Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination
-
Upload
paper2paper -
Category
Documents
-
view
875 -
download
9
Transcript of Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination
ASBESTOS, DESINFEKSI DAN BREAK POINT
CHLRONINATION (BPC)
A. ASBESTOS
Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk
serat halus yang terjadi secara alamiah. Selain itu asbes juga
merupakan serat inorganik yang digunakan sebagai bahan
campuran dalam beberapa macam industri, serat inorganik ini
terdiri dari bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan
hingga menjadi serabut yang fleksibel. Sebagaimana bahan
tambang pada umumnya, asbes merupakan batuan yang mampat,
namun sangat mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak
sekali serat-serat halus yang umumnya sangat ringan dan mudah
terbang. Serat asbes yang berupa debu asbes adalah partikel-
partikel asbes yang beterbangan/bertebaran di udara atau partikel-
partikel asbes terendap yang dapat terhambur ke udara sebagai
debu di lingkungan kerja.
Menurut Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), ada enam jenis mineral yang dikatagorikan sebagai bahan
asbes, yaitu : chrysotile, riebeckite, grunerite, actinolite, anthrophyllite,
dan thremolite
a. Senyawa kimia asbes
Ada dua kelompok asbes, yaitu : serpentine dan amphibole.
Kelompok serpentine yaitu mineral krisotil yang menempati sekitar
95 % persediaan asbes dunia dan merupakan hidroksida
magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O,
kelompok amphibole yaitu mineral krosidolit (asbes biru), antofilit,
amosit (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), aktinolit, krisotil
(asbes putih) dan tremolit atau campuran yang sekurang-
kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.
2
b. Bentuk di alam
Asbes merupakan batuan yang mampat, namun sangat
mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak sekali serat-serat
halus yang umumnya sangat ringan dan mudah terbang. Asbes
biasa terdapat di daerah pulau halmahera dan pulau Seram
(Maluku), papua dan kuningan jawa barat.
c. Baku mutu
Debu asbes di udara masuk ke dalam golongan PM10 karena
panjang seratnya kurang dari 10 mikrometer. Dalam PP No. 41
Tahun 1999, baku mutu udara ambien nasional untuk PM10 adalah
150 µg/Nm3 untuk waktu pengukuran 24 jam.
d. Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan
Asbes termasuk bahan berbahaya, namun kurang disadari
oleh pemakainya karena dampak negatif yang ditimbulkannya tidak
segera tampak. Serat asbes cenderung mudah patah, menjadi
debu, tersebar di udara serta lengket pada pakaian maupun tubuh
manusia. Debu asbes dapat menempel pada kulit dan
menimbulkan gatal-gatal (iritasi). Ketika digaruk atau digosok, debu
tadi dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui lubang
pori-pori untuk kemudian berkembang menjadi kanker kulit. Bahaya
dari serat asbes berkaitan dengan sifat fisiknya yang kuat. Debu
halus yang terdiri atas serat-serat mikroskopis asbes bisa bertahan
lama mengapung di udara. Ketika dihirup oleh manusia, serat-serat
yang sangat kuat itu akan masuk dengan mudah melalui saluran
pernafasan. Sifatnya yang tahan lama itu pula yang menyebabkan
serat-serat asbes akan tinggal di dalam tubuh manusia selama
bertahun-tahun.
Serat asbes dapat mengakibatkan gangguan
pneumokoniosis pada paru-paru yang lebih dikenal dengan sebutan
3
asbestosis, yaitu gangguan pada paru-paru karena penyerapan
jangka panjang serat asbes dan sudah cukup dikenal di kalangan
praktisi kesehatan kerja maupun kesehatan lingkungan. Sifat dari
serat asbes ini adalah dapat menyebabkan terjadinya goresan-
goresan pada permukaan paru-paru. Gangguan ini ditandai dengan
kerasnya permukaan paru-paru karena banyaknya serat atau
goresan pada jaringan.
Inhalasi serat asbes dapat mengakibatkan peningkatan
kasus kanker paru-paru dan membran di sekitarnya. Asbes dapat
mengakibatkan kanker jenis mesothelioma, yaitu jenis kanker yang
mempengaruhi membran yang menyelimuti paru-paru.
Mesothelioma adalah nama yang diambil dari selaput mucus yang
melapisi rongga dada (pelapis mesotelial) dimana sel tumor
cenderung berkembang. Kanker ini berkembang pada diafragma,
pembatas rongga dada dan perut. Jenis kanker ini juga dapat
menyerang pelapis jantung
Proses keracunan Asbes tidak terjadi secara seketika,
racun Chrysotile akan menyerang manusia secara akumulatif,
proses terinfeksi Chrysotile akan memicu terjadi kanker pada
manusia dalam waktu puluhan tahun kemudian. Setelah 15 tahun
pemaparan, asbestosis dapat mengakibatkan timbulnya tumor
ganas pleura (= Mesothelioma). Tumor ini kebal terhadap berbagai
macam terapi dan prognosisnya sangatlah buruk.
Mereka yang beresiko tinggi terkena penyakit ini adalah
mereka yang bekerja pada: pabrik pembuatan pipa, pengelasan
industri, konstruksi dan bangunan kapal. Juga termasuk mereka
yang menggunakan asbes sebagai atap rumah dan bahan yang
mengandung asbes.
e. Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan dengan gravimetric dengan menggunakan Hi-Vol.2
a. Tujuan Pemeriksaan
4
Untuk memperoleh kadar partikulat (asbes) dalam cerobong
dan kadarnya ditentukan secara gravimetric.
b. Peralatan
Pipa pengambil contoh uji, katub pengambil contoh uji,
tabung pitot tipe-S, alat ukur suhu, alat ukur tekanan difeirensial,
pegangan filter, impinge, system pengukuran,
barometer.Persiapan bahan
c. Lokasi pengambilan sample uji,
d. Persiapan pengambilan sampel uji,
e. Tentukan tempat pengambilan sampel dan titik-titik lintas dalam
emisi.
f. Cara uji
Pindahkan air cucian bekas rakitan probe, siklon, filter holder
ke sebuah cawan yang sudah diketahui beratnya, lalu uapakan
sampai berat kering.
Timbang berat partikel yang diperoleh dari kertas saring dan
air cucian bekas rakitan probe, siklon, filter holder.
f. Perhitungan
Perhitngan konsentrasi partikulat dalam gas adalah sebaga berikut
:
Cs = Mp x 10-6 / Vm
Mp = Berat total partikulat
Vm = Volume Gas (m3) yang diambil
Cs = Konsentrasi Partikulat mg/mol
g. Pemanfaatan Asbes
Asbes biasa dikenal di pasaran terutama digunakan untuk bahan baku
atap rumah, untuk bahan baku rem dan piranti tahan api. Debu Asbes
dapat mengkontaminasi melalui:
a.Operasi penambangan atau penggilingan;
b.Pengolahan bahan-bahan yang mengandung asbes atau akibat
pembuatan/ produksi barang-barang yang mengandung asbes;
5
c.Pemakaian atau penggunaan barang-barang hasil produksi yang
mengandung asbes;
d.Kegiatan membongkar, membuka, mencopoti, memperbaiki kerusakan
(reparasi) atau merawat barang-barang hasil produksi yang mengandung
asbes;
e.Kegiatan menghancurkan dan merubuhkan bangunan pabrik atau
bangunan lainnya yang mengandung bahan-bahan berasbes;
f.Kegiatan memindahkan (transportasi), menyimpan dan kegiatan yang
menyebabkan timbulnya kontak atau sentuhan fisik dengan asbes atau
bahan-bahan yang mengandung asbes;
g.Kegiatan-kegiatan lain yang menimbulkan resiko terkena debu asbes
yang ada di udara.
Bahan yang terbuat dari asbes untuk bangunan sering kita jumpai yaitu
asbes gelombang (digunakan untuk atap), asbes plat (digunakan untuk
plafon atau partisi).
Karena sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes
sering digunakan pada isolating pipa pemanas, dan juga digunkan untuk
panel akustik. Cara mengurangi efek negatif dari penggunaan asbes :
1.Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah
debu dan serat asbes jatuh kedalam rumah.
2.Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda
rusak.
3.Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung.
4.Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi
efek gas radon yang terkandung didalam asbes.
5.Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup
oleh kita, asbes yang rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan
dampak yang sama.
B. DESINFEKSI
6
Desinfeksi merupakan proses dalam pengolahan air
minum yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen dalam air
Ada beberapa cara untuk proses desinfeksi, yaitu:
1. Konvensional
Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai desinfektan
pada proses desinfeksi secara konvesional harus bersifat :
a.Senyawa yang bersifat oksidator, yaitu halogen ( klorin, bromine,
dan yodin), kalium pemanganat, dsb.
b.Ion logam dan ion peroksida sebagai bakterisida dengan
konsentrasi 150 gram perliter.
c.Alkali dan asam. Patogen tidak dapat hidup di dalam air yang
sangat asam maupun sangat basa ( pH berkisar antara 3-11)
Diantara semua desinfektan di atas yang palng sering
digunakan adalah senyawa klorin yaitu, asam hipoklorit ( HOCl), ion
hipoklorit (OCl) dan molekul klorin. Dan yang paling efektif adalah
asam hipoklorit karena dapat menembus dinding sel
mikroorganisme.
2. Pemanasan
Air dipanaskan atau dididihkan selama 15-20 menit. Dengan
pendidihan ini, bakteri patogen akan mati. Metode ini umumnya
digunakan secara individual.
3. Ozonisasi
Ozon adalah zat pengoksidasi kuat sehingga mampu
melakukan pengrusakan bakteri antara 600-3000 kali lebih kuat
daripada klorin. Disamping itu penggunaan untuk desinfeksi tidak
ipengaruhi oleh pH air, sedangkan klorin tergantung pada pH air.
Prinsip mekanisme produksi ozon adalah eksitasi dan
percepatan elektron yang tidak beraturan dalam medan listrik tinggi
. O2 yang melewati medan listrik yang tinggi berupa arus bolak-balik
akan menghasilkan lompatan elekton yang bergerak dari elektroda
yang satu ke elektroda yang lain. Jika elektron mencapai
7
kecepatan yang cukup maka elektron ini dapat menyebabkan
molekul oksigen splinting ke bentuk atom okigen radikal bebas.
Atom-atom ini kemudian bergabung dengan molekul O2
membentuk ozon ( O3)
Ozon dalam air akan terdekomposisi membentuk radikal
bebas dan ini akan bertindak sebagai desinfeksi. Melalui proses
oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella
enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma
patogen lainnya. Melalui proses oksidasi langsung ozon akan
merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis)
sekaligus membunuhnya. Melalui proses oksidasi oleh radikal
bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2) dan hydroxyl radikal (OH)
yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan
perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.
O3 merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa
menit, tidak meninggalkan sisa desinfektan selama air berada
dalam sistem, hal ini merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis
ozon yang digunakan. Hal ini diatasi dengan pemeriksaan
bakteriologis yaitu terhadap sampel sebelum dan sesudah
pembubuhan Ozon.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon
dalam proses pengolahan air seperti: dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat di dalam air (bersifat bakterisida,
algasida, fungisida dan virusida); dapat menghilangkan bau dan
rasa yang umumnya disebabkan oleh komponen organik dan
anorganik yang terdapat di dalam air, dan tidak menimbulkan bau
ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan bahan
kimia lain sebagai bahan pengolahan.
8
Kelemahan penggunakan ozon sebagai desinfeksi adalah
stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk samping (seperti
Bromat, asam hidrokarbonat), lalu air yang telah di-“ozon” harus
difilter menggunakan filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum
diozonisasi.
Desinfeksi dengan menggunakan ozon biasa digunakan pada
DAMIU (Depot Air Minum IsI Ulang) dan minuman kemasan.Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam
tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon
minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar
antara 0,06 - 0,1 ppm.
4. Pembubuhan bahan kimia
Proses desinfeksi denan metode ini adalah dengan
mencampurkan suatu zat kimia( desinfektan ) ke dalam air
kemudian membiarkan dalam waktu yang cukup untuk memberikan
kesempatan kepada zat kimia tersebut untuk berkontak dengan
bakteri.
Desinfeksi air minum yang sering dilakukan yaitu dengan
menggunakan klorin. Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan
mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin
dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena
terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin
dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinity air
tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium
hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang
didesinfeksi. Reaksi yang terjadi pada pembubuhan klorin yaitu :
Cl2 + H2O ↔ HOCl + Cl- + H+
HOCl ↔ OCl- + H+
Syarat desinfektan :
a)Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam air
b)Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat
9
c)Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam
operasinya
d)Air tidak boleh menjadi toksik setelah didesinfeksi
e)Dosis diperhitungkan agar mempunyai residu atau cadangan
untuk mengatasi adanya kontaminasi di dalam air
5. Radiasi ultraviolet
Dapat berlangsung dengan 2 cara yaitu cara langsung dan
interaksi tidak langsung. Pada interaksi langsung sinar UV berperan
sebagai desinfektan dengan nilai antara 280-220 nm. Sinar UV
pada area ini dapat mematikan semua mikroorganisme.
Interaksi secara tidak langsung yaitu dengan zat
pengoksidasi H2O2. sinar UV mengeksitasi zat pengoksidasi
menjadi radikal hidroksil ( OH ) dan superhidroksil ( HO2).
Sistem UV ini tergantung pada jumlah energi yang diserap
sehingga dapat menghancurkan organisme yang terdapat pada air
tersebut. Jika energi tidak cukup tinggi, maka material organisme genetik
tidak dapat dihancurkan. Keuntungan menggunakan UV meliputi :
a. Tidak beracun atau tidak berbahaya
b. Menghancurkan zat pencemar organik
c. Menghilangkan bau atau rasa pada air.
d. Memerlukan waktu kontak yang singkat (memerlukan waktu
beberapa menit).
e. Meningkatkan kualitas air karena gangguan zat pencemar
organik.
f. Dapat mematikan mikroorganisme pathogenic.
g. Tidak mempengaruhi mineral di dalam air.
Kerugian-Kerugian dari menggunakan UV meliputi:
10
a. UV radiasi tidak cocok untuk air dengankadar suspended
solids tinggi, kekeruhan,warna, atau bahan organik terlarut.
Bahan ini dapat bereaksi dengan UV radiasi, dan
mengurangi performance desinfeksi. Tingkat kekeruhan
tinggi dapat menyulitkan sinar radiasi menembus air dan
pathogen.
b. Sinar UV tidak efektif terhadap zat pencemar mengandung
banyak bahankimia organik, klor, asbes dan lain lain.
c. Memerlukan listrik untuk beroperasi.Dalam situasi keadaan
darurat ketika listrik mati, maka alat tersebut tidak akan
bekerja.
d. UV umumnya digunakan sebagai pemurnian akhir pada
sistem filtrasi. Jika ingin mengurangi zat pencemar seperti
virus dan bakteri, maka masih perlu menggunakan suatu
karbon untuk menyaring atau dengan sistem osmosis
sebagai tambahan terhadap UV.
6.Radiasi sinar gamma dan berkas elektron
Yang termasuk radiasi pengion disini adalah sinar gamma dan
patrikel beta atau elektron bertenaga tinggi. Digunakan elektroda perak
yang dimasukkan ke dalam air, kemudian dihubungkan dengan arus listrik
searah selama 15 hingga 200 menit tergantung pada kondisi airnya. Cara
ini sangat mahal, adanya bahan tersuspensi, bahan organik dan asam
sulfida harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu serta
merusak elektroda..
C. BREAK POINT CHLORINATION
BPC (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan
sehingga semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi, amonia hilang
sebagai gas N2, dan masih ada residu klor aktif terlarut yg
konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman.
1.Proses Breakpoint Chlorination
11
Bila senyawa klor dibubuhkan ke dalam air yang mengandung
bahan kimia yang bersifat reduktor terhadap klor, maka sebagian klor
bereaksi dengan bahan kimia. Reaksi yang terjadi adalah reduksi dan
oksidasi (redox). Dalam reaksi reduksi oksidasi ini, senyawa klor
mengalami reduksi, sedangkan bahan kimia dalam air mengalami
oksidasi. Bila dalam air terdapat amoniak, maka klor bereaksi dengan
amoniak (NH3) membentuk kloramin ( mono,di, dan tri) tergantung suhu,
pH dan perbandingan konsentrasi pereaksi. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
NH3 + HOCl ↔ NH2Cl + H2O ; pH ≥ 7
( monokloramin)
NH2Cl + HOCl ↔ NHCl2 + H2O ; 4 ≤ pH ≥ 6
( dikloroamin)
NHCl2 + HOCl ↔ NCl3 + H2O ; pH < 3
(trikloroamin)
Bila cukup banyak NH3 dalam larutan maka NH2Cl cukup stabil.
Namun bila kelebihan klor, NH2Cl pecah dan membentuk gas N2. Dengan
reaksi sebagai berikut :
2NH2Cl + HOCl ↔ N2 + 3HCl + H2O
Reaksi pembentukan monokloramin terjadi sangat cepat
dibandingkan dengan reaksi yang lain. Oleh karena itu, faktor waktu
kontak sangat berpengaruh.
Semua kloramin yang tersedia dalam air disebut sebagai “ klor
tersedia terikat”. Klor tersedia bebas adalah [Cl2] + [OCl- ] + [ HOCl].
“ jumlah klor yang tersedia”= jumlah klor tersedia bebas + jumlah
klor tersedia terikat.
Kebutuhan klor adalah banyaknya klror yang dibubuhkan untuk
mencapai Break Point Chlorination (BPC). Ketika sudah melewati BPC,
akan terbentuk klor tersedia bebas karena semua zat amoniak sudah
dirubah menjadi gas N2 yang keluar dari larutan sebagai
gelembung dan kloramin yang tertinggal hanya sedikit. Kadar klor
tersedia bebas naik seiring dengan banyaknya klor yang dibubuhkan.
Kadar klor aktif (residu) yag dibubuhkan sesudah BPC tergantung dari
12
mutu bakteriologis air yang diinginkan, jarak yang ditempuh air
bersih sampai ke konsumen( karena klor aktif sedikit demi sedikit
sireduksi ), pH dan sebagainya.
Batas maksimal sisa klor yang diperbolehkan menurut Standar
Pelayanan Minimal Perusahaan Daerah Air Minum Kota Semarang yang
mengacu pada Permenkes nomer 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29
Juli 2002 adalah 0,01-0,1 ppm. Sedangkan untuk standar baku air bersih
mengacu pada Permenkes nomer 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29
Juli 2002 adalah 0,2 ppm.
2.Perhitungan
Kebutuhan klor = jumlah klor untuk mencapai breakpoint
= (kebutuhan klor untuk mengoksidasi zat pereduksi) +
(kebutuhan untuk bereaksi dengan amoniak sampai
amoniak tersebut habis menjadi gas N2).
3. Dampak kelebihan klorin bagi kesehatan
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang
mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena
kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita
hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak
atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur
atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil
studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan
ginjal dan hati.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts,G. Metode Pengolahan Air. Usaha Nasional. Surabaya. 1984
Raharjo, Mursid. Manajemen Laboratorium Lingkungan Modul 8. Bagian
Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP
Anonim. 2002 http://www.semarang.go.id/spm/PDAM/SK-WALIKOTA-spm.htm
(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
Anonim. 2008. Pemakaian Asbes Secara Aman.
http://arson88.blogspot.com/2008/06/pemakaian-asbes-secara-
aman.html. (online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
Anonim . 1999. http://www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1999/41-1999.htm.
(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
Anonim . 2004.
www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/.../BAlara2004_06212_067.pdf
(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
Anonim. 2005. Epidemiologi Dasar.
http://arviant.web.ugm.ac.id/content/Epidemiologi%20dasar.pdf
(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
14
Departemen Kesehatan. 2007. http://www.perpustakaan-
depkes.org:8180/bitstream/123456789/1296/11/10Hal76-81.pdf
(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009
Anonim 2008. Penyakit Kanker Paru-Paru.
http://www.infopenyakit.com/2008/06/penyakit-kanker-paru-
paru.html(online) diakses tanggal 1 Oktober
2009
Anonim . 2009. Pemanfaatan Sumber Daya Alam. http://pemanfaatan-
sumber-daya-alam.blogspot.com/2009/02/sumber-daya-
alam-dan-prinsip.html diakses tanggal 15 november 2009
Anonim. 2008. Awas Bahaya Klorin pada Air Minum Kita.
http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/awas-bahaya-klorin-
pada-air-minum-kita/. (Online) diakses tanggal 15 November 2009
Anonim. 2005. Bahan Galian.
http://www.anneahira.com/print/indonesia/bahan-galian.htm
diakses tanggal 15 november 2009
Anonim. 2008. Desinfeksi dengan Ozon.
http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/24/desinfeksi-
dengan-ozon/ diakses tanggal 15 november 2009
Awaluddin.2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air
Minum Pada Skala Rumah Tangga
http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-
teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf. ( online)diakses
tanggal 15 november 2009
15
Hanum Farida, ST . Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air
Minum. 2007 http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-
farida.pdf (online) diakses tanggal 15 november 2009
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia. 2004. Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 651/MPP/KEP/10/2004 tentang Persyaratan Teknis
Depot Air Minum dan Perdagangannya.
ttp://www.disperindag-jabar.go.id/cetak.php?id=25/. (Online)
diakses tanggal 15 November 2009