Asites Non Sirotik
-
Upload
indah-fitri-okta -
Category
Documents
-
view
599 -
download
21
description
Transcript of Asites Non Sirotik
ASITES NON SIROTIK
PENDAHULUAN
Pasien dengan asites merupakan masalah klinis yang selalu dijumpai dalam praktek dokter
sehari-hari; terlihat sederhana namun sangat menentukan prognosis suatu penyakit sehingga
perlu mendapat perhatian yang serius.
Kata asistes berasal dari kata Yunani askos yang berarti kantong (sac atau bag). Pada laki-laki
sehat, dapat ditemukan sedikit atau tidak ada cairan di dalam rongga peritoneum, sebaliknya
pada perempuan sehat dapat ditemukan sedikit (20 cc) cairan tergantung dari fase siklus
menstruasi.
Asites merupakan timbunan cairan secara patologis dalam rongga peritoneum, yang dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit terutama pada penyakit hati kronis atau sirosis hepatis. 1234
DEFINISI
Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serous yang adalah cairan kuning pucat
dan bening) dalam rongga perut (peritoneal). Rongga perut berlokasi dibawah rongga dada,
dipisahkan darinya oleh diaphragm. Cairan ascitic dapat mempunyai banyak sumber-sumber
seperti penyakit hati, kanker-kanker, gagal jantung congestif, atau gagal ginjal.134
ETIOLOGI
Penyabab yang paling umum dari ascites adalah penyakit hati yang telah lanjut atau cirrhosis.
Kira-kira 80% dari kasus-kasus ascites diperkirakan disebabkan oleh cirrhosis. Meskipun
mekanisme yang tepat dari perkembangan tidak dimengerti sepenuhnya, kebanyakan teori-teori
menyarankan portal hypertension (tekanan yang meningkat adalam aliran darah hati) sebagai
penyumbang utama. Asas dasarnya adalah serupa pada pembentukan dari edema ditempat lain di
tubuh yang disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan antara sirkulasi dalam (sistim tekanan
tinggi) dan luar, dalam kasus ini, rongga perut (ruang tekanan rendah). Kenaikan dalam tekanan
darah portal dan pengurangan dalam albumin (protein yang diangkut dalam darah) mungkin
A s i t e s N o n S i r o t i k | 1
bertangung jawab dalam pembentukan gradien tekanan dan berakibat pada ascites perut.
Faktr-faktor lain yang mugkin berkontribusi pada ascites adalah penahanan garam dan air.
Volume darah yang bersirkulasi mungkin dirasakan rendah oleh sensor-sensor dalam ginjal-
ginjal karena pembentukan dari ascites mungkin menghabiskan beberapa volume dari darah. Ini
memberi sinyal pada ginjal-ginjal untuk menyerap kembali lebih banyak garam dan air untuk
mengkompensasi volume yang hilang.
Beberapa penyebab-penyebab lain dari ascites berhubungan dengan gradien tekanan yang
meningkat adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal yang telah lanjut yang disebabkan
oleh penahanan cairan keseluruhan dalam tubuh.
Pada kasus-kasus yang jarang, tekanan yang meningkat dalam sistim portal dapat disebabkan
oleh rintangan internal atau eksternal dari pembuluh portal, berakibat pada portal hypertension
tanpa cirrhosis. Contoh-contoh dari ini dapat adalah massa (atau tumor) yang menekan pada
pembuluh-pembuluh portal dari rongga perut bagian dalam atau pembentukan bekuan
(gumpalan) darah dalam pembuluh portal yang menghalangi aliran normal dan menongkatkan
tekanan dalam pembuluh (contoh, Budd-Chiari syndrome).
Ada juga pembentukan ascites sebagai akibat dari kanker-kanker, yang disebut malignant ascites.
Tipe-tipe ascites ini secara khas adalah manifestasi-manifestasi dari kanker-kanker yang telah
lanjut dari organ-organ dalam rongga perut, seperti, kanker usus besar, kanker pankreas, kanker
lambung, kanker payudara, lymphoma, kanker paru-paru, atau kanker indung telur.
Pancreatic ascites dapat terlihat pada orang-orang dengan pancreatitis atau peradangan pankreas
kronis. Penyebab yang paling umum dari pankreatitis kronis adalah penyalahgunaan alkohol
yang berkepanjangan. Pancreatic ascites dapat juga disebabkan oleh pankreatitis akut serta
trauma pada pancreas.56
A s i t e s N o n S i r o t i k | 2
Penyebab Ascites :
Sirosis - 81%
Kanker - 10%
Gagal Jantung - 3%
Tuberkulosis - 2%
Dialisis - 1%
Penyakit pankreas - 1%
Lain - 2% 56
PATOGENESIS
Tertimbunnya cairan dalam rongga peritoneum merupakan manifestasi dari kelebihan
garam/natrium dan air secara total dalam tubuh, tetapi tidak diketahui secara jelas faktor
pencetusnya. Terbentuknya asites merupakan suatu proses patofisiologis yang kompleks dengan
melibatkan berbagai faktor dan mekanisme pembentukannya diterangkan dalam 3 hipotesis
berdasarkan temuan eksperimental dan klinik sebagai berikut:
Teori underfilling mengemukakan bahwa kelainan primer terbentuknya asites adalah
terjadinya sekuestrasi cairan yang berlebihan dalam splansnik vascular bed disebabkan
oleh hipertensi portal yang meningkatkan tekanan hidrostatik dan kapiler-kapiler
splanknik dengan akibat menurunnya volume darah efektif dalam sirkulasi. Menurut teori
ini, penurunan volume efektif intravascular (underfilling) direspon oleh ginjal untuk
melakukan kompensasi dengan menahan air dan garam lebih banyak melalui peningkatan
aktifasi rennin-aldosteron-simpatis dan melepaskan hormone antidiuretik aldosteron lebih
banyak.
Teori overflow mengemukakan bahwa pada pembentukan asites kelainan primer yang
terjadi adalah retensi garam dan air yang berlebihan tanpa disertai penurunan volume
A s i t e s N o n S i r o t i k | 3
darah efektif, oleh karena pada observasi penderita sirosis hepatis terjadi hipervolemia
dan bukan hipovolemia.
Teori vasodilatasi arteri perifer dapat menyatukan kedua teori diatas. Dikatakan bahwa
hipertensi portal pada sirosis hepatis menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada pembuluh
darah splanknik dan perifer akibat peningkatan kadar nitric oxide (NO) yang merupakan
salah satu vasodilator yang kuat sehingga terjadi pooling darah dengan akibat penurunan
volume darah yang efektif (underfilling).
Pada siroris hepatis yang makin lanjut aktivitas neurohormonal meningkat, system rennin-
angiotensin lebih meningkat, sensitivitas terhadap atrial peptide natriuretik menurun sehingga
lebih banyak air dan natrium yang diretensi. Terjadi ekspansi volume darah yang menyebabkan
overflow cairan kedalam rongga peritoneum dan terbentuk asistes lebih banyak. Pada pasien
sirosis hepatis dengan asites terjadi aktivitas sintesis NO lebih tinggi disbanding sirosis hepatis
tanpa asites. Menurut teori vasodilatasi bahwa teori underfilling prosesnya terjadi lebih awal,
sedangkan teori overflow bekerja belakangan setelah proses penyakit lebih progresif. Beberapa
faktor lain yang berperan dalam pembentukan asites adalah:
Hipoalbuminemia: walaupun hipertensi portal sangat berperan dalam pembentukan asites
dengan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik pada pembuluh-pembuluh darah
kapiler splanknik, maka hipoalbuminemia juga mempunyai peran melalui tekanan
onkotik plasma yang menurun sehingga terjadi ekstravasasi cairan dari plasma ke dalam
rongga peritoneum. Pada sirosis hepatis asites tidak ditemukan kecuali telah terjadi
hipertensi portal dan hipoalbuminemia.
Cairan limfe: akibat distensi dan sumbatan sinusoid dan pembuluh-pembuluh limfe pada
pasien sirosis hepatis maka terjadi hambatan aliran limfe dan menjadi lebih banyak
sehingga merembes dengan bebas melalui permukaan hati yang sirotik masuk ke dalam
rongga peritoneum dan memberi kontribusi dalam pembentukan asites. Berbeda dengan
cairan transudat yang berasal dari cabang vena porta, cairan limfe hepatic dapat
merembes masuk ke dalam rongga peritoneum walaupun hipoalbuminemia belum
A s i t e s N o n S i r o t i k | 4
tampak nyata dengan melalui lapisan sel-sel endotel sinusoid yang hubungannya satu
sama lain tidak rapat.
Ginjal: berperan penting dalam mempertahankan pembentukan asites. Pasien sirosis
dengan asites, ginjal tidak dapat mengeluarkan cairan secara normal tetapi sebaliknya
terjadi peningkatan absorbs natrium baik pada tubulus proksimal maupun pada tubulus
distal, dimana yang terakhir terjadi akibat peningkatan aktivitas renin plasma dan
hiperaldosteronisme sekunder. Disamping itu terjadi vasokonstriksi renal yang mungkin
disebabkan oleh peningkatan serum prostaglandin atau kadar katekolamin yang juga
berperan dalam retensi natrium. Terakhir peranan endotelin sebagai suatu vasokonstriktor
yang kuat diduga pula ikut berperan dalam pembentukan asites.123
GEJALA KLINIS
Asites pada kanker ovarium
Merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita kanker ovarium, gejala ini juga sering
digunakan sebagai tanda diagnostik adanya kemungkinan keganasan pada tumor ovarium. Asites
pada kanker ovarium merupakan prognosis yang buruk, ditandai dengan perut yang makin
membesar karen a rongga berisi cairan, yang lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada
rongga traktus gastrointestinal sehingga akan timbul keluhan anoreksia. Bahkan jika cairan
makin bertambah akan menekan daerah diafragma sehingga akan timbul gangguan pernapasan.
Pada karsinoma Ovari, cairan asites diproduksi oleh ovarium yang akan mensekresikan cairan
yang dapat bersifat serous atau musin.
Banyak cara untuk menentukan adanya cairan asites intra abdominal, antara lain dengan
pemeriksaan fisik. Adanya suara redup pada perkusi yang berpindah pada saat dilakukan
perubahan posisi serta adanya undulasi yang merupakan tanda klasik. Dari 5 pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi, CT -scan dapat dilakukan jika cairan
asites minimal.
A s i t e s N o n S i r o t i k | 5
Dari cairan asites sebaiknya dilakukan pemeriksaan sitologik, pemeriksaan sel darah putih serta
diferensiasinya, pemeriksaan mikrobiologi, pemeriksaan kadar protein, LDH, amilase serta kalau
memungkinkan dilakukan pemeriksaan petanda tumor. Pada cairan asites yang maligna ditemuk
an kadar protein yang lebih dari 40 % dari kadar protein serum, kadar LDH yang tinggi dimana
rasio LDH asites/LDH serum lebih dari 1,0. Jika kadar protein yang tinggi dinyatakan sebagai
adanya eksudat, sedangkan jika kadar protein rendah dinyatakan sebagai transudat.
Umumnya adanya cairan asites merupakan fase akhir pada penderita kanker, dimana ketahanan
hidup rata rata mencapai 4 bulan. S ebagian penderita asites ini diterapi langsung ditujukan pada
tumor primernya, sedang pada pengobatan paliatif diusaha kan untuk meringankan penderita
dengan sedikit mungkin efek yang memberatkan. Tindakan yang paling sederhana sebagai
terapeutik adalah tindakan pungsi cairan asites. Tetapi tindakan punksi yang frekuen bukan
merupakan tindakan yang tepat, karena akan menyebabkan kehilangan sejumlah protein dan
mineral, disamping itu juga akan meningkatkan komplikasi lain seperti timbulnya peritonitis.
Terapi terhadap cairan asites yang tidak invasif berupa pembatasan diet garam , pemberian
spironolakton serta diuretika loop, meskipun hal ini tidak banyak menunjukkan hasil yang baik.
Spironolakton yang diberikan harus dosis tinggi mencapai 450 gram per hari. Efek yang
ditimbulkan cairan asites yang berupa transudat akan lebih baik dibandingkan efek asites yang
terdiri dari eksudat.
Kemungkinan t erapi lain adalah pemberian sitostatika intraperitonial atau radioterapi. Yang
pengaruhi cairan asites bukanlah efek anti tumornya yang mungkin terjadi, tetapi efek pada
permukaan peritonial seperti terjadinya sklerosis. Dengan pemberian Bleomisin 60 mg yang
dilarutkan dalam 10 ml garam fisiologik akan memberikan keberhasilan mencapai 63 %, dengan
efek samping seperti nyeri dan febris.
Pemberian Bleomisin ini dilakukan sesudah pengosongan cairan asites. Jenis sitostatika lain yang
dapat diberikan adalah Doksorubisin dan Cisplatin 7
A s i t e s N o n S i r o t i k | 6
Asites pada gagal jantung
Gagal jantung kanan mengakibatkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah yang
mengalirkan darah ke ventrikel kanan, yakni vena sistemik. edema perifer. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya asites, efusi pleura, dan edema perifer .8
Asites pada TB Peritonial
Infeksi Mycobacterium tuberculosa merupakan masalah besar di negara berkembang.
Manifestasinya bisa mengenai paru-paru maupun organ ekstra paru, salah satunya adalah
tuberkulosis abdominal yang melibatkan saluran cerna, peritoneum, kelenjar limfe, atau organ-
organ intraabdominal yang solid. Gejalanya yang tidak khas dan menyerupai banyak penyakit
lain sangatlah menyulitkan dalam penegakan diagnosis. Asites adalah salah satu gejala pada TB
peritoneal, selain demam, keringat malam, penurunan berat badan dan nyeri abdomen. Banyak
modalitas pemeriksaan penunjang dapat dipakai namun kebijaksanaan dalam mencermati hasil
anamnesa, pemeriksaan isik dan laboratorium akan mampu menegakkan diagnosis TB
abdominal.
Pada umumnya, pasien dengan asites akan mengeluhkan rasa kembung yang semakin memberat,
dan sesak napas yang diakibatkan penekanan diafragma secara mekanis oleh cairan asites. Asites
dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, seperti hipertensi portal (misalnyapada sirosis atau
ibrosis hati), keganasan (seperti pada peritoneal carcinomatosis), gagal jantung, dan penyebab
lainnya seperti infeksi.
Bakteri tuberkulosis dapat mencapai saluran cerna melalui penyebaran hematogen dari TB paru
primer atau TB paru milier, menelan sputum yang terinfeksi, atau penyebaran langsung dari
kelenjar limfe, dan organ intraabdominal (terutama ileum terminal dan caecum). Pada wanita
infeksi dapat terjadi dari tuberkular salpingitis atau tuba fallopii yang terinfeksi. Sepertiga kasus
TB kelenjar limfe abdominal maupun TB peritoneal dapat terjadi tanpa keterlibatan saluran
cerna.
Manifestasi klinis dari TB peritoneal biasanya telah muncul sejak lebih dari 4 bulan sebelum
akhirnya diagnosis dapat ditegakkan pada sekitar 70% pasien. Pada pasien-pasien gagal ginjal,
A s i t e s N o n S i r o t i k | 7
gejala penyakit ini mulai muncul dalam tahun pertama saat menggunakan CAPD dan biasanya
sulit dibedakan dengan peritonitis bakterialis.
Pada setiap pasien yang datang dengan keluhan asites perlu dipikirkan juga adanya kemungkinan
tuberkulosis abdominal sebagai diagnosis bandingnya, terutama di daerah endemis seperti di
negara kita. Penyakit ini dapat menyerupai berbagai kondisi sehingga mempersulit proses
diagnostiknya, dan dapat mengakibatkan penundaan pemberian terapi yang sesuai, namun
demikian dengan pemeriksaan yang teliti dan ditunjang dengan adanya berbagai modalitas
pemeriksaan penunjang yang semakin canggih akan mempercepat proses diagnostik pasien.
Walau demikian, perlu dibuat suatu alur diagnostik serta tatalaksana TB ekstrapulmoner pada
umumnya, TB peritoneal pada khususnya, mengingat meningkatnya insidens tuberkulosis
belakangan ini, apalagi dengan meningkatnya insidens penyakit deisiensi imun seperti AIDS.9
DIAGNOSA
Anamnesis: umumnya pasien dapat merasakan berat badannya meningkat atau perut terasa
membesar dan tegang, sehingga datang berkonsultasi ke dokter. Ditanyakan kemungkinan
adanya kelainan (diagnosis banding) lain yang dapat menyebabkan timbulnya asites selain dari
penyakit hati kronik/sirosis hepatis seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, malnutrisi,
penggunaan obat-obat tertentu, penyakit infeksi/keganasan pada perut dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik: difokuskan untuk mendeteksi penyakit hati kronik/sirosis hepatis, seperti
adanya hipertensi portal dengan tanda-tanda splenomegali, bendungan vena-vena dinding perut,
hernia umbilical, adanya ikterus, spider nevi, eritema Palmaris, muka abu-abu, atrofi testis atau
ginekomasti pada laki-laki, dan lain-lain.
Pemeriksaan abdomen khusus untuk mendeteksi asites seperti: Bunyi timpani pada perkusi perut
pasien yang tidur terlentang disebabkan oleh liku-liku usus yang berisi udara mengapung diatas
cairan asites;Perut membengkak ke samping kanan dan kiri akibat tekanan dari cairan asites pada
dinding perut (bulging flanks). Bunyi pekak perut yang berubah apabila pasien dimiringkan
kekiri atau kekanan (shifting dullness) bila cairan asites sekitar 1500cc.1234
A s i t e s N o n S i r o t i k | 8
Mendeteksi cairan acites pada pasien dengan posisi knee-chest apabila cairan minimal 120cc
(puddle sign). Gelombang cairan (fluid wave) apabila satu sisi perut diperkusi dan sisi lainnya
merasakan hantaran gelombang pada pasien yang terlentang.1234
Pemeriksaan imaging: seperti ulsanografi (USG) abdomen sangat sensitif untuk mendeteksi
cairan asites walaupun kurang dari 100 cc dan sekaligus dapat dideteksi adanya hipertensi portal
dengan melihat ukuran limpa lebih dari 12 cm dan vena porta yang melebar > 13 cm. Kelainan
lain dalam abdomen dapat dideteksi sebagai diagnosis banding dari asites seperti pasien
kegemukan, kista ovarium, massa lain dalam mesenterium. Pemeriksaan imaging lain seperti
computed tomography (CT) abdomen juga dapat digunakan untuk mendeteksi asites namun
pemeriksaan ini biayanya mahal dan kecuali bila pemeriksaan USG abdomen sukar memastikan
adanya asites.
Punksi asites: Punksi abdomen merupakan cara yang cepat dan ekonomis untuk mendiagnosis
adanya asites, melihat profil/warna cairan dan analisis cairan untuk menentukan kausa. Punksi
asites aman dilakukan walaupun ditemukan adanya koagulopati. Indikasi punksi asites: asites
yang baru timbul sebagai tindakan rutin, pasien asites yang telah dirawat berulangkali, bila
terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri perut dan lekositosis, dll. Dan sebagai tindakan
terapi padan asites yang besar atau asites refrakter yang menyebabkan gangguan lain seperti
sesak napas.
Teknik dan tempat punksi asites menggunakan jarum suntik ukuran 22 dengan teknik Z track
untuk mencegah cairan merembes telah punksi dilakukan, di punksi pada kuadran kiri bawah 2
jari diatas 2 jari medial spina iliaka anterior superior (SIAS) atau pada garis tengah antara
simfisis pubis dan umbilicus.
Analisis cairan asistes pada inspeksi cairan asites dapat dibedakan dalam hal warna cairan:
transparan agak kekuningan, merah muda, darah, cairan kilous, keruh atau pus, pemeriksaan
cairan asites yang penting: hitung jenis sel, bila terjadi infeksi/inflamasi ditemukan neutrositik
asites (PMN 250sel/mm3) dan untuk asistes yang mengandung darah: jumlah sel darah merah >
10.000/mm3 dan setiap 250 sel eritrosit dikeluarkan 1 sel PMN untuk koreksi 1 sel PMN yang
masuk kedalam cairan asites.
A s i t e s N o n S i r o t i k | 9
Mengukur kadar albumin untuk menghitung serum ascites albumin gradient (SAAG). SAAG =
serum albumin minus albumin cairan asites. Apabila SAAG 1,1 gr/dl, maka 97% dapat
mendiagnosis adanya hipertensi portal sehingga berguna untuk mempersempit diagnosis
banding. Pengukuran total protein cairan asites sangat berguna untuk menentukan kausa asites
dan bila kadar protein < 1,0 gr/dl merupakan resiko untuk terjadinya infeksi sangat tinggi.
Melakukan kultur bakteri gram negatif/positif/aerob/anaerob. Pemeriksaan sel-sel kanker, kilous
dan lain-lain, dan menentukan derajat jumlah asites secara semikuantitatif. Grade 1 asites
dideteksi dengan pemeriksaan yang teliti, Grade 2 mudah dideteksi tetapi volume masih relatif
sedikit, Grade 3 asites sudah jelas tetapi perut tidak tegang dan Grade 4 asites dalam jumlah
besar dengan perut tegang.1235
Komplikasi
Asites yang jika tidak dikelola dengan baik dapat berdampak komplikasi yaitu peritonitis
(mengancam nyawa), sindrom hepatorenal (vasokonstriksi renal akibat aktivitas penarikan garam
dan cairan dari ginjal), malnutrisi, hepatik-ensefalopati, serta komplikasi lain yang dikaitkan
dengan penyakit penyebab asites.
Beberapa komplikasi-komplikasi dari ascites dapat dihubungkan pada ukurannya. Akumulasi
dari cairan mungkin menyebabkan kesulitan-kesulitan bernapas oleh penekanan diaphragm dan
pembentukan dari pleural effusion.
Infeksi-infeksi adalah komplikasi-komplikasi lain yang serius dari ascites. Pada pasien-pasien
dengan ascites yang berhubungan dengan portal hypertension, bakteri-bakteri dari usus mungkin
secara spontan menyerang cairan peritoneal (ascites) dan menyebabkan infeksi. Ini disebut
spontaneous bacterial peritonitis atau SBP. Antibodi-antibodi adalah jarang pada ascites dan,
oleh karenanya, respon imun pada cairan ascitic adalah sangat terbatas. Diagnosis dari SBP
dibuat dengan melakukan paracentesis dan menganalisa cairan untuk jumlah sel-sel darah putih
atau bukti dari pertumbuhan bakteri. 123
A s i t e s N o n S i r o t i k | 10
Hepatorenal syndrome adalah komplikasi yang jarang, namun serius dan berpotensi mematikan
(angka-angka kelangsungan hidup rata-rata mencakup dari 2 minggu sampai kira-kira 3 bulan)
dari yang berhubungan dengan cirrhosis hati yang menjurus pada gagal ginjal yang progresif.
Mekanisme yang tepat dari sindrom ini tidak diketahui dengan baik, namun ia mungkin berakibat
dari perubahan-perubahan dalam cairan-cairan, aliran darah ke ginjal-ginjal yang terganggu,
penggunaan yang berlebihan dari diuretics, dan pemasukan-pemasukan dari zat-zat kontras atau
obat-obat yang mungkin berbahaya pada ginjal-ginjal.123
TERAPI
Perawatan Untuk Ascites
Perawatan dari ascites sebagian besar tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Contohnya,
peritoneal carcinomatosis atau malignant ascites mungkin dirawat dengan pemotongan keluar
kanker secara operasi dan kemoterapi, sementara penatalaksanaan dari ascites yang berhubungan
dengan gagal jantung diarahkan menuju perawatan gagal jantung dengan penatalaksanaan medis
dan pembatasan-pembatasan makanan. Karena sirosis hati adalah penyebab utama dari ascites, ia
akan menjadi fokus utama dari bagian ini.
Diet
Menatalaksanakan ascites pada pasien-pasien dengan cirrhosis secara khas melibatkan
pembatasan pemasukan sodium makanan dan penggunaan diuretics (pil-pil air). Membatasi
pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per hari adalah sangat praktis, dengan
sukses, dan secara luas direkomendasikan untuk pasien-pasien dengan ascites. Pada kebanyakan
dari kasus-kasus, pendekatan ini perlu dikombinasikan dengan penggunaan diuretics karena
pembatasan garam sendirian umumnya bukan cara yang efektif untuk merawat ascites.
Konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam harian dapat sangat bermanfaat
untuk pasen-pasien dengan ascites.
A s i t e s N o n S i r o t i k | 11
Pengobatan
Diuretics meningkatkan ekskresi (pengeluaran) air dan garam dari ginjal-ginjal. Regimen
(aturan) diuretic yang direkomendasikan dalam setting dari ascites yang berhubungan dengan
hati adalah kombinasi dari spironolactone (Aldactone) dan furosemide (Lasix). Dosis tunggal
harian dari 100 miligram spironolactone dan 40 miligram furosemide adalah dosis awal yang
biasanya direkomendasikan. Ini dapat ditingkatkan secara berangsur-angsur untk memperoleh
respon yang tepat pada dosis maksimum 400 miligram spironolactone dan 160 miligram
furosemide, sepanjang pasien dapat mentolerir peningkatan dosis tanpa segala efek-efek
sampingan. Meminum obat-obat ini bersama pada pagi hari secara khas dianjurkan untuk
mencegah buang air kecil yang seringkali sewaktu malam hari.
Therapeutic paracentesis
Untuk pasien-pasien yang tidak merespon dengan baik pada atau tidak dapat mentolerir regimen
diatas, therapeutic paracentesis (jarum yang secara hati-hati ditempatkan kedalam area perut,
dibawah kondisi-kondisi yang steril) yang sering dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah-
jumlah cairan-cairan yang besar. Beberapa liter (sampai 4 sampai 5 liter) dari cairan dapat
dikeluarkan secara aman dengan prosedur ini setiap waktu. Untuk pasien-pasien dengan
malignant ascites, prosedur ini mungkin juga adalah lebih efektif daripada penggunaan diuretic.
Operasi
Untuk kasus-kaus yang lebih gigih (refractory), prosedur-prosedur operasi mungkin adalah perlu
untuk mengontrol ascites. Transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TIPS) adalah prosedur
yang dilakukan melalui internal jugular vein (vena utama pada leher) dibawah pembiusan lokal
oleh interventional radiologist. Shunt (langsiran) ditempatkan diantara portal venous system dan
systemic venous system (vena-vena yang mengalirkan balik darah ke jantung), dengan demikian
mengurangi tekanan portal. Prosedur ini dicadangkan untuk pasien-pasien yang mempunyai
respon yang minimal pada perawatan medis yang agresif. Ia telah ditunjukan mengurangi ascites
dan membatasi atau mengeliminasi penggunaan dari diuretics pada mayoritas dari kasus-kasus
yang dilaksanakan. Bagaimanapun, ia berhubungan dengan komplikasi-komplikasi yang
signifikan seperti hepatic encephalopathy (kebingungan) dan bahkan kematian.
A s i t e s N o n S i r o t i k | 12
Penempatan-penempatan langsiran yang lebih tradisional (peritoneovenous shunt dan systemic
portosystemic shunt) telah pada dasarnya ditinggalkan yang disebabkan oleh angka komplikasi-
komplikasi mereka yang tinggi.
Transplantasi hati
Akhirnya, transplantasi hati untuk cirrhosis yang telah lanjut mungkin dipertimbangkan sebagai
perawatan untuk ascites yang disebabkan oleh gagal hati. Transplantasi hati melibatkan proses
yang sangat sulit dan berkepanjangan dan ia memerlukan pengamatan dan manajemen yang
sangat ketat oleh spesialis-spesialis transplantasi. 13
PROGNOSIS
Harapan (prognosis) pada ascites terutama tergantung pada penyebab dan keparahan yang
mendasarinya.
Pada umumnya, prognosis dari malignant ascites adalah buruk. Kebanyakan kasus-kasus
mempunyai waktu kelangsungan hidup yang berarti antara 20 sampai 58 minggu, tergantung
pada tipe dari malignancy seperti yang ditunjukan oleh kelompok dari penyelidik-penyelidik.
Ascites yang disebabkan oleh cirrhosis biasanya adalah tanda dari penyakit hati yang telah lanjut
dan ia biasanya mempunyai prognosis yang sedang (3 tahun kelangsungan hidup kira-kira 50%).
Ascites yang disebabkan oleh gagal jantung mempunyai prognosis yang sedang karena pasien
mungkin hidup bertahun-tahun dengan perawatan-perawatan yang tepat (kelangsungan hidup
rata-rata kira-kira 1.7 tahun untuk laki-laki dan kira-kira 3.8 untuk wanita-wanita pada satu studi
yang besar).3
A s i t e s N o n S i r o t i k | 13
A s i t e s N o n S i r o t i k | 14
A s i t e s N o n S i r o t i k | 15