Referat desinfeksi&sterilisasi.doc
-
Upload
maheer-joefrie -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
description
Transcript of Referat desinfeksi&sterilisasi.doc
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Banyaknya penggunaan alat- alat medis sekarang ini mengakibatkan
semakin dituntutnya proses desinfeksi dan sterilisasi.1 Hal tersebut dikarenakan
alat-alat medis maupun instrumen operasi merupakan sarana yang utama bagi
penyaluran patogen atau mikroorganisme ke dalam tubuh pasien.2
Setiap prosedur tindakan yang menggunakan alat-alat medis dapat
menyebabkan pindahnya suatu patogen ke dalam tubuh manusia. Maka diperlukan
suatu metode pembersihan mikroorganisme secara keseluruhan (bakteri spora).
Transmisi patogen pada pasien dapat dicegah dengan adanya proses cleaning,
disinfeksi dan sterilisasi alat-alat yang sesuai dengan standart serta secara
adekuat.2
I.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi sterilisasi dan desinfeksi?
b. Apakah proses yang harus dikerjakan sebelum dilakukan sterilisasi dan
desinfeksi?
c. Apakah metode-metode yang dapat digunakan dalam proses setrilisasi?
d. Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut?
e. Bagaimanakah cara penyimpanan alat- alat yang telah disterilisasi?
f. Bagaimana metode desinfeksi tingkat tinggi yang sering dilakukan?
g. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut?
I.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui:
Definisi sterilisasi dan desinfeksi
Proses sebelum dilakukan sterilisasi dan disinfeksi
Metode-metode yang dapat digunakan dalam proses setrilisasi
Kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut
Cara penyimpanan alat- alat yang telah disterilisasi
Metode disinfeksi tingkat tinggi yang sering dilakukan
2
Kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut
I.4 Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang desinfeksi dan
sterilisasi yang sangat penting dalam penggunaan alat-alat medis.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Desinfeksi dan Sterilisasi
Desinfeksi merupakan suatu proses eliminasi berbagai macam
mikroorganisme patogen (tidak termasuk spora) pada objek yang hidup ataupun
tidak hidup.3 Disinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan metode fisik dan
kimia. Penggunaan bahan kimia sebagai disinfeksi disebut disinfektan. Dimana
tiap bahan disinfektan mempunyai perbedaan dalam membunuh mikroorganisme
patogen dan tidak ada disinfektan yang mampu membunuh semua
mikroorganisme patogen.3
Sterilisasi adalah suatu proses dimana dapat membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara fisik, kimia
dan fisiokimia. Bahan kimia yang digunakan dalam proses sterilisasi disebut
kemisterilian.3 Kedua proses tersebut merupakan suatu rangkaian dekontaminasi,
dimana suatu usaha untuk menyingkirkan kontaminasi organisme patogen.
II.2 Pencucian
Terdapat dua langkah prosedur dalam pemakaian alat medis dan operatif.
Pencucian atau pembersihan merupakan langkah awal dan merupakan hal yang
penting.
Gambar 2.1 Proses Dekontaminasi.3
Pencucian merupakan suatu proses menghilangkannya material asing dari
suatu benda sebelum dilakukannya sebuah proses sterilisasi. Terdapat dua
4
komponen penting dalam pencucian, yaitu menghilangkan material asing dan
cairan yang diperlukan untuk membilas. Pencucian akan menghilangkan beberapa
macam organisme di permukaan sebelum dilakukannya proses disinfeksi dan
sterilisasi.
Pencucian biasanya menggunakan air, deterjen dan alat- alat untuk
membersihkan. Deterjen digunakan untuk membersihkan sisa kotoran atau
minyak yang terdapat pada alat- alat operatif.3
II.3 Metode- Metode Sterilisasi
Sterilisasi harus dilakukan untuk alat- alat, sarung tangan bedah, dan alat
lain yang kontak langsung dengan aliran darah atau jaringan normal steril. Hal ini
dapat dicapai dengan uap bertekanan tinggi (otoklaf), pemanasan kering (oven),
sterilisasi kimiawi, seperti glutaraldehid atau formaldehid, dan secara fisik
(radiasi). Karena sterilisasi itu sebuah proses, bukan sebuah peristiwa tunggal,
maka seluruh komponen harus dilakukan secara benar agar hasil maksimal
sterilisasi tercapai.2
Efektivitas sterilisasi membutuhkan waktu, kontak, suhu, dan dengan
sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga
bergantung pada empat faktor lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit
dibunuh, dan sebagian lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
2. Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu
organisme dari pada yang banyak.
3. Jumlah dan Jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme
tersebut. Darah atau jaringan yang menempel pada alat- alat yang kurang
bersih berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses
sterilisasi.
4. Jumlah retakan dan celah pada peralatan sebagai tempat menempel
mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul dan dilindungi oleh
goresan, retakan, dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari
cunam jaringan.
Akhirnya, tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan
organik yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat- alat,
5
tidak akan dapat menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu sterilisasi
diperpanjang.2
Metode yang biasa digunakan dalam proses sterilisasi meliputi:
a. Metode fisik
- Sterilisasi panas
- Sterilisasi filtrasi
- Sterilisasi radiasi
b. Metode kimia
A. Metode Sterilisasi Panas
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan otoklaf atau pemanasan
kering dengan menggunakan oven adalah metode sterilisasi yang paling umum
dan tersedia saat ini.
Sterilisasi uap bertekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang efektif,
tetapi juga paling sulit dilakukan secara benar.4 Pada umumnya sterilisasi ini
adalah metode pilihan untuk mesterilisasi instrumen dan alat- alat lain yang
digunakan dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik
bermasalah instrumen- instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap
nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai
sumber panas.
Sterilisator panas kering (oven) baik untuk iklim yang lembab tetapi
membutuhkan aliran listrik yang terus- menerus, menyebabkan alat ini kurang
praktis pada area terpencil (pedesaan). Selain itu, sterilisasi panas kering, dimana
perlu suhu yang lebih tinggi, hanya dapat digunakan untuk benda-benda gelas atau
logam, karena akan melelehkan bahan lainnya.2
6
Kondisi Standar Sterilisasi Panas
Sterilisasi uap (Gravitasi): suhu harus berada pada 121°C (250°F); tekanan harus berada pada pada 106 kPa (15 lbs/in²); 20 menit untuk alat tidak terbungkus, 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu lebih tinggi pada 132°C (270°F), tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.
Biarkan semua peralatan kering sebelum diambil dari sterilisator.
Catatan: set tekanan (kPa atau lbs/in²), mungkin berbeda tergantung jenis sterilisator yang digunakan.
Panas Kering:
170°C (340°F) selama 1 jam (total waktu perputaran meletakkan instrumen di oven, panaskan hingga 170°C, selama 1 jam dan kemudian dinginkan 2-2.5 jam) atau
160°C(320°F) selama 2 jam (total waktu perputaran dari 3-3,5 jam).
Instrumen steril dan instrumen lainnya harus digunakan segera kecuali
jika:
Dibungkus dengan lapisan ganda kain katun kertas atau bahan lainnya
sebelum proses sterilisasi.
Dapat disimpan dalam wadah kering dan steril berpenutup rapat.
Bahan yang digunakan untuk membungkus instrumen dan instrumen
lainnya harus berpori-pori agar uap dapat masuk tetapi beranyaman cukup ketat
untuk menghindari masuknya partikel-partikel debu dan mikroorganisme. Paket
steril terbungkus harus tetap dalam kondisi steril sehingga paket atau wadah itu
tidak terkontaminasi. Robek atau usang pada bungkusnya, paket menjadi basah
atau hal lainnya yang menyebabkan mikroorganisme memasuki paket atau wadah
tersebut.2
B. Metode Sterilisasi Cara Penguapan
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena dua alasan. Pertama, uap
pekat adalah sebuah “kendaraan” energi termal yang sangat efektif. Jenis ini jauh
lebih efetktif untuk mengangkut energi kebahan yang akan disterilisasi daripada
udara panas (kering). Di dapur, kentang dapat dimasak selama beberapa menit
7
dalam pemasak bertekanan uap, sementara proses memasak dalam oven udara
panas akan membutuhkan waktu satu jam atau lebih, walaupun oven dinyalakan
dalam suhu yang lebih tinggi. Uap, khususnya dibawah tekanan, membawa energi
termal ke kentang lebih cepat, sebaliknya udara panas lebih lambat. Kedua, uap
adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme yang bersifat
protektif dan resisten dapat dilemahkan oleh uap sehingga terjadi koagulasi.
Beberapa jenis kontaminan tertentu, khususnya yang berminyak atau berlemak,
dapat melindungi mikroorganisme dari efek uap, sehingga mengganggu proses
sterilisasi. Alasan ini yang menekankan kembali kepentingan mencuci bersih
bahan-bahan sebelum proses sterilisasi.2
Persyaratan
Sterilisasi uap harus memenuhi empat kondisi: kontak yang memadai,
suhu yang sangat tinggi, waktu yang tepat, dan kelembapan yang
memadai.
Kelebihan
- Merupakan metode sterilisasi yang paling sering dipakai dan efektif
- Waktu siklus sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus
kimia.
Kekurangan
- Membutuhkan sumber panas yang terus menerus (bahan bakar kayu,
minyak tanah atau aliran listrik)
- Membutuhkan peralatan (sterilisator uap) yang harus dipelihara
dengan cermat agar tetap berfungsi dengan baik.
- Membutuhkaan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara ketat.
- Sukar menghasilkan paket kering karena gangguan prosedur sering
terjadi.
- Siklus sterilisasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan bopeng dan
penumpulan sisi instrumen yang tajam.
- Bahan- bahan plastik tidak tahan suhu tinggi.
C. Metode Sterilisasi dengan Panas Kering
Bila tersedia, panas kering adalah sebuah cara yang praktis untuk
sterilisasi atas jarum dan instrumen lainnya. Dianjurkan memakai sebuah oven
8
konveksi dengan ruangan baja antikarat terisolasi dan rak-rak perforasi untuk
memungkinkan sirkulasi udara panas, namun sterilisasi panas kering ini akan
dapat tercapai dengan sebuah oven sederhana, asalkan sebuah termometer
digunakan untuk memastikan suhu didalam oven.2
Efektivitas dari sterilisasi panas kering ini tercapai dengan proses
konduksi panas. Pada awalnya, panas di absorbsi oleh permukaan luar dari sebuah
instrumen dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya. Pada akhirnya
keseluruhan objek mencapai suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi.
Mikroorganisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas
kering. Proses sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama sterilisasi uap,
karena kelembapan dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat
penetrasi uap dan memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk membunuh
mikrooganisme.
Kelebihan
- Metode yang sangat efektif, seperti sterilisasi panas- kering dengan
konduksi menjangkau seluruh permukaan instrumen, bahkan untuk
instrumen yang tidak dapat dibongkar pasang.
- Bersifat protektif atas benda tajam atau instrumen dengan sisi potong
(lebih sedikit masalah dengan penumpulan sisi potong tersebut).
- Tidak meninggalkan sisa kimia
- Mengurangi masalah “paket basah” di iklim lembab.
Kekurangan
- Instrumen plastik dan karet tidak dapat disterilisasi dengan cara panas
kering karena suhu yang digunakan (160°-170°C) terlalu tinggi untuk
materi ini.
- Panas kering memenetrasi materi secara lambat dan tidak merata
- Membutuhkan oven dan sumber listrik secara terus- menerus.2
D. Metode Sterilisasi dengan Kimia
Selain penguapan tekanan tinggi atau sterilisasi panas kering sebagai
alternatif adalah sterilisasi kimia (seringkali disebut sterilisasi dingin). Apabila
objek harus disterilisasi, sedangkan bila menggunakan uap bertekanan tinggi atau
9
sterilisasi panas-kering akan merusak objek tersebut atau apabila peralatan tidak
tersedia (atau operasional), maka objek itu dapat disterilisasi secara kimia.
Sejumlah disinfektan tingkat tinggi akan membunuh endospora setelah
paparan berkepanjangan (10-24 jam). Disinfektan umum yang dapat digunakan
untuk sterilisasi kimia dapat terdiri dari glutaraldehid dan formaldehid. Sterilisasi
berlangsung dengan merendamnya selama sekurang- kurangnya 10 jam dalam
larutan glutaraldehid 2-4% atau setidaknya 24 jam dalam larutan formaldehid 8%.
Glutaraldehid, seperti Cidex jarang tersedia di pasaran dan harganya sangat
mahal, tetapi larutan ini merupakan satu- satunya sterilan yang praktis untuk
instrumen tertentu, seperti laparoskop yang tidak dapat dipanaskan. Baik
gluteraldehid atau formaldehid membutuhkan penanganan khusus dan
meninggalkan sisa pada instrumen yang sudah ditangani. Oleh karena itu,
membilas dengan air yang steril adalah sebuah keharusan apabila instrumen itu
hendak dijaga dalam keadaan steril. Juga apabila tidak dibilas, sisa ini akan
mengganggu (menyebabkan lengket) bagian geser laparoskop dan juga akan
memperkeruh lensa alat tersebut.
Walaupun lebih murah dari glutaraldehid, larutan formaldehid lebih
menyebabkan iritasi atas kulit, mata dan saluran nafas serta diklasifikasikan
sebagai potensi karsiogen.5 Apabila mempergunakan glutaraldehid atau
formaldehid, pakailah sarung tangan untuk menghindari kontak kulit, memakai
kaca mata untuk melindungi percikan, membatasi waktu paparan, dan gunakan
kedua zat kimia pada area yang berventilasi baik.
Kelebihan
- Larutan glutaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah
dinonaktifkan oleh materi organik.
- Kedua larutan ini dapat digunakan untuk instrumen yang tidak tahan
sterilisasi panas, seperti laparoskop.
- Larutan formaldehid dapat digunakan hingga 14 hari (ganti apabila
keruh). Sebagian glutaraldehid dapat digunakan hingga 28 hari.
Kekurangan
- Glutaraldehid dan formaldehid adalah kimiawi yang menyebabkan
iritasi kulit. Oleh karena itu, seluruh peralatan yang direndam dalam
10
salah satu larutan itu harus sepenuhnya dibilas dengan air steril setelah
direndam.
- Karena glutaraldehid bekerja sangat baik pada suhu ruangan, sterilisasi
kima tidak dijamin berfungsi baik pada lingkungan dingin (suhu
kurang dari 20°C/68°F), bahkan dengan proses perendaman yang
berkepanjangan.
- Glutaraldehid mahal harganya.
- Uap dari formaldehid diklasifikasikan sebagai potensial karsinogen,
dan pada derajat yang lebih rendah glutaraldehid mengiritasi kulit,
mata dan saluran pernafasan. Pakaialah kaca mata dan sarung tangan,
batasi waktu paparan, dan gunakan kedua zat kimia pada area
berventilasi baik.
- Formaldehid tidak dapat dicampur dengan klorin karena memproduksi
zat yang berbahaya (bis-klorometil-eter).
E. Metode Sterilisasi Lainnya
Sterilisasi Gas
Penggunaan gas formaldehid untuk membunuh mikroorganisme di
praktikan sebelum peralihan abad ini. Sterilisasi formaldehid uap temperatur
rendah dan otomatis yang digunakan untuk memproses instrumen atau plastik. Di
Amerika Serikat dan sejumlah negara lain gas etilen oksida (ETO) digunakan
untuk proses sterilisasi instrumen bedah yang sensitif terhadap panas dan
kelembaban seperti perangkat plastik dan instrumen yang rentan. Proses sterilisasi
ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, dimana salah satu kekurangannya
adalah merupakan suatu proses yang rumit dengan biaya yang lebih mahal
daripada sterilisasi uap ataupun panas kering. Selain itu ETO juga berbahaya bagi
para petugas kesehatan, klien dan lingkungan. Gas ETO mengandung racun pada
tingkat moderat ketika terhirup, maka paparan regular pada level rendah dapat
mengakibatkan efek yang berbahaya pada manusia. Kemudian, gas ini bersifat
mengiritasi mata dan selaput lendir.
Sterilisasi dengan Sinar Ultraviolet
Cahaya ultraviolet (UV) telah digunakan untuk membantu mendisinfeksi
udara selama lebih dari 50 tahun. Misalnya, UV iradiasi dapat mengganggu
11
pemindahan infeksi di udara di lingkungan di dalam ruang tertutup dengan
kondisi hidup buruk dan jumlah manusia di dalamnya sangat padat. Secara teori
cahaya UV intens dapat bersifat baketerisidal dan virusidal, dalam praktiknya
hanya disinfeksi yang terbatas atas instrumen dapat tercapai. Hal ini karena sinar
UV dapat membunuh hanya mikroorganisme yang terkena secara langsung oleh
cahaya UV.
Kekurangan UV lainnya adalah sebagai berikut:
- Membutuhkan sumber listrik yang besar
- Kurang efektiv diarea dengan kelembapan relatif yang tinggi
- Lampu UV membutuhkan pembersihan secara berkala agar tetap
efektif
- Paparan terhadap UV dapat membakar kulit dan mata
Sterilisasi Kimia yang Lain
Asam Parasetik (peroxyacetic acid). Sterilan ini sangat efektif terhadap
seluruh mikroorganisme, tidak dikurangi oleh bahan organik dan juga
mendekomposisi menjadi produk yang aman. Sterilan ini biasanya
digunakan untuk mensterilisasi jenis endoskop yang berbeda.
Paraformaldehid. Polimer solid dari formaldehid ini dapat diuapkan
dengan metode panas kering pada area yang tertutup untuk mensterilisasi
objek. Tekhnik ini cocok untuk mensterilisasi laparoskop.
Sterilisasi gas plasma. Metode ini dapat mensterilisasi instrumen dalam
waktu kurang dari satu jam dan hasil sampingannya tidak berbahaya.
Namun, hali ini tidak dapat memenestrasi dengan baik dan tidak dapat
digunakan pada kertas atau kain linen. Sterilisator khusus dibutuhkan
untuk materi ini.
II. 4 Penyimpanan Instrumen Steril
Seluruh instrumen steril harus disimpan disebuah area dan dengan cara
sedemikian rupa sehingga paket atau wadah akan terlindungi dari debu, kotoran,
kelembapan, hewan, dan serangga. Area penyimpanan ini paling baik ditempatkan
bersebelahan dengan atau dihubungkan ke tempat sterilisasi berlangsung, di
sebuah area yang terpisah dan tertutup dengan akses terbatas yang digunakan
12
hanya untuk menyimpan bahan suplai pasien yang bersih dan steril. Pada fasilitas
yang lebih kecil, area ini dapat berupa sebuah ruang disebelah Departemen Pusat
Suplai (Central Supply Departement) atau pada unit operasi (operating unit).
Jagalah area penyimpanan agar tetap bersih, kering, serta bebas debu dan
bebas kain tiras setelah urusan rumah tangga harian regular.
Kontrollah suhu dan kelembapan (suhu sekitar 24°C dan kelembapan
relatif <70%) bila memungkinkan.
Paket dan wadah dengan instrumen steril (dan DTT) harus disimpan
dengan jarak 20-25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
cm dari dinding luar.
Jangan gunakan kardus untuk tempat penyimpanan. Kardus mengeluarkan
debu dan debris serta dapat menjadi tempat bersembunyi serangga.
Bubuhkan tanggal dan rotasikan suplai tersebut (firs in/firs out). Proses ini
berfungsi sebagai peringatan, tetapi tidak menjamin sterilitas paket-paket
tersebut.
Distribusikan instrumen steril dan DTT dari area ini.2
Masa berlakunya instrumen yang masih dianggap steril setelah proses
sterilisasi berhubungan dengan kejadian (event related). Instrumen tersebut harus
tetap steril hingga sesuatu menyebabkan paket atau wadah itu menjadi
terkontaminasi, akan tetapi waktu awal proses sterilisasi itu dilakukan bukan
merupakan faktor yang menentukan. Kejadian dapat berupa robekan atau usang di
area pembungkus tersebut, paket yang basah, atau faktor lainnya akan
memungkinkan mikroorganisme memasuki paket atau wadah tersebut. Oleh
karena itu, masa berlakunya sterilisasi bergantung pada faktor- faktor berikut ini:
Kualitas pembungkus atau wadah
Berapa kali sebuah paket dipegang sebelum digunakan.
Berapa banyak orang yang telah memegang paket tersebut
Apakah paket itu disimpan pada rak terbuka atau tertutup.
Kondisi area penyimpanan (misal: kelembapan dan kebersihan), dan
Penggunaan penutup debu plastik dan metode penyegelan.5
13
Sebagian besar paket terkontaminasi sebagai akibat langsung dari
penanganan atau penyimpanan yang berulang- ulang atau kurang tepat. Pastikan
instrumen tetap steril hingga anda membutuhkannya:
Mencegah kejadian yang dapat mengkontaminasi paket steril,
Melindunginya dengan menempatkannya dalam bungkus penutup plastik
(kantong).
Sebelum menggunakan instrumen steril tertentu, lihat paketnya apakah
pembungkusnya masih utuh, segel tidak rusak, bersih, dan kering (dan tidak ada
bekas air), lalu dapat dipastikan instrumen itu steril tanpa perlu mengetahui kapan
sterilnya.6 Di sebagian fasilitas pelayanan kesehatan dimana penggantian suplai
dibatasi dan kain yang digunakan untuk membungkus berkualitas buruk, maka
waktu sebagai faktor yang membatasi juga berfungsi sebagai batas keselamatan.
Apabila bungkus (kantong) plastik tidak tersedia untuk instrumen yang
disterilisasi itu, pembatasan untuk masa berlaku spesifik (misalnya 1 bulan) dapat
merupakan sebuah keputusan yang logis sepanjang pak tersebut tetap kering dan
utuh.2
II.5 Desinfeksi Tingkat Tinggi
Sterilisasi merupakan metode yang paling aman dan efektif dalam
pemrosesan alat, tetapi peralatan sterilisasi sering tidak tersedia. Dalam keadaan
demikian DTT merupakan alternatif yang dapat diterima. Proses DTT membunuh
semua mikroorganisme (termasuk bakteri vegetatif, tuberkulosis, ragi dan virus)
kecuali beberapa endospora bakterial. Proses DTT dapat dilakukan dengan
merebus dalam air, mengukus (dengan uap panas), atau merendam alat dalam
disinfektan kimiawi. Agar efektif, semua langkah dalam setiap metode perlu
dipantau dengan seksama.2
A. Efektivitas Uap Panas
Umumnya semua bakteri vegetatif akan mati pada uap panas 60°- 75°C
dalam 10 menit. Virus hepatitis B, salah satu virus yang sukar dibunuh dapat
diinaktivasi dalam 10 menit jika dipanaskan pada suhu 80°C. Sebaliknya,
walaupun banyak jenis spora mati jika direbus pada 99.5°C selama 15-20 menit,
14
spora klostridium tetani tahan panas dan dapat bertahan walaupun direbus sampai
90°C.2
B. Perebusan dan Pengukusan
Perebusan atau pengukusan menggunakan panas untuk membunuh
mikroorganisme. Pengukusan mempunyai beberapa keunggulan terhadap merebus
untuk proses akhir sarung tangan dan alat-alat lain seperti kanula plastik dan
semprit. Cara ini mengurangi perusakan dan lebih efektif bila ditinjau dari segi
biaya. Walaupun perebusan dan pengukusan sama- sama mudah dilakukan,
pengeringan sarung tangan yang direbus tidak praktis karena kontaminasi susah
dicegah. Dengan pengukusan sarung tangan tidak perlu dikeringkan di luar karena
ini tetap berada dalam kukusan, sehingga kemungkinan terkontaminasi kurang.
Keuntungan :
- Murah
- Mudah diajarkan pada petugas kesehatan
- Tidak memerlukan bahan kimiawi atau larutan khusus
- Sumber panas (pemasak atau dandang) tersedia dimana-mana.
Kelebihan :
- Waktu pemrosesan harus diatur dengan seksama. Sekali mulai tidak
boleh menambahkan air atau alat-alat lain.
- Objek tidak dapat dipak sebelum di DTT, sehingga kemungkinan
kontaminasi menjadi lebih besar.
- Sumber minyak diperlukan.2
C. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimia
Desinfektan yang sering digunakan yaitu klorin, glutaraldehid,
formaldehid, dan peroksid secara rutin digunakan sebagai disinfektan tingkat
tinggi. Bahan- bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika benda- benda yang
didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. Pemilihan disinfektan tingkat
tinggi didasarkan pada sifat- sifat benda yang akan didisinfeksi, daerah yang
digunakan dan petugas yang trampil dalam tindakan ini.
Keuntungan dan kerugian menggunakan DTT adalah:
- Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan
HIV/AIDS, serta murah dan mudah didapat.
15
- Kerugian utamanya adalah larutan klorin >0,5% dapat merusak logam. Namun
alat-alat satainless steel dapat aman di-DTT dalam larutan klorin 0,1% dengan
merendamnya selama 20 menit. Untuk DTT, larutan klorin 0,1% dibuat dengan
air matang, lakukan penyaringan bila air keruh. Sebelum direndam, benda-
benda harus dibersihkan dan dikeringkan.
Masalah korosi dapat dikurangi jika benda-benda tersebut dibilas dengan
air matang dan dikeringkan segera. Walaupun larutan klorin untuk DTT dapat
berubah jika tidak tertutup atau disimpan dalam container transparan, larutan DTT
hanya perlu dibuat jika larutan tersebut sudah keruh.
Formaldehid (8%) juga murah dan tersedia dimana-mana, merupakan
desinfektan tingkat tinggi yang efektif, tetapi baunya sangat merangsang dan
bersifat sangat iritatif dan berpotensi menyebabkan karsinogen. Hati-hati sewaktu
mencampur dan menggunakan larutan formaldehid agar ada perlindungan pada
petugas dan pasien dari dampaknya. Jangan diencerkan dengan air yang
mengandung klorin, karena dapat mengeluarkan gas yang berbahaya (bis-
klorometil-eter). Petugas harus memakai sarung tangan untuk mencegah kontak
kulit dan melindungi mata dari cipratan dan uap, membatasi waktu paparan serta
menggunakan larutan ini hanya pada ventilasi baik.
Glutaraldehid kurang iritatif dibanding formsldehid, tetapi staf dan klien
perlu dilindungi dari uapnya sewaktu mencampur dan menggunakan larutan ini.
Pakailah sarung tangan, pelindung mata, batasi waktu paparan dan hanya gunakan
ditempat dengan ventilasi baik.
Hidrogen peroksida (H2O2) yang dilarutkan dalam larutan 6%, tersedian
dimana-mana dan lebih murah daripada desinfektan kimia lainnya. Larutan H2O2
3% digunakan sebagai antiseptik, tetapi tidak dapat digunakan sebagai
desinfektan. Kerugian utamanya adalah sangat korosif, jangan digunakan untuk
desinfektan tembaga, aluminium, seng atau kin. Oleh karena itu dapat kehilangan
kemampuannya oleh paparan panas dan sinar matahari. Larutan ini harus
disimpan di tempat yang dingin dan gelap. WHO tidak merekomendasikan H2O2 di
daerah panas (tropis) karena ketidakstabilannya dalam lingkungan panas dan
terang.
16
Alkohol dan iodofor
Walaupun alkohol dan iodofor murah dan tersedia dimana-mana, bahan ini
tidak dapat digolongkan dengan desinfektan tingkat inggi. Alkohol tidak dapat
membunuh dan menghambat beberapa virus. Spesies pseudomonas dapat
berkembang dalam iodofor. Bahan kimia ini hanya digunakan jika desinfektan
ang diuraikan diatas tidak tersedia.
Langkah-langkah pada DTT dengan bahan kimiawi:
- Dekontaminasi alat-alat dan benda-benda lain yang terkontaminasi darah
dan duh tubuh, bersihkan dan keringkan sebelum ditempatkan dalam larutan
desinfektan.
- Cemplungkan semua benda dalam DTT
- Kocok selama 20 menit
- Pindahkan alat-alat dengan mengggunakan cunam atau sarung tangan DTT
atau steril.
- Bersihkan dengan air matang 3x dan keringkan diudara.
- Segera setelah dipakai atau disimpan dalam kontainer. Yang kering dan
telah di DTT.
Penyimpanan Disinfektan
Disinfektan kimiawi harus disimpan di tempat yang gelap dan dingin.
Jangan disimpan di bawah cahaya matahari atau panas yang berlebihan
Pembuangan Kontainer Kimia Habis Pakai
Kontainer kaca dapat dicuci dengan sabun, dibilas, dikeringkan, dan
digunakan kembali. Alternatif lain kontainer kaca dapat dibilas (paling
sedikit tiga kali) dengan air kemudian dikubur.5
Kontainer plastik yang digunakan untuk bahan-bahan toksik seperti
glutaraldehid atau formaldehid harus dibilas tiga kali dengan air, lalu
dikubur atau dibakar.
Pembuangan Bahan-Bahan Kimia Habis Pakai
Buang dalam sistem pembuangan umum, misalnya melalui WC, siram
dengan air secukupnya. Sampah cair dapat dibuang melalui saluran khusus.
17
Mencegah cipratan bilas toilet atau saluran pembuangan dengan hati-hati
menggunakan air untuk menghilangkan residu sampah tersebut.
Bahan- Bahan yang Tidak Dapat Digunakan Sebagai Disinfektan
Berbagai macam larutan antiseptik tidak tepat jika digunakn sebagai
disinfektan. Walaupun antiseptik (kadang disebut disinfektan kulit) adekuat untuk
membersihkan kulit sebelum prosedur pembedahan, mereka tidak tepat untuk
mendisinfeksi alat-alat dan sarung tangan, karena tidak benar-benar membunuh
bakteri, virus atau endospora.
Antiseptik yang tidak dapat digunakan sebagai disinfektan:
Derivat- derivat akridin (misalnya: gentian violet aau kristal violet)
Setrimide (misal Cetavlon)
Setrimide dengan klorheksidin glukonat (Savlon)
Chlorinated lime dan asam borak (misal : Eusol)
Klorheksidin glukonat (misal: Hibiscrub, Hibitane)
Kloroksilenol (misal: Dettol)
Heksaklorofen (misal: Phisohex)
Mercury compounds (toksik, tidak dianjurkan sebagai antiseptik
ataupundisinfektan).
Larutan merkuri (seperti mercury lauriel) meskipun sebagai disinfektan
tingkat rendah dapat menyebabkan kelainan pada bayi dan sangat toksik untuk
digunakan sebagai disinfektan atau antiseptik. Beberapa produk yang biasa
digunakan sebagai bahan disinfektaan adalah fenol 1-2% (fenol), asam karbol 5%
(Lysol) dan benzalkonium klorid, aquaternary ammonium compound (Zephiran).
Ini adalah disinfeksi tingkat rendah yang hanya bisa digunakan untuk
dekontaminasi permukaan (lantai dan dinding).2
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyaknya penggunaan alat- alat medis sekarang ini mengakibatkan
semakin dituntutnya proses desinfeksi dan sterilisasi.1 Hal tersebut dikarenakan
alat-alat medis maupun instrumen operasi merupakan sarana yang utama bagi
penyaluran patogen atau mikroorganisme ke dalam tubuh pasien.2
Disinfeksi merupakan suatu proses eliminasi berbagai macam
mikroorganisme patogen (tidak termasuk spora) pada objek yang hidup ataupun
tidak hidup.3 Disinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan metode fisik dan
kimia. Sterilisasi adalah suatu proses dimana dapat membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara fisik, kimia
dan fisiokimia. Kedua proses tersebut merupakan suatu rangkaian dekontaminasi,
dimana suatu usaha untuk menyingkirkan kontaminasi organisme patogen.
Efektivitas sterilisasi membutuhkan waktu, kontak, suhu, dan dengan
sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga
bergantung pada empat faktor lainnya, yaitu jenis mikroorganisme, jumlah
mikroorganisme, jumlah dan jenis materi organik yang melindungi
mikroorganisme tersebut, serta jumlah retakan dan celah pada peralatan sebagai
tempat menempel mikroorganisme.
Setiap metode sterilisasi mempunyai kekurangan dan kelebihan pada
masing-masing instrumen. Begitu pula dalam proses disinfeksi tingkat tinggi yang
merupakan alternatif yang dapat diterima apabila tidak terdapat alat sterilisasi.2
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam makalah ini adalah:
Sebelum melakukan proses sterilisasi harus didahului dengan proses
pencucian yang digunakan untuk menghilangkan kotoran dan material
asing.
Penggunaan metode sterilisasi disesuaikan dengan bentuk dan macam
instrumen yang akan dilakukan proses sterilisasi, karena tidak setiap
instrumen tahan terhadap panas.
19
Pada kondisi tertentu (tempat terpencil) apabila tidak didapatkan alat
sterilisator bisa digunakan proses desinfeksi tingkat tinggi dengan
memperhatikan metode ataupun disinfektan yang akan digunakan.
Beberapa macam disinfektan mempunyai kerugian sebagai karsinogenik
dan bersifat sehingga universal precaution harus tetap diperhatikan.