AQIDAH

21
MAKALAH AGAMA ISLAM AQIDAH” Oleh : PAI 70 1. Ayu Dilia Novita Sari (122010101009) 2. Zuliyatul Masnunah (122010101016) 3. Ulva Sertiana (122010101017) 4. Kardiana Izza Ell Milla (122010101031) 5. Farmitalia Nisa Tristianti (122010101037)

description

5n

Transcript of AQIDAH

Page 1: AQIDAH

MAKALAH AGAMA ISLAM

“AQIDAH”

Oleh :

PAI 70

1. Ayu Dilia Novita Sari (122010101009)

2. Zuliyatul Masnunah (122010101016)

3. Ulva Sertiana (122010101017)

4. Kardiana Izza Ell Milla (122010101031)

5. Farmitalia Nisa Tristianti (122010101037)

Pembimbing : Akhmad Munir

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

Page 2: AQIDAH

2012

PENDAHULUAN

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu trsebut untuk dipelajati. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, yakni pencipta kita.

Allah menciptakan manusia dengan seindah – indahnya dan selengkap – lengkap bentuk dibandingkan dengan makhluk / ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing dengan mengutus para rasul-Nya, semua menyerukan kepada tauhid agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu – ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.

Begitu pentingnya aqidah ini sehingga Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul, membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah dengan menekankan masalah aqidah. Sebab aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah. Untuk itu, masalah aqidah akan dibahas dalam makalah ini.

Page 3: AQIDAH

DAFTAR ISI

Pendahuluan ..........................................................

Daftar Isi .................................................................

Aqidah .....................................................................

1.Pengertian ......................................................

2.Tujuan mempelajari Aqidah ............................

3.Aqidah sebagai kebutuhan manusia ................

4.Ruang Lingkup Aqidah .....................................

Daftar Pustaka .........................................................

Page 4: AQIDAH

AQIDAH

1. PENGERTIAN AQIDAH1. Pengertian aqidah secara etimologi

Kata ” ‘aqidah “ diambil dari kata dasar “al-‘aqdu”. Aqidah artinya ketetapan yang

tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah

dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti

aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang

telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun

salah.

2. Pengertian aqidah secara terminologi

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi

tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh

dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu

keraguan apapun pada orang yang  menyakininya. Dan harus sesuai

dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau

prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan

yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah,

karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Page 5: AQIDAH

2. Tujuan Mempelajari Akidah

Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka

kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan

karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin

kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya

yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara

ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan

adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang

menguasai Aqidah Islamiyah adalah :

1. Membebaskan kita dari ubudiyah/penghambat selain Allah. Baik bentuknya

penghambaan kepasa kekuasaan, harta, pimpinan maupun yang lain

2. Membentuk pribadi yang seimbang, yaitu selalu taat pada Allah, baik dalam

keadaan suka maupun duka

3. Merasa lebih aman dari berbagai rasa takut dan cemas. Takut kurang rezeki,

terhadap jiwa, harta, keluarga, jin, dan seluruh manusia, termasuk takut pada

kematian. Dengan semikian, hamba yang memeiliki akidah akan penuh tawakal

kepada Allah

4. Memberi kekuatan pada Jiwa, sekukuh gunung. Akidah hanya berharap pada

Allah dan ridha terhadap segala ketentuan Allah

5. Berdasar kepada asas ukhuwah (persaudaraan) dan persamaan, tidak membedakan

antara miskin dan kaya, antara pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan

hitam, dan orang arab dan bukan arab, kecuali kadar ketakwaan kita di sisi Allah

swt

Page 6: AQIDAH

3. AQIDAH ADALAH KEBUTUHAN MANUSIA Aqidah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan

prinsipil membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya. “Sesungguhnya binatang (mahluk) yang paling buruk disisi Allah ialah orang-orang

karena mereka tidak beriman”. (Q.S. 8:55)Dalam kehidupan manusia, aqidah merupakan dasar hidup (fondasi) untuk

mendirikan bangunan (beramal). Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Jika fondasinya lemah, bangunan akan cepat ambruk. Dan akhirnya tidak ada bangunan tanpa fondasi. (Q.S. Ibrahim (24):24-27).  Seperti kontraktor, membangun gedung bertingkat, fondasinya harus kuat agar tidak cepat hancur dan mengecewakan pemiliknya. Penguasa harus menguasai landasan etika berdagang agar tidak mengalami kerugian. Demikian juga manusia agar hidupnya sukses dan tahan dalam menghadapi setiap dinamika kehidupan maka dituntut memiliki pegangan yang kuat (aqidah).  Karena aqidah adalah fondasi, maka aqidah merupakan kebutuhan dasar manusia untuk meluruskan fitrah serta mengaktualisasikan misi kemanusiaan. Manusia tanpa iman akan kehilangan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang mulia. Bahkan menurut kitab suci, manusia yang demikian akan kehilangan eksistensi dasar nilai manusia kemanusiaan (iman dan amal shaleh).  “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh; maka bagi mereka pahala yang melimpah”. (Q.S. 95:4-9).  “Dan Sungguh Kami (Tuhan) telah memuliakan anak cucu Adam (Umat manusia), dan Kami bawa (kembangkan) mereka di daratan dan lautan”. (Q.S. 17:70).  Jika kita perhatikan kembali lebih seksama urutan keterangan dalam kitab Suci, kita dapat menyimpulkan bahwa, manusia menurut kejadian atau asal Fitrahnya adalah mahluk mulia. Tetapi karena berbagai hal yang muncul akibat kelemahannya sendiri manusia selalu terancam kemungkinan mengalami kemerosotan harkat dan martabatnya sehingga menjadi mahluk yang paling hina.   Manusia akan terselamatkan dari kemungkinan kemerosotan harkat dan martabat kemanusiaan kalau ia mempunyai semangat Ketuhanan (rabbaniyyah atau ribbiyyah) dan berbuat baik kepada manusia. (Q.S. (3:79), (3:146)).  Dalam pengalaman sejarah kemanusiaan, banyak pemerkosaan hak-hak manusia, kediktatoran, kesewenang-wenangan antar sesama mahluk sosial. Tindakan tersebut tidak disemangati nilai Ke-Tuhanan dan kemanusiaan, seperti Fir’un dan Qarun (kedua orang ini adalah tiran, diktator, dan kapitalistik). 

Dari sudut penglihatan inilah kita juga dapat menafsirkan kedatangan Rasul-rasul dan Nabi-nabi, yaitu untuk memimpin umat manusia melawan kenistaanya dan mengemansipasi harkat dan martabatnya sebagai mahluk mulia.   Kejatuhan manusia itu terlambangkan dalam terusirnya Adam dan Istrinya dari surga karena melanggar larangan Tuhan. Adam dan istrinya terangkat hanya setelah Adam menerima pengajaran Tuhan dan bertaubat (2:35-37) yaitu pengajaran tentang hidup beriman dan beramal shaleh.

Page 7: AQIDAH

  Perkataan “iman”, harus diikuti dengan perkataan “amanah”, kedua perkataan tersebut muara akhirnya (tujuannya) adalah menjadi “Aman” (hidup sejahtera/bahagia). Jadi iman itu bukan sekedar percaya, akan tetapi konsekwensinya adalah melaksanakan “amanah” (kepercayaan) ketuhanan (amal shaleh). Perpaduan dan kesatuan iman dan amanah itu akan menyebabkan diri manusia merasa aman, merasa Islam (ketenangan dan kedamaian). Lihat padanan Istilah dibawah ini:

Iman + Amanah = AmanIman + Islam = IhsanIman yang demikian itu terkandung pengertian sikap atau pandangan hidup

kepasrahan menyandarkan diri (tawakal) kepada Tuhan dan kembali (ruju’ atau inabah) kepada-Nya. (Q.S. (39:54), (89:28). Memang salah satu wujud rasa iman adalah sikap hidupa yang memandang Tuhan sebagai tempat menyandarkan diri, menggantungkan harapan, berdo’a, berdzikir, bersyukur dan lain sebagainya. Karena Allah ash shamad (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Q.S. 112:2)  Contohnya:: kalau kita ingin sukses belajar, tidak perlu pergi ke dukun, tidak perlu meramalkan nasib. Kita harus mengikuti hukum kesuksesan (belajar, bekerja, dan berdo’a). Jangan sampai kita berdo’a tanpa keja.  Oleh karena itu konsistensinya iman ialah “khusnuzhzan” (khusnal zhanzz, baik sangka yakni sikap optimis) kepada Tuhan (Q.S. (12:87), (3:153)), serta kemantapan kepada-Nya sebagai Yang Maha Suci, Maha Kasih dan menyayangi seluruh ciptaanya-Nya tanpa diskriminasi. Justru sifat rahmah (keramahan dan kerahiman), disamping pengetahuan (‘ilm) adalah sifat Tuhan yang paling komprehensif dan serba meliputi, (QS. (6:12), (7:156), (40:7)).  Contohnya orang yang beriman dan tidak beriman oleh Allah juga diberi kehidupan dan diberi rizki melaui usahanya. Binatang dari yang kecil, yang besar serta yang bermanfaat dan yang dilarang dimakan juga diberi kehidupan. Ini semua menunjukkan sifat keramahan Allah lebih besar.

Misalnya jika permohonan do’a kita belum terkabulkan, jangan menuduh yang macam-macam kepada Tuhan mungkin cara berdo’a kita kurang benar, kurang serius serta melebihi kapasitas diri. Kalau permohonan kita dikabulkan sedangkan kita tidak siap menerimanya maka akan berimplikasi negatif. Bukankah Tuhan Maha Mengetahui dan mengabulkan setiap permohonan. 

Keimanan merupakan suatu yang inhern pada manusia, dengan kata lain secara alamiah bahwa manusia itu cenderung kepada kebenaran Allah, karena setiap calon manusia di kala masih berada dalam kandungan telah mengadakan perjanjian premodial untuk mengakui Allah sebagai Tuhannya (Q.S. 7:172). Fitrah adalah sesuatu yang ada di dalam diri manusia. Fitrah itu membuat manusia itu berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief).

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. 30:30).  Jadi iman itu harus dipertahankan melalui perjuangan yang sungguh-sungguh, sebab iman bisa bertahan, bertambah, berkurang dan bisa lepas (hilang) dari diri seseorang.

Page 8: AQIDAH

“Dan mereka yang berjuang dijalan Ku (kebenaran), maka pasti aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat baik”. (Q.S. 30:30).  Dengan demikian kita semakin tahu dan mengeri betapa pentingnya mempertahankan harkat dan martabat kita dengan memiliki aqidah Islamiah, agar tidak jatuh kelembah yang hina, nista dan kehilangan fitrah kemanusiaan. Aqidah itulah yang menjadikan manusia sempurna, manusia utuh, manusia yang tidak memiliki kepribadian yang pecah dalam menatap kehidupan.

4. Ruang Lingkup Aqidah

Ruang lingkup pembahasan Materi Aqidah dalam mata pelajaran Agama Islam, yaitu :

1. Iman (bahasa Arab:اإليمان)

Secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."

2. Tauhid (Arab :توحيد),

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.

Page 9: AQIDAH

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah saw.

Pembagian aqidah tauhid

1. Tauhid Al-Uluhiyyah.

Mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

2. Tauhid Ar-Rububiyyah.

Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

3. Tauhid Al-Asma' was-Sifat.

Mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.

3.  Ibadah.

Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab. Arti kata ini adalah perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah yang didasari oleh peraturan agama (syar`i).

Ibadah dapat dibagi menjadi 2(dua), yaitu

1. Ibadah Mahdhah

Berarti peribadatan yang sudah ditetapkan tata cara serta aturan-aturannya yang meliputi syarat, rukun, sunat dan hal-hal yang dimakruhkan serta membatalkan.

Page 10: AQIDAH

Contoh : Shalat, Puasa, Zakat dan Haji

2. Ibadah Ghairu Mahdhah

Ibadah dalam pengertian yang luas karena tidak ditentukan tata cara atau aturannya secara baku sebagaimana halnya ibadah mahdhah

Contoh : Ibadah Qurban, Infaq, Shadaqah, dan sebagainya.

Prinsip ibadah :

Menjunjung tinggi kemurnian tauhidIkhlas karena Allah. Tunduk mengikuti (ittiba’) kepada syariat islam.

Keseimbangan rohani dan jasmaniKemudahan dan peniadaan beban.

Urgensi Ibadah :

ibadah adalah wujud cinta dan bentuk kepatuhan hamba kepada al-khaliq ibadah merupakan implementasi rasa syukur hamba kepada allah

ibadah membawa hamba kepada ketenangan hidup (pikir, batin dan memberi kepuasan dari dahaga spiritual dg jalan yg benar)

ibadah adalah jalan memuliakan diri sendiri

ibadah adalah upaya mencari cinta allah dan terlepas dari murka-nya.

Hubungan antara aqidah, ibadah & akhlaq

aqidah sebagai bentuk keyakinan terhadap kebenaran ibadah sebagai realisasi & implementasi keyakinan hamba

akhlaq adalah buah dari aqidah dan ibadah seorang hamba

3. Islam (Arab: al-islām, اإلسالم Tentang suara ini dengarkan (bantuan·info): "berserah diri kepada Tuhan")

Page 11: AQIDAH

Agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).

Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.

Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Kesimpulan : dalam pembahasan Materi Aqidah tercakup kepada Rukun Iman dan Rukun Islam

Bagi seorang muslim, keharusan memiliki akidah yang benar merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Baginya, akidah yang benar kedudukannya seperti kepala bagi jasad. Di atas akidah yang benar inilah akan dibangun segala amal perbuatannya, yang nantinya akan menentukan bermanfaat atau tidak amalan tersebut di hadapan Allah.

Kerusakan terbesar yang menodai kesucian fitrah setiap insan adalah penyimpangan di dalam aqidah. Kerusakan inilah yang menjadi tujuan akhir dari setiap gerakan setan, yang berlayar dan berlabuh di atas kesucian fitrah manusia dengan senjata yang sulit tertandingi kecuali oleh orang-orang yang mendapat rahmat dan taufik .serta hidayah dari Allah Dua senjata ampuh setan dalam merusak fitrah manusia adalah syubhat dan syahwat. Dengan syubhat yang disebarkan setan, sesuatu yang haq bisa menjadi samar-samar bahkan menjadi batil dan sebaliknya yang batil bisa menjadi haq dalam pandangan orang yang terfitnah. Dengan syubhatnya pula, tauhid bisa menjadi syirik dan sebaliknya syirik bisa menjadi tauhid. Pun dengan syubhatnya, sunnah bisa menjadi bid’ah dan bid’ah bisa menjadi sunnah. Demikian seterusnya.

Adapun syahwat, maka dengannya semua keharaman akan mudah dilakukan dan menjadi sesuatu yang membahagiakan dan mendatangkan kepuasan hidup; mencuri, berzina, berjudi, minum khamr, membunuh, mencaci maki, menyakiti, berbuat sihir dan segala bentuk keharaman lainnya.

Bila umat berkubang dalam kerusakan fitrah dan aqidah, maka tidak ada penyebabnya selain syubhat dan syahwat. Oleh karena itu, Allah mengatakan di dalam Al Qur’an:

Page 12: AQIDAH

“Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Dengan kesabaran dan keyakinan akan didapatkan kepemimpinan dalam agama di muka bumi ini.”

As-Sa’di dalam Tafsir-nya (hal. 656) mengatakan: “Derajat yang tinggi ini mereka peroleh dengan kesabaran dalam belajar dan mengajar, , bersabar terhadap gangguan di jalan Allah,berdakwah di jalan Allah dan menahan diri-diri mereka untuk berlabuh dalam lautan maksiat dan lautan syahwat.

‘Mereka yakin dengan ayat-ayat Kami’ artinya dengan keimanan mereka terhadap ayat-ayat Allah, mereka sampai ke derajat yakin yaitu ilmu yang sempurna yang menuntut amal. Mereka sampai ke derajat yakin karena mereka belajar dengan benar dan mengambil ilmu tersebut dengan dalil-dalilnya yang menghasilkan keyakinan. Mereka mempelajari terus-menerus ilmu dengan dalil-dalilnya sehingga mengantarkan mereka ke derajat yakin. Maka dengan kesabaran dan keyakinan akan diperoleh kepemimpinan dalam agama.” memberikan pelajaran besar bahwa untuk Dalam ayat ini Allah mematahkan kedua senjata iblis tersebut adalah dengan cara mempelajari ilmu dan bersabar. Dengan ilmu akan terpatahkan segala wujud dan bahaya syubhat, dan dengan kesabaran akan bisa terpadamkan kobaran api syahwat.

Aqidah yang benar adalah aqidah yang terambil dari Al Qur’an dan As . dan Rasul-Nya Sunnah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah Aqidah inilah yang menjadi pondasi Islam dan yang menjadi asas diterimanya seluruh amalan. Inilah makna ucapan Al-Imam Asy-Syafi’i ketika beliau menyatakan, “Aku beriman kepada Allah dan (kepada) apa-apa yang diutus-Nya sesuai dengan apa yang dimaukan-Nya”. (Ar-Risalah, hal. 7, Majmu’ Fatawa, 4/182-184, dan Ijtima’ Al-Juyusy, hal. 164-165)Aqidah yang Rusak

Aqidah yang rusak adalah lawan aqidah shahihah. Yaitu aqidah yang terambil dari peninggalan nenek moyang (taqlid), dari fanatisme golongan, jamaah, atau individu, dan yang terambil dari akal. Tentang menjelaskan di dalam firman-Nya:aqidah yang rusak ini Allah

“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.’ (Rasul itu) berkata: ‘Apakah kamu akan mengikuti mereka, sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?’ Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami mengingkari yang kamu diutus untuk menyampaikannya’.” (Az-Zukhruf: 23-24)

Bahaya Kerusakan Aqidah

Page 13: AQIDAH

Bahaya kerusakan aqidah berbentuk laten baik terhadap individu, jamaah atau ummat di dunia dan di akhirat. Di antara bahaya-bahayanya adalah :

a) Menjerumuskan seseorang atau jamaah ke dalam lubang kesyirikan dan kekufuran serta pengingkaran terhadap aqidah yang benar yang diturunkan . dan dibawa oleh Rasul-Nya oleh Allah.

b) Menolak ketentuan-ketentuan syariat dan mengutamakan ajaran nenek moyang, fanatisme, akal dan sebagainya daripada ketentuan-ketentuan syariat tersebut.

c) Mengakibatkan kehinaan, keterbelakangan dan kerendahan umat Islam sepanjang masa dan tempat.

d) Memecah belah persatuan umat, menghancurkan kejayaan mereka serta menghancurkan kemenangan demi kemenangan yang mereka telah raih.

e) .Menjauhkan kaum muslimin dari pertolongan Allah .f) Menyebabkan terjatuh ke dalam neraka dan kekal di

dalamnya (dinukil secara makna dari Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah, hal. 22 dan seterusnya).

Page 14: AQIDAH

DAFTAR PUSTAKA

http://wanitamuslimah2010.blogspot.com/2010/01/aqidah-adalah-kebutuhan-manusia.html

http://banggoro.blogspot.com/2009/03/bahaya-penyimpangan-aqidah.html

http://guruaqidahakhlakmenulis.blogspot.com/2011/06/ruang-lingkup-aqidah.html

Muni’ah. . PendidikanAgama Islam Untuk Perguruan Tinggi