Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

24
ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI BIJI Cucurbita Pepo SEBAGAI ANTI-ULCER MAKALAH KOLOKIUM Oleh : SOIM PANDIANA No. BP 0810413070 Dosen Pembimbing : HASNIRWAN, M.Si NIP. 195306141981031002 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

description

Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Transcript of Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Page 1: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI BIJI Cucurbita

Pepo SEBAGAI ANTI-ULCER

MAKALAH KOLOKIUM

Oleh :

SO’IM PANDIANA

No. BP 0810413070

Dosen Pembimbing :

HASNIRWAN, M.Si

NIP. 195306141981031002

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

Page 2: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI BIJI Cucurbita

Pepo SEBAGAI ANTI-ULCER

MAKALAH KOLOKIUM

Oleh :

SO’IM PANDIANA

No. BP 0810413070

Dosen Pembimbing :

HASNIRWAN, M.Si

NIP. 195306141981031002

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

Page 3: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI BIJI Cucurbita

Pepo SEBAGAI ANTI-Ulcer

So’im Pandiana (0810413070), Hasnirwan, MSi*

*Dosen Pembimbing

ABSTRAK

Penelitian ini menunjukkan tentang isolasi dan karakterisasi dari senyawa

triterpenoid baru yang diekstrak dari biji Cucurbita pepo dan dapat digunakan

sebagai aktifitas antioksidan dan antiulcer. Hasil ekstrak biji tersebut diisolasi

dengan Kromatografi Kolom. Senyawa hasil isolasi dikarakterisasi dengan

menggunakan Spektrometer Inframerah , 1H-NMR,

13C-NMR untuk

mengidentifikasi adanya atom hidrogen dan atom karbon dalam tiap molekul.

Senyawa hasil isolasi adalah triterpenoid tetracyclic yang memiliki kerangka

dasar cucurbitacin ditandai dengan 19-(10→9ß)-abeo-10α-lanost-5-ene. Senyawa

antioksidan yang diisolasi menunjukkan aktivitas maksimum yaitu 72,8 ± 0,15%

dengan metode 2,2-diphenil-1-picryl hydrazyl (DPPH) pada 300 µg mL-1

dibandingkan dengan asam askorbat. Selanjutnya, senyawa ini diuji aktivitasnya

sebagai anti ulcerogenic, dimana ekstrak triterpenoid tersebut menunjukkan

persentase hambatan optimal yaitu pada, 55.7, 67.1 dan 59.1% dengan metode

induksi ulcer Ligasi Pyloric (LP), Water Immersion Stress (WIS) dan NSAID

(Indometasin) dengan dosis 300 µg mL-1

pada tikus. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa senyawa hasil ekstraksi tersebut memiliki potensi aktifitas anti-ulcer dan

antioksidan yang baik serta berpotensi untuk digunakan sebagai zat

antiulcerogenic alami.

Kata kunci : Biji cucurbita pepo, triterpenoid, anti-ulcer, Spektrometer Inframerah, NMR, 2,2-

difenil-1-picril hidrazil

Page 4: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kekuatan jasmani maupun

rohani kepada hamba-Nya sehingga dapat dengan mudah untuk menyelesaikan

makalah Kolokium Kimia yang berjudul “Isolasi Senyawa Triterpenoid sebagai

Anti-Ulcer dari Biji Cucurbita Pepo” yang diambil dari Jurnal Phytochemistry-

India. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup

menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dengan berbagai macam rintangan, baik itu yang

datang dari penyusun sendiri maupun yang datangnya dari luar. Namun dengan

penuh kesabaran terutama dengan adanya pertolongan dari Allah SWT, akhirnya

makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen

Pembimbing Hasnirwan, M.Si yang telah membimbing dengan setulus hati

sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan juga kepada

teman-teman yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi kepada

penyusun hingga selesainya makalah ini.

Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini dibuat masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

demi kesempurnaan dari makalah ini sendiri. Atas kritik dan sarannya penyusun

mengucapkan terima kasih.

Padang, 19 Oktober 2011

Penyusun

Page 5: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................ 2

1.3 Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1 Tinjauan umum Botani labu kuning………………………………...4

2.2. Tinjauan kimia labu Kuning………………………………………..5

2.3 Antioksidan…………………………………………………………6

2.4 DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)……………………………..6

BAB III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 8

3.1. Bahan tumbuhan dan kimia Sampe...................................................8

3.2 Peralatan penelitian.............................................................................9

3.3 Metoda Ekstraksi dan Isolasi……………………………………….9

3.4 Uji Bioaktifitas...................................................................................9

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................13

4.1 Elusidasi Struktur………………………………………………......13

4.2 Uji Bioktivitas………………………………………………………14

4.3 Pembahasan………………………………………...........................16

BAB V. PENUTUP............................................................................................18

5.1 Kesimpulan………………………………………………………...18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

Page 6: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Famili cucurbitaceae umumnya dikenal sebagai famili labu, melon atau secara

umum merupakan tanaman labu yang menjalar yang terdiri dari 118 genus dan

825 spesies yang terdistribusi secara luas di kawasan subtropis (hangat). Tanaman

dari famili ini memiliki manfaat yang banyak dalam bidang obat-obatan dan gizi.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa banyak tanaman famili Cucurbitaceae

seperti Cucurbita pepo dan Trichosanthes Cucumeria menunjukkan kemampuan

aktivitas hepatoprotektif (Sunilson et al., 2009). Curcurbita pepo (labu) juga

merupakan famili Cucurbitaceae (Shah et al., 2010). Tanaman tersebut digunakan

sebagai sayuran untuk konsumsi manusia dan juga digunakan sebagai obat

tradisional (Caili et al., 2006). Biji Cucurbita pepo digunakan dalam terapi

gangguan kelenjar prostat dan kandung kemih (Bombardelli dan Morazoni, 1997).

Cucurbita pepo sudah banyak mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun

terakhir karena kandungan gizi dan kesehatan dari bijinya. Bijinya merupakan

sumber protein yang sangat bagus dan juga memiliki aktivitas farmakologis

seperti antidiabetes, anti jamur dan antioksidan (Atuonwu dan Akobundu, 2010).

Rendahnya kadar lemak yang terkandung dalam biji labu berkaitan dengan kanker

lambung, payudara, paru-paru dan kolorektal pada tingkat yang lebih rendah

(Huang et al., 2004) dan juga dapat digunakan sebagai potensi vermifuge

(Applcquist et al., 2006). Cucurbita maxima (tanaman lain dari family ini)

memiliki ß-sitosterol, beta-karoten dan stigmasterol, yang dianggap sebagai faktor

kontribusi utama terhadap diabetes (Karim dkk, 2011.) Biji dan bagian buah

cucurbits dilaporkan dapat berfungsi sebagai pencuci perut, obat muntah dan

antihelmintics karena kandungan metabolit sekunder cucurbitacin (Bisognin,

2002).

Beberapa cucurbitane dan glikosida hexanorcucurbitane dan jenis lain dari

triterpenoid telah diisolasi dari buah Cucurbita pepo (Ge et al., 2006). Beberapa

fitokimia seperti cucurbitacins, kuguacins telah diisolasi dari tumbuhan rambat

dan daun dari Momordica charantia (Chen et al, 2009.). Beberapa triterpenoid

multiflorane telah diisolasi dari ekstrak biji Trichosanthes kirilowii. Salah satu

Page 7: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

yang paling dominan termasuk karounidiol dan turunan dari 3-O-benzoat

(Akihisa et al., 2001). Namun, tidak ada penelitian yang dilaporkan untuk

konstituen biji Cucurbita pepo. Jadi penelitian ini bertujuan untuk isolasi dari

jenis cucurbitane tipe triterpenoid dari biji Cucurbita pepo yang diikuti oleh

evaluasi potensi anti-ulcer.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian dalam makalah ini adalah untuk mengisolasi dan

mengkarakterisasi senyawa Cucurbitacin D yang diduga sebagai tipe triterpenoid

ditandai dengan 19-(10→9ß)-abeo-10α-lanost-5-ene dari ekstrak biji Cucurbita

pepo.

1.3 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat sebagai potensi aktivitas anti-ulcer yang baik serta

potensi antioksidan dan dapat juga digunakan sebagai zat antiulcerogenic alami

dimasa mendatang.

Page 8: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum Botani labu kuning

Labu Kuning merupakan tanaman yang lunak serta berbulu. Tumbuh menjalar

atau merambat dengan kait pada batangnya dan jarang berkayu. Kait pada ujung

batangnya berbentuk melingkar seperti spiral. Batangnya berwarna hijau muda

dan berbulu halus, serta berakar lekat. Panjang batangnya mencapai lebih dari 5

meter.

Daun tanaman labu kuning merupakan daun tunggal, memiliki pertulangan

daun majemuk menjari. Daunnya menyebar di sepanjang batang. Daun memiliki

bentuk menyerupai jantung dan bertangkai. Pada tanaman Cucurbita pepo, bunga

jantan dan bunga betinanya terpisah dalam satu individu. Bunganya kecil

berwarna kuning, bunga jantan muncul lebih dulu daripada bunga betina. Bunga

tanaman ini memiliki 5 kelopak, pada bagian pangkalnya terdapat gelembung

yang merupakan bakal biji.

Klasifikasi tumbuhan ini adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucurbita

Spesies : Cucurbita pepo

Bentuk buah Cucurbita pepo cukup bervariasi, contohnya Cucurbita pepo

yang terdapat di Jepang mirip labu air atau labu botol, memiliki 2 bulatan di

bagian bawah dan atas. Yang membedakan adalah pada labu botol bulatan di atas

berbentuk hampir bulat penuh, sedangkan pada labu kuning bulatan bagian atas

berbentuk lebih lonjong. Bulatan di bagian atas kecil, sedangkan di bagian bawah

lebih besar. Buah yang masih muda biasa digunakan sebagai sayuran, sedangkan

buah yang tua berkulit keras menjangat. Oleh ahli botani, buah tersebut

digolongkan sebagai buah buni yang keras. Buah yang masih muda berwarna

Page 9: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

hijau dan memiliki bulu-bulu yang halus, yang tua berwarna kuning kecoklatan

seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Buah Labu kuning

Bentuk lain buah Cucurbita pepo menyerupai buah avokad, hanya lebih

besar. Ada yang berkulit halus, berlekuk-lekuk seperti pare, atau bergaris-garis ke

bawah seperti semangka. Di Caifornia, Amerika Serikat, Cucurbita pepo

melopepo berbentuk seperti pisang yang panjang. Daging buahnya mengandung

banyak air seperti buah melon, kulit buahnya berbulu halus. Buah yang masih

muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning.

Cucurbita pepo umumnya memiliki banyak biji yang berbentuk pipih,

bundar telur, sampai bundar memanjang. Bagian ujung membulat, sedangkan

bagian pangkal meruncing. Permukaan biji buram, licin. Umumnya, pada sebelah

permukan terdapat rusuk yang menebal lebih kurang 1 mm pada tepi biji yang

melintasi bagian sempit dari biji. Panjang biji 12 mm sampai 25 mm, lebar 7 mm

sampai 15 mm, tebal di bagian tengah tidak kurang dari 2 mm. Pada irisan

melintang tampak biji kulit sangat tipis pada permukaan datar dari biji dan jelas

menebal pada bagian tepi biji. Kulit biji rapuh dan mudah dikelupas, bagian dalam

berwarna kehijauan, berlekatan dengan inti biji; embrio kecil, terdapat di antara 2

irisan keping biji sempurna, pipih, cembung, kenyal warna putih dan banyak

berisi minyak. Inti biji tanpa endosperma. Cucurbita pepo termasuk tanaman

monokotil dan berakar serabut.

Page 10: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

2.2. Tinjauan kimia labu Kuning

Biji dan bagian buah cucurbits dilaporkan dapat berfungsi sebagai pencuci perut,

obat muntah dan antihelmintics karena kandungan metabolit sekunder

cucurbitacin (Bisognin, 2002). Saat ini berbagai komponen fungsional pada biji

yang dilaporkan oleh Toyama et al. (2008) Cucurbitacins juga memiliki

komponen fungsional penting yang ditemukan dalam Cucurbitaceae dan

merupakan kelompok dari senyawa triterpenoid yang terkenal dengan pahit dan

racunnya. Cucurbits memiliki tingkat oksigenasi yang tinggi, triterpenes

tetracyclic mengandung kerangka cucurbitane yang bercirikan sebagai 19 - (10 →

9ß)-abeo-10a-lanost-5-ena (Chen et al, 2005.).

Beberapa jenis cucurbitacins yang perhatian menarik karena berbagai

aktivitas biologisnya terdapat pada tumbuhan dan hewan. Terutama ditemukan

dalam family cucurbitaceae tetapi juga terdapat dalam beberapa family dari

kingdom tumbuhan lain(Wang et al, 2007.).

Meskipun terkandung toksisitasnya, spesies dari tanaman ini telah

ditemukan dan digunakan selama berabad-abad di berbagai Farmakope. Sejumlah

senyawa dari kelompok ini telah diselidiki untuk sitotoksisitas, hepatoprotektif,

anti-inflamasi dan pengaruh kardiovaskular (Bernard dan Olayinka, 2010).

Cucurbitacins terbagi menjadi dua belas kategori yang berkisar dari cucurbitacins

A ke T. Senyawa cucurbitacins yang berbeda dengan berbagai posisi fungsi

oksigen (Chen et al, 2009.).

Beberapa cucurbitane dan glikosida hexanorcucurbitane dan jenis lain dari

triterpenoid telah diisolasi dari buah Cucurbita pepo (Ge et al., 2006). Beberapa

fitokimia seperti cucurbitacins, kuguacins telah diisolasi dari tumbuhan rambat

dan daun dari Momordica charantia (Chen et al, 2009.). Beberapa triterpenoid

multiflorane telah diisolasi dari ekstrak biji Trichosanthes kirilowii. Salah satu

yang paling dominan termasuk karounidiol dan turunan dari 3-O-benzoat

(Akihisa et al., 2001). Namun, tidak ada penelitian yang dilaporkan untuk

konstituen biji Cucurbita pepo. Jadi penelitian ini bertujuan untuk isolasi dari

jenis cucurbitane tipe triterpenoid dari biji Cucurbita pepo yang diikuti oleh

evaluasi potensi anti-ulcer.

Page 11: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

NO2N

NO2

NO2

N.

2.3 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen

reaktif . Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin

meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang

peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,

arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan

dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat)

reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus

penyakit-penyakit di atas.

Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil

terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses

kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri

makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta

mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi merupakan

salah satu faktor yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam

penyimpanan dan pengolahan makanan. Antioksidan tidak hanya digunakan

dalam industri farmasi, tetapi juga digunakan secara luas dalam industri makanan,

industri petroleum, industri karet dan sebagainya

2.4 DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

DPPH umumnya tidak bewarna, namun radikal DPPH adalah bewarna ungu.

Gambar 2. Struktur kimia dari 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil

Radikal DPPH merupakan radikal yang stabil, karena sebagai radikal

senyawa ini terdelokalisasi panjang. Karena berupa radikal yang stabil, maka

DPPH dapat digunakan untuk menangkap radikal lain dan bereaksi sebagai

Page 12: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

penghambat proses reaksi radikal selanjutnya. Sebagaimana dijelaskan seperti

gambar berikut :

NO2N

NO2

NO2

N NO2N

NO2

NO2

N

H

H R.

+ + R.

Gambar 3. Reaksi radikal bebas

Proses pengujian radikal DPPH, yang mana bisa digunakan untuk

menghitung kapasitas antioksidatif dari senyawa yang diekstrak. Radikal DPPH

berwarna ungu/ violet sehubungan dengan adanya elektron yang tidak

berpasangan pada nitrogen, dan setelah bereaksi dengan spesies lain (seperti atom

oksigen) maka radikal akan direduksi membentuk DPPH-H (2,2-Diphenyl-1-

picrylhydrazin) yang memberikan warna kuning (Trilaksani, W., 2003).

Ada tiga langkah reaksi antara DPPH dengan zat antioksidan, dicontohkan

dengan senyawa monofenolat. Langkah pertama meliputi delokalisasi, dimana

satu elektron pada gugus yang tersubstitusi para dari senyawa tersebut, kemudian

memberikan atom hidrogen untuk mereduksi DPPH. Langkah berikutnya meliputi

dimerisasi antara dua radikal fenoksil, yang akan mentransfer radikal hidrogen

yang akan bereaksi kembali dengan radikal DPPH. Langkah terakhir adalah

pembentukan dari komplek antara radikal aril dengan radikal DPPH.

Page 13: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Bahan tumbuhan dan kimia

Biji dibeli dari Baoli Khari (pasar rempah-rempah) Delhi (India) pada bulan

Agustus 2009. Biji yang terlihat sehat dipilih untuk otentikasi dan dengan nomor

voucher spesimen 0357 disimpan di Jurusan Ilmu Lingkungan dan Tumbuh-

tumbuhan, Guru Nanak Dev University, Amritsar (India). Biji dibersihkan, dicuci,

dikeringkan pada temperature rendah dan dihaluskan.

Bahan kimia yang digunakan adalah n-heksana, metanol dan silika gel.

Semua reagen kimia yang digunakan diperoleh dari perusahaan yang berbeda (

Loba Chem, Mumbai and Merck Limited, Mumbai ).

3.2 Peralatan penelitian

Rotary evaporator, pipa kapiler, plat KLT , kolom kromatografi, melting point,

spektroskopi ultraviolet, Spektrum IR dilakukan oleh Bruker IR

Spectrophotometer. 1H NMR dan

13C NMR spektra direkam pada 400 MHz pada

instrumen 400F AC Bruker.

3.3 Metoda Ekstraksi dan Isolasi

Biji labu kuning yang telah dihaluskan diekstraksi selama 72 jam dengan metanol

pada suhu kamar. Pelarut itu disaring dan residu direndam lagi dengan pelarut

segar. Kedua pelarut digabungkan dan dipekatkan pada tekanan rendah pada

evaporator rotary (Heidolph) pada 40 ° C. Filtrat yang telah dipekatkan disuspensi

dalam air suling dan dipartisi berturut-turut dengan heksana. Lapisan air

dipisahkan dan dipekatkan pada water bath. Ekstrak kasar yang digunakan untuk

isolasi.

Isolasi dilakukan dengan kolom kromatografi. Ekstrak metanolik (2 mL)

dicampur dengan 5 g gel silika (60-120 mesh). Kemudian campuran diuapkan

sampai kering di evaporator rotary pada 40 ° C. Wol kapas digunakan sebagai

support untuk kolom. Kolom dikemas dengan metode kemasan basah. Pertama,

bubur adsorben disiapkan dalam pelarut yang sama yang sedang digunakan dalam

proses kromatografi. Bubur ini ditambahkan ke kolom secara bertahap sampai

kira-kira dua pertiga dari tinggi kolom dan kemudian campuran sampel itu dimuat

Page 14: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

di atas. Metode elusi gradien dilakukan. Pertama kolom dielusi dengan pelarut

yang kepolarannya rendah, yaitu hexan. Kemudian kolom dielusi dengan sistem

pelarut dengan polaritas meningkat seperti heksana: etil asetat (99:1), heksana: etil

asetat (98:2) dan heksana: etil asetat (97:3) dan sebagainya. Profil Kromatografi

Lapisan Tipis dilakukan secara bersamaan dalam sistem pelarut yang tepat. Fraksi

nilai Rf sama dikumpulkan dan dipekatkan. Fraksi dielusi menjadi sasaran profil

KLT lagi. Fraksi memberikan noda tunggal di TLC dianggap murni. Selanjutnya

fraksi ini digunakan untuk karakterisasi senyawa dengan menggunakan IR, 1H-

NMR dan 13

C-NMR. Triterpenoid cucurbitane yang telah dievaluasi lebih lanjut

untuk menguji kemampuan antioksidan dan anti-ulcernya.

Karakterisasi senyawa : Empat fraksi F1, F2, F3 dan F4 dikumpulkan dan

disubjekkan untuk uji Liebermann-Buchard itu. Fraksi F1 memberikan tes positif

yang menunjukkan adanya triterpenoid dan fraksi itu selanjutnya digunakan untuk

karakterisasi menggunakan IR, 1H-NMR dan

13C-NMR.

3.4 Uji Bioaktivitas

DPPH scavenging aktivitas radikal adalah metode yang digunakan untuk

menguji aktivitas antioksidan tetapi metode yang paling banyak digunakan adalah

mereka yang melibatkan generasi spesies radikal bebas yang kemudian

dinetralkan oleh zat antioksidan. Kegiatan pembilasan radikal bebas dari

triterpenoid yang terisolasi ditentukan dengan menggunakan metode 1,1-difenil-2

picryl-hydrazyl (DPPH) (Sreejayan dan Rao, 1996).

Bentuk percobaan induksi ulcer lambung untuk Pilorik Ligasi (PL): Hewan

dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 tikus.

Kelompok I : Pemberian tempat ( garam normal 0,9% w/v, p.o.) 1 jam

sebelum hari percobaan pada pylorus ligasi

Kelompok II : Kelompok yang berpura-pura dilakuan cara pembedahan tanpa

pirolus ligasi

Kelompok III : Kelompok yang berpenyakit untuk induksi ulcer dilakukan

pylorus ligasi

Kelompok IV : Pemberian standar (ranitidin 50 µg kg-1

, p.o.) 1 jam sebelum hari

percobaan pada pylorus ligasi

Page 15: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Kelompok V : Pemberian triterpenoid terisolasi (150 µg kg-1

, p.o.) 1 jam

sebelum hari percobaan pada pylorus ligasi

Kelompok VI : Pemberian triterpenoid terisolasi (300 µg kg-1

, p.o.) 1 jam

sebelum hari percobaan pada pylorus ligasi

Pilorus Ligasi sesuai dengan metode Shay dkk. (1945) dan Bose et al.

(2003).

Bentuk percobaan induksi ulcer lambung untuk water immersion strees

(WIS): Hewan dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 tikus.

Kelompok I : Pemberian tempat (garam normal 0,9% w/v, p.o.) 1 jam

sebelum WIS

Kelompok II : Kelompok yang berpenyakit untuk induksi ulcer lambung

dilakukan WIS

Kelompok III : Pemberian standar (ranitidin 50 µg kg-1

, p.o.) 1 jam sebelum

WIS

Kelompok IV : Pemberian triterpenoid terisolasi (150 µg kg-1

, p.o.) 1 jam

sebelum WIS

Kelompok V : Pemberian triterpenoid terisolasi (300 µg kg-1

, p.o.) 1 jam

sebelum WIS

Tikus-tikus itu tidak makan selama 24 jam sebelum dilakukannya percobaan

dan uji sampel diberikan 1 jam sebelum diberikannya tekanan. Tikus-tikus

dikurung dalam kandang yang bertekanan dan kemudian direndam ke tingkatan

xiphoid dalam penangas air pada 23 ± 0,2 ° C selama 4 jam (Hayase dan

Takeuchi, 1986). Setelah 4 jam hewan sudah dibunuh dan menjadi korban. Perut

setiap hewan dipindahkan dan dipotong agar terbuka lebar dan ditempelkan pada

papan kayu setelah dicuci dengan air keran. Kemudian indeks colitis dan

persentasi pencegah ulcer dihitung.

Bentuk percobaan untuk model NSAID (Indometasin) induksi ulcer (NIU):

Hewan dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 tikus.

Kelompok I : Pemberian tempat (garam normal 0,9% w/v, p.o.) 30 menit

sebelum induksi ulcer Indometasin

Page 16: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Kelompok II : Kelompok berpenyakit diberikan Indometasin (25 µg kg-1

, p.o)

untuk induksi ulcer lambung

Kelompok III : Pemberian standar (ranitidin 50 µg kg-1

, p.o.) 30 menit sebelum

induksi ulcer Indometasin

Kelompok IV : Pemberian triterpenoid terisolasi (150 µg kg-1

, p.o.) 30 menit

sebelum induksi ulcer Indometasin

Kelompok V : Pemberian triterpenoid terisolasi (300 µg kg-1

, p.o.) 30 menit

sebelum induksi ulcer Indometasin

Garam normal, ranitidin, triterpenoid yang terisolasi diberikan secara oral

dan 30 menit kemudian Indometasin diberikan untuk semua kelompok. Enam jam

kemudian, hewan-hewan itu dibunuh dengan memotong kepala. Isi Perut

dikeluarkan, dibuka semuanya isinya dan dicuci dengan air keran untuk

menghilangkan isi lambung dan diperiksa di bawah mikroskop persegi-grid

dengan lensa mata untuk melihati pembentukan ulcer. Untuk masing-masing

perut, semua area ulserasi diukur mm2 dan dihitung indeks ulcer masing-masing

lambung (Dengiz dan Gursan, 2005).

Penilaian perubahan volume lambung dan aktifitas bebas dan aktifitas total

dalam model PL: Setelah empat jam proses Ligasi, perut dibedah dan isinya

dikumpulkan dalam silinder untuk mengukur volume isi lambung. Isi lambung

disentrifugasi dan digunakan untuk pengukuran nilai titrasi keasaman bebas dan

total. Satu mL cairan supernatan dipipet dan diencerkan sampai 10 mL dengan air

suling. Larutan dititrasi oleh NaOH 0,01 N dengan menggunakan reagen Töpfer

(Sachin dan Archana, 2009) sebagai indikator, titik akhirnya ketika larutan

berubah menjadi warna orange. Volume NaOH yang terpakai digunakanl sebagai

nilai angka keasaman bebas. Selanjutnya titrasi dilakukan dengan menambahkan

1% fenolftalein sampai larutan yang diperoleh berwarna pink. Volume NaOH

yang diperlukan dicatat dan digunakan sebagai nilai angka keasaman total. Jumlah

dari kedua titrasi adalah angka keasaman total (Rajkapoor et al., 2002).

Keasaman dinyatakan sebagai:

Page 17: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Penilaian perubahan indeks ulseratif lambung dalam model PL, WIS, NIU:

Indeks ulseratif diukur dengan metode Takagi et al. (1969).

Analisis statistik: Semua hasilnya dinyatakan sebagai nilai standar kesalahan

rata-rata (SEM). Data statistik dianalisis dengan cara Analisis of Varians

(ANOVA) diikuti oleh beberapa tes Tukey dengan menggunakan perangkat lunak

Sigmastat Versi-2.0. Nilai p <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

Gambar 4. Struktur senyawa Cucurbitacin D

Gambar 5. Struktur senyawa Triterpenoid

Page 18: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Elusidasi Struktur

Pada IR spektroskopi menunjukkan puncak karakteristik seperti table dibawah ini.

Puncak karakteristik (cm-1) Senyawa

3207 gugus OH

2928 vibrasi =C-H

2833 vibrasi –C-H

1514 vibrasi dari C=C

1720 vibrasi C=O

1023 vibrasi dari C-O

Jadi, senyawa hasil isolasi menunjukkan kelompok keton dan alkohol.

Spektroskopi resonansi magnet inti, pada C-NMR menunjukan 29 karbon

yang terdiri dari 7 atom karbon primer, 6 atom karbon sekunder, 6 atom karbon

tersier, 4 atom karbon kuarterner, 4 atom karbon alkena, dan 2 atom karbon

keton.

13C NMR ( 400 MHz, CDCl3 ): δ 19,88, 21,25, 24,08, 24,31, 25,55, 28,25,

28,92, 30,31, 31,46, 31,55, 33,86, 36,25, 36,54, 38,27, 39,78, 41,49, 42,43, 45,75,

49,15, 51,82, 56,89, 57,78, 71,91, 124,73, 124,84 (C=C), 129,39, 129,56 (C=C),

139,72 (C=O), 141,67 (C=O).

O

HO

OOH

7 atom karbon alkana primer

6 atom karbon alkana sekunder

6 atom karbon alkana tersier

4 atom karbon alkana kuarterner

4 atom karbon alkena

2 atom karbon keton

Keterangan

OH

Page 19: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

1HNMR (400 MHz, CDCl3): δ 0.66-1.18 (m, 21H, -CH3), δ 1.22-1.48 (m, 4H,

H7, H8, H9, H10), δ 1.49-1.59 (m, 5H, H3, H11, H18, H19, H20), δ 1.81-1.87 (m, 3H,

H2, H4, H5), δ 1.98-2.29 (m, 5H, H12, H13, H15, H16, H17), δ 3.55 (m, 1H, H14), δ

5.12-5.19 (brs, 3H, -OH), δ 5.33-5.34 (s, 2H, H1,H2).

O

HO

CH3

O

CH3

H3C

CH3

CH3

OH

H3C

H3C

OH

H

H

H

H

H H

H

H

H

H H

H

H

H

H

H H

HH

H

0,66-1,18 (21 H)

1,22-1,48 (4 H)

1,49-1,59 (5 H)

1,81-1,87 (3 H)

1,98-2,29 (5 H)

3,55 (1 H)

5,12-5,19 (3 H)

5,33-5,34 (2 H)

4.2 Uji Bioktivitas

Triterpenoid ini dievaluasi lebih lanjut untuk uji antioksidan dan potensi anti ulcer

pada berbagai jenis tikus. Persentase pencarian DPPH adalah 72,8% pada 300 µg

mL-1

sebagai pembanding dengan standar (asam askorbat) (Tabel 1). Pada tikus

Pilorik Ligasi, ada peningkatan volume lambung, keasaman bebas dan keasaman

total dan indeks ulseratif dibandingkan dengan kelompok palsu. Triterpenoid

menunjukkan penurunan sekresi lambung, keasaman bebas dan keasaman total

dan indeks ulserativa. Tapi hanya dosis tertinggi yaitu, 300 µg kg-1

menunjukkan

penurunan yang signifikan dalam parameter di atas yang sebanding dengan

standar obat ranitidin (Tabel 2). Hal ini menyebabkan penghambatan 39,1 dan

Page 20: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

55,7% dari ulcer pada dosis 150 dan 300 µg kg-1

, masing-masing dalam model

PL.

Table 1 : Persentasi pencarian dari radikal DPPH

Konsentrasi. Extrak (µg mL-1)

Persentasi pencarian dari radikal DPPH

Triterpenoid Asam Askorbat

100 50.4±0.12 61.45±0.01

200 65.2±0.06 70.75±0.01

300 72.8±0.15 83.59±0.01

Nilai rata-rata dari ketiga percobaan dan direpresentasikan sebagai rata ± SEM

Tabel 2 : Pengaruh triterpenoid terisolasi pada sekresi lambung, keasaman bebas

dan keasaman total di Ligasi Pilorus ulcer lambung yang diinduksi pada tikus

Kel Pengobatan Dosis

(µg mL-1)

Vol lambung

(µg mL-1) Keasaman bebas

Keasaman

total

I Normal - 1.21±0.28 26.78±0.28 59.96±1.19

II Pura2 - 1.29±0.78 25.67±0.78 57.55±1.89

III Penyakit - 3.26±0.23a 64.54±0.33a 102.45±1.14a

IV Ranitidine 50 1.35±0.89b 29.36±0.67b 69.36±0.92b

V Triterpenoid 150 2.51±0.56ac 50.12±0.47ac 83.19±0.31ac

VI Triterpenoid 300 1.91±0.67b 38.35±0.38b 78.83±0.42b

Nilai rata-rata ±SEM, n = 6 hewan dalam setiap kelompok, ap < 0.05 dibandingkan dengan

kelompok yang pura-pura. bp < 0.05 dibandingkan dengan kelompok penyakit, cp < 0.05

dibandingkan dengan kelompok yang diobati dengan ranitidine.

Tabel 3 : Pengaruh triterpenoide terisolasi pada indeks colitis dan persentase

hambatan dalam PL, WIS, dan NSAID yang diinduksi pada ulcer lambung pada

tikus.

Kel Perlakuan Dosis

Index Ulcerative Persentase inhibisi

PL WIS NIU PL WIS NIU

I Normal - 00±0.00 00±0.00 00±0.00 0.0 0.0 0.0

II Pura2 - 00±0.00 00±0.00 00±0.00 -- -- --

III Penyakit - 5.31±0.01a 5.77±0.01a 6.07±0.01a 0.0 0.0 0.0

IV Ranitidine 50 1.83±0.01b 1.36±0.01b 1.85±0.01b 65.5 76.4 69.5

V MEBH 150 3.23±0.01ac 2.76±0.01ac 3.26±0.01ac 39.1 52.1 46.3

VI MEBH 300 2.35±0.01b 1.90±0.01b 2.48±0.01b 55.7 67.1 59.1

Page 21: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Nilai rata-rata ±SEM, n = 6 hewan dalam setiap kelompok, ap < 0.05 dibandingkan dengan

kelompok yang pura-pura, bp <0,05 dibandingkan dengan kolom masing-masing kelompok PL

dan WIS, cp <0,05 dibandingkan dengan kelompok yang diobati dengan ranitidin. PL : Pilorus

Ligasi, WIS : Water Immersion Stress, NSAID : Non-steroidal anti-inflammatory drug

Dalam model induksi ulcer Water Immersion Stress triterpenoid

menunjukkan penurunan indeks ulseratif tetapi hanya dosis tertinggi yaitu, 300 µg

kg-1

menunjukkan penurunan yang signifikan yang sebanding dengan ranitidin

obat standar (Tabel 3). Hal ini menyebabkan penghambatan 52,1 dan 67,1% dari

ulcer pada dosis 150 dan 300 µg kg-1

, masing-masing dalam mode induksi WIS

(Tabel 3).

Prapengobatan dengan ekstrak Cucurbita pepo, secara signifikan (p <0,01)

mengurangi volume sekresi lambung 1.35±0.89, 2.51±0.56 dan 1.91±0.67

masing-masing pada dosis 50, 150 dan 300 µg kg-1

. Selain itu, keasaman total dan

keasaman bebas juga berkurang secara signifikan (p <0,01) tergantung dengan

cara mengobatinya. Setelah diamati bahwa pylorus ligasi menyebabkan ulserasi

lambung dan prapengobatan dengan ekstrak Cucurbita pepo dapat menguranginya

secara signifikan (p <0,01) tergantung dengan cara mengobatinya. Perlindungan

lambung dapat ditawar oleh uji ekstrak dibandingkan dengan Ranitidin obat

standar. Dalam model induksi ulcer NSAID (Indometasin) triterpenoid

menunjukkan penurunan indeks ulseratif tetapi hanya dosis tertinggi yaitu, 300 µg

kg-1

menunjukkan penurunan yang signifikan yang sebanding dengan ranitidin

obat standar (Tabel 3). Hal ini menyebabkan penghambatan 46,3 dan 59,1% dari

ulcer pada dosis 150 dan 300 µg kg-1

, masing-masing dalam model induksi ulcer

NSAID (Indometasin).

4.3 Pembahasan

Cucurbitacin B merupakan hasil isolasi dari buah-buahan dan akar Trichosanthes

kirilowii Maximowicz (family Cucurbitaceae). Secara alami terjadinya

cucurbitacin adalah sterol yang mengandung terpena sitotoksik kerangka

cucurbitane ditandai dengan 19-(10→9ß)-abeo-10a-lanost-5-ene. Cucurbitacin ini

menunjukkan kedua aktivitas antiproliferatif dan sitotoksik antikanker baik in

vitro dan in vivo (Yin dkk., 2008). Trinorcucurbitane triterpen baru diisolasi dari

ekstrak metil alkohol dari batang Momordica charantia (Chen et al., 2010).

Page 22: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

Senyawa terisolasi adalah triterpenoid tetrasiklik. Ini memiliki kerangka

dasar cucurbitacin 19 - (10 → 9ß)-abeo-10α-lanost-5-ene. Strukturnya mirip

dengan cucurbitacins yang diisolasi dari berbagai tanaman famili Cucurbitaceae

seperti cucurbitacin D (Gambar 2). Senyawa terisolasi berbeda dari cucurbitacin D

sehubungan dengan kelompok keton, ikatan rangkap dan gugus OH pada C-24.

Triterpenoid ini dievaluasi lebih lanjut untuk aktifitas antioksidan dan

antiulcer secara in vivo pada model induksi ulcer Ligasi Pilorus, WIS dan NSAID.

Secara langsung ulcer indeks parameter digunakan untuk evaluasi aktifitas anti-

ulcer sejak pembentukan ulcer yang berkaitan dengan faktor-faktor seperti volume

lambung, keasaman bebas dan total (Khayum et al., 2009). Pembentukan ulcer

pada masing-masing model terjadi dengan mekanisme yang berbeda. Oleh karena

itu, tidak mungkin bila dilakukan dengan sebuah mekanisme tunggal untuk efek

antiulcer. Refleks atau pengaruh neurogenik juga berperan penting dalam

pembentukan ulcer lambung dalam model ini (Goswani et al., 1997). Dalam

model induksi ulcer WIS yang terbentuk sebagai akibat gangguan sekresi

lambung, perubahan pada mikrosirkulasi mukosa lambung dan motilitas lambung

yang abnormal (Kitagawa et al., 1979). Hal ini telah disarankan bahwa spesies

oksigen aktif kemungkinan terlibat dalam kerusakan mukosa lambung dari

patogenesis (Szelenyi dan Brune, 1988). Triterpenoid yang diisolasi menunjukkan

efek induksi anti-ulcer tergantung dosis dalam model Ligasi Pilorus, WIS dan

indometasin.

Tekanan induksi menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan

mukosa dan perubahan enzim antioksidan (Das dan Banerjee, 1993). Akibatnya,

beberapa binatang (tikus) memiliki radikal yang menunjukkan efek perlindungan

terhadap cedera mukosa yang disebabkan oleh spesies oksigen aktif (Oka et al.,

1991). Penurunan indeks colitis menunjukkan kemampuan senyawa untuk

melindungi mukosa lambung terhadap radikal bebas yang dimediasi oleh

kerusakan jaringan. Tindakan ini dari triterpenoid yang diisolasi mungkin melalui

mekanisme radikal bebas binatang tersebut.

Page 23: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil isolasi dan karakterisasi

senyawa Cucurbitacin D tipe triterpenoid baru yang diekstrak dari biji Cucurbita

pepo memiliki potensi aktifitas anti-ulcer yang baik dan potensi antioksidan yang

nantinya juga dapat digunakan sebagai zat antiulcerogenic alami dimasa

mendatang. Selain itu tanaman family Cucurbita pepo juga termasuk tanaman

yang sudah tersebar luas di seluruh dunia yang memiliki daerah subtropis

sehingga mudah untuk didapatkan dan digunakan sebagai zat antiulcerogenik.

Page 24: Kolokium-Isolasi Senyawa Triterpenoid Dari Biji Cucurbita Pepo Sebagai Anti-ulcer

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Tetumbuhan, Tira Pustaka. Jakarta

Bisognin, D.A., 2002. Origin and evolution of cultivated cucurbits. Ciencia Rural,

32: 715-723.

Campbell, N. A., 2000, Biologi, Edisi ke-5, Jilid I, 196. Erlangga. Jakarta.

Huang, X.E., K. Hirose, K. Wakai, K. Matsuo and H. Ito et al., 2004. Comparison

of lifestyle risk factors by family history for gastric, breast, lung and

colorectal cancer. Asia. Pac. J. Cancer Prev., 5: 419-427.

Ilham Kuncahyo, Sunardi. Uji aktifitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi, L) terhadap 1,1-Diphenil-2-picrilhidrazil (DPPH),

Seminar Nasional Teknologi, (2007).

Infotipsgue.blogspot.com

( Gambar labu kuning ).

Kitagawa, H., M. Fjuwara and Y. Osumi, 1979. Effect of water immersion stress

on gastric secreton and mucosal blood flow in rats. Gastroenterology, 77:

298-302.

Rajkapoor, B., R. Anandan and B. Jayakar, 2002. Antiulcer effect of Nigella

sativa Linn. against gastric ulcer in rats. Curr. Sci., 82: 177-179.