Artikel Tipologi Partisipasif

10
PROGRAM PPDB JALUR BINA LINGKUNGAN (BILING) KOTA BANDAR LAMPUNG Sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas, dengan harapan bangsa Indonesia dapat menjadi negara yang unggul dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah Indonesia telah membuat beberapa kebijakan tentang pendidikan sebagai bentuk usaha atau langkah pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan tersebut. Beberapa kebijakan pendidikan yang ada saat ini antara lain, wajib belajar 9 tahun yang pada saat ini sudah berkembang dengan adanya wajib belajar 12 tahun serta masih banyak kebijakan-kebijakan pendidikan yang lainnya. Sistem pendidikan Indonesia telah diatur secara jelas dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia secara ideal bersifat desentralistik yang diarahkan sebagai pengganti atas peraturan sebelumnya yang bersifat umum, yaitu Undang-undang No.22 Tahun 1999 khususnya pada pasal 7 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan kewenangan yang dipusatkan. Sejak era reformasi hingga tahun 2013, kebijakan pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan negara diselenggarakan dengan manajemen yang desentralistik. Kebijakan yang bersifat desentralistik

description

Pengembangan Masyarakat

Transcript of Artikel Tipologi Partisipasif

Page 1: Artikel Tipologi Partisipasif

PROGRAM PPDB JALUR BINA LINGKUNGAN (BILING) KOTA BANDAR

LAMPUNG

Sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa,

sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan

pengajaran. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab penuh dalam

mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas, dengan harapan bangsa Indonesia dapat menjadi

negara yang unggul dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah Indonesia

telah membuat beberapa kebijakan tentang pendidikan sebagai bentuk usaha atau langkah

pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan tersebut. Beberapa kebijakan pendidikan yang

ada saat ini antara lain, wajib belajar 9 tahun yang pada saat ini sudah berkembang dengan

adanya wajib belajar 12 tahun serta masih banyak kebijakan-kebijakan pendidikan yang

lainnya.

Sistem pendidikan Indonesia telah diatur secara jelas dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia secara ideal bersifat

desentralistik yang diarahkan sebagai pengganti atas peraturan sebelumnya yang bersifat

umum, yaitu Undang-undang No.22 Tahun 1999 khususnya pada pasal 7 yang menyatakan

bahwa pendidikan merupakan kewenangan yang dipusatkan. Sejak era reformasi hingga

tahun 2013, kebijakan pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan negara diselenggarakan

dengan manajemen yang desentralistik. Kebijakan yang bersifat desentralistik merupakan

tantangan terbesar dalam pembangunan Indonesia untuk membangun kebijakan di daerah

yang unggul, ditatanan kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah dikaitkan

dengan kebijakan publik desentralisasi (Undang-Undang No. 32/2004) dan kebijakan

pendidikan nasional (Undang-Undang No. 20/2003). Kemudian Undang-Undang No. 22

Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 11 menjelaskan perihal bahwasanya pemerintah dan

pemerintah daerah wajib memberikan layanan yang menjamin kemudahan terselenggaranya

pendidikan yang bermutu serta berdayaguna bagi setiap warga negara. Kebijakan pendidikan

terus dibuat oleh pemerintah guna mengentaskan angka anak-anak putus sekolah.

Namun saat ini Angka Putus Sekolah (APS) atau Droup Out masih tetap memiliki presentase.

Angka Putus Sekolah (APS) atau angka drop out menurut Nugroho (2008:64) merupakan

Page 2: Artikel Tipologi Partisipasif

presentase siswa yang meninggalkan sekolah sebelum lulus pada jenjang pendidikan tertentu.

Kegunaannya adalah untuk mengetahui berapa banyak siswa yang putus sekolah di suatu

daerah. Makin rendah nilainya, berarti makin baik. Angka putus sekolah yang ideal adalah

0%. Menurut data Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung 2010 , jumlah APS untuk

pendidikan tingkat menengah di Bandar Lampung mencapai 29,64% . Kemudian mengenai

angka partisipasi kasar SD di Kota Bandar Lampung mencapai 111.189 anak, sementara

untuk angka partisipasi murni mencapai 93.903 anak. Pada tingkat SMP angka partisipasi

kasar 47.533 anak sedangkan angka partisipasi murni mencapai 33.039 anak (sumber:

www.lampost.com, Edisi 24 Desember 2010). Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat

bahwa masih banyak anak putus sekolah di Kota Bandar Lampung.

Untuk mengatasi jumlah angaka putus sekolah maka dibutuhkan solusi melalui sebuah

kebijakan pendidikan. Pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Bandar Lampung

memiliki inovasi dalam rangka mengatasi jumlah angka anak putus sekolah melalui sebuah

kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan tersebut telah diatur melalui Perda No. 01

Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan dengan dikeluarkan pula Peraturan

Walikota No. 49 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung. Perda Kota Bandar Lampung No.1 Tahun 2012

bagian kedua menjelaskan tentang penerimaan dan daftar ulang, dalam hal ini dijelaskan

mengenai Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan melalui 3 Jalur. Ketiga jalur tersebut

adalah jalur reguler, jalur prestasi dan jalur bina lingkungan. Ketiga jalur ini terdapat jalur

khusus untuk anak kurang mampu agar dapat melanjutkan sekolah, yaitu Jalur Bina

Lingkungan. Jalur Bina Lingkungan ini merupakan bentuk langkah pemerintah Kota Bandar

Lampung dalam mewujudkan salah satu tujuan negara, yang mana kebijakan Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB) yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada calon

siswa yang berasal dari keluarga yang belum mampu secara ekonomi agar tetap dapat

melanjutkan pendidikan.

Jalur Bina Lingkungan merupakan kebijakan yang strategis dan inovatif yang dilakukan

pemerintah Kota Bandar Lampung, diharapkan kebijakan ini menjadi solusi terhadap

permasalahan dalam dunia pendidikan guna memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi

Page 3: Artikel Tipologi Partisipasif

rendah agar tetap mampu memperoleh pendidikan yang sama. Penerimaan Peserta Didik

Baru (PPDB) Jalur Bina Lingkungan telah berjalan sejak tahun ajaran 2011/2012. Calon

siswa yang melalui Jalur Bina Lingkungan diseleksi berdasarkan kelengkapan berkas, yang

mana berkas tersebut menerangkan mengenai keadaan keluarga dan identitas keluarganya.

Khusus bagi siswa Jalur Bina Lingkungan seluruh biaya sekolah sudah ditanggung oleh

pemerintah Kota Bandar Lampung, sehingga tidak ada lagi pungutan untuk biaya SPP.

Penerimaan calon peserta didik baru melalui program Bina Lingkungan (Biling), di Kota

Bandarlampung terus dilanjutkan pada Tahun Pelajaran 2014/2015.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Bandarlampung, Provinsi

Lampung Drs Sukarma Wijaya ketika memberikan sambutan pada acara pelepasan para

Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Kota Bandarlampung di Bandarlampung, Sabtu.

Program Bina Lingkungan yaitu memberikan porsi 50 persen masuk ke sekolah negeri tanpa

seleksi dan gratis untuk memberikan kesempatan belajar bagi calon siswa dari keluarga

secara ekonomi kurang mampu.

Pemerintah Kota Bandarlampung sejak Tahun Pelajaran (TP) 2013/2014 menerapkan

program Bina Lingkungan kepada sekolah-sekolah negeri, guna memberikan kesempatan

belajar di sekolah-sekolah negeri tanpa tes bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu yang

tempat tinggalnya berdekatan dengan lingkungan sekolah negeri setempat.

Kebijakan pemerintah kota yang dipimpin oleh Wali Kota Bandarlampung Herman HN itu

sudah berjalan satu tahun, dan akan dilanjutkan pada tahun pelajaran berikutnya, namun

pelaksanaannya akan terus dievaluasi dan disempurnakan agar benar-benar tempat sasaran.

Sukarama Wijaya juga menyambut baik dan mengapresiasi positif bagi sekolah-sekolah,

khususnya SMP Negeri 1 Kota Bandarlampung (Eks Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional-RSBI) yang telah melaksanakan program Bina Lingkungan itu.

Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Bandarlampung, Mirwan Karim SE juga menyambut

baik kepada SMP Negeri 1 yang telah secara konsisten melaksanakan program pendidikan,

termasuk program Bina Lingkungan, serta sejumlah prestasi gemilang siswanya baik secara

internal maupun eksternal melalui berbagai lomba.

Ia mengharapkan agar prestasi itu terus ditingkatkan, namun untuk mencapai dan

mempertahankan prestasi yang baik itu tidak bisa hanya mengandalkan dukungan dana dari

Page 4: Artikel Tipologi Partisipasif

pemerintah, melainkan harus ada kerja sama yang baik antara pemerintah, pihak sekolah,

Komite Sekolah, dan para orang tua/wali murid.

Banyaknya prestasi yang diraih yang ditunjukkan dengan banyaknya hadiah piala, piagam,

medali dan lainnya itu perlu terus ditingkatkan, karena itu perlu kerja sama yang lebih baik

antara sekolah dan orang tua murid di masa yang akan datang,' katanya.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bandarlampung Drs Haryanto MSi pada kesempatan itu

menyampaikan laporan seputar pelaksanaan dan hasil Ujian Sekolah (US), hasil Ujian

Nasional (UN), dan laporan tentang sejumlah prestasi yang diraih para siswanya, dan hal lain

terkait perkembangan pelaksanaan pendidikan di sekolahnya.

'Ada satu siswa yang bisa meraih medali berbagai kejuaraan sampai 19 buah,' kata Haryanto

disambut gemuruh hadirin, baik para siswa kelas VII dan VIII, serta siswa yang baru lulus

Kelas IX, para orang tua murid kelas IX, serta para undangan.

Haryanto menambahkan, pada Tahun Pelajaran 2013/2014, SMP yang dipimpinnya

mengikutkan sebanyak 171 siswa ke Ujian Nasional (UN), dan dinyatakan lulus seluruhnya

(100 persen).

Jumlah peserta UN di sekolahnya sebanyak 171 siswa/siswi itu meningkat dibandingkan

peserta UN tahun pelajaran sebelumnya Hasil UN itu diumumkan kepada para siswanya yang

hadir didampingi oleh para orang tua/wali muridnya Sabtu siang, dengan cara dibagikan

secara tertutup dalam sebuah amplop lalu dibuka secara bersamaan, disambut tangis haru

para siswa dan orang tua, dilanjutkan pemberian penghargaan kepada para siswa terbaik hasil

UN, US, dan per mata pelajaran.

Namun di beberapa sekolah, Fakta di lapangan ditemukan bahwa masih ada siswa Jalur Bina

Lingkungan yang dikenakan biaya. Contohnya ada siswi kelas X SMAN 14 Bandar Lampung

dipungut biaya Rp. 1,7 juta oleh pihak sekolah. Padahal sudah jelas dalam Peraturan

Walikota No. 49 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) tidak ada pungutan biaya untuk siswa Jalur Bina Lingkungan. (Sumber:

http://lampost.co/berita/bandar-lampung-siswa-bina-lingkungan-dipungut-biaya, diakses pada

tanggal 18 Oktober 2013)

Selain itu, program ini justru dinilai membuka ruang kecurangan manipulasi data dari para

calon siswa yang mampu namun mengaku berasal dari keluarga yang tidak mampu. Di

Page 5: Artikel Tipologi Partisipasif

SMAN 12 Bandar Lampung terbukti ada 2 siswa yang diduga memanipulasi data, dan

masalah ini dibenarkan oleh Kadisdik Bandar Lampung Sukarma Wijaya. Beliau mengatakan

jika kedua siswa itu benar telah memanipulasi data karena ketika ditinjau secara langsung

kedua siswa tersebut ternyata memiliki rumah mewah, kendaraan mobil dan sepeda motor di

rumahnya. (Sumber:http://www.radarlampung.co.id/)

Kebijakan PPDB Jalur Bina Lingkungan jika dilihat tujuannya sangat baik dan merupakan

suatu bentuk inovasi pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam memajukan dunia

pendidikan.

Page 6: Artikel Tipologi Partisipasif

Analisis program tersebut berdasarkan tingkatan tipologi partisipasinya:

Menurut kami, partisipasi masyarakat Bandarlampung dalam program PPDB Jalur Bina

Lingkungan adalah beberapa masyarakat berada pada tingkatan tipologi pasif/manipulatif dan

sebagiannya lagi pada tingkatan tipologi partisipasi pemberian informasi.

Pada tingkatan pasif atau yang biasa disebut dengan tipologi manipulatif, masyarakat terlihat

ikut-ikutan saja mengikuti program ini tanpa ingin tahu menahu apa esensi, tujuan ataupun

anggaran yang dianggarkan untuk program tersebut. Terlebih, beberapa diantara masyarakat

yang mengikuti program tersebut telah menyalahi aturan atau tidak sesuai dengan targetnya.

Masyarakat-masyarakat tersebut dalam ekonomi tidak pada tingkatan kurang mampu, dengan

kata lain masih mempunyai penghasilan untuk membayar sekolah, namun masyarakat-

masyarakat tersebut malah mengikuti program Bina Lingkungan ini yang notabene program

ini diperuntukan untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini

sangat jelas dapat merugikan program, pemerintah, maupun masyarakat yang seharusnya

mendapatkan program tersebut. Terlebih ada kuota/batas maksimal siswa yang dapat

mendaftar pada jalur bina lingkungan. Dengan begitu dapat disimpulkan beberapa

masyarakat hanya ikut-ikutan saja tanpa ingin tahu informasi yang lebih jauh mengenai

program tersebut.

Sedangkan pada tingkatan partisipasi pemberian informasi, masyarakat sudah menjalankan

dan mengikuti program dengan baik. Masyarakat-masyarakat pada tingkatan tipologi ini pada

umumnya merupakan masyarakat yang secara ekonomi berada pada menengah ke bawah.

Dengan begitu target yang diinginkan pemerintah selaku pembuat program dapat terwujud.

Selain itu juga beberapa masyarakat sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan

program dengan cara membutikan pada pemerintah melalui prestasi-prestasi yang diraih.

Berikut merupakan partisipasi pada tingkat masyarakat, berbeda dengan pihak sekolah yang

sekolahnya menjadi target program ini, berdasarkan tingkatan tipologi partisipasinya berada

pada tingkatan partisipasi fungsional. Ini dibuktikan para pihak sekolah menyambut dengan

baik dan berupaya mengawasi program ini agar tujuannya tercapai. Pihak sekolah juga turut

ikut melakukan evaluasi pada setiap akhir tahun ajaran, agar program ini dapat terus menjadi

lebih baik kedepannya jika ingin dilanjutkan.

Page 7: Artikel Tipologi Partisipasif