Argento Metri

13

Click here to load reader

Transcript of Argento Metri

Page 1: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

I. JUDUL

Titrasi Argentometri

II. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat membuat larutan baku AgNO3 0,0141 N.

2. Mahasiswa dapat membuat larutan baku NaCl 0,0141 N.

3. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan AgNO3 dengan larutan NaCl.

III. DASAR TEORI

Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah

dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat

dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis

reaksinya, volumetri dibedakan atas :

1. Asidimetri dan alkalimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.

2. Oksidimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.

3. Argentometri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion g+). Istilah

argentometri diturunkan dari bahasa Latin Argentum yang berarti perak. Jadi,

argentometri merupakan salah satu cara menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang

dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada

titrasi agentometri zat pemerikasaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan

larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar

yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat diendapkan, kadar garam dalam larutan

pemeriksaan dapat ditentukan. (Al. Underwood,1992)

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :

1. Indikator

2. Amperometri

3. Indikator kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan

dalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan

antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang

dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna atau muncul tidaknya

1

Page 2: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

keruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog

dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu:

1.Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari

reagen/analit.

2.Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.

(skogg,1965)

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas:

1.Cara Mohr

Cara ini biasanya dipakai terutama dalam penetuan klorida dan bromida.

Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka terjadi reaksi :

Ag+ + Cl- → AgCl

Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indikator larutan K2CrO4 yang

dengan ion perak berlebih menghasilkan endapan yang berwarna kemerah-

merahan. Titrasi ini harus dilakukan dengan suasana netral atau basa lemah.

2.Cara Volhard

Titrasi ini dilakukan secara langsung, dimana ion halogen lebih dahulu

dengan ion perak yang berlebih. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan

KCNS atau NH4CNS. Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indikator ion

Fe3+ yang dengan ion CNS berlebih menghasilkan larutan berwarna merah.

Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.

3.Cara Vajans

Menurut cara ini, suatu ion halogenida dengan AgNO3 membentuk

endapan perak halogenida yang pada titik ekivalen dapat mengadsorpsi berbagai

zat warna sehingga terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan

suasana netral atau sedikit basa dengan indikator flourescein. Bromide, iodide,

dan tiosianat dapat dititrasi dalam suasana asam lemah dengan indikator eosin.

4.Metoda Liebig

Pada metoda ini titik akhir titrasinya tidak ditunjukkan dengan indikator,

akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya keruhan. Ketika larutan perak nitrat

ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi

pada penggojogan larut kembali karena terbentuk komplek sianida yang stabil

dan larut.

2

Page 3: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut

akan menghasilkan endapan perak sianida:

Ag+ + Ag(CN)2- Ag(CN)2

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Pembuatan Larutan Baku AgNO3 0,0141 N

a. Alat

Gelas beker

Gelas ukur

Labu ukur 1000 ml

Batang Pengaduk

Neraca analitik

b. Bahan

Kristal AgNO3

air suling /aquades

2. Pembuatan Larutan BakuNaCl 0,0141 N

a. Alat

Neraca analitik

Gelas arloji

Gelas beker

Labu ukur 1000 ml

Batang pengaduk

Gelas ukur

b. Bahan

Kristal NaCl murni

Air suling /aquades

3. Pembakuan AgNO3 dengan larutan NaCl

a. Alat

Buret 50 ml

Pipet volume10 ml

Erlenmeyer 250 ml

3

Page 4: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

Pipet tetes

Gelas beker

b. Bahan

Larutan baku AgNO3 0,0141 N

Larutan baku NaCl 0,0141 N

Larutan K2CrO4 5%

V. PROSEDUR

1. Pembuatan Larutan Baku AgNO3 0,0141 N

a. Larutkan 2,395 g AgNO3 dalam gelas beker dengan 50 ml air suling

bebas klorida.

b. Aduk hingga homogen.

c. Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, kemudian tambahkan air

suling sampai batas.

d. Pindahkan ke dalam botol yang sudah diberi etiket (nama larutan dan

tanggal pembuatan).

2. Pembuatan Larutan BakuNaCl 0,0141 N

a. Timbang 0,824 g NaCl dalam gelas arloji.

b. Larutkan dengan air suling yang bebas klorida dalam gelas beker.

c. Pindahkan dalam labu ukur 1000 ml, encerkan dengan air suling

sampai volume larutan 1000 ml sambil dikocok hingga homogen.

d. Beri etiket ( nama larutan dan tanggal pembuatan).

3. Pembakuan AgNO3 0,0141 N dan larutan NaCl 0,0141 N

a. Pipet 10 ml larutan NaCl dan masukkan dalam erlenmeyer.

b. Tambahkan 2-3 tetes larutan K2CrO4 5%.

c. Larutan baku AgNO3 dimasukkan ke dalam buret.

d. Titrasi larutan NaCl yang berada dalam erlenmeyer dengan larutan

AgNO3 sambil dikocok.

e. Ulangi titrasi sampai 3 kali, kemudian hasilnya dirata-ratakan.

4

Page 5: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

VI. HASIL PENGAMATAN

Volume titrasi I : 11,12 ml

Volume titrasi II : 10,82 ml

Volume titrasi III : 10,92 ml

Volume rata-rata : 10,95 ml

Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna menjadi coklat merah (merah keruh).

VII. PERHITUNGAN

1. Penetuan Massa kristal AgNO3 untuk Pembuatan 1000 ml AgNO3 0,0141 N

Diketahui:

L = 1000 ml = 1L

N AgNO3 = 0,0141 N

BM AgNO3 = 169,87

BE = BM

Valensi

= 169,87

1

= 169,87

Jadi, massa kristal AgNO3 yang diperlukan dapat ditentukan dengan cara:

G = L x N x BE

= 1 x 0,0141 x 169,87

= 2,395 gram

2. Penentuan Massa Kristal NaCl murni untuk pembuatan 1000 ml NaCl

0,0141 N

Diketahui:

L = 1000 ml = 1L

N NaCl = 0,0141 N

BM NaCl = 59,435

BE = BM

Valensi

= 59,436

5

Page 6: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

1

= 59,436

Jadi, massa kristal NaCl murni yang diperlukan dapat ditentukan dengan cara:

G = L x N x BE

= 1 x 0,0141 x 59,453

= 0,838 gram

3. Perhitungan Kadar AgNO3

Diketahui :

Volume titrasi I : 11,12 ml

Volume titrasi II : 10,82 ml

Volume titrasi III : 10,92 ml

Volume rata-rata : 10,95 ml

Kadar AgNO3 = V1 x N1 = V2 x N2

= 10 x 0,0141 = Vol.tit x N2

N2 = 0,14

Vol.tit

N2 = 0,14

Vol.tit

= 0,14

10,95

N2 = 0,0128 N

VIII. PEMBAHASAN

Argentometri merupakan salah satu cara menentukan kadar zat dalam suatu

larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan

ion Ag+. Pada titrasi agentometri zat pemerikasaan yang telah dibubuhi indikator

dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur

volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat diendapkan,

kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

Pada praktikum ini metode titrasi argentometri yang digunakan adalah titrasi

menggunakan metode Mohr, yaitu cara yang biasa dipakai terutama dalam penetuan

6

Page 7: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

klorida dan bromida. Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO 3 maka

terjadi reaksi :

Ag+ + Cl- → AgCl

Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indikator larutan K2CrO4 yang dengan

ion perak berlebih menghasilkan endapan yang berwarna kemerah-merahan.

Pada proses titrasi argentometri menggunakan metode Mohr ini, hal pertama

yang dilakukan adalah membuat larutan baku AgNO3 0,0141 N dengan cara, pertama

Larutkan 2,395 g AgNO3 dalam gelas beker dengan 50 ml air suling bebas klorida,

kemudian aduk hingga homogen. Setelah itu, pindahkan ke dalam labu ukur 1000 m,

dan tambahkan air suling sampai batas, kemudian pindahkan ke dalam labu ukur yang

telah diberi etiket ( nama larutan dan tanggal pembuatan). Pemberian etiket sangat

penting agar praktikan tidak salah memasukkan larutan yang digunakan saat titrasi.

Tahap ke dua adalah membuat larutan baku NaCl 0,0141 N dengan cara, pertama

timbang 0,824 g NaCl dalam gelas arloji, kemudian larutkan dengan air suling yang

bebas klorida dalam gelas beker. Setelah itu, Pindahkan dalam labu ukur 1000 ml,

encerkan dengan air suling sampai volume larutan 1000 ml sambil dikocok hingga

homogen, dan beri etiket ( nama larutan dan tanggal pembuatan).

Proses terakhir adalah pembakuan atau standarisasi larutan AgNO3 0,0141 N

dengan larutan NaCl 0,0141 N. Pada proses titrasi ini digunakan larutan K2CrO4 5%

sebagai indikator. Proses pembakuan larutan AgNO3 0,0141 N dengan larutan NaCl

0,0141 N adalah sebagai berikut : pertama, Pipet 10 ml larutan NaCl dan masukkan

dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 2-3 tetes larutan K2CrO4 5%, setelah itu,

larutan baku AgNO3 dimasukkan ke dalam buret. Titrasi larutan NaCl yang berada

dalam erlenmeyer dengan larutan AgNO3 sambil dikocok. Ulangi titrasi sampai 3 kali,

kemudian hasilnya dirata-ratakan.

Dari hasil praktikum, didapatkan normalitas AgNO3 melalui perhitungan sebagai

berikut :

Volume titrasi I : 11,12 ml

Volume titrasi II : 10,82 ml

Volume titrasi III : 10,92 ml

Volume rata-rata : 10,95 ml

Kadar AgNO3 = V1 x N1 = V2 x N2

7

Page 8: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

= 10 x 0,0141 = Vol.tit x N2

N2 = 0,14

Vol.tit

N2 = 0,14

Vol.tit

= 0,14

10,95

N2 = 0,0128 N

Ternyata dari hasil titrasi yang dilakukan, didapat konsentrasi AgNO3 yaitu

0,0128 N, sedangkan dari proses pengenceran yang dilakukan diperoleh konsentrasi

AgNO3 yaitu 0,0141 N. Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin lebih disebabkan karena

ketidak-telitian saat penimbangan, pembuatan larutan dan menentukan titik akhir titasi.

IX. KESIMPULAN

1. Argentometri merupakan salah satu cara menentukan kadar zat dalam suatu

larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan

dengan ion Ag+.

2. Untuk membuat 1000 ml larutan baku AgNO3 0,0141 N diperlukan 2,395 gram

kristal AgNO3.

3. Untuk membuat 1000 ml larutan baku NaCl 0,0141 N diperlukan 0,838 gram

kristal murni NaCl.

4. Normalitas larutan AgNO3 setelah titrasi yaitu 0,0128 N.

5. Kesalahan yang terjadi pada hasil titrasi mungkin lebih disebabkan karena

ketidak-telitian saat penimbangan, pembuatan larutan dan menentukan titik akhir

titasi.

X. SARAN

8

Page 9: Argento Metri

Praktikum Kimia Analitik VIKamis, 20 Oktober 2011

1. Disarankan kepada para praktikan agar dapat lebih meningkatkan

ketelitian sehingga kesalahan saat pembuatan larutan dan pada saat

melakukan titrasi dapat diminimalisir.

2. disarankan kepada praktikan agar tidak lupa memberikan etiket pada

larutan sehingga tidak terjadi kesalahan saat melakukan titrasi.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengajar Mata Kuliah Kimia Analitik.2011.Satuan Acara Praktikum Kimia

Analitik (Smester 1).Denpasar: Politekni Kesehatan Denpasar Jurusan D3

Analis Kesehatan

http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-word-

argentometri.pdf

9