Asam Amino n Protein
-
Upload
arfia-hanum-arfiani-nur -
Category
Documents
-
view
1.492 -
download
7
Transcript of Asam Amino n Protein
LAPORAN PRAKTIKUM
REAKSI ASAM-ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA : IMELDA SUNARYO
NIM : H311 08 258
KELOMPOK : I (SATU)
HARI / TANGGAL : SENIN/22 SEPTEMBER 2010
ASISTEN : YUSTIN
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti
bahan makronutrien yang lain protein ini berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Namun demikian,
apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat digunakan
sebagi sumber energi.
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi
yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam
ada beratus-ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein
hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas
200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta
memiliki momen dipol yang besar.
Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh gugus
-karboksil, -amino, dan gugus-gugus yang terdapat pada rantai samping
molakulnya. Gugus -karboksil dan gugus -amino bereaksi sebagaimana
lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester dan asil halida
lainnya. Asam amino dan protein dapat bereaksi dengan beberapa pereaksi
tertentu, seperti pereaksi Millon, Hopkins-Cole, Biuret, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, protein dapat didentifikasi melalui beberapa uji test dengan
menggunakan beberapa pereaksi tertentu. Berdasarkan teori tersebut di atas,
maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mempelajari reaksi-
reaksi spesifik dari asam amino dan protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan adanya asam amino dan protein yang mengandung gugus
α-amino bebas melalui tes ninhidrin.
2. Menentukan adanya gugus sulfuhidril spesifik pada asam amino sistein
dengan nitroprussida dalam amonium hidroksida.
3. Menentukan adanya ikatan peptida pada asam amino dan protein melalui
tes biuret.
4. Menentukan adanya gugus indol spesifik pada asam amino dan protein
melalui tes Hopkins-Cole.
5. Menentukan adanya gugus hidroksi-fenil pada asam amino dan protein
melalui tes Millon.
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi asam amino dan protein dengan beberapa pereaksi tertentu
yang digunakan melalui beberapa tes yaitu tes ninhidrin, reaksi gugus rantai
samping, tes biuret, tes Hopkins–Cole, dan tes Millon yang ditandai dengan
adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji
positif pada asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan
atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik
karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping
itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah
satu jenis protein (Poedjiadi, 1994).
Asam amino dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan relatif
gugus R-nya, yaitu sebagai berikut (Syahrul, 2007):
a. Asam amino dengan gugus R nonpolar (tak mengutub)
Gugus nonpolar adalah gugus yang mempunyai sedikit atau tidak
mempunyai selisih muatan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Golongan
ini terdiri dari lima asam amino yang mengandung gugus alifatik (alanin, leusin,
isoleusin, valin dan prolin), dan satu mengandung atom sulfur (meteonin).
Pada umumnya golongan asam amino ini kurang larut dalam air dibanding
dengan golongan asam amino yang mengutub.
b. Asam amino dengan gugus R mengutub tak bermuatan
Golongan ini lebih larut dalam air, karena gugus R mengutub dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Serin, treonin dan tirosin yang
kekutubannya disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (-OH) merupakan asam
amino yang termasuk golongan ini. Selain itu yang termasuk golongan ini juga
adalah asparagin dan glutamin yang kekutubannya disebabkan oleh gugus amida
(-CONH2) serta sistein oleh gugus sulfuhidril (-SH). Asparagin dan glutamin,
masing-masing merupakan bentuk senyawa amida dari asam aspartat dan asam
glutamat dan mudah terhidrolisis oleh asam atau basa. Sistein yang mengandung
gugus tiol dan tirosin yang mengandung gugus hidroksil fenol bersifat paling
mengutub dalam golongan asam amino ini.
c. Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif (asam amino asam)
Golongan asam amino ini bermuatan negatif pada pH 6,0-7,0 dan terdiri
dari asam aspartat dan asam glutamat yang masing-masing mempunyai gugus
karboksil (-COOH).
d. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif (asam amino basa)
Golongan asam asam amino ini bermuatan positif pada pH 7,0 terdiri dari
lisin, histidin, arginin dan hidroksilisin.
- Lisina mengandung satu lagi gugus amino pada posisi e dari rantai R alifatik.
- Histidin, mengandung gugus basa lemah imidazolium, pada pH 6,0 lebih dari
50% molekul histidin bermuatan positif, sedangkan pada pH 7,0 kurang dari
10% bermuatan positif.
Asam amino dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan
dapat tidaknya dibentuk dalam tubuh manusia, yaitu sebagai berikut (Lehninger,
1982) :
1. Asam amino esensial ( yang tidak dapat dibentuk dalam tubuh)
Asam amino yang termasuk dalam kelompok esensial adalah isoleusin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin.
2. Asam amino nonesensial ( yang dapat dibentuk dalam tubuh )
Asam amino yang termasuk dalam kelompok nonesensial adalah arginin,
histidin, asam glutamate, asama aspartat, glutamine, prolin, asparagin, alamin,
glisin, serin dan sistein.
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan
asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara asam amino ialah
ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida
yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis, jumlah dan urutan asam amino
dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu (Poedjiadi,
1994):
1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
. Tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat
dibuat dalam tubuh kita. Jadi apabila ditinjau dari segi pembentukannya asam
amino dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu asam amino yang tidak dapat
dibuat atau disintesis dalam tubuh dan asam amino yang dapat dibuar dalam tubuh
kita. Asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino
esensial dan harus diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino yang
dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino nonesensial (Poedjiadi, 1994).
Asam amino yang pertama kali ditemukan adalah asparagin pada tahun
1806. yang paling akhir adalah treonin, yang belum teridentifikasi sampai tahun
1928. semua asam amino mempunyai nama atau nama umum yang kadang-
kadang diturunkan dari sumber pertama-tama molekul ini diisolasi. Seperti dapat
diduga asparagin pertama-tama ditemukan pada asparagus, asam glutamat
ditemukan dalam gluten gandum, dan glisin (bahasa yunani, glycos, manis)
dinamakan karena rasanya yang manis (Lehninger, 1997).
Asam-asam amino beraksi dengan ninhidrin untuk membentuk produk
yang disebut ungu ruhenann. Reaksi ini biasa digunakan sebagai uji bercak untuk
mendeteksi hadirnya asam-asam amino pada kertas kromatografi. Karena reaksi
itu kuantitatif, reaksi ini digunakan sebagai penganalisis asam amino yang
diotomasi, instrumen-instrumen yang menetapkan persentase asam-asam amino
yang ada dalam suatu contoh (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah
dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang
mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus –S-S- pada sistein
apabila direduksi terlebih dahulu dapat juga memberikan hasil positif (Poedjiadi,
1994).
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi
ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
hasil positif (Poedjiadi, 1994).
Urutan asam amino pada rantai polipeptida dikenal sebagai struktur utama.
Bentuk ini secara genetik ditentukan dan bertanggung jawab tidak hanya untuk
bentuk akhir pada protein tetapi juga merupakan karakteristik fisik dan fungsi
biologis. Protein dibuat dari 20 jenis asam amino yang dihubungkan melalui
ikatan peptida, yaitu sebuah hubungan amida melibatkan gugus amino dari satu
asam amino dan gugus karboksil lain (Holme and Peck, 1998).
Asam amino memiliki peranan yang penting bagi makhluk hidup.
Misalnya penggunaan asam amino dalam elemen penyaring buah pada tumbuhan
Arabidopsis thaliana(L). Penggunaan asam amino dalam elemen penyaring air
buah dibentuk menjadi faktor pembatas terbesar untuk pertumbuhan dan
reproduksi kutu daun. Elemen penyaring air buah dikumpulkan dari operasi kutu
daun dan diperoleh dari asam amino yang disebabkan oleh proses pembungaan
(Hunt dkk., 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: larutan ninhidrin 0,1 %,
larutan protein (albumin), larutan alanin, larutan asam aspartat, larutan serin,
larutan glisin, kristal cysteina hydroklorida, larutan natrium nitroprussida 1%,
NH4OH, NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, asam sulfat pekat, larutan glioksilik
(pereaksi Hopkins), pereaksi Millon, akuades, kertas label, tissue roll, dan sabun.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: tabung reaksi, pipet
tetes, rak tabung reaksi, gegep, sendok tanduk, penangas air, botol semprot dan
sikat tabung.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Tes Ninhidrin
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih. Tabung reaksi (1) diisi
dengan albumin, tabung (2) diisi dengan alanin, tabung (3) diisi dengan asam
aspartat, tabung (4) diisi dengan glisin, tabung (5) diisi dengan serin. Kemudian
ditambahkan 1 ml larutan ninhidrin 0,1 % dan diamati perubahan warnanya.
Kemudian dipanaskan hingga mendidih dan diamati perubahannya.
3.3.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Disiapkan tabung reaksi yang bersih. Beberapa kristal cystein hidroklorida
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuades.
Ke dalam campuran tersebut ditambahkan 0,5 mL larutan natrium nitroprussida
1% dan 0,5 mL larutan NH4OH dan dicatat perubahannya.
3.3.3 Reaksi Biuret
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih. Tabung reaksi (1) diisi
dengan albumin, tabung reaksi (2) diisi dengan alanin, tabung reaksi (3) diisi
dengan asam aspartat, tabung reaksi (4) diisi dengan glisin, tabung reaksi (5) diisi
dengan serin masing-masing 3 mL. Kemudian ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M.
Dikocok dengan baik lalu ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M, dan dikocok dan
ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4 dan dicatat perubahannya.
3.3.4 Reaksi Hopkins-Cole
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 3
mL larutan glioksilik (reagen Hopkins). Kemudian masing-masing tabung reaksi,
ditambahkan 2 mL albumin, alanin, asam aspartat, glisin, dan serin . Dikocok dan
diamati perubahan yang terjadi. Kemudian diambil dengan pipet dan ditambahkan
H2SO4 setetes demi setetes sampai terjadi perubahan. Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi.
3.3.5 Reaksi Millon
Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih. Tabung reaksi (1) diisi
dengan albumin, tabung reaksi (2) diisi dengan alanin, tabung reaksi (3) diisi
dengan asam aspartat, tabung reaksi (4) diisi dengan glisin, tabung reaksi (5) diisi
dengan serin masing-masing 5 mL. Setelah itu ke dalam masing-masing tabung
ditambahkan 4 tetes pereaksi millon. Dikocok lalu diamati perubahan warna yang
terjadi. Masing-masing tabung reaksi dipanaskan. Setelah dipanaskan diamati
kembali. Kemudian ditambahkan pereaksi Millon berlebih lalu dipanaskan lagi.
Setelah itu diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
CC
C
O
O
OH
OH
ninhydrin
+ R-CH-COOH
NH2
C
CC
O
O
H
HO
+
R CH
O
+ NH3+ + CO2
hydrindantin
ninhydrin
CC
C
O
O
OH
OH+
hydrindantin
C
CC
O
O
H
HO
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tes Ninhidrin
Tes ninhidrin merupakan suatu uji yang dilakukan untuk menentukan ada
tidaknya gugus asam amino bebas dalam suatu larutan sampel, dengan hasil uji
positif timbulnya warna ungu pada larutan, karena terbentuknya senyawa
kompleks diketohidrindilendiketohidrindamin, dari reaksi oksidasi oleh larutan
ninhidrin terhadap asam amino itu sendiri.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil pengamatan untuk tes ninhidrin
No. Larutan contohWarna
Dengan Ninhidrin Setelah pemanasan
1. Albumin Keruh Coklat
2. Alanin Bening Coklat
3. Asam aspartat Bening Ungu
4. Glisin Bening Coklat
5. Serin Bening Coklat
Adapun reaksi yang terjadi digambarkan secara garis besar seperti berikut
ini :
CC
C
O
O
OH
OH
ninhydrin
+ R-CH-COOH
NH2
C
CC
O
O
H
HO
+
R CH
O
+ NH3+ + CO2
hydrindantin
ninhydrin
CC
C
O
O
OH
OH+
hydrindantin
C
CC
O
O
H
HOReaksi-reaksi yang terjadi :
Reaksi dengan Alanin
Reaksi dengan Glisin
Pada percobaan ini, asam aspartat memberikan reaksi positif dengan
timbulnya warna ungu pada sampel setelah penambahan ninhidrin disertai dengan
pemanasan. Hal ini sesuai dengan teori dimana ninhidrin akan bereaksi dengan
gugus alfa bebas pada asam amino dengan memberikan warna ungu. Sebaliknya
memberikan reaksi negatif pada alanin, albumin, glisin, dan serin dimana setelah
pemanasan warnanya berubah menjadi coklat dan yang seharusnya adalah warna
ungu. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan atau ketidaktelitian pada saat
melakukan prosedur percobaan, kurang bersihnya alat yang digunakan, selain itu
mungkin disebabkan karena bahan-bahannya yang sudah kurang baik.
4.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Reaksi ini dgunakan untuk identifikasi asam amino yang mengandung
gugus sulfuhidril. Reaksi positif dari pereaksi ini ditandai dengan adanya
perubahan warna larutan menjadi merah bata dan terbentuknya endapan putih.
Adapun data yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data hasil pengamatan untuk tes gugus rantai samping
No
.Larutan contoh
Warna
Dengan
natrium nitroprussida
Dengan
amonium hidroksida
1.Kristal cystein
hydroklorida
Bening dan ada
endapan putih
Merah bata (ada endapan
putih)
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
H S CH 2 CH C OH + Fe(CN)5 NO Na + NH4OH →
NH2
O
NH4 Fe(CN)5 NO S CH2 CH C OH + NaOH
NH2
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa ketika cystein hydroklorida
direaksikan dengan natrium nitroprussida, maka larutan asam amino ini berubah
menjadi tidak berwarna dan terdapat endapan putih. Setelah ditambahkan dengan
amonium hidroksida makan warnanya berubah menjadi warna merah bata. Warna
merah bata ini menunjukkan uji positif adanya asam amino sisrein dalam sampel
tersebut yang mengandung gugus rantai samping sulfuhidril.
4.3 Reaksi Biuret
Reaksi biuret dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
protein, dengan hasil uji yang menunjukkan warna pink bagi senyawa yang
memiliki ikatan peptida pendek dan warna ungu bagi senyawa yang memiliki
ikatan peptida panjang. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data
sebagai berikut :
Tabel 3. Data hasil pengamatan untuk tes biuret
NoLarutan contoh
Warna
NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 MCuSO4 0,01 M berlebih
1. Albumin Bening Ungu muda Ungu
2. Alanin Bening Bening Bening
3. Asam aspartat Bening Bening Bening
4. Glisin Bening Bening Bening
5. Serin Bening Bening Bening
Albumin
Alanin
2CH3 – CHNH2 – COOH + NaOH + CuSO4
Glisin
2H – CHNH2 – COOH + NaOH + CuSO4
Asam aspartat
H3C – CH(OH) – CHNH2 – COOH + NaOH + CuSO4
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa yang memberikan hasil uji
positif hanyalah albumin. Hal ini disebabkan albumin merupakan suatu protein
yang di dalamnya terdapat ikatan peptida yang cukup panjang sehingga dapat
menimbulkan warna ungu dengan pereaksi biuret. Sementara asam amino tidak
memiliki ikatan peptida sehingga tidak menimbulkan warna ungu.
4.4 Reaksi Hopkins-Cole
Reaksi ini digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gugus indol
spesifik pada asam amino triptofan. Reagen Hopkins merupakan pereaksi spesifik
untuk asam amino triptofan yang reaksi uji positifnya ditunjukkan dengan adanya
cincin berwarna ungu. Hasil dari percobaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Data hasil pengamatan untuk tes Hopkins-Cole
No. Larutan contohWarna
Dengan glioksilik Dengan asam sulfat
1. Albumin Bening Bening
2. Alanin Bening Bening dan ada endapan
2. Glisin Bening Bening dan ada endapan
4. Asam aspartat Bening Bening dan ada endapan
5. Serin Bening Bening dan ada endapan
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
N
CH2
NH2
COOH
Albumin
O O O O—SO3H ׀ ║ ║ ║
H – C – C – OH + HO – S – OH CH – C –OH║ ׀ ║ O O O O – SO3H
H – C – C – OH + H2SO4
O O
Alanin
2CH3 – CHNH2 – COOH + Pereaksi Hopkins
Dari hasil percobaan tidak diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.
Albumin tidak membentuk cincin ungu melainkan berwarna bening. Hal ini
mungkin disebabkan karena rusaknya sebagian bahan yang digunakan serta
kurangnya ketelitian dalam mengamati perubahan warna atau adanya penambahan
larutan yang berlebih pada protein.
4.5 Reaksi Millon
Reaksi Millon digunakan untuk mengidentifikasi adanya triptopan dalam
molekul protein. Pada percobaan ini sampel yang digunakan ditambahkan
pereaksi Millon dan dipanaskan agar reaksi berjalan lebih cepat. Adapun hasil
dari percobaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Data hasil pengamatan untuk tes millon
No. Larutan contoh
Warna
Dengan MillonSetelah
pemanasan
Millon berlebih
dipanaskan
1. Albumin Endapan putih Endapan merah Endapan merah
muda bata
2. Alanin Bening Bening Bening
3. Glisin Bening Bening Bening
4. Asam aspartat Bening Bening Bening
5. Serin Bening Bening Bening
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut ini :
o Albumin
o Alanin
2CH3 – CHNH2 – COOH + Hg(NO3)2
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya albumin yang bereaksi positif
dengan menghasilkan endapan warna merah bata. Pereaksi Millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan protein, akan dihasilkan endapan putih yang berubah merah setelah
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.
Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh
adalah :
1. Pada tes ninhidrin, asam aspartat bereaksi positif dengan berubah warna
menjadi ungu yang menandakan adanya gugus amino bebas kecuali pada
albumin.
2. Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R) cystein hidroklorida bereaksi
positif dengan nitroprusida dan ammonium hidroksida dengan perubahan
warna menjadi warna merah bata.
3. Pada reaksi biuret, albumin bereaksi positif yang ditandai dengan timbulnya
warna ungu, hal ini menandakan bahwa pada albumin mengandung protein.
4. Pada reaksi Hopkins-Cole, albumin bereaksi negatif dengan reagen glioksilik
membentuk larutan tidak berwarna (bening).
5. Pada reaksi Millon larutan albumin bereaksi positif dengan pereaksi Million
membentuk endapan merah bata yang menunjukkan adanya gugus
hidroksifenil spesifik pada albumin.
5.2. Saran
Adapun saran untuk laboratorium adalah sebaiknya alat dan bahan
diperbanyak serta memperhatikan kualitasnya agar dapat ditingkatkan sehingga
praktikum berjalan lancar dan sebagaimana mestinya.
Adapun saran untuk asisten adalah cara memberi penjelasan pada saat
asistensi sudah bagus, agar dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Holme, D.J. and Peck Hazel, 1998, Analytical Biochemistry, Third Edition, Pearson Education limited, England.
Hunt, E., dkk., 2009, A Mutation In Amino Acid Permease AAP6 Reduces The Amino Acid Content Of The Arabidopsis Sieve Elements But Leaves Aphid Herbivores Unaffected, Journal of Experimental Botany, 61(55), hal 55-64
Lehninger, A.L., 1997, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Syahrul, M., 2007, Kimia Organik, Unhas, Ujung Pandang.
Lampiran
Bagan kerja
1. Tes ninhidrin 0,1%
o Ditambahkan 0,5 larutan ninhidrin 0,1%
o Dipanaskan hingga mendidih
o Diamati perubahan yang terjadi
2. Tes gugus rantai samping (gugus R)
3 mL albumin
3 mL asam aspartat
3 mL glisin
3 mL alanin
hasil
3 mL serin
Dilarutkan dengan 5 mL akuades
Ditambahkan 0,5 mL natrium nitroprussida 1%
Ditambahkan 0,5 mL NH4OH
Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi
3. Tes Biuret
Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M
Dikocok dengan baik
Ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M
Dikocok dan diamati
Jika timbul warna ditambahkan CuSO4 berlebih lalu
dikocok
Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi
Kristal cysteina hydroklorida
Hasil
3 mL albumin
3 mL alanin
3 mL asam aspartat
3 mL glisin
hasil
3 mL serin
4. Tes Hopkins-Cole
Ditambahkan 2 mL larutan glioksilik
Dikocok
Diambil dengan pipet lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 4 mL H2SO4 pekat
Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi
5. Tes Millon
Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon
Dikocok lalu diamati
Dipanaskan
Diamati perubahan yang terjadi
Ditambahkan pereaksi millon berlebih
Dipanaskan lalu diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi
3 mL albumin
3 mL alanin
3 mL asam aspartat
3 mL glisin
3 mL serin
hasil
3 mL albumin
3 mL alanin
3 mL asam aspartat
3 mL glisin
3 mL serin
hasil
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 22 September 2010
Asisten Praktikan
(YUSTIN) (IMELDA SUNARYO)