan pergerakanThorax:Simetris, jarang antara kedua puting dan aerola mammae simetris, tidak ada pembesaran mammae, tidak ada putting susu tambahan, pernafasan abdominalAbdomen:Cembung tetapi tidak kembung, tali pusat tidak infeksiTulang belakang: Tidak ada spina bifida dan pembengkakan, tidak ada lesung/bercak kecil berambut. ada spingter ani, mekonium sudah keluarGenetalia: Labia mayor menutupi labia minor, klitoris menonjol, Urine sudah keluar, warna kuning jernih, bau khasEkstremitas atas: Gerakan aktif, tangan simetris, jumlah jari genap dan tidak ada penyelaputan di antara jari-jariEkstremitas bawah: Panjang kedua kaki simetris, pergerakan aktif, tidak ada fraktur, tidak oedema, jari lengkap, warna kuku merah mudaReflek:Rooting:baik, bayi dapat mencari saat ada sentuhan pada pipiSuching:baik, bayi dapat menghisap dengan baikSwalowing: baik, bayi dapat menelan dengan baikMorrow: baik, bila bayi diangkat dan direnggut secara tiba-tiba seolah-olah bayi mengangkat tubuhnyaGraps:baik, bayi dapat menggenggam apabila ada ada jari/tangan disentuhkanGrasping:baik, bayi dapat mencengkeram apabila ada tangan /benda disentuhkan Babynsky : baik, jari kaki dapat bergerak bila ada sentuhanGallant: baik, apabila punggung bayi di raba bayi menggeliatTonicknek:baik, bayi dapat menoleh dengan baik 3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Labiratorium: Tidak adaPemeriksaan USG: Tidak adaPemeriksaan Foto Rontgen: Tidak adaKesimpulan:Bayi Ny. I umur 1 hari dengan caput succendaneum

II. Identifikasi Diagnosa MasalahNoData DasarDiagnosa/Masalah

DS : Tidak adaDO:Bayi lahir tanggal 27-03-2014, pukul 08.55 WIBKeadaan umum : baikTTV: Suhu 36,8oC, Respirasi 54 x/menitBB: 3470 grTB: 50 cmLK: MO: 35 cm, FO: 34 cm, SOB: 32 cmLD: 33 cmLila: 12 cmLA:34 cmPemeriksaan FisikInspeksi kepala: Kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna hitam, ada oedema di kepala (sutura sagitalis), oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelasPalpasi kepala: Ada benjolan sebesar telur ayam,teraba lembut dan lunak, diameter 9 cmBayi Ny. I umur 1 hari dengan caput succendaneum

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah PotensialInfeksi

IV. Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera, Konsultasi Dan KolaborasiPerawatan bayi sehari-hariPenerapan pencegahan infeksi dengan baik dan benar

V. Intervensi1. Bounding attachment Rasional: agar bayi merasa nyaman dengan tenaga ksehatan2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayiRasional: orang tua mengerti dengan kondisi yang dialami bayinya.3. Ubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada posisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasikan dengan tim pediatri.Rasional: Menghindari rasa sakit pada bayi sehingga bayi meras nyaman4. Rawat bayi seperti pada perawatan bayi normalRasional: Kebutuhan bayi baru lahir dapat tercukupi

5. Meyakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkanRasional: mengetahui keadaan bayi dan tidak cemas dan merasa lega

VI. ImplementasiJumat, 28-03-2014 Pukul 09.30 WIB1. Melakukan bounding attachment dengan sentuhan yang halus dan penuh kasih sayang dalam setiap tindakan2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua3. Mengubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada posisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasikan dengan pediatric4. Merawat bayi seperti pada perawatan bayi normal, awasi keadaan umum bayi, lingkungan harus dalam keadaan baik, pemberian ASI yang adekuat, perawatan bayi sehari-hari dan manfaat ASI5. Meyakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan . caput sucsendaneum dapat menghilang spontan dalam dua tiga hari

VII. EvaluasiJumat, 28-03-2014 Pukul 10.30 WIBS: Tidak adaO:Kepala:Inpeksi: Kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna hitam, ada oedema di kepala (sutura sagitalis), oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelasPalpasi: Ada benjolan sebesar telur ayam, teraba lembut dan lunak, diameter 9 cmA:Bayi Ny. I umur 1 hari dengan caput succendaneumP:Meakukan perawatan bayi sehari-hariMenganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

1Catatan Perkembangan ISabtu, 29-03-2014 Pukul 09.00 WIBS: Tidak adaO:Bayi lahir tanggal 27-03-2014 pukul 08.55 wibTTVN: 148 x/menitR: 54 x/menitS: 36,8o CKepala:Palpasi: Benjolan di kepala berkurang,diameter 4 cmBB: 3470 gramReflek hisap baik: ASI diberikan tiap 3 jam sekali dan bila bayi menangisEliminasi : BAK 6-7 x/hari BAB 3-4 x/hariA:Bayi Ny. I umur 2 hari dengan caput succendaneumP:1. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapunHasil: Ibu memberikan ASI eklusif setiap 3 jam sekali2. Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang caput succendaneumHasil: Ibu mengerti tentang caput succendaneum

Catatan Perkembangan IIMinggu, 29-03-2014 Pukul 09.45 WIBS: Tidak adaO:Bayi lahir tanggal 27-03-2014 pukul 08.55TTVN: 148 x/menitR: 54 x/menitS: 36,8o CKepala:Palpasi: Benjolan di kepala sudah hilangBB: 3470 gramReflek hisap baik: ASI diberikan tiap 3 jam sekali dan bila bayi menangisEliminasi : BAK 6-7 x/hari BAB 3-4 x/hariA:Bayi Ny. I umur 3 hari dengan caput succendaneumP:1. Menjaga kehangatan tubuh bayiHasil: bayi dalam keadaan hangat dengan dibedong2. Melakukan perawatan bayi sehari-hariHasil: bayi dalam keadaan bersih3. Mempersiapkan bayi pulangHasil: bayi siap untuk pulang4. Menganjurkan kontrol 1 minggu lagiHasil: ibu bersedia untuk membawa bayinya kontrol ulang5. Memberi penjelasan tentang perawatan tali pusatHasil: ibu mengerti penjelasan dari tenaga kesehatan

BAB 3PENUTUP

A. KesimpulanSetelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. I umur 1 hari dengan caput succendaneum. Caput succedaneum, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Pengkajian: pada kasus ini pengkajian dapat disimpulkan setelah dilakukan pemeriksaan terdapat benjolan sebesar telur ayam di kepala(sutura sagitalis),diameter 9 cm, pada perabaan teraba lembut dan lunak, oedema melampaui sel-sela tulang tengkorak, batas tidak jelas.2. Interpretasi data:Diagnosa kebidanan yaitu: bayi Ny. I umur 1 hari dengan caput succendaneum3. Diagnosa potensial pasien adalah infeksi4. Antisipasi penanganan segera adalah melakukan perawatan bayi sehari-hari dan penerapan pencegahan infeksi dengan baik dan benar.5. Rencana tindakan yang diberikan adalah Bounding attachment, Jelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi, Ubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada posisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasikan dengan tim pediatri, rawat bayi seperti pada perawatan bayi normal, yakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan.6. Implementasi pada kasus ini adalah melakukan bounding attachment, menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi, mengubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada posisi yang berlawanan dengan area yang terkena caput, melakukan perawatan seperti bayi normal, meyakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan, dan pemberian ASI setiap 3 jam.7. Evaluasinya pada kasus ini adalah bayi dalam keadaan baik dan sudah tidak terdapat benjolan di kepala

B. Saran1. Pada kasus caput succendaneum perlu diidentifikasi terlebih dahulu apakah memerlukan obat anagelsia pada bayi2. Apabila pada kasus perlu diberikan penjelasan kepada orang tua tentang caput sucsendaneum untuk mengetahui apa itu caput dan penyebab.3. Pada kasus caput dilakukan penatalaksanaan dengan cara tidak boleh sering melakukan pengangkatan kepala

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yohyakarta: Nuha Medika. Hal: 131-140.Arief dan Kristiyanasari, Weni. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 45, 46.Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 1, 2, 3, 13, 14, 15, 124, 125.Hidayat, A. Alimul Aziz. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 51, 99, 100.Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI. Hal: 58.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.Mengkuji, Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC. Hal: 8.Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 172, 174.Maryanti, Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Hal: 118, 119.Maryunani, Anik dan Puspita, Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Media. Hal: 12-13, 371.Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya. Hal: 12-13, 18, 19-20, 22.Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 35.Prawirohadjo,Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 723._________. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 135-136.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2012. Asuhan Neonatus Edisi Revisi. Jakarta: Trans Media. Hal: 2, 6, 7-9, 17, 18, 61-63, 164, 165, 159.Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 96, 99.