artikel fluvial
Transcript of artikel fluvial
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata
Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga
kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge
atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan
bumi.
Pengertian Geomorphic Processes semata-mata dijiwai oleh energi /
proses yang berasal dari luar bumi, dengan alasan adalah:
1. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung
sebagai faktor yang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau,
pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan
gunungapi.
2. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung
merubah bentuk atau struktur bentangalam.
Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu
kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam
merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik.
Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme,
sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting. Hasil dari proses
denudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian diangkut
dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga
mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang disebabkan oleh
proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah
endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan
dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.
Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model
tentang siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William
Morris Davis (1884.1899). Siklus geomorfik terinspirasi dari teori
uniformitarianisme yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton
(1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka
bumi, siklus geomorfik mampu menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai
yang mengikis lembah yang mengakibatkan kedalaman suatu lembah menjadi
lebih dalam lagi, sedangkan proses erosi yang terjadi pada kedua sisi lembah
yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadi landai kembali dan
elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali ketika
terjadi pengangkatan dari daratan.
1.2 Maksud dan Tujuan
• Praktikan dapat mengetahui dan mengenal geomorfologi baik secara umum
maupun khusus.
• Praktikan dapat menegetahui jenis-jenis bentang alam berdasarkan proses
terbentuknya.
• Praktikan dapat mengenal proses terjadinya bentang alam.
• Praktikan dapat mengetahui terbentuknya bentang alam.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dibagi dua, yaitu :
• Substansial : Jambi
• Spasial : Sungai Batanghari
BAB II
ARTIKEL
Hutan DAS Batanghari Tinggal 3,5 Persen
Laporan wartawan KOMPAS Irma Tambunan
Selasa, 23 November 2010 | 16:49 WIB
JAMBI, KOMPAS.com - Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai
Batanghari Provinsi Jambi mendata hutan di sepanjang aliran sungai ini yang
masih dalam kondisi baik tinggal 3,5 persen. Sebanyak 4,9 juta hektar hutan
dalam keadaan sangat kritis hingga potensial kritis.
Berdasarkan data BP DAS Batanghari, kawasan hutan yang kondisinya
tidak kritis hanya 173.300 hektar, dari total 5,1 juta hektar di sepanjang DAS
Batanghari. Lahan yang kondisinya masih baik ini berada pada kawasan hutan
konservasi seluas 83.725 hektar, hutan produksi terbatas 48.165 hektar, hutan
lindung 20.967 hektar, hutan masyarakat 14.490 hektar, dan hutan produksi 5.959
hektar.
Sedangkan kondisi lahan yang sangat kritis dan kritis di sepanjang DAS
Batanghari telah mencapai 662.297 hektar. Selain itu, lahan yang agak kritis dan
potensial kritis sebanyak 4,2 juta hektar.
Hutan yang kondisinya telah kritis tersebut sebagian besar dalam kondisi
kritis dan sangat kritis berada pada hutan masyarakat seluas 302.000 hektar, dan
hutan produksi seluas 236.000 hektar.
"Lahan menjadi kritis karena telah beralih fungsi," ujar Misran, Kepala BP
DAS Batanghari.
Misran melanjutkan, luasnya hutan yang beralih fungsi lebih disebabkan
faktor manusia, dan tumbuhnya euforia akan komoditi. Akibatnya, banyak hutan
tidak lagi dapat berfungsi maksimal dan bahkan meningkatkan frekuensi bencana
seperti banjir dan longsor.
Untuk menekan keluasan lahan kritis, pihaknya sejauh ini terus
melaksanakan program penanaman pohon. Pihaknya tengah menyiapkan
penanaman pohon pada 131 unit kebun rakyat di Jambi. Ini untuk mendukung
program nasional atas penanaman 1,6 juta hektar lahan kritis. Selain itu, pihaknya
juga mengupayakan setiap kegiatan yang digelar kalangan pemerintahan maupun
swasta, diikuti dengan gerakan menanam pohon. "Setiap kegiatan perlu diikuti
gerakan menanam pohon agar semakin banyak lahan hijau," tuturnya.
Lahan pertanian
Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof Naik Sinukaban
mengatakan, masifnya pengalihfungsian lahan pertanian membuat kondisinya
semakin kritis. "Hal itu mengakibatkan manusia yang tinggal dalam lahan kritis
tidak dapat banyak bergantung untuk mengelola sumber penghidupannya dari
lahan. Lahan sudah terdegradasi berat," tuturnya.
Naik mencatat lahan di Indonesia yang sudah kritis mencapai lebih dari 30
juta hektar. Selain menimbulkan dampak bencana alam, lahan menjadi tidak
mampu memberikan produktivitas yang maksimal pada tanaman.
Menurut Naik, pemerintah perlu segera mengupayakan terobosan efektif
untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian sebelum kondisinya telanjur menjadi
kritis. Salah satunya dengan melakukan upaya konservasi tanah yang mengarah
pada terciptanya sistem pertanian berkelanjutan. Hal itu dapat dilakukan melalui
pemanfaatan teknologi dan peningkatan fungsi kelembagaan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pelestarian sumber daya lahan dan lingkungan.
http://sains.kompas.com/ (diakses tanggal 24-11-2010 pukul 5:40pm)
http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=47947432&ref_url=
(diakses tanggal 24-11-2010 pukul 8:15pm)
BAB IV
PEMBAHASAN
Geomorfologi Fluvial adalah Semua bentuk lahan yang terjadi akibat
adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai
maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan.
Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain.
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai
merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke
laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa
bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak
sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan
kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara
sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sundai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan
bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan
es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Pada kasus di atas Sungai mengalami perluasan disebabkan dari faktor
manusia dan tumbuhanya euforia akan komiditi yang berakibat banyak hutan
tidak lagi dapat berfungsi maksimal dan bahkan meningkatkan frekuensi bencana
seperti banjir dan longsor. Untuk menekan keluasan lahan kritis, pihaknya sejauh
ini terus melaksanakan program penanaman pohon.