artikel amdal

14
Nama Kelompok : 1. A. Riza L2J008004 2. Anggi Aji P L2J008006 3. Ardhi R L2J008010 4. Arifani Rakhma P L2J008012 5. Barudi hasbi L2J008014 6. B. Nusye P L2J008015 7. Bintang Dyah L2J008016 8. Dewi Masita L2J008022 9. Maria Giacinta L2J008041 10. Maulina H L2J008042 11. Niken anggraeni L2J008046 12. Oneesa L2J008052 13. Priska S L2J008054 14. Rachmanita L2J008057 15. Ramada HM L2J008059 16. Tegar Chalis B L2J008071 17. Wenny Dwi RP L2J008073 18. Dewi Anggraeni L2J008086 19. Imbar A L2J008089 20. Widoretno L2J008098 21. Brian Angga L2J

Transcript of artikel amdal

Page 1: artikel amdal

Nama Kelompok :

1. A. Riza L2J008004

2. Anggi Aji P L2J008006

3. Ardhi R L2J008010

4. Arifani Rakhma P L2J008012

5. Barudi hasbi L2J008014

6. B. Nusye P L2J008015

7. Bintang Dyah L2J008016

8. Dewi Masita L2J008022

9. Maria Giacinta L2J008041

10. Maulina H L2J008042

11. Niken anggraeni L2J008046

12. Oneesa L2J008052

13. Priska S L2J008054

14. Rachmanita L2J008057

15. Ramada HM L2J008059

16. Tegar Chalis B L2J008071

17. Wenny Dwi RP L2J008073

18. Dewi Anggraeni L2J008086

19. Imbar A L2J008089

20. Widoretno L2J008098

21. Brian Angga L2J

Page 2: artikel amdal

31 Maret 2011 | 19:33 wib

Berita Aktual » Daerah

Penyusun Amdal Pasir Besi Tuding Ada Pelanggaran HAM

Kulonprogo, CyberNews. Tim penyusun Amdal penambangan pasir

besi menuding sebagian masyarakat Paguyuban Petani Lahan Pantai

(PPLP) telah melanggar hak asasi manusia (HAM). Pasalnya, sebagian

masyarakat PPLP telah menghambat tahapan awal studi sosial untuk

penyusunan Amdal, seperti yang terjadi di Balaidesa Garongan dan

Bugel.

Dalam tahapan awal studi sosial, tim konsultan PT Jogja Magasa Iron

(PT JMI) itu melakukan perkenalan di delapan desa yang akan terkena

dampak langsung penambangan. Sosialisasi atau perkenalan dilakukan

selama empat hari sejak Senin (28/3) hingga Kamis (31/3) meliputi Desa

Karangwuni, Garongan, Pleret, Bugel, Nomporejo, Kranggan,

Karangsewu, dan Banaran.

Dalam tahap awal itu, selain memperkenalkan diri tim sekaligus berupaya

mendapatkan nama-nama warga yang akan menjadi sampel responden

survey lapangan. Mekanismenya dengan mengundi sehingga lebih ojektif

dan bisa mengakomodir warga yang pro maupun kontra. Selain itu dalam

tahap awal itu tim sekaligus meminta perangkat desa dan anggota Badan

Perwakilan Desa (BPD) untuk mengisi kuesioner.

Proses itu berjalan relatif lancar di enam desa,tetapi gagal di Desa

Garongan dan Bugel karena mendapat penolakan dari warga PPLP.

Warga menduduki Balaidesa Garongan dan Bugel sebelum tim datang di

hari kedua sisoalisasi. Bahkan tim kemudian tidak jadi datang ke

Balaidesa Bugel.

Page 3: artikel amdal

“Di dua desa itu gagal karena ada pelanggaran HAM. Kalau sebagian

warga menghambat proses ini, mereka melanggar HAM, karena sebagai

tim yang independen kami punya hak untuk menjalankan proses ini

(Amdal),” kata Koordinator tim sosial penyusun Amdal, Laksita Nurainna,

di sela hari terakhir sosialisasi di Balaidesa Karangsewu, Galur, Kamis

(31/3).

Meski menganggap telah terjadi pelanggaran HAM, kata Laksita,

pihaknya tidak akan melakukan pelaporan ke Komnas HAM. Sebab

seharusnya tanpa pelaporan pun Komnas HAM akan menindaklanjutinya.

“Untuk Desa Bugel dan Garongan bagaimana kedepannya, banyak

kemungkinan. Yang pasi kami akan kulanuwun juga, mekanismenya

aparat yang memutuskan,” ujarnya.

Ketegangan

Dalam sosialisasi survei lapangan penyusunan Amdal hari terakhir di

Balaidesa Karangsewu, warga pro dan kontra penambangan pasir besi

saling menyampaikan pendapat. Meski tim berhasil memperoleh nama-

nama warga yang akan menjadi responden, namun sempat juga terjadi

ketegangan ketika belasan warga PPLP meminta waktu di tengah acara

untuk menyampaikan sikap.

“Silahkan menyampaikan pendapat, kami beri waktu setelah ini. Karena

sebagai pemerintah desa kami juga harus menjalankan tugas untuk

memfasilitasi acara ini,” kata Lurah Karangsewu, Sudarsana menjawab 

permintaan itu.

Setelah diberi kesempatan, Ketua PPLP unit Karangsewu, Rupingi

menyampaikan beberapa poin pernyataan sikap mewakili warga. Di

antaranya menyatakan tidak akan terlibat dan melibatkan diri dalam

Page 4: artikel amdal

segala bentuk kegiatan penelitian karena warga menolak rencana

penambangan pasir besi.

Selain itu melalui Rupingi, warga PPLP juga menghimbau kepada lurah,

aparatur desa, BPD dan masyarakat untuk tidak terlibat juga, apalagi

memberi dukungan terhadap rencana penambangan pasir besi.

“Mendesak kepada tim Amdal untuk menghentikan kegiatan penelitian ini

karena kami yang paling berhak atas tanah dan lingkungan pesisir,”

katanya.

Menanggapi tudingan adanya pelanggaran HAM terhadap tim penyusun

Amdal, secara terpisah Korlap PPLP, Widodo menepis anggapan itu.

Menurutnya, justru pihak yang terkait dengan rencana penambangan

pasir besi yang telah melanggar HAM warga pesisir. “Kok mereka bilang

(kami) melanggar HAM. Yang dilanggar siapa? Karena tanah ini milik

masyarakat, ini hak hidup kami,” tandasnya.

( Panuju Triangga / CN26 / JBSM )

Page 5: artikel amdal

Menyoal Amdal Jalan Tol Semarang

Penulis: Winarto Herusansono | Editor: I Made Asdhiana

Sabtu, 2 April 2011 | 08:41 WIB

Dibaca: 480

Komentar: 1

PROYEK jalan tol Semarang-Solo, seksi I ruas Semarang-Ungaran

dalam pembangunan ulang. Pembangunan ulang itu terutama di Stasiun

Page 6: artikel amdal

5+200 sampai STA 5+700 sepanjang 800 meter di ruas Gedawang

Susukan di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Konsultan Teknik PT Jasa Marga (Persero), Alan Rahlan, Senin

(28/3/2011) ketika menyaksikan langsung kondisi medan jalan tol di

Gedawang mengakui, jalan tol di ruas ini berada di daerah rawan longsor.

Tapi bukan berarti tidak dapat ditangani secara rekayasa teknik.

Penurunan level badan jalan termasuk upaya mengurangi beban tanah di

lokasi tol tersebut.

Atas pembangunan kembali tol ruas Gedawang Susukan, Direktur Utama

PT Trans Marga Jateng (TMJ), Agus Suharjanto menilai proses

perbaikan memakan waktu lama. Dia juga tidak berani menjamin ruas tol

tersebut, tidak ambles lagi.

Pada 26 Februari, jalan tol Seksi I Semarang Ungaran sepanjang 14,5

kilometer sesungguhnya sudah selesai pembangunan konstruksinya.

Jalan itu malahan digunakan jalur peserta sepeda santai, sebagai wujud

seremoni tidak resmi penanda tol segera berfungsi.

Tapi awal Maret 2011, jalan tol di ruas Gedawang itu retak memanjang di

lima titik. Keretakan badan jalan tol itu akibat penurunan level tanah di

bagian timur, menyusul longsornya tebing curam yang mengarah ke Kali

Pengkol.

PT TMJ kemudian membongkar badan jalan, kemudian mengeruk badan

jalan tol sedalam tujuh meter. Jalan tol di ruas Gedawang memang

dibangun di atas timbunan tanah variasi setinggi 20- 30 meter. Tanah

timbunan, di sis i timur terdapat jurang dalam lebih 30 meter. Dengan

Page 7: artikel amdal

adanya pengurangan tanah tujuh meter, tinggi jalan tol menjadi kini

antara 13-23 meter.

Kenapa proyek jalan tol itu, sebagian rutenya melewati daerah rawan

longsor atau tanah patahan? Apakah Amdal jalan tol ada yang salah,

kemungkinan inilah yang sebenarnya menjadi pangkal masalahnya.

Ketua Komidi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa

Tengah, Rukma Setiabudi berpendapat, daerah rawan longsor mestinya

tidak digunakan sebagai rute jalan tol. Jika tol itu berfungsi, mestinya

harus menjamin keselamatan, kenyamanan dan keamanan pengguna

jalan tol. "Kalau ternyata proyek tol itu berlangsung, kemudian timbul

masalah jalannya retak, apakah mungkin kesalahan di Amdalnya?" tanya

Rukma.

Bukan Kompetensinya

Amdal jalan tol Semarang Solo, yang diprakarsai Dinas Bina Marga Jawa

Tengah dan disusun oleh konsultan PT Virama Karya Jakarta, sudah

mendapatkan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dari Gubernur

Jawa Tengah nomor 665.1/15/2005 pada tanggal 5 Oktober 2005.

Nugroho Widi Asmadi, peneliti di Lembaga Penelitian Universitas Wahid

Hasyim Semarang mengungkapkan, proyek jalan tol itu tidak akan

melewati daerah longsor apabila kajian atas penyusunan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) digarap dengan benar.

"Kebenaran penyusunan Amdal sudah digugat masyarakat sejak 2006,

menyusul adanya perubahan rute rencana jalan tol Semarang Solo

mestinya tidak melewati Klentengsari dan Pedalangan di Banyumanik,"

ujar Nugroho.

Page 8: artikel amdal

Ia mengatakan, pengesahan penyusunan Amdal jalan tol Semarang Solo

itu bertentangan dengan 

a mengatakan, pengesahan penyusunan Amdal jalan tol Semarang Solo

itu bertentangan dengan perda Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2004

Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Semarang dan Perda Nomor 5

tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

Sesuai perda ini, rute jalan tol semula Tembalang Lapangan Undip

Tembalang Jatimulyo Kramas - Gedawang. Diduga ada kepentingan

tertentu, rute tol itu kemudian berubah menjadi Kramas Klentengsari

Tirtoagung Gedawang yang kini dibangun jalan tol.

Nugroho yang pernah menangani proyek Amdal di beberapa negara

Afrika, Asia dan Amerika Latin mencatat pula, pelanggaran penting yang

juga dilakukan tim penyusun Amdal adalah mengabaikan surat

Kementerian Lingkungan Hidup RI.

Surat Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup RI

nomor B-6049/Dep.V-4/LH/07/2007 tanggal 31 Juli 2007 pokok isinya

tidak mengesahkan Right of Way (ROW) dan Detail Engineering Design

(DED) pembangunan jalan tol Semarang Solo sebelum pelanggaran rute

diatasi.

Surat ini ditujukan Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT)

Kementerian PU, Gubernur Jateng, Wali Kota Semarang, Kepala Dinas

Bina Marga Jateng dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Semarang. Kenyataannya, nasib suratnya ini pun diabaikan

pula.

Page 9: artikel amdal

Sisi lain, Amdal juga tidak mengindahkan Peraturan Pemerintah (PP)

nomor 27 Tahun 1999 tentang 

Amdal yang sudah jelas mengatur keterlibatan masyarakat proses acuan

penyusunan Amdal. "Keterlibatan masyarakat disini artinya luas, tidak

hanya masyarakat umum yang terkena atau dilewati proyek jalan tol, tapi

juga masyarakat ahli berbagai bidang ilmu untuk mencermati soal

Amdal," ujar Nugroho.

Mengabaikan Saran Penilai Amdal

Peneliti transportasi di Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang

yang juga anggota Tim Penilai Amdal Jalan Tol, Djoko Setijowarno

menduga, pihak perusahaan penyusun Amdal itu juga dapat paket

pekerjaan penyusunan desain rekayasa detil (Detail Engineering).

Padahal, penyusunan Amdal bukan kompetensinya, diperkiraan

pekerjaan itu diserahkan pihak ketiga.

Proses Amdal yang janggal itu, lanjut Djoko, membuat banyak kalangan

akademi di Semarang menilai Amdal jalan tol itu asli tapi palsu (aspal).

"Artinya, ada beberapa ahli tercantum namanya tapi tak terlibat langsung

penyusunan Amdal," katanya.

Pengamat Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang,

Dwiyanto J. Saputro mengatakan, jalan tol itu mestinya menghindari

daerah patahan. Ini salah satu saran penting yang ternyata diabaikan tim

penyusun Amdal.

Jika saat ini jalan tol di Gedawang terbukti lewat daerah patahan, itu

akibat tiadanya ahli geologi, geomekanika dan hidrologi (ahli air) yang

terlibat di proses penyusunan Amdal jalan tol dari awal.

Page 10: artikel amdal

Diperoleh informasi, sebelum Amdal jalan tol itu disahkan Gubernur

Jateng (kala itu Mardiyanto) pada Oktober 2005, telah melalui sidang-

sidang kajian dan analisa Tim Penilai Amdal.

Tim-tim itu bersidang sepanjang 2004/2005, terdiri tim teknis dan anggota

komisi dengan pihak tim penyusun dan konsultan Amdal jalan tol di

Kantor Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jateng. Pakar-pakar lokal di

Semarang, baru terlibat setelah proses penyusunan Amdal mendekati

akhir.

Dengan mengabaikan sejumlah saran Tim Penilai Amdal jalan tol, tanda-

tanda amblesnya tanah di ruas tol Gedawang sudah muncul sejak 2009

ketika pembangunan proyek jalan tol sudah mencapai jarak enam

kilometer dari pintu tol Banyumanik di Kramas, Kota Semarang.

Penurunan level tanah di Gedawang makin kerap terjadi, mengingat

daerah timbunan tanah setinggi 30 meter ini diapit dua sungai besar

yakni Sungai Kaligarang disisi barat dan Kali Pengkol di sebelah timur.

Anggota Tim Teknis Komisi Penilai Amdal Provinsi Jateng, Dwi P.

Sasongko menyatakan, amblesan dan retakan tanah karena pergerakan

tanah pada ruas Gedawang Penggaron di Stasiun 5+500 dan STA

5+700. Kerentanan tanah disini kerap terjadi akibat pula perubahan tata

guna lahan.

Daerah patahan paling ideal, sebagai daerah resapan air. Gedawang

hingga hutan wisata Penggaron selama ini, sebelum dibangun jalan tol,

merupakan daerah resapan dan kawasan hutan lindung, tempat sumber

air bagi Kota Semarang.

Page 11: artikel amdal

"Potensi terjadinya amblesan dan retakan tanah di rute tol baru itu, sama

sekali tidak diprediksi dan dievaluasi dampaknya. Dokumen Amdal yang

sudah dibuat, juga tidak terekam di rekomendasi pengelolalaannya pada

dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan," kata Dwi Sasongko,

peneliti di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Undip Semarang.