ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRIAL SEPTAL DEFECT Dosen Pembimbing : Ida Ariani, M.Kep., Sp.Kep.An Disusun oleh : Kelompok 3 1. Irma Susrini (108114023) 2. Rizki Sefrianto (108114024) 3. Iqbal Aziz (108114025) 4. Rizki Noorfian M (108114026) 5. Indra Hartono (108114027) 6. Luciana R (108114028) 7. Safitri Dewi (108114029) 8. Eka Mailina I. (108114030) 9. Laelatul M. (108114031) 10. Alfiani D. W (108114032) 11. Syarah E (108114033) 12. Tri Puji R (108114034)

Transcript of ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

Page 1: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ATRIAL SEPTAL DEFECT

Dosen Pembimbing : Ida Ariani, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Irma Susrini (108114023)

2. Rizki Sefrianto (108114024)

3. Iqbal Aziz (108114025)

4. Rizki Noorfian M (108114026)

5. Indra Hartono (108114027)

6. Luciana R (108114028)

7. Safitri Dewi (108114029)

8. Eka Mailina I. (108114030)

9. Laelatul M. (108114031)

10. Alfiani D. W (108114032)

11. Syarah E (108114033)

12. Tri Puji R (108114034)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Page 2: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atrial Septal Defect” dengan sebaik-baiknya.

Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler untuk

melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada narasumber

yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis

sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih

dalam taraf belajar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan

kepada pembaca. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa

yang akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 30 November 2015

Penulis

Page 3: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATRIAL SEPTAL DEFECT............................5

A. Pengertian ASD...............................................................................................................5

B. Etiologi ASD..................................................................................................................6

C. Manifestasi klinis ASD...................................................................................................7

D. Patofisiologi ASD...........................................................................................................7

E. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9

F. Penatalaksanaan..............................................................................................................9

G. Asuhan keperawatan.....................................................................................................12

BAB III.....................................................................................................................................18

PENUTUP................................................................................................................................18

A. Simpulan.......................................................................................................................18

B. Saran..............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

BAB I

Page 4: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atrial septal defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang

memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang

memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat

atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui

sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.

Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava suporior,

foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelh kelahiran, defek

septum sekundum yaitu kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat

sekat antar bilik atau pada bantalan endokard.

Macam-macam defek sekat ini harus di tutup dengan tindakan bedah sebelum

terjadinya pembalikan aliran darah meleui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai

tanda timbulnya sindrome eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah,

maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan

menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan

sepotong dakron.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ASD?

2. Apa saja penyebab ASD?

3. Apa saja tanda dan gejala ASD?

4. Bagaimana patofisiologi ASD?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic ASD?

6. Bagaiman penatalaksanaan dari ASD?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kasus ASD?

Page 5: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan ASD.

2. Agar mahasiswa mengetahui penyebab ASD.

3. Agar mahasiswa memahami tanda dan gejala ASD.

4. Agar mahasiswa memahami patofisiologi ASD

5. Agar mahasiswa mengetahui macam pemeriksaan penunjang ASD

6. Agar mahasiswa memahami cara penatalaksanaan dari ASD

7. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan tentang ASD

Page 6: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATRIAL SEPTAL DEFECT

A. Pengertian ASD

Pada defek septal atrial (atrial septal defect [ASD]), yang merupakan defek

jantung kongenital tipe asianotik, terdapat lubang atau celah pada septum yang

memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Lubang ini memungkinkan darah mengalir

dari kiri ke kanan sehingga pemompaan jantung menjadi tidak efektif sehingga

meningkatkan resiko gagal jantung.

Ada tiga tipe ASD yang meliputi :

1. Defek ostium sekundum, yaitu tipe yang paling sering ditemukan dan terjadi di

daerah fosa ovalis serta kadang-kadang meluas ke inferior hingga mendekati

vena kava.

2. Defek sinus vonosus , yang terjadi pada bagian superior – posterior septum

atrium dan kadang-kadang meluas ke dalam vena kava: keadaan ini hampir

selalu disertai drainase abnormal dari vena pulmonaris ke dalam atrium kanan.

3. Defek ostium primum, yang terjadi pada pars inferior septum primum dan

biasanya disertai kelainan katup atrioventrikuler (celah pada katup mitral) dan

defek konduksi.

Lebih kurang 10% defek jantung kongenital adalah ASD, dan defek kongenital

ini terlihat hampir dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dengan

Page 7: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

tendensi familial yang kuat. Meskipun biasanya ASD merupakan cacat yang ringan

pada masa bayi dan kanak-kanak, namun perkebangan gejala dan komplikasi yang

lambat membuat kondisi ini menjadi salah satu defek jantung kongenital yang palig

sering dteukan pada orang dewasa.

Prognosis ASD sangat baik pada pasien yang asimptomatik (tanpa keluhan atau

gejala) dan pada pasien yang pembedahannya tidak di ikuti komplikasi. Akan tetapi,

prognosis yang buruk terlihat pada pasien dengann gejala sianosis yang disebabkan

oleh defek yang lebar dan tidak ditangani.

B. Etiologi ASD

Penyebab ASD tidak diketahui. Defek ostium primum umumnya terjadi pada

pasien sindrom down.

Adapun beberapa faktor tentang ASD, yaitu :

1. Faktor Prenatal

a. Ibu menderita infeksi Rubella

b. Ibu alkoholisme

c. Umur ibu lebih dari 40 tahun

d. Ibu menderita IDDM

e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

2. Faktor genetik

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

b. Ayah atau ibu menderita PJB

c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down

d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

C. Manifestasi klinis ASD

1. Keletihan setelah melakukan aktivias fisik dan keadaan ini disebabkan oleh

penurunan curah jantung dari ventrikel kiri.

2. Bising (murmur) sistolik dini (early systolic) hingga bising midsistolik pada ruang

sela iga ke dua atau ke tiga kiri yang disebabkan tambahan darah yang melewati

katub pulmoner.

Page 8: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

3. Bising diastolik bernada rendah pada tepi strenum kiri bawah dan terdengar lebih

jelas pada saat inspirasi. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah

melalui katub trikuspid pada pasien dengan pintasan yang lebar.

4. Bunyi S2 yang terpecah serta terpisah lebar dan terfiksasi akibat keterlambatan

penutupan katub pulmoner yang disebabkan oleh peningkatan volume darah.

5. Bunyi bising klik sistolik atau bising sistolik lambat pada apeks jantung yang

terjadi karena prolapsuskatup mitral pada anak yang lebih besar dengan ASD.

6. Clubbing dan sianosis jika terjadi pintasan atau shunt kanan ke kiri.

D. Patofisiologi ASD

Pada ASD, darah memintas dari atrium kiri ke atrium kanan karena tekanan

atrium kiri secara normal sedikit lebih tinggi dari pada tekanan atrium kanan.

Perbedaan tekanan ini memaksa sejumlah besar darah mengalir melalui lubang atau

defek tersebut. Pintasan ini mengakibatkan beban muatan yang berlebihan dalam

jantung kanan sehingga mempengaruhi atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri

pulmonalis.

Pada akhirnya, atrium kanan akan membesar dan ventrikel kanan berdilatasi

untuk menampung volume darah yang bertambah itu. Jika terjadi hipertensi arteri

pulmonalis, maka peningkatan resistensi vaskuler paru dan hipertrofi ventrikel kanan

akan mengikuti. Pada sebagian pasien dewasa, hipertensi arteri pulmonalis yang tidak

reversible menyebabkan pembalikan arah pintasan sehingga darah kotor masuk ke

dalam sirkulasi sistemik dan menyebabkan sianosis.

Page 9: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

Pathways

defek antara atrium dexstra dan atrium sinistra

tekanan atrium sinistra>atrium dextra

terjadi aliran yang tinggi dari atrium sinistra ke atrium dexstra

vol.ventrikal sinistra Vol.atrium

dextra

Curah jantung Akral dingin Vol ventrikel dextra

Hipoksia jaringan Heart rate Peningkatan aliran

darah pulmonal

Preload

Kelemahan Edema Paru

TD

Dx 2 : Dx 1: CO Dx 4:

Intoleransi aktivitas Kerusakan pertukaran gas

Ketidak adekuatan O2 BB rendah/tidak bertambah,

dan nutrisi ke jaringan Pertumbuhan dan perkembangan

lambat

Dx 3 : gangguan pertumbuhan &perkembangan

Page 10: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Ronsen Dada

Rontgen thorax untuk mengetahui gambaran paru dan jantung. Pada defek kecil

gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek bermakna mungkin

tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini

lebih nyata terlihat pada foto lateral.

2. Elektrokardiografi

Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola. Pada ASD I,

gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis, yaitu sumbu jantung frontal

selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.

3. Katerisasi Jantung

Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat atau

bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat peningkatan

saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan

dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangat

meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk

menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di

atrium kiri menurun.

4. Eko kardiogram

Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum

interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat

memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang

paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak pada defect

septum atrium yang besar. Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan

kebocoran aliran darah dari atrium kiri keatrium kanan.

5. Radiologi Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:

Corak pembuluh darah bertambah

Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar

Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan

( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.

Page 11: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

F. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli

bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang pembedahan jantung

yang didasarkan pada ukuran shunt menempatkan lebih pada kepercayaan

terhadap data dari pada alasan yang diberikan. Dengan terbuktinya defek sekat

atrium dengan shunt dari kiri ke kanan pada anak yang umurnya lebih dari 3

tahun, penutupan adalah beralasan. Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus

memungkinkan rasio QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat

adanya shunt merupakan bukti cukup untuk maju terus. Dalam tahun pertama atau

kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan

menutup secara spontan. Sesudah umur 3 tahun, penundaan lebih lanjut jarang

dibenarkan.Indikasi utama penutupan defek sekat atrium adalah mencegah

penyakit vascular pulmonal abstruktif.Pencegahan masalah irama di kemudian

hari dan terjadinya gagal jantung kongesif nantinya mungkin jadi

dipertimbangkan, tetapi sebenarnya defek dapat ditutup kemudian jika masalah ini

terjadi. Sekarang resiko pembedahan jantung untuk defek sekat atrium varietas

sekundum benar-benar nol. Dari 430 penderita yang dioperasi di Rumah Sakit

Anak Boston, tidak ada mortalitas kecuali untuk satu bayi kecil yang amat sakit

yang mengalami pengikatan duktus arteriosus paten. Kemungkinan penutupan

tidak sempurna pada pembedahan jarang.Komplikasi kemudian sesudah

pembedahan jarang dan terutama adalah masalah dengan irama

atrium.Berlawanan dengan pengalaman ini adalah masalah obstruksi vaskular

pulmonal yang sangat menghancurkan pada 5–10 persen penderita, yang

menderita penyakit ini. Penyakit vaskular pulmonal obstruktif hampir selalu

mematikan dalam beberapa tahun dan dengan sendirinya cukup alasan untuk

mempertimbangkan perbaikan bedah semua defek sekat atrium

2. Penutupan Defek Sekat Atrium dengan kateter.

Alat payung ganda yang dimasukan dengan kateter jantung sekarang digunakan

untuk menutup banyak defek sekat atrium.Defek yang lebih kecil dan terletak

lebih sentral terutama cocok untuk pendekatan ini. Kesukaran yang nyata yaitu

dekatnya katup atrioventrikular dan bangunan lain, seperti orifisium vena kava,

adalah nyata dan hingga sekarang, sistem untuk memasukkan alat cukup besar

Page 12: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

menutup defek yang besar tidak tersedia. Keinginan untuk menghindari

pemotongan intratorak dan membuka jantung jelas.Langkah yang paling penting

pada penutupan defek sekat atrium transkateter adalah penilaian yang tepat

mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih besar dari pada

diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar fosa ovalis, defek sinus

venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan defek dengan tepi jaringan kurang

dari 3-6 mm dari katup trikuspidal atau vena pulmonalis kanan dihindari.

3. Untuk penderita dengan defek yang letaknya sesuai, ukuran ditentukan dengan

menggembungkan balon dan mengukur diameter yang direntangkan. Payung

dipilih yang 80% lebih besar daripada diameter terentang dari defek. Lengan distal

payung dibuka pada atrium kiri dan ditarik perlahan-lahan tetapi dengan kuat

melengkungkan sekat ke arah kanan. Kemudian, lengan sisi kanan dibuka dan

payung didorong ke posisi netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung

dilepaskan. Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat dengan

profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita dengan ASD harus

menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat

menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai

penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat

tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung

kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta

penyulit lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani

dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan

jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun,

pertama kali dilakukan tahun 1953 oleh dr. Gibbson di Amerika Serikat, menyusul

ditemukannya mesin bantu pompa jantung-paru (cardio-pulmonary bypass)

setahun sebelumnya.

4. Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat)

memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian

operasi 0-1%, angka kesakitan rendah). Murphy JG, et.al melaporkan survival

(ketahanan hidup) paska opearsi mencapai 98% dalam follow up 27 tahun setelah

tindakan bedah, pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11

tahun. Semakin tua usia saat dioperasi maka survival akan semakin menurun,

Page 13: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada

pembuluh darah paru

5. Terapi intervensi non bedah

Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara

non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh

darah di lipat paha (arteri femoralis).Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang

dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol

yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada

patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga

lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.

G. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

pendidikan, suku/bangsa.

b. Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk memimnta pertolongan

kesehatan meliputi : dispnea, nyeri dada, jantung berdebar-debar, kelemahan

fisik, dan demam.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian RPS mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian

pertanyaan tentang kronologis keluhan utama. Pengkajian yang didapat

dengan adannya gejala-gejala tanda gagal jantung seperti kelemahan fisik dan

pernapasan berupa dispnea, takipnea, retraksi dada.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnnya

klien pernah menderita nyeri dada khas, DM, dan hipertensi, tanyakan

mengenai obat-obat yang diminum oleh klien masa lalu yang masih relevan.

Obat-obat ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta obat-obat

anti hipertensi . catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga harus

ditanyakan adanya alergi obat dan tanyakan adanya reaksi alergi apa yang

timbul. Seringkali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.

Page 14: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

e. Riwayat penyakit keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga

yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.

f. Riwayat psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping

yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,

koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan

pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan

aksentuasi penutupan katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal

dapat menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting bunyi

jantung 2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur middiastolik

rumbling, terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri,

menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien

dengan kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur holosistolic

menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid atau VSD.

b. Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal

meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran

balik pulmonal dan murmur tricuspid intensitasnya akan berkurang, komponen

bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat

regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing finger berhubungan

dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.

c. Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat

dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena

murmur diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto Ronsen Dada

b. Elektrokardiografi

c. Katerisasi Jantung

d. Eko kardiogram

e. Radiologi

Page 15: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

4. Diagnose Keperawatan

No. Diagnosa

keperawatan

NOC NIC

1. Perubahan curah

jantung

berhubungan

dengan perubahan

irama dan preload

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …… jam,

diharapkan curah jantung normal.

Kriteria hasil :

Cardiac Pump Effectiveness

Indikator IR ER

Tekanan darah

dalam batas

yang diharapkan

Heart rate dalam

batas yang

diharapkan

Indeks jantung

dalam batas

yang diharapkan

Aktifitas toleran

Nadi perifer kuat

Ukuran jantung

normal

Keterangan:

1. Keluhan ekstrim

2. Keluhan berat

3. Keluhan sedang

4. Keluhan ringan

Tidak ada keluhan

VITAL SIGN MONITORING

(Monitor vital sign)

Monitor TD, nadi, suhu, dan

RR

Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, setelah

aktifitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor jumlah dan irama

jantung

Monitor bunyi jantung

Page 16: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

2. Intoleransi aktivitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama....x24jam,

diharapkan aktivitas klien

meningkat dengan kriteria hasil :

Activity Tolerane :

Indikator IR ER

HR dalam rentang

yang diharapkan

saat beraktivitas

RR dalam rentang

yang diharapkan

saat beraktivitas

Tekanan darah

sistol dalam

rentang yang

diharapkan saat

beraktivitas

Tekanan darah

diastole dalam

rentang yang

diharapkan saat

beraktivitas

Upaya pernafasan

pada respon

terhadap aktivitas

Laporan ADL

Keterangan :

1. Keluhan ekstrim

2. Keluhan berat

3. Keluhan sedang

4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan

Activity Therapy

Menentukan penyebab

toleransi aktivitas (fisik,

psikologi, atau motivasional)

Berikan periode istirahat

selama beraktivitas

Pantau respon kardio

pulmonal sebelum dan

setelah melakukan aktivitas

Page 17: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

4. Kerusakan

pertukaran gas

berhubunga dengan

edema paru.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama....x24jam,

diharapkan gangguan pertukaran

gas dapat diatasi dengan kriteria

hasil :

Activity Tolerane :

Indikator IR ER

TTV

AGD

Status neurologis

Sianosis

Dipsnea

Keterangan :

6. Keluhan ekstrim

7. Keluhan berat

8. Keluhan sedang

9. Keluhan ringan

Tidak ada keluhan

Airway manajement Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika

perlu Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

BAB III

PENUTUP

Page 18: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

A. Simpulan

Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang

(defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan

fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu

lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan

atrium kanan).

B. Saran

Diharapkan Mahasiswa dapat memahami isi dari makalah yang kami buat ini.

Diharapkan pembaca dapat memaklumi bila terdapat kekurangan atau ketidakjelasan

pada penulisan makalah, karena kami masih dalam tahap belajar. Semoga bermanfaat,

terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/asepsuki/laporan-pendahulua-depppee

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21472/4/Chapter%20II.pdf

Page 19: ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)

Kowalak, welsh dkk.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC