artikel fluvial

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Pengertian Geomorphic Processes semata-mata dijiwai oleh energi / proses yang berasal dari luar bumi, dengan alasan adalah: 1. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung sebagai faktor yang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan gunungapi. 2. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung merubah bentuk atau struktur bentangalam.

Transcript of artikel fluvial

Page 1: artikel fluvial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu

tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata

Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga

kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge

atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian

geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan

bumi.

Pengertian Geomorphic Processes semata-mata dijiwai oleh energi /

proses yang berasal dari luar bumi, dengan alasan adalah:

1. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung

sebagai faktor yang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau,

pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan

gunungapi.

2. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung

merubah bentuk atau struktur bentangalam.

Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu

kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam

merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik.

Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme,

sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting. Hasil dari proses

denudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian diangkut

dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga

mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang disebabkan oleh

proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah

endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan

dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.

Page 2: artikel fluvial

Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model

tentang siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William

Morris Davis (1884.1899). Siklus geomorfik terinspirasi dari teori

uniformitarianisme yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton

(1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka

bumi, siklus geomorfik mampu menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai

yang mengikis lembah yang mengakibatkan kedalaman suatu lembah menjadi

lebih dalam lagi, sedangkan proses erosi yang terjadi pada kedua sisi lembah

yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadi landai kembali dan

elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali ketika

terjadi pengangkatan dari daratan.

1.2 Maksud dan Tujuan

• Praktikan dapat mengetahui dan mengenal geomorfologi baik secara umum

maupun khusus.

• Praktikan dapat menegetahui jenis-jenis bentang alam berdasarkan proses

terbentuknya.

• Praktikan dapat mengenal proses terjadinya bentang alam.

• Praktikan dapat mengetahui terbentuknya bentang alam.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dibagi dua, yaitu :

• Substansial : Jambi

• Spasial : Sungai Batanghari

Page 3: artikel fluvial

BAB II

ARTIKEL

Hutan DAS Batanghari Tinggal 3,5 Persen

Laporan wartawan KOMPAS Irma Tambunan

Selasa, 23 November 2010 | 16:49 WIB

JAMBI, KOMPAS.com - Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai

Batanghari Provinsi Jambi mendata hutan di sepanjang aliran sungai ini yang

masih dalam kondisi baik tinggal 3,5 persen. Sebanyak 4,9 juta hektar hutan

dalam keadaan sangat kritis hingga potensial kritis.

Berdasarkan data BP DAS Batanghari, kawasan hutan yang kondisinya

tidak kritis hanya 173.300 hektar, dari total 5,1 juta hektar di sepanjang DAS

Batanghari. Lahan yang kondisinya masih baik ini berada pada kawasan hutan

konservasi seluas 83.725 hektar, hutan produksi terbatas 48.165 hektar, hutan

lindung 20.967 hektar, hutan masyarakat 14.490 hektar, dan hutan produksi 5.959

hektar.

Sedangkan kondisi lahan yang sangat kritis dan kritis di sepanjang DAS

Batanghari telah mencapai 662.297 hektar. Selain itu, lahan yang agak kritis dan

potensial kritis sebanyak 4,2 juta hektar.

Hutan yang kondisinya telah kritis tersebut sebagian besar dalam kondisi

kritis dan sangat kritis berada pada hutan masyarakat seluas 302.000 hektar, dan

hutan produksi seluas 236.000 hektar.

"Lahan menjadi kritis karena telah beralih fungsi," ujar Misran, Kepala BP

DAS Batanghari.

Misran melanjutkan, luasnya hutan yang beralih fungsi lebih disebabkan

faktor manusia, dan tumbuhnya euforia akan komoditi. Akibatnya, banyak hutan

tidak lagi dapat berfungsi maksimal dan bahkan meningkatkan frekuensi bencana

seperti banjir dan longsor.

Untuk menekan keluasan lahan kritis, pihaknya sejauh ini terus

melaksanakan program penanaman pohon. Pihaknya tengah menyiapkan

penanaman pohon pada 131 unit kebun rakyat di Jambi. Ini untuk mendukung

Page 4: artikel fluvial

program nasional atas penanaman 1,6 juta hektar lahan kritis.  Selain itu, pihaknya

juga mengupayakan setiap kegiatan yang digelar kalangan pemerintahan maupun

swasta, diikuti dengan gerakan menanam pohon. "Setiap kegiatan perlu diikuti

gerakan menanam pohon agar semakin banyak lahan hijau," tuturnya.

Lahan pertanian

Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof Naik Sinukaban

mengatakan, masifnya pengalihfungsian lahan pertanian membuat kondisinya

semakin kritis. "Hal itu mengakibatkan manusia yang tinggal dalam lahan kritis

tidak dapat banyak bergantung untuk mengelola sumber penghidupannya dari

lahan. Lahan sudah terdegradasi berat," tuturnya.

Naik mencatat lahan di Indonesia yang sudah kritis mencapai lebih dari 30

juta hektar. Selain menimbulkan dampak bencana alam, lahan menjadi tidak

mampu memberikan produktivitas yang maksimal pada tanaman.

Menurut Naik, pemerintah perlu segera mengupayakan terobosan efektif

untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian sebelum kondisinya telanjur menjadi

kritis. Salah satunya dengan melakukan upaya konservasi tanah yang mengarah

pada terciptanya sistem pertanian berkelanjutan. Hal itu dapat dilakukan melalui

pemanfaatan teknologi dan peningkatan fungsi kelembagaan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pelestarian sumber daya lahan dan lingkungan.

http://sains.kompas.com/ (diakses tanggal 24-11-2010 pukul 5:40pm)

http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=47947432&ref_url=

(diakses tanggal 24-11-2010 pukul 8:15pm)

Page 5: artikel fluvial

BAB IV

PEMBAHASAN

Geomorfologi Fluvial adalah Semua bentuk lahan yang terjadi akibat

adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai

maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan.

Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau

laut, atau ke sungai yang lain.

Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke

dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai

merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke

laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa

bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak

sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya

berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan

kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara

sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sundai

umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan  

bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan

es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Pada kasus di atas Sungai mengalami perluasan disebabkan dari faktor

manusia dan tumbuhanya euforia akan komiditi yang berakibat banyak hutan

tidak lagi dapat berfungsi maksimal dan bahkan meningkatkan frekuensi bencana

seperti banjir dan longsor. Untuk menekan keluasan lahan kritis, pihaknya sejauh

ini terus melaksanakan program penanaman pohon.

Page 6: artikel fluvial