Artikel Jangan Sepelekan Ppok

4
JANGAN SEPELEKAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS Oleh : dr. Wayan Giri Putra Semaradana, S.Ked Apakah anda seorang perokok dan mempunyai gejala sesak nafas ? Jika iya, mungkin anda menderita PPOK. Banyak orang merasa asing saat mendengar penyakit PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Ketika mendengar tentang sesak nafas, mungkin sebagian orang menganggap itu adalah penyakit asma. Padahal banyak penyakit pernafasan yang dapat menyebab sesak nafas, salah satunya adalah PPOK. PPOK atau yang sering disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmnary Disease (COPD) merupakan penyakit paru kronis, ditandai dengan adanya hambatan atau penyumbatan aliran udara yang bersifat persisten atau menetap (irreversible), progresif atau memburuk dan berhubungan dengan peningkatan respon radang pada saluran pernapasan terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Ciri khas asma yang membedakannya dengan PPOK adalah hambatan aliran udara pada asma bersifat sementara (reversible) sedangkan pada PPOK bersifat persisten (irreversible). Jumlah penderita PPOK semakin meningkat dan menurut WHO, PPOK sudah menjadi penyebab kematian nomer 4 pada tahun 2010 di Indonesia. Faktor resiko terbesar terkena PPOK adalah merokok. Semakin banyak dan lama seseorang merokok maka semakin besar pula resiko orang tersebut terkena PPOK. Perokok pasif pun jika sering dan banyak terpapar asap rokok, bisa terkena PPOK. Faktor resiko lainnya yang juga berperan adalah polusi udara baik di dalam ruangan (seperti asap masakan, asap dupa) maupun di luar ruangan (gas kendaraan bermotor, asap pembakaran sampah),

description

artikek awam PPOK

Transcript of Artikel Jangan Sepelekan Ppok

Page 1: Artikel Jangan Sepelekan Ppok

JANGAN SEPELEKAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

Oleh : dr. Wayan Giri Putra Semaradana, S.Ked

Apakah anda seorang perokok dan mempunyai gejala sesak nafas ? Jika iya, mungkin anda

menderita PPOK. Banyak orang merasa asing saat mendengar penyakit PPOK atau Penyakit

Paru Obstruktif Kronis. Ketika mendengar tentang sesak nafas, mungkin sebagian orang

menganggap itu adalah penyakit asma. Padahal banyak penyakit pernafasan yang dapat

menyebab sesak nafas, salah satunya adalah PPOK. PPOK atau yang sering disebut juga

dengan Chronic Obstructive Pulmnary Disease (COPD) merupakan penyakit paru kronis,

ditandai dengan adanya hambatan atau penyumbatan aliran udara yang bersifat persisten atau

menetap (irreversible), progresif atau memburuk dan berhubungan dengan peningkatan

respon radang pada saluran pernapasan terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Ciri khas

asma yang membedakannya dengan PPOK adalah hambatan aliran udara pada asma bersifat

sementara (reversible) sedangkan pada PPOK bersifat persisten (irreversible). Jumlah

penderita PPOK semakin meningkat dan menurut WHO, PPOK sudah menjadi penyebab

kematian nomer 4 pada tahun 2010 di Indonesia. Faktor resiko terbesar terkena PPOK adalah

merokok. Semakin banyak dan lama seseorang merokok maka semakin besar pula resiko

orang tersebut terkena PPOK. Perokok pasif pun jika sering dan banyak terpapar asap rokok,

bisa terkena PPOK. Faktor resiko lainnya yang juga berperan adalah polusi udara baik di

dalam ruangan (seperti asap masakan, asap dupa) maupun di luar ruangan (gas kendaraan

bermotor, asap pembakaran sampah), debu, partikel-partikel gas lainnya (seperti parfum).

Ingat, bahwa semakin banyak dan semakin sering seseorang terpapar atau menghirup bahan –

bahan tersebut maka semakin tinggi resiko orang tersebut terkena PPOK. Faktor genetik

(defisiensi antitripsin alfa-1), berat badan ketika lahir yang rendah dan pernah mengalami

infeksi paru-paru saat masih anak-anak juga dapat menimbulkan PPOK. PPOK ditandai

dengan gejala-gejala seperti sesak nafas yang progresif (semakin memburuk dari waktu ke

waktu), batuk kronis dan produksi dahak yang kronis. Pada awalnya sesak nafas hanya

dialami setelah beraktivitas fisik. Namun, ketika paru-paru semakin rusak, sesak nafas terjadi

ketika melakukan pekerjaan harian rutin seperti berjalan dan menyiram tanaman atau bahkan

saat beristirahat. Penderita juga sering mendapat infeksi paru seperti pneumonia dan bronkitis

akut terutama di musim hujan saat influenza merebak. Tentu saja, hal-hal tersebut sangat

menganggu kualitas hidup penderitanya. Salah satu resiko komplikasi akibat PPOK adalah

gagal jantung dimana fungsi jantung melemah dan ukurannya membesar karena jantung

harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru yang jaringannya telah banyak

Page 2: Artikel Jangan Sepelekan Ppok

rusak. Diagnosis ditegakkan dengan mempelajari riwayat pasien, gejala-gejala yang

dikeluhkan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis standar PPOK

dilakukan dengan tes fungsi faal paru yaitu spirometri. Tes spirometri ini untuk mengukur

seberapa dalam pernafasan seseorang dan seberapa cepat udara dapat bergerak masuk dan

keluar dari paru-parunya. Penderita PPOK tidak bisa membuang nafas sebanyak dan secepat

orang dengan paru-paru normal. Setelah melakukan pengujian, pasien diberi obat

bronkodilator hirup. Spirometri diulangi, dan jika tidak ada peningkatan dalam hasilnya, hal

ini menunjukkan hambatan aliran udara yang persisten. Penderita PPOK rentan mengalami

“eksaserbasi akut” yaitu, episode di mana gejala-gejala PPOK seperti sesak nafas tiba-tiba

mengalami perburukan sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Eksaserbasi akut

ini umumnya diakibatkan oleh infeksi pernafasan. Kerusakan paru-paru dan saluran udara

pada PPOK tidak bisa disembuhkan bahkan cenderung memburuk. Namun dengan

manajemen yang tepat akan dapat mencegah perburukan atau kerusakan lebih lanjut dan

memperbaiki kualitas hidup penderitanya. Manajemen penyakit PPOK meliputi perubahan

gaya hidup, terapi dengan obat-obatan dan terapi lainnya. Terapi obat-obatan yang dianjurkan

dokter tergantung pada beratnya penyakit. Perubahan gaya hidup meliputi berhenti merokok,

hindari zat polusi, makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang

teratur. Perubahan gaya hidup ini sangatlah penting karena dapat mencegah terjadinya PPOK.

Terapi obat-obatan meliputi bronkodilator, kortikosteroid, phosphodiesteerase-4 inhibitors,

methylxanthines, vaksin influenza dan antibiotik. Rehabilitasi paru dan terapi oksigen juga

dapat diberikan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita. Penting untuk diingat bahwa

PPOK dapat dicegah dan diobati tetapi tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, penting

sekali untuk mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar perawatan dapat dimulai sejak

awal. Bila anda perokok, jangan abaikan keluhan seperti sering batuk dan sesak nafas.

Segeralah memeriksakan diri ke dokter.

Page 3: Artikel Jangan Sepelekan Ppok