Artikel

19
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN ABSTRAK Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi isu pokok dalam berbagai aktivitas manusia, salah satunya adalah kegiatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Namun bila pembangunan tersebut memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka dapat menyelamatkan lingkungan dan mengurangi dampak fatalitas bencana. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan penyelenggara infrastruktur jalan dan jembatan wajib menyelenggarakan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan sehingga tercipta infrastruktur jalan dan jembatan yang berkelanjutan. Namun dalam kenyataan di lapangan aspek lingkungan masih kurang diperhatikan, baik pihak proyek sebagai pemilik (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor). Artikel ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari literatur ilmiah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan aspek-aspek lingkungan yang harus mendapatkan perhatian dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Dengan adanya penjelasan tersebut diharapkan pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholder) akan lebih peduli terhadap lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga pembangunan yang dilaksanakan selain akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat juga turut melestarikan lingkungan. Secara umum kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan. Setiap tahapan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, dalam tahap perencanaan pembangunan jalan dan jembatan supaya rute (trase) jalan dan jembatan tidak melalui daerah konservasi serta dalam pelaksanaan dan pengoperasian serta pemeliharaannya haruslah seminimal mungkin gangguannya terhadap lingkungan, baik flora dan fauna maupun masyarakat sekitarnya. Kata kunci : infrastruktur jalan dan jembatan, stakeholder, lingkungan BAB I. PENDAHULUAN

description

d dfvrvrgbt nth thn tn ntyn y ynyn yntntnthnt nyu nyun yuny unt yh tyh tyh tyhtyhtyh tyhtyh tyh

Transcript of Artikel

Page 1: Artikel

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

ABSTRAK

Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi isu pokok dalam berbagai aktivitas manusia, salah satunya adalah kegiatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Namun bila pembangunan tersebut memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka dapat menyelamatkan lingkungan dan mengurangi dampak fatalitas bencana. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan penyelenggara infrastruktur jalan dan jembatan wajib menyelenggarakan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan sehingga tercipta infrastruktur jalan dan jembatan yang berkelanjutan. Namun dalam kenyataan di lapangan aspek lingkungan masih kurang diperhatikan, baik pihak proyek sebagai pemilik (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor).

Artikel ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari literatur ilmiah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan aspek-aspek lingkungan yang harus mendapatkan perhatian dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Dengan adanya penjelasan tersebut diharapkan pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholder) akan lebih peduli terhadap lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga pembangunan yang dilaksanakan selain akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat juga turut melestarikan lingkungan.Secara umum kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan. Setiap tahapan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, dalam tahap perencanaan pembangunan jalan dan jembatan supaya rute (trase) jalan dan jembatan tidak melalui daerah konservasi serta dalam pelaksanaan dan pengoperasian serta pemeliharaannya haruslah seminimal mungkin gangguannya terhadap lingkungan, baik flora dan fauna maupun masyarakat sekitarnya.

Kata kunci : infrastruktur jalan dan jembatan, stakeholder, lingkungan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk mendukung distribusi

lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur ruang wilayah (Renstra

Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi

yaitu : tujuan pembangunan dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun

dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan

Page 2: Artikel

untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif terhadap

lingkungan yang minimum.

Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah sebagai pemilik (owner)

sekaligus pembuat kebijakan (policy maker), pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan

lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan,

haruslah bersama-sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sehingga

infrastruktur jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana

mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga produk infrastruktur yang dihasilkan

ramah terhadap lingkungan.

Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang mengatur

masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan, Dalam

implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut telah dimasukkan dalam pasal

syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor sebagai penyedia jasa wajib melaksanakan pasal –

pasal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang

berwawasan lingkungan?

Bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan?

Bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang

berwawasan lingkungan di Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, artikel ini bertujuan untuk

membahas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan

sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Pembahasan akan dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan

jembatan serta bagaimana pelaksanaannya di Indonesia.

1.4 Manfaat

Artikel ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para stakeholder bagaimana

pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan,

sehingga kegiatan pembangunan tersebut tidak hanya untuk pembangunan semata, tapi juga

dalam rangka pelestarian lingkungan. Bagi masyarakat luas, artikel ini juga bertujuan untuk

memberikan pemahaman bagaimana seharusnya pembangunan infrastruktur jalan dan

Page 3: Artikel

jembatan dilaksanakan sehingga tidak merusak lingkungan, dan pada akhirnya dapat tercipta

apa yang disebut dengan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan

Lingkungan

Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki

taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi

dan modernisasi. Namun dalam pelaksanaan khususnya pada pembangunan yang bersifat

fisik seringkali para pihak yang terlibat mengabaikan masalah lingkungan, sehingga

menyebabkan kerusakan lingkungan. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur jalan

dan jembatan, masalah lingkungan tidak terlalu diperhatikan, baik pada saat perencanaan

maupun pada saat pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan

pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil atau produk dari pembangunan itu sendiri,

sementara dampaknya terhadap lingkungan masih diabaikan. Pada dasarnya kegiatan

pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak terhadap

lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, sebagai contoh pembangunan jalan

pada daerah yang tidak stabil dapat mengakibatkan kejadian tanah longsor yang efeknya

bahkan lebih besar daripada penebangan hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan

atau setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan

tersebut harus berwawasan lingkungan.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari

sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan alam

(Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan

yang berwawasan lingkungan, maka dalam setiap tahapan pembangunan harus

memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan

lingkungan dengan sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development).

2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan Infrastruktur

Jalan dan Jembatan

Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan

lingkungan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/M/1995

tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum, yang pada prinsipnya

Page 4: Artikel

mengatur semua aspek lingkungan pada seluruh siklus pembangunan proyek bidang

pekerjaan umum, termasuk proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari 8 (delapan)

kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan,DPU,2006) yaitu :

1. Perencanaan umum

2. Pra studi kelayakan

3. Studi kelayakan

4. Perencanaan teknis

5. Pra konstruksi

6. Konstruksi

7. Pasca konstruksi

8. Evaluasi pasca konstruksi

Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU

Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan.

Page 5: Artikel

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan

dan jembatan, sebagai contoh dengan pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan jalan

dan jembatan setelah perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya pra studi

kelayakan. Penerapan pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada gambar 2.1 di

atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan umum

Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan diawali dengan

perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide pembangunan jalan atau jembatan

baru maupun peningkatan jalan atau jembatan yang telah ada. Walaupun masih berupa

perencanaan umum dan belum adanya kegiatan fisik, namun pihak pemrakarsa proyek sudah

harus mengidentifikasi sedini mungkin dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya

proyek atau pembangunan jalan dan jembatan terhadap lingkungan, melalui proses

penyaringan lingkungan. Dengan adanya proses penyaringan tersebut akan didapat gambaran

apakah suatu proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau

cukup dengan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan

Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP (Standard Operation Procedure).

Adapun kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang wajib AMDAL

atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah.

Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL atau RKL dan RPL.

( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

NO. Jenis ProyekWajib dilengkapi

AMDAL (Skala/besaran)*)

Wajib dilengkapi RKL dan RPL

(Skala/besaran)**)1.

2.

Jalan tol dan jalan layanga. Pembangunan jalan tolb. Pembangunan jalan laying atau subwayc. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan

lahan untuk Damijad. Peningkatan jalan tol tanpa pembebasan

lahan untuk Damija

Jalan rayaa. Pembangunan/peningkatan jalan dengan

pelebaran di luar Damija

Di kota besar/metropolitan : Panjang, atau Luas pembebasan tanah

Di kota sedang Panjang, atau Luas pembebasan tanah

a. Semua besaranb. Panjang ≥ 2 km

-

-

Panjang ≥ 5 kmLuas ≥ 5 Ha

Panjang ≥ 10 kmLuas ≥ 10 Ha

-b. Panjang < 2 kmc. Semua besaran

d. Panjang ≥ 5 km

1 km ≤ panjang < 5 km2 Ha ≤ luas < 5 Ha

3 km ≤ panjang < 10 km5 Ha ≤ luas < 10 Ha

Page 6: Artikel

3.

Pedesaan/antar kota Panjang

b. Peningkatan jalan dengan pelebaran pada Damija yang ada

Di kota besar/metropolitan(Jalan arteri atau kolektor)

Jembatana. Pembangunan jembatan di kota besar /

metropolitanb. Pembangunan jembatan di kota sedang /

lebih kecil

Panjang ≥ 30 km

-

-

-

5 km ≤ panjang < 30 km

Panjang ≥ 10 km

Panjang ≥ 20 m

Panjang ≥ 60 m

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001**) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan : Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa Kota besar : Jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa Kota sedang : Jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa Kota kecil : Jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa Kota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 – 20.000 jiwa

b. Tahap pra studi kelayakan

Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan yang

meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen jalan atau jembatan, dan

setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga kelayakan lingkungan melalui proses

kajian awal lingkungan.

c. Tahap studi kelayakan

Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis, ekonomi,

finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif trase jalan atau jembatan

berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis kelayakan lingkungan dilakukan

melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.

Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus dapat diterima

oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan, pengoperasian maupun

pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan,DPU,2005), misalnya :

1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi

2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan sekitarnya

3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi

4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta menyiapkan

kerangka acuan kerja

Page 7: Artikel

5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi

Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan dalam bentuk

dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk pengelolaan lingkungan pada tahap

perencanaan teknis (detail design), pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

d. Tahap perencanaan teknis

Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :

Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran lapangan yang

akurat

Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail jalan, jembatan

dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis

yang digunakan pada tahap konstruksi

Perhitungan biaya konstruksi

Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi

Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah penjabaran

RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi dalam pengelolaan

lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencana teknis harus memahami dokumen

RKL yang telah ditetapkan, karena itu tim konsultan perencana seyogyanya dilengkapi

dengan tenaga ahli lingkungan. Dalam kegiatan

Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus mencakup biaya

pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada tahap pasca konsruksi. Jika

diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah dan

pemukiman kembali termasuk semua dampak yang akan timbul, sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam dokumen RKL.

e. Tahap pra konstruksi

Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk

yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa proyek atau instansi

terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan

RPL untuk penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.

f. Tahap konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi pekerjaan

tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan perlengkapannya. Penerapan

pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL

tahap konstruksi, untuk menangani semua dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan

Page 8: Artikel

konstruksi, seperti erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan

utilitas di areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2.2 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan Alternatif

Pengelolaannya.

Kegiatan yang

Menimbulkan Dampak

Prakiraan Dampak Yang

Timbul

Alternatif Pengelolaan

Lingkungan

Persiapan Pekerjaan Konstruksi

1. Mobilisasi tenaga kerja

2. Mobilisasi peralatan berat

3. Pembuatan jalan masuk

Pelaksanaan Pekerjaan

Konstruksi

a. Di lokasi proyek

1. Pembersihan dan penyiapan

lahan

2. Pekerjaan tanah (galian /

timbunan)

a. Kecemburuan sosial

b. Peningkatan kesempatan kerja

(dampak positif)

a. Kerusakan prasarana jalan

a. Pencemaran udara

a. Gangguan pada flora dan fauna

b. Pencemaran udara

c. Pencemaran air permukaan

d. Gangguan pada utilitas

a. Pencemaran udara (debu)

b. Pencemaran air

c. Gangguan pada aliran air tanah

a.1. Tenaga kerja lokal

diprioritaskan

a.2. Sosialisasi pada penduduk

lokal

b.1. Pemberian informasi tentang

tenaga kerja yang diperlukan

b.2. Pelatihan tenaga kerja local

a.1. Perbaikan jalan yang rusak

a.2. Membatasi tonase

a. Penyiraman jalan secara

berkala

a. Penghijauan

b. Penyiraman

c. Pembuatan tanggul atau

drainase sementara untuk

pengendalian air larian

d. Pemindahan dan perbaikan

utilitas

a. Penyiraman secara berkala

b. Pembuatan tanggul atau

drainase sementara untuk

pengendalian air larian

c. Pembuatan sistem drainase

Page 9: Artikel

3. Pekerjaan badan jalan / lapis

perkerasan

4. Pembuatan sistem drainase

5. Pemancangan tiang pancang

6. Pekerjaan bangunan bawah

dan bangunan atas jembatan

atau jalan laying

7. Pembangunan bangunan

pelengkap jalan

b. Di lokasi quarry dan jalur

transportasi material

1. Pengambilan tanah dan

material bangunan di quarry

dan borrow area di darat

2. Pengambilan material di

quarry sungai

dan air permukaan

d. Gangguan stabilitas

e. Perubahan bentang alam /

lansekap

a. Pencemaran udara (debu)

b. Gangguan lalu lintas

a. Gangguan lalu lintas

a. Kebisingan

b. Getaran (kerusakan bangunan

sekitar)

c. Gangguan lalu lintas

a. Gangguan lalu lintas

a. Peningkatan estetika lingkungan

(dampak positif)

a. Pencemaran udara (debu)

b. Kebisingan

c. Kerusakan badan jalan

d. Gangguan lalu lintas

a. Degradasi dasar sungai

b. Pencemaran air sungai

d.1. Perkuatan tebing

d.2. Pengendalian air tanah

e. Penataan lansekap

a. Penyiraman secara berkala

b.1. Pengaturan lalu lintas

b.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a.1. Pengaturan lalu lintas

a.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Pemberitahuan kepada

masyarakat sekitar dan

pengaturan jadwal kerja

b. Penggunaan bor

c.1. Pengaturan lalu lintas

c.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a.1. Pengaturan lalu lintas

a.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Penanaman pohon dan

tanaman hias

a. Penyiraman berkala dan bak

truk ditutup terpal

b. Perawatan kendaraan

c. Pemeliharaan/perbaikan jalan

d.1. Pengaturan lalu lintas

d.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Pemilihan lokasi quarry yang

tepat

b. Pengendalian bahan buangan

Page 10: Artikel

3. Pengangkutan tanah dan

bahan bangunan

c. Di lokasi base camp dan

AMP

1.3Pengoperasian base camp

(barak pekerja, kantor,

stone*) crusher dan AMP**))

c. Gangguan terhadap biota air

d. Longsor tebing sungai

a. Pencemaran udara (debu)

b. Kebisingan

c. Kerusakan badan jalan

d. Gangguan lalu lintas

a. Kecemburuan social

b. Pencemaran udara

c. Kebisingan

d. Pencemaran air permukaan

e. Kecelakaan lalu lintas

c. Pengendalian bahan buangan

d.1. Perkuatan tebing

d.2. Penggalian bertahap

a. Penyiraman secara berkala

b. Perawatan kendaraan

c. Pemeliharaan/perbaikan jalan

d. Pengaturan lalu lintas

a. Pendekatan kepada

masyarakat

b. Perawatan peralatan

c. Perawatan peralatan

d. Pengendalian limbah cair

e. Pengaturan lalu lintas

Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPUKeterangan : *) Stone crusher : alat pemecah batu

**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas

f. Tahap pasca konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian (pemanfaatan)

jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara optimal

dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan

pemeliharaan ruas jalan atau jembatan tersebut, diperlukan pelaksanaan dan pemantapan

RKL dan RPL tahap pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran

udara dan kebisingan serta pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

g. Tahap evaluasi pasca proyek

Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau pengoperasionalan

ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan sampai dengan tercapainya umur

rencana desain. Pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah evaluasi pelaksanaan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap sebelumnya agar dapat dijadikan

masukan dalam kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan

selanjutnya.

Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus kegiatan

pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di atas harus dipantau

Page 11: Artikel

pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan sebelum dan setelah pelaksanaan

pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu dengan pemantauan pengelolaan lingkungan

dapat diketahui keberhasilan pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan.

2.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan

Lingkungan di Indonesia

Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur

jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum telah banyak mengeluarkan

keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah

dijadikan bagian dari dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan

dalam spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan baik pihak proyek maupun penyedia

jasa (kontraktor).

Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program “green construction” yaitu

kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah lingkungan. Dalam kegiatn pembangunan

infrastruktur jalan dan jembatan, pemerintah tengah menggalakkan program penggunaan

material daur ulang, yaitu penggunaan kembali bahan agregat dari konstruksi jalan yang telah

rusak dengan menggunakan teknik dan campuran tertentu sedemikian rupa agregat tersebut

dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru sehingga dapat menghemat

penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam hal konstruksi penahan longsor badan

jalan tengah dikembangkan penggunaan rumput vetifer, selain murah, kuat dan ramah

lingkungan juga menambah nilai estetika.

BAB III. PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :

1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi menyebabkan

kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu adanya pengelolaan dan

pemantauan dampak lingkungan.

2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan kontrak

konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor) dalam

pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.

Page 12: Artikel

3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang penguatan kapasitas

institusional dan sumberdaya manusia

3.2. Ucapan terima kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syarwan ST.MT

sebagai dosen pengampu mata kuliah komputer 1 yang telah membimbing dalam teknik

penulisan ilmiah dan para kolega yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

berkenan membaca dan memberikan koreksi pada penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

____________ 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001,

tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

____________ 2003. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003, tentang

Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana

Wilayah yang Wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL. Departemen Permukiman

dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

____________ 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011, tentang

Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi.

Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.

____________ 2010. Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian

Pekerjaan Umum. Jakarta.

Sumarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Bandung.

Manik, K.E.S, 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandar Lampung.

Michell, B., Setiawan, B. dan Rahmi, D.H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.

Yogyakarta.

____________ 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No.

08/BM/05. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Pekerjaan Umum.

Jakarta.

____________ 2009, Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

No. 010/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

Jakarta.

Page 13: Artikel

____________ 2009. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan

No. 011/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

Jakarta.

____________ 2005. Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan No. Pd T-19-

2005-B. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Suratmo, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta

Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga

Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan Konstruksi

dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi III 2006. Jakarta.

____________ 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects. Transport

South Australia. Walkerville SA.