ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ATRIAL SEPTAL DEFECT
Dosen Pembimbing : Ida Ariani, M.Kep., Sp.Kep.An
Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Irma Susrini (108114023)
2. Rizki Sefrianto (108114024)
3. Iqbal Aziz (108114025)
4. Rizki Noorfian M (108114026)
5. Indra Hartono (108114027)
6. Luciana R (108114028)
7. Safitri Dewi (108114029)
8. Eka Mailina I. (108114030)
9. Laelatul M. (108114031)
10. Alfiani D. W (108114032)
11. Syarah E (108114033)
12. Tri Puji R (108114034)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atrial Septal Defect” dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler untuk
melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada narasumber
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis
sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih
dalam taraf belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan
kepada pembaca. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa
yang akan datang. Terima kasih.
Cilacap, 30 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATRIAL SEPTAL DEFECT............................5
A. Pengertian ASD...............................................................................................................5
B. Etiologi ASD..................................................................................................................6
C. Manifestasi klinis ASD...................................................................................................7
D. Patofisiologi ASD...........................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................9
G. Asuhan keperawatan.....................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
A. Simpulan.......................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atrial septal defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang
memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat
atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui
sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.
Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava suporior,
foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelh kelahiran, defek
septum sekundum yaitu kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat
sekat antar bilik atau pada bantalan endokard.
Macam-macam defek sekat ini harus di tutup dengan tindakan bedah sebelum
terjadinya pembalikan aliran darah meleui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai
tanda timbulnya sindrome eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah,
maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan
menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan
sepotong dakron.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ASD?
2. Apa saja penyebab ASD?
3. Apa saja tanda dan gejala ASD?
4. Bagaimana patofisiologi ASD?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic ASD?
6. Bagaiman penatalaksanaan dari ASD?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kasus ASD?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan ASD.
2. Agar mahasiswa mengetahui penyebab ASD.
3. Agar mahasiswa memahami tanda dan gejala ASD.
4. Agar mahasiswa memahami patofisiologi ASD
5. Agar mahasiswa mengetahui macam pemeriksaan penunjang ASD
6. Agar mahasiswa memahami cara penatalaksanaan dari ASD
7. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan tentang ASD
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATRIAL SEPTAL DEFECT
A. Pengertian ASD
Pada defek septal atrial (atrial septal defect [ASD]), yang merupakan defek
jantung kongenital tipe asianotik, terdapat lubang atau celah pada septum yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Lubang ini memungkinkan darah mengalir
dari kiri ke kanan sehingga pemompaan jantung menjadi tidak efektif sehingga
meningkatkan resiko gagal jantung.
Ada tiga tipe ASD yang meliputi :
1. Defek ostium sekundum, yaitu tipe yang paling sering ditemukan dan terjadi di
daerah fosa ovalis serta kadang-kadang meluas ke inferior hingga mendekati
vena kava.
2. Defek sinus vonosus , yang terjadi pada bagian superior – posterior septum
atrium dan kadang-kadang meluas ke dalam vena kava: keadaan ini hampir
selalu disertai drainase abnormal dari vena pulmonaris ke dalam atrium kanan.
3. Defek ostium primum, yang terjadi pada pars inferior septum primum dan
biasanya disertai kelainan katup atrioventrikuler (celah pada katup mitral) dan
defek konduksi.
Lebih kurang 10% defek jantung kongenital adalah ASD, dan defek kongenital
ini terlihat hampir dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dengan
tendensi familial yang kuat. Meskipun biasanya ASD merupakan cacat yang ringan
pada masa bayi dan kanak-kanak, namun perkebangan gejala dan komplikasi yang
lambat membuat kondisi ini menjadi salah satu defek jantung kongenital yang palig
sering dteukan pada orang dewasa.
Prognosis ASD sangat baik pada pasien yang asimptomatik (tanpa keluhan atau
gejala) dan pada pasien yang pembedahannya tidak di ikuti komplikasi. Akan tetapi,
prognosis yang buruk terlihat pada pasien dengann gejala sianosis yang disebabkan
oleh defek yang lebar dan tidak ditangani.
B. Etiologi ASD
Penyebab ASD tidak diketahui. Defek ostium primum umumnya terjadi pada
pasien sindrom down.
Adapun beberapa faktor tentang ASD, yaitu :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
C. Manifestasi klinis ASD
1. Keletihan setelah melakukan aktivias fisik dan keadaan ini disebabkan oleh
penurunan curah jantung dari ventrikel kiri.
2. Bising (murmur) sistolik dini (early systolic) hingga bising midsistolik pada ruang
sela iga ke dua atau ke tiga kiri yang disebabkan tambahan darah yang melewati
katub pulmoner.
3. Bising diastolik bernada rendah pada tepi strenum kiri bawah dan terdengar lebih
jelas pada saat inspirasi. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah
melalui katub trikuspid pada pasien dengan pintasan yang lebar.
4. Bunyi S2 yang terpecah serta terpisah lebar dan terfiksasi akibat keterlambatan
penutupan katub pulmoner yang disebabkan oleh peningkatan volume darah.
5. Bunyi bising klik sistolik atau bising sistolik lambat pada apeks jantung yang
terjadi karena prolapsuskatup mitral pada anak yang lebih besar dengan ASD.
6. Clubbing dan sianosis jika terjadi pintasan atau shunt kanan ke kiri.
D. Patofisiologi ASD
Pada ASD, darah memintas dari atrium kiri ke atrium kanan karena tekanan
atrium kiri secara normal sedikit lebih tinggi dari pada tekanan atrium kanan.
Perbedaan tekanan ini memaksa sejumlah besar darah mengalir melalui lubang atau
defek tersebut. Pintasan ini mengakibatkan beban muatan yang berlebihan dalam
jantung kanan sehingga mempengaruhi atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri
pulmonalis.
Pada akhirnya, atrium kanan akan membesar dan ventrikel kanan berdilatasi
untuk menampung volume darah yang bertambah itu. Jika terjadi hipertensi arteri
pulmonalis, maka peningkatan resistensi vaskuler paru dan hipertrofi ventrikel kanan
akan mengikuti. Pada sebagian pasien dewasa, hipertensi arteri pulmonalis yang tidak
reversible menyebabkan pembalikan arah pintasan sehingga darah kotor masuk ke
dalam sirkulasi sistemik dan menyebabkan sianosis.
Pathways
defek antara atrium dexstra dan atrium sinistra
tekanan atrium sinistra>atrium dextra
terjadi aliran yang tinggi dari atrium sinistra ke atrium dexstra
vol.ventrikal sinistra Vol.atrium
dextra
Curah jantung Akral dingin Vol ventrikel dextra
Hipoksia jaringan Heart rate Peningkatan aliran
darah pulmonal
Preload
Kelemahan Edema Paru
TD
Dx 2 : Dx 1: CO Dx 4:
Intoleransi aktivitas Kerusakan pertukaran gas
Ketidak adekuatan O2 BB rendah/tidak bertambah,
dan nutrisi ke jaringan Pertumbuhan dan perkembangan
lambat
Dx 3 : gangguan pertumbuhan &perkembangan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Ronsen Dada
Rontgen thorax untuk mengetahui gambaran paru dan jantung. Pada defek kecil
gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek bermakna mungkin
tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini
lebih nyata terlihat pada foto lateral.
2. Elektrokardiografi
Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola. Pada ASD I,
gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis, yaitu sumbu jantung frontal
selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
3. Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat atau
bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat peningkatan
saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan
dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangat
meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk
menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di
atrium kiri menurun.
4. Eko kardiogram
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum
interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat
memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang
paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak pada defect
septum atrium yang besar. Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan
kebocoran aliran darah dari atrium kiri keatrium kanan.
5. Radiologi Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
Corak pembuluh darah bertambah
Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan
( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli
bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang pembedahan jantung
yang didasarkan pada ukuran shunt menempatkan lebih pada kepercayaan
terhadap data dari pada alasan yang diberikan. Dengan terbuktinya defek sekat
atrium dengan shunt dari kiri ke kanan pada anak yang umurnya lebih dari 3
tahun, penutupan adalah beralasan. Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus
memungkinkan rasio QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat
adanya shunt merupakan bukti cukup untuk maju terus. Dalam tahun pertama atau
kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan
menutup secara spontan. Sesudah umur 3 tahun, penundaan lebih lanjut jarang
dibenarkan.Indikasi utama penutupan defek sekat atrium adalah mencegah
penyakit vascular pulmonal abstruktif.Pencegahan masalah irama di kemudian
hari dan terjadinya gagal jantung kongesif nantinya mungkin jadi
dipertimbangkan, tetapi sebenarnya defek dapat ditutup kemudian jika masalah ini
terjadi. Sekarang resiko pembedahan jantung untuk defek sekat atrium varietas
sekundum benar-benar nol. Dari 430 penderita yang dioperasi di Rumah Sakit
Anak Boston, tidak ada mortalitas kecuali untuk satu bayi kecil yang amat sakit
yang mengalami pengikatan duktus arteriosus paten. Kemungkinan penutupan
tidak sempurna pada pembedahan jarang.Komplikasi kemudian sesudah
pembedahan jarang dan terutama adalah masalah dengan irama
atrium.Berlawanan dengan pengalaman ini adalah masalah obstruksi vaskular
pulmonal yang sangat menghancurkan pada 5–10 persen penderita, yang
menderita penyakit ini. Penyakit vaskular pulmonal obstruktif hampir selalu
mematikan dalam beberapa tahun dan dengan sendirinya cukup alasan untuk
mempertimbangkan perbaikan bedah semua defek sekat atrium
2. Penutupan Defek Sekat Atrium dengan kateter.
Alat payung ganda yang dimasukan dengan kateter jantung sekarang digunakan
untuk menutup banyak defek sekat atrium.Defek yang lebih kecil dan terletak
lebih sentral terutama cocok untuk pendekatan ini. Kesukaran yang nyata yaitu
dekatnya katup atrioventrikular dan bangunan lain, seperti orifisium vena kava,
adalah nyata dan hingga sekarang, sistem untuk memasukkan alat cukup besar
menutup defek yang besar tidak tersedia. Keinginan untuk menghindari
pemotongan intratorak dan membuka jantung jelas.Langkah yang paling penting
pada penutupan defek sekat atrium transkateter adalah penilaian yang tepat
mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih besar dari pada
diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar fosa ovalis, defek sinus
venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan defek dengan tepi jaringan kurang
dari 3-6 mm dari katup trikuspidal atau vena pulmonalis kanan dihindari.
3. Untuk penderita dengan defek yang letaknya sesuai, ukuran ditentukan dengan
menggembungkan balon dan mengukur diameter yang direntangkan. Payung
dipilih yang 80% lebih besar daripada diameter terentang dari defek. Lengan distal
payung dibuka pada atrium kiri dan ditarik perlahan-lahan tetapi dengan kuat
melengkungkan sekat ke arah kanan. Kemudian, lengan sisi kanan dibuka dan
payung didorong ke posisi netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung
dilepaskan. Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat dengan
profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita dengan ASD harus
menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat
menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai
penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat
tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung
kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta
penyulit lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani
dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan
jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun,
pertama kali dilakukan tahun 1953 oleh dr. Gibbson di Amerika Serikat, menyusul
ditemukannya mesin bantu pompa jantung-paru (cardio-pulmonary bypass)
setahun sebelumnya.
4. Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat)
memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian
operasi 0-1%, angka kesakitan rendah). Murphy JG, et.al melaporkan survival
(ketahanan hidup) paska opearsi mencapai 98% dalam follow up 27 tahun setelah
tindakan bedah, pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11
tahun. Semakin tua usia saat dioperasi maka survival akan semakin menurun,
berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada
pembuluh darah paru
5. Terapi intervensi non bedah
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara
non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh
darah di lipat paha (arteri femoralis).Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang
dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol
yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada
patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga
lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
pendidikan, suku/bangsa.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk memimnta pertolongan
kesehatan meliputi : dispnea, nyeri dada, jantung berdebar-debar, kelemahan
fisik, dan demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian
pertanyaan tentang kronologis keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan adannya gejala-gejala tanda gagal jantung seperti kelemahan fisik dan
pernapasan berupa dispnea, takipnea, retraksi dada.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnnya
klien pernah menderita nyeri dada khas, DM, dan hipertensi, tanyakan
mengenai obat-obat yang diminum oleh klien masa lalu yang masih relevan.
Obat-obat ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta obat-obat
anti hipertensi . catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga harus
ditanyakan adanya alergi obat dan tanyakan adanya reaksi alergi apa yang
timbul. Seringkali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
f. Riwayat psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,
koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan
pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan
aksentuasi penutupan katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal
dapat menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting bunyi
jantung 2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur middiastolik
rumbling, terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri,
menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien
dengan kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur holosistolic
menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid atau VSD.
b. Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal
meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran
balik pulmonal dan murmur tricuspid intensitasnya akan berkurang, komponen
bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat
regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing finger berhubungan
dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.
c. Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat
dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena
murmur diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Ronsen Dada
b. Elektrokardiografi
c. Katerisasi Jantung
d. Eko kardiogram
e. Radiologi
4. Diagnose Keperawatan
No. Diagnosa
keperawatan
NOC NIC
1. Perubahan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
irama dan preload
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …… jam,
diharapkan curah jantung normal.
Kriteria hasil :
Cardiac Pump Effectiveness
Indikator IR ER
Tekanan darah
dalam batas
yang diharapkan
Heart rate dalam
batas yang
diharapkan
Indeks jantung
dalam batas
yang diharapkan
Aktifitas toleran
Nadi perifer kuat
Ukuran jantung
normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
VITAL SIGN MONITORING
(Monitor vital sign)
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, setelah
aktifitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor jumlah dan irama
jantung
Monitor bunyi jantung
2. Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama....x24jam,
diharapkan aktivitas klien
meningkat dengan kriteria hasil :
Activity Tolerane :
Indikator IR ER
HR dalam rentang
yang diharapkan
saat beraktivitas
RR dalam rentang
yang diharapkan
saat beraktivitas
Tekanan darah
sistol dalam
rentang yang
diharapkan saat
beraktivitas
Tekanan darah
diastole dalam
rentang yang
diharapkan saat
beraktivitas
Upaya pernafasan
pada respon
terhadap aktivitas
Laporan ADL
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Activity Therapy
Menentukan penyebab
toleransi aktivitas (fisik,
psikologi, atau motivasional)
Berikan periode istirahat
selama beraktivitas
Pantau respon kardio
pulmonal sebelum dan
setelah melakukan aktivitas
4. Kerusakan
pertukaran gas
berhubunga dengan
edema paru.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama....x24jam,
diharapkan gangguan pertukaran
gas dapat diatasi dengan kriteria
hasil :
Activity Tolerane :
Indikator IR ER
TTV
AGD
Status neurologis
Sianosis
Dipsnea
Keterangan :
6. Keluhan ekstrim
7. Keluhan berat
8. Keluhan sedang
9. Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
Airway manajement Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika
perlu Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang
(defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu
lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan
atrium kanan).
B. Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat memahami isi dari makalah yang kami buat ini.
Diharapkan pembaca dapat memaklumi bila terdapat kekurangan atau ketidakjelasan
pada penulisan makalah, karena kami masih dalam tahap belajar. Semoga bermanfaat,
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/asepsuki/laporan-pendahulua-depppee
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21472/4/Chapter%20II.pdf
Kowalak, welsh dkk.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC