APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

164
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI PERUBAHAN KAWASAN MANGROVE DI PANTAI INDAH KAPUK (PIK) JAKARTA UTARA TAHUN 2000-2016 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Siti Hajar Daraintan NIM: 11140150000045 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

Page 1: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

1

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI

PERUBAHAN KAWASAN MANGROVE DI PANTAI INDAH

KAPUK (PIK) JAKARTA UTARA TAHUN 2000-2016

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Siti Hajar Daraintan NIM: 11140150000045

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …
Page 3: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

ii

Page 4: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

iii

Page 5: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

iv

Page 6: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

v

Page 7: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

i

ABSTRAK

Siti Hajar Daraintan (11140150000045). Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan. Judul Skripsi “Aplikasi

Penginderaan Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan Kawasan Mangrove Di

Pantai Indah Kapuk (PIK) Tahun 2000-2016.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan kawasan

mangrove menggunakan aplikasi penginderaan jauh selama 16 tahun yaitu tahun

2000 sampai dengan tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kuantitatif objek dalam penelitian ini seluruh kawasan mangrove di Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara, penelitian ini menggunakan aplikasi penginderaan

jauh. Ground check lapangan, dan observasi. Sumber data penelitian ini

menggunakan data primer bersumber dari hasil pengolahan citra tahun

2000,2005,2010 dan 2016. Sedangkan data sekunder adalah data penggunaan

lahan, maka dalam proses pengolahan data dibutuhkan buku, jurnal dan skripsi

yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luasan

hutan mangrove terus mengalami perubahan dari tahun 2000 sampai dengan tahun

2016. Perubahan yang terjadi adalah pengurangan luasan mangrove pada periode

tahun 2000-2005 sebesar -19,2 ha, dan pada periode 2005-2010 perubahan luasan

mangrove yaitu seluas -5,60 ha, dan terakhir tahun 2010-2016 pengurangan luasan

mangrove menjadi -15,131 ha jadi selama kurun waktu 16 tahun pengurangan

yang terjadi yaitu seluas -39,931 ha. Perubahan luas Kawasan mangrove terjadi

karena adanya peralihan fungsi lahan menjadi perumahan elite, mall, lapangan

golf, kondominium Nilai NDVI yang dimiliki oleh Kecamatan Penjaringan sangat

beragam. Indeks kerapatan vegetasi di Penjaringan diklasifikasikan menjadi tiga

kelas yaitu, kerapatan jarang, kerapatan sedang dan kerapatan lebat. luas kelas

NDVI yang tertinggi yaitu pada klasifikasi sedang dengan luas 228,41 interval

nilai spektral yaitu 0,1034-0,2261 dan presentase yaitu 46,98 %. Sedangkan pada

luas terendah yaitu pada klasifikasi jarang dengan luas yaitu 55,94 dan nilai

spektral yaitu -0,0632-0,1034 dan presentasenya yaitu 41,48. Jadi kesimpulannya

yaitu nilai NDVI di daerah Kecamatan Penjaringan memiliki tingkat indeks

vegetasi yang berkategori sedang dan lebat.

Kata Kunci : Mangrove, Penginderaan Jauh, Perubahan.

Page 8: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

ii

ABSTRACT

Siti Hajar Daraintan (11140150000045). Department of Social Education.

Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. The Little of Thesis “Remote

Sensing Application for Detecting Mangrove Area Changes of Pantai Indah

Kapuk (PIK) in 2000-2016 year”.

The Objective of the research is to find how changes in the mangrove area

using remote sensing applications for 16 years, namely 2000 to 2016. The

research used descriptive quantitative object method. In this study all mangrove

areas in Penjaringan North Jakarta used remote sensing applications. Ground

checks field, and observation. The source of this research data used primary data

sourced from the results of image processing in 2000, 2005, 2010 and 2016.

While the second data is land use data, then in the data processing process,

books, journals and theses are relevant to this research. Based on the results

showed that the extent of mangrove forests continued to change from 2000 to

2016. Changes that occurred were a reduction in mangrove area in the 2000-

2005 period of -19.2 ha, and in the 2005-2010 period changes in mangrove area

were as wide as - 5.60 ha, and the last year 2010-2016 the reduction of mangrove

area to -15,131 ha so during the 16 years period the reduction occurred in the

area of -39,931 ha. Changes in area Mangrove areas occured due to the shift of

land functions into elite housing, malls, golf courses, condominiums NDVI values

owned by Penjaringan sub-district are very diverse. The vegetation density index

in Penjaringan is classified into three classes, namely, rare density, medium

density and dense density. the highest NDVI class is in the moderate classification

with an area of 228.41 spectral value intervals of 0.1034-0.2261 and a percentage

of 46.98%. Whereas at the lowest area, that is in the rare and broad

classification, which is 55.94 and the spectral value is -0.0632-0.1034 and the

percentage is 41.48. So the conclusion is that the NDVI value in the Penjaringan

Subdistrict area has a medium and dense vegetation index level.

Keywords: Mangrove, Remote Sensing, Change.

Page 9: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

memberikan nikmat, rahmat dan kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada

Nabi penyempurna Agama dan manusia terbaik sepanjang zaman yaitu Nabi

Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya. Skripsi dengan judul

“Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan Kawasan Mangrove

Di Pantai Indah Kapuk (PIK) Tahun 2000-2016” yang merupakan salah satu

syarat untuk mencapai Gelar Sarjana pada Program Sstudi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini

tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya berbagai bantuan dari berbagai

pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan baik berupa moral maupun

materil kepada penulis. Oleh karena itu, maka perkenanlah pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan dukungan secara moril maupun administratif

kepada penulis.

3. Drs. Syaripulloh M.Si, selaku Dosen Penasehat dan juga Sekertaris Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sodikin S.Pd M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulis yang senantiasa

sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan mendengarkan segala

pertanyaan dan keluhan selama pengerjaan skripsi.

5. Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah

meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, kritik dan

saran yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 10: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

iv

6. Seluruh Dosen Pendidikan IPS terutama Konsentrasi Geografi yang selama ini

selalu dengan sabar memberikan pengetahuan kepada penulis selama penulis

mengambil studi di Jurusan Pendidikan IPS.

7. Bapak Djafar Muchlisin, S. Sos, M.Si selaku Kepala Dinas Kehutanan

Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan

penelitian, serta staf Bapak Jaja Suarja, Bapak Dani, Bapak Sugeng yang telah

membantu penulis dalam memberikan data tertulis bagi kepentingan skripsi.

8. Pengelola ekowisata mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara Bapak

Ade Djuhana, Bapak Ujang Bapak Sucita, Bapak Ayat dan PJLK yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, serta kepada masyarakat

Pantai Indah Kapuk (PIK) yang telah memberikan informasi dan bersedia

dalam memberikan informasi dan bersedia dalam wawancara skripsi ini.

9. Kedua Orang Tua penulis yaitu Bapak Ikin dan Ibu Karsah yang telah

membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan mendoa’kan saya tiada

henti dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta

selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani studi perkuliahan

di Jurusan Pendidikan IPS.

10. Kakak penulis tercinta Alfian Rizkiansyah dan Iing Riyana yang selalu

memberikan semangat serta dukungan kepada penulis ketika penulis

mengalami hari-hari sulit.

11. Neng Dhea Sayyidah Nafisah dan Khoerunnisa yang selalu membantu dan

memberikan dukungan motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya

skripsi ini. Bahagiaku takkan cukup jika diucapkan oleh kata-kata.

12. Hanna Fadlillah, Rahmawati, Rizky Fauziah Ulfah, Diah Ayu Muti’ah, teman

seperjuangan yang selalu memberikan tawa dikala lelah, yang selalu

membantu dalam hal apapun walaupun sulit, yang selalu mendengarkan keluh

kesah penulis. Takkan cukup bila diucapkan dengan sebuah kalimat, aku

senang bisa kenal kalian.

13. Seluruh sahabat perjuangan di Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2014

khususnya konsentrasi geografi yang selalu memberikan semangat serta

keceriaan yang mengisi hari-hari penulis selama berkuliah di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 11: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

v

14. Kak Novianti Lufilah yang telah membantu mengajarkan dengan sabar untuk

membuat peta dan mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis tegar

dalam menghadapi kesulitan.

15. Bapak Vitri Pujiriyanto, S.E, S.H, M.H selaku pimpinan Bimbel Kak Ayik

yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil yang tidak pernah

putus agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dan

kesalahan dalam penyusunan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan, waktu serta pemahaman penulis. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa

yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan banyak

manfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 15 Oktober 2018

Penulis

Page 12: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7

D. Rumusan Masalah ................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

F. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori .......................................................................... 9

1. Pengertian Penginderaan Jauh ........................................ 9

2. Komponen Penginderaan Jauh ........................................ 10

3. Klasifikasi Citra .............................................................. 13

4. Pantulan Spektral, Vegetasi, Tanah dan Air ................... 16

5. Analisis Normalized Difference Vegetation Index

(NDVI) ............................................................................ 17

Page 13: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

vii

6. Pengertian Mangrove ...................................................... 18

7. Jenis-Jenis Mangrove ...................................................... 20

8. Fungsi Hutan Mangrove.................................................. 29

9. Manfaat Hutan Mangrove .............................................. 31

10. Karakteristik Habitat Mangrove...................................... 32

11. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan

Mangrove ........................................................................ 32

12. Rehabilitasi Hutan Mangrove ......................................... 37

B. Penelitian yang Relevan........................................................ 38

C. Kerangka Berfikir ................................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 44

1. Lokasi Penelitian ............................................................. 44

2. Waktu Penelitian ............................................................. 44

B. Metode Penelitian ................................................................ 45

C. Jenis Data dan Sumber Data ................................................. 46

1. Data Primer ..................................................................... 46

2. Data Sekunder ................................................................. 46

D. Bahan dan Alat Penelitian..................................................... 47

1. Bahan Penelitian ............................................................. 47

2. Alat Penelitian ................................................................. 47

E. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 48

1. Observasi dan Ground Check Lapangan ......................... 48

2. Wawancara ...................................................................... 49

3. Dokumentasi ................................................................... 49

F. Teknik Analisis Data ............................................................ 50

1. Teknik Analisis yang pertama ......................................... 50

2. Teknik Analisis Kedua .................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................... 56

1. Sejarah Kawasan Hutan Mangrove Jakarta Utara ........... 56

Page 14: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

viii

2. Letak Geografis ............................................................... 57

3. Kondisi Fisik ................................................................... 59

4. Kondisi Sosial ................................................................. 62

B. Hasil Penelitian ..................................................................... 64

1. Hasil Ground Check Lapangan ....................................... 64

2. Hasil Interpretasi Kappa .................................................. 67

3. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2000-

2016 ................................................................................ 68

4. Perubahan Luasan Mangrove per Kelurahan di Jakarta

Utara ................................................................................ 75

5. Analisis Perubahan Luasan Mangrove tahun 2000-2016 78

6. Analisis Kerapatan Vegetasi Berdasarkan Nilai NDVI .. 82

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 85

D. Keterbatasan Penelitian......................................................... 87

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 89

B. Implikasi ............................................................................... 89

C. Saran ..................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perubahan Luas Hutan Mangrove Untuk Kawasan Budidaya ...... 3

Tabel 2.1 Data SPOT pankromatik dan multispectral ................................... 15

Tabel 2.2 Kriteria baku kerusakan mangrove ................................................ 33

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 41

Tabel 3.1 Tahap dan Waktu Penelitian ......................................................... 45

Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian .................................... 47

Tabel 3.3 Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ....................................... 47

Tabel 4.1 Luas Kelurahan Di Kecamatan Penjaringan ................................. 59

Tabel 4.2 Suhu Udara Di Jakarta Utara ......................................................... 60

Tabel 4.3 Kelembaban Udara di Jakarta Utara.............................................. 61

Tabel 4.4 Rata-Rata Cuaca Di Jakarta Utara ................................................. 62

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.............................. 63

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Demografi Tahun 2015 ............... 64

Tabel 4.7 Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra .... 65

Tabel 4.8 Hasil Uji Interpretasi Kappa .......................................................... 67

Tabel 4.9. Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2000 .......................................................................... 69

Tabel 4.10 Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2005 ........................................................................... 70

Tabel 4.11. Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2010 ........................................................................... 72

Tabel 4.12. Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2016 ........................................................................... 74

Tabel 4.13 Rincian luasan perubahan mangrove per kelurahan di kecamatan

penjaringan yang terdapat mangrove tahun 2000-2016 ................ 78

Tabel 4.14 Total perubahan luasan mangrove tahun 2000,2005,2010, dan

2016. .............................................................................................. 79

Tabel 4.15 Perubahan Luasan mangrove yang terjadi selama kurun waktu

16 tahun ......................................................................................... 82

Tabel 4.16 Luas kelas NDVI ........................................................................... 85

Page 16: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian .............................................................. 44

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian............................................................... 55

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kecamatan Penjaringan ......................... 58

Gambar 4. 2 Peta perubahan mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2000 ................................... 68

Gambar 4.3 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2005. ................................... 70

Gambar 4.4 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara Tahun 2010 ................................... 71

Gambar 4.5 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2016. ................................... 74

Gambar 4.6 Overlay Peta Perubahan Mangrove di Jakarta Utara tahun

2000-2016 ................................................................................. 77

Gambar 4.7 Ilustrasi perubahan NDVI tahun 2000,2005,2010 dan 2016. ... 83

Gambar 4.8 Peta NDVI Kecamatan Penjaringan Tahun 2016 ..................... 84

Page 17: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Kurva Pantulan spektral yang mencirikan untuk obyek vegetasi

tanah, dan air. ................................................................................ 16

Grafik 4.1 Total perubahan luasan mangrove tahun 2000,2005,2010, dan

2016. .............................................................................................. 79

Page 18: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Berfikir .............................................................. 43

Page 19: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Pedoman Observasi

LAMPIRAN 2 : Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 3 : Lembar Hasil Observasi

LAMIPRAN 4 : Hasil Wawancara

LAMPIRAN 5 : Foto Hasil Observasi Lapangan

LAMPIRAN 6 : Foto Narasumber

LAMPIRAN 7 : Perbandingan Titik Uji (Groundtruth)

Page 20: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki banyak hutan mangrove dibandingkan dengan

negara lain. Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1982 tercatat seluas

5.209.543,16 ha. Kemudian pada tahun 1993 luas tersebut menurun menjadi

sekitar 496.185 ha.1 menurut Nontji Ekosistem hutan mangrove di Indonesia

mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total

spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29

spesies epifit, dan 2 spesies parastik.2

Mangrove sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir memegang

peranan yang cukup penting, ekosistem mangrove merupakan salah satu

ekosistem pantai selain terumbu karang dan lamun. Secara ekologis, hutan

mangrove dapat berfungsi sebagai stabilitas atau keseimbangan ekosistem,

sumber unsur hara, sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari

makan (feeding ground), dan daerah pamijahan (spawning ground). Secara

ekonomis, ekosistem mangrove dapat dijadikan sebagai areal budi daya,

penangkapan, objek wisata, dan sumber kayu bagi masyarakat. Selain hal

tersebut, mangrove merupakan salah satu hutan alamiah yang unik dan

mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang cukup tinggi. Hutan mangrove

dapat menghasilkan bahan dasar untuk keperluan rumah tangga dan industri

seperti kayu bakar, arang, kertas, dan rayon yang dalam konteks ekonomi

mengandung komersial yang tinggi.3

Hutan mangrove di manfaatkan untuk berbagai keperluan, tetapi harus

dilakukan dengan asas pelestarian. pemanfaatan kawasan pantai memang

harus ditertibkan sehingga kerusakan dan dampaknya dapat ditekan seminimal

mungkin. Pemanfaatan hutan mangrove yang berasaskan pelestarian fungsi

hutan mangrove, yaitu dengan tetap mempertahankan sebagian hutan

1 Rokhmin Dahuri, dkk,. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2008), hlm 83. 2 Nontji, dalam Rokhmin Dahuri, dkk,Ibid,. hlm 83. 3 Amran Saru, Potensi Biologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir.

(Bogor: IPB Press, 2014), hlm 2

Page 21: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

2

mangrove sebagai sabuk atau jalur hijau (green belt). Sebaiknya hutan

mangrove yang tetap dilestarikan sebagai sabuk hijau minimal selebar 200 m.

makin lebar jalur hijau fungsi hutan mangrove juga makin baik. Dengan

adanya jalur hijau, maka kerusakan pantai, usaha tambak udang, atau kegiatan

lainnya oleh abrasi gelombang laut dapat dicegah. Di samping itu, fungsi

hutan mangrove yang lain juga dapat berlangsung dengan baik dan lestari4

Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan bagian dari DKI Jakarta

yang berada di sebelah Utara DKI Jakarta yang memiliki garis pantai dan

teluk, dengan mempunyai garis pantai dan teluk tentu menjadi berkah bagi

ekosistem yang terbentuk. Salah satu ekosistem yang terbentuk adalah hutan

mangrove yang merupakan ekosistem untuk mendukung kehidupan pesisir di

pantai, namun pada kenyataannya ekosistem mangrove di Jakarta di gusur

oleh sebagian rencana pembangunan yang berada di daerah pesisir. Seperti

halnya rencana pembangunan gedung-gedung bertingkat yang memasang

konsep sea view dan juga konsep perumahan mewah yang berlandaskan

konsep laut sangat mengubah ekosistem mangrove di pesisir Jakarta,

pembangunan yang mengangkat nilai ekonomi justru menjatuhkan nilai

keanekaragaman hayati, ekosistem menghilang dan mangrove terancam

punah.5

Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta menunjukkan hingga tahun 1960 luas lahan

mangrove di pesisir utara Jakarta seluas 1.140,33 ha yang kemudian

ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada 10 Juni 1977 dengan Surat Keputusan

Nomor 16/um/6/1977 yang menyatakan bahwa kawasan Hutan Mangrove

Angke Kapuk merupakan kawasan Hutan Lindung, hutan wisata pembibitan

dan lapangan dengan tujuan Istimewa (LDTI) dan pada 31 Juli 1982 Surat

Keputusan tersebut mengalami perubahan, ketika Dirjen Kehutanan

mengeluarkan Surat Keputusan kepada pihak swasta yang memutuskan

perubahan fungsi hutan mangrove Muara Angke menjadi kawasan budidaya

4 Karren Eddy Sontang Manik, Pengelolaan lingkungan hidup. (Jakarta: Djambatan, 2009), hlm

91-92. 5 Satria Meidian Saputra, Skripsi: “Analisis Spasial dalam Rekonstruksi Lahan untuk Ekosistem

Mangrove Melalui Perancangan Model Spasial Dinamis” (Jakarta: Universitas Esa Unggul,

2016), hlm 1

Page 22: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

3

dengan luas 831,63 ha6, dengan rincian sebagai berikut, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perubahan Luas Hutan Mangrove Untuk Kawasan Budidaya

No. Peruntukan Luasan (ha)

1 Permukiman 487,89

2 Bangunan Umum (Hotel, Cottage,

bangunan Komersil lainnya)

93,35

3 Rekreasi dan Olahraga 169,13

4 Rekreasi Air Buatan 81,26

Jumlah 831,36

Sumber: Balai Konservasi Sumberdaya Alam, 2013 dalam skripsi Satria Meidian Saputra.

Perubahan fungsi secara legal tersebut, luas ekosistem mangrove

menjadi 308,70 ha, Sayangnya pada tahun 2003, luas kawasan yang sama

telah menyusut drastis menjadi 233 ha. Pada tahun 2008, keadaan hutan

mangrove kembali menyusut menjadi 45 ha yang tersisa.7

Di dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum 41-42 dijelaskan bahwa Sebagian

besar kerusakan di bumi tidak hanya disebabkan oleh alam tetapi juga oleh

aktivitas manusia:

Artinya : “Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut akibat

perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan

yang benar)”. Katakanlah “Lakukanlah perjalanan dimuka bumi dan

perhatikannlah bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu,

kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan

(Allah).” ( QS. Ar-Ruum: 41-42 ).

Sangat disayangkan beberapa pengembang kurang memperhatikan

ekosistem, seperti membangun di hutan-hutan bakau yang ada di Jakarta Utara

dan menurut ahli lingkungan hutan bakau yang ada di Jakarta Utara tinggal 25

ha saja, padahal hutan bakau ini adalah tempat berkembang biaknya udang

6 Ibid., hlm 2 7 Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan, dalam skripsi Satria Meidian Saputra, Ibid., hlm 2

Page 23: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

4

dan biota laut lainnya, dan yang tidak kalah penting hutan bakau adalah

penyangga pasang surut air laut dan terbukti di saat tsunami daerah pesisir

yang hutan bakaunya masih lestari tehindar dari tsunami.8

Permasalahan utama tentang habitat mangrove bersumber dari

keinginan manusia untuk mengkonversi area hutan mangrove menjadi areal

pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial, industri, dan

pertanian, selain itu, juga meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu

menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove.9

Peralihan area mangrove menjadi tempat pemukiman, kondominium,

pusat bisnis, rekreasi dan lapangan golf di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK)

memang merupakan hal yang umum dijumpai. Sayangnya hal ini dilakukan

tanpa memerhatikan kondisi mangrove itu sendiri. Peralihan fungsi mangrove

menyebabkan meningkatnya sedimen, meningkatnya abrasi, dan menurunkan

kualitas tanah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara.

Tekanan penduduk terhadap kawasan hutan mangrove semakin

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pertumbuhan

populasi juga merupakan salah satu yang tidak bisa dihindari. Semakin

bertambah jumlah manusia, semakin tinggi pula kebutuhan akan tempat

tinggal.10 Hal ni mengindikasikan terjadinya perkembangan wilayah yang

meliputi pemukiman penduduk. Hal ini juga terjadi di kawasan Pantai Indah

Kapuk (PIK), di mana lahan hutan mangrove telah mengalami perambahan

untuk tujuan lain seperti tempat pemukiman.

Seiring meningkatnya pertambahan penduduk, kebutuhan akan air

tanah juga semakin meningkat sehingga semakin banyak airtanah yang akan

disedot. Eksplorasi air tanah (groundwater exploration) adalah salah satu hal

yang harus di waspadai akibatnya. Berkembangnya wilayah pesisir akan

meningkatkan pembangunan infrastruktur dan bangunan pendukung lainnya di

wilayah tersebut. Tentu saja hal tersebut akan menyebabkan penggunaan air

8 Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, (Malang: UM Press,

2011), hlm 72. 9 Rokhmin Dahuri, dkk,. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2008) hlm 202. 10 Muh Aris Marfai dkk, Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Penguranan Risiko

Bencana dan Pembangunan Pesisir (Integrasi Kajian Lingkungan, Kebencanaan, dan Sosial

Budaya, (Yogyakarta: UGM PRESS, 2015), hlm 18.

Page 24: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

5

tanah yang semakin meningkat. Eksplorasi air tanah dapat menyebabkan

penurunan permukaan air tanah sehingga menyebabkan tanah amblas. Selain

itu eksplorasi air tanah pada wilayah pesisir juga mengakibatkan masuknya air

laut ke dalam tanah atau sering disebut intrusi air laut, akibatnya air tanah

yang ada di sekitar pesisir memiliki rasa asin.11

Hutan mangrove dengan berbagai hasilnya merupakan sumber daya

alam yang menjadi salah satu modal pembangunan. Mengingat akan

pentingnya ekosistem mangrove dan kondisi fisik wilayah pesisir DKI Jakarta

yang memperihatinkan, maka diperlukan rencana penambahan lahan

mangrove sebagai pengganti lahan mangrove yang hilang akibat alih fungsi

lahan menjadi kawasan budidaya sehingga dapat meminimalisir kerusakan

wilayah pesisir DKI Jakarta.

Dengan lahirnya UU no 41 tahun 1999 tentang kehutanan serta

peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2012 tentang strategi

nasional pengelolaan ekosistem mangrove, maka perlu adanya upaya untuk

mendorong pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan dan rehabilitasi

lahan hutan mangrove secara berkelanjutan, untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup di kawasan pesisir12

Sekarang teknologi penginderaan jauh sudah dapat dikenal secara

luas. Untuk mengetahui perubahan kawasan mangrove di Pantai Indah

Kapuk (PIK) dapat menggunakan teknologi penginderaan jauh. Teknologi

ini jika dikombinasikan dengan penginderaan jauh maka kemampuan

tersebut bisa dilakukan tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, yang

dikaji. Teknologi ini sangat efektif dan potensial dalam era digital sekarang

ini. Teknologi penginderaan jauh mempunyai keunggulan di bidang resolusi

spasial (0,5 m sampai 1,1 km), temporal dari (15 sampai 30 hari) dan

resolusi spektral dari 1 saluran band hingga ratusan sangat relevan untuk

mendeteksi perubahan mangrove. Teknologi penginderaan jauh semakin

berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi

dan teknologi sensor. Penginderaan jauh telah mampu memberikan

data/informasi tentang sumberdaya alam, daratan dan kelautan

11 Ibid., hlm 19 12 Satria Meidian Saputra, Skripsi, Op.Cit,. hlm 3.

Page 25: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

6

secara teratur dan periodik. Ketersediaan data citra satelit dalam bentuk

digital memungkinkan analisis dengan komputer secara kuantitatif dan

konsisten.13

Dengan kemampuan ini untuk melakukan overlay peta dalam studi

perubahan penutupan lahan bisa diketahui bagaimana perubahan penutupan

lahan dalam periode waktu tertentu. Perlu dilakukan monitoring perubahan

penutupan lahan pada daerah kawasan hutan mangrove di Kawasan Pantai

Indah Kapuk (PIK). Data perubahan kondisi penutupan lahan sangat

diperlukan sebagai dasar pengelolaan suatu kawasan yang harus dilakukan

secara periodik. Dengan memerhatikan hal tersebut maka diperlukan data-data

spasial kawasan pesisir yang berguna dalam pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya dan ruang di kawasan pesisir yang direncanakan secara

berkelanjutan.

Penelitian tentang perubahan luasan mangrove juga pernah diteliti oleh

Hansel Marcello dalam skripsinya yang berjudul Perubahan Mangrove di

Wilayah Pesisir Indramayu menurut hasil penelitiannya hutan mangrove di

wilayah pesisir Kabupaten Indramayu terindikasi terus mengalami perubahan

dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2010. Perubahan yang terjadi adalah

pengurangan luasan mangrove dan penurunan jumlah spesies mangrove yang

hidup di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu.

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan mengenai penurunan

luasan mangrove yang terjadi di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara dan

minimnya penelitian yang dilakukan mengenai hal tersebut, dengan

menggunakan bantuan dari teknologi penginderaan jauh penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan mangrove di kawasan

Pantai Indah Kapuk (PIK) dari tahun 2000-2016. Sehingga peneliti membuat

penelitian dengan judul “APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK

MENDETEKSI PERUBAHAN MANGROVE DI PANTAI INDAH

KAPUK (PIK) JAKARTA UTARA TAHUN 2000-2016”.

13 Paharuddin, Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Kajian Kerentanan Pantai Utara

Jakarta, (Tesis Institusi Pertanian Bogor,2011) hlm 1

Page 26: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

7

B. Identifikasi Masalah

1. Luas lahan Mangrove di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara Menurun

2. Pertumbuhan penduduk di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara semakin

meningkat sehingga mengakibatkan kebutuhan lahan semakin tinggi

3. Pertumbuhan pembangunan di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara

semakin meningkat maka mengakibatkan keberadaan mangrove semakin

berkurang

C. Pembatasan Masalah

Keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya, serta untuk

memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan

terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka di perlukan

adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian hanya mengkaji pada

perubahan luasan mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Kecamatan

Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara dengan menggunakan teknologi

penginderaan jauh dari tahun 2000 sampai 2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta

pembatasan masalah, maka pertanyaan penelitian ini adalah: “Bagaimana

perubahan mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Kecamatan

Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara dengan menggunakan teknologi

penginderaan jauh?”

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan mangrove di Pantai Indah

Kapuk (PIK) Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara dengan

menggunakan teknologi penginderaan jauh.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah suatu kontribusi hasil penelitian baik secara teoritis ataupun secara

praktis, manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:

Page 27: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

8

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk perkembangan

ilmu geografi, khususnya untuk mengkaji dan menjelaskan permasalahan

tentang perubahan lahan mangrove. Selain itu penelitian ini dapat menjadi

acuan untuk pengembangan bidang pendidikan khususnya untuk mata

pelajaran geografi pada mata materi pesisir dan kelautan.

Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat tentang perubahan lahan mangrove.

b. Bagi lembaga pemerintahan, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan acuan dalam perencanaan pembangunan di wilayah Pantai

Indah Kapuk (PIK) dengan mempertimbangkan luasan hutan

mangrove yang berada di wilayah pesisir pantai.

c. Bagi pendidikan diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian dalam

pembelajaran IPS khususnya geografi.

d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengalaman ilmu dibidang geografi, penggunaan penginderaan jauh

untuk analisis perubahan mangrove.

Page 28: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Penginderaan Jauh

Menurut Lilliesand dan Kiefer penginderaan jauh ialah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau

fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa

kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Selain

itu penginderaan jauh juga dapat diartikan sebagai suatu proses membaca.

Dengan menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak

jauh yang dapat di analisis untuk mendapat suatu obyek, daerah atau

fenomena yang diteliti.14

Sri Hartati Soenarmo mengatakan bahwa penginderaan jauh atau

disingkat INDERAJA secara umum didefinisikan sebagai ilmu teknik seni

untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda

atau objek, target, sasaran maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh

atau kontak langsung dengan benda atau target tersebut. Data yang

diperoleh pada umumnya berbentuk keruangan atau spasial sehingga

dalam pengolahannya memerlukan seni tampilan yang serasi, menarik, dan

mudah di mengerti.15

Teknologi penginderaan jauh (Remote sensing) sering diartikan

sebagai teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi

tanpa melalui kontak langsung dengan objek tersebut. Saat ini teknologi

penginderaan jauh berbasis satelit menjadi sangat popular dan digunakan

untuk berbagai tujuan kegiatan, salah satunya untuk mengidentifikasi

potensi sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Hal ini disebabkan

teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, seperti harganya yang relatif

murah dan mudah di dapat, adanya resolusi temporal (perulangan)

14 Lillesand and Kiefer diterjemahkan oleh Dulbahri dkk, Penginderaan Jauh dan Interpretasi

Citra. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1990), hlm 1 15 Soenarmo, Sri Hartati. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis untuk

Bidang Ilmu Kebumian (Bandung: ITB, 2009), hlm 1.

Page 29: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

10

sehingga dapat digunakan untuk keperluan monitoring, cakupannya yang

luas dan mempu menjangkau daerah yang terpencil, bentuk datanya digital

sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan ditampilkan

sesuai keinginan.16

Jadi kesimpulannya penginderaan jauh ialah ilmu untuk

memperoleh informasi dan analisis informasi tentang bumi yaitu obyek,

target, sasaran, maupun daerah dan juga fenomena tanpa menyentuh atau

kontak langsung dengan target tersebut. Data yaitu berbentuk keruangan

atau spasial dan dalam pengolahannya memerlukan seni, tampilan yang

menarik sehingga dapat dimengerti.

2. Komponen Penginderaan Jauh

a. Sumber Tenaga

Sumber tenaga merupakan komponen yang diperlukan untuk

menyinari objek yang terdapat di permukaan bumi kemudian

memantulkannya ke sensor. Salah satu tenaga yang digunakan dalam

penginderaan jauh adalah tenaga matahari. Tenaga matahari memancar

ke segala penjuru termasuk panjang gelombang. Berdasarkan sumber

tanaganya penginderaan jauh dibedakan menjadi:

1) Sumber tenaga alami

Matahari merupakan sumber tenaga yang alami. Penginderaan jauh

yang menggunakan tenaga matahari dikenal dengan sistem pasif.

Proses penginderaan jauh yang menggunakan tenaga matahari

hanya dapat dilakukan pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah.

2) Sumber tenaga buatan

Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan dalam

perekamannyaa disebut dengan sistem aktif. Proses ini dapat

dilakukan pada malam hari karena mengandalkan pantulan tenaga

buatan yang disebut juga tenaga pulsa atau tidak bergantung pada

tenaga matahari. Contoh tenaga buatan yang digunakan dalam

16 Satria Meidian Saputra, Skripsi: “Analisis Spasial dalam Rekonstruksi Lahan untuk Ekosistem

Mangrove Melalui Perancangan Model Spasial Dinamis” (Jakarta: Universitas Esa Unggul,

2016), hlm 25.

Page 30: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

11

proses penginderaan jauh adalah gelombang mikro yang berasal

dari baterai, blitz, dan sebagainya.17

Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh

waktu (jam musim), lokasi dan kondisi cuaca, jumlah tenaga yang

diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan

jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap

tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim

saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga

yang diterima lebih besar dibanding dengan pada musim lain di saat

matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu, disamping itu,

jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di

permukaan bumi. Disamping itu jumlah tenaga yang diterima juga

dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat di

ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap

tempat-tempat di lintang tinggi, untuk waktu dan letak yang sama,

jumlah sinar yang mencapai bumi dapat berbeda bila kondisi cuaca

berbeda. Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap dan awan, maka

akan semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi.18

b. Sensor

Tenaga yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima

dan direkam oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri

terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Disamping itu juga

kepekaannya berbeda dalam merekam obyek terkecil yang masih dapat

dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan

sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek

terkecil ini disebut resolusi spasial. Resolusi spasial ini merupakan

petunjuk bagi kualitas sensor. Semakin kecil obyek yang dapat

direkam olehnya, semakin baik kualitas sensornya. Berdasarkan atas

proses perekamannya. Sensor dibedakan atas sensor fotografik dan

sensor elektronik.

17 Modul, Sodikin, Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat Dengan Er Mapper 7.0. hlm 3 18 Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid I, (Yogyakarta: UGM,1992), hlm 53-54

Page 31: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

12

1) Sensor fotografik proses perekamannya berlangsung dengan cara

kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada

lapisan emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto.

Kalau pemotretannya dilakukan dari pesawat udara atau wahana

lainnya. Fotonya disebut dengan foto udara bila pemotretannya

dilakukan dari antariksa. Fotonya disebut foto satelit atau orbital.

Jadi, dalam proses ini film berfungsi sebagai penerima tenaga

sekaligus sebagai alat perekamnya.

2) Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk

sinyal elektrik. Alat penerima dan perekamnya berupa pita

magnetik atau detektor lainnya, bukan film. Pemrosesannya

menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan

memotret data yang direkam oleh pita magnetik yang telah

diujudkan secara visual pada sejenis layar televisi. Atau dengan

menggunakan film perekam khusus. Hasil akhirnya berupa foto

dengan film sebagai alat perekamnya, akan tetapi film disini hanya

berfungsi sebagai alat perekam saja, bukan sebagai alat penerima

tenaga secara langsung yang sekaligus sebagai alat perekam. Oleh

karena itu hasil akhirnya tidak disebut foto udara, melainkan

disebut citra penginderaan jauh yang untuk mudahnya disingkat

citra. Citra meliputi semua gambaran visual planimetrik yang

diperoleh dengan jalan penginderaan jauh. Jadi foto udara termasuk

citra, akan tetapi tidak semua citra berupa foto udara.19

c. Perolehan Data

Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yakni

dengan interpretasi secara visual, dan dapat pula dilakukan dengan

cara numerik atau cara digital yaitu dengan menggunakan komputer.

Foto udara pada umumnya di interpretasi secara manual. Sedang data

hasil penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasi secara manual

maupun secara numerik.

19 Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid 1, (Yogyakarta: UGM,1986), hlm 56-57

Page 32: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

13

d. Pengunaan Data

Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat

diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh itu oleh para pengguna

data. Jadi, penggunaan data merupakan komponen yang penting dalam

sistem penginderaan jauh. Kerincian, keandalan, dan kesesuaiannya,

terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima atau

tidaknya data penginderaan jauh oleh para penggunanya. Dalam hal ini

data hasil interpretasi foto udara telah hampir seabad dimanfaatkan

oleh pengguna data dalam rangka pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan, sedang penginderaan jauh lainnya masih relatif baru.

Meskipun pada saat ini sering dikatakan bahwa penginderaan jauh

yang baru masih dalam taraf eksperimental atau semi-operasional,

prospeknya untuk masa mendatang baik sekali. 20

3. Klasifikasi Citra

Klasifikasi citra penginderaan jauh (inderaja) bertujuan untuk

menghasilkan peta tematik, dimana tiap warna mewakili sebuah objek,

misalkan hutan laut, sungai, sawah dan lain-lain. Klasifikasi citra digital

merupakan proses pengelompokan piksel ke dalam kelas-kelas tertentu.

Hal ini sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam klasifikasi

multispektral ialah bahwa setiap objek dapat dibedakan dari yang lainnya

berdasarkan nilai spektralnya.

Pada umumnya klasifikasi citra digital yang digunakan adalah

klasifikasi (supervised), klasifikasi supervised ini melibatkan interaksi

analis secara intensif, dimana analis menuntun proses klasifikasi dengan

identifikasi objek pada citra (training area). Pengambilan sampel perlu

dilakukan dengan mempertimbangkan pola spektral pada setiap panjang

gelombang tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan yang baik untuk

mewakili suatu objek tertentu.

a. Landsat

Landsat merupakan salah satu jenis satelit yang mengitari

bumi. Landsat sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang. Landsat 1

20 Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid 1, (Yogyakarta: UGM,1986), hlm 59

Page 33: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

14

merupakan satelit pertama yang diluncurkan pada tahun 23 Juli 1972.

Pada mulanya landsat 1 ini bernama Earth Resources Technology

Satellite 1. Landsat terus berkembang sampai dengan landsat 8 yang

merupakan satellit terbaru dari program landsat.

Program landsat adalah program paling lama untuk

mendapatkan citra Bumi dari luar angkasa. Instrumen satelit-satelit

landsat telah menghasilkan jutaan citra. Citra-citra tersebut diarsipkan

di Amerika Serikat dan stasiun-stasiun penerima Landsat di seluruh

dunia; dimana merupakan sumber daya yang unik untuk riset

perubahan global dan aplikasinya pada pertanian, geologi, kehutanan,

perencanaan daerah, pendidikan, dan keamanan nasional. Landsat 7

memiliki resolusi 15-30 meter. Program ini dulunya disebut Earth

Resources Observation Satellites Program ketika dimulai tahun 1966,

namun berubah menjadi landsat tahun 1975.

1) Citra Landsat

Citra landsat antara lain telah digunakan untuk identifikasi

jenis tanaman. Bagi daerah luas yang petak-petak sawahnya teratur

dan tanamannya seragam, ketelitian hasil identifikasinya mencapai

95% atau lebih. Ketelitian sebesar ini dicapai misalnya bagi

tanaman padi pada sawah irigasi di Kalifornia atau daerah gandum

di Kansas, Oklahoma, dan Texas di Amerika Serikat. Bagi

identifikasi jenis tanaman di negara berkembang, ketelitian hasil

identifikasinya lebih rendah.21

Bagi kehutanan, data Landsat digunakan untuk: a. membuat

peta hutan, b. menaksir luas hutan, c. menentukan lokasi pemotongan

kayu dan daerah penghutanan kembali, dan d. menilai kerusakan oleh

kabakaran hutan. Data landsat yang diproses dengan komputer untuk

pembuatan peta klasifikasi hutan ternyata membuahkan ketelitian

sebesar 95%. Ketelitiannya meningkat menjadi 97% apabila di dalam

klasifikasi hutan diperhitungkan juga elevasi topografi, lereng,

penyinaran matahari, dan jenis vegetasi.

21 Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid I, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press ,1994), hlm

320

Page 34: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

15

Menurut Lulla, Howe, dan Mausel menyatakan bahwa di

dalam ilmu kebumian, data landsat telah digunakan untuk berbagai

disiplin seperti pertanian, kehutanan, peternakan, penggunaan

lahan, pemetaan, geologi, sumber daya air, oseanografi serta

sumber data kelautan dan lingkungan.22

Tabel 2.1 Data SPOT pankromatik dan multispektral

Jenis data Spektrum/saluran Panjang

gelombang (µm)

Pankromatik

Multispektral

Tampak

Hijau

Merah

Inframerah

0,51-0,73

0,50-0,59

0,61-0,69

0,79-0,89 Sumber: Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid I

Pemetaan tematik (thematie mapper/TM) direncanakan

memiliki tujuh buah saluran spektral yang direncanakan memiliki

tujuh buah saluran spektral yang dirancang untuk memaksimumkan

kemampuan analisis vegetasi untuk terapan di bidang pertanian.

Berikut ini disajikan saluran spektral yang diusulkan untuk

pengandaran pemeta tematik.

1) Saluran satu (0,45 μm – 0,52μm) dirancang untuk membuahkan

peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, dan juga untuk

mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah dan

vegetasi.

2) Saluran dua (0,52 μm - 0,60μm), terutama dirancang untuk

mengindera puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau

yang terletak di antara dua saluran spektral serapan klorofil.

Tanggapan pada saluran ini dimaksudkan untuk menekankan

pembedaan vegetasi dan penilaian kesuburan.

3) Saluran tiga (0,63μm- 0,69μm), merupakan saluran terpenting

untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini berada pada salah satu

bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras antara

kenampakan vegetasi dan bukan vegetasi, juga menajamkan

kontras antara kelas vegetasi.

22 Sutanto, Jilid I, Ibid, hlm 321.

Page 35: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

16

4) Saluran empat (0,76μm- 0,90μm), dipilih agar tanggap terhadap

sejumlah biomassa vegetasi yang terdapat pada daerah kajian.

Hal ini akan membantu identifikasitanaman dan akan

memperkuat kontras antara tanaman, tanah dan lahan air.

5) Saluran lima (1,55μm -1,75μm), merupakan suatu saluran yang

dikenal penting untuk penentuan jenis tanaman, kandungan air

pada tanaman, dan kondisi kelembapan tanah.

6) Saluran enam (2,08μm-2,35μm), saluran yang paling penting

untuk formasi batuan.

7) Saluran tujuh (10,40μm-12,50μm), suatu saluran inframerah

termal yang dikenal bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi,

kelembapan tanah, dan sejumlah gejala lain yang berhubungan

dengan panas.23

4. Pantulan Spektral, Vegetasi, Tanah dan Air

Pantulan spektral bagi tiga obyek utama di bumi, yakni vegetasi

sehat berdaun hijau, tanah gundul, (lempung coklat kelabu), dan air danau

yang jernih. Berikut ini gambar kurva pantulan spektral yang mencirikan

untuk obyek vegetasi, tanah, dan air seperti terlihat pada gambar 1.1.

Panjang Gelombang (m)

Grafik 2.1 Kurva Pantulan spektral yang mencirikan untuk obyek

vegetasi tanah, dan air.

23 Lilliesand dan Kiefer, Penginderaan Jauh dan interpretasi citra, (Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 1990) hlm 687.

60

40

20

0 0,

4

0,

6

0,

8

1,

0

1,

2

1,

4

1,

6

1,

8

2,

0

2,

2

2,

4

2,

6

Tanah Kering terbuka (coklat abu-

abu)

Vegetasi (Hijau)

Air (jernih)

Pan

tula

n (

%)

Page 36: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

17

Berdasarkan Gambar 1.1, Garis pada kurva tersebut menyajikan

kurva pantulan rata-rata yang dibuat dengan pengukuran sampel obyek

yang jumlahnya banyak. Perhatikan betapa jelasnya kurva tersebut bagi

tiap kenampakan pada umumnya konfigurasi kurva ini merupakan

indikator tentang jenis dan kondisi obyek yang berkaitan. Walaupun

pantulan obyek secara individual akan berbeda besar diatas dan dibawah

nilai rata-rata, tetapi kurva tersebut menunjukkan beberapa titik

fondamental yang berkaitan dengan nilai spektral.

Sebagai contoh, kurva pantulan spektral untuk vegetasi sehat

berdaun hijau hampir selalu membentuk konfigurasi puncak dari lembah.

Lembah pada spektrum tampak dipengaruhi oleh pigmen daun di dalam

daun tetumbuhan. Klorofil misalnya banyak menyerap energi panjang

pada gelombang yang terpusat pada sekitar 0,45μm dan 0,65μm.

Berdasarkan hal itu mata kita menangkap vegetasi sehat berwarna hijau

disebabkan oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau. Apabila

suatu tetumbuuhan mengalami beberapa bentuk gangguan, yang

mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksinya yang normal maka

hal itu dapat mengurangi atau mematikan produksi klorofil. Akibatnya

berupa kurangnya serapan oleh klorofil pada saluran biru dan merah.

Sering pantulan pada spektrum merah bertambah hingga kita lihat

tetumbuhan tampak berwarna kuning (gabungan antara hijau dan merah).24

5. Analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan

indikator kehijauan yang sering digunakan dalam menduga vegetasi atau

bahkan biomass, dari citra satelit dengan menggunakan kanal Infra Merah

Dekat (NIR) dan band Merah (VIS).25

Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang

diperoleh dari pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan (brightness)

beberapa kanal data sensor satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan

24 Lilliesand dan Kiefer, Penginderaan Jauh dan interpretasi citra, (Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 1990) hlm 20-21. 25 Modul, Sodikin, Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper. hlm 134.

Page 37: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

18

proses pembandingan antara tingkat kecerahan kanal cahaya merah (red) dan

kanal cahaya inframerah dekat (near infrared). Fenomena penyerapan

cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan cahaya inframerah dekat oleh

jaringan mesofil yang terdapat pada daun akan membuat nilai kecerahan

yang diterima sensor satelit pada kanal-kanal tersebut akan jauh berbeda.

Pada daratan non-vegetasi, termasuk diantaranya wilayah perairan,

pemukiman penduduk, tanah kosong terbuka, dan wilayah dengan kondisi

vegetasi yang rusak, tidak akan menunjukkan nilai rasio yang tinggi

(minimum). Sebaliknya pada wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan

kondisi sehat, perbandingan kedua kanal tersebut akan sangat tinggi

(maksimum). Nilai perbandingan kecerahan kanal cahaya merah dengan

cahaya inframerah dekat atau NIR/RED, adalah nilai suatu indeks vegetasi

(yang sering disebut ”simple ratio”) yang sudah tidak dipakai lagi. Hal ini

disebabkan karena nilai dari rasio NIR/RED akan memberikan nilai yang

sangat besar untuk tumbuhan yang sehat. Oleh karena itu, dikembangkanlah

suatu algoritma indeks vegetasi yang baru dengan normalisasi, klasifikasi

untuk vegetasi di DKI Jakarta menurut Novianti Lufilah dkk dibagi menjadi

3 yaitu klasifikasi jarang dengan nilai spektral 0,2343-0,2813 dan yang

kedua yaitu klasifikasi sedang dengan nilai spekral yaitu 0,2814-0,3143 dan

klasifikasi lebat dengan kelas 0,3144-0,6294. Rumus NDVI (Normalized

Difference Vegetation Index) seperti berikut ini26:

)VISNIR(

VIS)(NIRNDVI

Dalam hal ini NDVI = Normalized Difference Vegetation Index, NIR =

Near Infra Red, VIS = Visible Red.

6. Pengertian Mangrove

Beberapa ahli mendefinisikan istilah “mangrove” berbeda-beda,

tetapi pada dasarnya merujuk pada pengertian yang sama. Menurut Darsidi

hutan pasang surut atau hutan payau lebih dikenal dengan nama hutan

mangrove merupakan vegetasi yang tumbuh dipengaruhi oleh kadar garam

26 Jurnal, Dodi Sudiana dan Elfa Diasmara, “Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Data Satelit

NOAA/AVHRR dan TERRA AQUA-MODIS hlm 425.

Page 38: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

19

serta adanya aliran sungai yang berair tawar, sehingga pada umumnya

hutan mangrove berada di muara-muara sungai di tepi pantai yang cukup

terlindungi oleh hempasan gelombang dan angin laut yang deras.

Definisi lain menurut Nybakken yaitu hutan mangrove merupakan

komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis

pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut

pantai berlumpur. Hutan mangrove umumnya tumbuh pada daerah interdal

dengan genangan air secara berkala dan menerima pasokan air tawar yang

cukup. Hutan mangrove sering juga disebut sebagai hutan pantai, hutan

pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, mangrove sudah

ditetapkan sebagaimana baku untuk hutan pantai.27

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang

terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri

tersendiri yang sangat unik. Hutan ini meskipun termasuk dalam golongan

besar hutan hujan tropis namun mungkin karena letaknya di daerah

pantai/wilayah interdital sehingga tanaman mangrove digolongkan sebagai

halophytes (saline plants). Hutan ini merupakan peralihan habitat

lingkungan darat dan lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak

sama seperti sifat-sifat yang dimiliki hutan hujan tropis di daratan.

Keberadaan komunitas mangrove juga biasanya tumbuh selain di

wilayah pantai tropis juga bisa ditemui di wilayah subtropis yakni sampai

pada lintang geografis 25oLU dan 25oLS. Bahkan di pantai timur Afrika,

pantai Australia dan Selandia Baru, sebaran mangrove masih bisa tumbuh

sampai pada posisi lintang antara 35o-40oLS. Areal tumbuh bagi hutan

mangrove umumnya terletak di sekitar muara sungai (estuaria), pantai

karang, teluk tenang dan pulau-pulau di dalam anak teluk tersebut28.

Jadi menurut pendapat saya mangrove yaitu tanaman pepohonan

yang hidup di antara lautan dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang

surut air laut vegetasi yang tumbuh dipengaruhi oleh kadar garam serta

27 Amran Saru, Potensi Biologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir.

(Bogor: IPB Press, 2014) 11 28 M.S Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta: UI Press, 2010) 202-203.

Page 39: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

20

adanya aliran sungai yang berair tawar, sehingga pada umumnya hutan

mangrove berada di muara-muara sungai di tepi pantai yang cukup

terlindungi oleh hempasan gelombang dan angin laut yang deras.

7. Jenis-Jenis Mangrove

a. Avicennia Marina

Avicennia marina merupakan pelopor dari spesies mangrove,

yang mungkin paling luas dari semua mangrove, mulai luas di seluruh

indo-pasifik bagian Barat. berupa belukar atau pohon yang tumbuh

tegak atau menyebar, dengan ketinggian pohon mencapai 30m dan

tumbuh di atas lumpur berpasir, pada bagian tepi menjorok ke laut.

Avicennia marina memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit

dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak

dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-

abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan

tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.

Avicennia marina memiliki daun-daun tunggal, bertangkai,

berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat helai daun

seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi

bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin (Ini adalah

kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut) pertulangan

daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada

lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk daun elliptical-

lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm, l=4 cm.

Avicenia kayunya dapat dipakai untuk bangunan rumah (pilar,

atap dll.), selain itu juga digunakan untuk membuat mebel, perahu.

Page 40: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

21

Kayunya juga digunakan untuk membuat kayu bakar, dan juga pulp.

Kayunya yang keras sangat tahan terhadap serangan rayap. Pohon

Avicennia Marina mempunyai kemampuan mengakumulasi logam

berat yang tinggi. Pohon ini memiliki system penanggulangan materi

toksik dengan cara melamahkan efek racun melalui pengenceran

(dilusi) yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan

konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi

toksisitas logam tersebut.

Daun api-api (Avicennia marina) merupakan salah satu

tumbuhan yang dimanfaatkan sebagaibahan pakan ternak dan dipakai

sebagai obat anti fertilitas tradisional oleh masyarakat pantai.

b. Rhizophora Mucronata

Rhizophora mucronata adalah salah satu jenis tanaman bakau.

Juga disebut dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam

dan lain-lain. Kulit batang hitam, memecah datar. Tanaman ini biasa

ditemukan dalam hutan bakau atau hutan mangrove, yaitu hutan adalah

hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada

garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tanaman ini

memiliki bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkotanya putih,

berambut panjang hingga 9 mm. Buahnya bentuk telur, hijau

kecoklatan, 5 – 7 cm. Mempunyai hipokotil besar, kasar dan berbintil,

dengan panjang 36 – 70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang.

Tanaman ini sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih

toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih

Page 41: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

22

menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus, jarang

sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas

mulai dari Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara,

kepulauan Nusantara, Melanesia dan Mikronesia. Diintroduksi ke

Hawaii. Rhizophora mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Lumpur

tanah liat bercampur bahan organik merupakan tempat tumbuh yang

paling umum bagi hutan bakau, selain tanah bergambut, lumpur

dengan kandungan pasir yang tinggi, ahkan dominan pecahan karang,

di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.

c. Rhizophora Apriculata

Rhizophora Apiculata Hidup diantara pertemuan laut dan

daratan yang umumnya dikenal sebagai daerah ekoton atau disebut

pula sebagai zonasi proksimal, yaitu terdekat dengan laut. Kondisi

yang demikian cukup sulit dalam pengumpulan benihnya, karena benih

umumnya terbawa oleh arus laut, sehingga pengumpulan benih

dilakukan dengan cara memanjat pohon induk dan mengunduhnya.

Tanaman berumur 8 tahun sudah dapat dijadikan pohon induk. Ciri

buah matang adalah ditandai dengan perubahan, serta keadaan dimana

hampir lepasnya buah dari bonggolnya. Buah matang ditandai dengan

warna kotiledon merah dengan hijau kecoklatan. Benih yang sudah

diunduh dikumpulkan, kemudian dilakukan seleksi dan sortasi yaitu

memilah benih yang sehat dan masak yang ditandai oleh warna

kotiledon coklat kemerahan atau kekuningan, kokoh serta bebas dari

Page 42: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

23

hama penyakit maupun luka mekanis. Ukuran benih bakau ini cukup

besar sehingga dalam 1 kg benih terdapat ± 46 benih.

d. Sonneratia Alba

Perepat atau pidada putih (Sonneratia alba) adalah sejenis

pohon penyusun hutan bakau. Pohon berbatang besar ini sering

didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau berpasir,

langsung berhadapan dengan laut terbuka. Nama "perepat" juga sering

dipakai untuk pohon pantai lain yang agak serupa yang dikenal sebagai

pidada. Pohon yang selalu hijau, gundul (tak berambut), bertajuk

melebar, tinggi 3-15 m, jarang hingga 20 m. buah bentuk bola agak

gepeng, 3 × 4 cm, berbiji banyak, dengan pangkal terlindung kelopak

yang tidak rontok dan bermahkota bekas tangkai putik taju kelopak

umumnya tertekuk ke belakang, namun ada kalanya mendatar

menyamping. Buah berbau tak enak jika masak. Jenis yang berubah-

ubah Pepagan (kulit batang) berwarna krem hingga cokelat, dengan

retak-retak halus mendatar. Akar napas tebal, muncul berupa kerucut-

kerucut runcing agak tebal, hingga 25 cm tingginya. Termasuk jenis

pionir di hutan bakau, perepat acap ditemukan tumbuh berhadapan

dengan laut namun di bagian yang terlindung dari gempuran ombak

secara langsung. Substrat yang disukai adalah campuran lumpur dan

pasir; kadang-kadang juga di pantai berbatu, berkarang atau di atas

tanah liat. Perepat tidak tahan penggenangan oleh air tawar dalam

jangka panjang.

Page 43: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

24

e. Nypa Fruiticans

Nipah atau Nypa fruticans adalah salah satu pohon anggota

famili Arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa

yang berair payau atau daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon

nipah tumbuh di lingkungan hutan bakau. Batang nipah menjalar di

tanah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya

daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-

olah tak berbatang. Akarnya serabut yang panjangnya bisa mencapai

belasan meter. Dari rimpangnya tumbuh daun majemuk (seperti pada

jenis palem lainnya) hingga setinggi 9 meter dengan tangkai daun

sekitar 1-1,5 m. Daun nipah yang sudah muda berwarna kuning

sedangkan yang tua berwarna hijau.

Bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dengan

bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan

tersusun dalam malai serupa untai, merah, jingga atau kuning pada

cabang di bawahnya. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk

diambil niranya. Buah nipah bulat telur dan gepeng dengan 2-3 rusuk,

berwarna coklat kemerahan. Panjangnya sekitar 13 cm dengan lebar 11

cm. Buah berkelompok membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm.

Dalam satu tandan, dapat terdiri antara 30-50 butir buah. Berbagai

bagian tumbuhan nipah (Nypa fruticans) telah dimanfaatkan manusia

sejak lama. Daun nipah dapat dimanfaatkan untuk membuat atap

rumah, anyaman dinding rumah, dan berbagai kerajinan seperti tikar,

Page 44: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

25

topi dan tas keranjang. Pada zaman dulu, daun nipah juga

dimanfaatkan sebagai media tulis di samping daun lontar. Batang, dan

tangkai daun nipah dapat digunakan sebagai kayu bakar. Lidinya

dimanfaatkan sebagai sapu lidi, dan berbagai anyaman. Tandan bunga

yang belum mekar dapat disadap untuk diambil air niranya. Air nira ini

dapat dijadikan gula, difermentasi menjadi cuka dan tuak, juga sebagai

bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati pengganti

bahan bakar minyak bumi. Tunas nipah dapat dimakan dan buah nipah

yang masih muda dapat dijadikan semacam kolang-kaling untuk

campuran minuman, kolak, maupun dijadikan manisan. Sedangkan

bijinya yang telah tua dapat ditumbuk untuk diambil tepungnya. Pohon

nipah (Nypa fruticans) ternyata mempunyai manfaat yang tidak sedikit.

Namun sayangnya pemanfaatan tumbuhan ini masih sangat sedikit.

Bahkan tidak jarang tumbuhan ini harus musnah seiring dengan

musnahnya hutan mangrove dan kerusakan pantai yang terjadi akibat

ulah manusia.

f. Avicennia Alba

Avicennia alba adalah spesies dari mangrove tropis di

keluarga Acanthaceae. Tumbuhan ini merupakan jenis pionir pada

habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di

bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang

dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Pada

umumnya tumbuhan mangrove ini menyukai bagian muka teluk.

Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan

Page 45: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

26

mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi

sepanjang tahun. Genus ini berbiak ketika masih menempel di pohon.

Avicennia alba merupakan belukar atau pohon yang tumbuh

menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon

membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit.

Ciri-Ciri daunnya memiliki permukaan halus, bagian atas hijau

mengkilat, bawahnya pucat. Bunganya seperti trisula dengan

gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan dan

buahnya seperti kerucut/cabe/mente dengan warna hijau muda

kekuningan. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap

kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain

kadang-kadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang

yang tua, kadang-kadang ditemukan serbuk tipis.

g. Tirminalia Cattapa

Pohon ketapang atau Terminalia catappa bukan termasuk

tumbuhan langka. Pohon ketapang kerap ditanam sebagai pohon

peneduh di taman ataupun pinggir jalan. Pohon ketapang mempunyai

bentuk cabang dan tajuk yang khas. Cabangnya mendatar dan tajuknya

bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda. Ciri-ciri Pohon ketapang

(Terminalia catappa) bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang

tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering

nampak seperti pagoda. Tingginya dapat mencapai 35m. Daun

ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan

ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun

Page 46: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

27

berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun.

Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat

ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25

cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat

muda buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi

ungu kemerahan saat matang. Habitat yang disukai oleh pohon

ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk daerah pantai hingga

ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga

dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan

menghadapi bulan-bulan yang kering.

Manfaat Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak

dahulu. Pepagan (kulit luar) dan daunnya berguna untuk menyamak

kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya mempunyai kualitas

cukup baik meskipun rentan rayap. Biji ketapang bisa dimakan dan

mengandung minyak (mirip minyak almond) sehingga sering dipakai

sebagai pengganti minyak almond yang berkhasiat meredakan radang

rongga perut. Jika dimasak bersama daunnya, dalam menyembuhkan

lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain. Daging buahnya dapat

dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Daunnya

digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan daunnya

digunakan sebagai astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai

diuretik, kardiotonik dan dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit.

Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli dari Asia

Tenggara, dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara

termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia,

India, Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Page 47: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

28

h. Brugueira Gymnorrhiza

Brugueira Gymnorrhiza adalah Pohon yang selalu hijau

dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu

memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu

tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan

melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah

akar lutut. Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau

kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada

juga yang tidak) warna merah muda hingga merah panjang 30-50.

Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan

merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta

tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di

areal dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki

aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun

yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada

tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang

surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada

lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan

kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan

di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut

dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang

pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga

dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki

Page 48: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

29

kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang

burung untuk melakukan penyerbukan.

8. Fungsi Hutan Mangrove

Menurut Kusmana fungsi hutan mangrove dibagi menjadi atas tiga.

yaitu yang pertama, fungsi fisik yang dapat melindungi lingkungan dari

pengaruh oseanografi (pasang surut, arus, angin topan, dan gelombang),

mengendalikan abrasi, dan mencegah intrusi air laut ke darat. yang kedua

adalah fungsi biologi sangat berkaitan dengan perikanan sebagai daerah

asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), dan

daerah pamijahan (spawning ground) dari beberapa jenis ikan, udang, dan

merupakan penyuplai unsur-unsur hara utama di pantai, khususnya daerah

lamun dan terumbu karang. Yang ketiga yaitu fungsi ekonomis sebagai

sumber kayu kelas satu, bubur kayu, bahan kertas, chips, dan arang.29

Fungsi hutan mangrove menurut M.S Wibisono yaitu:

1) Sebagai tempat peralihan dan penghubung antara lingkungan darat dan

lingkungan marin. Karena sifat-sifat biota yang hidup di dalamnya

mempunyai ciri-ciri khas yang merupakan pertemuan antara biota yang

sepenuhnya hidup di darat dengan biota yang sepenuhnya hidup di

perairan laut misalnya berbagai jenis ketam, kepiting (Scylla

serata/Crustacea), yang semuanya hewan pemakan serasah.

2) Sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta

sebagai pembentuk daratan baru. Hal ini dimungkinkan mengingat

sistem perakaran vegetasi hutan bakau yang begitu rumit tersebar

dibawah permukaan tanah. Dengan demikian pantai bisa tertahan dari

bahaya erosi. Selain itu gambaran sistem perakaran tersebut juga

mampu sebagai penampung sedimentasi baik yang berasal dari aliran

sungai maupun dari dasar perairan laut/pantai yang tersapu ombak

sehingga membentuk daratan baru.

3) Merupakan tempat ideal untuk berpijah (nursery ground) dari berbagai

jenis larva ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting seperti

29 Amran Saru, Potensi Biologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir.

(Bogor: IPB Press, 2014) hlm 19.

Page 49: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

30

misalnya larva ikan julung-julung (hemiramphus far), larva ikan

belanak (mungil cephalus), dll. Mengingat hutan bakau terletak di

daerah interdal maka sebagian lain tergenang penuh hanya pada waktu

air pasang. Sedangkan pada waktu air surut meninggalkan genangan

air di beberapa tempat berbentuk seperti kolam air, mengingat disitu

terdapat sumber unsur hara terlarut yang diduga berbentuk sebagai

ikatan fosfat, nitrogen organik dan karbon terlarut. Substansi nutrien

tersebut berasal dari daun-daun yang gugur.

4) Sebagai cadangan sumber alam (bahan mentah) untuk dapat diolah

kembali menjadi komoditi perdagangan yang bisa menambah

kesejahteraan penduduk setempat. Pemanfaatan tersebut tetap harus

mengacu kepada keseimbangan/kelestarian daya dukung lingkungan

hutan bakau. 30

Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak

fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung. Ekosistem mangrove bagi bermacam biota perairan (ikan,

udang, dan kerang-kerangan) berfungsi sebagai tempat mencari makan,

memijah, memelihara juvenil, dan berkembang biak. Hutan mangrove

merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai habitat pokok

maupun habitat sementara, penghasil sejumlah deritrus, dan perangkap

sedimen. Dari segi ekonomis, vegetasi ini dapat dimanfaatkan sebagai

sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar,

bahan arang dan alat tangkap ikan dan sumber bahan lain, seperti

pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut serta penyerap logam

berat dan pestisida yang mencemari laut.

Akar mangrove, jenis avicennia marina (biasa disebut dengan

pohon api-api), dapat digunakan sebagai indikator biologis pada

lingkungan yang tersemar logam berat terutama tembaga (Cu), timbal

(Pb), dan seng (Zn).31

Sehingga untuk melindungi organisme laut dan manusia sendiri

dari pencemaran logam berat yang semakin mengkhwatirkan, pemeliharan

30 M.S Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta, UI-Press,2010). 205-208 31 Mukhtasor, Pencemaran Pesisir dan Laut. (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2007). Hlm 36.

Page 50: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

31

mangrove sangat penting dilakukan. Apalagi potensi hutan mangrove saat ini

dikhawatirkan sangat rusak. Apabila kecenderungan ini tidak segera

memperoleh perhatian dan penanganan yang memadai, maka dikhawatirkan

hutan mangrove akan semakin mengecil dan semakin berat tingkat

kerusakannya sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas

perikanan dan menganggu fungsi-fungsi lain dari hutan mangrove.32

9. Manfaat Hutan Mangrove

Menurut Rahman dan Sudarto hutan mangrove merupakan daerah

yang sangat penting bagi masyarakat yang hidup disekitarnya, karena

secara langsung mangrove dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan

hidup mereka, misalnya untuk kayu bakar, kayu bangunan, arang bahkan

dapat juga di manfaatkan sebagai obat-obatan dan khusus dari jenis Nypa

fruitcans dapat dimanfaatkan sebagau sumber gula, alkohol maupun cuka.

Secara tidak langsung hutan mangrove juga bermanfaat bagi kehidupan

mereka, karena daerah ini dapat berperan sebagai habitat beberapa jenis

ikan, udang dan kepiting yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Secara

ekologis, hutan mangrove mempunyai berbagai macam peranan yang

cukup besar.33 Selain itu menurut Lasibani dan Eni manfaat ekosistem

mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai mitigasi

bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada

di belakangnya. Pelindung pntai dari abrasi, gelombang air pasang (rob),

tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh

aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat

menjadi penetralisir pencemaran perairan pada batasan tertentu.

Menurut Sudiarta manfaat lain dari ekosistem mangrove juga

sebagai obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata.34

32 Ibid., hlm 37. 33 Jurnal, Pramudji, Hutan Mangrove di Indonesia: Peranan Permasalahan dan Pengolahannya,

Oseana Volume XXV ISSN 0216-1877, hlm 15. 34 Jurnal, Gunggung Senoaji dkk, Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota Bengkulu Dalam

Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpianan Karbon, J. Manusia dan Lingkungan Vol

23, September 2016: 327-333 hlm 328.

Page 51: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

32

10. Karakteristik Habitat Mangrove

Menurut Nirarita dkk vegetasi mangrove biasanya tumbuh di

habitat mangrove membentuk zonasi mulai dari derah yang paling dekat

dengan laut sampai dengan derah yang dekat dengan daratan. Pada

kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh

subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas.

Sedangkan pada daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove

tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt dengan komposisi yang hampir

seragam.

Sedangkan tempat hidup hutan mangove merupakan habitat yang unik dan

memiliki ciri-ciri khusus diantaranya adalah:

1. Tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya

tergenang pada saat pasang pertama

2. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat

3. Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut

yang kuat

4. Airnya berkadar garam (bersalinitas payau (2-22 o/oo) hingga asin35

11. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Mangrove

Purwoko dan Onrizal mengatakan bahwa Dasawarsa ini terjadi

penurunan luasan dan kualitas hutan mangrove secara drastis. Ironisnya,

sampai sekarang tidak ada data aktual yang pasti mengenai luasan hutan

mangrove, baik yang kondisinya baik, rusak, maupun telah berubah

bentang alamnya. Mangrove memiliki tingkat keterbukaan wilayah yang

tinggi dan relatif dekat dengan sentra-sentra kegiatan perekonomian

masyarakat. Kondisi ini membuat hutan mangrove di Kawasan Pantai

Indah Kapuk memiliki interaksi sosio-ekosistem yang tinggi.

Interaksi yang tinggi antara masyarakat dengan kawasan hutan

biasanya membawa dampak yang cukup serius terhadap ekosistem

kawasan maupun terhadap fungsi dan keunikannya. Dari satu sisi, hal ini

mengindikasikan bahwa keterlibatan sektor kehutanan dalam perekonomian

35 Hansen Marcello, Skripsi: “Perubahan Mangrove di Wilayah Pesisir Indramayu” (Depok:

Universitas Indonesia, 2012) hlm 5.

Page 52: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

33

dan kontribusinya terhadap perekonomian rakyat sudah cukup intensif.

Namun di sisi lain, dampak degradasi ekosistem mangrove terhadap

perekonomian wilayah pesisir secara keseluruhan jauh lebih serius.

Padahal kelestarian ekosistem mangrove mutlak harus tetap dipelihara

sebagai satu-satunya cara untuk mempertahankan peran, fungsi, serta

keseimbangan ekosistem kehidupan di sekitar kawasan pesisir.36

Menurut Kepmeneg LH No.201 Tahun 2004, penetapan kriteria

baku kerusakan mangrove diterapkan untuk sempadan pantai mangrove

dan sempadan sungai mangrove di luas kawasan konservasi. Kriteria baku

kerusakan mangrove di tetapkan berdasarkan persentase luas tutupan dan

kerapatan mangrove yang hidup. Kriteria baku kerusakan mangrove

merupakan cara untuk menentukan status kondisi mangrove yang

diklasifikasikan sebagai berikut: 1). Baik (tutupan tumbuhan mangrove

sangat padat); 2). Baik (tutupan tumbuhan mangrove sedang); 3). Rusak

(tutupan tumbuhan mangrove jarang). Kriteria baku kerusakan mangrove

dapat dilihat pada Tabel 2.237 :

Tabel 2.2 Kriteria baku kerusakan mangrove

Kriteria Penutupan (%) Kerapatan

(Pohon/ha)

Baik Sangat Padat 75 1500

Sedang 50-75 1000-1500

Rusak Jarang <50 < 1.000

Sumber: KEPMENEG LH. No 201 Tahun 2004 dalam Amran Saru.

a. Penyebab Kerusakan Mangrove

Menurut Bengen dan Adrianto terdapat dua jenis tekanan

utama yang menjadi penyebab terjadinya degradasi hutan mangrove,

yaitu tekanan eksternal dan tekanan internal. Tekanan eksternal adalah

tekanan yang datang dari luar ekosistem mangrove itu sendiri, seperti

konversi hutan mangrove menjadi pemukiman, tambak udang, industri

atau rekreasi. Tekanan internal adalah tekanan mangrove yang

36 Amran Saru, Potensi Ekologis dan pengelolaan Ekosistem mangrove di wilayah pesisir, hlm

55. 37 Kepmeneg Penetapan Kriteria baku Kerusakan Mangrove, dalam Amran Saru, Ibid., hlm 57.

Page 53: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

34

bersumber dari masyarakat sekitar hutan mangrove untuk memanfaatkan

ekosistem.38

Terkait dengan faktor-faktor penyebab kerusakan ekosistem

mangrove menurut Kusmana ada tiga faktor utama penyebab

kerusakan mangrove: 1. Pencemaran, 2. Konversi hutan mangrove

yang kurang memerhatikan faktor lingkungan, dan 3. Penebangan yang

berlebihan. Pencemaran bisa terjadi akibat tumpahan minyak atau

logam berat. Konvensi lahan hutan mangrove biasanya untuk budi

daya perikanan (tambak), pertanian (tambak, perkebunan), jalan raya,

industri, produksi garam, pemukiman, pertambangan, dan penggalian

pasir.

Menurut Bengen kerusakan mangrove disebabkan adanya fakta

bahwa sebagian manusia memenuhi keperluan hidupnya dengan cara

mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya

alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, pemukiman, industri, dan

sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat keperluan. Pada

dasarnya, hutan mangrove memiliki fungsi ekonomi sebagai penghasil

keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil

bibit. Akan tetapi, dampak ekologis mengakibatkannya berkurangnya

dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies

flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove.39

Selain oleh faktor-faktor fisik lingkungan, kerusakan hutan

mangrove juga bisa disebabkan faktor sosial ekonomi masyarakat

setempat. Parameter sosial ekonomi mangrove adalah jumlah penduduk,

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan persepsi masyarakat terhadap

hutan mangrove. Oleh karena itu, pendekatan kelembagaan masyarakat

juga perlu diperhatikan dalam penanggulangan kerusakan ekosistem

mangrove. Keberadaan kelompok swadaya masyarakat dan lembaga

swadaya masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan pesisir secara

38 Jurnal Meivy Arizona & Sunarto. (2009). Kerusakan Hutan Mangrove Akibat Konvensi Lahan

di Kampung Tobati dan kampong Nafri Jayapura, Fakultas Gerografi UGM, ISSN 0125-1790

MGI Vol . 23, hlm 20. 39 Amran Saru, Potensi Ekologis dan pengelolaan Ekosistem mangrove di wilayah pesisir, hlm

56.

Page 54: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

35

terpadu. Selanjutnya pengelolaan diserahkan pada kelembagaan

pengelolaan yang melibatkan semua steakholder sehingga bisa

mencegah terjadinya kerusakan mangrove.

Pertumbuhan populasi (population growth) juga merupakan

salah satu hal yang tidak bisa dihindari, menurut Marfa’i semakin

bertambah jumlah manusia maka semakin tinggi pula kebutuhan akan

tempat tinggal. Hal ini mengindikasikan terjadinya perkembangan

wilayah yang meliputi pemukiman penduduk.40

Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin tinggi

kebutuhan tempat tinggal hal ini juga didukung oleh teori

pembangunan yang digagas oleh Bryant & White pembangunan adalah

salah satu diantara konsep-konsep paling mendesak di zaman kita

sekarang ini. Menurutnya, pembangunan memancing pertanyaan-

pertanyaan sulit tentang nilai-nilai, Teknik-teknik dan pilihan-pilihan.

Pembangunan memunculkan kembali pertanyaan klasik tentang

hakikat “masyarakat yang baik.”41

b. Dampak yang ditimbulkan dari kerusakan mangrove

Potensi manfaat ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan dari

kawasan tersebut akan terus menurun atau bahkan hilang baik ada

tingkat spesies maupun tingkat ekosistem apabila bentuk pengelolaan

dann relasi sosial ekonomi yang dibangun antara ekosistem dengan

masyarakat sekitar kawasan tidak mengalami perubahan. Ditambah

lagi dengan fenomena bahwa sampai dengan saat ini belum terbentuk

sistem pengelolaan kawasan hutan bakau yang efektif dan efisien di

Kabupaten Baru yang berbasis pada potensi kawasan yang ada

fenomena tersebut secara langsung menimbulkan akibat berupa sumber

daya alam yang terus menurun, polusi meningkat hingga ketingkat

sulit dikendalikan jumlah petani dan nelayan miskin terus meningkat,

40 Muh Aris Marfai dkk, Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam Penguranan Risiko

Bencana dan Pembangunan Pesisir (Integrasi Kajian Lingkungan, Kebencanaan, dan Sosial

Budaya, (Yogyakarta: UGM PRESS, 2015) hlm 19. 41 Nia K Pontoh, Iwan Kustiwan, Pengantar Perencanaan Perkotaan, (Bandung, ITB, 2008),

hlm. 162

Page 55: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

36

tingkat kesehatan masyarakat terus menurun dan tingkat hubungan

antara kriminal.

Beberapa aktivitas yang mempegaruhi kehidupan mangrove

secara luas adalah konversi habitat kepertambakan, penebangan pohon,

sedimentasi dan pencemaran lingkungan. Akibat yang ditimbulkann

dari kerusakan ekosistem mangrove adalah:

a. Intrusi air laut

b. Penurunan kualitas perairan

c. Peningkatan abrasi pantai

d. Penurunan produktivitas perikanan (tambak)

e. Berkurangnya fauna makrozooentos.42

Kerusakan hutan mangrove terbukti telah memberikan dampak

yang fatal terhadap lingkungan, seperti kasus berikut

1) Dampak nyata pemanfaatan hutan mangrove yang tidak terkendali

adalah tenggelamnya pulau Tapak Kuda, Kecamatan Tanjungpura,

Kabupaten Langkap, Sumatera Utara. Sebelum tenggelam pantai

pulau seluas 200 ha ini ditumbuhi oleh hutan mangrove dan dihuni

oleh 115 KK nelayan. Industri arang kayu yang marak pada tahun

1980an mengakibatkan penduduk memanfaatkan kayu hutan

mangrove menjadi arang. Akhirnya pada tahun 1991 hutan

mangrove habis dan berubah menjadi hamparan lumpur dan pasir

sehingga penduduknya terpaksa meninggalkan pulau tersebut.

Secara perlahan tapi pasti, Pulau Tapak Kuda tenggelam akibat

abrasi gelombang laut Selat Malaka dan pasang surut air laut.

2) Dipantai timur provinsi lampung kurang lebih seluas 2000 ha hutan

mangrove telah berubah fungsi menjadi tembak udang. Pada

awalnnya sekitar tahun 1980-an perusakan hutan mangrove dimulai

dengan pemafaatan kayunya menjadi arang oleh penduduk.

Selanjutnya, sejak tahun 1985 hutan mangrove tersebut berubah

menjadi tambak tradisional atau semi modern karena harga udang

yang cukup menggiurkan. Pemanfaatkan hutan mangrove menjadi

42 Amran Saru, Potensi Ekologis dan pengelolaan Ekosistem mangrove di wilayah pesisir 69.

Page 56: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

37

tambak udang ini tanpa upaya meninggalkan sebagian hutan

mangrove sebagai jalur hijau (green belt). Dengann kondisi ini,

sejak tahun 1990 penduduk mulai merasakan dampak perusakan

hutan mangrove tersebut. Tambak udang yang berbatasan dengan

laut dengan mudah tenggelam atau hilang oleh abrasi gelombang

laut, pemukiman penduduk dan fasilitas sosial sudah ada yang

tenggelam oleh gelombang laut, serta intrusi air laut yang telah

terjadi sampai sejauh 300 m ke arah daratan.43

12. Rehabilitasi Hutan Mangrove

Bentuk tekanan terhadap kawasan mangrove yang paling besar

adalah pengalih fungsian (konversi) lahan mangrove menjadi tambak

udang/ikan, sekaligus pemanfaatan kayunya untuk diperdagangkan. Selain

itu, juga tumbuhnya berbagai konflik akibat berbagai kepentingan antar

hutan instansi sektoral maupun antar lintas wilayah administratif.

Secara ideal pemanfaatan kawasan mangrove harus dapat

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat tetapi tidak sampai

mengakibatkan kerusakan terhadap keberadaan mangrove. Selain itu, yang

menjadi pertimbangan paling mendasar adalah pengembangan kegiatan

yang menguntungkan bagi masyarakat dengan tetap mempertahankan

kelestarian fungsi mangrove secara ekologis (fisik-kimia dan biologis).

Perlu juga mempertimbangkan mata pencaharian alternatif bagi

masyarakat sekitar mangrove dengan mengandalkan bahan baku non-kayu

dan diversifikasi bahan baku industri kehutanan danaarang seperti yang

terjadi di Nipah Panjang, Batu Ampar, Pontianak. Dengan

mengembangkan mata pencaharian bagi masyarakat setempat, secara tidak

langsung dapat menjaga area mangrove dari peralihan fungsi menjadi

penggunaan lahan lain.44

43 http://dera1792.blogspot.com/2013/01/hutan-di-indonesia-sebagai-komunitas.htmldiakses pada

20 Juli 2018 pada pukul 11.00. 44 Hansen Marcello, Skripsi: “Perubahan Mangrove di Wilayah Pesisir Indramayu” (Depok:

Universitas Indonesia, 2012) hlm 10.

Page 57: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

38

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hansel Marcello dalam skripsinya yang

berjudul “Perubahan Mangrove di Wilayah Pesisir Indramayu” dengan

hasil penelitian:

Hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu terindikasi terus

mengalami perubahan dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2010.

Perubahan yang terjadi adalah pengurangan luasan mangrove dan

penurunan jumlah spesies mangrove yang hidup di wilayah pesisir

Kabupaten Indramayu. Pengurangan luasan mangrove pada periode waktu

1989-2002 sebesar 26,6% dan pada periode waktu 2002-2010 sebesar

22,1% selama 21 tahun, total pengurangan luasan mangrove terbesar

terjadi pada Kecamatan Losarang yaitu sebesar 29,9% dari seluruh luasan

pengurangan luasan mangrove yang terjadi di wilayah pesisir kabupaten

Indramayu diakibatkan karena peralihan fungsi menjadi tambak. Dari

tahun 1989-2010 terdapat 7 spesies mangrove yang masih tersebar di

wilayah pesisir Kabupaten Indramayu yaitu Rhizopora mucronata,

Rhizopora stylosa, Rhizophora apiculata, Avicennia alba, Avicennia

marina, Ceriops decandra, Aegiceras corniculatum dan tercatat 1

spesiesmangrove yang hilang di wilayah pesisir Indramayu yaitu Ceriops

candolleana.

Berkurangnya luasan mangrove yang beralih fungsi menjadi tambak di

wilayah pesisir Kabupaten Indramayu dikaitkan dengan peningkatan

produksi perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu

terdapat asosiasi diantara keduanya. Asosiasi tersebut merupakan

hubungan yang sejalan atau linier. Namun peralihan mangrove menjadi

tambak bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan peningkatan

produksi perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Satria Meidian Saputra dalam skripsinya

yang berjudul “Analisis Spasial dalam Rekonstruksi untuk Ekosistem

Mangrove Melalui Perancangan Model Spasial Dinamis” dengan hasil

penelitian:

Page 58: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

39

Penelitian ini berfokus pada analisis terbentuknya ruang baru pada muara

sungai yang dijadikan sebagai objek yang diteliti. Berdasarkan hasil

pembahasan proses dinamika terbentuknya ruang/daratan baru memiliki

pola pembentukan yang berbeda antara objek penelitian bagian barat

(Cengkareng Drain dan Banjir Kanal Barat) dengan objek penelitian

bagian timur (Cengkareng Drain dan Banjir Kanal Timur) yang dimana

pola pembentukan daratan baru pada bagian barat membentuk pola

runcing yang persebarannya memanjang ke arah utara dan mengendap

pada areal yang berdekatan dengan sungai dan pada titik kedalaman

terendah.

Ruang/daratan yang terbentuk pada muara sungai sangat dipengaruhi dari

jumlah sedimen yang terbawa oleh arus sungai. selain itu, juga

dipengaruhi dari jumlah hari hujan semakin tinggi insensitas hujan maka

semakin tinggi jumlah angkut sedimen dan juga dipengaruhi oleh musim

barat dan musim timur yang dimana kedua musim ini memiliki arah dan

kekuatan arus permukaan yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi

pengendapan sedimen.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Syarah dalam skripsinya yang berjudul

“Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji

Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sawangan Depok

Tahun 2000-2015” dengan hasil penelitian:

Pemanfaatan sistem informasi geografis dalam perubahan penggunaan

lahan di Kecamatan Sawangan dapat membantu dan mempermudah dalam

menganalisis ruang lingkup dari penggunaan lahan, perubahan yang terjadi

pada periode 15 tahun peningkatan yang dominan yaitu dari tahun 2000-

2015 peningkatan permukiman dengan luas 403,209 ha menjadi 1.302,47

ha selisih 899,18 ha 34,3%, perubahan yang lainnya mengalami

penurunaan diantaranya lahan kosong dari 378, 63 ha menjadi 24,57 ha

selisih 354,06 ha, vegetasi dari 599,58 ha menurun menjadi 316,68 ha.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fachriani dalam skripsinya yang

berjudul “Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau dengan

Page 59: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

40

Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) di

Kecamatan Palmerah Jakarta Barat” dengan hasil penelitian:

Laju perubahan ruang terbuka hijau di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat

pada tahun 2010 sebesar 310,92 ha sedangkan luas Ruang Terbuka Hijau

pada tahun 2015 sebesar 147,04 ha terjadi penurunan luas terbuka hijau di

Kecamatan Palmerah selama 5 tahun yaitu sebesar 163,88 ha penurunan

ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, sehingga lahan-lahan

RTH terutama lahan kebun campuran milik warga digunakan untuk

pembangunan perumahan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nana Suwargana dalam jurnalnya yang

berjudul “Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Data

Penginderaan Jauh Di Pantai Muara Gembong, Bekasi” dengan hasil

penelitian:

Pola pertumbuhan hutan mangrove nampak terdistribusi di sekitar

pinggiran garis pantai dan sedikit menyebar ke arah daratan dengan

populasi jarang-jarang. Distribusi hutan mangrove mengalami perubahan

dari 34,89 hektar dan selama 17 tahun kemudian turun menjadi 33,23

hektar. Hasil tumpang tindih antara garis pantai citra terklasifikasi tahun

2007 dengan citra terklasifikasi tahun 1990 dapat memperlihatkan

perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi hutan mangrove dan

kondisi garis pantainya. Dimana dijumpai adanya pengikisan (abrasi)

pengrusakan terhadap hutan mangrove dan pendangkalan yang

menyebabkan terjadi penambahan daratan (akresi).

Potensi hutan mangrove di Muara Gembong sudang berkurang karena

pengembangan lahan tambak sudah meluas, hutan mangrove nyaris habis

berubah fungsi selain menjadi lahan pertambakan banyak hutan mangrove

rusak karena abrasi. Hal tersebut menyebabkan fungsi hutan mangrove

sebagai perlindungan hewan sudah tidak berdaya lagi, sehingga

menyebabkan penurunan hasil penangkapan ikan bagi nelayan tangkap.

Maka kondisi keberadaan hutan mangrove di Pantai Bahagia dengan

populasi yang semakin berkurang telah berpengaruh terhadap pendapatan

wilayah.

Page 60: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

41

Berikut ini merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu.

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti/Tahun Judul Penelitian Persamaan dan Perbedaan

1. Hansen

Marcello (2012)

“Perubahan

Mangrove di

Wilayah Pesisir

Indramayu”

Persamaan: Perubahan mangrove

Perbedaan : Tempat penelitian

dan metode penelitian

2.

Satria Meidian

Saputra (2016)

“Analisis Spasial

dalam Rekonstruksi

untuk Ekosistem

Mangrove Melalui

Perancangan Model

Spasial Dinamis”

Persamaan : Ekosistem mangrove

Perbedaan : penggunaan aplikasi

dalam menganalisis mangrove

3. Siti Syarah

(2017)

“Pemanfaatan Sistem

Informasi Geografis

Dalam Mengkaji

Perubahan

Penggunaan Lahan

Di Kecamatan

Sawangan Depok

Tahun 2000-2015”

Persamaan : menggunakan

aplikasi sistem informasi geografi

Perbedaan : lokasi penelitian dan

perubahan lahan

4. Nur Fachriani

(2017)

“Analisis

Ketersediaan Ruang

Terbuka Hijau

dengan

Menggunakan

Aplikasi Sistem

Informasi Geografi

(SIG) di Kecamatan

Palmerah Jakarta

Barat”

Persamaan: menggunakan

aplikasi sistem informasi geografi

(SIG)

Perbedaan: lokasi penelitian dan

Ruang Terbuka Hijau

5. Nana

Suwarganda

(2010)

“Analisis Perubahan

Hutan Mangrove

Menggunakan Data

Penginderaan Jauh

Di Pantai Muara

Gembong, Bekasi”

Persamaan : perubahan hutan

mangrove

Perbedaan : Lokasi penelitian

Page 61: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

42

C. Kerangka Berfikir

Penginderaan Jauh dalam penelitian ini sesuai yang dikatakan oleh

Lillisand dan Kiefer adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang

diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau

fenomena yang dikaji. Komponen penginderaan jauh menurut Sutanto adalah

terdapat sumber tenaga yang diperlukan untuk menyinari objek yang ada di

permukaan bumi kemudian memantulkannya ke sensor, salah satu tenaga yang

digunakan dalam penginderaan jauh adalah tenaga matahari. Sedangkan

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) menurut Sodikin adalah

indikator kehijauan yang sering digunakan dalam menduga vegetasi atau

biomass dari citra satelit, dengan menggunakan Kanal Infra Merah Dekat

(NIR) dan band Merah (VIS).

Mangrove merupakan objek yang akan di olah di dalam aplikasi

penginderaan jauh menurut Nybakken hutan mangrove merupakan komunitas

vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu

tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Terdapat

banyak jenis mangrove yaitu Avicennia Marina, Rhizophora Mucronata,

Rhizophora Apriculata, Sonneratia Alba, Nypa Fruiticans, Avicennia Alba,

Tirminalia Cattapa, Brugueira Gymnorrhiza, kerusakan mangrove menurut

Bengen adalah kerusakan yang disebabkan adanya fakta bahwa sebaagian

manusia memenuhi keperluan hidupnya dengan cara mengintervensi

ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan

mangrove menjadi tambak, pemukiman, industri, maupun penebangan oleh

masyarakat.

Page 62: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

43

Bagan 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Penginderaan Jauh

(Lillisand dan Kiefer)

Komponen Penginderaan

Jauh (Sutanto)

Analisis Normalized

Difference Vegetation

Index (NDVI) (Sodikin)

Perubahan Luasan Mangrove

Mangrove (Nybakken)

Jenis-Jenis Mangrove

Kerusakan Mangrove

(Bengen)

Page 63: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Mangrove pesisir Pantai Indah

Kapuk (PIK), Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Yang

terletak pada koordinat 106o 73’ 51’’ BT dan 6o10’ 34’’ LS. Berbatasan

dengan Laut Jawa dan Kepulauan Seribu di sebelah utara, Kosambi di

sebelah barat, Pademangan di sebelah timur, dan Kalideres di sebelah

selatan.45 Seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu lima bulan mulai dari

perencanaan penelitian, observasi awal, sampai pengelolaan hasil

penelitian dimulai dari bulan Desember 2017 sampai bulan September

2018.

45 https://id.wikipedia.org/wiki/Penjaringan,_Jakarta_Utara diakses pada 13 November 2017 pada

pukul 07.00

LOKASI PENELITIAN

Page 64: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

45

Tabel 3.1

Tahap dan Waktu Penelitian

No Tahap

Penelitian

Waktu Penelitian

Des Jan Feb Mar April Mei Juni Ags Sept Okt

1 Seminar

Proposal

2 Revisi

Proposal

3 Menyusun

Bab I-III

4 Penyusunan

Instrumen

Penelitian

5 Pelaksanaan

Penelitian

6 Pengolahan

hasil

penelitian

7 Menyusun

Bab IV-V

8. Sidang

Skripsi

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pemanfaatan sistem informasi geografis

dan perubahan mangrove yang terjadi yaitu deskriptif kuantitatif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, penelitian deskriptif adalah suatu

bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini

mengkaji bentuk, aktivitas karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.46

46 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian, Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), hlm 72.

Page 65: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

46

Menurut Kasiram dan Kuntjojo “penelitian kuantitatif adalah “suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui”.47

Maka dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan menggunakan

metode deskriptif kuantitatif menurut Nanang Martono yaitu suatu bentuk

penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara

sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti,

kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori.48

C. Jenis Data dan Sumber Data

Sumber data dimasukkan semua informasi baik yang merupakan benda

nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.49 Adapun untuk menganalisis perubahan mangrove di Pantai Indah

Kapuk (PIK), maka data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Suryani “Sumber data primer adalah data yang

dikumpulkan secara langsung oleh peneliti”.50 Data primer didapat dari

hasil groundcheck dan interpretasi di lapangan baik secara fisik tentang

perubahan mangrove yang telah terjadi dengan mendokumentasikan, dan

hasil dari wawancara51 masyarakat di sekitar Pantai Indah Kapuk.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada.52 Sumber data sekunder diperoleh dari sumber lain seperti

Badan Pusat Statistik, buku, jurnal dan skripsi.

47 Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri: T.P,2009),hlm 11. 48 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif analisis Isi dan Data Sekunder. (Purwokerto:

Original Segel Penerbit, 2010), hlm 36. 49 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hlm. 44. 50 Suryani dan Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada bidang Manajemen

dan Ekonomi Islam (Jakarta: Prenamedia Grup, 2015), hlm 173. 51 Siti Syarah, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan

Lahan di Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2000-2015, Skripsi pada Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, 2017, hlm 37. 52 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, (Bandung: Ghalia

Indonesia,2002) hlm 82.

Page 66: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

47

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat pada

Tabel 3.2

Tabel 3.2

Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian

No Data Sumber Fungsi

1. Citra landsat 5

ETM+ tahun

2000,2005, 2010.

www.earthexplorer.usgs,

dan www.glovis .usgs

Interpretasi

pada masing-

masing tahun

2. Citra landsat 8

tahun 2016

www.earthexplorer.usgs,

dan www.glovis .usgs

Interpretasi

pada tahun

ini, dan

pedoman

groundcheck.

3. Peta Penggunaan

Lahan Kecamatan

Penjaringan Jakarta

Utara

Bappeda Jakarta Peta dasar

yang

digunakan

sebagai

penelitian

Sumber: Siti Syarah, 2017

2. Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada

Tabel 3.3

Tabel 3.3

Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian

No Alat Fungsi

1. ArcGis 10.4 Registrasi peta dasar,

digitasi, layout, overlay

2. Global Mapper 11 Untuk di convert atau

mengexport file yang telah

dibuat di ArcGIS 10.1

Page 67: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

48

Tabel 3.3 (Lanjutan)

3. GPS (Global Positioning

System)

Alat penentu lokasi di

lapangan

4. Kamera Untuk dokumentasi hasil

groundcheck

5. Alat Tulis Mencatat hasil penting saat

di lapangan

6. Pedoman Wawancara Sebagai pengarahan dalam

mewawancara narasumber

di daerah sekitar penelitian

yang mencakup perubahan

lahan mangrove.

Sumber: Siti Syarah, 2017

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dan Ground Check Lapangan

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi

penelitian dengan mengunjungi daerah yang menjadi objek penelitian dan

survey langsung kondisi lingkungan serta melakukan pertemuan dengan

masyarakat setempat.

Menurut Sutrisno Hadi observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan.53

Menurut Creswell observasi sebagai sebuah proses penggalian data

yang dilakukan langsung oleh peneliti sendiri (bukan oleh asisten

peneliti atau oleh orang lain) dengan cara melakukan pengamatan

mendetail terhadap manusia sebagai objek observasi dan

lingkungannya.54

Observasi dilakukan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara untuk

mengamati perubahan mangrove yang terjadi, kemudian dicatat sebagai

data penelitian.

53 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 145 54 Haris Herdiansyah, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Iinstrumen Penggalian Data

Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2015.) hlm 131.

Page 68: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

49

Ground Check lapangan bertujuan menelaah kembali hasil

intepretasi obyek penggunaan lahan, pengecekan lapangan dilaukan pada

titik sampel yang telah di tetapkan dipeta yang mengikuti kondisi lapangan

selanjutnya dilakukan penentuan titik geografis dengan GPS (Global

Position System) di lapangan.55

2. Wawancara

Wawancara menurut Setyadin, “wawancara adalah suatu percakapan

yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya

jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”

wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak

mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian. Wawancara

penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar secara informal dan

formal. Tidak seperti percakapan biasa wawancara penelitian ditujukan

untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja sehingga hubungan

asimetris harus tampak56

Menurut Sugiyono wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.57

Wawancara ini akan dilakukan dengan pendekatan tidak

berstruktur serta dilakukan secara mendalam, dilakukan kepada warga

sekitar, dan kepada instansi terkait di Kecamatan Penjaringan Jakarta

Utara.

3. Dokumentasi

Menurut Gottschalk “dokumentsi dalam pengertiannya yang lebih

luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber

55 Siti Syarah, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan

Lahan di Kecamatan Sawangan Depok tahun 2000-2015. Skripsi, Uin Jakarta, 2017., hlm 44-

45. 56 Imam Gunawan, “metode penelitian kualitatif teori & praktek” (Jakarta, Bumi Aksara 2013).

hlm 160 57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&b),

(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm 137.

Page 69: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

50

apapun, baik itu yang bersifat tulisan, gambar, atau arkeologis”.58

Dokumentasi ini berupa foto pada keadaan lokasi penelitian dan

dokumentasi dilakukan untuk mendukung penelitian.

Serta dokumen secara langsung yang di dapat dari Instansi

Pemerintahan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis yang pertama

Dilakukan untuk menjawab perubahan mangrove di Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara dari Tahun 2000-2016. Teknik analisis data

dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.4 dan Er-Mapper 7.0.

Pengolahan citra landsat dilakukan dengan perangkat lunak Er Mapper 7.0

baik secara digital maupun visual, yang dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Proses Pengunduhan Citra

Pengunduhan citra dilakukan dari web http://earthexplorer.usgs.gov

dan http://glovis.usgs citra yang mencakup Kota Jakarta, dengan

mendownload menggunakan landsat 5 ETM+ pada tahun 2000,

2005,2010, 2016. Pemilihan citra dilakukan bersih dari awan.

b. Pemotongan citra (cropping)

Pemotongan citra atau (cropping) dilakukan karena citra awal yang

didapat memiliki cakupan area yang terlalu luas. Proses ini dilakukan

bertujuan agar pengolahan data menjadi lebih mudah, efektif, dan

efisien karena cakupan area citra menjadi lebih kecil.

c. Pemulihan citra

Proses pemulihan citra terdiri dari koreksi geometrik dan koreksi

radiometrik. Hal ini dilakukan agar citra yang akan diolah sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

1. Koreksi geometrik

Koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki kesalahan

posisi atau letak objek yang terekam pada citra, yang disebabkan

58 Imam Gunawan, “metode penelitian kualitatif teori & praktek” (Jakarta, Bumi Aksara 2013).

hlm 175.

Page 70: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

51

adanya distorsi geometrik. Citra setelit biasanya mengandung

distorsi geometrik. Salah satu cara untuk mengkoreksi distorsi

geometrik ini adalah dengan menggunakan titik-titik kontrol

lapangan (Ground Control Point/GCP) adalah suatu titik yang

diketahui koordinatnya.

2. Koreksi radiometrik

Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki nilai-

nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran

spektral objek yang sebenarnya.59

d. Komposisi Band

Setalah melakukan cropping citra dan Enchancement, maka

langkah selanjutnya adalah menampilkan komposisi band pada citra

landsat. Sesuai dengan kajian yang diambil, untuk penggunaan lahan,

maka komposisi band yang digunakan yaitu RGB 4, 5, 3.60

Saluran 5 sensitif akan varasi kandungan air, vegetasi berdaun

banyak dan kelembapan tanah. Saluran ini mencirikan tingkat

penyerapan air yang tinggi, sehingga memungkinkan deteksi lapisan

air yang tipis (kurang dari 1 cm). variasi dari kandungan Fe2O3 pada

batuan dan tanah dapat dideteksi, pantulan yang tinggi berarti

kandungan yang banyak. Pada kombinasi ini, vegetasi berwarna

kemerahan, ketika tanaman mempunyai kondisi kelembapan yang

sedikit rendah, tingkat pantulan saluran 5 relatif tinggi, yang berarti

semakin banyak warna hijau, sehingga menghasilkan warna orange,

hijau akan semakin mendominasi ketika pantulan vegetasi semakin

rendah di VNR dan meninggi di SWR. Tanah tanpa vegetasi dan area

permukiman akan nampak biru kecoklatan.61

e. Unsupervised classification (Klasifikasi tak terbimbing)

Kegiatan ini merupakan pengolahan citra guna mengelompokan

ke dalam kelas-kelas tertentu. Data tersebut akan dikaji berdasarkan

59 Sodikin, dalam jurnal ”Analisis Abrasi dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh

(Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Bekasi Regency) hlm 3. 60 Sodikin, Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er. Mapper 7.0, hlm 90. 61 Sodikin, Ibid,. hlm 95.

Page 71: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

52

kenampakannya dalam tampilan citra, seperti halnya mengidentifikasi

laut, mangrove, daratan, dst. Klasifikasi tak terbimbing merupakan

metode yang memberikan mandat sepenuhnya kepada komputer untuk

mengelompokkan data raster berdasarkan nilai digitalnya masing-

masing, intervensi pengguna dalam hal ini diminimalisasi. Jenis metode

ini digunakan bila kualitas citra sangat tinggi dengan distorsi atmosferik

dan tutupan awan yang rendah.62

f. Ground Check Lapangan

Dalam rangka mengetahui kondisi dan perubahan penutupan

lahan, perlu dilakukan pemantauan penutupan lahan secara periodik yang

ditunjang dengan kegiatan pengecekan lapangan yang dimaksudkan

untuk memberikan masukan kepada penafsir tentang obyek yang ada di

lapangan atau mengkoreksi hasil penafsiran yang telah dilakukan

berdasarkan kenyataan di lapangan. Untuk itu diperlukan alat bantu

berupa citra yang digunakan dalam kegiatan penafsiran tersebut, dalam

hal ini yaitu citra LANDSAT 7 ETM+, yang diharapkan dapat

menghasilkan informasi lebih detail. Pengecekan lapangan

(Groundcheck) merupakan kegiatan untuk membandingkan antara

kenampakan obyek pada citra dan kenampakan obyek yang sama di

lapangan sesuai karakteristiknya. Hasil dari Pengecekan lapangan

(Groundcheck) ini digunakan untuk melakukan revisi hasil penafsiran

survei lapangan bertujuan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi

penggunaan lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi

lahan kawasan ekosistem mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk

(PIK). Pengecekan dilakukan dengan bantuan Global Position System

(GPS). Titik pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling.

Masing-masing kelas tutupan lahan diwakili dengan minimal empat titik

observasi. Setiap titik didatangi kemudian dilakukan pendataan,

pengamatan serta pencatatan informasi penting. Data yang diambil

adalah data rekam koordinat titik pengamatan lapangan dari GPS,

kondisi tutupan lahan sekitar titik lapangan yang dilengkapi gambar.

62 Sodikin, Modul “Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0” hlm 106.

Page 72: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

53

Adapun tujuan dari kegiatan pengecekan lapangan

(Groundcheck) ini yaitu:

a. Mengetahui penutupan lahan yang Up to date dari masing-masing

kelas penutupan lahan yang ada.

b. Menghitung tingkat akurasi dari kesesuaian antara hasil penafsiran

dengan pengecekan lapangan (Groundcheck).

g. Supervised Classification (Klasifikasi Terbimbing)

Klasifikasi terbimbing merupakan metode yang dipandu dan

dikendalikan sebagian besar atau sepenuhnya oleh pengguna dalam

proses pengklasifikasiannya. Intervensi pengguna dimulai sejak

penentuan training area hingga tahap pengklasterannya. Klasifikasi

terbimbing dalam hal ini mensyaratkan kemampuan pengguna dalam

penguasaan informasi terhadap areal kajian.63

2. Teknik Analisis Kedua

i. Analisis overlay

Overlay merupakan metode yang dikenal lama dalam metode

spasial. Overlay merupakan penampalan baik suatu gambar atau peta

untuk berbagai keperluan. Selain itu, untuk software Pengolahan data

spasial seperti Er Mapper 7.0 metode overlay ini juga dapat dipakai

untuk menampalkan dua atau lebih.

Penelitian ini menggunakan metode overlay yang menggunakan

software Er Mapper 7.0 untuk mendapatkan hasil perubahan luasan

mangrove yang terjadi di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara pada tahun 2000-2005, 2006-2010, 2011-2016. Penghitungan

perubahan luas lahan mangrove dilakukan dengan membandingkan

garis pantai dari citra landsat antara tahun 2000, 2005, 2010 dan 2016.

Proses ini dilakukan dengan teknik overlay, sehingga diketahui

perubahannya.

Dengan memanggil tema persebaran mangrove di wilayah pesisir

Pantai Indah Kapuk (PIK) tahun 2000 yang di tampalkan pada tema

63 Sodikin, Modul “Petunjuk Teknis Pengolahan Citra Landsat dengan Er Mapper 7.0” hlm 116.

Page 73: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

54

persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK) tahun

2005, dapat di ketahui perubahan luasan dan persebaran mangrove yang

terjadi di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK) tahun 2000-2005.

Hal tersebut juga dilakukan untuk tahun berikutnya yaitu 2006-2010,

2011-2016.

j. Analisis Perubahan Luasan Mangrove

Analisis ini terutama untuk mengamati perubahan lahan

mangrove dengan menggunakan data multitemporal dimana

membandingkan dua citra/data hasil klasifikasi, dengan penggabungan

antara klasifikasi penutup lahan tahun 2000, 2005, 2010 dan 2016 akan

dapat diketahui perubahan penutup lahan. Untuk mengetahui

perubahan luasan mangrove di perlukan rumus sebagai berikut:

ΔL = Lt2 – Lt1

Δt

ΔL = Laju perubahan luas

Lt2 = Luas pada tahun pengamatan berikutnya (ha)

Lt1 = Luas pada tahun pengamatan tahun sebelumnya (ha)

Δt = Selisih waktu pengamatan awal tahun dan akhir tahun64

k. Analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan

indikator kehijauan yang sering digunakan dalam menduga vegetasi

atau bahkan biomass, dari citra satelit dengan menggunakan kanal

Infra Merah Dekat (NIR) dan band Merah (VIS). Formula NDVI

adalah sebagai berikut65. )VISNIR(

VIS)(NIRNDVI

NDVI = Normalized Difference Vegetation Index

NIR = Near Infra Red

VIS = Visible Red

64 Sutanto, Penginderaan Jauh. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.1992) hlm. 13. 65 Sodikin, Op.Cit,. hlm 134.

Page 74: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

55

l. Diagram Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Landsat 2000,2005,2010,2016

Cropping Citra

Koreksi Geometrik Koreksi Radiometrik

Ground Check Lapangan

Supervised Clasification

Overlay

Komposisi Band

Unsupervised

Clasification

Analisis Normalized

Difference Vegetation

Index (NDVI)

Peta Sebaran Mangrove

Tahun

2000,2005,2010,2016

Perubahan Mangrove di Pantai Indah Kapuk

(PIK) tahun 2000-2016

80 %

YA

TIDAK

Wawancara

Page 75: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Sejarah Kawasan Hutan Mangrove Jakarta Utara

Kawasan hutan mangrove dikukuhkan sebagai Cagar Alam sejak

tahun 1939 seluas 1,114 ha pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Pada masa itu Kawasan ini sudah di rancang sebagai daerah penyangga

lahan basah untuk menampung masa air pada saat pasang besar dan banjir.

Namun dalam perkembangannya Kawasan hutan mangrove angke kapuk

banyak dikonversi menjadi peruntukkan lain seperti: pemukiman, tambak

terbuka, jalut jalan tol cengkareng dan lapangan golf pantai indah kapuk.

Hutan mangrove diprovinsi DKI Jakarta terbesar dikawasan hutan

mangrove tegal alur angke kapuk di pantai utara kota Jakarta dan disekitar

kepulauan seribu. Berdasarkan SK Mentri Pertanian Nomor 16/UM/6/1977

tanggal 10 Juni 1977 peruntukkan Kawasan angke kapuk ditetapkan sebagai

Hutan Lindung, Cagar Alam, Hutan Wisata, dan lapangan, dengan tujuan

istimewa. Berdasarkan SK Mentri Kehutanan Nomor 667/Kpts-II/1995.

Kawasan Hutan Angke Kapuk ditetapkan seluas 327,70 ha. Luas Kawasan

hutan masing-masing:

a. Hutan Lindung Angke Kapuk : + 44,70 ha

b. Suaka Margasatwa Muara Angke : + 25,02 ha

c. Taman Wisata Alam (TWA) : + 99,82 ha

d. Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo : + 95,50 ha

e. Kebun Pembibitan Arboretum : + 10,51 ha

f. Cengkareng Drain : + 28,39 ha

g. Transmisi PLN : + 23,70 ha

Sementara yang dikelola Pemda DKI seluas +202,68 ha yakni

meliputi Hutan Lindung Angke Kapuk, Kawasan Mangrove Tol

Page 76: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

57

Sedyatmo, Kebun Pembibitan Arboretum. Cengkareng Drain, dan

Transmisi PLN. 66

2. Letak Geografis

Kecamatan Penjaringan merupakan salah satu kecamatan yang

berada di Jakarta Utara. Secara geografis Kecamatan Penjaringan terletak

antara 1060 20’ 00” Bujur Timur dan 060 10’ 00’’ Lintang Selatan serta

berada 0 sampai dengan 20 meter di atas permukaan laut.

Luas wilayah Kecamatan Penjaringan adalah sebesar 45,41 ha,

terbagi menjadi 5 kelurahan, 72 RW (Rukun Warga) dan 863 RT (Rukun

Tetangga), memiliki jumlah penduduk sebanyak 108.189 jiwa yang terdiri

dari 57.404 penduduk laki-laki dan 50.785 penduduk perempuan.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Penjaringan meliputi:

a. Sebelah Selatan Berbatasan dengan wilayah Jakarta Barat, Jakarta

Pusat dan Jakarta Timur

b. Sebelah Timur Berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur dan

Kabupaten Bekasi

c. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang dan Jakarta

Barat

d. Sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Jawa67

Kecamatan Penjaringan memiliki 5 Kelurahan Nama dan Luas

Kelurahan yang ada di Kecamatan Penjaringan dapat dilihat pada Tabel

4.1. Wilayah penelitian ini berada di Daerah Pantai Indah Kapuk (PIK)

Kecamatan Penjaringan, Pantai Indah Kapuk terdapat 3 kelurahan yang

berbeda yaitu kelurahan Kamal Muara yang terletak sebelah kiri, Kapuk

Muara yang terletak di sebelah Kelurahan Pejagalan dan Kelurahan

Penjaringan. Sedangkan kelurahan dan pluit juga sangat dekat dan

berbatasan dengan Pantai Indah Kapuk (PIK). Peta Administrasi

Kecamatan Penjaringan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

66 Dinas Kehutanan DKI Jakarta dalam angka 2018 67 Kecamatan Penjaringan dalam angka 2016 (BPS.go.id)

Page 77: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

58

Gam

bar

4.1

.

Pet

a A

dm

inis

trasi

Kec

am

ata

n P

enja

rin

gan

Page 78: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

59

Tabel 4.1

Luas Kelurahan Di Kecamatan Penjaringan

No Kelurahan Luas Wilayah (km2)

1. Kamal Muara 10,53

2. Kapuk Muara 10,06

3. Pejagalan 3,23

4. Penjaringan 3,95

5. Pluit 7,71

Total Luas Wilayah 45,41

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Penjaringan Tahun 2014

3. Kondisi Fisik

a. Topografi

Wilayah Jakarta merupakan dataran rendah yang sebagian

besar terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas

lapisan atasnya berada 50 meter di bawah permukaan tanah. Bagian

selatan merupakan bagian aleuvial Bogor yang terdiri atas lapisan

alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke bagian

pedalaman sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat lapisan endapan

yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena

seluruhnya merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian utara,

permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 10–25 m, makin ke

selatan permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m,

pada bagian kota tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat

pada kedalaman 40m.

b. Klimatologi

Jakarta beriklim tropis sebagaimana di Indonesia pada

umumnya, dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada bulan

Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga

September. Cuaca di kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan

darat yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam. Suhu

udara harian rata-rata di daerah pantai umumnya relatif tidak berubah,

baik pada siang maupun malam hari. Suhu harian rata-rata berkisar

antara 26 – 28° C. Perbedaan suhu antara musim hujan dan musim

Page 79: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

60

kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh karena

perubahan suhu udara di kawasan Jakarta seperti halnya wilayah

lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh musim, melainkan oleh

perbedaan ketinggian wilayah.

c. Suhu Udara

Suhu udara di Jakarta Utara mengalami musim kemarau paling

tinggi terjadi pada bulan Oktober dengan suhu mencapai 35,80oC,

sedangkan suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari dengan

suhu 23,20oC. Hal ini terlihat pada Tabel 4.268

Tabel 4.2

Suhu Udara Di Jakarta Utara

Suhu Udara/Temperatur oC

No Bulan Maksimum Minimum Rata-Rata

1. Januari 34,80 23,50 27,40

2. Februari 32,40 23,20 27

3. Maret 33,60 24 28,10

4. April 33,50 24,60 28,60

5. Mei 34 25,20 29,40

6. Juni 34,80 24,80 28,80

7. Juli 34 24,80 28,60

8. Agustus 33,40 24 28,50

9. September 34,60 25 29

10. Oktober 35,80 26,20 29,60

11. November 34,80 23,80 29,70

12. Desember 34,20 23,50 28,70

Sumber: Badan Pusat Statistik Jakarta Utara 2015

d. Kelembapan Udara

Adapun kelembapan udara di Jakarta Utara mencapai tingkat

maksimum tertinggi pada bulan Januari mencapai 96%, sedangkan

68 Badan Pusat Statistik Suhu Udara di Jakarta Utara dalam angka 2015 (BPS.go.id).

Page 80: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

61

kelembaban minimum terendah terjadi pada bulan Mei yaitu 62%.

Seperti terlihat pada Tabel 4.3.69

Tabel 4.3

Kelembaban Udara di Jakarta Utara

Kelembaban Udara/Relative Humadity (%)

No Bulan Maksimum Minimum Rata-Rata

1. Januari 96 77 84

2. Februari 88 71 80

3. Maret 83 69 76

4. April 92 67 79

5. Mei 88 62 78

6. Juni 94 68 80

7. Juli 94 68 80

8. Agustus 85 63 72

9. September 82 63 73

10. Oktober 87 65 72

11. November 89 66 76

12. Desember 89 68 79

Sumber: Data Kelembaban Udara Jakarta Menurut Bulan Tahun 2015

e. Cuaca Udara

Cuaca udara di DKI Jakarta terdiri dari tekanan udara,

kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Adapun cuaca di DKI

Jakarta mengalami tekanan udara tertinggi pada bulan September dan

terendah pada bulan juni dan desember. Cuaca udara yang meliputi

kecepatan angin mencapai tingkat tertinggi dengan angka 4 pada bulan

januari, dan terendah dengan angka 2 pada bulan februari, maret, dan

juni. Sedangkan penyinaran matahari mengalami tingkat pemanasan

tertinggi pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Hal

ini bisa terlihat pada Tabel 4.4.70

69 http://data.jakarta.go.id/dataset/data-kelembaban-udara-di-dki-jakarta-menurut-bulan (Dikutip

pada tanggal 29 Agustus 2018, pukul 08.15 WIB) 70 http://data.jakarta.go.id/fr/dataset/data-rata-rata-cuaca-di-provinsi-dki-jakarta-menurut-bulan

Dikutip pada tanggal 29 Agustus 2018, pukul 08.33 WIB)

Page 81: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

62

Tabel 4.4

Rata-Rata Cuaca Di Jakarta Utara

Rata-Rata Cuaca Menurut Bulan

No Bulan Tekanan

Udara (mbs)

Kecepatan

Angin

(M/SE)

Penyinaran

Matahari

(%)

1. Januari 1010,90 4 34,30

2. Februari 1010,00 2 22,20

3. Maret 1010,50 2 44,60

4. April 1010,00 3 55,90

5. Mei 1009,90 3 42,60

6. Juni 1009,50 2 27,50

7. Juli 1010,80 3 29,10

8. Agustus 1011,20 3 79,20

9. September 1011,40 3 91,10

10. Oktober 1010,70 3 77,10

11 November 1009,80 3 56,40

12. Desember 1009,50 3 37,00

Sumber: Data Rata-Rata Cuaca di Jakarta Menurut Bulan Tahun 2015

4. Kondisi Sosial

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan

Penjaringan tertinggi yaitu di kelurahan penjaringan total jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan mencapai 118.010 sedangkan

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terendah yaitu di kelurahan

Kamal Muara dengan angka 12.953.71

Hal ini terlihat pada Tabel 4.5 yang menunjukan angka jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Penjaringan pada

Tahun 2015.72

71 Badan Pusat Statistik Kecamatan Penjaringan. 72 Badan Pusat Statistik Jumlah Demografi Menurut Kecamatan.

Page 82: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

63

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kelurahan Penduduk

Laki-Laki

Penduduk

Perempuan

Jumlah

Total

1. Kamal Muara 6.603 6.350 12.953

2. Kapuk Muara 18.664 17.914 36.578

3. Pejagalan 44.629 43.621 88.250

4. Penjaringan 62.485 55.525 118.010

5. Pluit 24.481 24.849 49.330

Jumlah 156.862 148.259 305.121

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Penjaringan Tahun 2015

b. Jumlah Demografi

Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk,

serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan

dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu

yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,

atau etnisitas tertentu.73

Jumlah keadaan demografi di Kecamatan Penjaringan

berkembang sangat pesat pada tahun 2015 yaitu pada bulan September

kelahiran tertinggi mencapai 6.537 dan terendah yaitu pada bulan April

yaitu sebanyak 3.421. sedangkan kematian tertinggi yaitu pada bulan

Desember mencapai angka 182 dan terendah yaitu pada bulan Juli

sebesar 127. Angka perkawinan tertinggi yaitu pada bulan Oktober

yaitu 275 dan yang terendah yaitu pada bulan Juli hanya 75. Perceraian

yang terjadi di Penjaringan terbesar pada bulan Februari, Maret dan

Desember yang mencapai angka 7 dan terendah pada bulan April yang

hanya mencapai angka 2. Hal ini terlihat pada Tabel 4.6 yang

menunjukan angka demografi di Kecamatan Penjaringan pada Tahun

2015.74

73 https://id.wikipedia.org/wiki/Demografi diakses pada tanggal 20 Agustus 2018. 74 Badan Pusat Statistik Jumlah Demografi Menurut Kecamatan.

Page 83: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

64

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Demografi Tahun 2015

No Bulan Kematian Kelahiran Perkawinan Perceraian

1. Januari 178 3.995 173 3

2. Februari 134 4.634 168 7

3. Maret 180 3.710 221 7

4. April 141 3.421 111 2

5. Mei 151 3.593 191 2

6. Juni 159 3.759 123 6

7. Juli 127 2.908 75 5

8. Agustus 155 5.540 181 6

9. September 153 6.537 221 6

10. Oktober 170 6.059 275 4

11. November 165 5.115 247 4

12. Desember 182 6.484 161 7

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Penjaringan Tahun 2015

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Ground Check Lapangan

Berdasarkan hasil analisis citra yang dilakukan melalui sistem

informasi geografis, dilakukan ground check terhadap penggunaan lahan

yang ada ground check dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan

klasifikasi terbimbing. Ground check dilakukan pada landsat 8 Tahun

2016 yang bertujuan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan

lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi lahan di Kawasan

Pantai Indah Kapuk (PIK), pengecekan dilakukan dengan bantuan Global

Position System (GPS). Masing-masing kelas tutupan lahan diwakili

dengan minimal lima titik observasi. Setiap titik didatangi kemudian

dilakukan pendataan, pengamatan serta pencatatan informasi penting. Data

yang diambil adalah data rekam koordinat titik pengamatan lapangan dari

GPS, kondisi tutupan lahan sekitar titik lapangan yang dilengkapi gambar.

Adapun hasil ground check lapangan berdasarkan interpretasi citra

dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Page 84: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

65

Tabel 4.7

Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra

No Citra Koordinat Hasil

Interpretasi

Hasil

Groundcheck

Lapangan

Kesesuaian

1. S 060 07.309’

E 106045.446

Badan Air

Sesuai

2.

S 060 07.329’

E 106045.454

Badan Air

Sesuai

3.

S 060 07.359’

E 106045.464’

Badan Air

Sesuai

4.

S 060 07.329’

E 106045.456’

Badan Air

Sesuai

5.

S 060 07.323’

E 106045.458’

Badan Air

Sesuai

6. S 060 07.329’

E 106045.298’

Pemukiman

Sesuai

7.

S 060 07.325’

E 106045.276’

Pemukiman

Sesuai

Page 85: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

66

Tabel 4.7 (Lanjutan)

8. S 060 07.321’

E 106045.285’

Pemukiman

Sesuai

9.

S 060 07.320’

E 106045.283’

Pemukiman

Sesuai

10

S 060 07.327’

E 106045.302’

Pemukiman

Sesuai

11.

S 060 07.323’

E 106045.356’

Jalan

Sesuai

12.

S 060 07.330’

E 106045.378’

Jalan

Sesuai

13.

S 060 07.321’

E 106045.396’

Jalan

Sesuai

14.

S 060 07.332’

E 106045.358’

Jalan

Sesuai

15.

S 060 07.345’

E 106045.355’

Mangrove

Sesuai

16.

S 060 07.387’

E 106045.415’

Mangrove

Sesuai

Page 86: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

67

Tabel 4.8 (Lanjutan)

17. S 060 07.326’

E 106045.425’

Mangrove

Sesuai

18.

S 060 07.349’

E 106045.430’

Mangrove

Sesuai

19.

S 060 07.321’

E 106045.554’

Mangrove

Sesuai

20.

S 060 07.350’

E 106045.597’

Mangrove

Sesuai

Sumber: Pengambilan Data Tahun 2018

2. Hasil Interpretasi Kappa

Berdasarkan hasil ground check pada Tabel 4.8, maka dapat dilihat

hasil interpretasi kappa yaitu jumlah sampel 100 titik yaitu dengan benar

88 titik dan salah 12 titik hasil interpretasi ini dapat dilihat dalam

Lampiran 7. Sedangkan untuk melakukan groundcheck hanya 20 titik.

Tabel 4.8

Hasil Uji Interpretasi Kappa

Hasil Interpretasi Jumlah Sampel Kondisi Lapangan Tingkat

Akurasi Benar Salah

Penggunaan Lahan

100 88 12 88%

Sumber: Hasil Perhitungan setelah Ground Check Lapangan, Tahun 2018.

Tingkat Kebenaran Interpretasi = 100%

= 88/100 x 100% =88 %

Page 87: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

68

Setelah melakukan klasifikasi perubahan lahan di Pantai Indah Kapuk

(PIK) maka dilakukan hasil interpretasi citra yang sudah diketahui titik

koordinatnya kemudian melakukan pengecekan dengan ground check

lapangan setelah itu datanya dianalisis keabsahan atau ketelitian hasil

interpretasi citra. Menurut CP. Lo dalam Surdaryanto bahwa suatu hasil

interpretasi tingkat ketelitiannya harus mencapai minimal >85%. Pada

Tabel 4.8 hasil uji interpretasi kappa yaitu melebihi 85% dimana yaitu

88% jadi hasil interpretasi citra sudah sesuai.75

3. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2000-2016

a. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove tahun 2000

Pada tahun 2000, berdasarkan pengolahan data dari citra

landsat 5 tahun 2000 di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK)

Jakarta Utara terdapat luas mangrove yang tercatat yaitu seluas

452,141 ha. Di wilayah pesisir Jakarta Utara, mangrove hanya tersebar

di empat kelurahan yaitu Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk

Muara dan Kelurahan Pluit dan Kelurahan Pejagalan.

Dibawah ini adalah gambar persebaran mangrove di wilayah pesisir

Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2000.

Gambar 4. 2 Peta perubahan mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2000 75 Surdayanto dan Melania Swetika Rini, Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem

Informasi Geografis Untuk Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta, Jurnal Megistra, Vol. XXVI, 2014, h.60.

Page 88: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

69

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2000 seperti disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9.

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2000

No Kelurahan Luas (ha) Presentase

(%)

1. Kamal Muara 44,122 10

2. Kapuk Muara 273,715 60

3. Pluit 112,502 24

4. Pejagalan 21,802 6

Total 452,141 100 Sumber: Pengolahan Citra Satelit Landsat Tahun 2000

Dari Tabel 4.9 bisa dilihat luasan mangrove terbanyak berada

di kelurahan kapuk muara sebesar 60% atau seluas 273,715 ha. Luasan

mangrove yang terkecil berada di kelurahan Pejagalan hanya sebesar

6% atau seluas 21,802 ha.

b. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2005

Pada tahun 2005, berdasarkan pengolahan data dari citra

landsat 5 tahun 2005 di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK)

Jakarta Utara terdapat luas mangrove yang tercatat yaitu seluas 356,02

ha. Berbeda dengan tahun 2000 di wilayah pesisir Jakarta Utara,

mangrove hanya tersebar di tiga kelurahan saja yaitu Kelurahan Kamal

Muara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Pluit mulai tahun 2005

kelurahan pejagalan lahan mangrove menghilang dikarenakan karena

adanya lahan terbangun untuk pemukiman, jalan.

Gambar 4.3 persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2010.

Page 89: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

70

Gambar 4. 3 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2005.

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara

tahun 2005 seperti disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2005

No Kelurahan Luas (ha) Presentase

(%)

1. Kamal Muara 61,314 17

2. Kapuk Muara 209,560 58

3. Pluit 85,146 25

4. Pejagalan - -

Total 356,02 100

Sumber: Pengolahan Citra Satelit Landsat Tahun 2005

Dari Tabel 4.10 bisa dilihat luasan mangrove terbanyak berada

di kelurahan kapuk muara sebesar 58 % atau seluas 209,560 ha.

Luasan mangrove yang terkecil berada di kelurahan pluit hanya

sebesar 25 % atau seluas 85,146 ha sedangkan pada kelurahan

pejagalan luasan mangrove menjadi hilang karena adanya lahan

terbangun untuk pemukiman dan jalan.

Page 90: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

71

c. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2010

Pada tahun 2010, berdasarkan pengolahan data dari citra

landsat 5 tahun 2010 di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK)

Jakarta Utara terdapat luas mangrove yang tercatat yaitu seluas

328.000 ha. Sama dengan tahun 2005 di wilayah pesisir Jakarta Utara

persebaran mangrove hanya tersebar di tiga kelurahan saja yaitu

Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan

Pluit. Menurut interpretasi citra satelit perubahan luasan mangrove dari

tahun 2005-2010 berkurang karena adanya lahan terbangun untuk

pemukiman dan jalan.

Gambar 4.4 persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2010.

Gambar 4. 4 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara Tahun 2010

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2010 seperti disajikan pada Tabel 4.11.

Page 91: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

72

Tabel 4.11.

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2010

No Kelurahan Luas (ha) Presentase

(%)

1. Kamal Muara 41,953 13

2. Kapuk Muara 197,263 60

3. Puit 88,784 27

4. Pejagalan - -

Total 328.000 100 Sumber : Pengolahan Citra Satelit Landsat Tahun 2010

Dari Tabel 4.11 bisa dilihat luasan mangrove terbanyak berada

di kelurahan kapuk muara sebesar 60% atau seluas 197,263 ha. Luasan

mangrove yang terkecil berada di kelurahan Pluit hanya sebesar 27 %

seluas 88,784 ha sedangkan pada kelurahan pejagalan luasan mangrove

menjadi hilang karena adanya lahan terbangun untuk pemukiman dan

jalan.

Menurut data Dinas Kehutanan Kawasan hutan lindung angke

kapuk yang berhadapan sebelah barat mengalami degradasi akibat

proses alam yaitu abrasi sehingga luasannya menjadi berkurang. Posisi

hutan lindung yang terabrasi berhadapan persis dengan pulau

reklamasi yang akan dibangun oleh PT. Kapuk Naga Indah sebagai

pengembang pulau reklamasi di daerah pantai utara Provinsi DKI

Jakarta. PT KNI melakukan restorasi tahap 1 kawasan hutan lindung

angke kapuk yang rusak sebagai program CSR perusahaan akan

kelestarian lingkungan. Tahap 2 restorasi Kawasan hutan lindung

angke kapuk dilaksanakan pada tahun 2009 dan terakhir dilaksanakan

pada tahun 2016. Kegiatan restorasi yang terus dilakukan oleh PT.KNI

sampai dengan tahap 3 tahun 2016 seluas ±16,15 ha dalam

mengembalikan fungsi hutan lindung yang rusak sebagai salah satu

akibat kegiatan pembangunan infrastruktur jembatan penghubung atas

ijin pinjam pakai kawasan hutan. Izin pinjam pakai kawasan oleh

PT.KNI yang berbatasan dengan Kawasan hutan lindung yang rusak

sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: SK.782/Menhut-II/2014 Tanggal 22 September 2014 “tentang

izin pinjam pakai Kawasan hutan untuk pembangunan prasarana

Page 92: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

73

infrastruktur jembatan penghubung dari daratan ke pulau reklamasi

kapuk naga indah (pulau 2a) atas nama PT. Kapuk Naga Indah pada

Kawasan hutan lindung, di Kota Adminstrasi Jakarta Utara, Provinsi

DKI Jakarta seluas 0,8517 (delapan ribu lima ratus tujuh belas

persepuluh ribu hektar)”76

d. Sebaran dan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2016

Pada tahun 2016, berdasarkan pengolahan data dari citra

landsat 8 tahun 2016 di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk (PIK)

Jakarta Utara terdapat luas mangrove yang tercatat yaitu seluas

252,344 ha. Sama dengan tahun 2005,2010 di wilayah pesisir Jakarta

Utara persebaran mangrove hanya tersebar di tiga kelurahan saja yaitu

Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan

Pluit. Menurut interpretasi citra satelit perubahan luasan mangrove dari

tahun 2010-2016 berkurang karena adanya lahan terbangun untuk

pemukiman dan jalan, selain itu pada tahun 2016 juga sedang

maraknya pembangunan reklamasi, pembuatan perumahan elite,

restaurant, mall, rumah sakit, waterboom.

Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak

Budi Rahardjo selaku warga yang sudah lama tinggal di daerah Pantai

Indah Kapuk (PIK) Menurut pendapatnya yaitu:

“kayanya yaaa pembangunan rumah tinggal aja gitu,,,

perumahan rumah elite, rumah sakit PIK, dan dulu sih udah ada

tapi belum begitu bagus, mall, golf, waterboom, restaurant,

banyak dehh pokonya PIK modern”77

Menurut Ibu Umiati selaku penduduk yang berdagang di daerah

mangrove seharusnya daerah pantai indah kapuk (PIK) tidak

diperuntukkan untuk pembangunan lahan terbangun tetapi yang baik

adalah untuk penenaman mangrove supaya bisa menahan abrasi dan

sehingga daratan tetap terjaga kelestariannya. Adapun menurut Ibu Umiati

yang diwawancarai pada tanggal 24 Agustus 2018 pada pukul 14:30

76 Risalah Pengolahan Data (RPD) Kawasan Hutan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kehutanan

Provinsi DKI Jakarta. 77 Hasil Wawancara Oleh Bapak Budi Rahardjo Pada Tanggal 24 Agustus Pukul 11.00

Page 93: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

74

“yaa menurut saya bagusnya di pinggir laut daerah sini ya

adanya mangrove bukan perumahan, perumahan elite ini tahun

2001 mulai ramai. Wilayah ini dikelola oleh PT Mandara

permai, tahun 2001 agung sedayu group.”

Tetapi pada kenyataannya wilayah pesisir Jakarta tidak banyak

diperuntukkan untuk penanaman mangrove tetapi sebaliknya dibangun

lahan terbangun seperti pemukiman, jalan, mall, rumah sakit. Gambar

4.5 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai Indah Kapuk

(PIK) Jakarta Utara Tahun 2016.

Gambar 4.5 Peta persebaran mangrove di wilayah pesisir Pantai

Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara tahun 2016.

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara tahun 2016 seperti disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12.

Luasan mangrove di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara

tahun 2016

No Kelurahan Luas (ha) Presentase

(%)

1. Kamal Muara 35,939 14

2. Kapuk Muara 144,161 57

3. Pluit 72,244 29

4. Pejagalan - -

Total 252,344 100 Sumber : Pengolahan Citra Satelit Landsat Tahun 2016

Page 94: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

75

Dari Tabel 4.13 bisa dilihat luasan mangrove terbanyak berada di

kelurahan kapuk muara sebesar 57 % atau seluas 144,161 ha. Luasan

mangrove yang terkecil berada di kelurahan pluit hanya sebesar 29 % atau

seluas 72,244 ha. Menurut Data Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia Nomor: SK.452/Menhlk-Setjen/2015 Tanggal 21

Oktober 2015 tentang penunjukkan Kawasan hutan produksi tetap yang

berasal dari lahan kompensasi dalam rangka pinjam pakai Kawasan hutan

atas nama PT. Kapuk Naga Indah, di kota Administratif Jakarta Utara,

Provinsi DKI Jakarta ±17.347 (Tujuh Belas Ribu Tiga Ratus Empat Puluh

Tujuh) Meter Persegi. Pelepasan Kawasan hutan atas nama PT. Mandara

Permai seluas 1,11846 ha untuk pembangunan simpang susun penjaringan

tahap II pada ruas jalan tol prof. sedyatmo sesuai SK Menteri Kehutanan

RI No: SK 784/Menhut-II/2014 Tanggal 22 September 2014.78

4. Perubahan Luasan Mangrove per Kelurahan di Jakarta Utara

Perubahan mangrove di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara

pada tahun 2000 sampai dengan 2016 terjadi hampir di seluruh kelurahan

yang berbatasan dengan laut pesisir Jakarta Utara. Wilayah Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara terdapat 4 kelurahan yang berbeda pada tahun

2000 yakni kelurahan kamal muara, kelurahan kapuk muara dan kelurahan

pluit, kelurahan pejagalan. sedangkan pada tahun 2005-2016 wilayah

pejagalan tidak lagi terdapat mangrove karena adanya pembuatan lahan

terbangun. Wilayah ini berbatasan dengan teluk Jakarta yang merupakan

lokasinya di pesisir pantai.

Perubahan yang terjadi kebanyakan merupakan berkurangnya

mangrove menjadi lahan terbangun dibandingkan dengan pertambahan

mangrove. Selain menjadi lahan terbangun menurut Data Dinas Kehutanan

juga mangrove hutan lindung angke kapuk yang berhadapan sebelah barat

mengalami degradasi akibat proses alam yaitu yang dinamakan abrasi

sehingga luasan mangrove menjadi berkurang.

78 Risalah Pengolahan Data (RPD) Kawasan Hutan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kehutanan

Provinsi DKI Jakarta.

Page 95: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

76

Posisi hutan lindung yang terabrasi berhadapan persis dengan

pulau reklamasi yang akan dibangun oleh PT. Kapuk Naga Indah sebagai

pengembang pulau reklamasi di pantau utara Provinsi DKI Jakarta. Hal ini

juga di dukung oleh hasil wawancara dengan Bapak Hanafi selaku

Pengelola di ekowisata mangrove yang mengemukakan bahwa:

“Luas mangrove terdiri dari beberapa tanah daratan yang ada cuma

luas keseluruhannya 320,27 ha, awal pertamanya termasuk TWA,

arboretum. kemudian diambil oleh pengembang, sutet, aliran

listrik, memang katanya ini lahan di tukar guling dan dipindahkan

ke daerah jawa barat, disana nanti di buat lagi. Jadi lahan yang ada

untuk penanaman mangrove sampai sekarang kemungkinan juga

akan terus berkurang dan berkurang karena perkembangan zaman

dan semakin banyak pembangunan”79

Selain itu di dukung juga oleh pendapat dari Bapak Ade Djuhana

selaku Pengelola ekowisata mangrove yaitu:

”Perubahan luasan lahan mangrove berubah bukan makin luas ada

beberapa kali perubahan untuk membuat tol sedyatmo tetapi maaf

masalah angka kami tidak ada. dulu Jalur Tol Sedyatmo yang ke

bandara kan banjir dan juga diperluas jalurnya nya dan mengurangi

mengambil luasan hutan mangrove tapi ada konvensasinya dari

wilayah lain. Jadi mengurangi dari tahun 2000-2016 setalah

keambil jalan tol dan aslinya ini sebelum ada perumahan luas

banget lahan mangrovenya”80

Menurut masyarakat setempat yang asli Kecamatan Penjaringan

dan bertempat tinggal di Penjaringan sejak tahun 1986 mengatakan bahwa

perkembangan mangrove semakin tahun semakin meningkat mulai dari

tadinya tidak terurus dan sekarang menjadi terjaga kebersihannya dan juga

menjadi terawat tetapi dulu ini hutan mangrove dan perumahan baru ada

sekitar tahun 1996 dan masih sedikit, menurut Bapak Budi Yaitu:

“yaa setau saya perkembangan sih bagus semakin kesini semakin

meningkat, kalau dulu kan ini hutan belantara dan tidak terlalu

terurus oleh pemerintah, dan sehingga dikelola hingga sekarang

menjadi tempat ekowisata mangrove. Dulunya ini hutan mangrove

79 Hasil Wawancara oleh Bapak Hanafi selaku pengelola di Ekowisata Mangrove wawancara

ppada tanggal 8 Agustus 2018 pada pukul 16:00. 80 Hasil Wawancara dengan Bapak Ade Djuhana selaku pengelola di Ekowisata Mangrove pada

wawancara tanggal 8 Agustus 2018 pada pukul 14:30.

Page 96: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

77

dan belum ada perumahan dan mulai ada pada tahun 1996 tetapi

masih sedikit”81

Gambar 4.10 Peta Perubahan mangrove di daerah Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara dari tahun 2000 sampai 2016.

Gambar 4.6 Overlay Peta Perubahan Mangrove di Jakarta Utara

tahun 2000-2016

Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat bahwa perubahan mangrove di

Pesisir Jakarta Utara di Kecamatan Penjaringan ada 4 kelurahan yang

terdapat mangrove yaitu kelurahan kamal muara, kelurahan kapuk muara,

kelurahan pluit dan terakhir kelurahan pejagalan. Rincian luasan perubahan

mangrove per kelurahan di kecamatan penjaringan yang terdapat mangrove

periode 2000 sampai dengan 2016 terlihat pada Tabel 4.13. Berikut ini

Tabel 4.13 luasan perubahan mangrove di kecamatan Penjaringan yang

terdapat mangrove.

81 Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Raharjo selaku penduduk yang asli daerah Penjaringan

Jakarta Utara, wawancara pada tanggal 24 Agustus 2018 pada pukul 11:00.

Page 97: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

78

Tabel 4.13

Rincian luasan perubahan mangrove per kelurahan di kecamatan

penjaringan yang terdapat mangrove tahun 2000-2016

No Kelurahan

Luas perubahan mangrove (ha)

Tahun 2000-

2005

Tahun 2005-

2010 Tahun 2010-2016

1. Kamal

Muara

+ 17,192 -19,361 -6.014

2. Kapuk

Muara

-64,155 -12,297 -53,102

3. Pluit -27,356 -3.638 -16,54

4. Pejagalan -21,802 0 0

Keterangan : + Bertambah - Berkurang

Berdasarkan Tabel 4.13 luas lahan yang deforestasi adalah pada

periode 2000-2005 menurut hasil wawancara pada tahun ini mulai

penggalakan untuk membuat pemukiman di daerah Pantai Indah Kapuk

(PIK) karena adanya jumlah penduduk yang meningkat sehingga berubah

alih fungsi lahan mengurangi luasan mangrove seluas -64,155, selain itu

deforestasi juga terjadi lagi pada tahun 2010-2016 hal ini di dukung oleh

data dari Dinas Kehutanan yaitu pada tahun 2010 hutan lindung mangrove

mengalami pengurangan luasan akibat degradasi akibat proses alam yaitu

abrasi sehingga luasannya menjadi berkurang. Selain itu juga posisi hutan

lindung berhadapan dengan pulau reklamasi hutan lindung mangrove

inilah sebagian lahannya dipakai untuk pulau reklamasi tersebut.

5. Analisis Perubahan Luasan Mangrove tahun 2000-2016

Analisis ini dilakukan untuk mengamati perubahan lahan

mangrove dengan menggunakan data multitemporal dimana

membandingkan dua citra/data hasil klasifikasi, dengan penggabungan

antara klasifikasi penutup lahan tahun 2000, 20005,2010 dan 2016 akan

dapat diketahui perubahan penutup lahan.

Page 98: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

79

Tabel 4.14

Total luasan mangrove tahun 2000,2005,2010, dan 2016.

No Tahun Luas Perubahan (ha)

1. 2000 452,141

2. 2005 356,02

3. 2010 328.000

4. 2016 252,344

Sumber: Hasil Pengolahan Citra tahun 2000,2005,2010 dan 2016

252,344

328,000356,02

452,141

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2000 2005 2010 2016

Grafik 4.1

Total luasan mangrove tahun 2000,2005,2010, dan 2016.

Berdasarkan hasil pengolahan citra perubahan luasan mangrove

tahun 2000 sampai 2005 mengalami penurunan sebesar 30% yaitu seluas

452,141 ha, perubahan tahun 2005 sampai tahun 2010 penurunan luas

mangrove mencapai 25% yaitu mencapai 356,02 dan tahun 2010 sampai

tahun 2016 luas mangrove mengalami penurunan yang sedikit yaitu seluas

328,000 ha dengan presentase mencapai 23%, pada tahun 2016 penurunan

mangrove sangat drastis yaitu mencapai 252,344 ha dengan presentase 22%.

a. Perubahan Luasan mangrove tahun 2000-2005

Setelah diketahui total luasan mangrove tahun 2000 dan 2005

kemudian dimasukkan rumus untuk mengetahui berapa perubahan

luasan mangrove selama 5 tahun terakhir. Sehingga jika dimasukkan

angka luasan tahun 2000 dan 2005 yaitu menjadi:

Page 99: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

80

ΔL = 356,02-452,141

5

= -96,121

5

= -19,2 ha

Jadi perubahan luasan yang terjadi pada tahun 2000-2005 yaitu seluas

-19,2 ha dan terjadinya pengurangan mangrove.

Setelah mengetahui luasan perubahan mangrove dari tahun 2000-2005

seluas -19,2 ha. Sehingga dapat diasumsikan perubahan mangrove

pertahunnya yaitu : = -19,2

5

= -3,84 ha.

Jadi perubahan mangrove pertahunnya adalah mengurang seluas -3,84

ha.

b. Perubahan Luasan mangrove dari tahun 2005-2010

Dari Tabel 4.15 diketahui total luasan mangrove tahun 2005

dan 2010 kemudian dimasukkan rumus untuk mengetahui berapa

perubahan luasan mangrove selama 5 tahun terakhir berikut ini adalah

perhitungan luas perubahan mangrove tahun 2000-2005.

Sehingga jika dimasukkan angka luasan tahun 2005 dan 2010

yaitu menjadi:

ΔL = 328.-356,02

5

= -28,02

5

= -5,60 ha

Jadi perubahan luasan yang terjadi pada tahun 2005-2010 yaitu seluas

-5,60 ha dan terjadinya pengurangan mangrove.

Setelah mengetahui luasan perubahan mangrove dari tahun 2005-2010

seluas -5,60 ha sehingga dapat diasumsikan perubahan mangrove

pertahunnya yaitu : = -5,60

5

= -1,12 ha

Page 100: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

81

Jadi perubahan mangrove pertahunnya adalah mengurang seluas -1,12

ha.

c. Perubahan Luasan mangrove tahun 2010-2016

Dari Tabel 4.15 diketahui total luasan mangrove tahun 2010

dan 2016 kemudian dimasukkan rumus untuk mengetahui berapa

perubahan luasan mangrove selama 5 tahun terakhir.

Sehingga jika dimasukkan angka luasan tahun 2005 dan 2010

yaitu menjadi:

ΔL = 252,344-328.

5

= -75,656

5

= -15,131 ha

Jadi perubahan luasan yang terjadi pada tahun 2010-2016 yaitu seluas

-15,131 sehingga terjadinya pengurangan mangrove.

Setelah mengetahui luasan perubahan mangrove dari tahun 2010-2016

seluas -15,131 ha sehingga dapat diasumsikan perubahan mangrove

pertahunnya yaitu : = -15,131

6

= -2,52 ha

Jadi perubahan mangrove pertahunnya adalah mengurang seluas -2,52

ha.

d. Perubahan luasan Mangrove Tahun 2000-2016

Setelah melakukan penghitungan perubahan luasan mangrove

tahun 2000-2005, 2005-2010, 2010-2016 kita dapat mengetahui berapa

luasan mangrove yang terjadi selama kurun waktu 16 tahun

perhitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut. Perubahan luasan

mangrove tahun 2000-2016 terlihat pada Tabel 4.15.

Page 101: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

82

Tabel 4.15

Perubahan Luasan mangrove yang terjadi selama kurun waktu 16

tahun

No Tahun Perubahan

luas (ha)

Perubahan

luas

pertahun

Presentase

(%)

1. 2000-2005 -19,2 -3,84 48%

2. 2005-2010 -5,60 -1,12 15%

3. 2010-2016 -15,131 -2,52 37%

Jumlah -39,931 -7,48 100 Sumber: Pengolahan Data Tahun 2000, 2005, 2010, 2016

Menurut interpretasi citra setiap lima tahun mangrove di pesisir

Jakarta Utara mengalami perubahan yaitu berkurangnya habitat

mangrove pada tahun 2000-2005 pengurangan mangrove seluas -19,2

ha dan pada tahun 2005-2010 pengurangan juga terjadi tetapi lebih

sedikit yaitu -5,60 ha dan yang terakhir pada tahun 2016 pengurangan

yang terbesar karena untuk lahan terbangun yaitu seluas -15,131 ha

jadi selama kurun waktu 16 pengurangan mangrove yaitu seluas

-39,931 ha. setelah mengetahui perubahan luasan mangrove perlima

tahun kemudian dapat diketahui perubahan tiap tahunnya yaitu pada

tahun 2000-2005 perubahan terjadi seluas -3,84 ha dan pada tahun

2005-2010 perubahan tiap tahunnya terjadi yaitu -1,12 ha dan pada

tahun 2010-2016 perubahan tiap tahunnya yaitu -7,48 ha. jadi total

perubahan setiap tahunnya yaitu -7,48 ha.

6. Analisis Kerapatan Vegetasi Berdasarkan Nilai NDVI

Sebaran nilai kerapatan vegetasi di DKI Jakarta diperoleh dengan

menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI).

NDVI sensitif terhadap aktivitas fotosintesis oleh klorofil sehingga nilai

NDVI dapat digunakan untuk membuat klasifikasi vegetasi. Semakin

banyak daun dan semakin tebal daun pada tumbuhan maka akan sangat

berpengaruh pada hasil pantulannya. Jika terdapat lebih banyak

dipantulkan dari radiasi panjang gelombang NIR daripada RED, maka

tumbuhan pada area tersebut dapat dikatakan padat dan mungkin berupa

hutan. Jika terdapat perbedaan yang sangat kecil antara kecerahan panjang

gelombang RED dan NIR yang dipantulkan, maka tumbuhan mungkin

jarang atau tipis dapat berupa padang rumput atau sawah masa vegetasi

Page 102: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

83

berdasarkan dominasi tumbuhan. Untuk melihat Ilustrasi perubahan NDVI

tahun 2000, 2005, 2010 dan 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.7.

NDVI Tahun 2000 NDVI Tahun 2005

n

NDVI tahun 2010 NDVI tahun 2016

NDVI Tahun 2010 NDVI Tahun 2016

Gambar 4.7

Ilustrasi perubahan NDVI tahun 2000,2005,2010 dan 2016.

Berdasarkan hasil transformasi NDVI yang bersumber pada citra

landsat 8 OLI/TRS perekaman pada tanggal 1 Agustus 2016 yang

ditunjukkan gambar 4.3 menghasilkan nilai spektral antara -0,0632 sampai

dengan 0,4958. Nilai negatif memperlihatkan objek yang berada pada

piksel tersebut memiliki nilai pantulan yang lebih tinggi pada band 3

(merah) jika dibandingkan dengan pantulan pada band 4 (inframerah

dekat), hal ini mengindikasikan kerapatan vegetasi yang rendah karena

pada dasarnya terjadi penyerapan cahaya merah oleh pigmen tanaman.

Tingkat kerapatan vegetasi berdasarkan nilai NDVI dapat dijadikan

sebagai dasar pengklasan sesuai dengan dominasi tumbuhan. Menurut

beberapa penelitian, permukaan vegetasi yang memiliki rentang nilai

NDVI 0,1 menunjukkan padang rumput dan semak belukar, dan nilai lebih

Lebat

Sedan

Jarang

Lebat

Sedang

Jarang

Lebat

Sedang

Jarang

Lebat

Sedang

Jarang

Page 103: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

84

tinggi hingga 0,8 menunjukkan hutan hujan tropis atau tutupan vegetasi

lebat cenderung mempunyai nilai NDVI mendekati +1.

Indeks vegetasi tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Peta NDVI Kecamatan Penjaringan Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa nilai NDVI yang

dimiliki oleh kecamatan Penjaringan sangat beragam. Indeks kerapatan

vegetasi di Penjaringan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu, kerapatan

jarang, kerapatan sedang dan kerapatan lebat.

Adapun luasan masing-masing kelasan indeks kerapatan vegetasi

dapat dilihat pada Tabel 4.16

Page 104: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

85

Tabel 4.16

Luas kelas NDVI

No Interval Nilai

Spektral Klasifikasi

Luas

(km2)

Presentase

(%)

1. -0,0632-0,1034 Kerapatan Vegetasi

Jarang

55,94 41,48

2. 0,1034-0,2261 Kerapatan Vegetasi

Sedang

228,41 46,98

3. 0,2261-0,4958 Kerapatan Vegetasi

Lebat

201,65 11,54

Total 4.860 100 Sumber: Analisis data berdasarkan Citra tahun 2016

Jadi luas kelas NDVI yang tertinggi yaitu pada klasifikasi sedang

dengan luas 228,41 interval nilai spekral yaitu 0,1034-0,2261 dan

presentase yaitu 46,98 %. Sedangkan pada luas terendah yaitu

pada klasifikasi jarang dengan luas yaitu 55,94 dan nilai spektral yaitu

-0,0632-0,1034 dan presentasenya yaitu 41,48. Jadi kesimpulannya yaitu

NDVI di daerah Kecamatan Penjaringan memiliki tingkat indeks vegetasi

yang berkategori sedang dan lebat.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian perubahan lahan mangrove yaitu berkurangnya

habitat mangrove pada tahun 2000-2005 pengurangan mangrove terbesar yaitu

seluas -19,2 ha terjadi karena adanya lahan terbangun seperti pemukiman dan

jalan tol Prof Sedyatmo. Pada tahun 2005-2010 pengurangan juga terjadi

tetapi lebih sedikit yaitu -5,60 ha terjadi karena adanya pembangunan

restaurant, lapangan golf, dan pemukiman. Pada tahun 2016 pengurangan

luasan mangrove yaitu seluas -15,131 ha pengurangan ini dikarenakan karena

adanya pembangunan untuk perumahan elite, pembangunan mall, dan juga

adanya perluasan jalur untuk jalan tol Prof Sedyatmo jadi selama kurun waktu

16 tahun pengurangan mangrove yaitu seluas -39,931 ha. berkurangnya habitat

mangrove menjadi lahan pembangunan perumahan elite, pembangunan mall,

lapangan golf, restaurant, Jalan Tol Prof Sedyatmo di Pantai Indah Kapuk

(PIK) Jakarta Utara didukung oleh teori pembangunan yang digagas oleh

Bryant & White pembangunan adalah salah satu diantara konsep-konsep

paling mendesak di zaman kita sekarang ini. Menurutnya, pembangunan

Page 105: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

86

memancing pertanyaan-pertanyaan sulit tentang nilai-nilai, Teknik-teknik dan

pilihan-pilihan. Pembangunan memunculkan kembali pertanyaan klasik

tentang hakikat “masyarakat yang baik”.82

Perubahan lahan yang terjadi terhadap jalur hijau (green belt) berupa

mangrove menjadi lahan terbangun berupa perumahan elite, merupakan hal

yang tidak asing lagi di zaman kita saat ini, meskipun lahan mangrove sangat

penting yaitu untuk menahan abrasi, tetapi pembangunan perumahan juga

penting bagi masyarakat untuk mendapatkan tempat tinggal, banyaknya

masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal dipengaruhi oleh pertumbuhan

penduduk setiap tahunnya salah satunya di Kecamatan Penjaringan Jakarta

Utara. Menurut Muh Aris Marfa’i tekanan penduduk terhadap kawasan hutan

mangrove semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Pertumbuhan populasi juga merupakan salah satu yang tidak bisa dihindari.

Semakin bertambah jumlah manusia, semakin tinggi pula kebutuhan akan

tempat tinggal.

Menurut Bengen kerusakan hutan mangrove disebabkan adanya fakta

bahwa sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan cara

mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih

fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan

sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan

Kelestarian ekosistem mangrove mutlak harus tetap dipelihara sebagai satu-

satunya cara untuk mempertahankan peran, fungsi, serta keseimbangan

ekosistem kehidupan di wilayah pesisir.

Hutan mangrove terindikasi terus mengalami perubahan dari tahun ke

tahunnya untuk peralihan fungsi lahan seperti penelitian yang telah dilakukan

oleh Hansen Marcello dalam Skripsinya yaitu hutan mangrove di pesisir

kebupaten Indramayu mengalami perubahan dari tahun 1989 sampai tahun

2015. Perubahan yang terjadi adalah pengurangan luasan mangrove dan

penurunan jumlah spesies mangrove pada periode tahun 1989-2015 sebesar

26,6% dan pada periode 2002-2010 sebesar 22,1%. Selama 21 tahun, total

pengurangan luasan mangrove terbesar di kecamatan losarang yaitu 29,9% 82 Nia K Pontoh, Iwan Kustiwan, Pengantar Perencanaan Perkotaan, (Bandung, ITB, 2008),

hlm. 162

Page 106: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

87

dari seluruh pengurangan mangrove yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten

Indramayu sebesar 99,2% pengurangan ini terjadi karena peralihan fungsi

menjadi tambak.83

Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Sodikin dalam disertasinya

yaitu perubahan mangrove di Kabupaten Indramayu pada tahin 1989 sampai

dengan 2015 terjadi hampir di seluruh Kecamatan yang berbatasan langsung

dengan laut Kabupaten Indramayu. Perubahan yang terjadi kebanyakan

merupakan kerusakan atau berkurangnya mangrove dibandingkan dengan

pertambahan mangrove, deforestasi terparah rentang waktu tahun 1989 sampai

dengan 2002 adalah kecamatan losarang yang mengalami deforestasi

mangrove seluas 32,8 ha selama kurun waktu 13 tahun. Adapun deforestasi

terkecil yaitu di Kecamatan Karangampel yaitu seluas 4,94 ha.84

Penelitian tentang perubahan luasan mangrove juga dilakukan oleh

Nana Suwargana dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Perubahan Hutan

Mangrove Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Pantai Muara Gembong,

Bekasi dengan hasil penelitian yaitu potensi hutan mangrove di Muara

Gembong sudang berkurang karena pengembangan lahan tambak sudah

meluas, hutan mangrove nyaris habis berubah fungsi selain menjadi lahan

pertambakan banyak hutan mangrove rusak karena abrasi. Hal tersebut

menyebabkan fungsi hutan mangrove sebagai perlindungan hewan sudah tidak

berdaya lagi, sehingga menyebabkan penurunan hasil penangkapan ikan bagi

nelayan tangkap. Maka kondisi keberadaan hutan mangrove di Pantai Bahagia

dengan populasi yang semakin berkurang telah berpengaruh terhadap

pendapatan wilayah.

83 Hansen Marcello, Skripsi: “Perubahan Mangrove di Wilayah Pesisir Indramayu” (Depok:

Universitas Indonesia, 2012) hlm 67. 84 Sodikin, Disertasi:”Pemodelan Spasial dan Dinamis Perubahan Hutan Mangrove Dan

Strategi Rehabilitasnya Di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.” Institut Pertanian

Bogor.2018.

Page 107: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

88

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan penelitian.

Diantaranya dalam proses pembuatan peta perubahan mangrove lahan Kecamatan

Penjaringan, dimana bahan citra landsat 7 ETM+ tahun 2005 terdapat banyak gap

seperti garis potongan-potongan pada citra, jadi peneliti menggunakan citra

landsat 5 ETM+ untuk penggunaan peta perubahan mangrove. Peneliti juga

membutuhkan waktu yang lama untuk mendownload citra landsat 5 dan 8 di usgs

explore.

Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam hal pembuatan peta

penggunaan lahan di Kecamatan Penjaringan karena membutuhkan waktu yang

lama jadi peneliti langsung menentukan peta perubahan mangrove tidak

menggunakan peta perubahan lahan terlebih dahulu. Tetapi peneliti memperkuat

hasil peta perubahan mangrove tersebut dengan melakukan groundcheck yang

mana hasilnya menunjukkan bahwa yang pinggir pantai adalah mangrove.

Page 108: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

89

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perubahan lahan mangrove yaitu

berkurangnya habitat mangrove pada tahun 2000-2005 pengurangan mangrove

terbesar yaitu seluas -19,2 ha terjadi karena adanya lahan terbangun seperti

pemukiman dan jalan tol Prof Sedyatmo. Pada tahun 2005-2010 pengurangan

juga terjadi tetapi lebih sedikit yaitu -5,60 ha terjadi karena adanya

pembangunan restaurant, lapangan golf, dan pemukiman. Pada tahun 2016

pengurangan luasan mangrove yaitu seluas -15,131 ha pengurangan ini

dikarenakan karena adanya pembangunan untuk perumahan elite,

pembangunan mall, dan juga adanya perluasan jalur untuk jalan tol Prof

Sedyatmo jadi selama kurun waktu 16 tahun pengurangan mangrove yaitu

seluas -39,931 ha. Tingkat kerapatan vegetasi berdasarkan nilai NDVI dibagi

menjadi 3 klasifikasi yaitu Jarang, Sedang dan Lebat interval nilai spektral

jarang yaitu -0,0632-0,1034 dengan luas 55,94 ha dan sebesar 41,48%

sedangkan kerapatan vegetasi sedang yaitu dengan nilai spektral 0,1034-

0,2261 dengan luas 228,41 dan 46,98% sedangkan klasifikasi lebat yaitu

dengan nilai spectral 0,2261-0,4958 dan luas 201,65 ha. sebesar 22,54%. Jadi

total seluruh klasifikasi yaitu 4,860.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan implikasi

sebagai berikut:

1. Pengurangan luasan mangrove selama beberapa tahun dapat berpengaruh

pada abrasi di wilayah pesisir Jakarta Utara sehingga dapat mengancam

keberadaan wilayah pesisir.

2. Luas mangrove berkurang juga dapat mempengaruhi kualitas perairan di

sekitar wilayah pesisir pantai

Page 109: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

90

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Kecamatan Penjaringan

a. Perlu adanya penanaman mangrove yang berkelanjutan supaya

ekosistem mangrove terus berkembang.

b. Perlu meningkatkan kelestarian mangrove yang sudah ada supaya tidak

terjadi kerusakan dan tetap terjaga.

2. Bagi Lembaga Pemerintah

a. Perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi pemahaman akan dampak

kerusakan hutan mangrove pada wilayah pesisir kepada masyarakat

setempat dan masyarakat luas

b. Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya

keberadaan hutan mangrove.

c. Perlu dibangun area perlindungan laut di pesisir Jakarta Utara sebagai

wilayah buffer (penyangga) bagi keberlanjutan eksositem mangrove

d. Perlu adanya aturan dan regulasi yang jelas dalam hal pemanfaatan dan

pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

3. Bagi peneliti lain

a. Hendaknya menggunakan citra yang lebih beresolusi tinggi yang

ukuran pikselnya besar sehingga akurat dalam menggambarkan

perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.

b. Perlu juga pengambilan data untuk survey lapangan yang lebih banyak

dan merata pada lokasi survey.

Page 110: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

91

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amran, Saru. 2014.Potensi Biologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di

Wilayah Pesisir. Bogor: IPB Press.

Bungin, Burhan, 2009.Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Dahuri, Rokhmin, dkk, 2008.Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Herdiansyah, Haris, Wawancara, Observasi, Dan Focus group: Sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: Rajawali:Press,2015)

Lillisand and Kiefer diterjemahkan oleh Dulbahri dkk,1990. Penginderaan Jauh

dan Interpretasi Citra. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

Gunawan, Imam, “Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek” Jakarta: Bumi `

Aksara 2013).

Kuntjojo, Metodologi Penelitian. Kediri: T.P,2009)

Manik, Karren Eddy Sontang, 2009.Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta:

Djambatan.

Marfai, Muh Aris dkk, 2015.Peran Kearifan Lokal dan Modal Sosial Dalam

Penguranan Risiko Bencana dan Pembangunan Pesisir (Integrasi Kajian

Lingkungan, Kebencanaan, dan Sosial Budaya). Yogyakarta: UGM

PRESS.

Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Indonesia.

Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid I, Yogyakarta:Gajah Mada University

Press,1994.

Suryani dan Hendriyadi, 2015.Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada

bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta : Prenamedia Grup.

Page 111: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

92

Soenarmo, Sri Hartati, 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem

Informasi Geografis untuk Bidang Ilmu Kebumian. Bandung : ITB.

Wibisono, M.S, 2010.Pengantar llmu kelautan.Jakarta:Universitas Indonesia UI-

Press.

Jurnal

Sodikin, 2016. ”Analisis Abrasi dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan

Jauh (Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong

Bekasi Regency)”. Seminar Nasional Peran Geospasial dalam membingkai

NKRI.

Nana Suwaganda. 2008. “Analisis Perubahan Mangrove Menggunakan Data

Penginderaan Jauh di Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi”. Jurnal

Penginderaan Jauh Vol 5.

Rohana Megawati Sirait, dkk. “Analisis Perubahan Penutupan Kawasan Hutan

Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2011 dan 2014”.

Pramudji, Hutan Mangrove di Indonesia: Peranan Permasalahan dan

Pengelahannya, Oseana Volume XXV ISSN 0216-1877.

Gunggung Senoaji, Peranan Ekosistem Mangrove Di Pesisir Kota Bengkulu

Dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan Karbon, J.

Manusia dan Lingkungan Vol 23, September 2016: 327-333.

Meivy Arizona 7 Sunarto, Kerusakan Hutan Mangrove Akibat Konvensi Lahan

Di Kampung Tobati dan Kampung Nafri Jayapura, Fakultas Geografi

UGM, ISSN 0125-1790 MGI Vol.23.

Skripsi/Tesis/Disertasi

Hansel Marcello. 2012. “Perubahan Mangrove di Wilayah Pesisir Indramayu”.

Skripsi. Universitas Indonesia.

Satria Meidian Saputra. 2016. “Analisis Spasial dalam Rekonstruksi untuk

Ekosistem Mangrove Melalui Perancangan Model Spasial Dinamis”.

Skripsi. Universitas Esa Unggul.

Sodikin, 2018. “Permodelan Spasial Dan Dinamis Perubahan Hutan Mangrove

dan Strategi Rehabilitasnya Di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa

Barat.” Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Page 112: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

93

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

Setiap kegiatan observasi di mulai dengan membaca Basmallah. Observasi ini

dilakukan pada tanggal 08 Agustus 2018 pada pukul 13.00, secara menyeluruh di

Kecamatan Penjaringan khususnya di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK), dengan

judul penelitian: “Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan

Kawasan Mangrove Di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara Tahun 2000-

2016”.

Adapun aspek yang diamati sebagai berikut:

1. Jenis Flora di mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK)

2. Jenis Fauna di mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK)

3. Pembangunan yang terdapat di sekitar hutan mangrove Pantai Indah Kapuk

(PIK)

4. Kegiatan masyarakat di sekitar hutan mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK)

Page 113: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

94

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bapak/Ibu perkenalkan saya Siti Hajar Daraintan mahasiswi Pendidikan

IPS, Konsentrasi Geografi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang melakukan penelitian skripsi tentang “Aplikasi Penginderaan

Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan Kawasan Mangrove Di Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara Tahun 2000-2016”.

Saat ini saya sedang mencari beberapa informasi data untuk melengkapi

penelitian yang sedang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik

wawancara.

Wawancara dilakukan dengan tujuan penelitian, dijawab sesuai

kemampuan dan informasi yang Bapak/Ibu miliki, untuk itu saya mohon atas

kesediaan Bapak/Ibu dari Pemerintah (Kecamatan, RT/RW), penduduk asli, dan

instasi terkait, dalam wawancara penelitian yang berlangsung.

Page 114: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

95

Data Responden

Wawancara ke :

Narasumber :

Waktu :

Tempat :

A. Daftar Pertanyaan Bagi Pemerintah

No Indikator Pertanyaan

1.

Pemerintah 1. Pembangunan apa yang berkembang di PIK tahun

2000-2016?

2. Bagaimana sejarah berdirinya hutan mangrove di

PIK?

3. Bagaimana perubahan luas lahan mangrove di PIK

pada tahun 2000-2016?

4. Apakah yang menjadi daya tarik daerah PIK bagi

penduduk dari luar daerah dan pengusaha?

5. Kebijakan apa saja yang dilakukan dalam alih fungsi

lahan mangrove di PIK?

B. Daftar Pertanyaan Bagi Pengelola Mangrove

No Indikator Pertanyaan

1. Pengelola

Mangrove

1. Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Indah

Kapuk (PIK) yang bapak ketahui?

2. Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun

2000-2016?

3. Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin

meningkat, baik dari penduduk asli/pendatang?

4. Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari

tahun 2000-2016?

5. Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun

2000-2016, tentang perubahan lahan mangrove di

PIK?

6. Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi

perubahan lahan mangrove?

7. Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk

penanaman mangrove di PIK?

Page 115: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

96

C. Daftar Pertanyaan untuk Penduduk Asli

No Wawancara Pertanyaan

1. Penduduk

Asli

1. Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK) Jakarta Utara

2. Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu

tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK)?

3. Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat

pendatang baru?

4. Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun

2000-2016 tentang perubahan lahan mangrove di

PIK?

5. Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat

saat terjadinya perubahan lahan mangrove?

6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya

pembangunan perumahan, yang meyebabkan

perubahan lahan mangrove di PIK?

7. Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun

2000-2016 di PIK?

Sekian pertanyaan dari saya, terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu, mohon maaf

apabila ada salah kata.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 116: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

97

Lampiran 3

Lembar Hasil Hasil Observasi Jenis Flora Di Pantai Indah

Kapuk (PIK)

No Lokasi Dokumentasi Koordinat Flora

1.

Kawasan

Ekowisata

Mangrove

Pantai

Indah

Kapuk

(PIK)

S 06o

07.309’

E106o

45.302’

- Avicenia Marina

- Avicenia Alba

2.

S06o 07.313’

E106o

45.298’

- Bruguiera

- Rhizophora

Mukronata

3.

S06o 07.326’

E106o

45.302’

- Avicenia Marina

- Sonneratia

Page 117: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

98

4.

S06o 07.323’

E106o 45.

355’

- Nypa Fruiticans

(Palem-Paleman)

- Pohon Kelapa

5.

S06o 07.

345’

E106o

45.410’

- Bruguiera

- Cilocarpusgymnoriza

(Apel Laut)

6.

S06o 07.

344’

E106o 45.

415’

- Tirminalia catappa

(Ketapang)

7.

S06o 07.343’

E106o

45.430’

- Rhizophora Mangle

- Pohon Ceri

Page 118: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

99

8.

S06o 07.

321’

E106o 45

554’

- Rhizophora

Apriculata

9.

S06o 07.

315’

E106o 45

430’

- Petai Cina atau

Flamboyan

Page 119: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

100

Lembar Hasil Observasi Jenis Fauna di Mangrove Pantai Indah

Kapuk (PIK)

No

Lokasi Dokumentasi Koordinat Fauna

1.

Ekowisata

Mangrove

Pantai

Indah

Kapuk

(PIK)

S06o 07.309’

E106o 45.302’

-Kera

Macaca

(Kera Ekor

Panjang)

2.

S06o 07.313’

E106o 45.298’

-Kera

Macaca

(Kera Ekor

Panjang)

3.

S06o 07.326’

E106o 45.302’

-Ulat Bulu

4.

S06o 07.323’

E106o 45.

355’

-Ular

Page 120: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

101

5.

S06o 07. 345’

E106o 45.410’

-Buaya

6.

S06o 07. 344’

E106o 45.

415’

-Biawak

Page 121: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

102

Lembar Observasi Keadaan Sosial di Mangrove Pantai Indah

Kapuk (PIK)

Aspek yang diamati adalah sebagai berikut :

a. Pembangunan yang terdapat di sekitar hutan mangrove Pantai Indah Kapuk

(PIK)

b. Kegiatan masyarakat di sekitar hutan mangrove Pantai Indah Kapuk (PIK)

No Hasil Pengamatan

1. Saat memasuki Kawasan ekowisata mangrove di Pantai Indah Kapuk

terlihat sekali para pedagang berjualan dan para pedagang tersebut juga

merupakan kelompok tani mangrove yang melakukan mata pencaharian

sampingan dengan berdagang.

2. Tepat pada sebelah utara Kawasan ekowisata mangrove terdapat jalan tol

yang menghubungkan Pantai Indah Kapuk ke Bandara Soekarno Hatta

sehingga ketika kita sedang berjalan untuk mengelilingi mangrove di

jembatan biru sangat terdengar sekali kebisingan kendaraan yang lewat.

3. Di sebelah kanan sebrang Kawasan ekowisata mangrove terlihat ada danau

yang dimanfaatkan warga sekitar untuk memancing.

4. Di Pantai Indah Kapuk banyak pembangunan perumahan milik swasta,

salah satunya di samping Kawasan ekowisata mangrove terdapat

perumahan pinisi indah dan perumahan mayang yang sangat ketat dijaga

oleh satpam. Saat akan memasuki perumahan tersebut harus meninggalkan

jaminan KTP jadi tidak sembarangan orang bisa masuk.

5. Di dalam Kawasan ekowisata mangrove terdapat limbah dari perumahan

elite yang di manfaatkan warga untuk memancing. Tetapi limbah tersebut

tanah milik swasta bukan milik dinas kehutanan DKI Jakarta. Padahal

lokasinya sangat berdekatan dan juga di dalam kawasan mangrove.

6. Tidak jauh dari Kawasan mangrove terdapat mall PIK Avenue, waterboom

Jakarta, RS PIK, sekolah budha Tzu Chi, restaurant siap saji, perumahan

elite, Sekolah International Singapore, Gokart, dan akses jalan menuju

Kawasan mangrove sangatlah mudah jika di jangkau dengan kendaraan

pribadi karena dengan adanya akses tol PIK-Bandara Soekarno Hatta.

Page 122: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

103

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pengelola Ekowisata Mangrove

Wawancara ke : 1 (Satu)

Narasumber : Bapak Ade Djuhana

Tanggal/Waktu : 8 Agustus 2018/14:30 WIB

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang

bapak ketahui?

N : Sejarah hutan mangrove terbesar di Jakarta yaitu ada di Jakarta utara. Hutan

mangrove di Jakarta memiliki luas 327,70 ha tetapi Kawasan hutan tersebut

dibagi-bagi yaitu menjadi hutan lindung angke kapuk, suaka margasatwa

muara angke, hutan wisata kamal muara/taman wisata alam, kawasan

mangrove Tol Sedyatmo, kebun pembibitan arboretum, cengkareng drain

dan transmisi PLN tetapi yang di kelola oleh Dinas Pendidikan hanya ada 4.

Sebelum adanya mangrove disini banyak tambak-tambak dan pada tahun

1985 pembebasan lahan. Pada tahun 2007 memulai penanaman melalui

nanam metode guludan dari bambu-bambu dan pakai karung, tanah, yang

menemukan metode guludan dan Prof Cecep dan beliau juga sangat

berkontribusi dalam sejarah hutan mangrove disini. Pada tahun 2010

ekowisata di resmikan di kelola khusus pengembangan mangrove jadi

mangrove center.

P : Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : Perubahan luasan lahan mangrove berubah bukan makin luas ada beberapa

kali perubahan untuk membuat tol sedyatmo tetapi maaf masalah angka

kami tidak ada. dulu Jalur Tol Sedyatmo yang ke bandara kan banjir dan

juga diperluas jalurnya dan mengurangi mengambil luasan hutan mangrove

tapi ada konvensasinya dari wilayah lain. Jadi mengurangi dari tahun 2000-

Page 123: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

104

2016 setalah keambil jalan tol dan aslinya ini sebelum ada perumahan luas

banget lahan mangrovenya.

P : Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin meningkat, baik dari

penduduk asli/pendatang?

N : pasti semakin meningkat dari tahun ke tahunnya karena kan pasti ada

pendatang baru datang dari luar kesini. Tapi saya kurang tahu berapa

jumlahnya..

P : Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari tahun 2000-2016?

N : pertumbuhan pembangunan di PIK juga sangat berkembang banyak sekali

contohnya yaitu sekali perumahan elite, cafe-cafe dll.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016, tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : perbandingannya sangat signifikan tentang perubahan lahan yang dulunya

disini tambak, hutan mangrove, dan sekarang juga banyak sekali perumahan

elite dan pembangunan yang modern.

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : banyak sekali kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan mangrove

misalnya pada tahun 1985 adanya pembebasan Kawasan tambak menjadi

mangrove dan sekarang juga pemerintah sangat berkontribusi dalam

pembangunan mangrove juga misalnya memperbaiki jembatan,

memperbaiki jalan dll.

P : Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove di

PIK?

N : banyak sekali yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove

contohnya CSR, aktivis lingkungan, mahasiswa, perusahaan swasta, bank,

sekolah-sekolah dll.

Page 124: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

105

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pengelola Ekowisata Mangrove

Wawancara ke : 2 (Dua)

Narasumber : Bapak Ujang

Tanggal/Waktu : 8 Agustus 2018/ 15:34 WIB.

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Iindah Kapuk (PIK)

yang bapak ketahui?

N : kalau menurut sejarah udah dari zaman kolonial belanda daerah ini sudah di

canangkan untuk daerah resapan air/daerah penghijauan namun sekitar

tahun 2000 banyak sekali penggarap liar yang memiliki empang-empang,

dan setelah di bebaskan oleh polhut baru kita menggalakan penanaman

mangrove. dan mulai tahun 2008 sudah banyak berkembang dan sampai

sekarang. Sebelumnya disini banyak empang dan mangrovenya sedikit dan

yang ada pohon mangrovenya di pinggiran empangnya saja.

P : Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : luas ini tidak begitu banyak berubah setau saya dari dulu tuh luas Kawasan

jalur hijau tol sedyatmo yaitu 95,50 ha, saya juga kurang tahu apakah luas

itu bersih setelah kepotong tol sedyatmo bersih/kotor dan itu masih simpang

siur dan masih dipertanyakan? Luas wilayah yang dikelola oleh Pemda DKI

yaitu 202,68 ha terbagi 5 blok yaitu hutan lindung muara angke, Kawasan

mangrove Tol Sedyatmo, arboretum, transmisi PLN, Cengkareng Drain.

Karena terpotong oleh jalan tol dan akses jalan perumahan jadi 4 blok yaitu

menjadi ekowisata, galatama, elang laut dan golf timur.

P : Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin meningkat, baik dari

penduduk asli/pendatang?

Page 125: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

106

N : kalau masalah pendatang baru yang memukim disini saya kurang tahu tuh,

kalau pengunjung saya sedikit tahu.. karena ini di alam bebas kadang rame

kadang sepi beda sama di mall yang rame terus.

P : Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari tahun 2000-2016?

N : kalau selama ini pembangunan-pembangunan yang dari pemerintahan ada

yaitu 1 gazebo dan 1 pos itu tahun 2016 dibangun oleh pemerintah. Tadinya

pos ada 4 dan sekarang ada 5 pos. fungsinya untuk mengontrol dan pos

penjagaan. Tahun 2013 ada penambahan jembatan dan jalan ponblok kurang

lebih 500 meter. Tadinya sampai tengah dan sekarang sampai ujung.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016, tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : kalau perubahan dalam artian penyempitan atau pelebaran selama ini sih

belum saya rasakan tetap segini saja cuma yang itu tadi yang terpisah jalan

tol dan jalan akses perumahan mungkin kalau tidak terpisah masih tetap luas

dan besar.

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : kalau masalah itu saya kurang tahu soalnya itu masalah pemerintah karna

kan kami Cuma bertugas di lapangan. Kalau dari pemerintah sih paling

menangani renovasi jalan, jembatan.

P : Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove di

PIK?

N : banyak diantaranya dari AEON jepang, bank mandiri, sekolah SD, SMP,

SMA, dan perkuliahan, instansi pemerintah dan pemerintah swasta.

Page 126: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

107

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pengelola Ekowisata Mangrove

Wawancara ke : 3 (Tiga)

Narasumber : Bapak Hanafi

Tanggal/Waktu : 8 Agustus 2018/16:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Iindah Kapuk (PIK)

yang bapak ketahui?

N : ooh begini ya dulunya memang ini luas terdiri dari beberapa tanah daratan

yang ada cuma luas keseluruhannya 320,27 ha sekitar tahun 1980 awal

pertamanya termasuk TWA, arboretum. kemudian diambil oleh

pengembang, sutet, aliran listrik, memang katanya ini lahan di tukar guling

dan dipindahkan ke daerah jawa barat, disana nanti di buat lagi. Jadi lahan

yang ada untuk penanaman mangrove sampai sekarang kemungkinan juga

akan terus berkurang dan berkurang karena perkembangan zaman dan

semakin banyak pembangunan padahal mangrove ini sangat penting untuk

menahan abrasi, menahan air laut, dan menurut saya harus tetap dijaga

kelestariannya supaya tumbuh semakin berkembang.

P : Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : sekitar tahun 1980 yaitu 320, 27 ha sekarang semakin menurun tahun 2000-

an sekitar tahun 200 ha. Ada rencana lagi Kurang lebih satu bulan kemarin

ada pengukuran dari jasamarga akan di buat untuk perluasan jalan tol

rencananya dari flyover Tomang sampai Bandara Soekarno Hatta lahannya

butuh sekitar 20 meter, nanti banyak sekali sekitar ada ribuan tanaman dan

mangrove di tebang untuk perluasan jalan tol.

P : Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin meningkat, baik dari

penduduk asli/pendatang?

Page 127: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

108

N : menurut saya pertumbuhan penduduknya semakin meningkat sehingga luasan

lahan mangrove berkurang jadi perumahan, apartemen, dan tempat tinggal.

P : Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari tahun 2000-2016?

N : menurut saya semakin berkembang tadinya di dekat elang laut itu mangrove

dan disamping ekowisata ini perumahan tadinya mangrovejuga . Dan

sekarang akan di buat PIK 2 yang tadinya mangrove sekarang jadi pasar

modern, bioskop perumahan modern. yang tadinya perumahan dulunya

mangrove ditebang dan diuruk dikomersilkan oleh pihak swasta. Seiring

dengan berkembangnya zaman pembangunan semakin meningkat.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016, tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : perbandingannya alam jadi dulu tidak bising seperti ini sekarang banyak

suara suara mobil, motor dulu mah suara alam saja dan cuacanya juga dulu

mah enak dan sejuk sekarang banyak polusi.

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : semua ditentukan oleh pimpinan, kebijakan itu tidak mungkin diambil oleh

pemerintah jika tidak di musyawarahkan karena lahan ini kan milik

kementrian kehutanan apabila ada kebijakan dengan adanya proyek pasti

diputuskan oleh tingkat dewan dan mungkin manfaatnya lebih besar ke

masyarakat misalnya yaitu akses jalan, infrastruktur, supaya mempermudah

pemerintah untuk mencari lahan juga.

P : Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove di

PIK?

N : masyarakat, dari perusahaan swasta, dan ada komunitas mangrove dan

persetujuan dari dinas kehutanan, ada komunitas kemanter, dan komunitas

pecinta mangrove dia mencari perusahaan-perusahaan untuk menanam

mangrove dan sebagai mitra kerja kita sebagai penengah, dan kita juga

punya perkumpulan petani mangrove, di elang laut juga mau ada

penanaman besar-besaran yaitu dari AEON.

Page 128: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

109

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pengelola Ekowisata Mangrove

Wawancara ke : 4 (Empat)

Narasumber : Bapak Sucita

Waktu : 24 Agustus 2018/14:30

Tempat : Kawasan Hutan Lindung Mangrove

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang

bapak ketahui?

N : dulu pada tahun 1988an ini dulunya mangrove semua tetapi pada tahun

1993an mulailah masyarakat membuat tambak dan mencoba membuat

pemukiman juga tetapi dulu masih banyak sekali mangrovenya sekarang

malah sudah menjadi pemukiman elite

P : Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : yaa dulu kan banyak yahh Cuma ya karena kan sekarang sudah terpecah

pecah yah seperti arboretum, Kawasan ekowisata, Kawasan hutan lindung,

galatama, lebih dari 360 ha sekarang di Kawasan hutan lindung hanya

sisanya 45 ha. Dulu tidak terpecah pecah seperti ini

P : Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin meningkat, baik dari

penduduk asli/pendatang?

N : kalau penduduk yah sudah pasti meningkat setiap tahunnya kadang kala ya

dari pertumbuhan penduduknya ini pasti bertambah.

P : Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari tahun 2000-2016?

N : yaa menambah tambah banyak, karena kan kita kerjanya bukan di

pengembang cuma ya kita melihat setiap tahunnya setiap tahun

Page 129: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

110

pembangunan pertambah, dan sekarang lagi mau lagi dibangun perumahan

PIK 2.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016, tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : yahh banyak yaaa istilahanya ya banyak mengurangin, dari lautnya abrasi

dari daratnya habis, banjir, dan perumahan di PIK belum pernah tenggelam

tetapi di pantai mutiara pernah hampir mau tenggelam

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : banyak sih ya dari dinas sendiri juga ada peanaman, pemeliharaan, Cuma ya

posisinya pinggir laut jadi banyak sampah setiap harinya sampah itu dibawa

dari pantai dan mendarat di daratan. Dari Dinas sangat memperhatikan

dalam penanaman ini sekarang lagi buat bibit mangrove

P : Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove di

PIK?

N : banyak, dari pihak sekolah, perusahaan swasta, dari kedutaan, dari kampus-

kampus dan masih banyak lagi yang sangat berkontribusi dalam penanaman

mangrove.

Page 130: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

111

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pengelola Ekowisata Mangrove

Wawancara ke : 5 (Lima)

Narasumber : Bapak Ayat

Waktu : 24 Agustus 2018/14:15

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Iindah Kapuk (PIK)

yang bapak ketahui?

N : Tahun 2000 itu dulu ada penggarap jadi itu ada wacana dari alm pak

Soeharto pergunakanlah lahan tidur, jadi masyarakat tuh jor-joran buka

lahan, tadinya dulunya ini hutan jadi di garap dibikin empang jadi

masyarakat berlomba-lomba membuka lahan ini supaya jadi tambak.

Tadinya hutannya lebat tahun 1996 sekarang pada menghilang karena

abrasi.

P : Bagaimana luas lahan mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : kayanya berkurang yahh, soalnya kan banyak abrasi, tadinya daratan itu,

sekarang jadi di air, 1998 dulu mengukur diameter pohon itu dan sekarang

sudah di air.

P : Apakah pertumbuhan penduduk di PIK semakin meningkat, baik dari

penduduk asli/pendatang?

N : banyakan yang pendatang pribuminya pada di singkirin gatau kemana.

P : Bagaimana pertumbuhan pembangunan di PIK dari tahun 2000-2016?

N : waah kayanya lebih maju pesat dah, ya itu pembangunan perumahan elite,

dulu tempatnya monyet main sekarang jadi perumahan.

Page 131: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

112

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016, tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : perbandingannya gak ada sih ya tapi mangrovenya semakin habis.

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : untuk selama ini kebanyakan dari CSR, perusahaan swasta, paling

pemerintah mah merawat jembatan, jalan dll.

P : Siapa saja yang pernah berkontribusi untuk penanaman mangrove di

PIK?

N : banyakk dari pihak swasta, dari unit trektor, dari UT, dari sekolah sekolah

ada al-azhar ada iqro Cuma sayang maunya saya kalau ada acara penanaman

seperti itu maunya saya di kontrol atau di pelihara sebulan sekali dan

berkesinambungan.

Page 132: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

113

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA

Keterangan:

P : Peneliti

N : Narasumber

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 6 (Enam)

Narasumber : Pak Budi Raharjo

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara?

N : saya tinggal disini udah bukan lama-lama lagi sudah sejak tahun 1986 saya

tinggal di daerah sini, rumah saya di kampung gusti kebon pala dekat dari

sini.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : karena saya dekat dengan tempat kerja makannya saya tinggal di daerah sini

supaya tidak jauh dan dekat dari tempat kerja.

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : saya rasa si nambah yah, walaupun berapa persen, tapi saya kurang tahu tuh

berapa jumlah pendatang baru yang datang.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : yaa setau saya perkembangan sih bagus semakin kesini semakin meningkat,

kalau dulu kan ini hutan belantara dan tidak terlalu terurus oleh pemerintah,

dan sehingga dikelola hingga sekarang menjadi tempat ekowisata mangrove.

Page 133: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

114

dulunya ini hutan dan baru sedikit ada mangrovenya dan belum ada

perumahan dan mulai ada pada tahun 1996 tetapi masih sedikit.

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : yaa satu kan kebersihan jadi lebih terawat sampai sekarang itu kan ditambah

papan pengumuman padahal tahun-tahun kemarin tidak ada dan sekarang

mah jadi lebih terurus dan lebih bagus kebersihannya. Bahkan kan setiap

sabtu/ minggu disini kan ramai, terutama keamanannya lebih ketat dan lebih

disiplin.

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : yaaa,, bagaimana yahh… bagus sih kan komplek ini juga membantu dalam

pembangunan mangrove dari mulai lampu ditambah untuk menambah

penerangan ketika malam hari. Tembok pagar batas untuk perumahan.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : kayanya yaaa pembangunan rumah tinggal aja gitu,,, perumahan rumah

elite, rumah sakit PIK, dan dulu sih udah ada tapi belum begitu bagus, mall,

golf , waterboom, restaurant, banyak dehh pokonya PIK modern.

Page 134: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

115

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 7 (Tujuh)

Narasumber : Lian

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:10

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya tinggal di daerah kapuk sejak tahun 2005 jadi sudah sekitar 8 tahun-an.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : yaaa karna murah bayarnya cuma 5.000 bisa dapat ikan dibawa pulang.

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : kalau penduduk di daerah sini menurut saya bertambah.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : perbandingannya menurut saya jadi boleh mancing, semakin ramai

pengunjung, dibolehkan memancing kan jadi ramai

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : yaa perubahannya jadi suka mancing karna murah dan kedua keakraban

keluarga semakin terasa meningkat.

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : sebenarnya sih ya karna ini perumahan yaa mau dibilang apa bagi mereka

yang punya duit ga masalah tapi makin keliatan yang kaya makin kaya yang

miskin makin miskin. Jadi memang populasi orang Chinese yang dikurangi

sehingga kita orang pribumi bisa merasakan

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : itu toilet umum baru, jembatan, saya kira kalau di mangrove itu kalau di luar

mangrove jalan diperlebar, ruko-ruko, mall, cafe-cafe, hotel, sekolah-

sekolah,

Page 135: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

116

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 8 (Delapan)

Narasumber : misnadi

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:20

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya tinggal disini sejak tahun 1973 rumah saya di kapuk pulo.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : yaa karena dekat aja kemana mana jadi enak..

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : bertambah banyak banget setiap tahun.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : perbandingannya semakin maju ya sekarang cuma ya gimana ya kalau orang

kaya kita kan curigai dulu mah tidak kaya gitu sekarang-sekarang aja.

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : banyak yahhh, yang berubah satu yang biasa dia punya empang-empang

tidak ada penghasilan

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : menurut saya sih baguss

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : pembangunan yang berkembang ya gitu ajaa kuliner, restaurant,

apartement, rumah sakit, hotel,

Page 136: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

117

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 9 (Sembilan)

Narasumber : Lukman

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:30

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya tinggal di dekat pasar darurat sejak tahun 1986.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : yaa karena kan tanahnya murah dan kalau yang lain kan gak kejangkau.

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : penduduk yaa semakin bertambah banyak.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : yaa kalau kaya kita-kita mah biasa aja yang perubahan ya yang orang kaya

yang kaya kit amah tidak ada perubahan.

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : yang tadinya orang-orang tidak tahu mangrove jadi tahu dan bisa

berkunjung ke edukasi mangrove.

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : tidakk ngaruh sih menurut saya, karna yang kaya makin kaya yang miskin

makin miskin.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : banyak pembangunan yang berkembang misalnya perumahan tambah

banyak, restaurant, mall, rumah sakit dll.

Page 137: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

118

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 10 (Sepuluh)

Narasumber : Heru

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:40

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya tinggal di jalan manga ubi sejak tahun 2001

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : ya soalnya kan rumahnya dekat dari tempat kerja

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : yaa kalau masalah gitu saya kurang tahu tapi pasti bertambah yaahh

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : yaa kan kalau dulu bebas tidak bayar sekarang bayar 5.000

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : ya tidak ada si kebiasaan kalau senang mancing ya mancing aja

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : ya pembangunan perumahan di PIK semakin banyak dan meningkat

menurut saya dari tahun ke tahunnya

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : setahu saya sih banyak yah kan ada perumahan, mall, hotel dan ruko-ruko.

Page 138: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

119

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 11 (Sebelas)

Narasumber : Dirjo

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/11:50

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : rumah saya dekatan dengan pak Heru dan sampingan dan kerjanya sama

jadi rumah saya di mangga ubi sejak tahun 2001.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : yaa tadi karna dekat dengan tempat kerja

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : kalau bertambah sih ya pasti menurut saya

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : menurut saya ya lebih enak dikit daripada tahun yang lalu ya de

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : tidak ada kebiasaan yang berubah menurut saya

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : kalau itu mah saya tidak begitu paham, dan hanya bagi orang yang mampu

saja.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : sekarang banyak perumahan elite, restaurant, mall, dll

Page 139: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

120

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 12 (Dua Belas)

Narasumber : Ahmad

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/13:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya tinggal di cengkareng pedongkelan dan sudah hampir 6 tahun

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : karena faktor pekerjaan saja jadi dekat

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : setiap tahun sih perubahan pendatang baru pasti ada bertambah

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : tadinya tidak bisa memancing jadi bisa mancing.

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : menurut saya tidak ada yang berubah secara signifikan.

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : menurut saya ya jadi lebih bagus tapi ya tidak mempengaruhi orang-orang

kita.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : banyak sekali pembangunan yang berkembang yaitu mall PIK Avenue,

perumahan elite, dll.

Page 140: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

121

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 13 (Tiga Belas)

Narasumber : Ibu Lulu

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/13:20

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya berdagang di daerah mangrove sini dari tahun 2010 saya tinggal di

kapuk.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : ya karna ramai saja jadi saya berdagang di sini terus cuacanya enak dan

adem banyak pohon-pohon.

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : ya pengunjung si paling kalau pendatang saya kurang tahu

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : ada lah pasti jadi makin maju sekarang

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : yaa orangnya jadi bertambah juga pengunjungnya makin banyak

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

N : saya kurang tahu kalau tentang pembangunan itu.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : kalau sekitar sini ya kayanya banyak ya ada mall, restaurant, perumahan

elite, rumah sakit.

Page 141: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

122

Penduduk Asli Kecamatan Penjaringan

Wawancara ke : 14 (Empat Belas)

Narasumber : Ibu Umiati

Tanggal/Waktu : 24 Agustus 2018/13:40

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Sejak Kapan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta

Utara

N : saya berjulan disini sudah lama sekitar tahun 2007 dan rumah saya di kapuk

dari sejak kecil. Sejarah mangrove dulunya kan tambak yang dikelola oleh

perorangan dan diresmikan pada tahun 2007.

P : Daya Tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Pantai Indah

Kapuk (PIK)?

N : karena adem dan cuacanya sejuk bebas polusi

P : Apakah setiap tahun di daerah Bapak/Ibu terdapat pendatang baru?

N : ya pastinya setiap tahunnya bertambah.

P : Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2016 tentang

perubahan lahan mangrove di PIK?

N : ya itu aja ini mangrovenya semakin banyak banyak yang menanam dulu kan

ini air dan tambak.

P : Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya

perubahan lahan mangrove?

N : tadinya tidak tahu mangrove jadi tahu mangrove

P : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan

perumahan, yang meyebabkan perubahan lahan mangrove di PIK?

Page 142: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

123

N : yaa menurut saya bagusnya di pinggir laut daerah sini ya adanya mangrove

bukan perumahan, perumahan elite ini tahun 2001 mulai ramai. Wilayah ini

dikelola oleh PT Mandara Permai, tahun 2001 agung sedayu group.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang pada tahun 2000-2016 di

PIK?

N : perumahan elite, ruko, restaurant, mall, rumah sakit

Page 143: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

124

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pemerintah yaitu Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta

Keterangan:

P : Peneliti

N : Narasumber

Wawancara ke : 15 (Enam)

Narasumber : Jaja Suarja

Tanggal/Waktu : 24 September 2018 /11:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang

bapak ketahui?

N : hutan mangrove itu dulu 1984 sampai tahun 1996 kawasan hutan itu berupa

hutan mangrove tetapi di garap oleh warga masyarakat dengan izin dari

kehutanan naah kecuali kawasan yang diperuntukkan untuk hutan lindung

kawasan konservasi dan untuk jalur hijau itu sampai tahun 1984, setelah 84

sebagian kawasan itu diserahterimakan dengan pihak ketiga, itu seluas kalau

dulunya itu 1.154 ha. Yaa sekarang setelah tahun 1984 sampai sekarang

dilakukan pembangunan naah jadi Kawasan Property dan Kawasan

perumahan

P : Pembangunan apa yang berkembang di PIK tahun 2000-2016?

N : perumahan mewah, cafe-cafe, waterboom, golf dll.

P : Bagaimana Perubahan Luas lahan mangrove di PIK tahun 2000-2016?

N : luas lahan mangrove yaa tetap saja luasnya 327 ha itu tidak bertambah.

P : apakah yang menjadi Daya Tarik daerah PIK?

Page 144: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

125

N : yahh karena aksesnya kan dekat tol, bandara dekat ke laut dekat, orang-

orang Chinese kan mereka senang dekat laut.

P : kebijakan apa saja yang dilakukan dalam alih fungsi lahan mangrove?

N : kebijakan yaa ini meningkatkan nilai lahan tadinya kan rawa-rawa sekarang

dijadikan pemukiman jadi mungkin pemerintah berfikir daripada rawa-rawa

yang tdak keurus mendingan dbangun untuk kehidupan manusia walaupun

yang menikmati orang-orang menengah keatas.

Page 145: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

126

Hasil Wawancara

Keterangan:

P : Peneliti

N : Narasumber

Wawancara dengan pemerintah yaitu Dinas Kehutanan Provinsi DKI

Jakarta

Wawancara ke : 16 (Enam Belas)

Narasumber : Bapak Dani

Tanggal/Waktu : 24 September 2018 /08:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Iindah Kapuk (PIK)

yang bapak ketahui?

N : Sejarah hutan mangrove di PIK itu yaa sesuai dengan RPD yang sudah ada

jadi dulunya bekas tambak jadi banyak petani tambak disana dan merugikan

ekosistem mangrove akhirnya dari gubernur pada tahun 2000-an ada

komitmen untuk menghijaukan kembali Jakarta jadi green belt (jalur hijau).

dulu hutan rawa jadi di tebang-tebangin dan ada keinginan untuk Jakarta

dihijaukan dengan pohon mangrove karena mengalami penurunan muka air,

abrasi yang semakin tingi, makanya perlu penahan supaya Jakarta utara

tidak terendam banjir rob.

P : Pembangunan apa saja yang berkembang di PIK tahun 2000-2016?

N : Kalau paling tinggi itu tipe pemukiman, karena kebutuhan akan masyarakat

dengan pemukiman semakin cepat apalagi dengan Jakarta Utara sangat

strategis bagi jalur perdagangan dan dekat juga dengan bandara, terutama

dengan orang-orang yang penghasilannya menengah keatas.

P : Bagaimana Perubahan Luas lahan mangrove di PIK tahun 2000-2016?

Page 146: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

127

N : kalau perubahan sih tidak ada perubahan cuma memang dari tahun 2000

sampai sekarang semakin bertambah itu bisa dilihat tutupan lahan terutama

yang dekat pinggir pantai. Makannya mangrovenya tuh sampai sekarang

cenderung bertambah

P : Apakah yang menjadi daya Tarik daerah Pantai Indah Kapuk (PIK)

bagi penduduk luar dan pengusaha?

N : kalau yang menarik itu pemanfaatan jasa lingkungan seperti keindahan alam

disana, suasananya, kulinernya, cafe-cafenya. Jadi mereka rata-rata setelah

berkunjung ke mangrove di deretannya kan banyak tempat makan.

P : kebijakan apa yang dilakukan pemerintah dalam alih fungsi lahan?

N : kalau kebijakan alih fungsi lahan si kami cenderung selama dia melakukan

peraturan UUD kaya alih fungsi lahan, seperti jalan tol, jalan ke pemukiman

ke pulau G. Jadi untuk melindungi alih fungsi lahan dilakukan 1:2 dan kami

juga merundingkan ke kementrian. Peruntukannya saja berkurang.

Page 147: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

128

HASIL WAWANCARA

Keterangan:

P : Peneliti

N : Narasumber

Wawancara dengan pemerintah yaitu Dinas Kehutanan Provinsi DKI

Jakarta

Wawancara ke : 17 (Tujuh belas)

Narasumber : Bapak Sugeng

Tanggal/Waktu : 24 September 2018/11:00

Tempat : Kawasan Ekowisata Mangrove Penjaringan Jakarta Utara

P : Bagaimana sejarah hutan mangrove di Pantai Iindah Kapuk (PIK)

yang bapak ketahui?

N : waduhhh sejarahnya panjang dulunya kan kawasan hutan karena itu

statusnya hutan produksi dan hutan lindung makannya sesuai BP 38 itu

pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Provinsi tetapi kepemilikannya itu ada

di kementrian kehutanan menjadi UU 23 tahun 2014 yang masalah hutan

itu. Sekitar tahun 2000 tetap statusnya itu Kawasan hutan hanya dulu kan

saat diserahkan ke Dinas Kehutanan dalam kondisinya itu kan tambak jadi

pengelolaannya itu oleh masyarakat awal tahun 2004-2005 kita melakukan

patrol, operasi dan dilakukan surat peringatan untuk penggarap tambak.

Sampai akhirnya 2009 itu sudah mulai bagus kondisinya sudah tidak ada

lagi penggarap maupun dari sekolah-sekolah instansi pemerintan untuk

penanaman mangrove. Tapi kalau awalnya dulu tambak. Dibawah 2005 itu

tambak.

P : Pembangunan apa yang berkembang di PIK tahun 2000-2016 ?

N : kalau pembangunan di mangrove lebih banyak kita ke sarpras seperti jalan

kontrol, pos-pos jaga, ya paling banyak itu karena paradigma kelingkungan

untuk keamanan itu, untuk kalau di PIK paling banyak properti.

Page 148: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

129

P : Bagaimana perubahan luas mangrove di PIK pada tahun 2000-2016?

N : kalau perubahan luasan bisa dibilang tidak menambah yah seharusnya bisa

nambah karena kan ada izin pinjam pakai, tetapi kenyataannya sampai

sekarang dia kan tidak melakukan kewajibannya. Kalau luasannya ya pasti

berkurang

P : Apakah yang menjadi daya Tarik daerah di PIK bagi penduduk dari

luar daerah dan pengusaha?

N : Terutama kondisi mangrovenya untuk di Jakarta kan hanya di daerah Jakarta

Utara karena hanya distu aja

P : Adakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi perubahan lahan

mangrove?

N : Kebijakan ya kita tetap siapapun yang minjem pakai harus melakukan harus

ditetapi kewajibannya kalau untuk kepentingan komersil seperti jalan tol,

perumahan itu 1:1.

Page 149: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

130

LAMPIRAN 5

FOTO HASIL OBSERVASI LAPANGAN

Kawasan Ekowisata Mangrove

Kawasan Ekowisata mangrove dari

depan gerbang

Kawasan ekowisata tempat parkir dan

loket

Sebelum memasuki jembatan hijau

Jembatan hijau di Kawasan ekowisata

mangrove

Tampak sebelah kanan dari

jembatan biru terlihat jalan tol prof

sedyatmo

Terdengar suara polusi kendaraan

dari jalan tol prof sedyatmo

Page 150: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

131

Larangan memberi makan kepada

monyet

Larangan untuk memelihara hutan

mangrove supaya tetap terjaga

Page 151: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

132

LAMPIRAN 6

FOTO NARASUMBER

Foto Bersama dengan Bapak Ade

Djuhana Pengelola Kawasan

Ekowisata Mangrove

Foto Bersama dengan Bapak Ujang

Ketua PHL (pemeliharaan hutan kota

dan hutan mangrove)

Foto Bersama Bapak Hanafi selaku

Pengelola Mangrove

Wawancara Bersama Bapak Ayat

pengelola PHL mangrove

Page 152: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

133

Foto Bersama Bapak Budi Raharjo

Penduduk Asli Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara

Foto Bersama dengan Bapak Lian

Penduduk asli Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara

Foto Bersama dengan

Bapakmisnadi penduduk asli di

kecamatan Penjaringan

Foto Bersama dengan Bapak

Lukman penduduk asli kecamatan

Penjaringan

Page 153: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

134

Foto Bersama dengan Bapak

Heru merupakan penduduk asli

Kecamatan Penjaringan

Foto Bersama dengan Bapak Dirjo

yang sedang memancing di ekowisata

mangrove

Foto bersama dengan Ibu Lulu

selaku pedagang makanan di

mangrove PIK

Foto Bersama dengan Ibu Umiati

pedagang es di depan gerbang

mangrove dan juga mengikuti

kelompok tani flora mangrove

Page 154: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

135

Foto Bersama dengan Bapak Cita

selaku pengelola hutan lindung

angke kapuk

Bersama Bapak Dani selaku

Pemerintah Dinas Kehutanan DKI

Jakarta

Foto Bersama dengan Bapak Jaja

Suarja selaku Pemerintah di Dinas

Kehutanan DKI Jakarta

Wawancara Bersama dengan Bapak

Sugeng selaku Pemerintah di Dinas

Kehutanan DKI Jakarta

Page 155: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

136

Lampiran 7 Perbandingan Titik Uji (Groundtruth) Hasil Klasifikasi

Penggunaan Lahan Di Kecamatan Penjaringan Dengan Data Referensi

Point Koordinat X Koordinat Y Hasil

Interpretasi Data Referensi Kesesuaian

1. 106o742’780” -6.102’041” Mangrove Mangrove Sesuai

2. 106o742’426” -6.109’797” Pemukiman Pemukiman Sesuai

3. 106o733’875” -6.112’539” Mangrove Mangrove Sesuai

4. 106o736’825” -6.118’609” Jalan Jalan Sesuai

5. 106o747’854” -6.123’036” Badan Air Badan Air Sesuai

6. 106o750’159” -6.118’169” Mangrove Lapangan Golf

Pemukiman

Tidak Sesuai

7. 106o753’578” -6.110’878” Pemukiman Pemukiman Sesuai

8. 106o751’325” -6.103’890” Mangrove Mangrove Sesuai

9. 106o767’248” -6.103’229” Badan Air Badan Air Sesuai

10. 106o757’237” -6.104’259” Mangrove Mangrove Sesuai

12. 106o767’492” -6.115’577” Mangrove Mangrove Sesuai

13. 106o757’843” -6.121’195” Mangrove Mangrove Sesuai

14. 106o759’768” -6.113’849” Pemukiman Pemukiman Sesuai

15. 106o759’768” -6.113’849” Pemukiman Pemukiman Sesuai

16. 106o733’286” -6.108’440” Tambak Jalan Tidak Sesuai

17. 106o738’612” -6.108’959” Jalan Jalan Sesuai

18. 106o755’984” -6.122’710” Jalan Jalan Sesuai

19. 106o757’181” -6.105’559” Pemukiman Pemukiman Sesuai

20. 106o778’840” -6.105’891” Badan Air Badan Air Sesuai

21. 106o770’263” -6.104’259” Badan Air Mangrove Tidak Sesuai

22. 106o748’951” -6.121’609” Mangrove Mangrove Sesuai

23. 106o741’268” -6.114’996” Pemukiman Pemukiman Sesuai

24. 106o759’735” -6.122’610” Jalan Jalan Sesuai

25. 106o751’517” -6.105’029” Pemukiman Sekolah Tidak Sesuai

26. 106o777’010” -6.113’818” Pemukiman Pemukiman Sesuai

27. 106o798’564” -6.116’506” Badan Air Badan Air Sesuai

28. 106o754’941” -6.106’003” Pemukiman Pemukiman Sesuai

29. 106o742’024” -6.101’617” Mangrove Mangrove Sesuai

30. 106o737’506” -6.107’014” Mangrove Taman Tidak Sesuai

31. 106o748’877” -6.122’394” Jalan Jalan Sesuai

32. 106o751’753” -6.099’289” Badan Air Badan Air Sesuai

33. 106o755’133” -6.106’266” Pemukiman Pemukiman Sesuai

34. 106o762’428” -6.126’323” Pemukiman Pemukiman Sesuai

35. 106o762’097” -6.104’120” Mangrove Mangrove Sesuai

36. 106o764’747” -6.106’229” Badan Air Badan Air Sesuai

37. 106o760’159” -6.108’279” Pemukiman Pemukiman Sesuai

38. 106o759’719” -6.122’937” Jalan Jalan Sesuai

39. 106o728’765” -6.100’053” Tambak Badan Air Tidak Sesuai

40. 106o742’492” -6.121’189” Jalan Jalan Sesuai

Page 156: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

137

Lampiran 7 (Lanjutan)

Point Koordinat X Koordinat Y

Hasil

Interpretasi Data Referensi Kesesuaian

41. 106o743’179” -6.105’433” Pemukiman Pemukiman Sesuai

42. 106o756’189” -6.120’748” Mangrove Mangrove Sesuai

43. 106o749’294” -6.122’363” Jalan Jalan Sesuai

44. 106o751’502” -6.101’749” Mangrove Mangrove Sesuai

45. 106o738’066” -6.099’529” Mangrove Mangrove Sesuai

46. 106o739’436” -6.079’368” Badan Air Badan Air Sesuai

47. 106o742’051” -6.083’562” Badan Air Badan Air Sesuai

48. 106o744’701” -6.091’254” Mangrove Ring Park

SVE 27

Tidak Sesuai

49 106o742’941” -6.108’136” Pemukiman Pemukiman Sesuai

50. 106o753’917” -6.115’822” Pemukiman Pemukiman Sesuai

51. 106o761’776” -6.126’986” Jalan Jalan Sesuai

52 106o807’296” -6.131’102” Mangrove Mangrove Sesuai

53. 106o755’260” -6.122’821” Jalan Jalan Sesuai

54. 106o775’949” -6.123’575” Jalan Jalan Sesuai

55. 106o779’039” -6.096’342” Badan Air Parkiran Pelabuhan

MuaraAngke

Tidak Sesuai

56. 106o773’232” -6.099’617” Badan Air Badan Air Sesuai

57. 106o770’260” -6.109’997” Pemukiman Pemukiman Sesuai

58. 106o768’500” -6.092’469” Badan Air Badan Air Sesuai

59. 106o771’409” -6.114’216” Pemukiman Pemukiman Sesuai

60. 106o777’814” -6.126’719” Jalan Jalan Sesuai

61. 106o781’784” -6.101’362” Pemukiman Pemukiman Sesuai

62. 106o785’670” -6.112’303” Jalan Badan Air Tidak Sesuai

63. 106o781’429” -6.121’163” Mangrove Mangrove Sesuai

64. 106o777’738” -6.119’744” Pemukiman Pemukiman Sesuai

65. 106o774’015” -6.119’925” Badan Air Mangrove Tidak Sesuai

66. 106o772’168” -6.127’869” Pemukiman Pemukiman Sesuai

67. 106o762’308” -6.119’506” Pemukiman Jalan Tidak Sesuai

68. 106o772’339” -6.131’560” Mangrove Mangrove Sesuai

69. 106o768’042” -6.115’590” Mangrove Mangrove Sesuai

70. 106o763’203” -6.112’976” Pemukiman Pemukiman Sesuai

71. 106o759’469” -6.091’555” Badan Air Badan Air

Sesuai

72. 106o766’762” -6.122’121” Jalan Jalan Sesuai

73. 106o778’186” -6.127’081” Jalan Jalan Sesuai

74. 106o781’537” -6.091’173” Badan Air Badan Air Sesuai

75. 106o787’284” -6.113’350” Pemukiman Pemukiman Sesuai

76. 106o796’725” -6.087’309” Badan Air Badan Air Sesuai

Page 157: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

138

Lampiran 7 (Lanjutan)

Point Koordinat X Koordinat Y Hasil

Interpretasi Data Referensi Kesesuaian

77. 106o595’181” -6.121’014” Pemukiman Pemukiman Sesuai

78. 106o793’261” -6.085’447” Badan Air Badan Air Sesuai

79. 106o772’228” -6.109’865” Pemukiman Pemukiman Sesuai

80. 106o769’728” -6.122’048” Jalan Jalan Sesuai

81. 106o748’313” -6.101’160” Mangrove Mangrove Sesuai

82. 106o743’517” -6.101’918” Mangrove Mangrove Sesuai

83. 106o752’212” -6.122’624” Jalan Jalan Sesuai

84. 106o746’160” -6.105’606” Pemukiman Pemukiman Sesuai

85. 106o742’329” -6.078’921” Badan Air Badan Air Sesuai

86. 106o749’808” -6.100’175” Mangrove Mangrove Sesuai

87. 106o749’476” -6.106’184” Pemukiman Pemukiman Sesuai

88. 106o758’555” -6.122’929” Jalan Jalan Sesuai

89. 106o745’820” -6.122’406” Jalan Jalan Sesuai

90. 106o759’645” -6.121’854” Mangrove Mangrove Sesuai

91. 106o764’704” -6.102’487” Mangrove Mangrove Sesuai

92. 106o761’067” -6.099’788” Badan Air Badan Air Sesuai

93. 106o758’041” -6.113’512” Pemukiman Pemukiman Sesuai

94. 106o771’232” -6.106’073” Pemukiman Lahan Kosong Tidak Sesuai

95. 106o771’940” -6.113’542” Pemukiman Pemukiman Sesuai

96. 106o775’673” -6.123’051” Jalan Jalan Sesuai

97. 106o781’788” -6.097’437” Badan Air Badan Air Sesuai

98. 106o790’886” -6.109’738” Pemukiman Pemukiman Sesuai

99. 106o767’319” -6.106’495” Mangrove Mangrove Sesuai

100. 106o765’871” -6.100’393” Mangrove Mangrove Sesuai

Sesuai : 88

Tidak Sesuai : 12

Jumlah : 100

Page 158: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

139

Page 159: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

140

Page 160: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

141

Page 161: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

142

Page 162: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

143

Page 163: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

144

Page 164: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDETEKSI …

145

BIODATA PENULIS

Siti Hajar Daraintan, (11140150000045), Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi), Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Penulis

Lahir di Kuningan Jawa Barat 19 Agustus 1996. Bertempat

tinggal di Jalan D Teluk Gong Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara, Ayahanda penulis bernama Ikin dan Ibunda Penulis bernama Karsah.

Riwayat Pendidikan SDN 07 Pejagalan Jakarta Utara, SMPN 112 Jakarta Utara

dan Sekolah Menengah Atas 19 (SMAN 19 Jakarta).

Skripsi ini didedikasikan untuk orangtua tercinta semoga dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi sesama.

Email: [email protected]