Archaebacteria

24
ARCHAEBACTERIA Mengenal mikroorganisme prokariot yang hidup di habitat ekstrim Kemal Faizal H X- 4

Transcript of Archaebacteria

Page 1: Archaebacteria

ARCHAEBACTERIA

Mengenal mikroorganisme prokariot yang hidup di habitat ekstrim

Kemal Faizal H X- 4

Page 2: Archaebacteria

Klasifikasi 3 domain organisme

Animals

Fungi

Plants

Protists

Eukaryotes

Archae

Bacteria

Page 3: Archaebacteria

Apa itu Archaebakteri….?

Archaebakteri berasal dari bahasa latinArchaios = primitif/kuno

Archaebakteri: kelompok mikroorganisme yang memiliki karakteristik unik, memiliki kemampuan adaptasi di lingkungan ekstrim seperti pada temperatur tinggi, asam, kadar garam tinggi, dan metabolisme khusus seperti gas methan

Page 4: Archaebacteria

Morfologi Batang, kokus, spiral, bentuknya tidak tetap, pleomorfikUniseluler berfilamen sampai aggregatBerukuran mulai 0.1 sampai lebih dari 15 µm (filamennya

sampai berukuran 200 µm)Organisme gram-positif dan gram-negatif Replikasi dengan pembelahan biner, tunas, fragmentasi, dll.

FisiologiAerob, Fakultatif dan AnaerobMesophiles sampai Hyperthermophiles (tumbuh di bawah

100˚C)Umumnya ditemukan di perairan Antartik

Kebutuhan NutrisiKemolitotrof atau organotrof

Habitat Sering ditemukan di

Daerah yang bersuhu tinggi

Kondisi lingkungan ekstrim

Page 5: Archaebacteria

Habitat ekstrim

Kamchatka, Russia

Eslandia

Jepang

Page 6: Archaebacteria

Bacteria Of Boiling Hot Springs In Yellowstone National Park

Page 7: Archaebacteria
Page 8: Archaebacteria

Evolusi Evolusi ArchaebacteriaArchaebacteria

Para ahli awalnya berpendapat bahwa Archaebacteria merupakan bagian dari kingdom monera (Maggie’s Earth Adventures,2001)

Archaebacteria berasal dari salah satu divisi Eubacteria (termofil) (Theresa Thiel,1999).

Cara hidupnya yang berbeda - anaerobik dan hidup di habitat ekstrim, mendasari evolusi pada archaebacteria yang membedakannya dengan Eubacteria.

Page 9: Archaebacteria

Archaebakteri:

Cara hidup yang berbeda (habitat extrem, anaerob) mendasari Evolusi pada Archaebacteria

Para ahli lainnya berpendapat Archaebacteria lebih primitif dibanding eubacteria dan eucarya.

Archaebacteria hidup dan berkembang lebih dari 3 juta tahun yang lalu.

Page 10: Archaebacteria

EUBACTERIA VS ARCHAEOBACTERIA

• Dinding sel Eubacteria mengandung peptidoglycan; archaeobacteria tidak (pseudopeptidoglikan) • Phospholipid pada membran plasma Eubacteria

memiliki rantai asam lemak panjang; archaeobacteria memiliki rantai as.lemak panjang berupa phytanol

• Sintesis Protein : assam amino start kodon pada eubacteria > methionine;sedangkan pada archaobacteria > formylmethionine • Archaeobacteria menghasilkan senyawa yang tidak

umum spt gas methan • Archaeobacteria ditemukan pada habitat yang

ektrim

Page 11: Archaebacteria

Perbandingan Dinding Sel

Bakteri :

Archaebakteria :

Eukariot :

Perbandingan Membran SelLipid pada bakteri dan eukariot :

Lipid Pada Archaea :Cabang rantaihidrokarbon dihubungkan dengan gliserol melalui ikatan eter dan tidak ditemukan rantai asam Lemak

PolysakaridaPolysakarida

PeptidoglycanPeptidoglycan

PseudopeptidoglycanPseudopeptidoglycan

KitinKitin

Polimer asam lemakgliserol yang dihubungkan dengan ikatan ester

Page 12: Archaebacteria

Membran sel Eubacteria, eukarya dan archaebakteri

Isoprene side chain = Archaea

Side chains are fatty acids

Ester linkEther link

Page 13: Archaebacteria

Dinding sel Archaebakteria

Dinding sel Archaebakteri: pseudopeptidoglycan terdiri dari N-acetylglucosamine dan N-acetytalosaminuronic acid (pada EuBacteria biasanya N-acetylmuramic acid)

Page 14: Archaebacteria

DINDING SELARCHEOBACTERIA

Dinding sel Archaebacteria berbeda dengan

Eubacteria baik dalam struktur maupun

komposisi kimiaDinding sel archaebakteria terdiri dari :

Protein, Glikoprotein atau polisakarida,

tetapi tidak mengandung asam Nasetilmuramat dan D-asam amino (tidak

mengandung peptidoglikan)

Page 15: Archaebacteria

Membran sel Archaebacteria

Page 16: Archaebacteria
Page 17: Archaebacteria

Klasifikasi Archaebakteria

1. Hipertermofil

3. Ekstrim Halofil

2. Metanogen

Page 18: Archaebacteria

HIPERTERMOFIL

Hidup pada lingkungan yang ektrem panas dengan temperatur optimum antara 80oC – 110oC. Hipertermofil terdiri atas termofilik dan asidofilik. Beberapa contoh spesies dari hipertermofil adalah Sulfolobus (hidup pada temperatur diatas 70oC dengan pH 2-3), Thermococcus sp, Thermobacterium

sp, Acidianus sp, Thermus aquaticus

Page 19: Archaebacteria

Acidianus ambivalens

Hidup pada lahar panas, dengan suhu optimum pada 80oC dengan pH 2,5 pada lempeng sulfur

Thermus aquaticus

Thermofilik yang hidup pada suhu optimum 50oC atau lebih. Dengan ph yang sangat rendah kurang dari 2

Page 20: Archaebacteria

Streptococcus thermophylus

Page 21: Archaebacteria

Halobacterium salinarium dan Halobacterium halobium mampu hidup pada daerah dengan kadar garam yang tinggi.

EKSTRIM HALOFIL

Dunaliella mampu berkembang pesat dalam air asin dengan salinitas sampai 30% (9 kali kadar garam pada air laut),yang normal 0,5 M NaCl

Dunaliella

Page 22: Archaebacteria

Termoplasma hanya terdiri atas satu genus, yaitu Termoplasma, dimana genus ini mampu hidup pada daerah deposit batu bara.

Termoplasma acidophilum Archaea thermotoga

Page 23: Archaebacteria

METANOGEN

Metanogen merupakan archaebacteria yang mampu menghasilkan gas metana hasil reduksi CO2.

Methanococcus mampu hidup dalam lingkungan yang anaerob.

Contoh species dari metanogen adalah Methanopyrus sp (hidup pada temperatur antara 95 – 1100C), Methanobacterium sp, Methanosarcina sp, dan Methanococcus sp.

Page 24: Archaebacteria

Methanococcus sp

Methanosarcina sp