Artikel Jangan Sepelekan Ppok
-
Upload
pangestu-cendra-natha -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Artikel Jangan Sepelekan Ppok
JANGAN SEPELEKAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
Oleh : dr. Wayan Giri Putra Semaradana, S.Ked
Apakah anda seorang perokok dan mempunyai gejala sesak nafas ? Jika iya, mungkin anda
menderita PPOK. Banyak orang merasa asing saat mendengar penyakit PPOK atau Penyakit
Paru Obstruktif Kronis. Ketika mendengar tentang sesak nafas, mungkin sebagian orang
menganggap itu adalah penyakit asma. Padahal banyak penyakit pernafasan yang dapat
menyebab sesak nafas, salah satunya adalah PPOK. PPOK atau yang sering disebut juga
dengan Chronic Obstructive Pulmnary Disease (COPD) merupakan penyakit paru kronis,
ditandai dengan adanya hambatan atau penyumbatan aliran udara yang bersifat persisten atau
menetap (irreversible), progresif atau memburuk dan berhubungan dengan peningkatan
respon radang pada saluran pernapasan terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Ciri khas
asma yang membedakannya dengan PPOK adalah hambatan aliran udara pada asma bersifat
sementara (reversible) sedangkan pada PPOK bersifat persisten (irreversible). Jumlah
penderita PPOK semakin meningkat dan menurut WHO, PPOK sudah menjadi penyebab
kematian nomer 4 pada tahun 2010 di Indonesia. Faktor resiko terbesar terkena PPOK adalah
merokok. Semakin banyak dan lama seseorang merokok maka semakin besar pula resiko
orang tersebut terkena PPOK. Perokok pasif pun jika sering dan banyak terpapar asap rokok,
bisa terkena PPOK. Faktor resiko lainnya yang juga berperan adalah polusi udara baik di
dalam ruangan (seperti asap masakan, asap dupa) maupun di luar ruangan (gas kendaraan
bermotor, asap pembakaran sampah), debu, partikel-partikel gas lainnya (seperti parfum).
Ingat, bahwa semakin banyak dan semakin sering seseorang terpapar atau menghirup bahan –
bahan tersebut maka semakin tinggi resiko orang tersebut terkena PPOK. Faktor genetik
(defisiensi antitripsin alfa-1), berat badan ketika lahir yang rendah dan pernah mengalami
infeksi paru-paru saat masih anak-anak juga dapat menimbulkan PPOK. PPOK ditandai
dengan gejala-gejala seperti sesak nafas yang progresif (semakin memburuk dari waktu ke
waktu), batuk kronis dan produksi dahak yang kronis. Pada awalnya sesak nafas hanya
dialami setelah beraktivitas fisik. Namun, ketika paru-paru semakin rusak, sesak nafas terjadi
ketika melakukan pekerjaan harian rutin seperti berjalan dan menyiram tanaman atau bahkan
saat beristirahat. Penderita juga sering mendapat infeksi paru seperti pneumonia dan bronkitis
akut terutama di musim hujan saat influenza merebak. Tentu saja, hal-hal tersebut sangat
menganggu kualitas hidup penderitanya. Salah satu resiko komplikasi akibat PPOK adalah
gagal jantung dimana fungsi jantung melemah dan ukurannya membesar karena jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru yang jaringannya telah banyak
rusak. Diagnosis ditegakkan dengan mempelajari riwayat pasien, gejala-gejala yang
dikeluhkan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis standar PPOK
dilakukan dengan tes fungsi faal paru yaitu spirometri. Tes spirometri ini untuk mengukur
seberapa dalam pernafasan seseorang dan seberapa cepat udara dapat bergerak masuk dan
keluar dari paru-parunya. Penderita PPOK tidak bisa membuang nafas sebanyak dan secepat
orang dengan paru-paru normal. Setelah melakukan pengujian, pasien diberi obat
bronkodilator hirup. Spirometri diulangi, dan jika tidak ada peningkatan dalam hasilnya, hal
ini menunjukkan hambatan aliran udara yang persisten. Penderita PPOK rentan mengalami
“eksaserbasi akut” yaitu, episode di mana gejala-gejala PPOK seperti sesak nafas tiba-tiba
mengalami perburukan sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Eksaserbasi akut
ini umumnya diakibatkan oleh infeksi pernafasan. Kerusakan paru-paru dan saluran udara
pada PPOK tidak bisa disembuhkan bahkan cenderung memburuk. Namun dengan
manajemen yang tepat akan dapat mencegah perburukan atau kerusakan lebih lanjut dan
memperbaiki kualitas hidup penderitanya. Manajemen penyakit PPOK meliputi perubahan
gaya hidup, terapi dengan obat-obatan dan terapi lainnya. Terapi obat-obatan yang dianjurkan
dokter tergantung pada beratnya penyakit. Perubahan gaya hidup meliputi berhenti merokok,
hindari zat polusi, makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang
teratur. Perubahan gaya hidup ini sangatlah penting karena dapat mencegah terjadinya PPOK.
Terapi obat-obatan meliputi bronkodilator, kortikosteroid, phosphodiesteerase-4 inhibitors,
methylxanthines, vaksin influenza dan antibiotik. Rehabilitasi paru dan terapi oksigen juga
dapat diberikan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita. Penting untuk diingat bahwa
PPOK dapat dicegah dan diobati tetapi tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, penting
sekali untuk mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar perawatan dapat dimulai sejak
awal. Bila anda perokok, jangan abaikan keluhan seperti sering batuk dan sesak nafas.
Segeralah memeriksakan diri ke dokter.