Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

15
ASBESTOS, DESINFEKSI DAN BREAK POINT CHLRONINATION (BPC) A. ASBESTOS Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk serat halus yang terjadi secara alamiah. Selain itu asbes juga merupakan serat inorganik yang digunakan sebagai bahan campuran dalam beberapa macam industri, serat inorganik ini terdiri dari bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Sebagaimana bahan tambang pada umumnya, asbes merupakan batuan yang mampat, namun sangat mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak sekali serat-serat halus yang umumnya sangat ringan dan mudah terbang. Serat asbes yang berupa debu asbes adalah partikel- partikel asbes yang beterbangan/bertebaran di udara atau partikel- partikel asbes terendap yang dapat terhambur ke udara sebagai debu di lingkungan kerja. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), ada enam jenis mineral yang dikatagorikan sebagai bahan asbes, yaitu : chrysotile, riebeckite, grunerite, actinolite, anthrophyllite, dan thremolite a. Senyawa kimia asbes Ada dua kelompok asbes, yaitu : serpentine dan amphibole. Kelompok serpentine yaitu mineral krisotil yang menempati sekitar 95 % persediaan asbes dunia dan merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O, kelompok amphibole yaitu mineral krosidolit (asbes biru), antofilit, amosit (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), aktinolit, krisotil (asbes putih) dan tremolit atau campuran yang sekurang- kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.

Transcript of Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

Page 1: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

ASBESTOS, DESINFEKSI DAN BREAK POINT

CHLRONINATION (BPC)

A. ASBESTOS

Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk

serat halus yang terjadi secara alamiah. Selain itu asbes juga

merupakan serat inorganik yang digunakan sebagai bahan

campuran dalam beberapa macam industri, serat inorganik ini

terdiri dari bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan

hingga menjadi serabut yang fleksibel. Sebagaimana bahan

tambang pada umumnya, asbes merupakan batuan yang mampat,

namun sangat mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak

sekali serat-serat halus yang umumnya sangat ringan dan mudah

terbang. Serat asbes yang berupa debu asbes adalah partikel-

partikel asbes yang beterbangan/bertebaran di udara atau partikel-

partikel asbes terendap yang dapat terhambur ke udara sebagai

debu di lingkungan kerja.

Menurut Occupational Safety and Health Administration

(OSHA), ada enam jenis mineral yang dikatagorikan sebagai bahan

asbes, yaitu : chrysotile, riebeckite, grunerite, actinolite, anthrophyllite,

dan thremolite

a. Senyawa kimia asbes

Ada dua kelompok asbes, yaitu : serpentine dan amphibole.

Kelompok serpentine yaitu mineral krisotil yang menempati sekitar

95 % persediaan asbes dunia dan merupakan hidroksida

magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O,

kelompok amphibole yaitu mineral krosidolit (asbes biru), antofilit,

amosit (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), aktinolit, krisotil

(asbes putih) dan tremolit atau campuran yang sekurang-

kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.

Page 2: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

2

b. Bentuk di alam

Asbes merupakan batuan yang mampat, namun sangat

mudah untuk dipisah-pisahkan menjadi banyak sekali serat-serat

halus yang umumnya sangat ringan dan mudah terbang. Asbes

biasa terdapat di daerah pulau halmahera dan pulau Seram

(Maluku), papua dan kuningan jawa barat.

c. Baku mutu

Debu asbes di udara masuk ke dalam golongan PM10 karena

panjang seratnya kurang dari 10 mikrometer. Dalam PP No. 41

Tahun 1999, baku mutu udara ambien nasional untuk PM10 adalah

150 µg/Nm3 untuk waktu pengukuran 24 jam.

d. Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan

Asbes termasuk bahan berbahaya, namun kurang disadari

oleh pemakainya karena dampak negatif yang ditimbulkannya tidak

segera tampak. Serat asbes cenderung mudah patah, menjadi

debu, tersebar di udara serta lengket pada pakaian maupun tubuh

manusia. Debu asbes dapat menempel pada kulit dan

menimbulkan gatal-gatal (iritasi). Ketika digaruk atau digosok, debu

tadi dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui lubang

pori-pori untuk kemudian berkembang menjadi kanker kulit. Bahaya

dari serat asbes berkaitan dengan sifat fisiknya yang kuat. Debu

halus yang terdiri atas serat-serat mikroskopis asbes bisa bertahan

lama mengapung di udara. Ketika dihirup oleh manusia, serat-serat

yang sangat kuat itu akan masuk dengan mudah melalui saluran

pernafasan. Sifatnya yang tahan lama itu pula yang menyebabkan

serat-serat asbes akan tinggal di dalam tubuh manusia selama

bertahun-tahun.

Serat asbes dapat mengakibatkan gangguan

pneumokoniosis pada paru-paru yang lebih dikenal dengan sebutan

Page 3: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

3

asbestosis, yaitu gangguan pada paru-paru karena penyerapan

jangka panjang serat asbes dan sudah cukup dikenal di kalangan

praktisi kesehatan kerja maupun kesehatan lingkungan. Sifat dari

serat asbes ini adalah dapat menyebabkan terjadinya goresan-

goresan pada permukaan paru-paru. Gangguan ini ditandai dengan

kerasnya permukaan paru-paru karena banyaknya serat atau

goresan pada jaringan.

Inhalasi serat asbes dapat mengakibatkan peningkatan

kasus kanker paru-paru dan membran di sekitarnya. Asbes dapat

mengakibatkan kanker jenis mesothelioma, yaitu jenis kanker yang

mempengaruhi membran yang menyelimuti paru-paru.

Mesothelioma adalah nama yang diambil dari selaput mucus yang

melapisi rongga dada (pelapis mesotelial) dimana sel tumor

cenderung berkembang. Kanker ini berkembang pada diafragma,

pembatas rongga dada dan perut. Jenis kanker ini juga dapat

menyerang pelapis jantung

Proses keracunan Asbes tidak terjadi secara seketika,

racun Chrysotile akan menyerang manusia secara akumulatif,

proses terinfeksi Chrysotile akan memicu terjadi kanker pada

manusia dalam waktu puluhan tahun kemudian. Setelah 15 tahun

pemaparan, asbestosis dapat mengakibatkan timbulnya tumor

ganas pleura (= Mesothelioma). Tumor ini kebal terhadap berbagai

macam terapi dan prognosisnya sangatlah buruk.

Mereka yang beresiko tinggi terkena penyakit ini adalah

mereka yang bekerja pada: pabrik pembuatan pipa, pengelasan

industri, konstruksi dan bangunan kapal. Juga termasuk mereka

yang menggunakan asbes sebagai atap rumah dan bahan yang

mengandung asbes.

e. Metode pemeriksaan

Metode pemeriksaan dengan gravimetric dengan menggunakan Hi-Vol.2

a. Tujuan Pemeriksaan

Page 4: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

4

Untuk memperoleh kadar partikulat (asbes) dalam cerobong

dan kadarnya ditentukan secara gravimetric.

b. Peralatan

Pipa pengambil contoh uji, katub pengambil contoh uji,

tabung pitot tipe-S, alat ukur suhu, alat ukur tekanan difeirensial,

pegangan filter, impinge, system pengukuran,

barometer.Persiapan bahan

c. Lokasi pengambilan sample uji,

d. Persiapan pengambilan sampel uji,

e. Tentukan tempat pengambilan sampel dan titik-titik lintas dalam

emisi.

f. Cara uji

Pindahkan air cucian bekas rakitan probe, siklon, filter holder

ke sebuah cawan yang sudah diketahui beratnya, lalu uapakan

sampai berat kering.

Timbang berat partikel yang diperoleh dari kertas saring dan

air cucian bekas rakitan probe, siklon, filter holder.

f. Perhitungan

Perhitngan konsentrasi partikulat dalam gas adalah sebaga berikut

:

Cs = Mp x 10-6 / Vm

Mp = Berat total partikulat

Vm = Volume Gas (m3) yang diambil

Cs = Konsentrasi Partikulat mg/mol

g. Pemanfaatan Asbes

Asbes biasa dikenal di pasaran terutama digunakan untuk bahan baku

atap rumah, untuk bahan baku rem dan piranti tahan api. Debu Asbes

dapat mengkontaminasi melalui:

a.Operasi penambangan atau penggilingan;

b.Pengolahan bahan-bahan yang mengandung asbes atau akibat

pembuatan/ produksi barang-barang yang mengandung asbes;

Page 5: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

5

c.Pemakaian atau penggunaan barang-barang hasil produksi yang

mengandung asbes;

d.Kegiatan membongkar, membuka, mencopoti, memperbaiki kerusakan

(reparasi) atau merawat barang-barang hasil produksi yang mengandung

asbes;

e.Kegiatan menghancurkan dan merubuhkan bangunan pabrik atau

bangunan lainnya yang mengandung bahan-bahan berasbes;

f.Kegiatan memindahkan (transportasi), menyimpan dan kegiatan yang

menyebabkan timbulnya kontak atau sentuhan fisik dengan asbes atau

bahan-bahan yang mengandung asbes;

g.Kegiatan-kegiatan lain yang menimbulkan resiko terkena debu asbes

yang ada di udara.

Bahan yang terbuat dari asbes untuk bangunan sering kita jumpai yaitu

asbes gelombang (digunakan untuk atap), asbes plat (digunakan untuk

plafon atau partisi).

Karena sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes

sering digunakan pada isolating pipa pemanas, dan juga digunkan untuk

panel akustik. Cara mengurangi efek negatif dari penggunaan asbes :

1.Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah

debu dan serat asbes jatuh kedalam rumah.

2.Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda

rusak.

3.Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung.

4.Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi

efek gas radon yang terkandung didalam asbes.

5.Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup

oleh kita, asbes yang rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan

dampak yang sama.

B. DESINFEKSI

Page 6: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

6

Desinfeksi merupakan proses dalam pengolahan air

minum yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen dalam air

Ada beberapa cara untuk proses desinfeksi, yaitu:

1. Konvensional

Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai desinfektan

pada proses desinfeksi secara konvesional harus bersifat :

a.Senyawa yang bersifat oksidator, yaitu halogen ( klorin, bromine,

dan yodin), kalium pemanganat, dsb.

b.Ion logam dan ion peroksida sebagai bakterisida dengan

konsentrasi 150 gram perliter.

c.Alkali dan asam. Patogen tidak dapat hidup di dalam air yang

sangat asam maupun sangat basa ( pH berkisar antara 3-11)

Diantara semua desinfektan di atas yang palng sering

digunakan adalah senyawa klorin yaitu, asam hipoklorit ( HOCl), ion

hipoklorit (OCl) dan molekul klorin. Dan yang paling efektif adalah

asam hipoklorit karena dapat menembus dinding sel

mikroorganisme.

2. Pemanasan

Air dipanaskan atau dididihkan selama 15-20 menit. Dengan

pendidihan ini, bakteri patogen akan mati. Metode ini umumnya

digunakan secara individual.

3. Ozonisasi

Ozon adalah zat pengoksidasi kuat sehingga mampu

melakukan pengrusakan bakteri antara 600-3000 kali lebih kuat

daripada klorin. Disamping itu penggunaan untuk desinfeksi tidak

ipengaruhi oleh pH air, sedangkan klorin tergantung pada pH air.

Prinsip mekanisme produksi ozon adalah eksitasi dan

percepatan elektron yang tidak beraturan dalam medan listrik tinggi

. O2 yang melewati medan listrik yang tinggi berupa arus bolak-balik

akan menghasilkan lompatan elekton yang bergerak dari elektroda

yang satu ke elektroda yang lain. Jika elektron mencapai

Page 7: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

7

kecepatan yang cukup maka elektron ini dapat menyebabkan

molekul oksigen splinting ke bentuk atom okigen radikal bebas.

Atom-atom ini kemudian bergabung dengan molekul O2

membentuk ozon ( O3)

Ozon dalam air akan terdekomposisi membentuk radikal

bebas dan ini akan bertindak sebagai desinfeksi. Melalui proses

oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam

mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella

enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma

patogen lainnya. Melalui proses oksidasi langsung ozon akan

merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis)

sekaligus membunuhnya. Melalui proses oksidasi oleh radikal

bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2) dan hydroxyl radikal (OH)

yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan

perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak

diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.

O3 merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa

menit, tidak meninggalkan sisa desinfektan selama air berada

dalam sistem, hal ini merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis

ozon yang digunakan. Hal ini diatasi dengan pemeriksaan

bakteriologis yaitu terhadap sampel sebelum dan sesudah

pembubuhan Ozon.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon

dalam proses pengolahan air seperti: dapat membunuh

mikroorganisme yang terdapat di dalam air (bersifat bakterisida,

algasida, fungisida dan virusida); dapat menghilangkan bau dan

rasa yang umumnya disebabkan oleh komponen organik dan

anorganik yang terdapat di dalam air, dan tidak menimbulkan bau

ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan bahan

kimia lain sebagai bahan pengolahan.

Page 8: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

8

Kelemahan penggunakan ozon sebagai desinfeksi adalah

stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk samping (seperti

Bromat, asam hidrokarbonat), lalu air yang telah di-“ozon” harus

difilter menggunakan filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum

diozonisasi.

Desinfeksi dengan menggunakan ozon biasa digunakan pada

DAMIU (Depot Air Minum IsI Ulang) dan minuman kemasan.Proses

desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam

tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon

minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar

antara 0,06 - 0,1 ppm.

4. Pembubuhan bahan kimia

Proses desinfeksi denan metode ini adalah dengan

mencampurkan suatu zat kimia( desinfektan ) ke dalam air

kemudian membiarkan dalam waktu yang cukup untuk memberikan

kesempatan kepada zat kimia tersebut untuk berkontak dengan

bakteri.

Desinfeksi air minum yang sering dilakukan yaitu dengan

menggunakan klorin. Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan

mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin

dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena

terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin

dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinity air

tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium

hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang

didesinfeksi. Reaksi yang terjadi pada pembubuhan klorin yaitu :

Cl2 + H2O ↔ HOCl + Cl- + H+

HOCl ↔ OCl- + H+

Syarat desinfektan :

a)Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam air

b)Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat

Page 9: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

9

c)Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam

operasinya

d)Air tidak boleh menjadi toksik setelah didesinfeksi

e)Dosis diperhitungkan agar mempunyai residu atau cadangan

untuk mengatasi adanya kontaminasi di dalam air

5. Radiasi ultraviolet

Dapat berlangsung dengan 2 cara yaitu cara langsung dan

interaksi tidak langsung. Pada interaksi langsung sinar UV berperan

sebagai desinfektan dengan nilai antara 280-220 nm. Sinar UV

pada area ini dapat mematikan semua mikroorganisme.

Interaksi secara tidak langsung yaitu dengan zat

pengoksidasi H2O2. sinar UV mengeksitasi zat pengoksidasi

menjadi radikal hidroksil ( OH ) dan superhidroksil ( HO2).

Sistem UV ini tergantung pada jumlah energi yang diserap

sehingga dapat menghancurkan organisme yang terdapat pada air

tersebut. Jika energi tidak cukup tinggi, maka material organisme genetik

tidak dapat dihancurkan. Keuntungan menggunakan UV meliputi :

a. Tidak beracun atau tidak berbahaya

b. Menghancurkan zat pencemar organik

c. Menghilangkan bau atau rasa pada air.

d. Memerlukan waktu kontak yang singkat (memerlukan waktu

beberapa menit).

e. Meningkatkan kualitas air karena gangguan zat pencemar

organik.

f. Dapat mematikan mikroorganisme pathogenic.

g. Tidak mempengaruhi mineral di dalam air.

Kerugian-Kerugian dari menggunakan UV meliputi:

Page 10: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

10

a. UV radiasi tidak cocok untuk air dengankadar suspended

solids tinggi, kekeruhan,warna, atau bahan organik terlarut.

Bahan ini dapat bereaksi dengan UV radiasi, dan

mengurangi performance desinfeksi. Tingkat kekeruhan

tinggi dapat menyulitkan sinar radiasi menembus air dan

pathogen.

b. Sinar UV tidak efektif terhadap zat pencemar mengandung

banyak bahankimia organik, klor, asbes dan lain lain.

c. Memerlukan listrik untuk beroperasi.Dalam situasi keadaan

darurat ketika listrik mati, maka alat tersebut tidak akan

bekerja.

d. UV umumnya digunakan sebagai pemurnian akhir pada

sistem filtrasi. Jika ingin mengurangi zat pencemar seperti

virus dan bakteri, maka masih perlu menggunakan suatu

karbon untuk menyaring atau dengan sistem osmosis

sebagai tambahan terhadap UV.

6.Radiasi sinar gamma dan berkas elektron

Yang termasuk radiasi pengion disini adalah sinar gamma dan

patrikel beta atau elektron bertenaga tinggi. Digunakan elektroda perak

yang dimasukkan ke dalam air, kemudian dihubungkan dengan arus listrik

searah selama 15 hingga 200 menit tergantung pada kondisi airnya. Cara

ini sangat mahal, adanya bahan tersuspensi, bahan organik dan asam

sulfida harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu serta

merusak elektroda..

C. BREAK POINT CHLORINATION

BPC (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan

sehingga semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi, amonia hilang

sebagai gas N2, dan masih ada residu klor aktif terlarut yg

konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman.

1.Proses Breakpoint Chlorination

Page 11: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

11

Bila senyawa klor dibubuhkan ke dalam air yang mengandung

bahan kimia yang bersifat reduktor terhadap klor, maka sebagian klor

bereaksi dengan bahan kimia. Reaksi yang terjadi adalah reduksi dan

oksidasi (redox). Dalam reaksi reduksi oksidasi ini, senyawa klor

mengalami reduksi, sedangkan bahan kimia dalam air mengalami

oksidasi. Bila dalam air terdapat amoniak, maka klor bereaksi dengan

amoniak (NH3) membentuk kloramin ( mono,di, dan tri) tergantung suhu,

pH dan perbandingan konsentrasi pereaksi. Reaksi-reaksi yang terjadi

adalah sebagai berikut :

NH3 + HOCl ↔ NH2Cl + H2O ; pH ≥ 7

( monokloramin)

NH2Cl + HOCl ↔ NHCl2 + H2O ; 4 ≤ pH ≥ 6

( dikloroamin)

NHCl2 + HOCl ↔ NCl3 + H2O ; pH < 3

(trikloroamin)

Bila cukup banyak NH3 dalam larutan maka NH2Cl cukup stabil.

Namun bila kelebihan klor, NH2Cl pecah dan membentuk gas N2. Dengan

reaksi sebagai berikut :

2NH2Cl + HOCl ↔ N2 + 3HCl + H2O

Reaksi pembentukan monokloramin terjadi sangat cepat

dibandingkan dengan reaksi yang lain. Oleh karena itu, faktor waktu

kontak sangat berpengaruh.

Semua kloramin yang tersedia dalam air disebut sebagai “ klor

tersedia terikat”. Klor tersedia bebas adalah [Cl2] + [OCl- ] + [ HOCl].

“ jumlah klor yang tersedia”= jumlah klor tersedia bebas + jumlah

klor tersedia terikat.

Kebutuhan klor adalah banyaknya klror yang dibubuhkan untuk

mencapai Break Point Chlorination (BPC). Ketika sudah melewati BPC,

akan terbentuk klor tersedia bebas karena semua zat amoniak sudah

dirubah menjadi gas N2 yang keluar dari larutan sebagai

gelembung dan kloramin yang tertinggal hanya sedikit. Kadar klor

tersedia bebas naik seiring dengan banyaknya klor yang dibubuhkan.

Kadar klor aktif (residu) yag dibubuhkan sesudah BPC tergantung dari

Page 12: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

12

mutu bakteriologis air yang diinginkan, jarak yang ditempuh air

bersih sampai ke konsumen( karena klor aktif sedikit demi sedikit

sireduksi ), pH dan sebagainya.

Batas maksimal sisa klor yang diperbolehkan menurut Standar

Pelayanan Minimal Perusahaan Daerah Air Minum Kota Semarang yang

mengacu pada Permenkes nomer 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29

Juli 2002 adalah 0,01-0,1 ppm. Sedangkan untuk standar baku air bersih

mengacu pada Permenkes nomer 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29

Juli 2002 adalah 0,2 ppm.

2.Perhitungan

Kebutuhan klor = jumlah klor untuk mencapai breakpoint

= (kebutuhan klor untuk mengoksidasi zat pereduksi) +

(kebutuhan untuk bereaksi dengan amoniak sampai

amoniak tersebut habis menjadi gas N2).

3. Dampak kelebihan klorin bagi kesehatan

Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang

mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena

kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita

hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak

atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur

atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil

studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan

ginjal dan hati.

Page 13: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

13

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. Metode Pengolahan Air. Usaha Nasional. Surabaya. 1984

Raharjo, Mursid. Manajemen Laboratorium Lingkungan Modul 8. Bagian

Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP

Anonim. 2002 http://www.semarang.go.id/spm/PDAM/SK-WALIKOTA-spm.htm

(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Anonim. 2008. Pemakaian Asbes Secara Aman.

http://arson88.blogspot.com/2008/06/pemakaian-asbes-secara-

aman.html. (online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Anonim . 1999. http://www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1999/41-1999.htm.

(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Anonim . 2004.

www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/.../BAlara2004_06212_067.pdf

(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Anonim. 2005. Epidemiologi Dasar.

http://arviant.web.ugm.ac.id/content/Epidemiologi%20dasar.pdf

(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Page 14: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

14

Departemen Kesehatan. 2007. http://www.perpustakaan-

depkes.org:8180/bitstream/123456789/1296/11/10Hal76-81.pdf

(online) diakses tanggal 1 Oktober 2009

Anonim 2008. Penyakit Kanker Paru-Paru.

http://www.infopenyakit.com/2008/06/penyakit-kanker-paru-

paru.html(online) diakses tanggal 1 Oktober

2009

Anonim . 2009. Pemanfaatan Sumber Daya Alam. http://pemanfaatan-

sumber-daya-alam.blogspot.com/2009/02/sumber-daya-

alam-dan-prinsip.html diakses tanggal 15 november 2009

Anonim. 2008. Awas Bahaya Klorin pada Air Minum Kita.

http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/awas-bahaya-klorin-

pada-air-minum-kita/. (Online) diakses tanggal 15 November 2009

Anonim. 2005. Bahan Galian.

http://www.anneahira.com/print/indonesia/bahan-galian.htm

diakses tanggal 15 november 2009

Anonim. 2008. Desinfeksi dengan Ozon.

http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/24/desinfeksi-

dengan-ozon/ diakses tanggal 15 november 2009

Awaluddin.2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air

Minum Pada Skala Rumah Tangga

http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-

teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf. ( online)diakses

tanggal 15 november 2009

Page 15: Asbestos, Desinfeksi Break Point Chlorination

15

Hanum Farida, ST . Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air

Minum. 2007 http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-

farida.pdf (online) diakses tanggal 15 november 2009

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia. 2004. Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 651/MPP/KEP/10/2004 tentang Persyaratan Teknis

Depot Air Minum dan Perdagangannya.

ttp://www.disperindag-jabar.go.id/cetak.php?id=25/. (Online)

diakses tanggal 15 November 2009