Asam Fitat Sebagai Senyawa Anti Gizi
description
Transcript of Asam Fitat Sebagai Senyawa Anti Gizi
Tugas Terstruktur Biokimia
ZAT ANTIGIZI & ZAT PEWARNA
Disusun Oleh :
Umi Faza Rokhmah (G1H012026)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU GIZI
PURWOKERTO
2013
ASAM FITAT SEBAGAI SENYAWA ANTI GIZI
Asam fitat adalah suatu mio-inositol 1, 2, 3, 4, 5, 6-heksafosfat
(dihidrogen fosfat) (Oberleas, 1973) yang memiliki fosfor bermuatan negatif yang
besar sehingga asam fitat mampu berikatan dengan banyak kation divalen,
protein, dan pati. Asam fitat ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada
serealia, kacang-kacangan, dan minyak biji-bijian. Pada tanaman serealia dan
minyak biji-bijian, asam fitat terdapat dalam jumlah 1-5% dari berat total dan
menjadi bentuk penyimpanan utama dari fosfor pada tanaman serealia (Liener,
1989). Fungsi utama fitat pada tumbuhan adalah untuk menyediakan fosfor dan
mio-inositol yang dibutuhkan selama masa perkecambahan benih (Markakis,
1977).
(a) (b)
Struktur kompleks fitat-mineral menurut (a) Erdman (1979) dan (b) Scott et al (1982)
Asam fitat dan senyawa fitat dapat mengikat mineral seperti kalsium,
magnesium, seng dan tembaga sehingga berpotensi mengganggu penyerapan
mineral. Selain mengikat mineral, fitat juga bisa berikatan dengan protein
sehingga menurunkan nilai cerna protein bahan . Hal ini menyebabkan
ketersediaan biologis dari zat gizi tersebut menurun. Fitat sulit dicerna karena
kurangnya sistem kerja enzim endogenous yang mampu mengkatalisis hidrolisis
fitat menjadi inositol dan fosfor organik (Muchtadi, 1989). Oleh karena itu asam
fitat dianggap sebagai senyawa antinutrisi. Pada dua dekade terakhir, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa asam fitat memiliki beberapa efek kesehatan,
diantaranya menurunkan risiko kanker.
Kandungan fitat didalam biji-bijian dan kacang-kacangan relatif tinggi.
Defisiensi terjadi jika makanan tersebut rutin dikonsumsi sementara menu
makanan tidak bervariasi (dan sebagian besar berupa pangan serealia dan kacang-
kacangan). Fitat bisa dihidrolisis dengan bantuan asam atau enzim (indigenus atau
eksogenus). Ini sebabnya mengapa proses perkecambahan dan fermentasi (seperti
pada pembuatan tempe) bisa mereduksi kadar fitat didalam bahan.
Asam fitat bersifat larut air sehingga perendaman juga dapat mereduksi kadar
fitat. Kombinasi perendaman dengan pemanasan dan/atau blansir (keduanya
dilakukan sebelum perendaman) akan mereduksi asam fitat dengan lebih efektif.
Pemanasan tidak merusak asam fitat (karena sifatnya tahan panas) tapi
merusak struktur bahan sehingga fitat lebih mudah terekstrak ke air perendam.
Blansir akan meningkatkan suhu bahan (bagian dalam menjadi sekitar 45-60 0C)
yang merupakan suhu optimum aktivitas enzim penghidrolisis fitat yang secara
alami terdapat di dalam bahan. Sehingga, kombinasi pemanasan &/blansir dengan
perendaman akan mereduksi kadar fitat secara signifikan. asam fitat menunjukkan
sifat rakhitogenik yaitu dapat menimbulkan penyakit tulang karena tubuh
kekurangan kalsium. Terbentuknya senyawa fitat-mineral dapat menyebabkan
menurunnya ketersediaan mineral bagi tubuh. Asam fitat juga dapat berikatan
dengan protein membentuk senyawa tidak larut sehingga mengurangi nilai gizi
protein.
ZAT PEWARNA MAKANAN BERBAHAYA
Dewasa ini keamanan penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan
masih dipertanyakan di kalangan konsumen. Sebenarnya konsumen tidak perlu
khawatir karena semua badan pengawas obat dan makanan di dunia secara
kontinyu memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman dikonsumsi. Jika
ditemukan adanya potensi risiko terhadap kesehatan, badan pengawas obat dan
makanan akan mengevaluasi pewarna tersebut dan menyebarkan informasinya ke
seluruh dunia. Pewarna yang terbukti mengganggu kesehatan, misalnya
mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu
kanker, akan dilarang digunakan. Di Indonesia tugas ini diemban oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya.
Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat
pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan. Namun
demikian, penyalahgunaan salah satu zat pewarna tekstil yaitu pewarna tekstil
merah atau Rhodamine B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi
di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa. Biasanya zat tersebut
digunakan pada kerupuk, saus, minuman maupun mie. Para pedagang makanan
menggunakan zat pewarna tekstil tersebut karena faktor keuntungan, dengan biaya
yang murah mereka akan mendapat keuntungan yang lebih. Meskipun, makanan
tersebut berdampak buruk bagi orang lain.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih
terdapat di lapangan. Rhodamin B juga merupakan bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini
digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar
matahari.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat
molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam
makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat
larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan
berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol,
HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya
pada suhu 1650C.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri,
didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak
hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa
anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B
terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen
(Subandi,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur
tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl )
yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan
juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat
warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna
seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol
dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol
diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan
Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin
B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada
Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh
manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat
halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan
karsinogen.
Nama-nama lain dari Rhodamine B adalah sebagai berikut :
Acid Bruliant Pink B
ADC Rhodamine B
Aizen Rhodamine BH
Aizen Rhodamine BHC
Akiriku Rhodamine B
Briliant Pink B
Calcozine Rhodamine BL
Calcozine Rhodamine BX
Calcozine Rhodamine BXP
Cerise Toner
[9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil
ammonium klorida
Cerise Toner X127
Certiqual Rhodamine
Cogilor Red 321.10
Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc
Edicol Supra Rose B
Elcozine rhodamine B
Geranium Lake N
Hexacol Rhodamine B Extra
Rheonine B
Symulex Magenta
Takaoka Rhodmine B
Tetraetilrhodamine
Penggunaan Rhodamine B dalam produk pangan dilarang karena
bersifat karsinogenik kuat, dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati hingga
kanker hati (Syah et al. 2005). Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti
menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan
bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di
atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu
berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal.
Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita
ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah
bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa
tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai
kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh
kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin
sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek
toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada
konsentrasi di atas 30 ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang
berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika
digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin
dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-
bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan
yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan
disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun berbahaya, jika terkena akan
mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.Tanda-tanda dan gejala akut
bila terpapar Rhodamin B :
a. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
b. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
c. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan,
udem pada kelopak mata.
d. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna
merah atau merah muda.
Konsumen sebelum membeli dan mengkonsumsi makanan dan
minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahan pembuatnya,
kehalalannya melalui label makanan yang terdapat di dalam kemasan makanan
tersebut agar keamanan makanan yang dikonsumsi senantiasa terjaga dan Lihat
nomor registrasi keamanan dari BPOM. Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengenali ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B. Adapun cirinya
sebagai berikut :
a. Warna kelihatan cerah (merah menyala), sehingga tampak menarik bila
produk pangan dalam bentuk larutan/minuman warna merah berpendar.
b. Warna tidak pudar akibat pemanasan (akibat digoreng atau direbus).
c. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
d. Baunya tidak alami sesuai makanannya.
e. Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada
kerupuk, es puter).
f. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
g. Harganya Murah