BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel...

19
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji yaitu uji alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Uji fitokimia dilakukan terhadap seluruh sampel kering dari 4 bagian tumbuhan Avicennia marina yaitu akar, batang, kulit batang, dan daun. Uji yang dilakukan adalah uji alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. a. Alkaloid Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun Uji alkaloid ini dilakukan dengan menggunakan dua pereaksi, yaitu pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Meyer, indikator positif dari pengujiannya adalah terbentuknya endapan putih setelah ditambahkan pereaksi. Dari Gambar 14, dapat dilihat bahwa tidak terbentuk endapan putih dari keempat sampel yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut negatif mengandung alkaloid. Gambar 15. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Wagner; a) Akar, b) Batang, c) Kulit Batang, d) Daun

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina

Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui

kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji yaitu uji alkaloid,

flavonoid, senyawa fenolik, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid.

Uji fitokimia dilakukan terhadap seluruh sampel kering dari 4 bagian

tumbuhan Avicennia marina yaitu akar, batang, kulit batang, dan daun. Uji yang

dilakukan adalah uji alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, saponin, tanin, dan

steroid/triterpenoid.

a. Alkaloid

Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit

batang, d) Daun

Uji alkaloid ini dilakukan dengan menggunakan dua pereaksi, yaitu pereaksi

Meyer dan pereaksi Wagner. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Meyer, indikator

positif dari pengujiannya adalah terbentuknya endapan putih setelah ditambahkan

pereaksi. Dari Gambar 14, dapat dilihat bahwa tidak terbentuk endapan putih dari

keempat sampel yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut negatif

mengandung alkaloid.

Gambar 15. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Wagner; a) Akar, b) Batang, c)

Kulit Batang, d) Daun

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

26

Pada uji alkaloid dengan pereaksi Wagner, indikator positif ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan coklat merah. Gambar 15 menunjukkan bahwa tidak

satupun sampel menunjukkan terbentuknya endapan coklat merah. Hal ini

menunjukkan bahwa seluruh sampel yang digunakan sama sekali tidak

mengandung senyawa alkaloid.

b. Flavonoid

Uji flavonoid ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam pereaksi, yaitu

HCl pekat dengan serbuk Mg, H2SO4 2N, dan NaOH 10%.

Gambar 16. Hasil Uji Flavonoid dengan Pereaksi HCl dan Serbuk Mg; a) Akar, b)

Batang, c) Kulit batang, d) Daun

Gambar di atas menunjukkan hasil uji flavonoid dengan pereaksi HCl dan

serbuk Mg. Hasil positif dari pereaksi ini ditunjukkan dengan terbentuknya buih

dan perubahan warna larutan menjadi jingga. Dari Gambar 16, dapat dilihat bahwa

tidak satupun sampel yang menunjukkan perubahan warna larutan ataupun

pembentukan buih. Hal ini menunjukkan bahwa flavonoid tidak terdeteksi oleh

pereaksi ini.

Gambar 17. Hasil Uji Flavonoid dengan Pereaksi H2SO4 2N; a) Akar, b) Batang, c)

Kulit batang, d) Daun

Pada Gambar 17, diperlihatkan hasil uji flavonoid dengan pereaksi H2SO4

2N. Indikator positif pada pereaksi ini adalah perubahan warna menjadi kuning,

merah, atau coklat. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada keempat sampel

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

27

tidak terdapat perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa flavonoid tidak

terdeteksi dengan pereaksi ini.

Gambar 18. Hasil Uji Flavonoid dengan Pereaksi NaOH 10%; a) Akar, b) Batang,

c) Kulit Batang, d) Daun

Indikator positif pada uji flavonoid dengan pereaksi NaOH 10% adalah

terbentuknya warna kuning, merah, coklat, atau hijau. Gambar 18 menunjukkan

hasil uji flavonoid dengan pereaksi NaOH 10% dimana dari kiri ke kanan

menunjukkan hasil pada akar, batang, kulit batang, dan daun. Dapat dilihat bahwa

pada akar terbentuk warna hijau, pada batang terbentuk warna kuning, pada kulit

batang terbentuk warna coklat, dan pada daun yang sudah berwarna hijau terlihat

warnanya berubah menjadi sedikit keruh. Hal ini menunjukkan bahwa keempat

sampel tersebut positif mengandung flavonoid.

c. Senyawa Fenolik

Hasil positif dari uji senyawa fenolik ini ditunjukkan dengan perubahan

warna menjadi biru keunguan. Hasil uji fenolik dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Hasil Uji Senyawa Fenolik; a) Akar, b) Batang, c) Kulit Batang, d)

Daun

Pada Gambar 19, dapat dilihat terbentuk warna biru keunguan yang sangat

pekat pada akar (a) dan kulit batang (c). Sedangkan pada batang (b) dan daun (d)

tidak terdapat perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa dari keempat sampel,

sampel yang positif mengandung senyawa fenolik adalah akar dan kulit batang.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

28

d. Saponin

Indikator positif dari uji saponin ini adalah terbentuknya busa yang tetap

stabil setelah dilakukan penambahan 1 tetes HCl 2N. Hasil uji saponin ini dapat

dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Hasil Uji Saponin; a) Akar, b) Batang, c) Kulit Batang, d) Daun

Pada Gambar 20, dapat dilihat bahwa dari keempat sampel, hanya terdapat 2

sampel yang memiliki busa yang cukup stabil setelah ditambahkan HCl 2N. hal ini

menunjukkan bahwa sampel yang positif mengandung saponin adalah akar dan

kulit batang.

e. Tanin

Indikator positif dari uji tanin adalah terbentuknya warna biru tua atau hijau

kehitaman pada sampel. Hasil uji tanin dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Hasil Uji Tanin; a) Akar, b) Batang, c) Kulit Batang, d) Daun

Pada Gambar 21, dapat dilihat pada kulit batang (c) terbentuk warna hijau

kehitaman tetapi tidak begitu pekat. Sedangkan pada daun (d) dilihat bahwa warna

hijau kehitaman yang terbentuk cukup pekat. Pada akar (a) dan batang (b) tidak

terbentuk warna biru tua ataupun biru kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa

sampel yang positif mengandung tanin adalah kulit batang dan daun.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

29

f. Steroid / Triterpenoid

Pada uji steroid/triterpenoid ini, indikator positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna merah untuk triterpenoid, terbentuknya warna biru, hijau, atau

ungu untuk steroid, dan bila positif keduanya, akan terbentuk warna merah yang

berganti dengan warna biru, hijau, atau ungu. Hasil uji ini dapat dilihat pada

Gambar 22.

Gambar 22. Hasil Uji Steroid/Triterpenoid; a) Akar, b) Batang, c) Kulit Batang, d)

Daun

Pada Gambar 22, dapat dilihat bahwa hampir seluruh sampel positif

mengandung steroid. Tetapi dari keempat sampel, hanya batang, kulit batang, dan

daun yang positif mengandung triterpenoid. Pada batang, kulit batang, dan daun

terbentuk warna merah yang kemudian berganti menjadi warna hijau dan biru yang

merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Avicennia marina

Metabolit Sekunder Akar Batang Kulit Batang Daun

Alkaloid

a. Meyer - - - -

b. Wagner - - - -

Flavonoid:

a. HCl Pekat+ Mg - - - -

b. H2SO4 2N - - - -

c. NaOH 10% + + + +

Fenolik + - + -

Saponin + - + -

Tanin - - + +

Steroid + + + +

Triterpenoid - + + +

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa kulit batang positif mengandung hampir

seluruh senyawa yang bersifat antioksidan yaitu flavonoid, fenolik, dan tanin.

Selain kulit batang, bagian Avicennia marina yang memiliki senyawa yang bersifat

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

30

antioksidan adalah daun yang positif mengandung flavonoid dan tanin. Sedangkan

pada batang, senyawa yang bersifat antioksidan hanya flavonoid dan pada akar

terdapat flavonoid dan fenolik. Hasil pengujian ini berbeda dengan Wibowo (2009),

dimana pada hasil pengujiannya didapatkan positif alkaloid dan negatif alkaloid

pada setiap bagian Avicennia marina (Tabel 1). Hal ini dimungkinkan karena lokasi

pengambilan sampel yang berbeda. Kondisi perairan yang berbeda akan

mempengaruhi kandungan senyawa metabolit sekunder dari spesies yang sama.

4.2 Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol teknis. Pelarut

ini dipilih karena kemampuannya dalam menarik komponen-komponen yang ada

pada sampel sangat kuat sehingga dapat menarik seluruh senyawa metabolit

sekunder dari mulai senyawa polar hingga non polar. Perbandingan sampel dengan

pelarut yang digunakan adalah 1:3 dimana sampel yang digunakan sebanyak 30

gram. Maserasi dilakukan selama 2 x 24 jam dan dilakukan sekitar 7-8 kali hingga

filtrat berwarna bening. Evaporasi dilakukan dengan suhu 40oC agar tidak merusak

senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada filtrat. Hasil ekstraksi dan

penghitungan rendemen dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 1.

Tabel 5. Hasil Ekstraksi Avicennia marina

Sampel Berat

Sampel

(gram)

Fitrat

(ml)

Berat

Ekstrak

(gram)

Rendemen

(%)

Warna

ekstrak

Bentuk

Akar 30 gram 412 ml 0,2477

gram

0,8257% Coklat Padatan

Batang 30 gram 697 ml 2,3621

gram

7,8737% Coklat Pasta

Kulit

Batang

30 gram 547 ml 1,2195

gram

4,065% Coklat Pasta

Daun 30 gram 697 ml 2,3648

gram

7,8827% Hijau Padatan

Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi sebesar 7,8827%

yang didapatkan dari sampel daun. Hal ini disebabkan sampel daun yang telah

dihaluskan memiliki tekstur yang sangat halus seperti pasir sehingga

memaksimalkan penarikan senyawa metabolit sekunder oleh pelarut. Sampel daun

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

31

ini pun memiliki warna filtrat yang paling pekat bila dibandingkan dengan sampel

lain. Selain itu filtrat yang didapatkan dari maserasi sampel daun ini pun merupakan

filtrat yang paling banyak dibandingkan sampel yang lain sehingga ekstrak yang

didapatkan dari sampel ini pun lebih banyak dibandingkan sampel yang lain.

4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Avicennia marina

Uji aktivitas antioksidan ini menggunakan metode DPPH, dimana blanko

dibuat dari campuran metanol dan DPPH. Pada uji aktivitas antioksidan ini, setiap

ekstrak dan fraksi yang didapatkan dilarutkan dalam aquades untuk pembuatan

stok. Larutan stok dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm, dimana setelah itu

dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, dan 120 ppm.

Kontrol positif yang digunakan adalah BHT yang dibuat dalam konsentrasi 2 ppm,

4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm. BHT ini merupakan antioksidan sintetis yang umum

digunakan di industry pangan ataupun farmasi. Perhitungan pembuatan larutan stok

ekstrak dan BHT serta perhitungan pengenceran dapat dilihat pada Lampiran 3.

Setelah diencerkan, masing-masing sampel ditambahkan dengan DPPH.

Kemampuan ekstrak dalam menginhibisi DPPH dapat dilihat dengan perubahan

warna yang terjadi setelah penambahan DPPH. Saat DPPH dicampurkan dengan

suatu senyawa yang dapat menyumbangkan atom hidrogennya, maka senyawa

tersebut mengikat atom hydrogen bebas yang ada pada DPPH dan mereduksi warna

ungu dari DPPH tersebut menjadi warna kekuningan (Molyneux 2004).

Selain parameter warna, kekuatan antioksidan dari suatu senyawa juga

dilihat dari nilai IC50. IC50 merupakan parameter kuantitatif berupa konsentrasi

dimana suatu senyawa dapat menghambat 50% dari radikal bebas DPPH

(Molyneux, 2004).

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

32

Gambar 23. Ekstrak akar (a), ekstrak batang (b), ekstrak kulit batang (c), ekstrak

daun (d), kontrol positif BHT (e)

Dari Gambar di atas, dapat dilihat perubahan warna pada ekstrak kulit

batang (Gambar 23..c) sangat jelas. Perubahan warna tersebut bahkan tidak jauh

berbeda dengan kontrol positif BHT (Gambar 23.e). Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak kulit batang memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menginhibisi

DPPH. Sedangkan untuk ekstrak akar, dapat terlihat bahwa warna ungu dari DPPH

masih lebih pekat bila dibandingkan dengan ekstrak yang lainnya. Kemampuan

ekstrak dalam menginhibisi DPPH pun ditentukan pada nilai IC50 yang dapat dilihat

pada Tabel 6. Penghitungan kemampuan inhibisi dan nilai IC50 dapat dilihat pada

Lampiran 4 dan Lampiran 6.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

33

Tabel 6. Hasil uji aktivitas antioksidan dari ekstrak

Sampel Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi Inhibisi

(%)

IC50

(ppm)

Blanko 1,084

Akar 30 0,815 24,815 262,366

ppm 60 0,685 36,808

90 0,723 33,303

120 0,702 35,240

Batang 30 0,437 59,686 83,463

ppm 60 0,523 51,753

90 0,574 47,048

120 0,579 46,587

kulit batang 30 0,433 60,055 5,927

ppm 60 0,393 63,745

90 0,402 62,915

120 0,432 60,148

Daun 30 0,548 49,446 10,419

ppm 60 0,569 47,509

90 0,550 49,262

120 0,588 45,756

BHT 2 0,585 46,033 2,547

ppm 4 0,467 56,919

6 0,413 61,900

8 0,391 63,930

Dari nilai IC50 yang ditunjukkan pada Tabel 7 diketahui bahwa ekstrak kulit

batang memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik bila dibandingkan dengan

ekstrak yang lainnya. Berdasarkan kategori kekuatan antioksidan (Tabel 6), ekstrak

kulit batang termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50

sebesar 5,927 ppm. Selain ekstrak kulit batang, ekstrak daun pun termasuk ke dalam

kategori antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 10,419 ppm. Ekstrak

batang termasuk ke dalam kategori antioksidan kuat dengan IC50 sebesar 83,449

ppm, sedangkan ekstrak akar dengan IC50 sebesar 262,366 ppm termasuk ke dalam

kategori antioksidan lemah. Kekuatan aktivitas antioksidan dari masing-masing

ekstrak tersebut dipengaruhi oleh kandungan senyawa metabolit sekundernya.

4.4 Uji Total Fenol Ekstrak Avicennia marina

Uji total fenol ini dilakukan untuk mengetahui total kandungan senyawa

fenolik yang ada pada ekstrak dan fraksi. Total kandungan senyawa fenol ini akan

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

34

digunakan untuk mengetahui senyawa apa yang memiliki pengaruh tinggi dalam

aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel. Uji total fenol pada ekstrak

Avicennia marina ini dilakukan pada seluruh sampel yaitu akar, batang, kulit

batang, dan daun. Hasil uji total fenol pada ekstrak ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil uji total fenol pada ekstrak Avicennia marina

Sampel Total fenol (%)

Akar 6,93%

Batang 0,52%

Kulit Batang 7,81%

Daun 0,40%

Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki senyawa fenol

terbanyak adalah kulit batang yaitu 7,80%. Ekstrak akar pun mengandung senyawa

fenol yang tinggi yaitu 6,92%. Sedangkan dari ekstrak batang dan daun yang dari

uji fitokimia (Tabel 4) diketahui tidak mengandung senyawa fenolik, didapatkan

hasil total fenol sebanyak 0,52% dan 0,40%.

Senyawa fenolik yang tinggi ini yang menyebabkan aktivitas antioksidan

pada ekstrak kulit batang tinggi. Ekstrak kulit batang ini juga mengandung tanin

yang memiliki sifat antioksidan dan triterpenoid yang memiliki rantai OH, dimana

OH tersebut berperan dalam menyumbang elektron kepada pasangan elektron bebas

pada DPPH sehingga DPPH menjadi stabil. Pada ekstrak batang, aktivitas

antioksidan didapatkan bukan dari senyawa fenolik karena hasilnya yang kecil

(0,52%), selain itu pada uji fitokimia (Tabel 4) pun tidak terdeteksi adanya senyawa

fenolik. Senyawa antioksidan yang diketahui terkandung pada ekstrak batang

adalah flavonoid, sehingga kemungkinan besar aktivitas antioksidannya didapatkan

dari senyawa flavonoid. Untuk ekstrak akar, senyawa fenolik yang terkandung

cukup tinggi (6,92%), tetapi kemungkinan senyawa antioksidan lain yang

terkandung pada ekstrak akar, yaitu flavonoid sangat sedikit, sehingga aktivitas

antioksidannya pun rendah. Pada ekstrak daun, total fenolnya merupakan yang

terkecil (0,40%), tetapi aktivitas antioksidannya sangat tinggi. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh metabolit sekunder lainnya yaitu flavonoid, tanin, dan triterpenoid.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

35

BHT sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 2,547 ppm dan

termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat. Dalam penelitian Handayani

(2013) pun, BHT memiliki aktivitas antioksidan yang sangan tinggi dengan IC50

sebesar 3,17 ppm. Hal ini sesuai karena BHT merupakan antioksidan sintesis yang

paling lazim digunakan di dunia farmasi dan pangan.

4.5 Fraksinasi

Fraksinasi dilakukan pada sampel yang memiliki aktivitas antioksidan

tertinggi, dimana aktivitas antioksidan tertinggi dimiliki oleh kulit batang. Ekstrak

kulit batang yang digunakan sebanyak 1 gram. fraksinasi dilakukan sebanyak 2 kali

pada masing-masing pelarutnya. Fraksi n-heksan dan etil asetat yang didapatkan

berwarna hijau (Gambar 24a dan 24b), sedangkan fraksi n-butanol berwarna coklat

(Gambar 24c).

Gambar 24. n-heksan dan aquades (a), etil asetat dan aquades (b), n-butanol dan

aquades(c)

Pada penguapan pelarut n-heksan dan etil asetat, suhu yang digunakan

adalah 50oC untuk mencegah rusaknya senyawa metabolit yang ada pada filtrat.

Sedangkan untuk pelarut n-butanol digunakan suhu 90oC agar pelarut dapat

menguap dengan optimal. Hasil fraksinasi dan penghitungan rendemen fraksi dapat

dilihat di Tabel 8 dan Lampiran 2.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

36

Tabel 8. Hasil Fraksinasi Ekstrak Kulit Batang Avicennia marina

Sampel Pelarut filtrat fraksi (ml) berat fraksi

(gram)

Rendemen

1 2

ekstrak

kulit

batang

(1 gram)

n-heksan (20 ml) 21 ml 22 ml 0,1308 gram 13,08%

Etil asetat (20

ml)

18 ml 21 ml 0,1685 gram 16,85%

n-butanol (20

ml)

19 ml 22 ml 0,3558 gram 35,58%

Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa fraksi dengan rendemen terbanyak

(35,58%) didapatkan dari pelarut n-butanol. Hal ini menunjukkan, bahwa

kemungkinan besar dalam kulit batang Avicennia marina terkandung banyak

senyawa yang bersifat polar, baik itu memiliki sifat antioksidan atau tidak. Pada

pelarut etil asetat, rendemen yang didapatkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan

n-heksan. Hal ini dikarenakan pelarut etil asetat memiliki kemampuan untuk

menarik senyawa yang bersifat polar dan non polar.

4.6 Uji Fitokimia Fraksi Avicennia marina

Fraksi Avicennia marina yang diuji merupakan fraksi n-heksan, etil asetat,

dan n-butanol yang didapat dari hasil fraksinasi ekstrak kulit batang. Uji fitokimia

dilakukan pada fraksi ini untuk mengetahui senyawa apa saja yang terkandung pada

fraksi sehingga dapat diketahui senyawa apa yang berpengaruh terhadap aktivitas

antioksidan dari fraksi.

a. Alkaloid

Gambar 25. Hasil uji alkaloid pada fraksi dengan pereaksi Meyer (atas) dan Wagner

(bawah)

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

37

Pada uji alkaloid ini, dapat dilihat dari Gambar 25 bahwa baik dari pengujian

yang menggunakan pereaksi Meyer ataupun pereaksi Wagner tidak terbentuk

endapan pada semua sampel Hal ini menunjukkan bahwa seluruh sampel yang

digunakan sama sekali tidak mengandung senyawa alkaloid.

b. Flavonoid

Uji flavonoid ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam pereaksi, yaitu

HCl pekat dengan serbuk Mg, H2SO4 2N, dan NaOH 10%.

Gambar 26. Hasil uji flavonoid pada fraksi dengan pereaksi HCl dan serbuk Mg; ;

a) n-heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Gambar di atas menunjukkan hasil uji flavonoid dengan pereaksi HCl dan

serbuk Mg. Hasil positif dari pereaksi ini ditunjukkan dengan terbentuknya buih

dan perubahan warna larutan menjadi jingga. Dari Gambar 26, dapat dilihat bahwa

tidak satupun sampel yang menunjukkan perubahan warna larutan ataupun

pembentukan buih. Hal ini menunjukkan bahwa flavonoid tidak terdeteksi oleh

pereaksi ini.

Gambar 27. Hasil uji flavonoid pada fraksi dengan pereaksi H2SO4 2N; ; a) n-

heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Pada Gambar 27, diperlihatkan hasil uji flavonoid dengan pereaksi H2SO4

2N dimana indikator positif pada pereaksi ini adalah perubahan warna menjadi

kuning, merah, atau coklat. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada ketiga

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

38

sampel tidak terdapat perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa flavonoid

tidak terdeteksi dengan pelarut ini.

Gambar 28. Hasil uji flavonoid pada fraksi dengan pereaksi NaOH 10%; ; a) n-

heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Indikator positif pada uji flavonoid dengan pereaksi NaOH 10% adalah

terbentuknya warna kuning, merah, coklat, atau hijau. Gambar 28 menunjukkan

hasil uji flavonoid dengan pereaksi NaOH 10% dimana dari kiri ke kanan

menunjukkan hasil pada fraksi n-heksan, etil asetat, dan butanol. Dapat dilihat

bahwa pada fraksi etil asetat dan n-butanol terbentuk wana kuning kemerahan yang

sangat pekat. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dan n-butanol positif

mengandung flavonoid.

c. Senyawa Fenolik

Hasil positif dari uji senyawa fenolik ini ditunjukkan dengan perubahan

warna menjadi biru keunguan. Hasil uji fenolik dari fraksi dapat dilihat pada

Gambar 29.

Gambar 29. Hasil Uji senyawa fenolik; a) n-heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Pada Gambar 28, dapat dilihat terbentuk warna biru keunguan yang sangat

pekat pada fraksi etil asetat (b) dan fraksi n-butanol (c). Dari hasil uji ini diketahui

bahwa sampel yang postif mengandung senyawa fenolik pada fraksi adalah fraksi

etil asetat dan fraksi n-butanol.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

39

d. Saponin

Indikator positif dari uji saponin ini adalah terbentuknya busa yang tetap

stabil setelah dilakukan penambahan 1 tetes HCl 2N. Hasil uji saponin ini dapat

dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30. Hasil uji saponin; a) n-heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Pada Gambar 30, dapat dilihat bahwa tidak satupun dari sampel yang

membentuk busa. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat, dan n-

butanol negatif mengandung saponin.

e. Tanin

Indikator positif dari uji tanin adalah terbentuknya warna biru tua atau hijau

kehitaman pada sampel. Hasil uji tanin dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Hasil uji tanin; a) n-heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Pada Gambar 31, dapat dilihat pada etil asetat (b) dan n-butanol (c)

terbentuk warna hijau kehitaman yang terbentuk cukup pekat.Sedangkan pada n-

heksan (a), tidak terdapat perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil

asetat dan fraksi n-butanol positif mengandung tanin.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

40

f. Steroid/triterpenoid

Gambar 32. Hasil uji steroid/triterpenoid; a) n-heksan, b) etil asetat, c) n-butanol

Pada Gambar 32a., dapat terlihat warna hijau pada sampel, hal ini

menunjukkan bahwa fraksi n-heksan positif mengandung steroid. Sedangkan pada

gambar 32b. dan 32c. dapat terlihat warna kemerahan yang menunjukkan fraksi etil

asetat dan fraksi n-butanol positif mengandung triterpenoid.

Tabel 9. Hasil uji fitokimia dari fraksi Avicennia marina

Metabolit Sekunder N-heksan Etil Asetat N-butanol

Alkaloid

c. Meyer - - -

d. Wagner - - -

Flavonoid:

d. HCl Pekat+ Mg - - -

e. H2SO4 2N - - -

f. NaOH 10% - + +

Fenolik - + +

Saponin - - -

Tanin - + +

Steroid + - -

Triterpenoid - + +

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa fraksi n-heksan tidak memiliki senyawa

metabolit sekunder yang bersifat antioksidan. Hal ini dikarenakan senyawa

metabolit sekunder yang bersifat antioksidan umumnya bersifat polar, sedangkan

pelarut n-heksan merupakan pelarut non polar, sehingga senyawa-senyawa tersebut

tidak terisolasi oleh n-heksan.

4.7 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Avicennia marina

Pada uji ini, terdapat 3 buah fraksi yang diuji, yaitu fraksi n-heksan, fraksi

etil asetat, dan fraksi n-butanol.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

41

Gambar 33. a) fraksi n-heksan; b) fraksi etil asetat; c) fraksi n-butanol

Dapat dilihat dari Gambar di atas, fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan

yang baik adalah fraksi etil asetat (Gambar 33.b) dan fraksi n-butanol (Gambar

32.c) dimana fraksi dapat mereduksi warna ungu dari DPPH menjadi warna kuning.

Warna DPPH pada fraksi etil asetat dan n-butanol terlihat semakin memudar

dengan semakin tingginya konsentrasi pengujian. Sedangkan pada fraksi n-heksan

(Gambar 32.a), warna ungu dari DPPH masih terlihat cukup pekat pada seluruh

konsentrasi pengujian. Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi ini dapat

dilihat pada Tabel 10. Untuk penghitungan nilai inhibisi pada fraksi Avicennia

marina dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan untuk penghitungan nilai IC50

dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 10. Hasil uji aktivitas antioksidan dari fraksi Avicennia marina

Sampel Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi Inhibisi

(%)

IC50

(ppm)

Blanko 0,63

n-heksan 30 0,553 12,222 1802,714

ppm 60 0,544 13,651

90 0,535 15,079

120 0,543 13,810

etil asetat 30 0,374 40,635 88,968

ppm 60 0,319 49,365

90 0,312 50,476

120 0,298 52,698

n-butanol 30 0,431 31,587 133,392

ppm 60 0,378 40

90 0,364 42,222

120 0,331 47

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

42

Dari Tabel 10, diketahui bahwa fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan

terbaik adalah fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 88,968 ppm., Fraksi etil

asetat ini termasuk ke dalam kategori antioksidan kuat. Hal ini dikarenakan

kemampuan dari etil asetat yang mampu melarutkan senyawa polar dan juga non-

polar. Seperti diungkapkan Tensika (2007) dalam Jacoeb (2011), etil asetat dapat

melarutkan lebih banyak senyawa antioksidan seperti isoflavon non polar (aglikon)

maupun polar (glikon). Fraksi n-butanol termasuk ke dalam kategori antioksidan

sedang dengan IC50 sebesar 133,392 ppm. Sedangkan fraksi n-heksan termasuk

kedalam kategori tidak memiliki antioksidan dengan IC50 1802,714 ppm. Hal ini

disebabkan Karean n-heksan merupakan pelarut non polar sehingga tidak mampu

melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan yang umumnya bersifat

polar.

Aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat ini ternyata masih lebih kecil bila

dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit batang. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh senyawa yang dikandung pada masing-masing fraksi

dan ekstrak. Pada fraksi etil asetat, senyawa yang terkandung kemungkinan

setingkat lebih murni bila dibandingkan dengan ekstrak, karena senyawa yang

terkandung didalamnya hanyalah senyawa polar yang bersifat antioksidan.

Sedangkan pada ekstrak, senyawa metabolit sekunder masih bercampur antara

senyawa yang memiliki sifat antioksidan dan yang tidak. Tetapi, senyawa

antioksidan pada ekstrak lebih banyak bila dibandingkan pada fraksi etil asetat,

karena pada fraksi etil asetat, senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat pada

ekstrak telah terpisah ke dalam fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol pada saat

proses fraksinasi. Senyawa antioksidan yang terpisah tersebut yang menyebabkan

antioksidan pada fraksi, baik etil asetat ataupun n-butanol lebih lemah bila

dibandingkan dengan ekstrak kulit batang.

4.8 Uji Total Fenol Fraksi Avicennia marina

Uji total fenol pada fraksi Avicennia marina ini dilakukan pada seluruh

fraksi yaitu n-heksan, etil asetat, dan n-butano. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel

11.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090012_4_3817.pdf · merupakan indikator positif bagi senyawa steroid dan triterpenoid.

43

Tabel 11. Hasil uji total fenol pada fraksi Avicennia marina

Sampel Total fenol (%)

N-heksan 0,14%

Etil Asetat 17,21%

N-butanol 10,12%

Dari Tabel di atas, diketahui bahwa fraksi etil asetat memiliki kandungan

senyawa fenol tertinggi yaitu 17,18% sehingga aktivitas antioksidan yang

dimilikinya pun paling tinggi bila disbandingkan dengan yang lain. Hal ini

kemungkinan disebabkan sifat etil asetat yang dapat menarik senyawa yang bersifat

polar. Senyawa fenolik yang bersifat polar ini kemungkinan banyak yang tertarik

oleh pelarut etil asetat, sedangkan senyawa fenolik yang bersifat sangat polar

tertarik oleh pelarut n-butanol. Selain itu, dari uji fitokimia (Tabel 5) juga diketahui

bahwa senyawa antioksidan yang terkandung pada fraksi ini tidak hanya senyawa

fenolik, tetapi juga senyawa flavonoid dan tanin.

Fraksi n-butanol memiliki kandungan total fenol sebesar 10,13%. Fraksi n-

butanol ini termasuk ke dalam kategori antioksidan sedang dengan IC50 sebesar

133,392 ppm. Aktivitas antioksidan pada fraksi n-butanol ini lebih rendah dari

fraksi etil asetat. Walaupun pada fraksi n-butanol ini juga terkandung senyawa

antioksidan lain yang sama dengan fraksi etil asetat yaitu flavonoid dan tanin,

kemungkinan senyawa flavonoid dan tanin yang ada pada fraksi n-butanol tidak

begitu banyak sehingga aktivitas antioksidan pada fraksi n-butanol ini lebih rendah

dari fraksi etil asetat.

Pada n-heksan, diketahui dari uji fitokimia (Tabel 5) bahwa fraksi ini tidak

mengandung senyawa fenolik. Pada uji diketahui bahwa pada fraksi n-heksan

terdapat senyawa fenolik, walaupun jumlah yang terkandung hanya 0,14%. Hal ini

terjadi karena n-heksan merupakan pelarut non-polar yang tidak dapat menarik

senyawa fenolik dari sampel.